PERKEMBANGAN PSIKOLOGI MANUSIA dalam PENDEKATA

PERKEMBANGAN PSIKOLOGI MANUSIA, PENDEKATAN, MENU, DAN
HAMBATAN

A. Pengertian Perkembangan
Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang sistematis, progresif dan
berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir hingga akhir hayatnya atau dapat
diartikan pula sebagai perubahan – perubahan yang dialami individu menuju tingkat
kedewasaan atau kematangannya. Perkembangan dapat diartikan sebagai “perubahan
yang progresif dan kontinyu (berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai lahir
sampai mati. Pengertian lain dari perkembangan adalah “perubahan-perubahan yang
alami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya yang
berlangsung secara sistematis, progresif dan berkesinambungan baik menyangkut fisik
(jasmaniah) maupun psikis (rohaniah)”.
Perubahan dalam diri manusia terdiri atas perubahan kualitatif akibat dari
perubahan psikis, dan perubahan kuantitatif akibat dari perubahan fisik. Perubahan
kualitatif tersebut sering disebut dengan “perkembangan”, seperti perubahan dari tidak
mengetahui menjadi mengetahuinya, dari kekenak-kanakan menjadi dewasa, dst.
Sedangkan perubahan kuantitatif sering disebut dengan “pertumbuhan”, seperti
perubahan tinggi dan berat badan. Persoalan yang menjadi topic bahasan psikologi adalah
perubahan kualitatif atau perkembangan, sebab hal itu terkait dengan fungsi struktur
kejiwaan yang kompleks beserta dinamika prosesnya, meskipun disadari bahwa

pertumbuhan fisik sedikit banyak berkorelasi dengan perkembangan psikis.
B. Tahapan Perkembangan Psikologi
Tahap-tahap perkembangan manusia memiliki fase yang cukup panjang. Untuk
memudahkan pemahaman, umumnya penggambaran perkembangan dalam pengertian
periode atau fase perkembangan.
Klasifikasi periode perkembangan yang paling luas digunakan meliputi urutan sebagai
berikut:
1. Periode prenatal
Periode prenatal ialah saat dari pembuahan hingga kelahiran. Periode ini
merupakan masa pertumbuhan yang luar biasa dari satu sel tunggal hingga
menjadi organisme yang sempurna dengan kemampuan otak dan perilaku,
yang dihasilkan kira kira dalam periode 9 bulan 10 hari atau 280 hari.
2. Masa Bayi
Hasil perkembangan ego: trust vs mistrust (percaya vs tidak percaya)
Kekuatan dasar: Dorongan dan harapan

Periode ini disebut juga dengan tahapan sensorik oral, karena orang biasa
melihat bayi memasukkan segala sesuatu ke dalam mulutnya. Sosok Ibu
memainkan peranan terpenting untuk memberikan perhatian positif dan penuh
kasih kepada anak, dengan penekanan pada kontak visual dan sentuhan. Jika

periode ini dilalui dengan baik, bayi akan menumbuhkan perasaan trust
(percaya) pada lingkungan dan melihat bahwa kehidupan ini pada dasarnya
baik. Sebaliknya, bila gagal di periode ini, individu memiliki perasaan mistrust
(tidak percaya) dan akan melihat bahwa dunia ini adalah tempat yang
mengecewakan dan penuh frustrasi. Banyak studi tentang bunuh diri dan
usaha bunuh diri yang menunjukkan betapa pentingnya pembentukan
keyakinan di tahun-tahun awal kehidupan ini.
Di awal kehidupan ini begitu penting meletakkan dasar perasaan percaya
dan keyakinan bahwa tiap manusia memiliki hak untuk hidup di muka bumi,
dan hal itu hanya bisa dilakukan oleh sosok Ibu, atau siapapun yang dianggap
signifikan dalam memberikan kasih sayang secara tetap.

3. Kanak-kanak awal
Hasil perkembangan ego: autonomy vs shame (otonomi vs rasa malu)
Kekuatan dasar: Pengendalian diri, keberanian, dan kemauan (will)
Selama tahapan ini individu mempelajari ketrampilan untuk diri sendiri.
Bukan sekedar belajar berjalan, bicara, dan makan sendiri, melainkan juga
mempelajari perkembangan motorik yang lebih halus, termasuk latihan yang
sangat dihargai: toilet training. Di masa ini, individu berkesempatan untuk
belajar tentang harga diri dan otonomi, seiring dengan berkembangnya

kemampuan mengendalikan bagian tubuh dan tumbuhnya pemahaman tentang
benar dan salah. Salah satu ketrampilan yant muncul di periode adalah
kemampuan berkata TIDAK. Sekalipun tidak menyenangkan orang tua, hal ini
berguna untuk pengembangan semangat dan kemauan.
Di sisi lain, ada kerentanan yang bisa terjadi dalam periode ini, khususnya
berkenaan dengan kegagalan dalam proses toilet training atau mempelajari
skill lainnya, yang mengakibatkan munculnya rasa malu dan ragu-ragu. Lebih
jauh, individu akan kehilangan rasa percaya dirinya.

4. Kanak-kanak akhir
Hasil perkembangan ego: initiative vs guilt (inisiatif vs rasa bersalah)

Kekuatan dasar: Tujuan
Pada periode ini, individu biasanya memasukkan gambaran tentang orang
dewasa di sekitarnya dan secara inisiatif dibawa dalam situasi bermain. Anak
laki-laki bermain dengan kuda-kudaan dan senapan kayu, anak perempuan
main “pasar-pasaran” atau boneka yang mengimitasi kehidupan keluarga,
mobil-mobilan, handphone mainan, tentara mainan untuk bermain peran, dsb.
Di masa ini, muncul sebuah kata yang sering diucapkan seorang
anak:”KENAPA?”

Sesuai dengan konsep Freudian, di masa ini anak (khususnya laki-laki)
juga sedang berjuang dalam identitas gender-nya yang disebut “oedipal
struggle”. Kita sering melihat anak laki-laki yang bermain dengan alat
kelaminnya, saling menunjukkan pada sesama anak laki-laki, atau bahkan
menunjukkan pada anak perempuan sebaya. Kegagalan melalui fase ini
menimbulkan perasaan bersalah.
Hubungan yang signifikan di periode ini adalah dengan keluarga inti (ayah,
ibu, dan saudara).

5. Pubertas
Hasil perkembangan ego: Industry vs Inferiority (Industri vs Inferioritas)
Kekuatan dasar: Metode dan kompetensi
Periode ini individu sepintas hanya menunjukkan pertumbuhan fisik tanpa
perkembangan aspek mental yang berarti, berbeda dengan fase-fase
sebelumnya. Dalam periode sebelumnya pertumbuhan dan perkembangan
berbilang bulan saja untuk manusia agar bisa tumbuh dan berkembang.
Keterampilan baru yang dikembangkan selama periode ini mengarah pada
sikap industri (ketekunan belajar, aktivitas, produktivitas, semangat, kerajinan,
dsb), serta berada di dalam konteks sosial. Bila individu gagal menempatkan
diri secara normal dalam konteks sosial, ia akan merasakan ketidak mampuan

dan rendah diri.
Sekolah dan lingkungan sosial menjadi figur yang berperan penting dalam
pembentukan ego ini, sementara orang tua sekalipun masih penting namun
bukan lagi sebagai otoritas tunggal.

6. Remaja
Hasil perkembangan ego: Identity vs Role confusion (identitas vs kebingungan
peran)
Kekuatan dasar: devotion and fidelity (kesetiaan dan ketergantungan)
Bila sebelumnya perkembangan lebih berkisar pada apa yang dilakukan
untuk saya, sejak tahap perkembangan ini perkembangan tergantung
pada apa yang saya kerjakan. Karena di periode ini individu bukan lagi anak
tetapi belum menjadi dewasa, hidup berubah sangat kompleks karena individu
berusaha mencari identitasnya, berjuang dalam interaksi sosial, dan bergulat
dengan persoalan-persoalan moral.
Tugas perkembangan di tahap ini adalah menemukan jati diri sebagai individu
yang terpisah dari keluarga asal dan menjadi bagian dari lingkup sosial yang
lebih luas. Bila tahap ini tidak lancar diselesaikan, individu akan mengalami
kebingungan dan kekacauan peran.
Hal utama yang perlu dikembangkan di sini adalah filosofi kehidupan. Di

masa ini, seseorang bersifat idealis dan mengharapkan bebas konflik, yang
pada kenyataannya tidak demikian. Wajar bila di periode ada kesetiaan dan
ketergantungan pada teman.

7. Dewasa awal
Hasil perkembangan ego: Solidarity vs Isolation (Solidaritas vs isolasi)
Kekuatan dasar: affiliation and love (kedekatan dan cinta)
Langkah awal menjadi dewasa adalah mencari teman dan cinta. Hubungan
yang saling memberikan rasa senang dan puas, utamanya melalui perkawinan
dan persahabatan. Keberhasilan di tahap ini memberikan keintiman di level
yang dalam.
Kegagalan di tahap ini menjadikan orang mengisolasi diri, menjauh dari orang
lain, dunia terasa sempit, bahkan hingga bersikap superior kepada orang lain
sebagai bentuk pertahanan ego.
Hubungan yang signifikan adalah melalui perkawinan dan persahabatan.

8. Dewasa madya
Hasil perkembangan ego: Generativity vs Self Absorption or Stagnation
Kekuatan dasar: production and care (produksi dan perhatian)
Masa ini dianggap penting karena dalam periode inilah individu cenderung

penuh dengan pekerjaan yang kreatif dan bermakna, serta berbagai
permasalahan di seputar keluarga. Selain itu adalah masa “berwenang” yang
diidamkan sejak lama.
Tugas yang penting di sini adalah melestarikan budaya dan meneruskan nilai
budaya pada keluarga (membentuk karakter anak) serta memantapkan
lingkungan yang stabil. Kekuatan timbul melalui perhatian orang lain, dan
karya yang memberikan sumbangan pada kebaikan masyarakat, yang disebut
dengan generativitas. Jadi di masa ini, kita takut akan ketidak aktifan dan
ketidak bermaknaan diri.
Sementara itu, ketika anak-anak mulai keluar dari rumah, hubungan
interpersonal tujuan berubah, ada kehidupan yang berubah drastic, individu
harus menetapkan makna dan tujuan hidup yang baru. Bila tidak berhasil di
stage ini, timbullah self-absorpsi atau stagnasi.
Yang memainkan peranan di sini adalah komunitas dan keluarga
9. Lanjut usia
Hasil perkembangan ego: Integritas vs Despair (integritas vs keputus asaan)
Kekuatan dasar: wisdom (kebijaksanaan)
Orang berusia lanjut yang bisa melihat kembali masa-masa yang telah
dilaluinya dengan bahagia, merasa tercukupi, dan merasa telah memberikan
kontribusi pada kehidupan, ia akan merasakan integritas. Kebijaksanaannya

yang tumbuh menerima keluasan dunia dan menjelang kematian sebagai
kelengkapan kehidupan.
Sebaliknya, orang yang menganggap masa lalu adalah kegagalan
merasakan keputus asaan, belum bisa menerima kematian karena belum
menemukan makna kehidupan. Atau bisa jadi, ia merasa telah menemukan jati
diri dan meyakini sekali bahwa dogma yang dianutnyalah yang paling benar.
C. Metode pendekatan dan contoh menu
1. Periode prenatal

Periode prenatal merupakan periode yang berpengaruh terhadap tahap-tahap
selanjutnya. Pada periode ini, ibu yang sedang mengandung sebaiknya
diusahakan dalam keadaan tenang dan mengkonsumsi makanan yang
mengandung zat gizi untuk ibu dan kandungannya. Jika terjadi hal-hal yang
membahayakan janin pada tahap ini maka berpengaruh terhadap tahap=tahap
selanjutnya dan dapat menyebabkan hambatan.
Menu yang disarankan untuk ibu hamil adalah nasi, sayur, ikan ataupun ayam
goreng, dan buah seperti apel, dan pepaya pada waktu selingan makan.

2. Masa bayi
Masa bayi adalah masa yang sangat bergantung pada orang dewasa.

Banyak kegiatan psikologis yang terjadi hanya sebagai permulaan seperti
bahasa, pemikiran simbolis, koordinasi sensorimotor, dan belajar sosial. Ibu
dan orang terdekat berperan untuk memberikan stimulus agar individu terlatih
untuk merespon.
Pada masa ini, bayi harus diberi ASI eksklusif hingga umur 6 bulan, kemudian
selanjutnya diberi nasi tim saring, dan bila sudah menginjak usia 8 bulan bayi
dapat diberi nasi tim disertai bahan makanan lain seperti sayur, kacangkacangan, ayam, dan ikan untuk melatihnya mengunyah.
3. Kanak-kanak awal
Kanak-kanak awal merupakan periode pekembangan yang merentang dari
masa bayi hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya disebut
dengan periode prasekolah. Selama masa ini, individu belajar semakin mandiri
dan menjaga diri mereka sendiri, mengembangkan keterampilan kesiapan
bersekolah (mengikuti perintah, mengidentifikasi huruf), dan meluangkan
waktu berjam jam untuk bermain dengan teman-teman sebaya.
Pada periode ini, individu akan lebih aktif, sehingga orang tua disarankan
menambahakan susu formula yang sesuai usianya, menu yang disarankan
berupa nasi, daging, ikan, ataupun ayam yang dapat diolah dengan
menggoreng ataupun diolah bersama sayur sebagai sup. Buah seperti jeruk,
pisang, ataupun papaya sebagai sumber vitamin dan membantu melancarkan
pencernaan.

4. Kanak-kanak akhir

Periode ini keterampilan-keterampilan fundamental seperti membaca, menulis,
dan berhitung telah dikuasai. Anak secara formal berhubungan dengan dunia
yang lebih luas dan kebudayaan. Prestasi menjadi tema yang lebih sentral dari
dunia anak dan pengendalian diri mulai meningkat.
Pada fase ini susu formula disarankan untuk tulang da gigi. Menu yang
disarankan pada fase ini nasi, sayur seperti tumis buncis, ayam atau ikan
goreng, buah seperti jeruk, mangga, papaya, pisang, melon, dan semangka.
5. Pubertas
Pada periode ini, individu akan mengalami perubahan-perubahan pada
tubuhnya dan mentalnya. Orang tua dan keluarga disini berperan untuk
mengarahkan individu.
Menu yang disarankan pada tahap ini nasi, ataupun bisa diganti dengan roti isi
yang dilengkapi dengan sayur selada, tomat, timun, seiris daging, keju, dan
bisa juga ditambahkan saus.
6. Remaja
Pada periode ini, individu akan lebih aktif dengan kegiatan-kegiatan di
lingkungannya. Orang tua dan keluarga berperan penting untuk mengarahkan
dan menjadi tempat individu untuk sekadar bercerita maupun untuk bertukar

pendapat.
Menu yang disarankan untuk fase ini nasi, sayur bening, ayam goreng, dan
buah-buahan. Bisa juga dengan mengolah buah-buah tertentu seperti stroberi
dan tomat menjadi jus.
7. Dewasa awal
Pada periode ini pembentukan kemandirian pribadi dan ekonomi, masa
perkembangan karir, dan bagi banyak orang, masa pemilihan pasangan, belajar
hidup dengan seseorang secara akrab, memulai keluarga, dan mengasuh anak
anak.
Menu yang disarankan nasi, sayuran seperti bayam, kol, dan buncis, sumber
protein seperti ayam rica-rica, buah-buahan seperti pisang, papaya, melon, dan
anggur yang memilki serat dan mengandung antioksidan. Dapat juga
mengkonsumsi susu tinggi kalsium untuk mencegah pengapuran tulang.
8. Dewasa madya

Pada periode ini, individu sudah mandiri dan memiliki tanggung jawab. Untuk
itu individu harus menjaga kesehatan agar tidak stress.
Menu yang disarankan untuk periode ini nasi, bias juga diganti dengan nasi
dari beras merah, sup ayam, dan buah-buahan untuk melancarkan pencernaan.
Susu juga disarankan pada fase ini sebagai sumber kalsium untuk mencegah
pengapuran tulang.
9. Lanjut usia
Pada fase ini masa penyesuaian diri atas berkurangnya kekuatan dan
kesehatan, menatap kembali kehidupannya, pensiun, dan penyesuaian diri
dengan peran peran sosial baru.
Menu yang disarankan adalah nasi yang sebisa mungkin teksturnya agak
lembut, sayuran seperti sup ikan, buah-buahan yang lebih lunak, seperti
papaya dan bias ditambah susu untuk merawat tulang dan memperlambat
terjadinya pengapuran tulang.
D. Hambatan perkembangan
Jenis-Jenis Hambatan Perkembangan Manusia
a.

Hambatan emosional (emotional problems)
1) Hambatan emosional: suatu hambatan perilaku yang disebabkan oleh
kondisi emosi yang tidak menyenangkan, karena emosi anak tidak
berkembanng secara adekuat sesuai usia kronologisnya. Dengan kata lain
semua bentuk manifes perilaku anak, yang disebabkan oleh adanya
masalah pada emosinya.
2) Gejala hambatan emosional: gagap, encopresis (kebiasaan BAB di
celana), enuresis (mengompol), mengisap jari, masalah prestasi belajar
(under achievement), phobia, agresivitas, social isolation.

b.

Hambatan intelektual (Intelectual problems)
1) Hambatan intelektual: Suatu hambatan perilaku yang disebabkan oleh
adanya gangguan pada potensi intelektual-nya, sehingga anak mengalami
kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
2) Kelompok gangguan intelektual
a) Memiliki IQ < 70 (skala wechsler / binet) : debil, embisil, idiot
(mentally retarded, down syndrome)
b) Border line (slow learner / lamban belajar) : anak anak yang
mengalami masalah bahasa, baik bahasa verbal maupun bahasa

tulis. Bila seseorang anak bermasalah dengan bahasa, maka ia juga
akan mengalami kesulitan untuk memahami konsep, sulit mencerna
informasi, dan sulit mencerna informasi, dan sulit mengutarakan
pemikiran – pemikirannya.
(1)

Faktor penyebab borderline :
(a) Faktor biologis: seperti kerusakan otak atau organ organ
lainnya.
(b) Faktor genetic: baik dari pihak ibu dan ayah
(c) Faktor lingkungan: seperti kurang gizi, salah asuh dan
atau salah didik

(2) Gejala borderline: nilai dari sebagian besar atau bahkan
seluruh mata pelajaran rendah, sering tidak naik kelas bila
bersekolah di sekolah umum, sulit menangkap pelajaran, mudah
putus asa dan tidak mau berusaha, emosi labil dan impulsive,
kadang

hiperaktif

dan

sulit

hyperactivity disorder / ADHD)
c.

Hambatan sosial (social problems)

d. Hambatan perilaku (behavior problems)

konsentrasi

(attention

defisit

DAFTAR PUSTAKA
Jhon W. Santrock, Perkembangan Anak, terjemahan Mila Rachmawati dan
Anna Kuswanti, ( Jakarta : Erlangga, 2007 )
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran
Tersedia online pada
http://www.slideshare.net/alvinmuzaga/hambatanhambatan-perkembanganmata-kuliah-psikologi-perkembangan-stain-salatiga Diakses pada tanggal 22
September 2014
Tersedia online pada http://izza-allyve.blogspot.com/2012/11/psikologiperkembangan.html Diakses pada tanggal 23 September 2014