Perkembangan Psikologis Anak 3 (1)

MAKALAH
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr wb
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah swt karena dengan ridha-Nya makalah
“Perkembangan Peserta Didik” ini dapat terselesaikan tepat waktu.
Makalah ini kami tulis guna memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik (PPD)
pada tengah semester 2 tahun 2011 ini. Semoga dengan terselesaikannya makalah ini dapat
menjadi manfaat bagi pembaca sekalian.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam penulisan makalah ini, khususnya kepada :
1. Ibu Dra. Sri Sutarni, M.Pd serta segenap jajarannya yang telah memberikan kemudahankemudahan baik berupa moril maupun materiil selama mengikuti pendidikan di Progdi
Matematika FKIP Universitas Muhamadiyah Surakarta.
2. Bapak Dr. Tjipto Subadi, M.Si selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah “Perkembangan Peserta
Didik” Jurusan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
3. Rekan-rekan kelas Mathematics RSBI
4. Secara khusus penulis mengucapkan terimakasih kepada keluarga tercinta yang telah
memberi dorongan dan bantuan dalam penyelesaian makalah ini.
5. Semua pihak yang tidak mungkin kami sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu

penulis dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, maka kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan guna penyempurnaan makalah ini.
Wassalamu’alaikium wr wb
Surakarta, April 2011
Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan 4
BAB II PEMBAHASAN 6
A. Peserta Didik 6
1. Hakekat Peserta Didik 6
2. Hakekat Peserta Didik menurut pandangan Antropolgi 6
3. Hakekat Peserta Didik menurut pandangan Islam 7

4. Kedudukan Peserta Didik dalam Pembelajaran 7
B. Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik 8
1. Hakekat Pertumbuhan dan Perkembangan 8
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan 8
3. Hukum-hukum Pertumbuhan dan Perkembangan 9
C. Perkembangan Anak Usia Dini 10
1. Karakteristik Anak Usia Dini 10
2. Perkembangan Anak Usia Dini 12
3. Permasalahan Perkembangan Anak Usia Dini 15
D. Karakteristik Anak Usia Sekolah Dasar 16
1. Pertumbuhan Jasmani 16
2. Perkembangan Intelektual dan Emosional 17
3. Perkembangan Bahasa 18
4. Perkembangan Sosial, Moral dan Sikap 18
BAB III PENUTUP 20
A. Kesimpulan 20
B. Kritik dan Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini banyak para pendidik yang kurang perhatian dalam mempelajari pola
pertumbuhan maupun perkembangan peserta didik yang sebenarnya sangat berguna demi
kelancaran proses pembelajaran. Dengan kurang fahamnya pendidik dengan pola
pertumbuhan maupun perkembangan peserta didikinya maka akan terjadi beberapa hambatan
dalam proses pembelajaran seperti : kurang difahaminya materi yang disampaikan pendidik.
Disamping itu, kami membuat makalah ini dengan harapan agar penulis dapat lebih
mendalam lagi dalam mempelajari perkembangan peserta didik guna mendukung metode
pembelajaran kelak.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa hakekat peserta didik dalam pandangan anthropologi maupun dalam pandangan
islam?
2. Apa kedudukan peserta didik dalam proses pembelajaran?
3. Apa hakekat pertumbuhan dan perkembangan?
4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan?
5. Apa saja hukum-hukum pertumbuhan dan perkembangan?
6. Bagaimana karakteristik anak usia dini?
7. Apa saja yang menjadi masalah perkembangan anak usia dini?

8. Bagaimana karakteristik anak usia sekolah dasar?
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
1. Mengetahui hakekat peserta didik dalam pandangan anthropologi maupun dalam
pandangan islam
2. Mengetahui kedudukan peserta didik
3. Mengetahui hakekat pertumbuhan dan perkembangan
4. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
5. Mengetahui hukum-hukum pertumbuhan dan perkembangan
6. Mempelajari karakteristik anak usia dini
7. Mengetahui permasalahan perkembangan anak usia dini
8. Mempelajari karakteristik anak usia sekolah dasar

BAB II
PEMBAHASAN
A. Peserta Didik
1. Hakekat Peserta Didik
Hakekat peserta didik menurut ilmu filosofi adalah menuntut pemikiran secara dalam,
luas, lengkap, menyeluruh, tuntas serta mengarah pada pemahaman tentang peserta didik.
Sedangkan menurut pandangan tradisionil, anak (peserta didik) adalah miniatur manusia

dewasa (Elizabeth B.Hurlock. 1978:2).
Johan Amos Comenius (abad ke-17) mempelopori kajian tentang anak bahwa anak harus
dipelajari bukan sebagai embrio orang dewasa melainkan sosok alami anak. Pengikut
Comenius mengembangkan pendapat bahwa mengamati anak secara langsung akan
memberi manfaat ketimbang mempelajari secara filosofis.
Pandangan menurut ilmu psikolog tentang peserta didik adalah individu yang sedang
berkembang baik jasmani maupun rohani. Perubahan jasmani biasa disebut pertumbuhan,
ialah terdapatnya perubahan aspek jasmani menuju kearah kematangan fungsi, missal
kaki, tangan sudah mulai berfungsi secarea sempurna. Sedangkan perkembangan adalah
perubahan aspek psikis secara lebih jelas.
2. Pandangan Anthropologi tentang Peserta Didik
Pandangan lama mengatakan bahwa manusia adalah primat, artinya kerabat kera besar,
simpanse dan gorila yang telah mengalami evolusi. Sedang pandangan baru mengatakan
bahwa peserta didik adalah homosapien, artinya makhluk hidup yang telah mengalami
evolusi paling sempurna.
Dari tinjauan Anthopologi hakekat peserta didik dapat ditafsirkan sebagai berikut:
a. Peserta didik sebagai makhluk yang bermasyarakat dan dapat dimasyarakatkan.
b. Peserta didik sebagai organism yang harus ditolong, sebab pada waktu lahir dia dalam
kondsi yang lemah.
Imran Manan (1989: 12-13) menjelaskan bahwa dari dimensi Anthropologi peserta didik

dapat dijelaskan dari tiga dimensi:
Pertama, peserta didik adalah makhluk social yang hidup bersama-sama.
Kedua, peserta didik dipandang sebagai individualistis, yakni mampu menampilkan
kepribadian yang khas yang berbeda dengan individu yang lain.
Ketiga, peserta didik dipandang memiliki moralitas.
3. Pandangan Islam tentang Peserta Didik
Islam menjelaskan bahwa manusia (peserta didik) adalah makhluk Allah swt sesuai
firman-Nya dalam Al-Qur’an surat At-Tin : 4
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”
Manusia dibekali potensi berupa fitrah kecenderungan jahat dan kecenderungan baik
sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Asy-Syams : 8
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.”
Agar dapat menjalankan fungsinya selain dibekali dengan kodrat tersebut juga dibekali
akal, pikiran, nafsu. Dalam banyak ayat peserta didik berpotensi untuk diperlakukan
sebagai subjek didik yang harus dididik, hal tersebut dijelaskan dalam surat Al-Anbiya’ :
12-17 dan juga surat Al-A’raf : 179.

Beberapa sebutan manusia dalam Al-Qur’an antara lain Al-Basyr, An-Nas, Abdullah,
Kholifah fil Ard.
4. Kedudukan Peserta Didik dalam Pembelajaran

Dalam pembelajaran, peserta didik dapat dipandang sebagai objek didik, subjek didik,
dan sebagai subjek dan objek didik sekaligus.
Dalam pandangan konvensional, peserta didik dipandang sebagai objek didik, ialah
sebagai wadah yang harus diisi dengan pengetahuan, dan ketrampilan. Peserta didik
diperlakukan pasif, ia harus menereima semua yang diberikan guru.
Dalam pandangan modern, peserta didik dipandang sebagai subjek yang memiliki potensi
tersendiri, ia aktif mengembangkan potensinya, ia merespon, bertanya dan menanggapi
keterangan guru pada saat berlangsungnya pembelajaran. Guru berfungsi sebagai
fasilitator, menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga peserta didik terjadi proses
belajar.
Cirri khas peserta didik adalah :
a. Sebagai individu yang memiliki potensi fisik dan psikis
b. Sebagai individu yang sedang berkembang baik potensi fisik maupun psikis
c. Dalam pengembangan potensi tersebut peserta didik membutuhkan bantuan orang
lain
d. Memiliki kemampuan untuk mandiri.
B. Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik
1. Hakekat Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan diartikan sebagai perubahan alamiah secara kuantitatif pada segi jasmaniah
atau fisik dan atau menunjukkan kepada suatu fungsi tertentu yang baru (yang tadinya

belum tampak) dari organisme atau individu.
Hasil pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran kuantitatif badan anak (dari misalnya
100 cm menjadi 110 cm), kekuatan fisiknya, dll. Pertumbuhan juga menyangkut
perubahan yang semakin sempurna tentang fungsi suatu aspek jasmani (fungsi tangan
pada anak 2 tahun untuk memegang benda, semakin dewasa dapat dipergunakan untuk
menulis, menari, dll), system jaringan syaraf, sehingga istilahnya pertumbuhan adalah
proses perubahan dan pematangan fisik.
Perkembangan diartikan sebagai perubahan-perubahan yang dialami oleh individu atau
organisme menuju tingkat kedewasaannya yang berlangsung secara sistematis, progresif
dan berkesinambungan baik fisik maupun psikis. Perkembangan juga bias diartikan suatu
perubahan aspek psikis dari kurang terdeferensiasi menuju deferensiasi, terarah,
terorganisasi dan terintegrasi meningkat secara bertahap menuju kesempurnaan.
Proses pertumbuhan dan perkembangan berlangsung secara interdependensi, artinya
saling bergantung, saling mempengaruhi dan tidak dapat dipisahkan.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan antara lain :
a. Faktor turunan (warisan)
Turunan memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Ia
lahir ke dunia ini membawa berbagai ragam warisan yang berasal dari kedua IbuBapak atau nenek dan kakek. Warisan (turunan atau pembawaan) tersebut yang


terpenting, antara lain bentuk tubuh, raut muka, warna kulit, inteligensi, bakat, sifatsifat atau watak dan penyakit.
Warisan atau turunan yang dibawa anak sejak lahir dari kandungan sebagian besar
berasal dari kedua orang tuanya dan selebihnya berasal dari nenek dan moyangnya
dari kedua belah pihak (ibu dan ayahnya). Hal ini sesuai dengan hukum Mendel yang
dicetuskan Gregor Mendel (1857).
b. Ilmu watak (karakterologi)
Karakterologi adalah istilah Belanda, berasal dari kata karakter, yang berarti watak
dan logos, yang berarti ilmu. Jadi karkaterologi dapat kita terjemahkan ke dalam
Bahasa Indonesia menjadi ilmu watak.
Kata Belanda karakter, itu berasal dari kata Yunani charassein, yang berarti (mulamula) coretan, atau gorasan. Kemudian berarti stempel atau gambaran yang
ditinggalkan oleh stempel itu. Jadi di sini kita menganggap bahwa tingkah laku
manusia adalah pencerminan dari seluruh pribadinya. Ini telah lama sekali dikenal
oleh manusia.
c. Inteligensi (kecerdasan)
Andaikata pikiran kita umpamakan sebagai senjata, bagaimanakah kualitas dari
senjata itu, tajam atau tidakkah? Membicarakan tentang tajam atau tidaknya
kemampuan berpikir tidak lain kita membicarakan inteligensi (kecerdasan).
Sehubungan dengan ini perlu diketahui lebih dahulu apakah intelek dan apakah
inteligensi itu.
Intelek adalah (pikiran) dengan intelek ornag dapat menimbang, menguraikan,

menghubung-hubungkan pengertian satu dengan yang lain dan menarik kesimpulan.
Inteligensi adalah (kecerdasan pikiran), dengan inteligensi fungsi pikir dapat
digunakan dengan cepat dan tepat untuk mengatasi suatu situasi/untuk memecahkan
suatu masalah. Dengan lain perkataan inteligensi adalah situasi kecerdasan berpikir,
sifat-sifat perbuatan cerdas (inteligen).
3. Hukum Pertumbuhan dan Perkembangan
Hukum-hukum tersebut antara lain :
a. Hukum Chepalocoudal
Bahwa dalam pertumbuhan fisik khususnya dimulai dari kepala ke arah kaki. Bagian
kepala tumbuh terlebih dahulu baru menuju ke bagian kaki.
b. Hukum Proximodistal
Hukum ini berlaku pada pertumbuhan fisik yang mengatakan bahwa pertumbuhan
fisik berpusat pada sumbu dan mengarah ke tepi.
c. Perkembangan terjadi dari umum ke khusus
Pada setiap aspek pertumbuhan dan perkembangan dimulai dari hal-hal yang bersifat
umum, kemudian sedikit demi sedikit menuju ke hal yang bersifat khusus.
d. Perkembangan berlangsung sesuai dengan tahap perkembangan
Pada umumnya para ahli membagi tahap-tahap perkembangan manusia sebagai
berikut :
1) Masa pra-lahir

2) Masa bayi (0-2 tahun)
3) Masa kanak-kanak (3-5 tahun)
4) Masa sekolah (6-12 tahun)
5) Masa remaja (13-24 tahun)

6) Masa awal remaja (13-15 tahun)
7) Masa remaja (16-20 tahun)
8) Masa akhir remaja (21-24)
9) Masa dewasa (25-60 tahun)
10) Masa awal dewasa (25-30 tahun)
11) Masa dewasa (31-45)
12) Masa akhir dewasa (46-60 tahun)
13) Masa tua (61 tahun ke atas)
14) Masa lansia (71 tahun ke atas)
15) Hukum tempo dan irama perkembangan
Tahap perkembangan berlangsung secara berurutan, terus menerus, tetap, berlaku
secara umum dalam suatu tempo dan irama perkembangan tertentu. Cepat lambatnya
waktu perkembangan sesuai dengan irama masing-masing individu. Setiap aspek
perkembangan memiliki tempo dan irama perkembangan masing-masing.
C. Perkembangan Anak Usia Dini
1. Karakteristik Anak Usia Dini
Anak usia dini (0 – 8 tahun) adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan
dan perkembangan yang sangat pesat. Bahkan dikatakan sebagai lompatan perkembangan
karena itulah maka usia dini dikatakan sebagai golden age (usia emas) yaitu usia yang
sangat berharga dibanding usia-usia selanjutnya. Usia tersebut merupakan fase kehidupan
yang unik. Secara lebih rinci akan diuraikan karakteristik anak usia dini sebagai berikut :
a. Usia 0 – 1 tahun
Pada masa bayi perkembangan fisik mengalami kecepatan luar biasa, paling cepat
dibanding usia selanjutnya. Berbagai kemampuan dan ketrampilan dasar dipelajari
anak pada usia ini. Beberapa karakteristik anak usia bayi dapat dijelaskan antara lain :
1) Mempelajari ketrampilan motorik mulai dari berguling, merangkak, duduk,
berdiri dan berjalan.
2) Mempelajari ketrampilan menggunakan panca indera, seperti melihat atau
mengamati, meraba, mendengar, mencium dan mengecap dengan memasukkan
setiap benda ke mulutnya.
3) Mempelajari komunikasi sosial. Bayi yang baru lahir telah siap melaksanakan
kontrak sosial dengan lingkungannya. Komunikasi responsif dari orang dewasa
akan mendorong dan memperluas respon verbal dan non verbal bayi.
Berbagai kemampuan dan ketrampilan dasar tersebut merupakan modal penting bagi
anak untuk menjalani proses perkembangan selanjutnya.
b. Usia 2 – 3 tahun
Anak pada usia ini memiliki beberapa kesamaan karakteristik dengan masa
sebelumnya. Secara fisik anak masih mengalami pertumbuhan yang pesat. Beberapa
karakteristik khusus yang dilalui anak usia 2 – 3 tahun antara lain :
1) Anak sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang ada di sekitarnya. Ia
memiliki kekuatan observasi yang tajam dan keinginan belajar yang luar biasa.
Eksplorasi yang dilakukan oleh anak terhadap benda-benda apa saja yang ditemui
merupakan proses belajar yang sangat efektif. Motivasi belajar anak pada usia

tersebut menempati grafik tertinggi dibanding sepanjang usianya bila tidak ada
hambatan dari lingkungan.
2) Anak mulai mengembangkan kemampuan berbahasa. Diawali dengan berceloteh,
kemudian satu dua kata dan kalimat yang belum jelas maknanya. Anak terus
belajar dan berkomunikasi, memahami pembicaraan orang lain dan belajar
mengungkapkan isi hati dan pikiran.
3) Anak mulai belajar mengembangkan emosi. Perkembangan emosi anak
didasarkan pada bagaimana lingkungan memperlakukan dia. Sebab emosi bukan
ditemukan oleh bawaan namun lebih banyak pada lingkungan.
c. Usia 4 – 6 tahun
Anak usia 4 – 6 tahun memiliki karakteristik antara lain :
1) Berkaitan dengan perkembangan fisik, anak sangat aktif melakukan berbagai
kegiatan. Hal ini bermanfaat untuk mengembangkan otot-otot kecil maupun besar.
2) Perkembangan bahasa juga semakin baik. Anak sudah mampu memahami
pembicaraan orang lain dan mampu mengungkapkan pikirannya dalam batasbatas tertentu.
3) Perkembangan kognitif (daya pikir) sangat pesat, ditunjukkan dengan rasa ingin
tahu anak yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar. Hl itu terlihat dari
seringnya anak menanyakan segala sesuatu yang dilihat.
4) Bentuk permainan anak masih bersifat individu, bukan permainan sosial.
Walaupun aktifitas bermain dilakukan anak secara bersama.
d. Usia 7 – 8 tahun
Karakteristik perkembangan anak usia 7 – 8 tahun antara lain :
1) Perkembangan kognitif anak masih berada pada masa yang cepat. Dari segi
kemampuan, secara kognitif anak sudah mampu berpikir bagian per bagian.
Artinya anak sudah mampu berpikir analisis dan sintesis, deduktif dan induktif.
2) Perkembangan sosial anak mulai ingin melepaskan diri dari otoritas orangtuanya.
Hal ini ditunjukkan dengan kecenderungan anak untuk selalu bermain di luar
rumah bergaul dengan teman sebaya.
3) Anak mulai menyukai permainan sosial. Bentuk permainan yang melibatkan
banyak orang dengan saling berinteraksi.
4) Perkembangan emosi anak sudah mulai berbentuk dan tampak sebagai bagian dari
kepribadian anak. Walaupun pada usia ini masih pada taraf pembentukan, namun
pengalaman anak sebenarnya telah menampakkan hasil.
2. Perkembangan Anak Usia Dini
Perkembangan anak dimulai sejak dalam kandungan, kehidupan anak dimulai saat sel
telur dibuahi oleh sel sperma. Dari sel yang sama bentuk dan fungsinya berkembang
manjadi sel yang bersifat khusus seperti sel syaraf , sel otot, sel darah, sel tulang. Sel-sel
tersebut membentuk jaringan, seperti jaringan saraf, jaringan otot, jaringan darah,
jaringan epitel, dan jaringan tulang, jaringan membentuk organ, seperti otak, jantung,
mata, telinga, tangan dan kaki.
Aspek-aspek perkembangan anak usia dini meliputi :
a. Perkembangan fisik-motorik
Meliputi perkembangan badan, otot kasar dan otot halus, yang selanjutnya disebut
motorik kasar dan motorik halus. Perkembangan anak meliputi 4 unsur yaitu :
kekuatan, ketahanan, kecekatan, keseimbangan.

b. Perkembangan kognitif
Menurut Jean Piaget, semua anak memiliki pola perkembangan kognitif yang sama
yaitu :
1) Tahap sensor motor (0 – 2 tahun) . .
Kegiatan intelektual pada tahap ini hampir seluruhnya mencakup gejala yang
diterima secara langsung melalui indra. Pada saat anak mencapai kematangan dan
mulai memperoleh keterampilan berbahasa, mereka mengaplikasikannya dengan
menerapkannya pada objek-objek yang nyata. Anak mulai memahami hubungan
antara benda dengan nama yang diberikan kepada benda tersebut.
2) Tahap praoperasional (2 – 7 tahun)
Pada tahap ini perkembangan sangat pesat. Lambang-lambang bahasa yang
dipergunakan untuk menunjukkan benda-benda nyata bertambah dengan pesatnya.
Keputusan yang dianbil hanya berdasarkan intuisi, bukannya berdasarkan annlisis
rasional. Anak biasanya mengambil kesimpulan dari sebagian kecil yang
diketahuinya, dari suatu keseluruhan yang besar. Menurut pendapat mereka
pesawat terbang adalah benda kecil yang berukuran 30 cm; karena hanya itulah
yang nampak pada mereka saat mereka menengadah dan melihatnya terbang di
angkasa.
3) Tahap operasional konkrit (7 – 11)
Kemampuan berpikir logis muncul pada tahap ini. Mereka dapat berpikir secara
sistematis untuk .mencapai pemecahan masalah. Pada tahap ini permasalahan
yang dihadapinya adalah permasalahan yang konkret.
Pada tahap ini anak akan menemui kesulitan bila diberi tugas sekolah yang
menuntutnya untuk mencari sesuatu yang tersembunyi. Misalnya, anak sering kali
menjadi frustasi bila disuruh mencari arti tersembunyi dari suati kata dalam
tulisan tertentu. Mereka menyukai soal-soal yang tersedia jawabannya.
4) Tahap operasional formal (11 -15 tahun)
Tahap ini ditandai dengan pola berpikir orang dewasa. Mereka dapat
mengaplikasikan cara berpikir terhadap permasalahan dari semua kategor baik
yang abstrak maupun yang konkret. Pada tahap ini anak sudah dapet memikirkan
buah pikirannya, dapat membentuk ide-ide, berpikir tentang masa depan secara
realistis.
c. Perkembangan moral,disiplin,etika
Ditandai dengan kemampuan anak untuk memahami aturan, norma, dan etika yang
berlaku, perilaku anak sangat dipengaruhi oleh konsekwensi fisik maupun hidonistik
yang diterima anak sebagai balasan atas perilakunya.
d. Perkembangan sosial,empati,kerjasama
Pasa tahap ini perkembangan sosial anak dimulai dari sifat egosentrik, individual
kearah interaktif, komunal.
e. Perkembangan emosional,harga diri,aktualisasi diri.
Perkembangan emosional, harga diri pada anak usia dini dimulai dengan
1) Tahap Basic Trust vs Mistrust (0-1 tahun)
Anak mendapat rangsangan dari lingkungan, dalam merespon rangsangan anak
mendapatkan pengalaman yang menyenangkan akan tumbuh rasa percaya diri,
tetapi kalau anak tidak mendapatkan pengalaman yang menyenangkan akan
menimbulkan rasa curiga.

2) Tahap Autonomy vs Doumt (2-3 tahun)
Anak sudah harus mampu menguasai kegiatan meregang atau melemaskan
seluruh otot tubuhnya.
3) Tahap Intiative vs Guilt (4-5 tahun)
Pada masa ini anak harus dapat menunjukkan sikap mulai lepas dari orang tua,
anak harus dapat bergerak bebas dan berinteraksi dengan lingkungannya.
f. Perkembangan bahasa dan literasi
Perkembangan bahasa anak dimulai dari menangis untuk mengekspresikan responnya
terhadap bermacam-macam stimuli.
1) Perkembangan kreativitas dan daya cipta
Perilaku mencerminkan kreativitas alamiah pada anak usia dini dapat
diidentifikasikan dengan ciri-ciri sebagai berikut :
2) Senang menjajaki lingkungannya
3) Mengamati dan memegang segala sesuatu, eksplorasi secara ekspansif dan eksesif
a) Rasa ingin tahunya besarnya
b) Bersifat spontan menyatakan pikiran dan perasaannya
c) Suka berpetualang
d) Suka melakukan eksperimen
e) Jarang merasa bosan
f) Mempunyai daya imajinasi yang tinggi.
3. Permasalahan Perkembangan Anak Usia Dini
Permasalahan-permasalahan yang muncul adalah :
a. Bahaya fisik
1) Kematian
2) Penyakit
3) Kecelakaan
4) Kejanggalan
5) Tangan kidal
b. Bahaya psikologis
1) Bahaya dalam berbicara
Ada tiga bahaya sehubungan dengan masalah kemampuan anak berkomunikasi,
yakni:
a) Orang lain tidak dapat mengharapkan anak-anak untuk mengerti apa yang
dikatakan apabila orang lain memakai kata-kata yang tidak dimengerti oleh
anak-anak.
b) Dalam awal masa kanak-kanak, mutu pembicaraan yang buruk dapat
disebabkan salah ucap atau kesalahan tata bahasa, gagap, pelat atau berbahasa
dua.
c) Berbahasa dua merupakan hambatan yang serius dalam perkembangan sosial
anak.
c. Bahaya emosional
Bahaya emosional awal masa kanak-kanak yang besar kelihatan pada dominasi emosi
yang kurang baik, terutama amarah.
d. Bahaya sosial

Ada sejumlah bahaya terhadap perkembangannya penyesuaian sosial yang baik pada
awal masa kanak-kanak, misal: kalau pembicaraan atau perilaku anak menyebabkan
ia tidak populer diantara teman-teman sebaya, ia tidak hanya akan merasa kesepian
tapi yang lebih penting ia kurang mempunyai kesempatan untuk belajar.
e. Bahaya moral
Pada masa ini anak usia dini mempunyai kecenderungan disiplin yang kurang
konsisten akan memperlambat proses untuk belajar menyesuaikan diri.
f. Bahaya kepribadian
Bahaya kepribadian yang paling serius adalah perkembangan konsep diri yang kurang
baik yang dapat disebabkan perilaku anggota keluarga dan teman-teman.
D. Karakteristik Anak Usia Dini Sekolah Dasar
1. Pertumbuhan Fisik atau Jasmani
a. Perkembangan fisik atau jasmani anak sangat berbeda satu sama lain, sekalipun anakanak tersebut usianya relatif sama, bahkan dalam kondisi ekonomi yang relatif sama
pula. Sedangkan pertumbuhan anak-anak berbeda ras juga menunjukkan perbedaan
yang menyolok. Hal ini antara lain disebabkan perbedaan gizi, lingkungan, perlakuan
orang tua terhadap anak, kebiasaan hidup dan lain-lain.
b. Nutrisi dan kesehatan amat mempengaruhi perkembangan fisik anak. Kekurangan
nutrisi dapat menyebabkan pertumbuhan anak menjadi lamban, kurang berdaya dan
tidak aktif. Sebaliknya anak yang memperoleh makanan yang bergizi, lingkungan
yang menunjang, perlakuan orang tua serta kebiasaan hidup yang baik akan
menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak.
c. Olahraga juga merupakan faktor penting pada pertumbuhan fisik anak. Anak yang
kurang berolahraga atau tidak aktif sering kali menderita kegemukan atau kelebihan
berat badan yang dapat mengganggu gerak dan kesehatan anak.
d. Orang tua harus selalu memperhatikan berbagai macam penyakit yang sering kali
diderita anak, misalnya bertalian dengan kesehatan penglihatan (mata), gigi, panas,
dan lain-lain. Oleh karena itu orang tua selalu memperhatikan kebutuhan utama anak,
antara lain kebutuhan gizi, kesehatan dan kebugaran jasmani yang dapat dilakukan
setiap hari sekalipun sederhana.
2. Perkembangan Intelektual dan Emosional
a. Perkembangan intelektual anak sangat tergantung pada berbagai faktor utama, antara
lain kesehatan gizi, kebugaran jasmani, pergaulan dan pembinaan orang tua. Akibat
terganggunya perkembangan intelektual tersebut anak kurang dapat berpikir
operasional, tidak memiliki kemampuan mental dan kurang aktif dalam pergaulan
maupun dalam berkomunikasi dengan teman-temannya.
b. Perkembangan emosional berbeda satu sama lain karena adanya perbedaan jenis
kelamin, usia, lingkungan, pergaulan dan pembinaan orang tua maupun guru di
sekolah. Perbedaan perkembangan emosional tersebut juga dapat dilihat berdasarkan
ras, budaya, etnik dan bangsa.
c. Perkembangan emosional juga dapat dipengaruhi oleh adanya gangguan kecemasan,
rasa takut dan faktor-faktor eksternal yang sering kali tidak dikenal sebelumnya oleh
anak yang sedang tumbuh. Namun sering kali juga adanya tindakan orang tua yang
sering kali tidak dapat mempengaruhi perkembangan emosional anak. Misalnya
sangat dimanjakan, terlalu banyak larangan karena terlalu mencintai anaknya. Akan

tetapi sikap orang tua yang sangat keras, suka menekan dan selalu menghukum anak
sekalipun anak membuat kesalahan sepele juga dapat mempengaruhi keseimbangan
emosional anak.
d. Perlakuan saudara serumah (kakak-adik), orang lain yang sering kali bertemu dan
bergaul juga memegang peranan penting pada perkembangan emosional anak.
e. Dalam mengatasi berbagai masalah yang sering kali dihadapi oleh orang tua dan
anak, biasanya orang tua berkonsultasi dengan para ahli, misalnya dokter anak,
psikiatri, psikolog dan sebagainya. Dengan berkonsultasi tersebut orang tua akan
dapat melakukan pembinaan anak dengan sebaik mungkin dan dapat menghindarkan
segala sesuatu yang dapat merugikan bahkan memperlambat perkembangan mental
dan emosional anak.
f. Stres juga dapat disebabkan oleh penyakit, frustasi dan ketidakhadiran orang tua,
keadaan ekonomi orang tua, keamanan dan kekacauan yang sering kali timbul.
Sedangkan dari pihak orang tua yang menyebabkan stres pada anak biasanya kurang
perhatian orang tua, sering kali mendapat marah bahkan sampai menderita siksaan
jasmani, anak disuruh melakukan sesuatu di luar kesanggupannya menyesuaikan diri
dengan lingkungan, penerimaan lingkungan serta berbagai pengalaman yang bersifat
positif selama anak melakukan berbagai aktivitas dalam masyarakat.
3. Perkembangan Bahasa
Bahasa telah berkembang sejak anak berusia 4 – 5 bulan. Orang tua yang bijak selalu
membimbing anaknya untuk belajar berbicara mulai dari yang sederhana sampai anak
memiliki keterampilan berkomunikasi dengan mempergunakan bahasa. Oleh karena itu
bahasa berkembang setahap demi setahap sesuai dengan pertumbuhan organ pada anak
dan kesediaan orang tua membimbing anaknya.
Fungsi dan tujuan berbicara antara lain: (a) sebagai pemuas kebutuhan, (b) sebagai alat
untuk menarik orang lain, (c) sebagai alat untuk membina hubungan sosial, (d) sebagai
alat untuk mengevaluasi diri sendiri, (e) untuk dapat mempengaruhi pikiran dan perasaan
orang lain, (f) untuk mempengaruhi perilaku orang lain.
Potensi anak berbicara didukung oleh beberapa hal. Yaitu: (a) kematangan alat berbicara,
(b) kesiapan mental, (c) adanya model yang baik untuk dicontoh oleh anak, (d)
kesempatan berlatih, (e) motivasi untuk belajar dan berlatih dan (f) bimbingan dari orang
tua.
Di samping adanya berbagai dukungan tersebut juga terdapat gangguan perkembangan
berbicara bagi anak, yaitu: (a) anak cengeng, (b) anak sulit memahami isi pembicaraan
orang lain.
4. Perkembangan Moral, Sosial, dan Sikap
a. Kepada orang tua sangat dianjurkan bahwa selain memberikan bimbingan juga harus
mengajarkan bagaimana anak bergaul dalam masyarakat dengan tepat, dan dituntut
menjadi teladan yang baik bagi anak, mengembangkan keterampilan anak dalam
bergaul dan memberikan penguatan melalui pemberian hadiah kepada ajak apabila
berbuat atau berperilaku yang positif.
b. Terdapat bermacam hadiah yang sering kali diberikan kepada anak, yaitu yang berupa
materiil dan non materiil. Hadiah tersebut diberikan dengan maksud agar pada
kemudian hari anak berperilaku lebih positif dan dapat diterima dalam masyarakat
luas.

c. Fungsi hadiah bagi anak, antara lain: (a) memiliki nilai pendidikan, (b) memberikan
motivasi kepada anak, (c) memperkuat perilaku dan (d) memberikan dorongan agar
anak berbuat lebih baik lagi.
d. Fungsi hukuman yang diberikan kepada anak adalah: (a) fungsi restruktif, (b) fungsi
pendidikan, (c) sebagai penguat motivasi.
e. Syarat pemberian hukuman adalah: (a) segera diberikan, (b) konsisten, (c)
konstruktif, (d) impresional artinya tidak ditujukan kepada pribadi anak melainkan
kepada perbuatannya, (e) harus disertai alasan, (f) sebagai alat kontrol diri, (g)
diberikan pada tempat dan waktu yang tepat.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Peserta didik dipandang miniature orang dewasa
2. Islam memandang peserta didik sebagai individu yang diberi potensi berkecenderungan
berbuat jelek dan baik.
3. Pertumbuhan adalah perubahan kuantitas fisik akibat pematangan fungsi fisik.
4. Perkembangan adalah perubahan aspek psikis karena kematangan fungsi psikis dari yang
sifatnya kurang terdeferensiasi menuju ke deferensiasi.
5. Perubahan-perubahan pada diri individu merupakan bagian dari pertumbuhan dan
perkembangan.
6. Perkembangan fisik atau jasmani anak sangat berbeda satu sama lain, meskipun anakanak tersebut usianya tersebut usianya relatif sama, bahkan dalam kondisi yang relatif
sama pula.
B. Kritik dan Saran
Pembaca yang budiman, semoga makalah ini dapat dijadikan salah satu referensi
dalam pembelajaran Perkembangan Peserta Didik khususnya pada pembahasan Bab Peserta
Didik, Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik, Perkembangan Anak Usia Dini, dan
Krakteristik Anak Usia Sekolah Dasar.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kritik dan
saran yang bersifat membangun dari pembaca sekalian sangat penulis harapkan guna
kesempurnaan makalah ini di masa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemah. 1996. Semarang: PT. Karya Toha Putra
Marsudi, Saring, dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Hidayah, Dhini Ferry. 2010. “Perkembangan Peserta Didik”. Makalah. Surakarta: Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret.
Ozon
Station.
2010.
“Karakteristik
Anak
Usia
Dini”
(online),
(http://dachun91.wordpress.com/2010/11/22/karakteristik-anak-usia-dini, 14 April 2011)