Pengaruh Gaya Hidup terhadap Kejadian Hipertensi di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2014

(1)

PENGARUH GAYA HIDUP TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI DI RSUD Dr.H. KUMPULAN PANE TEBING TINGGI

TAHUN 2014

TESIS

Oleh ROMAULI 127032109/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENGARUH GAYA HIDUP TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI DI RSUD Dr.H. KUMPULAN PANE TEBING TINGGI

TAHUN 2014

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiolgi

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

ROMAULI 127032109/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Tesis : PENGARUH GAYA HIDUP TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI DI RSUD. Dr. H. KUMPULAN PANE TEBING TINGGI TAHUN 2014

Nama Mahasiswa : Romauli Nomor Induk Mahasiswa : 127032109

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Administrasi Kesehatan Komunitas/Epidemiolgi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP) (drh. Hiswani, M.Kes Ketua Anggota )

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(4)

Telah diuji

Pada Tanggal : 24 Juli 2014

____________________________________________________________________

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP Anggota : 1. drh. Hiswani, M.Kes

2. Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, M.P.H 3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si


(5)

PERNYATAAN

PENGARUH GAYA HIDUP TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI DI RSUD

Dr.H. KUMPULAN PANE TEBING TINGGI TAHUN 2014

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, September 2014

Romauli 127032109/IKM


(6)

ABSTRAK

Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka sistolik dan angka diastolik. Hal ini terkait dengan gaya hidup (pola makan, kebiasaan istirahat, aktifitas fisik, dan riwayat merokok) masyarakat. Berdasarkan data dari RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi yang diperoleh penulis, dapat kita lihat bahwa jumlah kunjungan penderita hipertensi rawat jalan tahun 2013 sebanyak 1.486 (rata-rata 124 per bulan) dan hipertensi ada di urutan kesembilan dari sepuluh penyakit terbesar pada tahun 2013.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh aktifitas fisik, pola makan, istirahat dan riwayat merokok terhadap kejadian hipertensi di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2014. Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat analitik dengan pendekatan matched case control. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien baru yang berkunjung pada bulan Januari-Mei 2014 sebanyak 76 orang. Sampelnya adalah 70 kasus dan 70 kontrol. Metode analisa data dengan cara analisis univariat, analisis bivariat dengan uji chi square dan analisis multivariat dengan uji regresi logistic ganda.

Hasil penelitian secara statistik menunjukkan pola makan (95%CI = 3,97-18,41 dengan OR 8,556), istirahat (95%CI = 1,27-5,95 dengan OR 2,753) dan riwayat merokok (95%CI = 1,21-10,37 dengan OR 3,545) berpengaruh terhadap kejadian hipertensi sedangkan aktifitas fisik tidak berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi. Hasil uji regresi logistik berganda diketahui variabel yang berpengaruh terhadap kejadian hipertensi adalah pola makan dan istirahat.

Disarankan bagi pihak RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi agar dapat meningkatkan pengetahuan kepada masyarakat melalui penyuluhan dan konsultasi gizi tentang hipertensi dengan pendekatan personal dan memberikan pelayanan kepada penderita hipertensi, bagi masyarakat melakukan pencegahan dan penanggulangan hipertensi dengan cara memperbaiki pola makan dan mengurangi kebiasaan-kebiasaan yang dapat meningkatkan kejadian hipertensi seperti kebiasaan istirahat yang kurang dan merokok.


(7)

ABSTRACT

Hypertension is a condition in which a person with an increase in blood pressure above normal indicated by systolic and diastolic. This is related to lifestyle (diet, rest habits, physical activity, and smoking history) community. lifestyle (diet, rest habits, physical activity, and smoking history) middle adult groups.. Based on the data from RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi , we can see that the number of outpatient visits of hypertensive patients in 2013 as many as 1,486 (average of 124 per month) and hypertension in the ninth of the ten largest illness by 2013.

This study aimed to analyze the influence of physical activity, diet, rest and smoking history of hypertension in RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi. This research is an analytic survey with matched case-control approach. The population in this study were all new patients who visited in January-May 2014. The samples were 70 cases and 70 controls. The data were analyzed by using univatriate analysis, bivatriate analysis with chi square test, and multivatriate analysis with multiple logistic regression tests.

The results showed statistically diet (95%CI = 3,97-18,41 dengan OR 8,556), rest (95%CI = 1,27-5,95 dengan OR 2,753) and a history of smoking (95%CI = 1,21-10,37 dengan OR 3,545) effect on the prevalence of hypertension while physical activity had no effect on the prevalence of hypertension in RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi. The result of multiple logistic regression tests showed that the variable which influenced of hypertension was diet and rest habits.

Suggested for the RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi to increase knowledge about hypertension community through counseling and personal approach to providing services to people who suffer from hypertension to reduce of hypertension, the community expected to prevent the risk factors by improving the diet to prevent of hypertension in order to reduce habits that can increase the incidence of hypertension such as smoking and lack of resting habits.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini dengan judul “Pengaruh Gaya Hidup terhadap Kejadian Hipertensi di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2014”.

Dalam penulisan Tesis ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H., M.Sc (CTM)., Sp.A.,(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Evawani Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan sekaligus penguji yang telah memberikan banyak saran dan masukan. 4. Prof. dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD, Sp.JP selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu dan pemikirannya untuk memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis.

5. drh. Hiswani, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pemikirannya untuk memberikan bimbingan dan masukan.


(9)

7. Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, M.P.H selaku penguji yang telah banyak memberikan masukan demi kesempurnaan tulisan ini.

8. Para Dosen di Departemen Epidemilogi FKM USU yang telah memberikan banyak ilmu, masukan dan dukungan bagi penulis.

9. Dr. H. Nanang Fitra, Sp.PK selaku direktur RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi yang telah memberi izin kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan ini.

10.Teristimewa untuk Ayahanda M. Nainggolan, STh, dan Ibunda T. br. Simbolon, SPd, serta Kakanda Jerry, Adinda Ida, Rudi, dan Dessy yang telah banyak memberikan motivasi, semangat, dukungan moril maupun materil dari awal perkuliahan sampai akhir, dan yang selalu mendoakan penulis.

11.Sahabat – sahabat di Minat Studi Epidemiologi (AKK/E) 2012 FKM USU terima kasih banyak atas kebersamaan, bantuan, dukungan, waktu serta masukan.

12.Buat semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan dan doanya.

Akhir kata semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, September 2014 Penulis

Romauli 127032109/IKM


(10)

RIWAYAT HIDUP

Romauli, lahir pada tanggal 07 April 1987 di Tebing Tinggi Propinsi Sumatera Utara, beragama Kristen Protestan, anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan Ayahanda M. Nainggolan, STh dan Ibunda T. br. Simbolon, SPd.

Penulis mulai melaksanakan pendidikan dasar di SD Negeri 163092 Tebing Tinggi (1993-1999), SMP Negeri 4 Tebing Tinggi (1999-2002), SMA Negeri 1 Tebing Tinggi (2002-2005), S-1 di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (2005-2009) dan Tahun 2012 penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat pada minat studi Manajemen Administrasi Kesehatan Komunitas / Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1. Tujuan Umum ... 7

1.3.2. Tujuan Khusus ... 7

1.4. Hipotesis Penelitian ... 8

1.5. Manfaat Penelitian ... 8

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Hipertensi ... 9

2.1.1. Definisi Hipertensi ... 9

2.1.2. Patofisiologi ... 11

2.1.3. Manifestasi Klinis ... 12

2.1.4. Komplikasi ... 12

2.1.5. Penatalaksanaan ... 14

2.1.6. Epidemiologi Hipertensi ... 16

2.1.7. Faktor Risiko Hipertensi ... 17

2.1.8. Pencegahan Hipertensi ... 24

2.2. Gaya Hidup ... 25

2.2.1. Pengertian Gaya Hidup ... 25

2.2.2. Aktifitas Fisik ... 25

2.2.3. Pola Makan ... 27

2.2.4. Kebiasaan Istirahat ... 30

2.2.5. Riwayat Merokok ... 31


(12)

2.4. Kerangka Konsep ... 35

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 36

3.1. Jenis Penelitian ... 36

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 36

3.2.2. Waktu Penelitian ... 36

3.3. Populasi dan Sampel ... 37

3.3.1. Populasi ... 37

3.3.2. Sampel ... 37

3.3.3. Tekhnik Pengambilan Sampel ... 39

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 39

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 42

3.6. Metode Pengukuran ... 44

3.7. Metode Analisis Data ... 45

3.7.1. Analisis Univariat... 45

3.7.2. Analisis Bivariat ... 45

3.7.3. Analisis Multivariat ... 46

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 49

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian... 49

4.2. Analisis Univariat... 50

4.3. Analisis Bivariat ... 53

4.4. Analisis Multivariat ... 56

4.5. Population Attribute Risk ... 59

BAB 5. PEMBAHASAN ... 61

5.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, dan Pekerjaan ... 61

5.2. Pengaruh Gaya Hidup terhadap Kejadian Hipertensi ... 62

5.2.1. Pengaruh Aktifitas Fisik terhadap Kejadian Hipertensi di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi ... 62

5.2.2. Pengaruh Pola Makan terhadap Kejadian Hipertensi di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi ... 65

5.2.3. Pengaruh Kebiasaan Istirahat terhadap Kejadian Hipertensi di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi ... 68


(13)

5.2.4. Pengaruh Kebiasaan Merokok terhadap Kejadian Hipertensi di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing

Tinggi ... 70

5.3. Keterbatasan Penelitian ... 73

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

6.1. Kesimpulan ... 74

6.2. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 76 LAMPIRAN


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 Nilai Odds Rasio Variabel dari Penelitian Terdahulu ... 38

3.2 Hasil Uji Validitas Gaya Hidup ... 40

3.3 Hasil Uji Reabilitas Gaya Hidup ... 42

3.4 Nama Variabel, Cara Ukur, Alat Ukur, dan Skala Ukur ... 45

3.5 Odd Ratio/ OR ... 45

4.1 Distribusi Karakteristik Penderita Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, dan Pekerjaan ... 50

4.2 Distribusi Gaya Hidup terhadap Kejadian Hipertensi ... 52

4.3 Pengaruh Gaya Hidup terhadap Kejadian Hipertensi di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi ... 54

4.4 Pengaruh Pola Makan, Istirahat, dan Kebiasaan Merokok terhadap Kejadian Hipertensi di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi ... 57

4.5 Pengaruh Pola Makan dan Istirahat terhadap Kejadian Hipertensi di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi ... 57


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Kerangka Teori... 35 2.2 Kerangka Konsep ... 35


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 80

2 Master Validitas dan Reliabilitas ... 82

3 Hasil Master Validitas dan Reliabilitas Data ... 83

4 Master Data Penelitian ... 86

5 Hasil Uji Statistik ... 89

6 Surat Izin Penelitian dari FKM USU ... 104

7 Surat Pelaksanaan Penelitian... 105


(17)

ABSTRAK

Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka sistolik dan angka diastolik. Hal ini terkait dengan gaya hidup (pola makan, kebiasaan istirahat, aktifitas fisik, dan riwayat merokok) masyarakat. Berdasarkan data dari RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi yang diperoleh penulis, dapat kita lihat bahwa jumlah kunjungan penderita hipertensi rawat jalan tahun 2013 sebanyak 1.486 (rata-rata 124 per bulan) dan hipertensi ada di urutan kesembilan dari sepuluh penyakit terbesar pada tahun 2013.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh aktifitas fisik, pola makan, istirahat dan riwayat merokok terhadap kejadian hipertensi di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2014. Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat analitik dengan pendekatan matched case control. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien baru yang berkunjung pada bulan Januari-Mei 2014 sebanyak 76 orang. Sampelnya adalah 70 kasus dan 70 kontrol. Metode analisa data dengan cara analisis univariat, analisis bivariat dengan uji chi square dan analisis multivariat dengan uji regresi logistic ganda.

Hasil penelitian secara statistik menunjukkan pola makan (95%CI = 3,97-18,41 dengan OR 8,556), istirahat (95%CI = 1,27-5,95 dengan OR 2,753) dan riwayat merokok (95%CI = 1,21-10,37 dengan OR 3,545) berpengaruh terhadap kejadian hipertensi sedangkan aktifitas fisik tidak berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi. Hasil uji regresi logistik berganda diketahui variabel yang berpengaruh terhadap kejadian hipertensi adalah pola makan dan istirahat.

Disarankan bagi pihak RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi agar dapat meningkatkan pengetahuan kepada masyarakat melalui penyuluhan dan konsultasi gizi tentang hipertensi dengan pendekatan personal dan memberikan pelayanan kepada penderita hipertensi, bagi masyarakat melakukan pencegahan dan penanggulangan hipertensi dengan cara memperbaiki pola makan dan mengurangi kebiasaan-kebiasaan yang dapat meningkatkan kejadian hipertensi seperti kebiasaan istirahat yang kurang dan merokok.


(18)

ABSTRACT

Hypertension is a condition in which a person with an increase in blood pressure above normal indicated by systolic and diastolic. This is related to lifestyle (diet, rest habits, physical activity, and smoking history) community. lifestyle (diet, rest habits, physical activity, and smoking history) middle adult groups.. Based on the data from RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi , we can see that the number of outpatient visits of hypertensive patients in 2013 as many as 1,486 (average of 124 per month) and hypertension in the ninth of the ten largest illness by 2013.

This study aimed to analyze the influence of physical activity, diet, rest and smoking history of hypertension in RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi. This research is an analytic survey with matched case-control approach. The population in this study were all new patients who visited in January-May 2014. The samples were 70 cases and 70 controls. The data were analyzed by using univatriate analysis, bivatriate analysis with chi square test, and multivatriate analysis with multiple logistic regression tests.

The results showed statistically diet (95%CI = 3,97-18,41 dengan OR 8,556), rest (95%CI = 1,27-5,95 dengan OR 2,753) and a history of smoking (95%CI = 1,21-10,37 dengan OR 3,545) effect on the prevalence of hypertension while physical activity had no effect on the prevalence of hypertension in RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi. The result of multiple logistic regression tests showed that the variable which influenced of hypertension was diet and rest habits.

Suggested for the RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi to increase knowledge about hypertension community through counseling and personal approach to providing services to people who suffer from hypertension to reduce of hypertension, the community expected to prevent the risk factors by improving the diet to prevent of hypertension in order to reduce habits that can increase the incidence of hypertension such as smoking and lack of resting habits.


(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perubahan pola penyakit yang terjadi dari penyakit menular ke penyakit tidak menular ditunjukkan dengan adanya kecenderungan semakin meningkatnya prevalensi penyakit noninfeksi (penyakit tidak menular) seperti penyakit jantung, hipertensi, ginjal dan stroke yang akhir-akhir ini banyak terjadi di masyarakat dibandingkan dengan penyakit infeksi (penyakit menular). Hal ini terjadi seiring dengan perkembangan teknologi, perubahan pola makan, gaya hidup serta kemajuan ekonomi bangsa (Bustan, 2007).

Seiring berubahnya gaya hidup diperkotaan mengikuti era globalisasi kasus hipertensi terus meningkat, gaya hidup yang gemar makan makanan fast food yang kaya lemak, malas berolahraga, stress, alkohol atau garam yang lebih dalam makanan bisa memicu terjadinya hipertensi. Stress cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu, jika stress telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal (Shadine, 2010).

Pola makan yang menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi karena pengkonsumsian makanan yang tidak sehat seperti jeroan, keripik asin, otak-otak, makanan dan minuman yang didalam kaleng (sarden, kornet). Hal ini dikarenakan makanan di atas tidak sesuai dengan kalori yang dibutuhkan dan mengandung banyak bahan pengawet (Muhammadun, 2010). Menurut WHO (2010), gaya hidup kurang


(20)

sehat dapat merupakan 1 dari 10 penyebab kematian dan kecacatan di dunia. Lebih dari dua juta kematian setiap tahunnya disebabkan oleh kurangnya bergerak atau kurangnya aktifitas fisik, hal ini karena kalori yang masuk tidak sebanding dengan kalori yang keluar sehingga makin lama makin banyak kalori yang menumpuk sehingga menjadi beban bagi tubuh dan tubuh menjadi terganggu yang kemudian menyebabkan kemunduran fisik yang pada akhirnya dapat menimbulkan berbagai penyakit, misalnya diabetes mellitus, tekanan darah tinggi, penyakit jantung dan stroke (Dennysantoso, 2011).

Hipertensi merupakan gangguan pembuluh darah jantung (kardiovaskuler) paling umum yang merupakan tantangan kesehatan utama bagi masyarakat yang sedang mengalami perubahan sosioekonomi dan epidemiologi. Hipertensi merupakan salah satu faktor utama risiko kematian karena gangguan kardiovaskuler yang mengakibatkan 20-50% dari seluruh kematian (Padmawinata, 2001). Hipertensi adalah gangguan tekanan dalam pembuluh darah, bukan masalah ketegangan atau penderitaan yang mudah timbul (Towsend, 2008)

Penyakit darah tinggi atau hipertensi (Hypertension) adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic dan angka diastolic pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya (Shadine, 2010). Menurut WHO-ISH dalam JNC VIII (Joint National Commite), batas tekanan darah yang masih


(21)

dianggap normal adalah kurang dari 120/80 mmHg, sedangkan bila lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.

Berdasarkan data WHO (2000), dari 50% penderita hipertensi yang diketahui hanya 25% yang mendapat pengobatan, dan hanya 12,5% yang diobati dengan baik. Data WHO (World Health Oranization) tahun 2007 menunjukan diseluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26.1% wanita. Angka kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% ditahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini.

Jumlah penderita hipertensi di seluruh dunia terus meningkat. Di India, misalnya, jumlah penderita hipertensi mencapai 60,4 juta orang pada tahun 2002 dan diperkirakan 107,3 juta orang pada tahun 2025. Di Cina, 98,5 juta orang mengalami hipertensi dan bakal jadi 151,7 juta orang pada tahun 2025. Di bagian lain di Asia, tercatat 38,4 juta penderita hipertensi pada tahun 2000 dan diprediksi akan menjadi 67,4 juta orang pada tahun 2025 (Muhammadun, 2010).

Perhatian terhadap penyakit tidak menular makin hari makin meningkat karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya pada masyarakat. Bangsa Indonesia yang sementara membangun dirinya dari suatu negara agraris yang sedang berkembang menuju negara masyarakat industri membawa kecenderungan baru dalam pola penyakit dalam masyarakat. (Bustan, 2007).

Menurut Profil Kesehatan Indonesia (2005), hipertensi menduduki peringkat 3 untuk pola 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit dengan


(22)

jumlah 464.697 (2,93%). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenkes RI menunjukkan prevalensi hipertensi nasional 31,7% dari total penduduk dewasa. Artinya adalah 1 dari 3 orang dewasa di Indonesia menderita hipertensi. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke, sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Prevalensi ini lebih tinggi dari Singapura 27,3%, Thailand 22,7%, dan Malaysia 20%. Sementara Jepang 36,7%, Cina 17-40%. Prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar antara 6 sampai 15% tetapi prevalensi yang rendah terdapat di Ungaran, Jawa Tengah 1,8% dan Lembah Baliem Pegunungan Jaya Wijaya, Irian Jaya 0,6% sedangkan angka prevalensi tertinggi di Talang Sumatera Barat 17,8% (Riskesdas, 2007).

Di Indonesia banyaknya penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung untuk menjadi hipertensi berat karna tidak menghindari dan tidak mengetahui faktor resikonya dan 90% merupakan hipertensi esensial. Saat ini penyakit degerenatif dan kardiovaskuler sudah merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia (Depkes, 2008).

Penyakit hipertensi merupakan urutan ke tujuh dari sepuluh besar kasus rawat inap di Indonesia tahun 2010 dengan prevalensi 28,48%. Kasus hipertensi merupakan urutan ke dua dari sepuluh besar kasus rawat jalan di Indonesia tahun 2010 dengan prevalensi 30,58% (Profil Kesehatan, 2011). Menurut data Kemenkes (2012) persentase rawat jalan kasus baru penyakit tidak menular berdasarkan jenis kelamin


(23)

tahun 2010 sebesar 55,1% pada laki-laki dan 44,9% pada perempuan. Proporsi kasus rawat inap penyakit tidak menular tertinggi berdasarkan provinsi tahun 2009 adalah Provinsi Sumatera Utara 54,9%. Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni dengan PMR (Proportional Mortality Rate) mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia.

Profil Kesehatan Sumatera Utara (2000) melaporkan bahwa prevalensi hipertensi di Sumatera Utara sebesar 91 per 100.000 penduduk, 8,21% pada kelompok umur di atas 60 tahun untuk penderita rawat jalan. Berdasarkan penyakit penyebab kematian pasien rawat inap di Rumah Sakit Kabupaten/ Kota Provinsi Sumatera Utara, hipertensi menduduki peringkat pertama dengan proporsi kematian 27,02% (1.162 orang), pada kelompok umur ≥ 60 tahun 20,23% (1.349 orang).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Roslina Tahun 2007 dengan judul penelitian Analisis Determinan Hipertensi di wilayah Kerja Tiga Puskesmas Kabupaten Deli Serdang dikatakan bahwa Obesitas dengan kejadian hipertensi, proposinya secara bermakna lebih tinggi pada orang obesitas dibanding orang yang tidak obesitas, dengan OR=2,57. Merokok dengan kejadian hipertensi, proposinya secara bermakna lebih tinggi pada orang merokok dibanding orang yang tidak merokok, dengan OR=3,16.

Penelitian Bruce Neal (2006) yang mengatakan bahwa penurunan konsumsi garam dapat menurunkan hipertensi. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Aris Sugiarto (2007) di Kabupaten Karanganya dikatakan bahwa kebiasaan sering


(24)

mengkonsumsi lemak jenuh merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi dengan nilai p = 0,022; OR = 2,01 dan 95% CI = 1,10 – 3,66.

Data di atas memberikan gambaran bahwa masalah hipertensi perlu mendapatkan perhatian dan penanganan yang baik, mengingat prevalensinya yang tinggi dan komplikasi yang cukup berat. Agar mendapatkan gambaran yang lebih tepat maka diperlukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana gaya hidup dapat menimbulkan penyakit hipertensi dan faktor mana dari gaya hidup (aktifitas fisik, pola makan, istirahat, dan riwayat merokok) tersebut yang paling berpengaruh terhadap kejadian hipertensi.

Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi dilaporkan adanya peningkatan jumlah kasus hipertensi rawat inap pada tahun 2012 yaitu sebanyak 137 kasus menjadi 179 kasus pada tahun 2013. Diperoleh data jumlah kunjungan penderita hipertensi rawat jalan tahun 2013 sebanyak 1.486 (rata-rata 124 per bulan). Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dimana jumlah kunjungan penderita hipertensi tahun 2012 adalah sebanyak 1.153 (rata-rata 96 per bulan). Di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi, hipertensi ada di urutan kesembilan dari sepuluh penyakit terbesar pada tahun 2013.

Berdasarkan hal uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Gaya Hidup (aktifitas fisik, pola makan, istirahat, dan riwayat merokok) terhadap kejadian Hipertensi di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2014.


(25)

1.2. Permasalahan

Apakah ada pengaruh gaya hidup (aktifitas fisik, pola makan, istirahat, dan riwayat merokok) terhadap kejadian hipertensi di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi tahun 2014.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh gaya hidup (aktifitas fisik, pola makan, istirahat, dan riwayat merokok) terhadap kejadian hipertensi di RSUD Dr.H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2014.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik responden di RSUD Dr.H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2014.

2. Mengetahui pengaruh aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi di RSUD Dr.H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2014.

3. Mengetahui pengaruh pola makan dengan kejadian hipertensi di RSUD Dr.H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2014.

4. Mengetahui pengaruh kebiasaan istirahat dengan kejadian hipertensi di RSUD Dr.H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2014.

5. Mengetahui pengaruh riwayat merokok dengan kejadian hipertensi di RSUD Dr.H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2014.


(26)

1.4. Hipotesis

Ada pengaruh gaya hidup (aktifitas fisik, pola makan, istirahat, dan riwayat merokok) terhadap kejadian hipertensi di RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi Tahun 2014.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi RSUD Dr. H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi dapat menjadi masukan bagi pihak rumah sakit dalam dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya penyakit hipertensi dan dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang gaya hidup yang baik sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya hipertensi.

1.5.2. Sebagai informasi bagi masyarakat agar membiasakan gaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari untuk mencegah terjadinya penyakit hipertensi.

1.5.3. Bagi pengembangan ilmu kesehatan masyarakat, khusunya yang terkait dengan penyakit hipertensi.


(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hipertensi

2.1.1. Definisi Hipertensi

Hipertensi menurut WHO (2011) adalah peningkatan tekanan darah sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar 90 mmHg. Hipertensi adalah tekanan darah yang kuat dan konstan memompa darah melalui pembuluh darah. Hipertensi sering kali dijumpai tanpa gejala, relatif mudah diobati dan sering menimbulkan komplikasi seperti stroke, kelemahan jantung, penyakit jantung koroner,dan gangguan ginjal (Palmer, 2007). Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung), dan hipertrofi ventrikel kanan (untuk otot jantung). Hipertensi menyerang target organ di otak yang berupa stroke, hipertensi menjadi penyebab utama stroke yang membawa kematian yang tinggi (Bustan, 2007).

Menurut WHO (2011) batas normal tekanan darah adalah kurang dari atau 120 mmHg tekanan sistolik dan kurang dari atau 80 mmHg tekanan diastolik. Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya lebih dari 140/90 mmHg.

Menurut petunjuk World Health Organization-International Society of


(28)

Joint National Commite on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure ( JNC VIII), yaitu:

Tabel 2.1. Klasifikasi Hipertensi untuk Usia ≥ 18 Tahun Kategori Tekanan sistolik

(mmHg) Tekanan diastolic (mmHg)

Normal < 120 Dan < 80

Prehipertensi 120 – 139 Atau 80 – 89

Sedang 140 – 159 Atau 90 – 99

Berat > 160 Atau > 100

Adapun jenis hipertensi yaitu : a. Hipertensi Primer (Hipertensi Esensial)

Hipertensi primer atau hipertensi esensial adalah suatu peningkatan persisten tekanan arteri yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal tanpa penyebab sekunder yang jelas. Hipertensi esensial meliputi lebih kurang 95% dari seluruh penderita hipertensi dan 5% sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Hipertensi esensial dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti umur, jenis kelamin, ras, faktor genetik atau keturunan serta faktor lingkungan yang meliputi obesitas, stres, konsumsi garam berlebih dan sebagainya.

b. Hipertensi Sekunder (Hipertensi non Esensial)

Hipertensi sekunder atau hipertensi non esensial adalah hipertensi yang dapat di ketahui penyebabnya. Hipertensi sekunder meliputi kurang lebih 5% dari total penderita hipertensi. Timbulnya penyakit hipertensi sekunder sebagai akibat dari suatu penyakit, kondisi atau kebiasaan seseorang. Contoh kelainan yang


(29)

menyebabkan hipertensi sekunder adalah sebagai hasil dari salah satu atau kombinasi dari hal-hal berikut :

a. Akibat stres yang parah, b. Penyakit atau gangguan ginjal,

c. Kehamilan atau pemakaian hormon pencegah kehamilan, d. Pemakaian obat-obatan seperti heroin, kokain, dan sebagainya, e. Cidera di kepala atau pendarahan di otak yang berat,

f. Tumor atau sebagai reaksi dari pembedahan (Astawan, 2009)

2.1.2. Patofisiologi

Tekanan arteri sistemik adalah hasil perkalian cardiac output (curah jantung) dengan total tahanan perifer. Cardiac output (curah jantung) diperoleh dari perkalian antara stroke volume dengan denyut jantung. Pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh sistem saraf otonom dan sirkulasi hormon. Empat sistem kontrol yang berperan dalam mempertahankan tekanan darah antara lain sistem baroreseptor arteri, pengaturan volume cairan tubuh, sistem renin angiotensin dan autoregulasi vaskular. Baroreseptor arteri terutama ditemukan di sinus carotid, diuresis tapi juga dalam aorta dan dinding ventrikel kiri. Baroreseptor ini memonitor derajat tekanan arteri. Sistem baroreseptor meniadakan peningkatan tekanan arteri melalui mekanisme perlambatan jantung oleh respon vagal (stimulus parasimpatis) dan

vasodilatasi dengan penurunan tonus simpatis. Perubahan volume cairan

memengaruhi tekanan arteri sistemik. Bila tubuh mengalami kelebihan garam dan air, tekanan darah meningkat melalui mekanisme fisiologi kompleks yang mengubah


(30)

aliran balik vena ke jantung dan mengakibatkan penurunan tekanan darah. Kondisi patologis yang mengubah ambang tekanan pada ginjal dalam mengekskresikan garam dan air akan meningkatkan tekanan arteri sistemik (Udjianti, 2010).

2.1.3. Manifestasi Klinis

Gejala-gejala tersebut mulai bisa dirasakan oleh para penderita hipertensi dengan tekanan darah lebih besar dari 140/90 mmHg. Gejala-gejala yang dirasakan penderita hipertensi adalah pusing, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak nafas, rasa berat ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, mimisan, muka pucat, suhu tubuh rendah (Shadine, 2010).

Biasanya tanpa gejala atau tanda-tanda peringatan untuk hipertensi dan sering disebut (silent killer). Pada kasus hipertensi berat, gejala yang dialami klien antara lain : sakit kepala (rasa berat ditengkuk), palpitasi, kelelahan, nausea, vomiting, ansietas, keringat berlebihan, tremor otot, nyeri dada, epistaksis, pandangan kabur atau ganda, tinnitus (telinga berdenging), serta kesulitan tidur (Udjianti, 2010).

2.1.4. Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul jika hipertensi tidak di tangani dengan tepat adalah:

a. Stroke

Dapat timbul, akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi.


(31)

b. Infark miokardium

Apabila arteri koroner yang aterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardim atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut.

c. Gagal ginjal

Kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerolus.

d. Enselopati (kerusakan otak)

Tekanan yang sangat tinggi dapat menyebabkan peningkatan kapiler dan dorongan cairan ke dalam ruang interstisium di seluruh susunan saraf pusat (Shadine, 2010).

Alat tubuh yang sering terserang hipertensi adalah mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa pendarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan. Payah jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat disamping kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi pendarahan akibat pecahnya mikroaneurisma yang mengakibatkan kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara (transient ischaemic attack) (Riyadina, 2002).

Stroke dapat terjadi akibat hemoragi tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran darah ke area otak yang diperdarahi


(32)

berkurang. Arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma (Corwin, 2009)

Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melewati pembuluh darah. Pada hipertensi kronis dan hipertrofi ventrikel, kebutuhan oksigen miokardum mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark.

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus, aliran darah ke unit fungsional ginjal, yaitu nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksi dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus, protein akan keluar melalui urine sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema, yang sering dijumpai pada hipertensi kronis.

Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke ruang interstisial diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron di sekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian (Corwin, 2009).

2.1.5. Penatalaksanaan

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.


(33)

Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi : a. Terapi tanpa Obat

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Sedangkan terapi tanpa obat meliputi

a. Diet

Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

1. Kurangi konsumsi garam secara moderat dari 10 gram perhari menjadi 5 gram perhari

2. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh 3. Penurunan berat badan

b. Menghentikan merokok

c. Mengurangi minuman beralkohol dan kafein d. Menghindari stres

e. Diet tinggi kalium

f. Makanan dengan jumlah kalori yang tidak berlebihan b. Terapi dengan Obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang diajukan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi


(34)

Pressure, USA, 1998) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita (JNC, 2003).

2.1.6. Epidemiologi Hipertensi

Distribusi dan Frekuensi Hipertensi a. Orang

Pada negara yang sudah maju, hipertensi merupakan masalah kesehatan yang memerlukan penanganan yang baik karena angka morbiditas dan mortalitasnya yang tinggi. Hipertensi lebih sering ditemukan pada pria terjadi setelah usia 31 tahun sedangkan pada wanita terjadi setelah umur 45 ( setelah menopause). Di Jawa Barat prevalensi hipertensi pada laki-laki sekitar 23,1% sedangkan pada wanita sekitar 6,5%. Pada usia 50-59 tahun prevalensi hipertensi pada lak-laki sekitar 53,8% sedangkan pada wanita sekitar 29% dan pada usia lebih dari 60 tahun prevalensi hipertensi sekitar 64,5% (Suryati, 2005).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menunjukan prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas secara nasional mencapai 31,7%. Berdasarkan kelompok umur yang paling tinggi terdapat pada kelompok umur 65-74 tahun yaitu 63,5% dan pada kelompok umur diatas 75 tahun yaitu 67,3%. Berdasarkan jenis kelamin prevalensi hipertensi pada laki-laki sebesar 31,3% dan pada perempuan 31,9%.


(35)

b.Tempat

Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menurut provinsi, prevalensi hipertensi tertinggi di Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%). Provinsi Jawa Timur (37,4%), Bangka Belitung (37,2%), Jawa Tengah (37,0%), Sulawesi Tengah(36,6%), DI Yogyakarta (35,8%), Riau (34,0%), Sulawesi Barat (33,9%), Kalimantan Tengah (33,6%), dan Nusa Tenggara Barat (32,4%), merupakan provinsi yang mempunyai prevalensi hipertensi lebih tinggi dari angka nasional (31,7%). c. Waktu

Penderita hipertensi berdasarkan waktu berbeda pada setiap tahunnya. Studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), 2001 menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi mengalami peningkatan dari 96 per 1000 penduduk pada tahun 1995 naik menjadi 110 per 1000 penduduk tahun 2001. Sedangkan hasil SKRT 2004 menunjukkan proporsi hipertensi pada pria sebesar 12,2% dan wanita 15,5% (Corwin, 2009). Berdasarkan laporan riskesdas tahun 2007 prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari total penduduk dewasa.

2.1.7. Faktor Risiko Hipertensi

a. Faktor yang tidak dapat diubah/dikontrol 1. Umur

Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang semakin besar risiko terserang hipertensi. Umur lebih dari 40 tahun mempunyai risiko terkena hipertensi. Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga


(36)

prevalensi hipertensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40% dengan kematian sekitar 50% diatas umur 60 tahun. Dengan bertambahnya umur, risiko terjadinya hipertensi meningkat. Meskipun hipertensi bisa terjadi pada segala usia, namun paling sering dijumpai pada orang berusia 35 tahun atau lebih (Nurkhalida, 2003).

2. Jenis Kelamin

Bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata terdapat angka yang cukup bervariasi. Dari penelitian yang dilakukan Sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi 6,0% untuk pria dan 11,6% untuk wanita. Prevalensi di Sumatera Barat 18,6% pria dan 17,4% perempuan, sedangkan daerah perkotaan di Jakarta (Petukangan) didapatkan 14,6% pria dan 13,7% wanita. Pria lebih banyak yang menderita hipertensi dibanding wanita, hal ini disebabkan karena terdapatnya hormon estrogen pada wanita (Marliani, 2007).

3. Riwayat Keluarga

Orang-orang dengan sejarah keluarga yang mempunyai hipertensi lebih sering menderita hipertensi. Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga mempertinggi risiko terkena hipertensi terutama pada hipertensi primer (Nurkhalida, 2003). Keluarga yang memiliki hipertensi dan penyakit jantung meningkatkan risiko hipertensi 2-5 kali lipat. Jika seorang dari orang tua kita mempunyai hipertensi maka sepanjang hidup kita mempunyai 25% kemungkinan mendapatkannya pula. Jika kedua orang tua kita mempunyai hipertensi, kemungkunan kita mendapatkan penyakit tersebut 60% (Sheps, 2005).


(37)

b. Faktor yang dapat diubah/dikontrol 1. Konsumsi Garam

Garam merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah. Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi kelebihan garam sehingga kembali pada keadaan hemodinamik (sistem pendarahan) yang normal (Sheps, 2005). Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam pathogenesis hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan garam yang minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan prevalensi hipertensi yang rendah, sedangkan jika asupan garam antara 5-15 gram perhari prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20%. Konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram/hari setara dengan 110 mmol natrium atau 2400 mg/hari (Hull, 1996).

2. Konsumsi Lemak Jenuh

Kebiasaan konsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah. Penurunan konsumsi lemak jenuh, terutama lemak dalam makanan yang bersumber dari hewan dan peningkatan konsumsi lemak tidak jenuh secukupnya yang berasal dari minyak sayuran, biji-bijian dan makanan lain yang bersumber dari tanaman dapat menurunkan tekanan darah (Sheps, 2005).


(38)

3. Penggunaan Jelantah

Jelantah adalah minyak goreng yang sudah lebih dari satu kali dipakai untuk menggoreng, dan minyak goreng ini merupakan minyak yang telah rusak. Bahan dasar minyak goreng bisa bermacam-macam seperti kelapa, sawit, kedelai, jagung dan lain-lain. Meskipun beragam, secara kimia isi kandungannya sebetulnya tidak jauh berbeda, yakni terdiri dari beraneka asam lemak jenuh (ALJ) dan asam lemak tidak jenuh (ALTJ) (Yundini, 2006). Dianjurkan oleh Ali Komsan, bagi yang tidak menginginkan menderita hiperkolesterolemi dianjurkan untuk membatasi penggunaan minyak goreng terutama jelantah karena akan meningkatkan pembentukan kolesterol yang berlebihan yang dapat menyebabkan aterosklerosis dan hal ini dapat memicu terjadinya penyakit tertentu, seperti penyakit jantung, darah tinggi dan lain-lain. 4. Kebiasaan Konsumsi Minum Minuman Beralkohol

Alkohol juga dihubungkan dengan hipertensi. Peminum alkohol berat cenderung hipertensi meskipun mekanisme timbulnya hipertensi belum diketahui secara pasti. Orang-orang yang minum alkohol terlalu sering atau yang terlalu banyak memiliki tekanan yang lebih tinggi dari pada individu yang tidak minum atau minum sedikit (Hull, 1996). Menurut Ali Khomsan konsumsi alkohol harus diwaspadai karena survei menunjukkan bahwa 10% kasus hipertensi berkaitan dengan konsumsi alkohol. Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun diduga, peningkatan kadar kortisol dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah merah berperan dalam menaikkan tekanan darah. Diperkirakan konsumsi alkohol berlebihan menjadi penyebab sekitar 5-20% dari semua kasus


(39)

hipertensi. Mengkonsumsi tiga gelas atau lebih minuman berakohol per hari meningkatkan risiko mendapat hipertensi sebesar dua kali.

5. Obesitas

Obesitas atau kegemukan dimana berat badan mencapai indeks massa tubuh > 25 (berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m)) juga merupakan salah satu faktor risiko terhadap timbulnya hipertensi (Suyono, 2001). Obesitas merupakan ciri dari populasi penderita hipertensi. Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi dari penderita hipertensi yang tidak obesitas. Pada obesitas tahanan perifer berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf simpatis meninggi dengan aktivitas renin plasma yang rendah. Melalui olah raga yang isotonik dan teratur (aktivitas fisik aerobik selama 30-60 menit/hari) dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Obesitas erat kaitannya dengan kegemaran mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi lemak.

Menurut Alison Hull dalam penelitiannya menunjukkan adanya hubungan antara berat badan dan hipertensi, bila berat badan meningkat diatas berat badan ideal maka risiko hipertensi juga meningkat. Penyelidikan epidemiologi juga membuktikan bahwa obesitas merupakan ciri khas pada populasi pasien hipertensi. Dibuktikan juga bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan timbulnya hipertensi dikemudian hari. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang obesitas 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat badan lebih.


(40)

6. Olahraga

Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah. Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi. Kurang melakukan olahraga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam juga bertambah akan memudahkan timbulnya hipertensi. Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi karena meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri (Sheps, 2005). 7. Stres

Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila stres menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi (Nurkhalida, 2003). Menurut Smet, stres adalah yang kita rasakan saat tuntutan emosi, fisik atau lingkungan tidak mudah diatasi atau melebihi daya dan kemampuan kita untuk mengatasinya dengan efektif. Namun harus dipahami bahwa stres bukanlah pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. Apabila stres berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah yang menetap. Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu dan bila stres sudah hilang tekanan darah bisa


(41)

normal kembali. Peristiwa mendadak menyebabkan stres dapat meningkatkan tekanan darah.

8. Penggunaan Estrogen

Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormone estrogen setelah menopause (Marliani, 2007). Peran hormon estrogen adalah meningkatkan kadar HDL yang merupakan faktor pelindung dalam pencegahan terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan hormone estrogen dianggap sebagai adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause, wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormone estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Umumnya, proses ini mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun (Kumar, 2005).

Hipertensi timbul akibat interaksi dari berbagai faktor sehingga dari seluruh faktor yang telah disebutkan diatas, faktor mana yang lebih berperan terhadap timbulnya hipertensi tidak dapat diketahui dengan pasti. Oleh karena itu maka pencegahan hipertensi yang antara lain dapat dilakukan dengan menjalankan gaya hidup sehat menjadi sangat penting.


(42)

2.1.8. Pencegahan Hipertensi

a. Pencegahan Primer

1. Pencegahan primordial: meningkatkan derajat kesehatan dengan gizi dan gaya hidup sehat misalnya mengkonsumsi gizi yang seimbang dan menjaga pola makan yang baik.

2. Promotif: promosi kesehatan, misalnya dengan melaksanakan dan mengikuti penyuluhan gizi dan pola makan untuk menghindari faktor resiko hipertensi 3. Proteksi spesifik: turunkan atau hindari faktor resiko dengan menjaga pola

makan, tidak merokok, istirahat yang cukup dan rajin berolahraga. b. Pencegahan Sekunder

1. Diagnosa awal: screening, pemeriksaan check-up

2. Pengobatan yang tepat: segera mendapatkan pengobatan komprehensif dan kausal awal keluhan.

c. Pencegahan Tersier

Rehabilitasi: upaya perbaikan dampak lanjut hipertensi yang tidak bisa diobati untuk menghindari komplikasi daripada hipertensi. Pada umumnya orang akan berusaha mengenali hipertensi jika dirinya atau keluarganya sakit keras atau meninggal dunia akibat hipertensi. Usaha pencegahan juga bermanfaat bagi penderita hipertensi agar penyakitnya tidak menjadi lebih parah, tentunya harus disertai pemakaian obat-obatan yang ditentukan oleh dokter (Gunawan, 2005).


(43)

2.2. Gaya Hidup

2.2.1. Pengertian Gaya Hidup

Menurut Kotler (2002), Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktifitas, minat dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungan. Menurut Minor dan Mowen gaya hidup adalah menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana orang membelanjakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu (Tamher, 2009).

Menurut Belloc dan Breslow (1972), yang termasuk gaya hidup adalah: a. Pola makanan yang baik

b. Aktifitas fisik c. Olahraga

d. Istirahat/tidur 7-8 jam perhari e. Tidak merokok

f. Tidak minum-minuman keras

g. Tidak mengonsumsi obat-obatan (Watson, 2003).

2.2.2. Aktifitas Fisik

Melakukan aktivitas fisik yang cukup merupakan salah satu dari sekian banyak hal yang dikategorikan ke dalam pengobatan non farmakologis. Aktivitas fisik yang cukup dan teratur terbukti dapat membantu menurunkan tekanan darah. Pada zaman sekarang, dengan berbagai kemudahan membuat orang enggan melakukan kegiatan fisik dalam kegiatan sehari-hari mereka. Inilah penyebab


(44)

mengapa hipertensi lebih banyak ditemukan pada masyarakat perkotaan daripada masyarakat di lingkungan pedesaan. Banyaknya sarana transportasi dan berbagai fasilitas lain bagi masyarakat perkotaan menyebabkan penurunan aktivitas fisik mereka. Padahal, aktivitas fisik sangat penting untuk mengendalikan tekanan darah. Aktivitas fisik yang cukup dapat membantu menguatkan jantung. Jantung yang lebih kuat tentu dapat memompa lebih banyak darah dengan hanya sedikit usaha. Semakin ringan kerja jantung, semakin sedikit tekanan pada pembuluh darah arteri sehingga tekanan darah akan menurun (Marliani, 2007)

Aktivitas fisik yang cukup dan teratur dapat mengurangi risiko terhadap penyakit-penyakit jantung dan pembuluh darah selain dapat membantu mengurangi berat badan pada penderita obesitas. Aktivitas fisik yang dianjurkan bagi penderita hipertensi adalah aktivitas sedang selama 30-60 menit setiap hari. Kalori yang terbakar sedikitnya 150 kalori perhari. Salah satu yang bisa dilakukan adalah aerobik. Suatu aktivitas, baik itu kegiatan sehari-hari ataupun olahraga, dikatakan aerobik jika dapat meningkatkan kemampuan kerja jantung, paru-paru, dan otot-otot (Marliani, 2007).

Perubahan gaya hidup “sedentary” merupakan gaya hidup dimana gerak fisik yang dilakukan minimal sedang beban kerja mental maksimal. Keadaan ini besar pengaruhnya terhadap tingkat kesehatan termasuk keadaan gizi seseorang dan selanjutnya berakibat sebagai penyebab dari berbagai penyakit. Latihan fisik secara teratur ke dalam kegiatan sehari-hari adalah penting untuk mencegah hipertensi dan penyakit jantung (Sunita, 2003).


(45)

Gaya hidup juga bisa memengaruhi kerentanan fisik terutama karena kurangnya aktifitas fisik akibatnya timbul penyakit yang sering diderita antara lain diabetes mellitus atau kencing manis, penyakit jantung, hipertensi, kanker atau keganasan dan lain-lain. Gaya hidup pada jaman modern ini telah mendorong orang mengubah gaya hidupnya seperti jarang bergerak karena segala sesuatu atau pekerjaan dapat lebih mudah dikerjakan dengan adanya teknologi yang modern seperti mencuci dengan mesin cuci, menyapu lantai dengan mesin penyedot debu, bepergian dengan kendaraan walaupun jaraknya dekat dan bisa dilakukan dengan jalan kaki. Gaya hidup seperti itu tidak baik untuk kesehatan karena tubuh kita menjadi manja, karena kurang bergerak, sehingga tubuh menjadi lembek dan rentan penyakit (Marliani, 2007).

Untuk menciptakan hidup yang sehat, segala sesuatu yang kita lakukan tidak boleh berlebihan karena hal tersebut bukannya menjadikan lebih baik tetapi sebaliknya akan memperburuk keadaan. Jadi lakukanlah atau kerjakanlah sesuatu hal itu sesuai dengan kebutuhan (Depkes RI, 2008).

2.2.3. Pola Makan

Pola makan adalah cara seseorang atau sekelompok orang yang memilih dan mengkonsumsi makanan sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologis, psikologi, budaya dan sosial. Pola makan sehari-hari merupakan pola makan seseorang yang berhubungan dengan kebiasaan makan setiap harinya (Sediaoetama, 2006).

Menurut pendapat Khumaidi dan Suhardjo menyatakan bahwa pola konsumsi pangan atau kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia dalam memenuhi


(46)

kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan. Pola konsumsi pangan atau kebiasaan makan adalah berbagai informasi yang dapat memberikan gambaran mengenai jumlah, jenis dan frekwensi bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh seseorang dan merupakan ciri khas untuk satu kelompok masyarakat tertentu (Supariasa dkk, 2001).

Pola makan individu meliputi bahan makanan pokok (sumber karbohidrat), lauk pauk (sumber protein hewani dan nabati), sayur dan buah. Pola makanan yang tidak baik akan menimbulkan beberapa gangguan seperti kolesterol tinggi, tekanan darah meningkat dan kadar gula yang meningkat (Sediaoetama, 2006). Diet kaya buah-buahan, sayuran, mengurangi asupan natrium, rendah lemak dan kolesterol dapat menurunkan tekanan darah ( Lawrence, 2002).

Kebutuhan akan serat yang dapat larut dalam air seperti apel, jeruk, pir, kacang merah dan kedelai juga perlu untuk tubuh. Selain sebagai sumber serat, buah dan sayuran juga merupakan sumber vitamin dan mineral. Mengonsumsi serat dan buah sangat penting untuk tubuh untuk mencegah sulit buang air besar. Selain itu konsumsi susu dapat menambah kebutuhan air yang kurang pada tubuh. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan makan adalah: porsi makan jangan terlalu kenyang akan lebih baik jika porsi makannya sedikit tapi sering, banyak minum air putih sekitar 7-8 gelas/hari dan batasi minum kopi dan teh, kurangi garam, makanan hendaknya mudah dicerna, lembek tidak keras, hindari makanan yang terlalu manis, terlalu asin dan yang terlalu gurih/gorengan (Rimbana 2004; Sunita, 2003).


(47)

Pola makanan yang tidak seimbang antara asupan dengan kebutuhan baik jumlah maupun jenis makanannya, seperti makan makanan tinggi lemak, kurang mengonsumsi sayuran, buah dan sebagainya juga makan makanan yang melebihi kebutuhan tubuh bisa menyebabkan obesitas atau kegemukan (Supariasa, 2001).

Kejadian penyakit infeksi dan kekurangan gizi dapat diturunkan jika pola makan seimbang, sebaliknya penyakit degeneratif dan penyakit kanker meningkat jika pola makanan tidak seimbang. Di beberapa daerah masalah penyakit infeksi masih menonjol sehingga dalam transisi epidemiologi kita menghadapi beban ganda

(Double Burden), peningkatan kemakmuran diikuti oleh perubahan gaya hidup

karena pola makan, di kota-kota besar berubah dari pola makan tradisional yang mengandung banyak karbohidrat, serat dan sayuran, ke pola makanan masyarakat barat yang komposisinya terlalu banyak mengandung protein, lemak, gula dan garam tetapi rendah serat (Depkes RI, 2008).

Sedangkan menurut WHO (2003) meningkatnya industrialisasi, urbanisasi, mekanisasi yang terjadi di sebagian besar negara di dunia, berhubungan dengan perubahan makanan dan perilaku, termasuk ke dalamnya makanan yang tinggi lemak dan tinggi energi serta gaya hidup yang lebih santai, melakukan aktifitas bisa dibantu dengan peralatan yang tidak banyak mengeluarkan energi. Tingginya kandungan sukrosa dalam makanan meningkatkan tekanan arteri pada beberapa orang dengan tensi normal yang kemudian memberikan efek meningkatkan penyerapan NaCl (natrium klorida) pada orang yang memiliki tekanan darah normal dan hipertensi. Sukrosa mungkin dapat menurunkan kadar lemak darah dan memiliki efek merugikan


(48)

pada toleransi glukosa. Konsumsi lemak mempunyai pengaruh kuat pada resiko penyakit kardiovaskuler seperti penyakit jantung koroner dan stroke, efek lain pada lipid darah, trombosis, tekanan darah tinggi (Tamher, 2009).

Gaya hidup pada zaman modern ini telah mendorong orang mengubah gaya hidup seperti makan makanan siap saji, makanan kalengan, sambal botolan, minuman kaleng, buah dan sayur yang memakai bahan pengawet, makanan kaya lemak, makanan kaya kolesterol. Gaya hidup seperti ini tidak baik untuk tubuh dan kesehatan karena tubuh kita menjadi rusak karena makanan yang tidak sehat sehingga tubuh menjadi lembek dan rentan penyakit (Depkes RI, 2008).

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Aris Sugiarto (2007) di Kabupaten Karanganya dikatakan bahwa kebiasaan sering mengkonsumsi lemak jenuh merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi dengan nilai p = 0,022; OR = 2,01 dan 95% CI = 1,10-3,66

2.2.4. Kebiasaan Istirahat

Istirahat yang cukup sangat dibutuhkan badan kita. Banyak orang yang tidur jadi lemas, tidak ada semangat, lekas marah dan stress. Hasil riset terbaru para ahli di Chicago membuktikan, 3 hari mengalami kurang tidur, kemampuan tubuh dalam memproses glukosa akan menurun secara drastis, sehingga dapat meningkatkan resiko mengidap diabetes. Selanjutnya menurut mereka, tidur tidak nyenyak selama 3 hari berturut-turut akan menurunkan toleransi tubuh terhadap glukosa, khususnya pada orang muda dan orang dewasa (Santoso, 2004).


(49)

Sepertiga dari waktu dalam kehidupan manusia adalah untuk tidur. Diyakini bahwa tidur sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan dan proses penyembuhan penyakit, karena tidur bermanfaat untuk menyimpan energi, meningkatkan imunitas tubuh dan mempercepat proses penyembuhan penyakit juga pada saat tidur tubuh mereparasi bagian-bagian tubuh yang sudah aus. Umumnya orang akan merasa segar dan sehat sesudah istirahat. Jadi istirahat dan tidur yang cukup sangat penting untuk kesehatan (Depkes RI, 2008).

2.2.5. Riwayat Merokok

Merokok bukanlah gaya hidup yang sehat. Merokok dapat mengganggu kerja paru-paru yang normal, karena Hemoglobin lebih mudah membawa Karbondioksida daripada membawa Oksigen. Jika terdapat Karbondioksida dalam paru-paru, maka akan dibawa oleh Hemoglobin sehingga tubuh memperoleh Oksigen yang kurang dari biasanya. Kandungan Nikotin dalam rokok yang terbawa dalam aliran darah dapat memengaruhi berbagai bagian tubuh yaitu mempercepat denyut jantung sampai 20 kali lebih cepat dalam satu menit daripada dalam keadaan normal. Menurunkan suhu kulit sebesar setengah derajat karena penyempitan pembuluh darah kulit dan menyebabkan hati melepaskan gula ke dalam aliran darah (Bustan, 2007).

Rokok juga dihubungkan dengan hipertensi. Hubungan antara rokok dengan peningkatan risiko kardiovaskuler telah banyak dibuktikan. Selain dari lamanya, risiko merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang dihisap perhari. Seseorang lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan hipertensi dari pada mereka yang tidak merokok (Price, 2006). Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin


(50)

dan karbon monoksida yang diisap melalui rokok, yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi (Nurkhalida, 2003).

Rokok sangat berisiko karena dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Dua batang rokok terbukti dapat meningkatkan tekanan darah sebesar 10 mmHg. Berbagai penelitian membuktikan, sesudah merokok selama kurang lebih 30 menit, tekanan darah akan meningkat secara signifikan. Rokok meningkatkan tekanan darah lewat zat nikotin yang terdapat dalam tembakau. Zat nikotin yang terisap beredar dalam pembuluh darah sampai ke otak. Otak kemudian bereaksi dengan memberikan sinyal pada kelenjar adrenalin untuk melepaskan hormon epinefrin/ adrenalin. Hormon adrenalin ini akan membuat pembuluh darah menyempit dan memaksa jantung untuk bekerja lebih kuat untuk memompa darah. Hal inilah yang menyebabkan peningkatan tekanan darah.

Disamping itu zat-zat yang terdapat dalam rokok dapat mempengaruhi dinding arteri sehingga lebih peka terhadap penumpukan lemak (plak) dan dapat memicu dilepaskannya natrium yang bersifat menahan air. Volume plasma pun meningkat sehingga tekanan darah naik. Untuk itulah berhenti merokok sangat penting untuk menurunkan dan mengendalikan tekanan darah. Menghindari rokok dapat menjauhkan dari risiko penyakit jantung dan pembuluh darah lain (Marliani, 2007).


(51)

a. Kategori Perokok 1. Perokok Pasif

Perokok pasif adalah asap rokok yang di hirup oleh seseorang yang tidak merokok (Pasive Smoker). Asap rokok merupakan polutan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Asap rokok lebih berbahaya terhadap perokok pasif daripada perokok aktif. Asap rokok yang dihembuskan oleh perokok aktif dan terhirup oleh perokok pasif, lima kali lebih banyak mengandung karbon monoksida, empat kali lebih banyak mengandung tar dan nikotin (Marliani, 2007).

2. Perokok Aktif

Perokok aktif adalah asap rokok yang berasal dari isapan perokok atau asap utama pada rokok yang dihisap (mainstream). Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perokok aktif adalah orang merokok dan langsung menghisap rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagi kesehatan diri sendiri maupun lingkungan sekitar (Marliani, 2007).

b. Jumlah Rokok yang di Hisap

Jumlah rokok yang di hisap dapat dalam satuan batang, bungkus, pak per hari. Jenis rokok dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu :

a. Perokok Ringan: Disebut perokok ringan apabila merokok kurang dari 10 batang per hari.

b. Perokok Sedang: Disebut perokok sedang jika menghisap 10-20 batang per hari. c. Perokok Berat: Disebut perokok berat jika menghisap lebih dari 20 batang


(52)

Bila sebatang rokok dihabiskan dalam sepuluh kali hisapan asap rokok maka dalam tempo setahun bagi perokok sejumlah 20 batang (satu bungkus) per hari akan mengalami 70.000 hisapan asap rokok. Beberapa zat kimia dalam rokok yang berbahaya bagi kesehatan bersifat kumulatif (ditimbun), suatu saat dosis racunnya akan mencapai titik toksis sehingga akan mulai kelihatan gejala yang ditimbulkan (Muttaqin, 2009).

2.3. Landasan Teori

Penyakit tidak menular (PTM) secara umum meliputi penyakit jantung, stroke, kanker, hipertensi, diabetes melitus, penyakit paru obstruktif kronis, asma bronkial, penyakit sendi yang sebagian non infeksi, nyeri punggung yang menyebabkan ketidakmampuan bekerja, cedera berat seperti trauma dan lain sebagainya. PTM dapat digolongkan menjadi satu kelompok utama dengan faktor risiko yang sama (common underlying risk factor) seperti kardiovaskuler, stroke, diabetes melitus, hipertensi, penyakit paru obstruktif kronik dan kanker. Faktor risiko tersebut antara lain mengkonsumsi tembakau, konsumsi tinggi lemak kurang serat, kurang aktifitas fisik, alkohol, obesitas, gula darah tinggi, lemak darah tinggi. Penyakit tidak menular (PTM) telah mempunyai prakondisi sejak dalam kandungan dan masa pertumbuhan yang diperberat oleh gaya hidup yang tidak sehat. Bila digambarkan maka alur pikir faktor risiko PTM adalah sebagai berikut:


(53)

Gambar 2.1. Gambar Kerangka Teori Penyakit tidak Menular (Kenneth J.Royhman,1990)

2.4. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Gaya Hidup

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Aktivitas Fisik

Kejadian Hipertensi

Kebiasaan Merokok Kebiasaan Istirahat

Pola Makan Faktor Genetik

Pola Makan : - Tinggi Lemak - Tinggi Kelesterol - Tinggi Kalori - Tinggi Garam - Tinggi Glukosa - Rendah Serat

Tingkat Aktifitas Fisik

Obesitas

Penyakit Tidak Menular

Stres Mental Istirahat

Merokok Alkohol Kepribadian


(54)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi analitik dengan disain studi Case

Control dengan memilih kasus yang menderita hipertensi dan kontrol yang tidak

menderita hipertensi. Penelitian dimulai dengan mengidentifikasi pasien dengan hipertensi (retrospektif) melalui survey dan pemeriksaan secara langsung kepada pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh gaya hidup (aktifitas fisik, pola makan, istirahat, dan riwayat merokok) terhadap kejadian Hipertensi di RSUD Dr.H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr.H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi. Alasan memilih lokasi ini karena berdasarkan survei pendahuluan hipertensi merupakan urutan kesembilan dari sepuluh penyakit terbesar pada tahun 2013 di Rumah Sakit ini.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai bulan Januari - Juli 2014 dari melakukan survey awal, penelusuran kepustakaan, penyusunan proposal, seminar proposal, penelitian, analisis data dan penyusunan laporan akhir.


(55)

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi kasus adalah seluruh pasien baru didiagnosis penderita hipertensi yang dirawat jalan di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi bulan Januari 2014 sampai dengan bulan Mei 2014. Populasi kontrol adalah seluruh pasien yang tidak menderita hipertensi dan yang dirawat jalan di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi bulan Mei 2014.

3.3.2. Sampel

Dalam penelitian ini sampel terdiri dari kasus dan kontrol.

a. Kasus adalah sebagian pasien baru rawat jalan yang berobat di RSUD Dr.H.Kumpulan Pane Tebing Tinggi yang telah terdiagnosa menderita hipertensi bulan Januari sampai dengan bulan Mei 2014.

b. Kontrol adalah sebagian pasien baru rawat jalan yang tidak menderita`hipertensi dari rumah sakit yang sama bulan Mei 2014 dan mempunyai karakteristik yang sama dengan kasus yaitu umur dan jenis kelamin.

Perhitungan besar sampel ditetapkan menggunakan rumus studi kasus kontrol berpasangan (perbandingan 1 kasus dan 1 kontrol) sebagai berikut :

dimana

(

R

)

R P + = 1

{

}

(

)

2

2 / 1 2 2 / − + = P PQ Z Z


(56)

Keterangan: n = besar sampel R = Perkiraan OR = 2

Zα = Tingkat kemaknaan 95%, α = 5% (1,96) Zβ = Presisi 80% (0,842)

P = Prakiraan efek kontrol

Q = 1- P = 1 - = Hasil Perhitungan :

n = 68,7 ≈ 70

Tabel 3.1. Nilai Odds Rasio Beberapa Variabel dari Penelitian Terdahulu

No. Variabel OR N

1. Pola Makan 2,01 120

2. Obesitas 2,57 110

3. Merokok 3,16 110

Sumber: Penelitian Roslina, 2007 dan Aris Sugiarto, 2007

Berdasarkan perhitungan diatas terdapat jumlah sampel minimal kasus sebanyak 70 penderita. Dilakukan matching terhadap umur yaitu dewasa awal (20-34 tahun), dewasa tengah/ madya (35-55 tahun), dan dewasa akhir (56-70 tahun) atau lansia dan jenis kelamin untuk sampel yang menjadi kontrol.

(

+

)

= = 2 1 2 P 3 2 3 2 3 1

{

}

(

)

2

166 , 0 2 22 , 0 842 , 0 2 / 96 , 1 + =

n

{

(

)

2

}

166 , 0 2 471 , 0 842 , 0 ( 98 ,

0 + x


(57)

3.3.3. Tekhnik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, sampel yang akan diambil adalah yang memenuhi kriteria yang digunakan yaitu:

1. Kriteria inklusi untuk kasus

- Responden yang menderita hipertensi dari status diagnosa. - Bersedia diwawancarai atau bersedia menjadi partisipan. 2. Kriteria inklusi untuk kontrol

- Responden yang tidak menderita hipertensi dari status diagnosa. - Bersedia diwawancarai atau bersedia menjadi partisipan.

3. Kriteria eksklusi kasus dan kontrol

- Responden tidak bersedia diwawancarai.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui wawancara langsung pada subjek penelitian dengan menggunakan kuesioner pada saat pasien melakukan kunjungan ke Rumah Sakit sebanyak 17 orang hipertensi dan 70 orang bukan hipertensi pada bulan Mei 2014. Peneliti melakukan kunjungan ke rumah pasien hipertensi sebanyak 53 orang pada bulan Januari-April 2014 yang sudah terpilih menjadi sampel. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil data-data dari dokumen catatan kartu status diagnosa pasien atau catatan yang diperoleh dari Rekam Medik RSUD Dr.H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi.


(58)

Ketepatan pengujian hipotesis sangat tergantung pada kualitas data yang dipakai dalam pengujian tersebut. Pengujian hipotesis penelitian tidak akan mengenai sasarannya bila mana data tidak reliabel.

Uji validitas menggunakan Pearson Product Moment, setelah itu diuji dengan menggunakan SPSS, dilihat penafsiran dan indeks korelasinya. Uji validitas bertujuan mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau nilai yang menunjukan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara mengukur korelasi antara variabel pada analisis reliabilitas dengan melihat nilai correlation corrected item, dengan ketentuan jika nilai r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid dan sebaliknya (Hidayat, 2010).

Berdasarkan hasil uji validitas variabel gaya hidup (pola makan, aktifitas fisik, kebiasaan istirahat) terlihat hasil korelasi diketahui bahwa semua item mempunyai korelasi > 0,361, maka dapat dikatakan bahwa item alat ukur tersebut valid dan dapat digunakan dalam pengumpulan data penelitian.

Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas Variabel Gaya Hidup (Aktifitas Fisik, Pola Makan, Kebiasaan Istirahat)

No Variabel Corrected Item - Total Corelation Keterangan

1 Aktivitas fisik

Item 1 0,626 Valid

Item 2 0,542 Valid

Item 3 0,488 Valid

2 Pola makan

Item 1 0,620 Valid

Item 2 0,523 Valid

Item 3 0,637 Valid

Item 4 0,759 Valid

Item 5 0,637 Valid

Item 6 0,474 Valid


(59)

Tabel 3.2 (Lanjutan

No Variabel Corrected Item - Total Corelation Keterangan

Item 8 0,727 Valid

3 Kebiasaan Istitahat

Item 1 0,608 Valid

Item 2 0,829 Valid

Item 3 0,795 Valid

Item 4 0,761 Valid

Setelah mengukur validitas maka perlu mengukur reliabilitas data, apakah alat ukur dapat dipergunakan atau tidak. Dalam mengukur reliabilitas ini dengan menggunakan rumus Cronbach’s Alpha. Pertanyaan dikatakan reliabel, jika jawaban responden terhadap pertanyaan (kuesioner) adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya, untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya atau reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercayai juga. Apabila datanya memang benar dan sesuai dengan kenyataan, maka berapa kali diambil tetap akan sama (Riwidikdo, 2009)

Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat menunjukkan ketepatan dan dapat dipercayai dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, dengan ketentuan, jika nilai r Alpha > r tabel, maka dinyatakan reliabel (Riyanto 2009).


(60)

Berdasarkan hasil uji reliabilitas variabel gaya hidup terlihat nilai Cronbach’s Alpha > konstanta (0,6), maka kuesioner tersebut dikatakan reliabel.

Tabel 3.3. Hasil Uji Reabilitas Variabel Gaya Hidup (Aktifitas Fisik, Pola Makan, Kebiasaan Istirahat)

No Variabel Corrected Item - Total Corelation

Keterangan

1 Aktivitas fisik 0,726 Reliabel

2 Pola makan 0,862 Reliabel

3 Kebiasaan Istitahat 0,891 Reliabel

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan di RSU. Herna Tebing Tinggi dengan 30 orang penderita hipertensi. Dengan asumsi bahwa karakteristik pasien yang berada di RSU. Herna Tebing Tinggi dengan RSUD. Dr. H. Kumpulan Pane Tebing Tinggi relatif sama.

3.5. Variabel dan Definisi Operasional

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas gaya hidup (aktifitas fisik, pola makan, kebiasaan istirahat, dan riwayat merokok). Sedangkan variabel terikat adalah kejadian Hipertensi. Definisi operasional dari variabel penelitian adalah sebagai berikut:

1. Aktifitas fisik adalah kegiatan yang biasa dilakukan setiap hari yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan. Kategori aktifitas fisik: 1. Tidak Cukup


(61)

Aktifitas fisik diukur dengan memberikan skor terhadap kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan sebanyak 3 dan total skor sebesar 6 dengan kriteria sebagai berikut :

1. Jawaban Ya = 2 2. Jawaban Tidak = 0

Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 2 (tiga) kategori yaitu: 1. Tidak cukup, jika responden memperoleh skor ≤ 50% yaitu < 3 2. Cukup, jika responden memperoleh skor > 50% yaitu > 3

2. Pola makan adalah kebiasaan makan yang meliputi jumlah, jenis dan frekwensi makan sehari-hari. Kategori pola makan: 1. Tidak baik

2. Baik

Pola makan diukur dengan memberikan skor terhadap kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan sebanyak 8 dan total skor sebesar 16 dengan kriteria sebagai berikut :

1. Jawaban Ya = 2 2. Jawaban Tidak = 0

Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 2 (tiga) kategori yaitu: 1. Tidak baik, jika responden memperoleh skor ≤ 50% yaitu ≤ 8

2. Baik, jika responden memperoleh skor > 50% yaitu > 8

3. Istirahat adalah kebiasaan istirahat/tidur yang dilakukan baik siang maupun malam hari. Kategori istirahat: 1. Tidak cukup


(62)

Istirahat diukur dengan memberikan skor terhadap kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan sebanyak 4 dan total skor sebesar 8 dengan kriteria sebagai berikut :

1. Jawaban Ya = 2 2. Jawaban Tidak = 0

Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 2 (tiga) kategori yaitu: 1. Tidak cukup, jika responden memperoleh skor ≤ 50% yaitu ≤ 4 2. cukup, jika responden memperoleh skor > 50% yaitu >4

4. Riwayat Merokok adalah kebiasaan menghisap rokok yang dapat merugikan kesehatan. Kategori riwayat merokok: 1. Ya

2. Tidak

Pengukuran variabel riwayat merokok disusun dengan 1 pertanyaan yang diajukan dengan jawaban ”ya” dan ”tidak”.

5. Hipertensi adalah adalah keadaan tekanan darah yang lebih tinggi dari normal, yaitu sistolik ≥ 140 mmHg dan atau diastolik ≥ 90 mmHg, yang didapat dari rekam medik pasien. Kategori Hipertensi: 1. Penderita Hipertensi

2. Tidak Menderita Hipertensi

3.6. Metode Pengukuran

Untuk memperjelas variabel penelitian seperti pada kerangka konsep di atas, maka diberikan metode pengukuran seperti pada tabel berikut:


(63)

Tabel 3.4. Nama Variabel, Cara Ukur, Alat Ukur, Hasil Ukur dan Skala Ukur

No Nama

Variabel Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1 Variabel Independen:

Aktifitas fisik Wawancara Kuesioner 1. Tidak cukup 2. Cukup

Ordinal 2 Pola Makan Wawancara Kuesioner 1. Tidak Baik

2. Baik

Ordinal 3 Istirahat Wawancara Kuesioner 1. Tidak Cukup

2. Cukup

Ordinal 4 Riwayat

Merokok

Wawancara Kuesioner 1. Ya 2. Tidak

Ordinal

1

Variabel Dependen :

Hipertensi Tensimeter Kuesioner 1. Hipertensi 2. Tidak menderita Hipertensi

Ordinal

3.7. Metode Analisis Data 3.7.1. Analisis Univariat

Analisis data secara univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi responden. Analisa ini digunakan untuk memperoleh gambaran pada masing-masing variabel independen yang meliputi gaya hidup (aktifitas fisik, pola makan, istirahat dan riwayat merokok) dan variabel dependen yaitu kejadian hipertensi.

3.7.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan uji chi square yang digunakan untuk menguji hipotesis hubungan yang signifikan antara gaya hidup (aktifitas fisik, kebiasaan istirahat, dan riwayat merokok) terhadap kejadian hipertensi di RSUD


(1)

Kebiasaan istirahat * Hipertensi

Crosstab

Hipertensi

Total Hipertensi

Tidak hipertensi

Kebiasaan istirahat Tidak Cukup Count 27 13 40 % within Hipertensi 38.6% 18.6% 28.6% % of Total 19.3% 9.3% 28.6%

Cukup Count 43 57 100

% within Hipertensi 61.4% 81.4% 71.4% % of Total 30.7% 40.7% 71.4%

Total Count 70 70 140

% within Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 6.860a 1 .009

Continuity Correctionb 5.915 1 .015

Likelihood Ratio 6.972 1 .008

Fisher's Exact Test .014 .007

Linear-by-Linear Association 6.811 1 .009 N of Valid Cases 140

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20.00. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper Odds Ratio for Kebiasaan

istirahat (Tidak Cukup / Cukup)

2.753 1.273 5.952

For cohort Hipertensi = Hipertensi

1.570 1.149 2.144

For cohort Hipertensi = Tidak hipertensi

.570 .354 .920


(2)

Kebiasaan merokok * Hipertensi

Crosstab

Hipertensi

Total Hipertensi Tidak hipertensi

Kebiasaan merokok Ya Count 15 5 20

% within Hipertensi 21.4% 7.1% 14.3%

% of Total 10.7% 3.6% 14.3%

Tidak Count 55 65 120

% within Hipertensi 78.6% 92.9% 85.7% % of Total 39.3% 46.4% 85.7%

Total Count 70 70 140

% within Hipertensi 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 50.0% 50.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 5.833a 1 .016

Continuity Correctionb 4.725 1 .030

Likelihood Ratio 6.067 1 .014

Fisher's Exact Test .028 .014

Linear-by-Linear Association 5.792 1 .016 N of Valid Cases 140

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.00. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper Odds Ratio for Kebiasaan

merokok (Ya / Tidak)

3.545 1.211 10.377

For cohort Hipertensi = Hipertensi

1.636 1.189 2.252

For cohort Hipertensi = Tidak hipertensi

.462 .212 1.004


(3)

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 140 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 140 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 140 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

Hipertensi 0

Tidak hipertensi 1

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

Hipertensi

Percentage Correct Hipertensi Tidak hipertensi

Step 0 Hipertensi Hipertensi 0 70 .0

Tidak hipertensi 0 70 100.0

Overall Percentage 50.0

a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Step 0 Constant .000 .169 .000 1 1.000 1.000


(4)

Variables not in the Equation

Score df Sig. Step 0 Variables Polamakan 33.273 1 .000

Kebistir 6.860 1 .009

Kebmeroko 5.833 1 .016

Overall Statistics 37.677 3 .000

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig. Step 1 Step 41.304 3 .000

Block 41.304 3 .000 Model 41.304 3 .000

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 152.777a .255 .341

a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.

Classification Tablea

Observed

Predicted

Hipertensi

Percentage Correct Hipertensi Tidak hipertensi

Step 1 Hipertensi Hipertensi 49 21 70.0

Tidak hipertensi 15 55 78.6

Overall Percentage 74.3

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for EXP(B)

Lower Upper Step 1a Polamakan 3.361 .782 18.477 1 .000 8.010 6.224 13.361

Kebistir -1.992 .868 5.266 1 .022 2.136 1.125 2.748 Kebmeroko .693 .689 1.011 1 .315 2.000 .518 7.721 Constant -3.160 1.064 8.818 1 .003 .042


(5)

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 140 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 140 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 140 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

Hipertensi 0

Tidak hipertensi 1

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

Hipertensi

Percentage Correct Hipertensi Tidak hipertensi

Step 0 Hipertensi Hipertensi 0 70 .0

Tidak hipertensi 0 70 100.0

Overall Percentage 50.0

a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Step 0 Constant .000 .169 .000 1 1.000 1.000

Variables not in the Equation

Score df Sig. Step 0 Variables Polamakan 33.273 1 .000

Kebistir 6.860 1 .009


(6)

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig. Step 1 Step 40.272 2 .000

Block 40.272 2 .000 Model 40.272 2 .000

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 153.809a .250 .333

a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.

Classification Tablea

Observed

Predicted

Hipertensi

Percentage Correct Hipertensi Tidak hipertensi

Step 1 Hipertensi Hipertensi 49 21 70.0

Tidak hipertensi 15 55 78.6

Overall Percentage 74.3

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for EXP(B)

Lower Upper Step 1a Polamakan 3.361 .782 18.477 1 .000 8.110 6.224 13.361

Kebistir -1.667 .812 4.214 1 .040 2.189 1.138 2.927 Constant -2.425 .722 11.269 1 .001 .089