Karakteristik Penderita Cedera kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Yang Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan Tahun 2005/2007

(1)

KARAKTERISTIK PENDERITA CEDERA KEPALA AKIBAT KECELAKAAN LALU LINTAS YANG RAWAT INAP

DI RUMAH SAKIT UMUM PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2005-2007

S K R I P S I

Oleh :

EFRIKA SUSANTI NASUTION NIM. 041000036

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(2)

KARAKTERISTIK PENDERITA CEDERA KEPALA AKIBAT KECELAKAAN LALU LINTAS YANG RAWAT INAP

DI RUMAH SAKIT UMUM PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2005-2007

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

EFRIKA SUSANTI NASUTION NIM. 041000036

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :

KARAKTERISTIK PENDERITA CEDERA KEPALA AKIBAT KECELAKAAN LALU LINTAS YANG RAWAT INAP

DI RUMAH SAKIT UMUM PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2005-2007

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh : EFRIKA SUSANTI NASUTION

NIM. 041000036

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 02 Desember 2008

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH drh. Hiswani, MKes NIP. 130702002 NIP. 132084988

Penguji II Penguji III

dr. Achsan Harahap, MPH drh.Rasmaliah,MKes NIP. 130318031 NIP. 390009523

Medan, Desember 2008 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Dekan,

dr. Ria Masniari Lubis, MSi


(4)

ABSTRAK

Kecelakaan lalu lintas (KLL) merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, khususnya negara berkembang. Cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab utama disabilitas dan mortalitas.Di Indonesia jumlah korban kecelakaan lalu lintas pada tahun 2003 terdapat 24.692 orang,tahun 2004 terdapat 32.271 orang, dan pada tahun 2005 terdapat 33.827 kasus dengan jumlah kematian 11.610 orang (CFR=34,4%) dengan kata lain bahwa setiap 45 menit terdapat 1 orang yang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas. Tujuan penelitian untuk mengetahui karakteristik penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas yang rawat inap di Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan tahun 2005-2007.

Penelitian bersifat deskriptif dengan desain case series dianalisis dengan menggunakan uji chi-square dan anova one way, dengan jumlah populasi 449 orang jumlah sampel 212 orang. Teknik pengambilan sampel secara simple random sampling dengan menggunakan tabel angka acak.

Kecenderungan penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas menunjukkan penurunan pada tahun 2005, dan pada tahun 2006 terjadi peningkatan, kemudian menurun pada tahun 2007, penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas terbesar terdapat pada kelompok umur < 25 tahun (62,7%), jenis kelamin laki-laki (73,6%), suku Batak (79,3%), agama Islam (75,9%), pendidikan Menengah (26,9%), pekerjaan pelajar/Mahasiswa (48,1%), status belum kawin (51,4%), tempat tinggal Padangsidimpuan (60,8), sumber biaya pribadi (62,3%), tingkat keparahan ringan (81,1%), keadaan sewaktu pulang PBJ (71,7%), lama rawatan rata-rata 3,08 hari (3 hari), CFR terbesar pada tahun 2006 (2,6%), CFR dari kelompok umur ≥ 45 tahun (15,4%), CFR dari jenis kelamin laki-laki (1,9%), CFR dari tingkat keparahan sedang (8,0%). Berdasarkan uji Chi-Square diperoleh p>0,05 artinya tidak ada perbedaan bermakna proporsi umur berdasarkan tingkat keparahan, jenis kelamin berdasarkan tingkat keparahan, dan status perkawinan berdasarkan tingkat keparahan Berdasarkan hasil uji Anova diperoleh p>0,05 artinya tidak terdapat perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya dan lama rawatan berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

Perlu dilakukan penyuluhan dari berbagai pihak terutama pihak kepolisian dan pihak Dinas Perhubungan ke sekolah-sekolah (khususnya pendidikan Menengah) baik berupa dalam bentuk leaflet, spanduk, dan sejenisnya syarat keselamatan di jalan raya. Disarankan kepada pihak Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan berupa fasilitas kesehatan Berupa tersedianya alat CT-Scan serta melengkapi sistem pencatatan pada kartu status.


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : EFRIKA SUSANTI NASUTION

Tempat/Tanggal Lahir : Padangsidimpuan / 27 Juli 1985

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin Jumlah Anggota Keluarga : 8 orang

Alamat Rumah : Jln. Imambonjol Gg. Muhammadiyah No. 3 Kota Padangsidimpuan Kode Pos 22723

RIWAYAT PENDIDIKAN :

Tahun 1992– 1998 : SD Negeri No. 15 Padangsidimpuan Tahun 1998 – 2001 : Ponpes Darul Mursyid Sipirok Tahun 2001 – 2004 : MAN 2 Padangsidimpuan Tahun 2004 – 2008 : FKM USU Medan


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, dan inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Selama penulisan skripsi yang berjudul “Karakteristik Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Yang Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan Tahun 2005-2007”, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun material. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya dengan tulus kepada:

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi selaku Dekan FKM-USU

2. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH selaku Ketua Departemen Epidemiologi FKM-USU, sebagai Dosen Penasehat Akademik, dan sebagai dosen pembimbing I.

3. Ibu drh. Hiswani, M. Kes selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dan pikiran dalam memberikan petunjuk, saran, dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Bapak dr. Achsan Harahap, MPH, dan Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes selaku Dosen Penguji I dan Penguji II yang telah banyak memberikan masukan dan kritikan yang positif demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

5. Bapak Direktur Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan, Wadir Bidang Komite Klinik dan Diklat, dan Kepala Rekam Medik beserta semua staf pegawai.


(7)

6. Ayahanda H. Sakti Fachri Nst, dan Ibunda Hj. Syamsiah Nst tersayang, yang telah memberikan doa dan restu yang tulus, nasehat dan motivasi untuk kelancaran penulisan dalam menyelesaikan pendidikan ini.

7. Kakanda Nirma Nst, SH, Bang Hendri Nst, SSos, Bang Dedek Nst, ST , Bang Edi Nst, Bang Solah Nst, SPd, Kak Alia Sitompul, SE dan adikku Mira atas perhatiannya selama ini dalam membantu dan memberikan bimbingan serta dorongan baik secara moral dan spiritual sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat terbaikku Aina, Gifi, Fida, Nove, Yanti, Irma terima kasih buat persahabatan, dan kesetiaannya. Semoga persahabatan yang indah ini tetap terjaga.

9. Bang Syamsuardi, Bang Usman, Ilda, Sari, Andri, Futri , Frengki dan seluruh mahasiswa peminatan Epidemiologi yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang selalu semangat dan memberi masukan yang membangun bagi penulis. Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan acuan bagi penelitian selanjutnya. Semoga Allah SWT memberikan berkah kepada kita semua. Amiiin.

Medan, November 2008 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Halaman Halaman Pengesahan

Abstrak ... i

Daftar Riwayat Hidup ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... x

Daftar Gambar ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1. Tujuan Umum ... 4

1.3.2. Tujuan Khusus ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi... 7

2.2. Anatomi Kepala ... 7

2.2.1. Kulit Kepala (Scalp) ... 7

2.2.2. Tengkorak Kepala ... 7

2.2.3. Selaput Otak (Meningen) ... 8

2.2.4. Otak ... 10

2.3. Penyebab Cedera Kepala... 12

2.4. Epidemiologi Cedera Kepala ... 13

2.4.1. Distribusi Cedera Kepala ... 13

2.4.2. Determinan Cedera Kepala ... 15

2.5. Klasifikasi Cedera Kepala... 17

2.5.1. Komosio Serebri ... 17

2.5.2. Kontusio Serebri ... 17

2.5.3. Hematoma Epidural ... 18

2.5.4. Hematoma Subdural... 18

2.5.5. Hematoma Intraserebral ... 19

2.5.6. Fraktura Basis Kranii ... 20

2.6. Tingkat Keparahan Cedera Kepala ... 21

2.7. Akibat Jangka Panjang Cedera Kepala ... 23

2.7.1. Kerusakan Saraf Kranial ... 23

2.7.2. Disfasia ... 24

2.7.3. Hemiparesis ... 25


(9)

2.8.Pencegahan dan Penatalaksanaan Cedera Kepala ... 26

BAB 3 KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 30

3.2. Definisi Operasional ... 30

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 34

4.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 34

4.2.1. Lokasi Penelitian ... 34

4.2.2. Waktu Penelitian ... 34

4.3. Populasi Dan Sampel ... 35

4.3.1. Populasi ... 35

4.3.2. Sampel ... 35

4.4. Metode Pengambilan Sampel ... 36

4.5. Metode Pengumpulan Data ... 36

4.6. Teknik Analisa Data ... 36

BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum RSUD Padangsidimpuan ... 37

5.1.1. Sejarah Berdirinya RSUD Padangsidimpuan ... 37

5.1.2. Susunan Organisasi ... 38

5.1.3. Jenis Pelayanan ... 39

5.2. Penderita Cedera Kepala Berdasarkan Rincian Bulan ... 40

5.3. Sosiodemografi ... 41

5.4. Tingkat Keparahan ... 44

5.5. Lama Rawatan Rata-Rata... 45

5.6. Keadaan Sewaktu Pulang... 46

5.7. Case Fatality Rate (CFR) ... 47

5.7.1. CFR Setiap Tahun ... 47

5.7.2. CFR Dari Umur... 47

5.7.3. CFR Dari Jenis Kelamin ... 48

5.7.4. CFR Dari Tingkat Keparahan ... 48

5.8. Analisa Statistik ... 49

5.8.1. Umur Berdasarkan Tingkat Keparahan... 49

5.8.2. Jenis Kelamin Berdasarkan Tingkat Keparahan ... 50

5.8.3. Status Perkawinan Berdasarkan Tingkat Keparahan ... 51

5.8.4. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Sumber Biaya... 52

5.8.5. Lama rawatan Rata-rata Berdasarkan Tingkat Keparahan. 53

5.8.6. Lama rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang... 54

5.8.7. Tingkat Keparahan Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang... 55


(10)

BAB 6 PEMBAHASAN

6.1. Kecenderungan Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan

Lalu Lintas Berdasarkan Bulan... 57

6.2. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Sosiodemografi ... 59

6.2.1. Umur ... 59

6.2.2. Jenis Kelamin ... 60

6.2.3. Suku ... 61

6.2.4. Agama ... 62

6.2.5. Pendidikan... 63

6.2.6. Pekerjaan ... 64

6.2.7. Status Perkawinan ... 65

6.2.8. Tempat Tinggal ... 66

6.2.9. Sumber Pembiayaan... 67

6.3. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Tingkat Keparahan... 68

6.4. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas... 69

6.5. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang... 69

6.6. Case Fatality Rate (CFR) Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas... 71

6.6.1. CFR Setiap Tahun ... 71

6.6.2. CFR Dari Umur... 71

6.6.3. CFR Dari Jenis Kelamin ... 71

6.6.4. CFR Dari Tingkat Keparahan ... 71

6.7. Analisa Statistik ... 72

6.7.1. Umur Berdasarkan Tingkat Keparahan... 72

6.7.2. Jenis Kelamin Berdasarkan Tingkat Keparahan ... 73

6.7.3. Status Perkawinan Berdasarkan Tingkat Keparahan ... 74

6.7.4. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Sumber Biaya... 75

6.7.5. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Tingkat Keparahan ... 76

6.7.6. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Keadaan sewaktu Pulang... 77

6.7.7. Tingkat Keparahan Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang... 78

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan ... 79


(11)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Penelitian dari FKM USU

Lampiran 2 Surat Keterangan Telah Selesai Melakukan Penelitian di RSUD Padangsidimpuan

Lampiran 3 Master Data


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat

Kecelakaan Lalu Lintas Yang Rawat Inap Berdasarkan Waktu (Bulan) di RSUD Padangsidimpuan tahun 2005-2007. ... 40 Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat

Kecelakaan Lalu Lintas Yang Rawat Inap Berdasarkan Sosiodemografi di RSUD Padangsidimpuan tahun 2005-2007 . 41 Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat

Kecelakaan Lalu Lintas Yang Rawat Inap Berdasarkan Tingkat Keparahan di RSUD Padangsidimpuan tahun 2005-2007. ... 44 Tabel 5.4. Lama rawatan Rata-rata Penderita Cedera Kepala Akibat

Kecelakaan Lalu Lintas Yang Rawat Inap di RSUD Padangsidimpuan Tahun 2005-2007 ... 45 Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat

Kecelakaan Lalu Lintas Yang Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUD Padangsidimpuan tahun 2005-2007 . ... 46 Tabel 5.6. Case Fatality Rate (CFR) Penderita Cedera Kepala Akibat

Kecelakaan Lalu Lintas Yang Rawat Inap di RSUD Padangsidimpuan Tahun 2005-2007... 47 Tabel 5.7. Case Fatality Rate (CFR) Dari Umur Pada Penderita Cedera

Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Yang Rawat Inap di RSUD Padangsidimpuan Tahun 2005-2007. ... 47 Tabel 5.8. Case Fatality Rate (CFR) Dari Jenis Kelamin Pada Penderita

Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Yang Rawat Inap di RSUD Padangsidimpuan Tahun 2005-2007... 48 Tabel 5.9. Case Fatality Rate (CFR) Dari Tingkat Keparahan Pada

Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Yang Rawat Inap di RSUD Padangsidimpuan Tahun 2005-2007... 48 Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Tingkat Keparahan

Pada Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Yang Rawat Inap di RSUD Padangsidimpuan Tahun


(13)

Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Tingkat Keparahan Pada Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Yang Rawat Inap di RSUD Padangsidimpuan Tahun 2005-2007. ... 50 Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Status Perkawinan Berdasarkan Tingkat

Keparahan Pada Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Yang Rawat Inap di RSUD Padangsidimpuan Tahun 2005-2007. ... 51 Tabel 5.13. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Cedera Kepala Akibat

Kecelakaan Lalu Lintas Yang Rawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di RSUD Padangsidimpuan Tahun 2005-2007... 52 Tabel 5.14. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Cedera Kepala Akibat

Kecelakaan Lalu Lintas Yang Rawat Inap Berdasarkan Tingkat Keparahan di RSUD Padangsidimpuan Tahun 2005-2007... 53 Tabel 5.15. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Cedera Kepala Akibat

Kecelakaan Lalu Lintas Yang Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUD Padangsidimpuan Tahun 2005-2007. ... 54 Tabel 5.16. Distribusi Proporsi Tingkat Keparahan Berdasarkan Keadaan

Sewaktu Pulang Pada Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Yang Rawat Inap di RSUD Padangsidimpuan Tahun 2005-2007... 55


(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Anatomi Tengkorak ... 8

Gambar 2.2. Selaput Otak ... 10

Gambar 2.3. Anatomi Otak. ... 12


(15)

DAFTAR GRAFIK

Halaman Grafik 6.1. Distribusi Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu

Lintas yang Rawat Inap Berdasarkan Waktu (Bulan) di RSUD Padangsidimpuan Tahun 2005-2007... 57 Grafik 6.2. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat

KecelakaanLalu Lintas yang Rawat Inap Berdasarkan Umur di RSUD Padangsidimpuan Tahun 2005-2007. ... 59 Grafik 6.3. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat

Kecelakaan Lalu Lintas yang Rawat Inap Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUD Padangsidimpuan Tahun 2005-2007. ... 60 Grafik 6.4. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat

Kecelakaan Lalu Lintas yang Rawat Inap Berdasarkan Suku di RSUD Padangsidimpuan Tahun 2005-2007. ... 61 Grafik 6.5. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat

Kecelakaan Lalu Lintas Yang Rawat Inap Berdasarkan Agama di RSUD Padangsidimpuan Tahun 2005-2007. ... 62 Grafik 6.6. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat

Kecelakaan Lalu Lintas Yang Rawat Inap Berdasarkan Pendidikan di RSUD Padangsidimpuan Tahun 2005-2007. ... 63 Grafik 6.7. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat

Kecelakaan Lalu Lintas Yang Rawat Inap Berdasarkan Pekerjaan di RSUD Padangsidimpuan Tahun 2005-2007. ... 64 Grafik 6.8. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat

Kecelakaan Lalu Lintas yang Rawat Inap Berdasarkan Status Perkawinan di RSUD Padangsidimpuan Tahun 2005-2007. ... 65 Grafik 6.9. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat

Kecelakaan Lalu Lintas Yang Rawat Inap Berdasarkan Tempat Tinggal di RSUD Padangsidimpuan Tahun 2005-2007. ... 66 Grafik 6.10. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat

Kecelakaan Lalu Lintas Yang Rawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di RSUD Padangsidimpuan Tahun 2005-2007... 67


(16)

Grafik 6.11. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas yang Rawat Inap Berdasarkan Tingkat Keparahan di RSUD Padangsidimpuan Tahun

2005-2007... 68 Grafik 6.12. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat

Kecelakaan Lalu Lintas yang Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUD Padangsidimpuan Tahun 2005-2007 ... 69 Grafik 6.13. Distribusi Proporsi Umur Penderita Cedera Kepala Akibat

Kecelakaan Lalu Lintas yang Rawat Inap Berdasarkan Tingkat Keparahan di RSU Padangsidimpuan Tahun

2005-2007... 72 Grafik 6.14. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Cedera Kepala

Akibat Kecelakaan Lalu Lintas yang Rawat Inap Berdasarkan Tingkat Keparahan di RSU Padangsidimpuan Tahun

2005-2007... 73 Grafik 6.15. Distribusi Proporsi Status Perkawinan Penderita Cedera Kepala

Akibat Kecelakaan Lalu Lintas yang Rawat Inap Berdasarkan Tingkat Keparahan di RSU Padangsidimpuan Tahun

2005-2007... 74 Grafik 6.16 Lama Rawatan Rata-rata Penderita Cedera Kepala Akibat

Kecelakaan Lalu Lintas Yang Rawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di RSU Padangsidimpuan Tahun 2005-2007. ... 75 Grafik 6.16. Lama Rawatan Rata-rata Penderita Cedera Kepala Akibat

Kecelakaan Lalu Lintas Yang Rawat Inap Berdasarkan Tingkat Keparahan di RSU Padangsidimpuan Tahun 2005-2007... 76 Grafik 6.17. Lama Rawatan Rata-rata Penderita Cedera Kepala Akibat

Kecelakaan Lalu Lintas Yang Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSU Padangsidimpuan Tahun 2005-2007 ... 77 Grafik 6.18. Distribusi Proporsi Tingkat Keparahan Berdasarkan Keadaan

Sewaktu Pulang Pada Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Yang Rawat Inap di RSU Padangsidimpuan Tahun 2005-2007... 78


(17)

ABSTRAK

Kecelakaan lalu lintas (KLL) merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, khususnya negara berkembang. Cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab utama disabilitas dan mortalitas.Di Indonesia jumlah korban kecelakaan lalu lintas pada tahun 2003 terdapat 24.692 orang,tahun 2004 terdapat 32.271 orang, dan pada tahun 2005 terdapat 33.827 kasus dengan jumlah kematian 11.610 orang (CFR=34,4%) dengan kata lain bahwa setiap 45 menit terdapat 1 orang yang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas. Tujuan penelitian untuk mengetahui karakteristik penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas yang rawat inap di Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan tahun 2005-2007.

Penelitian bersifat deskriptif dengan desain case series dianalisis dengan menggunakan uji chi-square dan anova one way, dengan jumlah populasi 449 orang jumlah sampel 212 orang. Teknik pengambilan sampel secara simple random sampling dengan menggunakan tabel angka acak.

Kecenderungan penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas menunjukkan penurunan pada tahun 2005, dan pada tahun 2006 terjadi peningkatan, kemudian menurun pada tahun 2007, penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas terbesar terdapat pada kelompok umur < 25 tahun (62,7%), jenis kelamin laki-laki (73,6%), suku Batak (79,3%), agama Islam (75,9%), pendidikan Menengah (26,9%), pekerjaan pelajar/Mahasiswa (48,1%), status belum kawin (51,4%), tempat tinggal Padangsidimpuan (60,8), sumber biaya pribadi (62,3%), tingkat keparahan ringan (81,1%), keadaan sewaktu pulang PBJ (71,7%), lama rawatan rata-rata 3,08 hari (3 hari), CFR terbesar pada tahun 2006 (2,6%), CFR dari kelompok umur ≥ 45 tahun (15,4%), CFR dari jenis kelamin laki-laki (1,9%), CFR dari tingkat keparahan sedang (8,0%). Berdasarkan uji Chi-Square diperoleh p>0,05 artinya tidak ada perbedaan bermakna proporsi umur berdasarkan tingkat keparahan, jenis kelamin berdasarkan tingkat keparahan, dan status perkawinan berdasarkan tingkat keparahan Berdasarkan hasil uji Anova diperoleh p>0,05 artinya tidak terdapat perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya dan lama rawatan berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

Perlu dilakukan penyuluhan dari berbagai pihak terutama pihak kepolisian dan pihak Dinas Perhubungan ke sekolah-sekolah (khususnya pendidikan Menengah) baik berupa dalam bentuk leaflet, spanduk, dan sejenisnya syarat keselamatan di jalan raya. Disarankan kepada pihak Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan berupa fasilitas kesehatan Berupa tersedianya alat CT-Scan serta melengkapi sistem pencatatan pada kartu status.


(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sejak Indonesia dilanda krisis moneter pada tahun 1997, kemudian dipicu dengan kenaikan harga bahan bakar minyak, sepeda motor menjadi alat transportasi sehari-hari masyarakat yang paling favorit.1 Sepeda motor saat ini sudah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat dan juga bagi sebahagian besar penduduk dunia terutama penduduk Asia, Amerika Latin, dan Afrika.2

Penduduk golongan menengah ke bawah mempergunakan sepeda motor sebagai alat transportasi sehari-hari seperti untuk pergi ke tempat kerja, ke sekolah, pergi berbelanja dan mengantar serta menjemput anak ke sekolah, sedangkan bagi penduduk golongan ekonomi atas atau “the have” sepeda motor yang biasanya bermesin lebih besar yang biasanya digunakan untuk mengembangkan hobi atau buat olahraga, dan hanya dipakai pada waktu-waktu tertentu saja.2 Pertumbuhan kenderaan yang cukup tinggi ini tidak hanya menimbulkan masalah kemacetan lalu lintas tetapi dapat juga menimbulkan masalah lain seperti kecelakaan lalu lintas.3

Kecelakaan lalu lintas merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, khususnya di negara berkembang. Menurut World Health Organization

(WHO) pada tahun 2002 kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab kematian urutan kesebelas di seluruh dunia, menelan korban jiwa sekitar 1,2 juta manusia setiap tahun.4


(19)

Kecelakaan lalu lintas dapat mengakibatkan berbagai cedera. Cedera yang paling banyak terjadi pada saat kecelakaan lalu lintas adalah cedera kepala.5 Cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab utama disabilitas dan mortalitas di negara berkembang. Keadaan ini umumnya terjadi pada pengemudi motor tanpa helm atau memakai helm yang kurang tepat dan yang tidak memenuhi standar.6

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2004, Case Fatality Rate

(CFR) cedera akibat kecelakaan lalu lintas tertinggi dijumpai di beberapa negara Amerika Latin (41,7%), Korea Selatan (21,9%), dan Thailand (21,0%).4

Menurut Gillian yang dikutip oleh Ibrahim (1997) di Amerika Serikat terdapat 500.000 kasus cedera kepala setiap tahunnya, kurang lebih 18-30% meninggal dalam 4 jam pertama sebelum sampai ke rumah sakit.4

Di Indonesia jumlah kecelakaan lalu lintas meningkat dari tahun ke tahun. Menurut data Direktorat Keselamatan Transportasi Darat Departemen Perhubungan (2005), jumlah korban kecelakaan lalu lintas pada tahun 2003 terdapat 24.692 orang dengan jumlah kematian 9.865 orang (CFR=39,9%), tahun 2004 terdapat 32.271 orang dengan jumlah kematian 11.204 orang (CFR=34,7%), dan pada tahun 2005 menjadi 33.827 kasus dengan jumlah kematian 11.610 orang (CFR=34,4%). Dari data tahun 2005 di atas, didapatkan bahwa setiap harinya terdapat 31 orang yang meninggal atau dengan kata lain setiap 45 menit terdapat 1 orang yang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas.7

Menurut catatan Sistim Administrasi Satu Atap (SAMSAT) Polda Metro Jaya (2006), pada tahun 2002 tercatat 1.220 kejadian kecelakaan, pada tahun 2005 angka


(20)

kecelakaan mencapai 4.156 kejadian (IR KLL=1,89 per 100.000 penduduk), dan tahun 2006 tercatat 4.407 kecelakaan, sedangkan menurut catatan Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya, pada bulan November 2007 terdapat sebanyak 111 kejadian kecelakaan yang mengakibatkan 13 orang meninggal dunia dengan Case Fatality Rate 11,7%.3

Berdasarkan data Direktorat Lalu Lintas, Polda Sumatera Utara korban kecelakaan lalu lintas pada tahun 2005 sebanyak 2.939 orang dengan jumlah kematian 963 orang (CFR=32,8%) dan pada tahun 2006 sebanyak 4.859 orang dengan jumlah kematian 1.205 orang (CFR=24,8%). Pada tahun 2005 terdapat 1.864.980 pengguna sepeda motor dengan jumlah kejadian kecelakaan 1.376 ( IR KLL=7,37 per 10.000 pengguna sepeda motor), dan pada tahun 2006 terdapat 2.113.772 pengguna sepeda motor dengan jumlah kejadian kecelakaan lalu lintas 2.438 ( IR KLL=11,5 per 10.000 pengguna sepeda motor).2

Pada tahun 2002-2003 di RSUD dr. Pirngadi Medan dijumpai cedera kepala sebanyak 1.095 orang dengan kematian 92 orang (CFR=8,4%), di RSUP H. Adam Malik Medan jumlah cedera kepala sebanyak 680 orang dengan jumlah kematian 66 orang (CFR=9,7%),8 dan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dina di rumah sakit umum daerah Padangsidimpuan (2006) menunjukkan bahwa proporsi penderita kecelakaaan lalu lintas yang dirawat inap berfluktuasi, pada tahun 2000 sebanyak 18,2%, tahun 2001 sebanyak 22,4%, tahun 2002 sebanyak 20,5%, tahun 2003 sebanyak 19,2%, dan tahun 2004 sebanyak 19,8% dari seluruh pasien cedera kepala yang rawat inap, dimana jumlah cedera kepala sebesar 616 orang dengan kematian 23


(21)

bagian rekam medik RSUD. Padangsidimpuan menunjukkan pada tahun 2005-2007 terdapat 449 penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas.

Berdasarkan latar belakang di atas terlihat bahwa cedera kepala perlu mendapat perhatian dan penanganan yang serius, mengingat jumlah kasus yang semakin meningkat. Oleh karena itu, maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas yang rawat inap di RSUD Padangsidimpuan tahun 2005-2007.

1.2. Perumusan Masalah

Belum diketahuinya karakteristik penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas yang rawat inap di RSUD. Padangsidimpuan tahun 2005-2007.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas yang rawat inap di RSUD Padangsidimpuan tahun 2005-2007.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui trend penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas yang rawat inap di RSUD Padangsidimpuan tahun 2005-2007.

b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita cedera kepala berdasarkan sosiodemografi antara lain : umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, tempat tinggal, dan sumber biaya.


(22)

c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita cedera kepala berdasarkan tingkat keparahan.

d. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata penderita cedera kepala.

e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita cedera kepala berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

f. Untuk mengetahui Case Fatality Rate (CFR) setiap tahun

g. Untuk mengetahui Case Fatality Rate (CFR) penderita cedera kepala berdasarkan umur , jenis kelamin, dan tingkat keparahan.

h. Untuk mengetahui perbedaan proporsi umur berdasarkan tingkat keparahan. i. Untuk mengetahui perbedaan proporsi jenis kelamin berdasarkan tingkat

keparahan.

j. Untuk mengetahui perbedaan proporsi status perkawinan berdasarkan tingkat keparahan.

k. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya. l. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata berdasarkan tingkat keparahan. m. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu

pulang.

n. Untuk mengetahui perbedaan proporsi tingkat keparahan berdasarkan keadaan sewaktu pulang.


(23)

1.4. Manfaat

1.4.1. Sebagai bahan masukan bagi pihak RSUD. Padangsidimpuan dalam mengelola perawatan penderita cedera kepala akibat kecelakaaan lalu lintas.

1.4.2. Sebagai bahan untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas.


(24)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Cedera Kepala

Cedera kepala (trauma capitis) adalah cedera mekanik yang secara langsung atau tidak langsung mengenai kepala yang mengakibatkan Luka di kulit kepala, fraktur tulang tengkorak, robekan selaput otak, dan kerusakan jaringa otak itu sendiri, serta mengakibatkan gangguan neurologis.10,11

2.2. Anatomi Kepala

2.2.1. Kulit Kepala (scalp)12

Kulit kepala menutupi cranium/tengkorak yang terdiri dari lima lapis jaringan yaitu kulit (skin), jaringan ikat (connective tissue), galea aponeurotica (aponeurosis epicranialis), jaringan ikat jarang (loose connective tissue), dan

pericranium.

2.2.2. Tengkorak Otak13

Terdiri dari tulang-tulang yang dihubungkan satu sama lain oleh tulang bergerigi yang disebut sutura banyaknya delapan buah dan terdiri dari tiga bagian, yaitu :

a. Gubah tengkorak, terdiri dari: 1. Tulang dahi (os frontal) 2. Tulang ubun-ubun (os parietal)


(25)

b. Dasar tengkorak, terdiri dari : 1. Tulang baji (os spheinoidale) 2. Tulang tapis (os ethmoidale)

c. Samping tengkorak, dibentuk dari tulang pelipis (os temporal) dan sebagian dari tulang dahi, tulang ubun-ubun, dan tulang baji.

Fraktur tengkorak dianggap mempunyai kepentingan primer sebagai penanda dari tempat dan keparahan cidera.

Gambar 2.1 Anatomi tengkorak12

2.2.3. Selaput Otak (Meningen)13

Selaput yang membungkus otak dan sumsum tulang belakang, melindungi struktur saraf halus yang membawa pembuluh darah dan


(26)

cairan sekresi (cairan serebrospinal), memperkecil benturan atu getaran. Terdiri dari tiga lapisan yaitu:

a. Lapisan Dura mater (selaput otak keras)

Lapisan dura mater terdapat di bawah tulang tengkorak dan diantaranya terdapat ruangan yang disebut Epidural/Extradural space. Pembuluh arteri meningen media berjalan pada ruangan ini dan mempunyai peranan penting untuk terjadinya Epidural Hemorrhagi.

b. Lapisan Arachnoidea (selaput otak lunak)

Lapisan arachnoidea terdapat di bawah dura mater dan mengelilingi otak serta berhubungan dengan sumsum tulang belakang. Ruangan diantara dura mater dan arachnoidea disebut subdural space. Pada ruangan ini berjalan pembuluh-pembuluh bridging vein yang menghubungkan system vena otak dan meningen. Gerakan kepala dapat membuat vena-vena ini trauma dan menimbulkan subdural hemorrhagi, karena vena-vena ini sangat luas.

c. Pia mater

Lapisan ini melekat erat dengan jaringan otak dan mengikuti gyrus dari otak. Ruangan diantara arachnoidea dan pia mater disebut subarachnoidea. Cairan cerebrospinalis dari otak ke sumsum tulang belakang berjalan pada ruangan ini.


(27)

Gambar 2.2 Selaput Otak

2.2.4. Otak14

Otak adalah pusat pengendali tubuh. Otak terletak dalam rongga tengkorak yang terdiri dari 3 bagian, yaitu :

a. Otak besar (cerebrum)

Bagian terluas dan terbesar dari otak. Bertanggung jawab atas berkembangnya inteligensi pada manusia. Otak besar dibelah dua dari depan ke belakang. Belahan kanan otak mengendalikan otot dari sisi kiri tubuh dan belahan kiri otak mengendalikan otot dari sisi kanan tubuh. Lapisan luar otak besar disebut korteks serebri yang terdiri dari bahan-bahan sel interneuron yang berwarna kelabu (substantia grisea) dan lapisan cerebrum di bawah korteks disebut substantia alba (berwarna putih). Di sebelah dalam otak besar terdapat thalamus (menyampaikan rangsangan sensoris ke korteks serebri) dan hipotalamus (mengatur kebutuhan dasar tubuh, seperti suhu badan, tidur, pencernaan, dan pelepasan hormon).


(28)

b. Batang Otak (truncus cerebri)

Struktur yang menghubungkan cerebrum dengan medulla spinalis, terdiri dari medulla oblongata, pons, dan otak tengah.

Medula oblongata adalah pusat pengendali beberapa fungsi kehidupan seperti bernafas, tekanan darah, denyut jantung, dan menelan. Pons adalah berkas serat saraf yang menghubungkan cerebrum dengan cerebellum dan belahan kanan otak dengan belahan kiri otak, membantu mengendalikan gerak mata dan mengatur pernafasan. Otak tengah adalah kelompok saraf yang mengendalikan gerak involunter seperti ukuran pupil dan gerak mata. Semua saraf cranial kecuali saraf I (olfactorius) dan II (opicus) muncul dari batang otak.

c. Otak kecil (cerebellum)

Bagian otak yang mengkoordinasikan otot yang digerakkan, seperti berlari dan berjalan. Terdapat di bawah dan di belakang cerebrum dan mengkoordinasikan arus rangsangan saraf dari tubuh dan cerebrum. Mengatur gerak otot menurut kehendak, mengendalikan keseimbangan badan, dan mempertahankan sikap tubuh.


(29)

Gambar 2.3 Anatomi otak12

2.3. Penyebab Cedera Kepala

Penyebab cedera kepala dapat dibedakan berdasarkan jenis kekerasan yaitu jenis kekerasan benda tumpul dan benda tajam Benda tumpul biasanya berkaitan dengan kecelakaan lalu lintas (kecepatan tinggi, kecepatan rendah), jatuh, dan


(30)

pukulan benda tumpul, sedangkan benda tajam berkaitan dengan benda tajam (bacok) dan tembakan.5,15

Menurut penelitian Evans di Amerika (1996), penyebab cedera kepala terbanyak adalah 45% akibat kecelakaan lalu lintas, 30% akibat terjatuh, 10% kecelakaan dalam pekerjaan,10% kecelakaaan waktu rekreasi,dan 5% akibat diserang atau di pukul.16

Kontribusi paling banyak terhadap cedera kepala serius adalah kecelakaan sepeda motor. Hal ini disebabkan sebagian besar (>85%) pengendara sepeda motor tidak menggunakan helm yang tidak memenuhi standar. Pada saat penderita terjatuh helm sudah terlepas sebelum kepala menyentuh tanah, akhirnya terjadi benturan langsung kepala dengan tanah atau helm dapat pecah dan melukai kepala.15,17

2.4. Epidemiologi Cedera Kepala 2.4.1. Distribusi Cedera Kepala

Cedera adalah salah satu masalah kesehatan yang paling serius. Cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kecacatan. Cedera kepala berperan pada hampir separuh dari seluruh kematian akibat trauma. Distribusi cidera kepala terutama melibatkan kelompok usia produktif antara 15-44 tahun dan lebih didominasi oleh kaum laki-laki dibandingkan dengan perempuan.17

Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat setiap tahun hampir 2 juta penduduk mengalami cidera kepala (Packard, 1999). Menurut penelitian


(31)

Evans (1996), distribusi kasus cidera kepala pada laki-laki dua kali lebih sering dibandingkan perempuan dan separuh pasien berusia 15-34 tahun.16

Berdasarkan penelitian Suparnadi (2002) di Jakarta, menunjukkan bahwa sekitar separuh dari para korban berumur antara 20-39 tahun (47%), suatu golongan umur yang paling aktif dan produktif. Dalam penelitian ini didominasi laki-laki (74%) dan pekerjaan korban sebagian besar adalah buruh (25%), 11% adalah pelajar dan mahasiswa.18

Berdasarkan penelitian Wijanarka dan Dwiphrahasto (2005) di IGD RS Panti nugroho Yogyakarta, dari 74 penderita terdapat 76% cedera kepala ringan, 15% cedera kepala sedang, dan 9% cedera kepala berat rata-rata umur 29,60 tahun. Dalam penelitian ini didominasi laki-laki (58%) dan pelajar/mahasiswa (77%).19

Menurut penelitian Amandus (2005) di RSUP Adam Malik Medan, terdapat 370 penderita cedera kepala rawat inap pada tahun 2002-2004 dengan proporsi tertinggi pada kelompok umur 17-24 tahun (37,5%) dan didominasi oleh laki-laki (68,2%).8

Menurut penelitian Riyadina dan Subik (2005) di Instalasi Gawat Darurat RSUP. Fatmawati Jakarta kecelakaan banyak terjadi pada siang hari, namun kecelakaan pada malam hari mempunyai proporsi yang lebih tinggi keparahan cederanya (59%) dibandingkan kecelakaan pada siang hari. Waktu malam hari suasananya lebih gelap dan sudah mulai sepi. Kondisi tersebut menyebabkan pengendara mengemudikan kenderaannya dengan kecepatan tinggi (>60 km/jam), kurang waspada, dan kurang hati-hati. Risiko terjadinya


(32)

kematian dan cidera meningkat seiring dengan kenaikan kecepatan mengemudi.4

Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Woro Riyadina (2005) di Instalasi Gawat Darurat (IGD) di 5 rumah sakit di wilayah DKI Jakarta didapatkan jumlah kasus sebanyak 425 orang . Korban yang mengalami cidera parah 41,9% dan meninggal 7,04%. Cidera utama adalah cidera kepala 53,4% dengan comosio cerebri 10,59%. Jenis luka meliputi lecet 86,8%, luka terbuka 58,35% dan patah tulang 31.29%.20

2.4.2. Determinan Cedera Kepala6

Berbagai faktor terlibat dalam kecelakaan lalu lintas, mulai dari manusia sampai sarana jalan yang tersedia. Secara garis besar ada 4 faktor yang berkaitan dengan kecelakaan lalu lintas , yaitu faktor manusia, kenderaan, fasilitas jalan, dan lingkungan.

a. Faktor manusia, menyangkut masalah disiplin berlalu lintas.

1. Faktor pengemudi dianggap salah satu faktor utama terjadinya kecelakaan dengan kontribusi 75-80%. Faktor yang berkaitan adalah perilaku (mengebut, tidak disipilin/melanggar rambu), kecakapan mengemudi, dan gangguan kesehatan (mabuk, mengantuk, letih) saat mengemudi.


(33)

3. Faktor pemakai jalan, yakni pejalan kaki, pengendara sepeda, pedagang kaki lima dan peminta-minta serta tempat pemarkiran kenderaan yang tidak pada tempatnya sehingga keadaan jalan raya semakin kacau.

b. Faktor kenderaan.

Jalan raya penuh dengan berbagai kenderaan berupa kenderaan tidak bermotor dan kenderaan bermotor. Kondisi kenderaan yang tidak baik atau rusak akan mengganggu laju lalu lintas sehingga menyebabkan kemacetan bahkan kecelakaan.

Saat ini jumlah dan penggunaan kenderaan bermotor bertambah dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 12% per tahun. Komposisi terbesar adalah sepeda motor (73% dari jumlah kenderaan pada tahun 2002-2003 dan pertumbuhannya mencapai 30% dalam 5 tahun terakhir). Rasio jumlah sepeda motor dan penduduk diperkirakan 1:8 pada akhir tahun 2005.

c. Faktor jalan, dilihat dari ketersediaan rambu-rambu lalu lintas, panjang dan lebar jalan yang tersedia tidak sesuai dengan jumlah kenderaan yang melintasinya, serta keadaan jalan yang tidak baik misalnya berlobang-lobang dapat menjadi memacu terjadinya kecelakaan.

d. Faktor lingkungan yaitu adanya kabut, hujan, jalan licin akan membawa risiko kejadian kecelakaan yang lebih besar.


(34)

2.5. Klasifikasi Cedera Kepala

2.5.1. Komosio Serebri (geger otak)5

Geger otak berasal dari benturan kepala yang menghasilkan getaran keras atau menggoyangkan otak, menyebabkan perubahan cepat pada fungsi otak , termasuk kemungkinan kehilangan kesadaran lebih 10 menit yang disebabkan cedera pada kepala.

Tanda-tanda/gejala geger otak, yaitu : hilang kesadaran, sakit kepala berat, hilang ingatan (amnesia), mata berkunang-kunang, pening, lemah, pandangan ganda.

2.5.2. Kontusio serebri (memar otak)5,23

Memar otak lebih serius daripada geger otak, keduanya dapat diakibatkan oleh pukulan atau benturan pada kepala. Memar otak menimbulkan memar dan pembengkakan pada otak, dengan pembuluh darah dalam otak pecah dan perdarahan pasien pingsan, pada keadaan berat dapat berlangsung berhari-hari hingga berminggu-minggu. Terdapat amnesia retrograde, amnesia pascatraumatik, dan terdapat kelainan neurologis, tergantung pada daerah yang luka dan luasnya lesi:

a. Gangguan pada batang otak menimbulkan peningkatan tekanan intracranial

yang dapat menyebabkan kematian.

b. Gangguan pada diensefalon, pernafasan baik atau bersifat Cheyne-Stokes, pupil mengecil, reaksi cahaya baik, mungkin terjadi rigiditas dekortikal


(35)

(kedua tungkai kaku dalam sikap ekstensi dan kedua lengan kaku dalam sikap fleksi)

c. Gangguan pada mesensefalon dan pons bagian atas, kesadaran menurun hingga koma, pernafasan hiperventilasi, pupil melebar, refleks cahaya tidak ada, gerakan mata diskonjugat (tidak teratur), regiditasdesebrasi (tungkai dan lengan kaku dalam sikap ekstensi).

2.5.3. Hematoma epidural21,22

Perdarahan terjadi diantara durameter dan tulang tengkorak. Perdarahan ini terjadi karena terjadi akibat robeknya salah satu cabang arteria meningea media, robeknya sinus venosus durameter atau robeknya arteria diploica. Robekan ini sering terjadi akibat adanya fraktur tulang tengkorak. Gejala yang dapat dijumpai adalah adanya suatu lucid interval (masa sadar setelah pingsan sehingga kesadaran menurun lagi), tensi yang semakin bertambah tinggi, nadi yang semakin bertambah tinggi, nadi yang semakin bertambah lambat,

hemiparesis, dan terjadi anisokori pupil.

2.5.4. Hematoma subdural22,23

Perdarahan terjadi di antara durameter dan arakhnoidea. Perdarahan dapat terjadi akibat robeknya vena jembatan (bridging veins) yang menghubungkan vena di permukaan otak dan sinus venosus di dalam durameter atau karena robeknya arakhnoid. Gejala yang dapat tampak adalah penderita mengeluh tentang sakit kepala yang semakin bertambah keras, ada gangguan


(36)

psikis, kesadaran penderita semakin menurun, terdapat kelainan neurologis seperti hemiparesis, epilepsy, dan edema papil.

Klasifikasi hematoma subdural berdasarkan saat timbulnya gejala klinis :22 a. Hematoma Subdural Akut

Gejala timbul segera hingga berjam-jam setelah trauma. Perdarahan dapat kurang dari 5mm tebalnya tetapi melebar luas.

b. Hematoma Subdural Sub-Akut

Gejala-gejala timbul beberapa hari hingga 10 hari setelah trauma. Perdarahan dapat lebih tebal tetapi belum ada pembentukan kapsul disekitarnya.

c. Hematoma Subdural Kronik

Gejala timbul lebih dari 10 hari hingga beberapa bulan setelah trauma. Kapsula jaringan ikat mengelilingi hematoma. Kapsula mengandung pembuluh-pembuluh darah yang tipis dindingnya terutama di sisi durameter. Pembuluh darah ini dapat pecah dan membentuk perdarahan baru yang menyebabkan menggembungnya hematoma. Darah di dalam kapsula akan terurai membentuk cairan kental yang dapat mengisap cairan dari ruangan

subarakhnoid. Hematoma akan membesar dan menimbulkan gejala seperti tumor serebri.

2.5.5. Hematoma intraserebral15,22


(37)

Gejala-gejala yang ditemukan adalah : a. Hemiplegi

b. Papilledema serta gejala-gejala lain dari tekanan intrakranium yang meningkat.

c. Arteriografi karotius dapat memperlihatkan suatu peranjakan dari arteri

perikalosa ke sisi kontralateral serta gambaran cabang-cabang arteri serebri media yang tidak normal.

2.5.6. Fraktura basis kranii22

Hanya suatu cedera kepala yang benar-benar berat yang dapat menimbulkan fraktur pada dasar tengkorak. Penderita biasanya masuk rumah sakit dengan kesadaran yang menurun, bahkan tidak jarang dalam keadaan koma yang dapat berlangsung beberapa hari. Dapat tampak amnesia retrigad

dan amnesia pascatraumatik.

Gejala tergantung letak frakturnya : a. Fraktur fossa anterior

Darah keluar beserta likuor serebrospinal dari hidung atau kedua mata dikelilingi lingkaran “biru” (Brill Hematoma atau Racoon’s Eyes), rusaknya

NervusOlfactorius sehingga terjadi hyposmia sampai anosmia. b. Fraktur fossa media

Darah keluar beserta likuor serebrospinal dari telinga. Fraktur memecahkan arteri carotis interna yang berjalan di dalam sinus cavernous sehingga terjadi hubungan antara darah arteri dan darah vena (A-V shunt).


(38)

c. Fraktur fossa posterior

Tampak warna kebiru-biruan di atas mastoid. Getaran fraktur dapat melintas

foramen magnum dan merusak medula oblongata sehingga penderita dapat mati seketika.

Gambar 2.4 Klasifikasi Cedera Kepala24

2.6. Tingkat Keparahan Cedera Kepala 24,25

Penilaian derajat beratnya cedera kepala dapat dilakukan dengan menggunakan

Glasgow Coma Scale (GCS) yang diciptakan oleh Jennet dan Teasdale pada tahun 1974. Glasgow Coma Scale (GCS) yaitu suatu skala untuk menilai secara kuantitatif tingkat kesadaran seseorang dan kelainan neurologis yang terjadi. Ada 3 aspek yang


(39)

dinilai yaitu reaksi membuka mata (eye opening), reaksi berbicara (verbal respons), dan reaksi lengan serta tungkai (motor respons).

Glasgow Coma Scale (GCS) yang dimaksud adalah :

a. Membuka mata (Eye Open) Nilai

Membuka mata spontan 4

Membuka mata terhadap perintah 3

Membuka mata terhadap nyeri 2

Tidak membuka mata 1

b. Respon Verbal (Verbal Response)

Orientasi baik dan mampu berkomunikasi 5

Bingung (mampu membentuk kalimat, tetapi arti keseluruhan kacau) 4 Dapat mengucapkan kata-kata, namun tidak berupa kalimat 3 Tidak mengucapkan kata, hanya suara mengerang (groaning) 2

Tidak ada suara 1

c. Respon motorik (Motoric Response)

Menurut perintah 6

Mengetahui lokasi nyeri 5

Menolak rangsangan nyeri pada anggota gerak 4

Menjauhi rangsangan nyeri (flexion) 3

Ekstensi spontan 2


(40)

Dengan Glasgow Coma Scale (GCS), cedera kepala dapat diklasifikasikan menjadi:

a. Cedera kepala ringan, bila GCS 13-15 b. Cedera kepala sedang, bila GCS 10-12 c. Cedera kepala berat, bila GCS 3-9

2.7. Akibat Jangka Panjang Cedera Kepala26 2.7.1. Kerusakan saraf cranial

a. Anosmia

Kerusakan nervus olfactorius menyebabkan gangguan sensasi pembauan yang jika total disebut dengan anosmia dan bila parsial disebut hiposmia. Tidak ada pengobatan khusus bagi penderita anosmia.

b. Gangguan penglihatan

Gangguan pada nervus opticus timbul segera setelah mengalami cedera (trauma). Biasanya disertai hematoma di sekitar mata, proptosis akibat adanya perdarahan, dan edema di dalam orbita. Gejala klinik berupa penurunan visus, skotoma, dilatasi pupil dengan reaksi cahaya negative, atau hemianopia bitemporal. Dalam waktu 3-6 minggu setelah cedera yang mengakibatkan kebutaan, tarjadi atrofi papil yang difus, menunjukkan bahwa kebutaan pada mata tersebut bersifat irreversible.


(41)

c. Oftalmoplegi

Oftalmoplegi adalah kelumpuhan otot-otot penggerak bola mata, umumnya disertai proptosis dan pupil yang midriatik. Tidak ada pengobatan khusus untuk oftalmoplegi, tetapi bisa diusahakan dengan latihan ortoptik dini. d. Paresis fasialis

Umumnya gejala klinik muncul saat cedera berupa gangguan pengecapan pada lidah, hilangnya kerutan dahi, kesulitan menutup mata, mulut moncong, semuanya pada sisi yang mengalami kerusakan.

e. Gangguan pendengaran

Gangguan pendengaran sensori-neural yang berat biasanya disertai vertigo

dan nistagmus karena ada hubungan yang erat antara koklea, vestibula dan saraf. Dengan demikian adanya cedera yang berat pada salah satu organ tersebut umumnya juga menimbulkan kerusakan pada organ lain.

2.7.2. Disfasia

Secara ringkas , disfasia dapat diartikan sebagai kesulitan untuk memahami atau memproduksi bahasa disebabkan oleh penyakit system saraf pusat. Penderita disfasia membutuhkan perawatan yang lebih lama, rehabilitasinya juga lebih sulit karena masalah komunikasi. Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk disfasia kecuali speech therapy.


(42)

2.7.3. Hemiparesis

Hemiparesis atau kelumpuhan anggota gerak satu sisi (kiri atau kanan) merupakan manifestasi klinik dari kerusakan jaras pyramidal di korteks, subkorteks, atau di batang otak. Penyebabnya berkaitan dengan cedera kepala adalah perdarahan otak, empiema subdural, dan herniasi transtentorial.

2.7.4. Sindrom pasca trauma kepala

Sindrom pascatrauma kepala (postconcussional syndrome) merupakan kumpulan gejala yang kompleks yang sering dijumpai pada penderita cedera kepala. Gejala klinisnya meliputi nyeri kepala, vertigo gugup, mudah tersinggung, gangguan konsentrasi, penurunan daya ingat, mudah terasa lelah, sulit tidur, dan gangguan fungsi seksual.

2.7.5. Fistula karotiko-kavernosus

Fistula karotiko-kavernosus adalah hubungan tidak normal antara arteri

karotis interna dengan sinus kavernosus, umumnya disebabkan oleh cedera pada dasar tengkorak. Gejala klinik berupa bising pembuluh darah (bruit) yang dapat didengar penderita atau pemeriksa dengan menggunakan stetoskop,

proptosis disertai hyperemia dan pembengkakan konjungtiva, diplopia dan penurunan visus, nyeri kepala dan nyeri pada orbita, dan kelumpuhan otot-otot penggerak bola mata.


(43)

2.7.6. Epilepsi

Epilepsi pascatrauma kepala adalah epilepsi yang muncul dalam minggu pertama pascatrauma (early posttrauma epilepsy) dan epilepsy yang muncul lebih dari satu minggu pascatrauma (late posttraumatic epilepsy) yang pada umumnya muncul dalam tahun pertama meskipun ada beberapa kasus yang mengalami epilepsi setelah 4 tahun kemudian.

2.8. Pencegahan dan Penatalaksanaan Cedera Kepala

Upaya pencegahan cedera kepala pada dasarnya adalah suatu tindakan pencegahan terhadap peningkatan kasus kecelakaan yang berakibat trauma. Upaya yang dilakukan yaitu :

a. Pencegahan Primer

Pencegahan primer yaitu upaya pencegahan sebelum peristiwa terjadinya kecelakaan lalu lintas seperti untuk mencegah faktor-faktor yang menunjang terjadinya cedera seperti pengatur lalu lintas, memakai sabuk pengaman, dan memakai helm.6

b. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder yaitu upaya pencegahan saat peristiwa terjadi yang dirancang untuk mengurangi atau meminimalkan beratnya cedera yang terjadi. Dilakukan dengan pemberian pertolongan pertama, yaitu : 23

1. Memberikan jalan nafas yang lapang (Airway).

Gangguan oksigenasi otak dan jaringan vital lain merupakan pembunuh tercepat pada kasus cedera. Guna menghindari gangguan tersebut


(44)

penanganan masalah airway menjadi prioritas utama dari masalah yang lainnya. Beberapa kematian karena masalah airway disebabkan oleh karena kegagalan mengenali masalah airway yang tersumbat baik oleh karena aspirasi isi gaster maupun kesalahan mengatur posisi sehingga jalan nafas tertutup lidah penderita sendiri.

Pada pasien dengan penurunan kesadaran mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya gangguan jalan nafas, selain memeriksa adanya benda asing, sumbatan jalan nafas dapat terjadi oleh karena pangkal lidahnya terjatuh ke belakang sehingga menutupi aliran udara ke dalam paru. Selain itu aspirasi isi lambung juga menjadi bahaya yang mengancam

airway.

2. Memberi nafas/ nafas buatan (Breathing)

Tindakan kedua setelah meyakini bahwa jalan nafas tidak ada hambatan adalah membantu pernafasan. Keterlambatan dalam mengenali gangguan pernafasan dan membantu pernafasan akan dapat menimbulkan kematian.

3. Menghentikan perdarahan (Circulations).

Perdarahan dapat dihentikan dengan memberi tekanan pada tempat yang berdarah sehingga pembuluh darah tertutup. Kepala dapat dibalut dengan ikatan yang kuat. Bila ada syok, dapat diatasi dengan pemberian cairan infuse dan bila perlu dilanjutkan dengan pemberian transfusi darah. Syok biasanya disebabkan karena penderita kehilangan banyak


(45)

c. Pencegahan Tertier27

Pencegahan tertier bertujuan untuk mengurangi terjadinya komplikasi yang lebih berat, penanganan yang tepat bagi penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas untuk mengurangi kecacatan dan memperpanjang harapan hidup. Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita, meneruskan pengobatan serta memberikan dukungan psikologis bagi penderita.

Upaya rehabilitasi terhadap penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas perlu ditangani melalui rehabilitasi secara fisik, rehabilitasi psikologis dan sosial.

1. Rehabilitasi Fisik

a. Fisioterapi dan latihan peregangan untuk otot yang masih aktif pada lengan atas dan bawah tubuh.

b. Perlengkapan splint dan kaliper c. Transplantasi tendon

2. Rehabilitasi Psikologis

Pertama-tamadimulai agar pasien segera menerima ketidakmampuannya dan memotivasi kembali keinginan dan rencana masa depannya. Ancaman kerusakan atas kepercayaan diri dan harga diri datang dari ketidakpastian financial, sosial serta seksual yang semuanya memerlukan semangat hidup.


(46)

3. Rehabilitasi Sosial

a. Merancang rumah untuk memudahkan pasien dengan kursi roda, perubahan paling sederhana adalah pada kamar mandi dan dapur sehingga penderita tidak ketergantungan terhadap bantuan orang lain.

b. Membawa penderita ke tempat keramaian (bersosialisasi dengan masyarakat).


(47)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep

Karakteristik Penderita Cedera Kepala

1. Sosiodemografi (umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, tempat tinggal, dan sumber biaya)

2. Tingkat Keparahan 3. Lama Rawatan Rata-Rata 4. Keadaan Sewaktu Pulang

5. Case Fatality Rate (CFR) Penderita Cedera Kepala

3.2. Definisi Operasional

3.2.1. Penderita cedera kepala adalah pasien yang dinyatakan menderita cedera kepala (trauma capitis) akibat kecelakaan lalu lintas berdasarkan diagnosa dokter yang tercatat di kartu status.

3.2.2. Sosiodemografi adalah keterangan dari penderita cedera kepala meliputi:

a. Umur adalah umur penderita seperti yang tertera pada kartu status sewaktu berobat di RSUD. Padangsidimpuan yang dikategorikan atas :28

1. ≤ 15 tahun 2. 15-24 tahun 3. 25-44 tahun 4. ≥ 45 tahun


(48)

Untuk keperluan analisa tabulasi silang diklasifikasi menjadi kelompok umur :

a. < 25 tahun b. ≥ 25 tahun

b. Jenis kelamin adalah jenis kelamin penderita seperti yang tertera pada kartu status yang dikategorikan atas :

1. Laki-laki 2. Perempuan

c. Suku bangsa adalah etnik penderita seperti yang tertera pada kartu status yang dikategorikan atas :

1. Batak 2. Minang 3. Jawa 4. Nias 5. Tionghoa

d. Agama adalah kepercayaan yang dianut penderita seperti yang tertera pada kartu status yang dikategorikan atas :

1. Islam 2. Kristen 3. Budha

e. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir oleh penderita yang tercatat di kartu status dan dikategorikan atas :

1. Pendidikan dasar 2. Pendidikan menengah 3. Pendidikan tinggi 4. Tidak tercatat


(49)

f. Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan penderita dalam kehidupan sehari-hari seperti yang tertera dalam kartu status yang di kategorikan atas : 1. Pelajar/Mahasiswa

2. Wiraswasta 3. PNS

4. Ibu Rumah Tangga 5. Tidak Bekerja 6. Tidak Tercatat

g. Status perkawinan adalah keterangan yang menunjukkan riwayat pernikahan penderita seperti yang tertera di kartu status yang dikategorikan atas :

1. Kawin 2. Belum kawin 3. Tidak tercatat

h. Tempat tinggal adalah tempat dimana penderita berdomisili seperti yang tercatat pada kartu status, dikategorikan atas :

1. Padangsidimpuan 2. Luar Padangsidimpuan

i. Sumber Pembiayaan adalah asal biaya yang dikeluarkan untuk membiayai pengobatan penderita cedera kepala yang dirawat inap seperti yang tercatat dalam kartu status, dikategorikan atas :

1. Pribadi 2. ASKES 3. ASKESKIN 4. Asuransi


(50)

3.2.3. Tingkat keparahan adalah jenis cedera kepala yang mengenai penderita sesuai dengan diagnosa dokter yang tertera dalam kartu status, yang dikategorikan atas :

1. Cedera kepala ringan (SKG 13-15) 2. Cedera kepala sedang (SKG 9-12) 3. Cedera kepala berat (SKG 3-8)

3.2.4. Lama rawatan rata-rata adalah lama rawatan yang dijalani penderita cedera kepala dari hari pertama masuk sampai hari terakhir perawatan

3.2.5. Keadaan sewaktu pulang adalah kondisi penderita sewaktu keluar dari rumah sakit seperti yang tertera pada kartu status, yang dikategorikan atas: 1. Pulang Berobat Jalan (PBJ)

2. Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) 3. Dirujuk

4. Meninggal Dunia

3.2.6. Case Fatality Rate (CFR) penderita cedera kepala adalah angka atau proporsi kefatalan akibat cedera kepala yang diperoleh dari hasil bagi antara jumlah kematian akibat cedera kepala dengan jumlah penderita cedera kepala dalam periode waktu yang sama (tahun) dikali dengan 100%


(51)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian adalah studi deskriptif dengan desain case series.

4.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Padangsidimpuan, dengan pertimbangan bahwa Rumah Sakit ini merupakan rumah sakit rujukan satu-satunya yang ada di kota Padangsidimpuan dan memiliki fasilitas kesehatan yang memadai, serta tersedianya data yang diperlukan oleh peneliti dan belum pernah dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas yang rawat inap di rumah sakit tersebut pada tahun 2005-2007.

4.2.2. Waktu Penelitan


(52)

4.3. Populasi Dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi penelitian adalah data seluruh penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas yang rawat inap di RSUD. Padangsidimpuan tahun 2005-2007 yang berjumlah 449 orang.

4.3.2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah sebagian dari data penderita cedera kepala yang dirawat inap di RSUD. Padangsidimpuan tahun 2005-2007, besar sampel diperoleh dengan menggunakan rumus:

2

) ( 1 N d

N n + = 2 ) 05 , 0 ( 449 1 449 + = n

n = 211,5 ≈ 212 Keterangan :

N = Jumlah populasi

n = Besar sampel minimal yang dibutuhkan d = Tingkat kepercayaan yang diinginkan (0,05)

Berdasarkan perhitungan di atas besar sampel yang dibutuhkan sebanyak 212 data penderita.


(53)

4.4. Metode Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel ini dilakukan secara simple random sampling

dengan menggunakan program C-Survey.

4.5. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diperoleh dari kartu status penderita cedera kepala yang rawat inap yang berasal dari rekam medik RSUD. Padangsidimpuan tahun 2005-2007, kemudian dilakukan pencatatan dan tabulasi sesuai dengan jenis variabel yang diteliti.

4.6. Teknik Analisa Data

Data yang dikumpulkan dicatat, diolah dengan bantuan komputer, dan dianalisa secara deskriptif dengan menggunakan uji Chi-square dan uji Anova One Way dengan α = 0,05. Kemudian disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi, dan grafik (diagram pie dan diagram bar).


(54)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1. Keadaan Umum Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan

5.1.1. Sejarah Berdirinya Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan

Rumah Sakit Umum Daerah Padangsidimpuan adalah merupakan salah satu Rumah Sakit Milik Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Utara yang didirikan pada tahun 1937, dimana letak bangunannya berada di jalam DR. Ferdinand Lumban Tobing, Kelurahan Wek IV Kecamatan Padangsidimpuan Utara, Kota Padangsidimpuan.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Jakarta tanggal 22 Februari 1979 No : 51/MENKES/SK/11/1979. Rumah Sakit Umum Daerah Padangsidimpuan ditetapkan sebagai Rumah Sakit berstatus kelas “C”, dan dengan Struktur Hirarki Rumah Sakit Milik Pemerintah Daerah telah ditetapkan dalam Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara tanggal 10 Maret 1983 No : 061-1-58/K/Tahun 1983 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Padangsidimpuan, selanjutnya dikembangkan dalam Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara tanggal 21 Juni 1996 No. 11 tahun 1996.

Untuk memenuhi perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat yang terus menerus meningkat disertai dengan keberhasilan pengelolaan dan pembangunan yang dilaksanakan, Rumah Sakit Umum Daerah


(55)

Non Pendidikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No : 316/MENKES/IV/1999 tanggal 23 April 1999.

Didirikannya Rumah Sakit Umum ini bertujuan untuk :

a. Melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilakukan secara serasi, terpadu dengan upaya pengobatan dan pencegahan penyakit kepada pasien secara langsung dan memenuhi rujukan.

b. Melaksanakan pelayanan yang bermutu sesuai dengan etika dan pelayanan rumah sakit.

5.1.2. Susunan Organisasi

Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, RSUD Kota Padangsidimpuan mempunyai struktur organisasi sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Padangsidimpuan No. 05 tahun 2003 sebagai berikut :

a. Direktur dengan sebutan Kepala Badan b. Sekretaris

c. Kelompok Jabatan Fungsional d. Bidang Pelayanan Medik e. Bidang Pelayanan Keperawatan


(56)

5.1.3. Jenis Pelayanan

Adapun jenis pelayanan yang diberikan yaitu :

a. Bidang Pelayanan Medis, yang terdiri dari : Pelayanan Rawat Inap, Pelayanan Rawat Jalan, Pelayanan Intensif, Gawat Darurat, Bedah Sentral, dan Pasien Pengguna Jaringan Pengamanan Sosial.

b. Bidang Penunjang Medis, yang terdiri dari : Pelayanan Radiologi (akan tetapi fasilitas CT-Scan tidak ada), Pelayanan Rehabilitasi Medis, Pelayanan Laboratorium, Pelayanan Farmasi, dan Penunjang Medis lainnya.

c. Bidang Umum dan Keuangan, yang terdiri dari : Laporan Keuangan, Kegiatan Rekam Medis, Pelayanan Pasien ASKES, dan pelayanan Pasien Gakin.


(57)

5.2. Penderita Cedera Kepala Berdasarkan Rincian Bulan

Proporsi penderita cedera kepala berdasarkan rincian bulan yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan tahun 2005-2007 dapat dilihat pada tabel 5.1. di bawah ini.

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas yang Rawat Inap Berdasarkan Waktu (Bulan) di RSUD Padangsidimpuan Tahun 2005-2007

Tahun

2005 2006 2007

Bulan f % f % f %

Januari 5 7.7 4 5.3 25 35.2

Februari 3 4.6 7 9.2 8 11.2

Maret 3 4.6 7 9.2 6 8.5

April 3 4.6 4 5.3 6 8.5

Mei 7 10.7 6 7.8 4 5.6

Juni 8 12.3 9 11.8 4 5.6

Juli 10 15.4 15 19.7 4 5.6

Agustus 3 4.6 6 7.9 2 2.8

September 4 6.2 5 6.6 2 2.8

Oktober 4 6.2 5 6.6 2 2.8

November 7 10.8 4 5.3 4 5.6

Desember 8 12.3 4 5.3 4 5.6

Total 65 100 76 100 71 100

Berdasarkan tabel 5.1 dapat dilihat bahwa jumlah penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas yang dirawat di Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan pada tahun 2005 sebanyak 65 orang dan proporsi terbesar pada bulan Juli yaitu 15,4% (10 orang), tahun 2006 sebanyak 76 orang dan proporsi terbesar pada bulan Juli yaitu 19,7% (15 orang), dan tahun 2007 sebanyak 71 orang dan proporsi terbesar pada bulan Januari yaitu 35,2% (25 orang).

Dari hasil olahan dengan bantuan program Excel diperoleh kecenderungan penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas di Rumah Sakit Umum


(58)

Padangsidimpuan tahun 2005 menunjukkan penurunan dengan persamaan Y = 7,0152-0,1049x, dan pada tahun 2006 menunjukkan peningkatan dengan

persamaan garisY = 3,803 + 0,2483x.

5.3. Sosiodemografi

Penelitian yang dilakukan pada 212 data penderita cedera kepala yang dirawat inap di RSU. Padangsidimpuan tahun 2005-2007, diperoleh jumlah data penderita cedera kepala berdasarkan sosiodemografi, yang terdiri dari umur, jenis kelamin, suku, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, tempat tinggal, dan sumber biaya. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas yang Rawat Inap Berdasarkan Sosiodemografi Di RSUD Padangsidimpuan Tahun 2005-2007

No Sosiodemografi Frekuensi (f) Proporsi (%)

Umur

< 25 tahun 133 62,7

1

≥ 25 tahun 79 37,3

Total 212 100

Jenis Kelamin

Laki-laki 156 73.6

2

Perempuan 56 26.4

Total 212 100

Suku

Batak Mandailing 124 58.5

Batak Toba 60 28.3

Minang 16 7.6

Jawa 6 2.8

Nias 2 0.9

3

Tionghoa 4 1.9

Total 212 100

Agama

Islam 161 75.9

Kristen 47 22.2


(59)

Pendidikan

Pendidikan Dasar 52 24.5

Pendidikan Menengah 57 26.9

Pendidikan Tinggi 13 6.1

5

Tidak Tercatat 90 42.5

Total 212 100

Pekerjaan

Pelajar/mahasiswa 102 48.1

Wiraswasta 51 24.0

PNS 18 8.5

Ibu rumah tangga 7 3.3

Tidak Bekerja 8 3.8

6

Tidak Tercatat 26 12.3

Total 212 100

Status Kawin

Kawin 65 30.7

Belum kawin 109 51.4

7

Tidak Tercatat 38 17.9

Total 212 100

Tempat Tinggal

Padangsidimpuan 129 60.8 8

Luar Padangsidimpuan 83 39.2

Total 212 100

Sumber Biaya

Pribadi 132 62.3

ASKES 38 17.9

JPS 41 19.3

9

Asuransi 1 0.5

Total 212 100

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas yang dirawat inap di RSU Padangsidimpuan paling banyak terdapat pada kelompok umur 16-24 tahun sebanyak 97 orang ( 45,8 %), dan paling sedikit pada kelompok umur ≥ 45 tahun sebanyak 13 orang (6,1 %).


(60)

Proporsi penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas yang dirawat inap di RSU. Padangsidimpuan berdasarkan jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki sebanyak 156 orang ( 73,6 %) dan perempuan sebanyak 56 orang ( 26,4 %).

Proporsi penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas yang dirawat inap di RSU. Padangsidimpuan berdasarkan suku terbanyak adalah suku Batak Mandailing sebanyak 124 orang (58,5%) dan yang paling sedikit adalah suku Nias yaitu 2 orang (0,9%).

Proporsi penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas yang dirawat inap di RSU. Padangsidimpuan berdasarkan agama yang paling banyak yaitu agama Islam sebanyak 161 orang (75,9%), dan yang paling sedikit adalah agama Budha yaitu 4 orang (1,9%).

Pendidikan penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas yang dirawat inap di RSU. Padangsidimpuan paling banyak tidak tercatat sebanyak 90 orang (42,5%). Sedangkan dari data tercatat, penderita yang paling banyak dengan pendidikan menengah yaitu 57 orang (26,9%), diikuti dengan pendidikan rendah yaitu 52 orang (24,5%), dan yang paling sedikit adalah pendidikan tinggi yaitu 13 orang (6,1%).

Proporsi penderita cedera kepala akibat kecelakaan lau lintas yang dirawat inap di RSU. Padangsidimpuan berdasarkan pekerjaan terbanyak adalah pelajar/Mahasiswa 102 orang (48,1%), dan yang paling sedikit adalah Ibu Rumah Tangga 7 orang (3,3%).


(61)

belum kawin sebanyak 109 orang (51,4%), kawin sebanyak 65 orang (30,7 %) dan tidak tercatat sebanyak 38 orang (17,9%).

Proporsi penderita cedera kepala akibat kecelakaan lau lintas yang dirawat inap di RSU. Padangsidimpuan berdasarkan tempat tinggal yang paling banyak adalah Padangsidimpuan sebanyak 129 orang (60,8%) dan luar Padangsidimpuan sebanyak 83 orang (39,2%).

Proporsi penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas yang dirawat inap di RSU. Padangsidimpuan berdasarkan sumber biaya yang digunakan yang paling banyak adalah pribadi 131 orang (62,3%), dan yang paling sedikit adalah asuransi 1 orang (0,5%).

5.4. Tingkat Keparahan

Proporsi penderita cedera kepala berdasarkan tingkat keparahan yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan tahun 2005-2007 dapat dilihat pada tabel 5.3 di bawah ini.

Tabel 5.3 Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Yang Dirawat Inap Berdasarkan Tingkat Keparahan Di RSUD Padangsidimpuan Tahun 2005-2007

No Tingkat Keparahan f %

1 Ringan 172 81.1

2 Sedang 25 11.8

3 Berat 15 7.1

Total 212 100

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa tingkat keparahan penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas yang dirawat inap di RSU. Padangsidimpuan


(62)

adalah tingkat keparahan ringan yaitu 172 orang (81,1%), dan yang paling sedikit adalah tingkat keparahan berat 15 orang (7,1%).

5.5. Lama Rawatan Rata-Rata

Distribusi penderita cedera kepala berdasarkan lama rawatan rata-rata yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan tahun 2005-2007 dapat dilihat pada tabel 5.4 di bawah ini.

Tabel 5.4 Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Yang Rawat Inap Di RSUD Padangsidimpuan Tahun 2005-2007

Lama Rawatan (Hari)

Rata-rata 3,08

SD 2,500

95% CI 2,75 – 3,42

Coefisien of Variation (CoV) 81,17%

Minimum 1 hari

Maksimum 22 hari

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas di RSU. Padangsidimpuan adalah 3,08 hari (3 hari). Standard Deviation (SD) adalah 2,5 hari dan nilai Coefisien of Variation

81,17% , yang menunjukkan lama rawatan penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas bervariasi dimana lama rawatan minimum 1 hari dan maksimum 22 hari.


(63)

5.6. Keadaan Sewaktu Pulang

Proporsi penderita cedera kepala berdasarkan keadaan sewaktu pulang yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan tahun 2005-2007 dapat dilihat pada tabel 5.5 di bawah ini.

Tabel 5.5 Distribusi Proporsi Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas yang Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUD Padangsidimpuan Tahun 2005-2007

No Keadaan Sewaktu Pulang f %

1 PBJ 152 71.7

2 PAPS 40 18.9

3 Dirujuk 16 7.5

4 Meninggal 4 1.9

Total 212 100

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa keadaan sewaktu pulang penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas terbanyak yang dirawat di RSU. Padangsidimpuan adalah Pulang Berobat Jalan (PBJ) yaitu 152 orang (71,7%), dan yang paling sedikit adalah meninggal yaitu 4 orang (1,9%).

Dari tabel di atas juga dapat dilihat bahwa terdapat 152 orang (71.7%) yang pulang berobat jalan (PBJ), dan terdapat 26.4 % penderita cedera kepala yang pulang atas permintaan sendiri (PAPS) dan yang dirujuk. Sedangkan yang meninggal terdapat 4 orang (1,9%).


(64)

5.7. Case Fatality Rate (CFR) 5.7.1. CFR Setiap Tahun

CFR penderita cedera kepala berdasarkan tahun dapat dilihat pada tabel 5.6 di bawah ini.

Tabel 5.6. Case Fatality Rate (CFR) Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Yang Rawat Inap Di RSUD Padangsidimpuan Tahun 2005-2007

Tahun f Penderita f Kematian CFR (%)

2005 65 1 1.5

2006 76 2 2.6

2007 71 1 1.4

Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa Case Fatality Rate (CFR) terbesar penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas yang dirawat di RSU. Padangsidimpuan terdapat pada tahun 2006 sebesar 2,6% dan yang paling kecil tahun 2007 sebesar 1,4%.

5.7.2. CFR Dari Umur

CFR penderita cedera kepala berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel 5.7 di bawah ini.

Tabel 5.7. Case Fatality Rate (CFR) Dari Umur Pada Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Yang Rawat Inap Di RSUD Padangsidimpuan Tahun 2005-2007

Umur (tahun) f Penderita f Kematian CFR (%)

< 25 133 2 1,5

≥ 25 79 2 2,5

Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat bahwa Case Fatality Rate (CFR) terbesar penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas yang dirawat di


(65)

RSU. Padangsidimpuan adalah pada kelompok umur ≥ 25 tahun sebesar 2 orang (2,5%) dan pada kelompok umur < 25 tahun sebesar 1,5%.

5.7.3. CFR Dari Jenis Kelamin

CFR penderita cedera kepala berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.8 di bawah ini.

Tabel 5.8. Case Fatality Rate (CFR) Dari Jenis Kelamin Pada Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Yang Rawat Inap Di RSUD Padangsidimpuan Tahun 2005-2007

Jenis Kelamin f Penderita f Kematian CFR (%)

Laki-laki 156 3 1.9

Perempuan 56 1 1.8

Berdasarkan tabel 5.8 dapat dilihat bahwa Case Fatality Rate (CFR) terbesar penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas yang dirawat di RSU. Padangsidimpuan terdapat pada jenis kelamin laki-laki sebesar 156 orang (1,9%) dan yang paling kecil terdapat pada jenis kelamin perempuan sebesar 56 orang (1,8%).

5.7.4. CFR Dari Tingkat Keparahan

CFR penderita cedera kepala berdasarkan tingkat keparahan dapat dilihat pada tabel 5.9 di bawah ini.

Tabel 5.9. Case Fatality Rate (CFR) Dari Tingkat Keparahan Pada Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Yang Rawat Inap Di RSUD Padangsidimpuan Tahun 2005-2007 Tingkat keparahan f Penderita f Kematian CFR (%)

Ringan 172 1 0.6

Sedang 25 2 8.0


(66)

Berdasarkan tabel 5.9 dapat dilihat bahwa Case Fatality Rate (CFR) terbesar penderita cedera kepala akibat kecelakaan lalu lintas yang dirawat di RSU. Padangsidimpuan terdapat pada tingkat keparahan sedang sebesar 25 orang (8,0%), pada tingkat keparahan berat sebesar 15 orang (6,7%) dan yang paling kecil terdapat pada tingkat keparahan ringan sebesar 1 orang (0,6%).

5.8. Analisis Statistik

5.8.1. Umur Berdasarkan Tingkat Keparahan

Proporsi umur berdasarkan tingkat keparahan penderita cedera kepala yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan tahun 2005-2007 dapat dilihat pada tabel 5.10 dibawah ini.

Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Tingkat Keparahan Pada Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Yang Rawat Inap di RSUD Padangsidimpuan Tahun 2005-2007

Umur (tahun) < 25 ≥ 25

Total No Tingkat

Keparahan

f % f % f %

1 Ringan 105 61,0 67 39,0 172 100

2 Sedang 17 68,0 8 32,0 25 100

3 Berat 11 73,3 4 26,7 15 100

X2=1,227 df=2 p=0,541

Berdasarkan tabel 5.10 dapat dilihat bahwa dari 172 orang yang mengalami tingkat keparahan ringan dimana 105 orang (61,0%) pada kelompok umur < 25 tahun, dan pada kelompok umur ≥ 25 tahun 67 orang (39,0%). Terdapat 25 orang yang mengalami tingkat keparahan sedang dimana 17 orang


(67)

(68,0%) pada kelompok umur < 25 tahun, dan 8 orang (32,0%) pada kelompok umur ≥ 25 tahun. Terdapat 15 orang yang mengalami tingkat keparahan berat dimana 11 orang (73,3%) pada kelompok umur < 25 tahun, dan 4 orang (26,7%) pada kelompok umur ≥ 25 tahun.

Berdasarkan hasil uji Chi-Square diperoleh nilai p > 0,05, artinya tidak terdapat perbedaan bermakna umur berdasarkan tingkat keparahan

5.8.2. Jenis Kelamin Berdasarkan Tingkat Keparahan

Proporsi jenis kelamin berdasarkan tingkat keparahan penderita cedera kepala yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Padangsidimpuan tahun 2005-2007 dapat dilihat pada tabel 5.11 dibawah ini.

Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Tingkat Keparahan pada Penderita Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Yang Rawat Inap di RSUD Padangsidimpuan Tahun 2005-2007

Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan Total No

Tingkat

Keparahan f % f % f %

1 Ringan 125 72,7 47 27,3 172 100

2 Sedang 20 80,0 5 20,0 25 100

3 Berat 11 73,3 4 26,7 15 100

Χ2=2.965 df=6 p=0.813

Berdasarkan tabel 5.11 dapat dilihat bahwa dari 172 orang yang mengalami tingkat keparahan ringan dimana 125 orang (72,7%) berjenis kelamin laki-laki dan perempuan sebesar 47 orang (27,3%). Terdapat 25 orang yang mengalami tingkat keparahan sedang dimana 20 orang (80,0%) berjenis kelamin laki-laki dan perempuan sebesar 5 orang (20,0%). Terdapat 15 orang


(1)

Crosstabs

tingkat keparahan yang dialami penderita cedera kepala * jenis kelamin penderita cedera kepala Crosstabulation

jenis kelamin penderita cedera kepala

laki-laki perempuan Total

Count 125 47 172

Expected Count 126.6 45.4 172.0

Ringan

% within tingkat keparahan yang dialami penderita cedera

kepala 72.7% 27.3% 100.0%

Count 20 5 25

Expected Count 18.4 6.6 25.0

Sedang

% within tingkat keparahan yang dialami penderita cedera

kepala 80.0% 20.0% 100.0%

Count 11 4 15

Expected Count 11.0 4.0 15.0

tingkat keparahan yang dialami penderita cedera

kepala

Berat

% within tingkat keparahan yang dialami penderita cedera

kepala 73.3% 26.7% 100.0%

Count 156 56 212

Expected Count 156.0 56.0 212.0

Total

% within tingkat keparahan yang dialami penderita cedera

kepala 73.6% 26.4% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square .603(a) 2 .740

Likelihood Ratio .635 2 .728

Linear-by-Linear Association .169 1 .681

N of Valid Cases

212


(2)

tingkat keparahan yang dialami penderita cedera kepala * status perkawinan penderita cedera kepala Crosstabulation

status perkawinan penderita cedera kepala Total kawin belum kawin

tidak tercatat tingkat

keparahan yang dialami penderita cedera kepala

Ringan

Count 56 86 30 172

Expected Count 52.7 88.4 30.8 172.0

% within tingkat keparahan yang dialami penderita

cedera kepala

32.6% 50.0% 17.4% 100.0%

Sedang Count 7 14 4 25

Expected Count 7.7 12.9 4.5 25.0

% within tingkat keparahan yang dialami penderita

cedera kepala

28.0% 56.0% 16.0% 100.0%

Berat Count 2 9 4 15

Expected Count 4.6 7.7 2.7 15.0

% within tingkat keparahan yang dialami penderita

cedera kepala

13.3% 60.0% 26.7% 100.0%

Total Count 65 109 38 212

Expected Count 65.0 109.0 38.0 212.0

% within tingkat keparahan yang dialami penderita

cedera kepala

30.7% 51.4% 17.9% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 2.826(a) 4 .587

Likelihood Ratio 3.127 4 .537

Linear-by-Linear

Association 1.920 1 .166

N of Valid Cases

212


(3)

Oneway

Descriptives

lama rawatan yang dijalani penderita cedera kepala

132

2.42

1.602

.139

2.14

2.69

1

10

38

3.97

3.491

.566

2.83

5.12

1

22

41

4.46

3.001

.469

3.52

5.41

1

12

1

1.00

.

.

.

.

1

1

212

3.08

2.500

.172

2.75

3.42

1

22

pribadi

ASKES

JPS

asurans

Total

N

Mean Std. DeviationStd. ErrorLower Bound

Upper Bound

5% Confidence Interval fo

Mean

MinimumMaximum

Test of Homogeneity of Variances

lama rawatan yang dijalani penderita cedera kepala

9.969a 2 208 .000

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

Groups with only one case are ignored in computing the test of homogeneity of variance for lama rawatan yang dijalani penderita cedera kepala.

a.

ANOVA lama rawatan yang dijalani penderita cedera kepala

171.220 3 57.073 10.348 .000

1147.252 208 5.516

1318.472 211 Between Groups

Within Groups Total

Sum of


(4)

Descriptives

lama rawatan yang dijalani penderita cedera kepala

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for

Mean Minimum Maximum

Lower Bound

Upper Bound Ringan

172 3.12 2.495 .190 2.75 3.50 1 22

Sedang

25 3.76 2.862 .572 2.58 4.94 1 10

Berat

15 1.53 .834 .215 1.07 2.00 1 3

Total

212 3.08 2.500 .172 2.75 3.42 1 22

Test of Homogeneity of Variances

lama rawatan yang dijalani penderita cedera kepala

Levene Statistic df1 df2 Sig.

3.896 2 209 .022

ANOVA

lama rawatan yang dijalani penderita cedera kepala

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 47.742 2 23.871 3.926 .021

Within Groups 1270.729 209 6.080 Total


(5)

Oneway

Descriptives

lama rawatan yang dijalani penderita cedera kepala

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for

Mean Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound PBJ

152 3.09 2.475 .201 2.70 3.49 1 22

PAPS

40 3.93 2.768 .438 3.04 4.81 1 12

Dirujuk

16 1.38 .619 .155 1.05 1.70 1 3

Meninggal

4 1.25 .500 .250 .45 2.05 1 2

Total

212 3.08 2.500 .172 2.75 3.42 1 22

Test of Homogeneity of Variances

lama rawatan yang dijalani penderita cedera kepala

Levene Statistic df1 df2 Sig.

3.943 3 208 .009

ANOVA

lama rawatan yang dijalani penderita cedera kepala

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups

88.486 3 29.495 4.988 .002

Within Groups

1229.986 208 5.913 Total


(6)

keadaan sewaktu pulang penderita cedera kepala * tingkat keparahan yang dialami penderita cedera kepala Crosstabulation

tingkat keparahan yang dialami penderita cedera kepala

Ringan Sedang Berat Total

Count 135 15 2 152

Expected Count 123.3 17.9 10.8 152.0 PBJ

% within keadaan sewaktu pulang penderita cedera

kepala

88.8% 9.9% 1.3% 100.0%

Count 34 6 0 40

Expected Count 32.5 4.7 2.8 40.0

PAPS

% within keadaan sewaktu pulang penderita cedera

kepala

85.0% 15.0% .0% 100.0%

Count 2 2 12 16

Expected Count 13.0 1.9 1.1 16.0

Dirujuk

% within keadaan sewaktu pulang penderita cedera

kepala

12.5% 12.5% 75.0% 100.0%

Count 1 2 1 4

Expected Count 3.2 .5 .3 4.0

keadaan sewaktu pulang penderita

cedera kepala

Meninggal

% within keadaan sewaktu pulang penderita cedera

kepala

25.0% 50.0% 25.0% 100.0%

Count 172 25 15 212

Expected Count 172.0 25.0 15.0 212.0 Total

% within keadaan sewaktu pulang penderita cedera

kepala

81.1% 11.8% 7.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 133.912(a) 6 .000

Likelihood Ratio 73.773 6 .000

Linear-by-Linear

Association 64.963 1 .000

N of Valid Cases 212