BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Caring - Studi Fenomenologi : Karakteristik Caring Dosen Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Swasta Kota Medan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Caring

  2.1.1 Pengertian Caring

  Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

  berdedikasi bagi orang lain, menunjukkan perhatian, perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi yang merupakan kehendak keperawatan (Potter & Perry, 2005). Menurut Tomey dan Alligood (2006) caring adalah sebagai cara memelihara untuk berhubungan dengan orang lain terhadap tanggung jawab pada suatu pekerjaan yang akan dinilai oleh orang lain. Caringjuga merupakandimensi manusiayang tertanam dalametikadancita-citanilai moralmanusiadengankomitmen untukmelestarikandan memulihkanseseorang dalamteoridan praktekkeperawatan (Watson & Leininger, 1990).

  Caring berartipeduli, merasa dihargai dalamareaakademis dan klinis,

  peduli padasiswa ataupasien olehdosenatauadministrator klinis. Pengalaman tidak caringdapat terjadiuntuk semua orang, mereka merasa diperlakukandengan ketidakpedulian, perasaan kurang dihargaidan jauh dariorang lainserta bertindakhanya untuk kepentingandiri sendiri (Grygsby & Megel, 1995).

  Menurut Watson (1979) yang terkenal dengan theory of human caring, mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan untuk meningkatkan dan melindungi pasien sebagai manusia sehingga mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh.

  Caring juga diartikan sebagai kebutuhanuniversal yangmerupakan komponen pentingdalam pemberianasuhan keperawatan (Cook & Cullen, 2003).

  Menurut Watson (1994) caring adalah sebuah moral ideal, hati perawat dan dia menyatakan bahwa caringmelibatkanrasa kemanusiaanperawat, memperluas,merangkulkemanusiaan orang laindan berusaha untukmelestarikanhubungan manusiake manusiaatau antaraperawatdanpasiensebagaiproseskebersamaandan kepercayaan. Sedangkan

  Leininger (1979 dalam George, 2002) mendefinisikan caring sebagai tindakan dan kegiatan yang diarahkan untuk membantu, mendukung, atau memungkinkan individu atau kelompok lain dengan kebutuhan aktual atau resiko untuk memperbaiki atau meningkatkan kondisi seseorang atau cara hidup atau menghadapi kematian.Caring menjadi komponen sentral dari keperawatan, mereka mendefenisikan caring sebagai sesuatu, seseorang atau peristiwa yang penting bagi seseorang (Benner & Wrubel, 1989 dalam Mary, 1994).

  Hasil penelitian Rhodes, Morris, & Lazenby (2011) mendapatkan tema bahwa caring adalah karakteristik keperawatan, hasil yang tampak, hubungan dan kepercayaan, pemberian (melayani) dan menghargai orang lain. Caring juga dapat mengembangkan dan membantu orang lain untuk tumbuh atau untuk mewujudkan visi dirinya (Freeman et al., 1999; Mayeroff, 1971 dalam Fabrykowski, et al., 2002). Caringjuga dipandang sebagaikebijakansentral dansebagai nilai intiyang menginspirasi, mengarahkandan memeliharaidentitas sertaterlibatdalam pelayananorang lain (Roach, 2002).

  2.1.2 Teori Transpersonal Caring Teori Watson (1979)tentang transpersonal caring berfungsi sebagaipanduan untuk disiplin ilmu dan pengembangan profesionalperawat. Teori ini didasarkan pada nilai-nilai saling menghormati satu sama lain, otonomi individu dan kebebasan memilih.Human caring bersifat relasional, saling berhubungan, transpersonal,dan intersubjektif yang merupakan dasar bagi hubungan terapeutikantara manusia.

  Transpersonal caring diwujudkan melalui 10 carativefactor yang menjadi

  ciri caringantara manusia ke manusia lainnya. Carative factor, yang merupakan inti dari keperawatandan bahan utama dari praktik keperawatan yang efektif,menyediakan bahasa, struktur sertapermintaan untuk mempelajari dan memahami pendidikan keperawatan dan praktek keperawatan (Watson, 1979, 1994).

  Sepuluh carative factor Watson’s tersebut adalah: Formation of a

  

humanistic-altruistic system of values (membentuk dan menghargai sistem nilai

humanistic dan altruistic), instillation of faith-hope (menanamkan sikap penuh pengharapan), cultivation of sensitivity to one’s self and to others (menanamkan sensitifitas atau kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain), development of a

  helping-trusting, human caring relationship (mengembangkan hubungan saling

  percaya dan saling membantu), promotion and acceptance of the expression of

  

positive and negative feelings (meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan

  positif dan negatif), systematic use of a creative problem - solving, caringprocess (menggunakan metode sistematis dalam penyelesaian masalah caring), promotion

  of transpersonal teaching-learning (meningkatkan proses belajar - mengajar

  interpersonal), provision for a supportive, protective, and/or corrective mental,

  

physical, societal, and spiritual environment (menciptakan lingkungan fisik,

  mental, sosial dan spiritual yang suportif, protektif atau korektif), assistance with

  

gratification of human needs (memenuhi kebutuhan dasar manusia dengan penuh

  penghargaan dalam rangka mempertahankan keutuhan dan martabat manusia) dan

  

Allowance for existentiall-phenomenological-spiritual forces (menghargai

  kekuatan eksistensial–fenomenological dan dimensi spiritual)(Watson, 1979, 1994).

  2.1.3 Komponen Caring Komponen yang perlu harus dimiliki seseorang untuk dapat caring adalah:Knowing the recipient (mengenal penerima caring),

  patience (kesabaran),honesty(kejujuran), trust (kepercayaan), humility (kerendahan

  hati), hope (harapan), courage (keberanian), alternative rhythms (alternatif dalam penilaian dan metode pengajaran) (Mayeroff, 1971 dalam Fabrykowski et al., 2002).

  Knowing Knowing berarti mengetahui atau mengenal beberapa hal tentang penerima

caring baik secara eksplisit maupun implisit, mengetahui kebutuhannya dan

  mengetahui hal apa yang harus dilakukan untuk menanggapi kebutuhan tersebut serta mengetahui penerima caring baik secara langsung maupun tidak langsung.

  Patience Patience (kesabaran) berarti membantu orang lain untuk tumbuh yang

  pada dasarnya memungkinkan dia untuk tumbuh dalam waktu dan caranya sendiri oleh karena itu membutuhkan penyesuaian diri untuk pengembangan tingkatannya.

  Honesty Honesty (ketulusan) adalah menjadi tulus terhadap diri sendiri. “Didalam

caring saya tulus mencoba melihat kebenaran, untuk dapat caring terhadap orang

  lain, saya harus melihat orang lain apa adanya dan bukan menjadi seperti yang saya inginkan atau harapkan”. Honesty berarti ketulusan dari hati dalam melaksanakan caring kepada orang lain, mengungkapkan kebenaran dan tidak boleh ada perbedaan yang signifikan antara tindakan dan yang dirasakan.

  Trust

  Caring meliputi kepercayaan terhadap orang lain yang pada dasarnya

  membiarkan dia berkembang dalam waktu dan caranya sendiri. Trust juga menunjukkan kapasitas seseorang untuk peduli. “Dalam caring kepada orang lain saya mempercayainya untuk membuat kesalahan dan belajar dari kesalahan itu”.

  Humility Humility berarti kerendahan hati, mununjukkan kebenaran bahwa caring

  tertentu tidak ditampilkan dengan cara yang istimewa. “Sejak caring berperan dalam perkembangan manusia, meliputi pembelajaran yang berkelanjutan tentang seseorang dan hubungannya dengan adanya perubahan dari masa ke masa”.

  Hope Hope (harapan) dalam caring bukan merupakan ekspresi dari suatu

  pengalaman yang tidak dapat dibandingkan dengan sebuah harapan masa depan yang cukup memadai, namun merupakan ekspresi dari plentitude saat ini, suatu kehadiran yang tetap hidup dengan rasa kemungkinan.

  Courage Courage (keberanian/keteguhan hati) merupakan aspek penting dari caring . Keberanianterlihat dalamkemampuan berdirididepan kelas dalam

  keadaanmencobadanmerupakan bahanpengabdian, keberanianjuga hadir dalamdiri seseorang untuk melakukan suatu tindakan.

  Alternative Rhythms

  

Alternative rhythms merupakan alternatif dalam penilaian dan metode

  pengajaran. ”Ada saat–saat ketika saya tidak bisa memasukkan diri kedalam situasi, saya tidak dapat mengambil sikap apapun dan ketika saya bertahan pada kapasitas ini, dan saya melihat hasil dari itu dan mengubah perilaku saya yang sesuai”. Bergerak bolak – balik antara kerangka sempit dan luas antara aksi dan refleksi.

  2.1.4 Karakteristik Caring Perilaku caring dapat juga diidentifikasi melaluiatribut caring oleh

  Simone Roach’s yang disebut dengan istilah “The Six Cs” (Roach, 2002) menjadi dasar yang membantu yaitu compassion (belas kasih), competence (kompetensi),

  confidence (kepercayaan diri), conscience (hati nurani), commitment (komitmen)

  dancompartment (bagian diri),berkembangdari waktu ke waktu.Pada saat ini, manifestasispesifikcaringyang diwakili olehperilaku sepertimeluangkan waktuuntuk bersama, memberikaninformasi faktual, mengidentifikasi danmenggunakanpengetahuan yang relevan, menunjukkan rasa hormat, menjagahubungan saling percaya,berpakaiandan bahasayangumum.

  Compassion

  Kasih sayangmerupakan atribut caring yang paling tinggi kebutuhannya, dapatdidefinisikan sebagai suatu carahidup yanglahir darikesadaranhubunganseseorang untuksemua makhluk hidup. Kasih sayang adalahhubungan,hidupdalam solidaritas denganorang lain, kehadiran orang lain, berbagikegembiraan,kesedihan, rasa sakit, dan prestasi.

  Competence

  Kompetensididefinisikan sebagai pekerjaan/profesiyang memilikipengetahuan, penilaian, keterampilan, energi,pengalaman dan motivasiyang diperlukanuntuk menanggapituntutantanggung jawabprofesional seseorang.Kompetensi tanpakasihsayang bisa brutaldan tidak manusiawi, kasih sayangtanpakompetensimenjaditidak berarti.

  Caring menuntutkompetensi,kemampuan untuk melakukan perawatansecara tepat

  danmemadai, mengharuskan kitauntukbelajar danberlatihmenjadi profesionaldengan cara yang sesuaidenganmartabat dankebutuhanorang yang dilayani .

  Confidence Confidence adalah salah satu atributcaring profesional, didefinisikan

  sebagaikualitasyang menumbuhkanhubungan saling percaya,caringakan diberikandalam kondisisaling percayadan menghormati.Caringmenumbuhkankepercayaantanpaketergantungan,mengkomun ikasikankebenaran tanpakekerasan danmenciptakan hubungansaling menghormatitanpa menimbulkanresponrasa takut atautidak berdaya .

  Conscience Conscience (hati nurani), dipahami sebagai moral sensitif diri selaras

  dengan nilai dan bagian integral dari kepribadian. Hati nurani mencerminkan kesucian seseorang. Hati nurani adalah kewajiban moral, harus peka terhadap informasi,kolektif, tidak mempermasalahkan satu sama lain danmemerlukan kebijaksanaan pertimbangan moral. Hati nuraniorang yangcaringselaras dengansifatmoralalami,tumbuhdari pengalaman, dari prosesmenghargaidiri sendiri dan orang lain sertamemanifestasikandiri sebagaipemberi perawatan.

  Conscience berartinilai, kesadaran,tanggung jawab pribadi,

  kemampuanpengarahan diri sendiri, tanggung jawab manusiauntuk arahyang baik dandapat mempengaruhipengambilan keputusan .

  Commitment

  Komitmendidefinisikansebagai responafektifkompleks,perpaduan antarakeinginan dankewajibanseseorang serta pilihan yang disengajauntuk bertindak. Komitmenataurespon perilakusepertikesediaanuntuk menerima, kesediaanuntuk menanggapi danpenerimaannilai.Komitmen dianggapjelas ketikapilihansangattegasbahwa apa yangdikomitmenkanuntukdilakukan adalahsama denganapa yangdipilih untuk dilakukan. Komitmenmenjadibagian dari identitasseseorangsebagai seorang profesional yang caring terhadap orang lain. Komitmen adalah pertemuan antaraapa yang ingindilakukan danapa yang dilakukan. Komitmensangat penting untukcaring, jikakomitmenrusak makacaringtidak sempurna. Komitmenmerupakan investasidiridalam pekerjaanseseorang dankarirkarenaapa yangdilakukan adalahwajib, tidak dianggapsebagai bebanmelainkan sebuah panggilanyang menarik untuk sadar,mau danmelakukan tindakan positif.

  Comportment

  Gagasanbahwa comportment sebagai atributcaringmuncul dariperpaduanantarakompetensi dankomitmenperawat.Adanya keprihatinandan kegelisahanatas apa yang diamati dalampakaian danbahasaperawatketika merawatpasien.Comportmentberartiacuan, sikapatauselaras antarapekerjaan sebagai perawat dengan atribut sikap dan keberadaan diri yang tepatuntuk merawat pasien.Penafsirandan penggunaankata compartmentdalam konteksini lebihterbatas daripadamaknakomitmenkeseluruhan, karena kadangdigunakan dan kadang tidak digunakan .

2.2 Karakteristik Caring Dosen

  Hasil penelitian yang dilakukan Dunn dan Cramer (2007) bahwa ada beberapa karakteristik dari pengajar yang sukses dengan berbasis caring, yaitu sebagai berikut:

  Available (ketersediaan waktu)

  Ketersediaan waktu telah dikutip sebagai faktor penting untuk mencari pengetahuanpada pengajar dan memelihara hubungan timbal balik pengajar- mahasiswa. Pada saat banyak mahasiswa memiliki perasaan terisolasi, ketersediaan tatap muka sangat penting. Seorang dosen diFakultas dapat menyampaikan ketersediaan waktu dengannya di kelas dan memiliki kebijakan pintu terbuka yang terlihat di departemen dan di kampus, dan menggunakan jeda waktu kecil sebelum dan setelah belajar di kelas untuk mengenal mahasiswa. Momen komunikasi singkat dan keterlibatan dengan mahasiswa dapat lebih jauh membangun sikap pendekatan. Terkait dengan ketersediaan pribadi adalah gagasan bahwa pengajar menyampaikan keterbukaan kepada mahasiswa dengan mempertahankan kelas dimana mahasiswa bebas mengekspresikan sudut pandang yang berlawanan dan dengan mempromosikan topik diskusi intelektual.

  Knowledgeable (berpengetahuan luas)

  Seorangpendidik yang efektif adalah yang menyadari berbagai masalah unik mahasiswa di Perguruan Tinggi. Sejumlah kesulitan potensial seperti penolakan, kerinduan dan stres akademik. Penyesuaian yang kurang memadai untuk tantangan tersebut menghasilkan risiko tinggi untuk depresi, kecemasan dan konflik interpersonal. Meskipun dosen tidak harus bertindak sebagai terapis, pengetahuan pendidik tentang isu-isu perkembangan dewasa muda sangat membantu.

  Educated In Diversity Issues (pendidikan dalam issue keberagaman)

  Minoritas mahasiswa yang putus dari Pendidikan Tinggi sering mengutip kurangnya tujuan karir atau arah akademis sebagai alasan. Para mahasiswa dapat mengambil manfaat dari pendidikan untuk tidak hanya memperoleh pendidikan profesional, tetapi juga untuk rasa memiliki. Dewasa muda lebih memilih mentor dari jenis kelamin yang sama dan latar belakang etnis karena kesamaan tersebut menghasilkan persepsi dukungan yang lebih tinggi.

  Emphatic (empati)

  Empati ditunjukkan antara kemauan untuk bertindak sebagai pengajar dan dalam memberikan layanan yang sebenarnya dalam peran pengajar. Empati berartiselarasantara isyarat verbal dan non-verbal dan sering terlibat dalam psikoterapi atau praktik konseling.Misalnya, dengan menggunakan prinsip-prinsip empati dan hal positif dapat membantu hubungan antara pengajar- mahasiswa. Program pelatihan dapat dikembangkan oleh administrator pendidikan tinggi untuk mengajarkan keterampilan empatik dasar seperti aktif mendengarkan dan berkomunikasi.

  Personable (berkepribadian baik)

  Kehidupan kampus tidak terbatas pada kelas,percakapan tentang topik lain memungkinkan pendidik untuk mengenal mahasiswa dari waktu ke waktu sehingga saran yang diberikan dosen dapat sesuai dengan tujuan mahasiswa yang lebih luas.

  Encourage/Supportive (mendorong/mendukung)

  Hubungan yang mendukung dan bimbingan dianggap sebagai entitas yang berbeda.Dorongan ini terutama penting untuk mahasiswa karena mereka biasanya kurang independen dan dewasa secara emosional dan mereka menghadapi situasi yang lebih baru daripada mahasiswa pascasarjana . Para mentor yang efektif tidak memanjakan, melainkan membimbing siswa melalui pemikiran kritis tentang pilihan akademik dan kehidupan, dan mendorong mereka ketika mereka belajar keterampilan baru.

  Passionate (bersemangat)

  Pendidik harus memiliki gairah untuk bidang mereka dan untuk mahasiswa mereka. Apa yang bisa diambil dari semangat bekerja dan komitmen untuk mahasiswa adalah bahwa pelajaran terbaik pendidik bisa menanamkan pada orang dewasa muda untuk mengejar tujuannya dengan penuh semangat dan demi kebahagiaan.

  Ada 4 tema dari windows of care (Cadwell, 1999 dalam Fabrykowski et al., 2002)menjelaskan karakteristik seorang pengajar caringadalah: 1) pengajar

  caring berpusat kepada mahasiswa, terdiri dari memberlakukansemua

  mahasiswadengan hormat, percayapada mahasiswa, mendengarkan, lebih sabar, mendoronguntuk berpikir. 2) pengajarcaringberpusat kepada pekerjaan, terdiri dari memprioritaskanmengajarlebih dari padapekerjaan rumah, mengaturbeban kerja,bersediamemberikanwaktu tambahan untukpekerjaan, bersediauntuk mengubahperaturan kelasbila diperlukan, menerimabeberapa jawaban untuksatu pertanyaan. 3) seorang pengajarcaringmelibatkan para mahasiswa, terdiri dari menjadi seorang ahli dalamsubjekyang diajarkan, bersedia memberikan waktutambahan untuk menyelesaikan tugas, memberikankesempatanuntukdiskusi kelas. 4) pengajar caringyang aktif, terdiri dari energik, memilikirasa humor, berceritadanmenggunakancontohsaat mengajar, memberikantugasmenarik.

  Menurut Fabrykowski, et al. (2003) bahwa ada 3 model/cara caring dosen di Perguruan Tinggi, yaitu: 1) membimbing maha siswa dengan menjadwalkanpertemuansesuai kebutuhan danmembimbingmahasiswa melaluiorientasidankonseling, 2) berinteraksidenganmahasiswa di kelas denganmendoronguntuk mengajukan pertanyaan danmembantu dalampenelitian sertamembantu dalam penyusunanrencanapendidikan, 3) mendorongmahasiswa untuk menyelidiki, mengembangkandan mengartikulasikanperawatandenganberdiskusi tentang pengalaman caring .

  Karakteristik caring yang dimiliki seseorang dapat terjadi melalui empat tingkatancaring yaitu, mengalami caringterlebih dahulu, berlatih caring, memulai dan mempertahankan hubungan caring dan refleksi caringsecara terus menerus dan perbaikan (Fabrykowski, et al., 2003).

  2.2.1 Kompetensi Caring Dosen Aspek mendidik orang dewasa (kompetensi pedagogi) dengan konsep

  caring adalah: Accountability, providing feedback, instructional accommodation, teaching caring behaviors, establishing interpersonal relationship, respect dan fairness (Lee & Ravizza, 2008). Accountability

Caring harusdisahkan melaluiprosespembelajaran. Caring bisa

  ditunjukkanmelalui perilakumengajar dantanggung jawab terhadap pembelajaran mahasiswa. Caring lebihberpusatpada pengajarandaripada membangunhubungan pribadi.

  Providing Feedback

  Menekankanpentingnyaumpan balikdalam pengajaran mereka. Caring dalam pengajaran orang dewasadapatdiberlakukandengan memberikan umpan balikkepadamahasiswa. Persepsi pengajartentang caring dengan menunjukkankepekaan terhadapkebutuhan mahasiswanya.

  Instructional Accommodation

  Pengajar bisamemberlakukancaringdengan memberikaninstruksi penugasankepadamahasiswa,misalnyadengan menawarkanpilihantugas kepada mahasiswayang sesuaidengan kebutuhan individu, hal ini telah menunjukkanpembelajaran orang dewasa dengancaring. Sejumlahvariasitugas dalamrencana pembelajaranyang memungkinkanmahasiswa untuk bekerjapadatingkat keterampilan mereka pada saat itu. Pengajaran denganmerencanakanuntukmemberiberbagaitugasdan menyelesaikannyadengan berpusatkepada tingkat keterampilandarimasing-masing mahasiswa tersebut,hal ini menjadiekspresipembelajaran caring terhadap mahasiswa.

  Teaching Caring Behaviors

  Menunjukkancaringdi kelasdalam mengajar siswa adalahaspek lain daricaring pembelajaran orang dewasa. Pembelajaranorang dewasadengan berperilakucaringkepada mahasiswa di kelas, pengajar dapatmemberlakukancaringdengan memilikirasa tanggung jawabterhadap belajar mahasiswa, memberikan umpan balik yang spesifik, menawarkaninstruksi tugasuntuk membuatlingkungan belajar yang kondusif.

  Respect Caring terhadap mahasiswa adalah dengan cara menghormatimahasiswa,

  misalnya ketika pengajar menggunakan peralatan mahasiswa,harus memintaijin terlebih dahulu kepada mahasiswadan itu adalah ungkapan rasa hormat kepada mahasiswa, menghormati hubungan adalah cara menunjukkan caring kepada mahasiswa.

  Fairness

  Keadilanadalahcara penting untukcaringkepada mahasiswa. Caringberarti dengan memperlakukan semuamahasiswasama danmemperoleh kesempatan yang sama untuk semua mahasiswa pada saat yang sama.

  2.2.2 Indikator Caring Dosen Sebuah hasil penelitian yang dapatmengidentifikasi faktoryang menunjukkan dosencaring (tabel 2.1).Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dosen caring dapat meningkatkan indikator motivasi danbelajar mahasiswa. Indikator caringyang paling penting adalah cara yang paling efektif untuk menunjukkancaring di dalam kelas (Straits, 2007).

  Ada dua indikator pengajaran caring untuk pendidik di Perguruan Tinggi yaitu, learnercentered dan learning centered.

Tabel 2.1 Indikator Caring di Pendidikan Tinggi

  Indikator pengajaran caring di Perguruan learner learning Tinggi: centered centered 1.

  Available to students x * (kesediaan waktu untuk mahasiswa) 2.

  Respects students as individuals x * (Menghargai mahasiswa sebagai individu) 3.

  Willing to give extra effort x * (Bersedia untuk memberikan usaha ekstra) 4.

  Welcomes questions in class x * (Menyambut pertanyaan didalam kelas) 5.

  Invites discussion outside of class x * (Mengundang diskusi diluar kelas)

6. Gets to know students x *

  (Berusaha mengenal mahasiswa) 7.

  Wants students to learn/succeed x * (Ingin mahasiswa untuk belajar/berhasil) 8.

  Offers multiple learning opportunities * x (Menawarkan beberapa kesempatan belajar) 9.

  Utilizes various teaching strategies * x (Menggunakan strategi mengajar yang bervariasi) 10.

  Provides many different resources * x (Menggunakan berbagai sumber) 11.

  Promotes higher-level thingking skills * x (Mendorongkeahlianberpikirke tingkat yang lebih tinggi)

  Tanda. “x” petunjuk karakteristik primer dari indikator “*” petunjuk karakteristik sekunder

  2.2.3 Faktor - Faktor Caring Dosen Hasil penelitian Lee dan Ravizza (2008) terdapat beberapa faktor yangdiidentifikasi sebagai hambatan dan fasilitator (pendukung)caring. Dosen mengalami kesulitan untuk memberlakukan caring dalam hal masalah kurangnya waktu, status mereka sebagai dosen spesialis, dan menjaga keseimbangan antara

  

caring dan disiplin. Namun, gagasanprofesionalisme mereka, panutan caring (role

model ), program persiapan pengajar dan seminar mengajar mahasiswa yang

  disebut sebagai fasilitator atau faktor pendukung. Faktor Pendukung Caring

  Professionalism, pengajar melaporkan bahwacaringtertanam

  dalamgagasanprofesionalisme. Ketika ditanyaapa yangmembuatseseorang menjadi pengajaryang caring,bahwa caringadalah bagian dariprofesionalisme.

  Dosen menekankan pentingnyaprofesionalismedalam mengajar.

  Gagasanprofesionalismeyaitu termasuk bekerjadengan baik denganmahasiswa danmenunjukkan perilakucaring dalam profesi mengajar.

  

Caring role model , peranmodel perilakudosensangat berpengaruhsebagai

  faktoryang memfasilitasiuntukcaring. Misalnya, dosen jugabelajar bagaimanamenunjukkanperilakucaring melalui dosennya dahulu.

  

Exposure to diverse educational settings, pengajarjuga

  melaporkanbahwapaparanpengaturanpendidikan yang beragamjuga membantumereka untuk menjadidosencaring. Misalnya, kunjungan kesebuah sekolahyang terletak dibagianperumahanyang lebih rendahdarikotadapat membantuuntuk melihatisu-isu beragamterkait dengan kehidupanmahasiswa .

  Faktor Penghambat Caring Kekurangan waktu, pengajarmengatakan bahwawaktu di kelasyang terbatassebagaipenghalang utamauntuk memberlakukancaring. Pengajar berkomentarbahwa jika merekapunya cukup waktu, mereka bisamempraktekkanperilaku yang lebihcaringdi kelas selama proses belajar - mengajar.Kurangnyawaktuterkait denganjangka waktu yang singkatdi kelas danjuga banyaknyamateri yang harus disampaikan kepada mahasiswa.Misalnya, dosenmerasa bahwakendala waktumempengaruhi jumlahinteraksi pribadiyangbisamenunjukkan caring kepadamahasiswanya.

  Status dosen spesialis,pengajar melaporkan bahwastatus mereka sebagaidosen spesialismembuat lebih sulitbagi mereka untukmemberlakukancaringdaripadadosenbiasa. Dibandingkandengandosenbiasa yang mengajarmahasiswa yang samauntuk periode yang lebih panjang,akses terbatasdosen spesialisuntukmahasiswamembuatnya sulituntuk menunjukkancaring.Disampingwaktu aksessingkat, dosen spesialisberadadalam situasi yang lebihsulit daripadadosenbiasa karena merekaharus mengajarsejumlah besarsiswadalam satu kelasdengan waktu yang singkat, hal tersebutmembuat sulitbagi mereka untukmenjalin hubungan interpersonal.

  Menjaga keseimbangan antara caring and disiplin, perjuanganmempertahankankeseimbangan antaracaringdandisiplinmerupakanperhatian utama bagibeberapa pengajar.Kekhawatirandosen tentangdisiplindi kelasmemisahkankonsepcaringdan mengajar. Misalnya, pengajar tidakmemberlakukancaring yang terlalu banyak selama mengajardi kelas karenamahasiswa dapatmengambil keuntungan dari itu.

  Maka ketika mengajar di kelas, tidakbenar-benar menunjukkancaringyang dalam, tetapi caring ditunjukkan ketika beradadi luarkelas. Caringdan pengajarantidak dapatdiberlakukan padawaktu yang sama .

  2.2.4 Dampak Caring Dosen Dampak positif mahasiswa terhadap dosen caring, yaitu dapat memberikan perasaan diterima,mengembangkan citra diri yang positif dan rasa aman. Dosen caring dapat memberikan mahasiswa harapan, optimisme yang mendorong berbuat lebih baik, lebih percaya diri, pertumbuhan pribadi dan profesi, serta motivasi. Ketika mahasiswa merasa diperhatikan, kecemasan berkurang dan memberi energi positif serta memotivasi (Watson & Leininger, 1990).

  Interaksi caring antara dosen dan mahasiswa, dapat membuat mahasiswa mengalami pergerakan ke arah aktualisasi diri,peningkatan harga diri dan percaya diri serta mengalami kemajuan yang memberikan harapan untuk masa depan. Interaksi caring dosen-mahasiswa juga membuatmahasiswa merasalebih baik, bahagia, berani dan bangga (Miller, Haber, dan Byrne dalam Watson & Leininger, 1990).

  Dampak tidak caring dalam hubungan dosen-mahasiswa dari perspektif mahasiswa, merupakan persepsi ketidakpedulian dosen kepada mahasiswa sebagai orang yang sedang belajar.Dosen yang tidak caring ditandai denganmeningkatnya ketidakpedulian, tidak perhatian dan ketidakpekaan terhadap kebutuhanmahasiswa dan dirasakan sebagai dosen yang kurang kompetensi. Kurangnya kompetensi profesional meliputi kurangnya pengetahuan dan pengalaman, kurangnya presentasi profesional, kurangnya komitmen, kurangnya standar profesional dan kurangnya rasa hormat (Appleton dalam Watson & Leininger, 1990).

  Dosenyang tidak caring dan tidak peka terhadap kebutuhan mahasiswa dalam penelitian Appleton dirasakan sebagai dosen yang lalai dan kurang perhatian yang tulus, dimanasikap ini ditandai dengan kurangnya kemauan untuk mengenalmahasiswa, kurangnya minat dalam mengajar mahasiswa, kurangnya kemauan untuk mengakui keberagaman individu dan kurang menghormati mahasiswa. Mahasiswa menganggapdosentidak caringsebagai manipulatif, tidak fleksibel dan otoriter, bahkan menggunakan paksaan akademik,kurang rasa kemanusiaan dalam pendekatan kepada mahasiswa,merasakandosen sebagai seseorang yang dingin, kaku, sebagai tuan dari pada fasilitator dan memberikan umpan balik negatif kepada mahasiswa.

  Bentuk yang paling parah dariperilaku tidak caring dosen adalah perilaku yang merusak ditandaidengan sikap tidak etis dan tidak manusiawi seperti manipulasi keadaan, menunjukkan penghinaan, tidak menghormati mahasiswa sebagai individu, dianiaya, diejek dan diperlakukan sebagai hama merupakan umpan balik negatif yang kuat bagi mahasiswa dan dapatmemindahkan energi negatif sehinggamahasiswa merasa bahwa dosen adalah musuh, membuat penderitaan dan merasa menjadi korban (Appleton dalam Watson & Leininger, 1990).

  Dosen yang tidak caring dapat menghilangkan kepercayaan mahasiswa dan tidak ada keterikatan yang terbentuk di antara mereka, menciptkan jarak, rasa curiga mahasiswa yang mengarah ke saling menghindar. Reaksi umum afektif mahasiswa beragam, awalnya mahasiswa berharap dosen mereka caring,tetapi ketika ternyata dosen mereka tidak caring,mereka akan melalui tahap kebencian dan kemarahan dan paling sering kehilangan rasa hormat terhadap dosen.Reaksispesifik yang akan dirasakan mahasiswa adalah perasaan waktu dan energi terbuang, merasa malu, kekecewaan dan kegelisahan, ketakutan, citra diri negatif dan akhirnya putus asa dan tidak berdaya (Appleton dalam Watson & Leininger, 1990).

  Penelitian Teven dan Hanson (2004) yang meneliti dampak caringdosen dan kedekatan dosen pada mahasiswa terhadap persepsi kredibilitas dosen. Hasil penelitian menunjukkan adanya efek positif yang kuat untuk caringdan kedekatan dosen terhadap mahasiswa dan efek negatif yang kuat bagi dosen yang tidak

  

caring dan tidak dekat dengan mahasiswa pada berbagai dimensi kredibilitas

dosen.

  Hasilpenelitian Teven dan Hanson (2004) bahwa ketika caring verbal dosen rendah danketidakdekatan tinggi menghasilkan nilai signifikan persepsi negatif terhadap kredibilitas dosen. Sedangkan disaat caring verbal dosentinggi dan ketidakdekatan dosen tinggi menghasilkan nilai signifikan positif terhadap kredibilitas dosen. Caring verbal yang tinggi cenderung memperhalus dampak negatif dari ketidakdekatan dosen dengan mahasiswadanhasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa dosen harus menjaga caring verbal yang tinggi untuk mempertahankan kredibilitas mereka didalam kelas.

2.3 Karakteristik Caring Dosen Keperawatan

  Caring dalam pendidikan keperawatan merupakan evolusi proses

  transpersonal dengan 10 (sepuluh) faktor carative yang menjadi karakteristik

  

caring antara dosen dan mahasiswa. Proses transpersonalcaring di pendidikan

  keperawatan terjadi ketika dosen menggunakan momen mengajar sebagai kesempatan untuk menunjukkan sikap caring. Kesempatan muncul dari interaksi

  

caring yang dirasakansebagai hubungan relasional dan timbal balik (Bevis &

Watson, 1989).

  Hasil penelitian yang dilakukan oleh Simonson (1996) bahwa dari 10 Watson’s carative factor, ada 4 carative factor utama yang sering dipraktekkan kepada mahasiswa keperawatan yaitu: Formation of a humanistic-altruistic

  system of values (pembentukan sistem nilai humanistikaltruistik), cultivation of sensitivity to one’s self and to others (memelihara kepekaan terhadap diri sendiri

  dan orang lain), promotion of transpersonal teaching–learning (promosi interpersonal belajar–mengajar) serta provision for a supportive, protective,

  

and/or correctivemental, physical, societal, and spiritual

environment (menciptakanlingkungan mental, fisik, sosial budaya,

  danspiritualyang suportif, protektif atau korektif).

  Struktur penting caringdari hubungandosen-mahasiswa dari perspektif mahasiswa keperawatan memiliki empat komponen dasar, yaitu:pendekatan profesional dosen caring, rasa saling percaya yang dihasilkan,hubungan kerja yang profesional antara dosen-mahasiswa dan respon positif mahasiswa terhadap pembelajaran caring (Appleton dalam Watson & Leininger, 1990). Adapunpenjelasan dari masing-masing komponen adalah sebagai berikut:

  Pendekatan profesional dosen caring mencakup kompetensi profesional, memiliki perhatian yang tulus untuk mahasiswa sebagai orang yang sedang belajar, memiliki kepribadian positif dan berkomitmen. Kompetensi profesional adalah komponen penting dari professional caring,mereka menunjukkan bahwa

  caring tanpa kompetensi adalah nilai yang rendah bagi mahasiswa, dosen harus

  kompeten dan caring untuk menjadi profesional.Kompetensi profesional meliputi pengetahuan, pengalaman, keadilan dalam akademik dansikap kasih sayang (Appleton dalam Watson & Leininger, 1990)

  Perhatianyang tulus untuk mahasiswa sebagai orang yang belajar merupakan salah satu aspek yang paling penting dari professional caring, mencakupmenghargai mahasiswa, kekhawatiran terhadap belajar mahasiswa dan kebebasan akademik.Kepribadian yang positif,terkait dengan perhatian yang tulus adalah unsur caring yang sangat penting dalam pengalaman belajar-mengajar. Karakteristik utama pribadi yang positif adalah pribadi dengan integritas, jujur, tulus, berbagi, perhatian, mendengarkan, fleksibilitas dan humor serta murah hati.

  Adanya rasa saling percayaadalah dasar yang diperlukan untuk hubungan kerja dosen-mahasiswa dan dapat menjadi dasar perbedaan antara caring dan tidak caring.Mengembangkan hubungan professional kerja dosen-mahasiswa, tetapi tetap menjaga jarak untuk dihormati oleh mahasiswa dapat dikonseptualisasikan dalam enam fase yaitu, a) komunikasi yang efektif, b)pengakuan kepribadian berarti baik dosen dan mahasiswa menghapus topenganonimitas dan mengenali satu sama lain,c)intimacy profesional, dimana mahasiswa merasa cukup aman untuk membuka dan berbicara kebenaran kepada dosenserta merasa bebas untuk mengajukan pertanyaan mengenai pembelajaran, d)dosenmemperlakukan semua mahasiswa sama, e) kerja sama menuju tujuan bersama yaitu pembelajaran mahasiswa, f)ketika mahasiswa akan lulus dan hubungan kerja antara dosen-mahasiswa berakhir, pada saat itu akan terasa hubungan yang sangat kuat.

  Penelitian Miller, Haber, dan Byrne (Watson & Leininger, 1990) menjelaskan bahwa dimensi penting dari interaksi caring antaradosen keperawatan dan mahasiswa dalam proses belajar mengajar adalah perhatian holistik dosenkepadamahasiswa secara pribadi maupun akademik. Mahasiswa mengidentifikasi caring dosen sebagai tindakan melindungi, merespon, sabar, tersedia, dapat diandalkan, fleksibel, suportif, terbuka, hangat dan apa adanya. Caringdosen secara pribadi dan akademik memberikan umpan balik dan membantu mahasiswa untuk mengeksplorasi pikiran, perasaan dan pilihan serta memberdayakan individu untuk mandiri mencapai potensi pribadi dan akademik.

  Interaksi caring dosen-mahasiswa melibatkan dimensi keintiman, kepercayaan, berbagi dan ketertarikan, bahkan dapat dianggap sebagai teman.

2.4 Konsep Fenomenologi

  Orientasi dasar filosofis fenomenologi dipandang oleh banyak sarjana perawat dan peneliti sangat relevan untuk keperawatan (Zalm & Bergum, 2000).

  Fenomenologiadalah upaya untuk memberikan pemahaman dan makna internal serta esensi dari pengalaman hidup seseorang dengan deskripsipengalaman dari hati.Fenomenologi berakar dari ilmu filosofi yang dikembangkan oleh Husserl dan Heidegger pada tahun 1962. Pengalaman hidup manusia dipandang oleh

  

phenomenologist sebagai sesuatu yang penuh makna dan dialami secara sadar

  melalui interaksi tubuh dengan dunia. Terdapat tiga jenis penelitian fenomenologi yaitu: descriptive phenomenology,kombinasi antara descriptive phenomenology dengan interpretive phenomenology dan interpretive phenomenology (Polit & Beck, 2008).

  Descriptive phenomenology. Fenomenologis yang terkenaldari negara

  Amerika Utara adalah Van Kaam (1966), Giorgi (1970, 1985, 1992) dan Colaizzi

  (1978) didasarkan pada filosofi Husserl yang fokus utamanya adalah mengetahui gambaran sebuah fenomena dan diinformasikan oleh karya-karya Spiegelberg (1970, 1972) yang menetapkan proses penting untuk penyelidikan fenomenologi yang terus membuat modifikasi, perbaikandan perluasan untuk cara melakukan penelitian fenomenologi (Edward & Welch, 2011).

  Ada beberapa perbedaan penting antara ketiga pendekatan tersebut, metode Colaizzi adalah satu-satunya yang menganjurkan kembali kepada partisipan untuk memvalidasi hasil yang merupakan modifikasi dari prosedur metode analisis Giorgi, analisis Giorgi untuk memvalidasi hasil hanya mengandalkan peneliti saja karna pandangannya bahwa tidak pantas kembali kepada peserta untuk memvalidasi temuan tetapidapat menggunakan hakim eksternal untuk meninjau hasil analisis, sedangkan metode Van Kaam mensyaratkan bahwa kesepakatan hasil analisis dicapai dengan menggunakan hakim ahli lainnya(Polit & Beck, 2008 ; Edward & Welch, 2011).

  Menurut Edward dan Welch (2011) terdapat 7 langkah dalam menganalisis data dengan metode Collaizi yaitu, 1)menyalin semua deskripsi subjek, dalam bagian ini dari proses analisis, narasi pesertaditranskripsikan dari audio rekaman wawancara masing- masing individu. Transkrip wawancara individu tersebut kemudian divalidasi olehmasing-masing peserta. 2)pernyataan yang signifikan (laporan yang secara langsung berhubungan dengan fenomena yang diinvestigasi).Setiap pernyataan dalam narasi peserta yang berhubungan langsung dengan fenomena yang sedang ditelitidan dianggap signifikan. Tandai dan beri nomor pernyataan signifikan yang diambil dari masing- masing hasil transkrip wawancara. Laporan signifikan secara numerik dimasukkan ke dalam daftar (misalnya, 1,2,3,4...). 3) merumuskan makna, dalam tahap ini peneliti mencoba merumuskan penyajian kembali lebih umum atau arti untuk setiap pernyataan signifikan yang disaring dari narasi peserta danmakna dirumuskan menjadi tema. Peneliti menetapkan atau mengatur makna dirumuskan menjadikelompok sejenis karena beberapa pernyataan mungkin berhubungan. 5)mengembangkan deskripsi lengkap (gambaran yang komprehensif dari pengalaman yang diartikulasikan oleh peserta). Sebuah penjelasan lengkap dikembangkanmelalui sintesis semua tema danmaknadirumuskan. 6)mengidentifikasi struktur fundamental darifenomena, struktur dasar mengacu pada esensi dari pengalaman yang diungkapkan melalui analisis deskripsi lengkap darifenomena. 7)kembali ke peserta untuk validasi, sebuah pertemuan lanjutan yang dibuat antarapeneliti dan masing-masing peserta untuktujuan memvalidasi esensi dari fenomena tersebutdengan peserta.Setiapperubahandibuat sesuai dengan umpan balik pesertauntuk memastikan maksud makna yang disampaikandalam struktur dasar dari fenomena tersebut.Integrasi informasi tambahan dari peserta untuk dimasukkan kedeskripsi akhir dari fenomena yang terjadi pada saat ini.

  Kombinasi antara descriptive phenomenology dan interpretive

  phenomenology, pendekatanfenomenologisini berasal dari Utrecht School yang

  menggabungkan karakteristik fenomenologi deskriptif dan interpretif. Van Manen (1990) adalah contoh dari pendekatan gabungan, dimana peneliti mencoba untuk memahami arti penting dari pengalaman yang dipelajari. Menurut Van Manen, aspek tematik pengalaman dapat diungkap atau terisolasi dari deskripsi peserta dari pengalaman dengan tiga metode: (1) pendekatan holistik, (2) pendekatan selektif atau menyorotidan (3) pendekatan baris demi barissecara rinci.

  Pendekatan holistik, peneliti melihat teks secara keseluruhan dan mencoba untuk menangkap maknanya. Pendekatan selektif, peneliti menyoroti pernyataan atau frase yang tampaknya penting untuk pengalaman yang diteliti. Pendekatan rinci, peneliti menganalisis setiap kalimat. Satu tema yang telah diidentifikasi akan menjadi objek refleksi dan interpretasi melalui tindak lanjut wawancara dengan peserta, melalui proses ini tema penting dapat ditemukan.

  Van Manen (2006 dalam Polit & Beck, 2008)menekankan bahwa metodefenomenologis ini tidak dapat dipisahkan dari praktek menulis. Menulis hasil analisis kualitatif merupakan perjuangan aktif untuk memahami dan mengenali makna hidup dari fenomena yang diteliti. Teks yang ditulis oleh seorang peneliti fenomenologis harus dapat mengarahkan pemahaman pembaca dalam memahami fenomena tersebut. Van Manen juga menyatakan identifikasi tema dari deskripsi partisipan tidak hanya diperoleh dari teks tertulis hasil transkrip wawancara, tetapi juga dapat diperoleh dari sumber artistik lain seperti dokumentasi, musik, lukisan dan seni lainnya yang dapat menyediakan kekayaan informasi pengalaman partisipan sehingga meningkatkan wawasan bagi peneliti dalam melakukan interpretasi dan pencarian makna dari suatu fenomena.

  Interpretive phenomenology dikembangkan oleh Heidegger pada tahun

  1962 yang menekankan pada pemahaman dan interpretif (penafsiran), tidak sekedar deskripsi pengalaman manusia. Interpretive phenomenology bertujuan untuk menemukan pemahaman dari makna pengalaman hidup dengan cara masuk kedalam dunia partisipan. Pemahaman yang dimaksud adalah pemahaman setiap bagian dan bagian – bagian secara keseluruhan.

  Inti dalam menganalisis data dalam penelitian hermeneutik adalah gagasan dari lingkaran hermeneutik. Lingkaran menandakan proses metodologi dimana untuk mencapai pemahaman, ada gerakan terus-menerus antara bagian dan seluruh teks yang dianalisis. Gadamer (1975 dalam Polit & Beck, 2008) menekankan bahwa untuk menafsirkan teks, peneliti tidak bisa memisahkan diri dari makna teks dan harus berusaha keras untuk memahami kemungkinan bahwa teks dapat mengungkapkan. Ricoeur (1981 dalam Polit & Beck, 2008) memperluas pengertian teks, untuk memasukkan tidak hanya teks tertulis tetapi juga setiap tindakan manusia atau situasi. Beberapa ahli hermaneutik adalah Gadamerian (1975), Diekelmann (1989) dan Benner (1994), sedangkan Van Manen menurut Zalm dan Bergum (2000) juga termasuk kedalam fenomenologi hermaneutik.

2.5 Kerangka Konseptual

  

Human care adalah prosesintersubjektifyang mencakuphubungandari

  manusia kemanusia,dimulai ketikaperawatmemasukibidangperawatanpasien danmampu mendeteksi, merasakan,serta menanggapikondisi pasiensedemikian rupasehingga pasiendapat melepaskanperasaansubjektifatau pikiranuntuk sembuh. Prosesperawatan manusiamembutuhkankemauanpribadi, sosial, moral,danspiritualdan komitmen untukpeduli.Watson’smengidentifikasisepuluh faktorcarativeutama dalambuku pertamanya yang diyakininya dapatmembentukfondasi perawatuntuk dapatmempelajariilmuhuman caring (Fitzpatrick & Whall, 1989).

  Teori Watson (1979)tentang transpersonal caring berfungsi sebagaipanduan untuk disiplin ilmu dan pengembangan perawat profesional. Teori ini didasarkan pada nilai-nilai saling menghormati satu sama lain, otonomi individu dan kebebasan memilih. Sepuluh carative factor Watson’s tersebut adalah: Formation of a humanistic-altruistic system of values(membentuk dan menghargai sistem nilai humanistic dan altruistic), instillation of faith-hope (menanamkan sikap penuh pengharapan), cultivation of sensitivity to one’s self

  

and to others (menanamkan sensitifitas atau kepekaan terhadap diri sendiri dan

  orang lain), development of a helping-trusting, human caring relationship (mengembangkan hubungan saling percaya dan saling membantu), promotion and

  acceptance of the expression of positive and negative feelings (meningkatkan dan

  menerima ekspresi perasaan positif dan negatif), systematic use of a creative

  

problem-solving, caringprocess (menggunakan metode sistematis dalam

  penyelesaian masalah), promotion of transpersonal teaching-learning (meningkatkan proses belajar-mengajar interpersonal), provision for a supportive,

  

protective, and/or corrective mental, physical, societal, and spiritual

environment (menciptakan lingkungan fisik, mental, sosial dan spiritual yang

  suportif, protektif atau korektif), assistance with gratification of human

  

needs (memenuhi kebutuhan dasar manusia dengan penuh penghargaan dalam

  rangka mempertahankan keutuhan dan martabat manusia) dan Allowance for

Dokumen yang terkait

Studi Fenomenologi : Karakteristik Caring Dosen Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Swasta Kota Medan

5 74 207

Kepuasan Mahasiswa tentang Kinerja Dosen dalam Pembelajaran pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan di Fakultas Keperawatan USU

11 150 121

Perilaku Caring Perawat dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan

17 144 75

Pengalaman Mahasiswa Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dalam Menerapkan Perilaku Caring pada Pasien di Rumah Sakit Pendidikan Kota Medan

10 112 139

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres 2.1.1 Pengertian Stres - Pengaruh Stres Terhadap Pola Makan Mahasiswa Tingkat Akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara (USU)

0 0 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Persepsi 1.1 Pengertian Persepsi - Persepsi dan Kecemasan Mahasiswa dalam Menghadapi Tugas Akhir Skripsi di Fakultas Keperawatan USU Tahun 2015

0 0 13

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Hubungan Kebiasaan Berolahraga dengan Tingkat Stres pada Mahasiswa di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

0 0 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Motivasi Mahasiswa Sarjana Keperawatan Kelas Reguler Menjalani Pendidikan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

0 0 19

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Pengetahuan Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan (Reguler) Universitas Sumatera Utara tentang UU RI No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan

0 0 31

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - Landmark Kota Medan (Persepsi dalam Arsitektur) Studi Kasus : Istana Maimun

0 1 14