BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Karakteristik Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Darat Rawat Inap Di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2010-2011

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Pentingnya pengetahuan tentang penyakit tidak menular (PTM) dilatarbelakangi dengan kecenderungan semakin meningkatnya prevalensi PTM dalam masyarakat, termasuk di Indonesia. Bangsa Indonesia yang sedang berkembang menuju masyarakat industri membawa kecenderungan baru dalam pola

  1 penyakit dalam masyarakat, kecelakaan merupakan salah satu di antaranya.

  Kecelakaan dapat saja terjadi setiap saat dan dimana saja. Namun kecelakaan itu lebih sering terjadi pada keadaan manusia bergerak atau berlalu lintas. Dan lalu lintas itu terjadi hampir pada setiap detik kehidupan manusia dan terjadi dimana- mana. Kesibukan lalu lintas terjadi di darat, laut dan udara. Sampai saat ini perhatian masih banyak ditujukan pada lalu lintas di darat walaupun masalah lalu lintas di laut

  1 dan udara tidak kalah menariknya.

  Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2004, kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab terbanyak terjadinya cedera di seluruh dunia dan angka kematian yang disebabkan kecelakaan lalu lintas berada di urutan ketiga setelah Jantung dan Tuberculosis (TB) di Indonesia. Kecelakaan lalu lintas menempati urutan kesembilan pada Disability Adjusted Life Years (DALYs). Diperkirakan akan menempati urutan ketiga di tahun 2020 sedangkan di negara berkembang urutan

  2 kedua.

  Menurut WHO (2008) kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab kematian kesepuluh di dunia dengan jumlah kematian 1,21 juta (2,1%) sedangkan di negara berkembang menjadi penyebab kematian ketujuh di dunia dengan jumlah kematian

  3

  940.000 (2,4%). Menurut WHO sekitar 1,3 juta orang meninggal setiap tahun akibat kecelakaan lalu lintas. Tanpa tindakan pengobatan, akibat kecelakaan lalu lintas diperkirakan akan mengakibatkan kematian sekitar 1,9 juta orang per tahun pada

  4

  tahun 2020. Kecelakaan lalu lintas dapat mengakibatkan berbagai cedera. Kepala merupakan bagian tubuh yang paling sering terkena cedera pada kecelakaan lalu

  5 lintas.

  Di Amerika Serikat pada tahun 1990 dilaporkan kejadian cedera kepala 200

  6

  per 100.000 penduduk per tahun. Menurut penelitian Hesketad di Rumah Sakit Universitas Stavanger Norwegia, selama tahun 2003 tingkat kejadian tahunan cedera

  7 kepala adalah 207 per 100.000 penduduk.

  Proporsi disabilitas dan (Case Fatality Rate) CFR cedera akibat kecelakaan lalu lintas masih tinggi. CFR tertinggi dijumpai di beberapa negara Amerika Latin (41,7 per 100.000 penduduk), Asia (21,9 dan 21,0 per 100.000 penduduk di Korea

8 Selatan dan Thailand). Berdasarkan penelitian Pusat Penelitian Kecelakaan

  Bangladesh Universitas Teknik Teknologi, sekitar 10.000 sampai 12.000 orang tewas

  9 dalam kecelakaan di jalan di Bangladesh setiap tahunnya.

  Di Beijing selama tahun 2009 berdasarkan data dari Pusat Kesehatan Darurat ada 2.984 kecelakaan lalu lintas dan 921 di antaranya mengalami cedera kepala

  10

  (30,9%). Di Kamboja pada tahun 2004 sebanyak 65% dari korban kecelakaan lalu

  11 lintas menderita cedera kepala.

  Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, korban kecelakaan lalu lintas cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Seperti pada tahun

  2007 korban sebanyak 49.553 orang dengan jumlah kematian 16.955 orang (CFR=34,2%), tahun 2008 korban sebanyak 59.164 orang dengan jumlah kematian 20.188 orang (CFR=34,2%), dan pada tahun 2009 korban sebanyak 62.960 orang

  12

  dengan jumlah kematian 19.979 (CFR=31,7%). Berdasarkan laporan dari Kepolisian Republik Indonesia, pada tahun 2010 di Indonesia jumlah kematian akibat kecelakaan telah mencapai 31.234 jiwa, yang artinya dalam setiap 1 jam terdapat 3-4

  13 orang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas di jalan.

  Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008 cedera merupakan penyebab kematian utama keempat (6,5%) untuk semua umur setelah Stroke, TB, dan Hipertensi. Pada pola 10 penyakit penyebab kematian terbanyak di rumah sakit pada pasien rawat jalan cedera menempati urutan keenam, sedangkan pada pasien rawat

  14 inap menempati urutan keempat.

  Di Indonesia cedera kepala menempati peringkat pertama pada urutan cedera yang dialami oleh korban kecelakaan lalu lintas yaitu sebesar 33,2%. Menurut data dari (riset kesehatan dasar) Riskesdas 2007 ada sebanyak 18,9% korban kecelakaan

  

15

  lalu lintas yang mengalami cedera kepala. Prevalensi kecelakaan lalu lintas darat tertinggi terdapat di Provinsi Bengkulu (44,2%), terendah di Provinsi Nusa Tenggara

  16 Timur (14,8%) dan prevalensi cedera kepala tertinggi di Provinsi Papua (18,0%).

  Berdasarkan Laporan Akhir Departemen Perhubungan Tahun 2007 di Sumatera Utara pada tahun 2003 terdapat korban kecelakaan 937 jiwa dengan korban meninggal 822 jiwa (CFR=87,7%). Pada tahun 2004 terdapat korban kecelakan sebanyak 919 jiwa dengan korban meninggal 775 jiwa (CFR=84,3%) dan pada tahun 2005 terdapat korban kecelakaan 1376 jiwa dengan korban meninggal 963

  17

  jiwa (70,0%). Menurut data Riskesdas (2007) di Sumatera Utara ada sebanyak 31,3% cedera yang disebabkan kecelakaan lalu lintas darat dan ada sebanyak 14,6% korban kecelakaan lalu lintas yang mengalami cedera kepala. Tapanuli Selatan

  18 memiliki kejadian cedera kepala tertinggi di Sumatera Utara sebanyak 28,4%.

  .Berdasarkan Laporan Akhir Departemen Perhubungan Tahun 2007 pada tahun 2005 di kota Medan terdapat korban kecelakaan 618 jiwa dengan korban

  17

  meninggal 202 jiwa (CFR=32,7%). Menurut data Riskesdas 2007 ada sebanyak 43,5% cedera yang disebabkan kecelakaan lalu lintas darat dan ada sebanyak 16,7%

  18 korban kecelakaan lalu lintas yang mengalami cedera kepala.

  Menurut laporan akhir Departemen Perhubungan RI (2007) di Kota Tebing

  2 Tinggi terdapat jalan propinsi sepanjang 4.050 km , jalan kota sepanjang 114.060

  2

  2

  km dan delapan jalan nasional dengan panjang 15.760 km . Terdapat tiga jalan nasional yang sering terjadi kecelakaan lalu lintas, di antaranya adalah jalan perbatasan ke Sei Rampah dan perbatasan ke Simalungun. Kondisi jalan yang memengaruhi terjadinya kecelakaan lalu lintas yaitu: rambu yang tidak tersedia,

  

20

tikungan yang tajam, dana jalan yang rusak.

  Berdasarkan data Profil Kesehatan Kota Tebing Tinggi Tahun 2008 insidens korban kecelakaan lalu lintas yang terjadi pada tahun 2006 mencapai 35 per 100.000 penduduk dan insidens pada tahun 2007 mencapai 39 per 100.000 penduduk. Pada tahun 2008 insidens korban kecelakaan lalu lintas mencapai 109,03 per 100.000

  19 penduduk, terdapat 152 korban kecelakaan dan 55 korban meninggal (CFR=36,2%).

  Menurut data Riskesdas 2007 kota Tebing Tinggi menempati urutan keempat cedera disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas darat sebanyak 50,0% setelah Kota Pematang

  Siantar (52,3%), Deli Serdang (51,8%), dan Kota Padang Sidempuan (50,8%) dan ada sebanyak 14,6% korban kecelakaan lalu lintas yang mengalami cedera kepala di

18 Kota Tebing Tinggi.

  Berdasarkan survei awal yang dilakukan di RSUD DR. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi, jumlah penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas darat yang dirawat inap tahun 2010-2011 sebanyak 114 orang. Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas darat rawat inap di RSUD Dr. H.

  Kumpulan Pane Tebing Tinggi tahun 2010-2011.

  1.2. Perumusan Masalah

  Belum diketahuinya karakteristik penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas darat rawat inap di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi tahun 2010-2011.

  1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

  Untuk mengetahui karakteristik penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas darat rawat inap di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi tahun 2010-2011.

1.3.2. Tujuan Khusus a.

  g.

  Untuk mengetahui proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan tingkat keparahan.

  Untuk mengetahui proporsi tingkat keparahan berdasarkan penyebab. l.

  Untuk mengetahui proporsi waktu kejadian berdasarkan penyebab. k.

  Untuk mengetahui CFR setiap tahun, penyebab, waktu kejadian, dan tingkat keparahan pada penderita cedera kepala. j.

  Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita cedera kepala berdasarkan sumber biaya. i.

  h.

  Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita cedera kepala berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

  Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita cedera kepala berdasarkan sosiodemografi antara lain: umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.

  b.

  f.

  Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita cedera kepala berdasarkan tingkat keparahan.

  e.

  Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita cedera kepala berdasarkan hari kejadian.

  d.

  Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita cedera kepala berdasarkan waktu kejadian.

  c.

  Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita cedera kepala berdasarkan penyebab.

  Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita cedera kepala berdasarkan lama rawatan rata-rata. m.

  Untuk mengetahui proporsi keadaan sewaktu pulang berdasarkan sumber biaya. n.

  Untuk mengetahui proporsi lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya. o.

  Untuk mengetahui proporsi lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1.

  Sebagai bahan masukan bagi pihak RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi dalam mengelola perawatan penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas darat.

1.4.2. Sebagai bahan untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas darat.

  1.4.3. Menambah pengetahuan penulis tentang penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas darat dan untuk menerapkan ilmu yang diperoleh penulis selama di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.