278614786 Peran Regulator Medorong Perusahaan IPO

LAPORAN STUDI PERAN REGULATOR DAN PIHAK TERKAIT DALAM MENDORONG PERUSAHAAN MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI PASAR MODAL INDONESIA

Disusun Oleh: Tim Studi Peran Regulator Dan Pihak Terkait

Dalam Mendorong Perusahaan Melakukan Initial Public Offering (IPO)

Di Pasar Modal Indonesia

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN TAHUN ANGGARAN 2010

TIM STUDI PERAN REGULATOR DAN PIHAK TERKAIT DALAM MENDORONG PERUSAHAAN MELAKUKAN INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI PASAR MODAL INDONESIA

Pengarah

Yoopi Abimanyu, M.A., Ph.D. Roy Monang Manurung

Ketua Tim

Bayu Bandono

Anggota Tim

Donald Bryant Andriansyah R. Rinto Teguh Santoso Ngapon Fernando Tua P. N. Bayu Husodo Victoria Situmeang Robert Simanjuntak Jonatan S.D. Batubara Hidayatulloh Rocky P. Siahaan

ABSTRAKSI

Studi ini bertujuan untuk menyusun data base perusahaan yang berpotensi melakukan IPO serta menetapkan skema sosialisasi bagi perusahaan yang berpotensi IPO. Dalam studi ini selain menggunakan studi perpustakaan juga melakukan studi lapangan dengan melakukan wawancara dan diskusi intensif dengan nara sumber dan beberapa pihak terkait serta melakukan penyebaran kuesioner. Responden penelitian ini adalah Perseroan Terbatas (yang belum melakukan Initial Public Offering (IPO) atau belum masuk pasar modal Indonesia) berdasarkan informasi dari Bursa Efek Indonesia dan Kementrian BUMN.

Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Cukup besar minat perusahaan yang tertarik / berminat dalam melakukan go public/IPO. (2) Perusahaan yang mengungkapkan bahwa peran Bapepam-LK belum/kurang memadai mengharapkan adanya presentasi dan kunjungan sosialisasi Bapepam dan LK ke tiap perusahaan. (3) Mayoritas responden mengininkaN Bapepam-LK melakukan kerjasama dengan organisasi/asosiasi/perkumpulan perusahaan dalam mendorong perusahaan melakukan go public/IPO. (4) Pihak-pihak yang perlu dilibatkan dari sekian banyak pihak adalah : SRO (BEI, KSEI, KPEI), KADIN, HIPMI, Kementerian Perdagangan, Kementerian, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian BUMN, Kementerian Koperasi dan UKM, Asosiasi Perusahaan Efek, Asosiasi Emiten Indonesia. (5) Bentukkerjasama yang diharapkan dengan organisasi/asosiasi/perkumpulan pengusaha adalah Tim asistensi bersama, Kerjasama pelatihan, Tim studi bersama, MoU, Sosialisasi dan Koordinasi. (6) Masih banyak perusahaan yang menyatakan belum pernah ada sosialisasi atau kunjungan. (7) Bentuk dan materi sosialisasi yang diberikan oleh Bapepam-LK belum/kurang informatif dan memadai. (8) Perusahaan yang memandang BEI belum cukup berperan perlu kiranya BEI melakukan sosialisasi, kunjungan langsung dan pelatihan. (9) Mayoritas responden mengatakan bahwa BEI selaku SRO dan Pihak terkait dalam mendorong perusahaan melakukan go public/IPO perlu meningkatkan perannya dalam mendorong perusahaan melakukan go public/IPO dengan melakukan kerjasama dengan organisasi/asosiasi/perkumpulan perusahaan. (10) Adapun kerja sama yang diharapkan adalah BEI perlu melakukan kerjasama dengan semua pihak seperti dengan : Kementerian BUMN, KADIN, HIPMI, Asosiasi Industri Sektoral, KSEI dan KPEI, Asosiasi Perusahaan Efek. (11) Bentuk kerjasama yang diharapkan antara BEI dengan organisasi/asosiasi/perkumpulan perusahaan dalam mendorong perusahaan melakukan go public/IPO adalah workshop bersama, pendidikan dan pelatihan dan seminar bersama. (12) Responden mengharapkan bentuk kerjasama antara BEI dengan organisasi/asosiasi/perkumpulan perusahaan tersebut dituangkan lebih lanjut dalam bentuk tim asistensi bersama khusus, tim studi bersama, MoU, pembentukan unit kerja, pertemuan berkala, training/workshop/seminar, dan tim task force.

Rekomendasi dari penelitian ini adalah Bapepam-LK dan pihak terkait Seperti BEI perlu melakukan sosialisasi dengan materi yang lebih informatif melalui kerjasama dengan pihak lain dalam mendorong perusahaan melakukan go public/IPO seperti Kementerian BUMN, SRO, KADIN, HIPMI, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Koperasi dan UKM, Asosiasi Perusahaan Efek dan Asosiasi Emiten Indonesia. Adapun bentuk kerjasama dengan pihak lain dapat dalam bentuk Tim asistensi bersama, kerjasama pelatihan, tim studi Rekomendasi dari penelitian ini adalah Bapepam-LK dan pihak terkait Seperti BEI perlu melakukan sosialisasi dengan materi yang lebih informatif melalui kerjasama dengan pihak lain dalam mendorong perusahaan melakukan go public/IPO seperti Kementerian BUMN, SRO, KADIN, HIPMI, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Koperasi dan UKM, Asosiasi Perusahaan Efek dan Asosiasi Emiten Indonesia. Adapun bentuk kerjasama dengan pihak lain dapat dalam bentuk Tim asistensi bersama, kerjasama pelatihan, tim studi

KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah menganugerahkan rahmatNya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan akhir Tim Studi mengenai Peran Regulator Dan Pihak Terkait Dalam Mendorong Perusahaan Melakukan Initial Public Offering (IPO) Di Pasar Modal Indonesia ini. Rasa hormat dan penghargaan yang setinggi-tingginya juga kami sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dan dukungan dalam proses penyusunan dan penyelesaian laporan akhir studi ini.

Tim Studi ini bertujuan untuk menyusun data base perusahaan yang berpotensi melakukan IPO serta menetapkan skema sosialisasi bagi perusahaan yang berpotensi IPO. Selain itu, Tim Studi ini juga diharapkan turut membantu pengembangan basis data terutama perusahaan yang siap melakukan Initial Public Offering (IPO) yang juga sedang dikerjakan Biro Riset dan Teknologi Informasi.

Kami mengakui bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan ini, oleh karena itu kami mengharapkan masukan yang membangun demi penyempurnaan laporan ini, guna mendukung upaya menuju kebijakan berbasis riset (research-based policy) yang sedang dikembangkan oleh Bapepam-LK.

Jakarta, 29 November 2010 Tim Studi

Peran Regulator Dan Pihak Terkait Dalam Mendorong Perusahaan Melakukan Initial Public Offering (IPO) Di Pasar Modal Indonesia

DAFTAR ISI

Hal. ABSTRAKSI

iii KATA PENGANTAR

iv DAFTAR ISI

v DAFTAR TABEL

vii DAFTAR GRAFIK

viii DAFTAR GAMBAR

x BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Tujuan dan Manfaat

1.3. Metode dan Ruang Lingkup Studi

5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1.4. Waktu Studi

2.1. Pengertian Penawaran Umum Perdana (IPO)

2.2. Proses IPO di Indonesia

2.3. Peluang dan Tantangan Perusahaan untuk melakukan IPO di

12 Indonesia

2.4. Perkembangan IPO di Indonesia dan Negara Lain

24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

2.5. Penelitian Terdahulu

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2. Jenis dan Sumber Data

3.3. Populasi dan Sampel

3.4. Jenis Studi

33

3.5. Metode dan Teknik Pengambilan Sampel

34

3.6. Metode Pengumpulan Data

36

3.7. Metode Analisis

39

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

43

4.1. Minat Perusahaan (responden) melakukan IPO

4.2. Pemahaman Perusahaan Terhadap Peraturan Perundang-undangan

45 di Bidang Pasar Modal tentang IPO

47 Melakukan IPO BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.3. Peran Regulator dan Pihak Terkait dalam Mendorong Perusahaan

61

61

5.1. Kesimpulan

63 DAFTAR PUSTAKA

5.2. Rekomendasi

64 LAMPIRAN-LAMPIRAN

66

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal. Tabel 1

Perbandingan Nilai Emisi di Beberapa Negara

21 (Dalam Denominasi Miliar USD)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Judul Hal. Grafik 1

16 Go Public di Indonesia Grafik 2

Perkembangan Nilai Emisi dan Jumlah Perusahaan yang Melakukan

18 Go Public di Jepang Grafik 3

Perkembangan Nilai Emisi dan Jumlah Perusahaan yang Melakukan

19 Go Public di Hongkong Grafik 4

Perkembangan Nilai Emisi dan Jumlah Perusahaan yang Melakukan

Perkembangan Nilai Emisi dan Jumlah Perusahaan yang Melakukan

19 Go Public di Singapore

Grafik 5 Perkembangan Nilai Emisi dan Jumlah Perusahaan yang Melakukan

20 Go Public di Malaysia

Grafik 6 Perkembangan Nilai Emisi dan Jumlah Perusahaan yang Melakukan

20 Go Public di Thailand Grafik 7

22 Grafik 8

Perkembangan IPO Global 2008 : Aktivitas

22 Grafik 9

Perkembangan IPO Global 2008 : Sektor Industri

24 Grafik 10

Perkembangan IPO Global : Market Share

43 Grafik 11

Minat Responden Terhadap Go Public/IPO

46 Bidang Pasar Modal Grafik 12

Pemahaman Responden Terhadap Peraturan Perundang-undangan di

47 Grafik 13

Peran Bapepam-LK dalam Mendorong Perusahaan Go Public/IPO

48 tertarik Melakukan Go Public/IPO Grafik 14

Peran/Kebijakan yang diharapkan dari Bapepam-LK agar Perusahaan

Bapepam-LK Perlu Melakukan Kerjasama dengan

Organisasi/Asosiasi/Perkumpulan Perusahaan dalam Mendorong Perusahaan Melakukan Go Public/ IPO

Grafik 15 Pihak-Pihak yang Perlu Dilibatkan dalam Kerjasama dengan Bapepam

50 LK untuk Mendorong Perusahaan Melakukan Go Public/IPO

Grafik 16 Bentuk Kerjasama Bapepam-LK dengan

Organisasi/Asosiasi/Perkumpulan Pengusaha dalam Mendorong Perusahaan Go Public/IPO

Grafik 17 Bapepam-LK, BEI atau Pihak Lain Pernah Melakukan Kunjungan atau

Sosialisasi dalam Rangka Mendorong Perusahaan Melakukan Go Public/IPO

Grafik 18 Bentuk dan Materi Sosialisasi Terkait Go Public/IPO dari Bapepam-

53 LK Sudah Cukup Informatif/Memadai

Grafik 19

Bentuk dan Materi Sosialisasi yang Diharapkan Dilakukan Oleh

54 Bapepam-LK

Grafik 20 Peran BEI dalam Mendorong Perusahaan Go Public/IPO

Grafik 21 Peran/Kebijakan yang Diharapkan dari BEI agar Perusahaan

56 Melakukan Go Public/IPO

Grafik 22 BEI Perlu Melakukan Kerjasama dengan

Organisasi/Asosiasi/Perkumpulan Perusahaan dalam Mendorong Perusahaan Melakukan Go Public/ IPO

Grafik 23

Pihak-Pihak yang Perlu Dilibatkan dalam Kerjasama dengan BEI

58 untuk Mendorong Perusahaan Melakukan GoPublic/IPO

Grafik 24 Bentuk Kerjasama yang Diharapkan antara BEI dengan

Organisasi/Asosiasi/Perkumpulan Pengusaha dalam Mendorong Perusahaan Go Public/IPO

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal. Gambar 1

11

Tahapan-tahapan dalam proses IPO

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi suatu negara dalam sebuah perekonomian modern bergantung pada adanya sektor keuangan yang efisien. Salah satu komponen penting dari sektor keuangan tersebut adalah Pasar Modal. Pasar Modal yang efisien merupakan kunci dari usaha meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa.

Penjelasan UU Pasar Modal No 8 Tahun 1995 menegaskan bahwa Pasar Modal bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan, dan stabilitas ekonomi nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, Pasar Modal mempunyai peran strategis sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha, termasuk usaha menengah dan kecil untuk pembangunan usahanya, sedangkan di sisi lain Pasar Modal juga merupakan wahana investasi bagi masyarakat, termasuk pemodal kecil dan menengah.

Saat ini peranan pasar modal Indonesia dalam mendukung pembangunan nasional makin menunjukan tren yang meningkat. Manfaat keberadaan pasar modal tidak hanya dirasakan swasta (perusahaan/emiten), tapi juga Pemerintah yang telah beberapa kali berhasil menawarkan Surat Utang Negara (Obligasi Negara) guna mendukung Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Sumber pembiayaan suatu perusahaan selain melalui pinjaman dari pihak ketiga, juga dapat diperoleh dari laba ditahan atau melalui penerbitan Efek di Pasar Modal. Pasar Modal dalam menunjang pembangunan nasional mempunyai peran yang strategis sebagai Sumber pembiayaan suatu perusahaan selain melalui pinjaman dari pihak ketiga, juga dapat diperoleh dari laba ditahan atau melalui penerbitan Efek di Pasar Modal. Pasar Modal dalam menunjang pembangunan nasional mempunyai peran yang strategis sebagai

Pasar Modal mempunyai peran yang sangat strategis dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional melalui penghimpunan dana masyarakat untuk pembiayaan kegiatan usaha. Kemajuan pasar modal dapat dilihat dari berbagai indikator diantaranya, jumlah perusahaan yang mencari sumber pembiayaan dari pasar modal.

Suatu perusahaan yang menerbitkan Efek di Pasar Modal akan mendapat manfaat antara lain memperoleh dana yang relatif murah untuk perluasan usaha, perbaikan/penyempurnaan struktur permodalan, sarana divestasi, peningkatan kualitas manajemen, dan peningkatan image sebagai Perusahaan Publik. Sementara manfaat yang akan diperoleh investor dengan berinvestasi dipasar modal antara lain dapat memperoleh return investasi yang relatif tinggi dan ikut menunjang peningkatan lapangan kerja serta perekonomian nasional.

Menurut Menteri BUMN Mustafa Abubakar, banyak keuntungan yang didapat oleh BUMN dengan menjadi perusahaan publik melalui pasar modal. Salah satu keuntungannya adalah bahwa dana yang diperoleh melalui Pasar Modal dapat memperkuat permodalan dan menyehatkan manajemen BUMN yang bersangkutan. Selain itu juga lebih transaparan karena dimiliki oleh publik, sehingga bisa diawasi dengan lebih baik. Sedangkan menurut Analyst Equity Reseacrh PT Danareksa Sekuritas dengan go public, pengelolaan BUMN lebih mudah diawasi, aspek transparansi menjadi lebih baik dan juga meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.

Sejak diaktifkan tahun 1977 pasar modal Indonesia mengalami pasang surut, selama tahun 1977 sampai dengan 1987 hanya terdapat 24 perusahaan yang go public dengan dana yang terhimpun berkisar Rp. 131 milyar. Kemudian dari tahun 1987 sampai dengan Desember 2007, jumlah perusahaan yang mencari sumber pembiayaan melalui pasar modal sebanyak 468 perusahaan dengan nilai emisi sebesar Rp. 327,68 Trilyun. Pada 2007 tersebut terdapat 24 perusahaan yang masuk pasar modal dengan nilai emisi sebesar 17,1 Trilyun.

Untuk 2008 jumlah perusahaan yang masuk pasar modal mengalami penurunan dibandingkan tahun 2007 yaitu menjadi 17 perusahaan. Walaupun jumlah perusahaannya mengalami penurunan tetapi jumlah nilai emisinya meningkat menjadi sebesar 23,5 Trilyun. Tahun 2009 jumlah perusahaan yang go public hanya 12 perusahaan yang dengan jumlah dana yang terhimpun hanya berkisar Rp. 3,7 Trilyun. Sampai dengan Desember 2010 jumlah perusahaan yang go public telah mencapai 24 perusahaan dengan jumlah dana yang terhimpun mencapai Rp. 29,77 Trilyun.

Pada 2011 Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menegaskan bahwa BUMN akan melakukan Initial Public Offering (IPO) yang direncanakan pertengahan tahun atau sekitar bulan Juli 2011. Pemerintah sudah menyiapkan 10 BUMN untuk masuk bursa tahun 2011. Menurut Menteri BUMN Mustafa Abubakar, saat tahun 2010 sampai dengan 2011 pemerintah masih akan fokus kepada privatisasi 4 BUMN, yaitu IPO PT Krakatau steel dan PT Garuda Indonesia serta rights issue BNI dan Bank Mandiri. Beliau mengatakan, sektor industri dari BUMN tersebut yaitu asuransi, perkebunan, jasa pembiayaan, dan konstruksi.

Berdasarkan data-data perkembangan tersebut di atas, terlihat bahwa ada potensi yang besar dalam meningkatkan jumlah IPO di bursa karena baik dari sisi demand (jumlah calon investor yang akan menginvestasikan dana) maupun dari sisi supply (jumlah perusahaan yang butuh dana) masih memiliki potensi cukup besar untuk ditingkatkan.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, dan menunjuk besarnya potensi perusahan-perusahaan (termasuk BUMN) untuk melakukan IPO dan besarnya manfaat yang akan diperoleh perusahaan dimaksud melalui Pasar Modal khususnya IPO, serta belum adanya data base yang relatif lengkap serta sosialisasi yang tepat terkait perusahaan yang berpotensi melakukan IPO, maka Bapepam-LK perlu melaksanakan studi tentang Peran Regulator Dan Pihak Terkait Dalam Mendorong Perusahaan Melakukan Initial Public Offering (IPO) Di Pasar Modal Indonesia dengan melibatkan pelaku pasar modal, akademisi dan kalangan perguruan tinggi serta masyarakat luas.

1.2. Tujuan Dan Manfaat

Adapun tujuan studi/ penelitian tentang Peran Regulator Dan Pihak Terkait Dalam Mendorong Perusahaan Melakukan Initial Public Offering (IPO) Di Pasar Modal Indonesia adalah :

1. Menyusun data base perusahaan yang berpotensi melakukan IPO.

2. Menetapan skema sosialisasi bagi perusahaan yang berpotensi IPO.

3. Sebagai bahan pertimbangan Bapepam-LK dalam membuat kebijakan dan pengembangan pasar modal Indonesia.

1.3. Metode dan Ruang Lingkup Studi

1. Studi Perpustakaan, yaitu dengan melakukan pengumpulan informasi dan data dari sumber-sumber yang ada seperti buku, artikel, makalah dan internet yang berkaitan peta perusahaan yang belum masuk pasar modal.

2. Studi Lapangan, yaitu dengan melakukan wawancara dan diskusi intensif dengan nara sumber dan beberapa pihak terkait serta melakukan penyebaran daftar pertanyaan (kuesioner) khususnya kepada perusahaan-perusahaan yang dianggap berpotensi masuk pasar modal Indonesia.

3. Adapun objek penelitian adalah Perseroan Terbatas (PT) yang belum melakukan Initial Public Offering (IPO) atau belum masuk pasar modal Indonesia.

1.4. Waktu Studi

Studi ini dimulai dari tahap persiapan sampai dengan tahap pelaporan, memerlukan waktu selama satu tahun anggaran dari Januari s.d Desember 2010.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Penawaran Umum Perdana (Initial Public Offering/IPO)

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal mendefinisikan Penawaran Umum sebagai kegiatan penawaran Efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam Undang-undang dan peraturan pelaksanaannya. Sedangkan pengertian Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang, Unit Penyertaan Kontrak Investasi Kolektif, kontrak berjangka atas Efek, dan setiap derivatif dari Efek. Perusahaan yang akan melakukan IPO atau Penawaran Umum Perdana harus mengajukan Pernyataan Pendaftaran kepada Bapepam-LK untuk memperoleh Pernyataan Efektif.

Penawaran umum dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tersebut meliputi penawaran Efek oleh emiten yang dilakukan dalam wilayah republik Indonesia atau kepada warga Negara Indonesia dengan menggunakan media massa atau ditawarkan kepada lebih dari 100 (seratus) Pihak atau telah di jual kepada lebih dari 50 (limapuluh) Pihak dalam batas nilai serta batas waktu tertentu. Penawaran Efek di wilayah Republik Indonesia meliputi penawaran Efek yang dilakukan oleh Emiten dalam negeri atau asing, baik kepada pemodal Indonesia maupun asing yang dilakukan di wilayah Republik Indonesia melalui pemenuhan Prinsip Keterbukaan.

Ketentuan Penawaran Umum berlaku juga bagi Emiten dalam negeri yang melakukan Penawaran Umum di luar negeri kepada warga negara Indonesia. Hal ini diperlukan dalam rangka melindungi warga negara Indonesia yang melakukan Ketentuan Penawaran Umum berlaku juga bagi Emiten dalam negeri yang melakukan Penawaran Umum di luar negeri kepada warga negara Indonesia. Hal ini diperlukan dalam rangka melindungi warga negara Indonesia yang melakukan

Yang dimaksud dengan media massa dalam penjelasan angka ini adalah surat kabar, majalah, film, televisi, radio, dan media elektronik lainnya serta surat, brosur dan barang cetak lain yang dibagikan kepada lebih dari 100 (seratus) Pihak. Jumlah 100 (seratus) Pihak dalam penawaran Efek dan 50 (limapuluh) Pihak dalam penjualan Efek sebagaimana dimaksud dalam angka ini dapat berubah sesuai dengan perkembangan Pasar Modal. Perubahan tersebut ditetapkan lebih lanjut oleh Bapepam.

Penawaran Umum Perdana (Initial Public Offering/IPO) Saham atau go public dapat didefinisikan sebagai kegiatan untuk pertama kalinya suatu saham perusahaan ditawarkan/dijual kepada publik/masyarakat. Selain saham, istilah Penawaran Umum Perdana (IPO) juga dapat dikaitkan dengan penawaran/penjualan obligasi perusahaan kepada publik. Namun untuk go public, istilah tersebut hanya berlaku untuk IPO saham atau Penawaran Umum Perdana Saham.

Jay. R. Ritter (1998) menyebutkan bahwa “An initial public offering (IPO) occurs when a security is sold to the general public for the first time, with the expectation that a liquid market will developed. Although an IPO can be of any debt or equity security …”.

Menurut www.financial-dictionary.com go public adalah “The process by which a privately held company sells a portion of its ownership to the general public through a stock offering”. Sedangkan menurut www.bitpipe.com didapatkan informasi bahwa : “In the United States, an IPO (initial public offering) is a first and one-time only sale of publicly tradable stock shares in a company that has previously been owned privately”.

2.2. Proses IPO di Indonesia

Proses IPO dapat dilihat dalam tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan Internal Perusahaan

Pada tahap persiapan ini yang paling utama yang harus dilakukan sebuah perusahaan yang akan melakukan Penawaran Umum perdana saham adalah melakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) terlebih dulu. Penawaran Umum perdana saham harus disetujui terlebih dulu oleh pemegang saham. Karena Penawaran Umum perdana saham akan melibatkan pemodal baru di luar pemegang saham yang ada, maka perlu diputuskan apakah kehadiran pemodal baru itu nantinya akan mengubah masing-masing kepemilikan para pemegang saham lama. Berapa modal yang dibutuhkan, dan berapa modal yang akan disetor masing-masing pemegang saham harus terjawab dan memperoleh persetujuan oleh pemegang saham lama. Mekanisme RUPS yang dilakukan perusahaan yang akan melakukan Penawaran Umum perdana saham ini merupakan mekanisme RUPS sebagaimana yang ditetapkan oleh UU PT.

Setelah memperoleh persetujuan untuk melakukan Penawaran Umum perdana saham ini maka perusahaan mulai mempersiapkan penjamin emisi (underwriter) dari perusahaan itu. Underwriter adalah Perusahaan Efek yang nantinya akan Setelah memperoleh persetujuan untuk melakukan Penawaran Umum perdana saham ini maka perusahaan mulai mempersiapkan penjamin emisi (underwriter) dari perusahaan itu. Underwriter adalah Perusahaan Efek yang nantinya akan

2. Tahap Pernyataan Pendaftaran ke Bapepam-LK

Untuk dapat melakukan Penawaran Umum Perdana Saham kepada masyarakat, Pernyataan Pendaftaran wajib disampaikan oleh calon Emiten kepada Bapepam dan LK untuk mendapatkan pernyataan efektif. Dokumen Pernyataan Pendaftaran yang disampaikan sesuai ketentuan yang berlaku selanjutnya akan ditelaah dan diberikan tanggapan secara tertulis oleh Bapepam dan LK. Dalam waktu paling lambat 10 hari, calon emiten wajib menyampaikan jawaban atau perbaikan atas tanggapan tertulis dari Bapepam-LK tersebut. Setelah semua tanggapan dipenuhi, maka Bapepam dan LK akan mengeluarkan surat ijin untuk mempublikasikan Prospektus Ringkas ke masyarakat.

Dalam waktu paling lama 2 hari sejak keluarnya ijin tersebut, Prospektus Ringkas harus diumumkan disurat kabar dan sekaligus merupakan dimulainya masa penawaran awal (book building) untuk menjaring minat calon investor. Masa penawaran awal ini dapat dilakukan antara 7 sampai 21 hari kerja.

Setelah masa penawaran awal berakhir, calon Emiten wajib menyampaikan konfirmasi mengenai harga penawaran serta keterbukaan informasi lain kepada Bapepam dan LK. Dengan diterimanya konfirmasi tersebut, Bapepam-LK akan memberikan surat pernyataan efektifnya atas pernyataan pendaftaran dimaksud. Surat pernyataan efektif tersebut harus ditindaklanjuti Emiten dengan pengumuman kepada masyarakat mengenai perubahan atau tambahan atas Prospektus Ringkas yang telah Setelah masa penawaran awal berakhir, calon Emiten wajib menyampaikan konfirmasi mengenai harga penawaran serta keterbukaan informasi lain kepada Bapepam dan LK. Dengan diterimanya konfirmasi tersebut, Bapepam-LK akan memberikan surat pernyataan efektifnya atas pernyataan pendaftaran dimaksud. Surat pernyataan efektif tersebut harus ditindaklanjuti Emiten dengan pengumuman kepada masyarakat mengenai perubahan atau tambahan atas Prospektus Ringkas yang telah

3. Tahap Masa Penawaran Umum

Masa Penawaran Umum saham perdana kepada masyarakat dibatasi antara 1 sampai dengan 5 hari kerja saja. Setelah berakhirnya masa penawaran tersebut, dalam waktu paling lambat 2 hari kerja, Emiten wajib menyelesaikan penjatahan atas permintaan pemesanan saham yang disampaikan para investor. Dalam waktu 2 hari setelah penjatahan, akan dilakukan distribusi saham kepada pihak yang berhak dan pengembalian uang pemesanan (refund) terhadap investor. Selanjutnya, tahapan berikutnya adalah pencatatan saham hasil IPO ke Bursa Efek, apabila Emiten bermaksud agar sahamnya dapat diperdagangkan di bursa.

4. Tahap Pencatatan di Bursa Efek

Setelah melakukan penawaran umum, perusahaan yang sudah menjadi emiten itu akan langsung mencatatkan sahamnya maka yang perlu diperhatikan oleh perusahaan adalah apakah perusahaan yang melakukan IPO tersebut memenuhi ketentuan dan persyaratan yang berlaku di BEI (listing requirement). Pemenuhan ketentuan listing ini sebelumnya sudah dijajagi dengan penandatanganan perjanjian pendahuluan pencatatan efek antara calon emiten dengan Bursa Efek.

Apabila memenuhi persyaratan, maka perlu ditentukan papan perdagangan yang menjadi papan pencatatan emiten itu. Papan pencatatan yang tersedia di Bursa efek Indonesia terdiri dari dua: Papan Utama (Main Board) dan Papan Pengembangan (Development Board). Sebagaimana namanya, papan utama merupakan papan perdagangan bagi emiten yang volume sahamnya cukup besar dengan kapitalisasi pasar yang besar, sedangkan papan pengembangan adalah khusus bagi pencatatan saham-saham yang tengah berkembang.

Tahapan-tahapan dalam proses IPO sesuai Peraturan Bapepam-LK Nomor

IX.A.2, Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-122/BL/2009 secara ringkas dapat dilihat pada bagan berikut:

Gambar 1

Tahapan-tahapan dalam proses IPO

2.3. Peluang dan Tantangan Perusahaan untuk Melakukan IPO di Indonesia

Perkembangan jumlah saham baru di Bursa sangat penting bagi perkembangan kegiatan investasi di pasar modal Indonesia. Semakin banyak perusahaan yang sukses dan berprospek baik menawarkan sahamnya kepada masyarakat melalui IPO, akan makin baik pula pengelolaan portofolio dan risiko yang dilakukan oleh para investor dan pengelola investasi lainnya.

Dengan jumlah saham dan obligasi yang semakin meningkat maka diharapkan dapat meningkalkan minat investor dalam membeli sekuritas karena pilihannya makin banyak dan beragam. Peningkatan jumlah saham dan obligasi di pasar juga akan meningkatkan kemampuan investor dalam melakukan diversifikasi portofolionya dan menerima risiko investasinya.

Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan hingga tahun 2012. Jumlah investor lokal mencapai satu persen atau 2,3 juta dari total penduduk Indonesia 230 juta untuk menjadi investor saham di pasar modal.

Andrew Green (2005) menyebutkan beberapa manfaat go public bagi perusahaan, yaitu :

1. Memperluas Akses Terhadap Modal Setelah menjadi perusahaan publik, alternatif sumber modal atau pendanaan bagi perusahaan akan bertambah. Status sebagai perusahaan publik akan sangat menguntungkan bagi perusahaan dalam hal ini, dibandingkan dengan perusahaan non-publik.

2. Menyediakan Likuiditas Bagi Pemegang Saham Setelah menjadi perusahaan publik, maka perusahaan akan menciptakan pasar bagi sahamnya. Secara umum, saham perusahaan publik akan lebih likuid 2. Menyediakan Likuiditas Bagi Pemegang Saham Setelah menjadi perusahaan publik, maka perusahaan akan menciptakan pasar bagi sahamnya. Secara umum, saham perusahaan publik akan lebih likuid

3. Menyediakan Kompensasi Bagi Pegawai Banyak perusahaan publik menggunakan saham dan opsi sahamnya sebagai kompensasi bagi eksekutif dan pegawainya, selain digunakan untuk menarik pagawai yang berpotensi. Pemberian saham bagi pegawai perusahaan juga akan meningkatkan rasa memiliki atau tanggung jawab pegawai yang bersangkutan.

4. Meningkatkan Prestige Perusahaan Perusahaan yang berhasil menjual sahamnya akan dipandang sebagai perusahaan yang memiliki stabilitas dan masa depan. Hal ini akan menolong perusahaan dalam menarik pegawai-pegawai yang berpotensi. Perusahaan juga akan mendapatkan kemudahan dalam pemasaran produk/jasanya. Para kreditur dan suplier juga akan merasa lebih aman dalam berhubungan bisnis dengan perusahaan.

5. Publisitas Perusahaan publik akan lebih banyak menerima perhatian dari surat kabar besar, majalah serta para analis bisnis. Hal ini sangat bermanfaat bagi perusahaan pada saat akan mengembangkan usaha dan menyusun kerjasama dengan pihak lain. Ketatnya pengawasan pihak regulator akan membuat perusahaan untuk selalu menyediakan informasi yang up-to-date.

6. Menyediakan Peluang Dilakukannya Akusisi Atau Merger Setelah perusahaan go public dan sahamnya beredar di pasar, maka perusahaan tersebut dapat menggunakan sahamnya untuk melakukan akuisisi perusahaan 6. Menyediakan Peluang Dilakukannya Akusisi Atau Merger Setelah perusahaan go public dan sahamnya beredar di pasar, maka perusahaan tersebut dapat menggunakan sahamnya untuk melakukan akuisisi perusahaan

Sedangkan menurut Brigham (1993) keuntungan perusahaan yang diperoleh perusahaan dengan melakukan go-public adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan go-public dapat melakukan diversifikasi kepemilikan sahamnya sehingga dapat mengurangi resiko yang ditanggung oleh pendiri perusahaan (diversification).

2. Dengan go-public memungkinkan pendiri yang ingin menjual sebagian sahamnya untuk menambah kas dapat dengan mudah terlaksana (increases liquidity).

3. Keterbukaan informasi (disclosure information) mengakibatkan perusahaan yang go-public dapat lebih mudah menambah modal perusahaan karena masyarakat lebih tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut (facilitates raising).

4. Go-public dapat mengurangi masalah yang berkaitan dengan para penilai pajak, memungkinkan perusahaan memberikan insentif opsi saham kepada karyawan kunci jika diinginkan dan karyawan lebih menyukai memiliki saham di perusahaan go-public karena public trading meningkatkan likuiditas (establish a value for the firm).

Perusahaan yang melakukan go public juga akan menghadapi beberapa tantangan.

Disadvantage” (2009), www.gopublictoday.com, dijelaskan beberapa tantangan tersebut :

1. Pembagian keuntungan perusahaan Keuntungan perusahaan akan dibagikan juga kepada pemegang saham dengan range sekitar 20% sampai dengan 60%.

2. Hilangnya aspek kerahasiaan perusahaan Alasan utama mengapa perusahaan menolak untuk go public adalah karena hilangnya kerahasiaan operasional perusahaan

3. Kewajiban pelaporan yang berkesinambungan Perusahaan go public wajib melaksanakan kewajiban pelaporan yang dimintakan regulator dan bursa secara berkesinambungan. Perusahaan wajib tunduk (comply) terhadap semua aturan. Laporan ini tentunya meningkatkan biaya perusahaan sekaligus membuka informasi kepada para pesaing perusahaan. Selain itu pihak manajemen juga memiliki risiko terkena tuntutan hukum jika tidak menginformasikan berita/laporan dengan benar.

4. Hilangnya kontrol perusahaan Perusahaan yang telah go public memiliki risiko atau rentan terhadap kontrol perusahaan karena pihak ‘luar’ berpotensi melakukan perubahan ataupun pemecatan (misalnya manajemen perusahaan). Investor tidak akan membeli saham suatu perusahaan jika manajemen perusahaan tidak berkompeten.

Menurut Brigham (1993) selain keuntungan yang akan diperoleh perusahaan melalui gopublic, juga terdapat beberapa kerugian, yaitu :

1. Perusahaan diharuskan mengeluarkan laporan triwulan dan laporan tahunan tentang perusahaan, laporan-laporan ini menimbulkan biaya pelaporan (cost reporting).

2. Adanya keterbukaan (disclosure) manajemen perusahaan yang berkaitan dengan operasi dan permodalan. Akibatnya, para pesaing dan pihak luar dapat dengan mudah mengetahui kondisi perusahaan.

3. Pada perusahaan go-public, kepentingan pribadi (self dealing) sudah tidak berlaku lagi.

4. Pada perusahaan go-public, mungkin terjadi keadaan dimana saham tidak aktif diperdagangkan, pasar lesu dan harga yang rendah (inactive market price).

2.4. Perkembangan IPO di Indonesia dan Negara Lain

2.4.1. Perkembangan IPO di Indonesia

Perkembangan nilai emisi serta dan jumlah perusahaan yang melakukan go public pada kurun waktu tahun 2002 sampai dengan tahun 2009 di Indonesia dan beberapa negara dapat dilihat pada grafik-grafik dibawah ini. Data go public di Indonesia diperoleh dari Statistik Bapepam-LK, sedangkan data go public di negara lainnya diperoleh dari Bloomberg.

Grafik I. Perkembangan Nilai Emisi dan Jumlah Perusahaan Yang Melakukan Go Public di Indonesia

Sumber : Bloomberg

Dari grafik di atas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2008 nilai IPO saham mencapai Rp 23,48 triliun dengan jumlah perusahaan yang melakukan IPO sebanyak

17 perusahaan. Pada 2009 perkembangan nilai emisi dan jumlah perusahaan yang 17 perusahaan. Pada 2009 perkembangan nilai emisi dan jumlah perusahaan yang

2.4.2. Perkembangan IPO di Negara Lain

Konsultan Ernst & Young pada tahun 2009 melaporkan suatu kajian berjudul : Shifting Landscape – Are You Ready : Global IPO Trends Report 2009. Laporan tersebut mengungkapkan beberapa fakta penting yang antara lain adalah sebagai berikut :

 Akibat krisis pasar finansial (market turmoil) yang terjadi, aktivitas global IPO pada tahun 2008 menurun drastis dibandingkan tahun 2007. Jika dilihat dari sisi

jumlah aktivitas, maka IPO mengalami penurunan sebesar 61%. Sedangkan jika dilihat dari sisi besarnya dana yang didapatkan dari proses tersebut (fund raised), IPO mengalami penurunan sebesar 67%.

 Penyebab utama yang menyebabkan turunnya aktivitas IPO secara global pada tahun 2008 adalah guncangnya fundamental perekonomian, sentimen negatif

investor, dan tingginya volatilitas di pasar saham, yang kesemuanya dipengaruhi oleh adanya krisis finansial.

 15 dari 20 perusahaan yang melakukan IPO terbesar dunia di tahun 2008 berasal dari emerging market (4 diantaranya dari China dan 4 dari Saudi Arabia).

 Sektor keuangan, energi, dan komoditi merupakan sektor yang paling banyak melakukan IPO, sedangkan sektor real estate, kesehatan, dan teknologi mengalami

penurunan yang paling tajam (rata-rata 90%).

 Berdasarkan pengalaman lalu, waktu yang diperlukan oleh pasar untuk kembali sehat/normal setelah mengalami krisis adalah minimal selama 4-6 triwulan. Waktu

tersebut diharapkan untuk mengembalikan kondisi stabilitas makro ekonomi.

Adapun perkembangan IPO di negara Asia lainnya dapat dilihat pada grafik- grafik di bawah ini.

Grafik 2. Perkembangan Nilai Emisi dan Jumlah Perusahaan Yang Melakukan Go Public di Jepang

Sumber : Bloomberg

Grafik 3.

Perkembangan Nilai Emisi dan Jumlah Perusahaan Yang Melakukan Go Public di Hong Kong

Sumber : Bloomberg

Grafik 4.

Perkembangan Nilai Emisi dan Jumlah Perusahaan Yang Melakukan Go Public di Singapore

Sumber : Bloomberg

Grafik 5.

Perkembangan Nilai Emisi dan Jumlah Perusahaan Yang Melakukan Go Public di Malaysia

Sumber : Bloomberg

Grafik 6.

Perkembangan Nilai Emisi dan Jumlah Perusahaan Yang Melakukan Go Public di Thailand

Sumber : Bloomberg

Dari data go public ke 6 negara yang telah disebutkan di atas, jika nilai emisinya diseragamkan dalam nilai US Dollar (berdasarkan nilai tukar kurs masing- masing mata uang di akhir tahun), maka akan didapatkan perbandingan yang jelas nilai masing-masing go public di tiap tahunnya. Informasi tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Perbandingan Nilai Emisi di Beberapa Negara (Dalam Denominasi Miliar USD)

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Jepang

4.82 7.05 14.54 8.58 17.29 5.55 1.24 0.56 14.42 Hong Kong

Indonesia 0.13 0.93 0.12 0.35 0.33 1.99 2.58 0.40 3.35

Singapura 0.85 1.02 2 2.37 4.04 5.13 1.2 2.05 5.42 Malaysia

1.09 1.13 0.51 0.75 0.40 3.54 6.27 Thailand

0.23 0.62 1.74 1.12 1.56 0.24 0.80 0.31 0.29 Sumber : Bloomberg

Adapun perkembangan IPO global sebagaimana yang dilaporkan oleh Ernst&Young tersebut dapat dilihat pada grafik-grafik di bawah ini.

Grafik 7. Perkembangan IPO Global 2008 : Aktivitas

Grafik 8. Perkembangan IPO Global 2008 : Sektor Industri

Selain data dari Ernst&Young tersebut, informasi mengenai perkembangan terakhir aktivitas IPO global didapatkan juga dari Renaissance Capital (www. renaissancecapital.com) dalam kajiannya yang berjudul “2008 Global IPO Market Year-End Review and Analysis : Rough year for IPOs may lead to opportunities in 2009”.

Beberapa fakta penting yang diungkapkan dalam kajian tersebut antara lain :  Aktivitas IPO global mengalami penurunan yang sangat signifikan sejalan dengan

meningkatnya risiko dan ambruknya pasar kredit  Hampir 50% dari harga saham yang ditawarkan melalui IPO mengalami penurunan harga pada hari pertama diperdagangkan dan mengalami kinerja yang

melemah sesudahnya.  IPO di kawasan Asia Pasifik dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonominya (GDP) dan makin meningkatnya likuiditas di pasar saham. Sektor yang menjadi andalan

IPO di negara Asia Pasifik adalah energi dan infrastruktur. Kajian tersebut juga menyajikan data mengenai perkembangan market share IPO global sebagaimana pada grafik dibawah ini.

Grafik 9. Perkembangan IPO Global : Market Share

Sumber : Renaissance Capital

2.5. Penelitian Terdahulu

Pada buku berjudul “The Ernst & Young Guide to the IPO Value Journey” yang diterbitkan oleh Ernst and Young pada tahun 1999, dijelaskan mengenai hasil

studi mengenai faktor-faktor kunci sukses perusahaan dalam melaksanakan go public. Studi ini merupakan hasil kerjasama dengan Harvard University Graduate School of Business dengan menghasilkan laporan yang berjudul “Managing the Success of the IPO Transformation Process”. Studi tersebut dilakukan dengan mensurvei para eksekutif senior dari 2.500 perusahaan yang melakukan IPO (go public) dari 1 Januari 1986 sampai dengan 31 Agustus 1996.

Studi tersebut menghasilkan beberapa indikator kuat tentang karakteristik dari perusahaan-perusahaan yang telah sukses melaksanakan IPO dan dapat dimanfaatkan sebagai acuan (benchmark) bagi para CEO dalam merencanakan IPO. Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan telah memiliki keunggulan kompetitif dalam persaingan, baik sebelum, selama, maupun sesudah IPO. Posisi tersebut sangat penting terutama pada saat dilaksanakannya penawaran kepada publik. Perusahaan yang sukses biasanya telah kompetitif baik dilihat dari sisi finansial maupun non finansial. Hasilnya, perusahaan seperti tersebut akan menikmati harga saham yang rata-rata lebih tinggi 20% daripada perusahaan yang tidak sukses dalam go public-nya.

2. Perusahaan tersebut berlaku seolah-olah telah menjadi perusahaan publik beberapa bulan bahkan satu tahun sebelum dilaksanakannya IPO. Perusahaan ini memandang IPO lebih dari sekadar suatu ‘kejadian’ (event) tapi sebagai bagian dari suatu proses. Sebagai bagian dari proses tersebut, maka perusahaan telah melakukan segala persiapan, seperti peningkatan sistem, implementasi strategi perusahaan baru, peningkatan kontrol internal, strategi komunikasi, perbaikan kompensasi eksekutif, serta perbaikan susunan manajemen.

3. Perusahaan memiliki kondisi non-finansial yang baik. Kesuksesan IPO suatu perusahaan juga sangat dipengaruhi oleh faktor non- finansial perusahaan, yang tercermin dari kredibilitas dan kualitas manajemen perusahaan, kemampuan sumber daya manusianya, customer service, serta budaya korporasi yang dimilikinya. Jauh sebelum IPO, perusahaan yang sukses tersebut telah membangun tim manajemen yang solid (winning team) dan membangun infrastruktur informasi yang handal. Upaya ini akan menarik perhatian para investor, pemodal, serta underwriters yang akan membantu proses IPO.

Brau dan Fawcett (2004) melakukan riset dan survei lapangan tentang 4 (empat) motivasi perusahaan dalam melaksanakan go public, sebagaimana yang telah Brau dan Fawcett (2004) melakukan riset dan survei lapangan tentang 4 (empat) motivasi perusahaan dalam melaksanakan go public, sebagaimana yang telah

1. Go public untuk menekan cost of capital perusahaan Sebagaimana yang diungkapkan Scott (1976) dan Modigliani dan Miller (1963). Menurut penelitian tersebut, perusahaan akan menawarkan sebagian sahamnya kepada publik jika hal tersebut akan meminimalkan cost of capital (biaya modal) dan selanjutnya akan meningkatkan nilai daripada perusahaan (value of company). Sejalan dengan penjelasan ini, pada Myers dan Majluf (1984) mengungkapkan bahwa pola urutan pemenuhan kebutuhan keuangan di suatu perusahaan akan dimulai dari pemegang saham (internal equity), kemudian penggunaan utang (debt financing), dan terakhir berupa keterlibatan pihak luar dalam kepemilikan saham (external equity)

2. Go public sebagai strategi bagi pemegang saham untuk keluar dari

perusahaan (insiders to cash out)

Sebagaimana yang diungkapkan Zingales (1995) dan Mello dan Parsons (1998). Dengan go public, pemegang saham dapat menjual kepemilikan sahamnya dan mendapatkan keuntungan dari investasi yang selama ini telah dilakukan di perusahaan tersebut.

3. Go public untuk membuka kesempatan untuk melakukan akusisisi (takeover) Sebagaimana yang diungkapkan Zingales (1995), Brau, Francis, dan Kohers (2003). Aktivitas go public akan membuka kesempatan perusahaan dalam mendapatkan dana dari ‘luar’ yang kemudian akan digunakan untuk mengakusisi perusahaan lainnya. Sebaliknya juga, go public juga membuka kesempatan bagi perusahaan untuk diakusisi oleh perusahaan lainnya dengan harga ‘pasar’.

4. Go public sebagai langkah strategis perusahaan Sebagaimana diungkapkan Chemmanur dan Fulghieri (1999) yang menyatakan bahwa go public dilaksanakan untuk memperluas kepemilikan atas perusahaan. Maksimovic dan Pichler (2001) menyatakan bahwa go public dilakukan untuk meningkatkan reputasi dan publisitas perusahaan.

Hasil dari riset tersebut menyatakan bahwa motivasi yang paling mendorong perusahaan dalam melaksanakan go public adalah untuk mendapatkan dana bagi akuisisi di masa mendatang. Adapun motivasi lainnya ternyata tidak merupakan motivasi utama bagi para CFO.

Selain meneliti motif perusahaan dalam melakukan go public, Brau dan Fawcett juga meneliti tentang “timing” atau kapan waktu yang tepat bagi perusahaan melakukan go public. Peneliti juga melakukan survei lapangan atas 3 (tiga) teori yang berkaitan dengan hal tersebut, yaitu bahwa :

1. Perusahaan akan melaksanakan go public (IPO) pada saat pasar saham sedang mengalami peningkatan (bull-market) sehingga dapat menentukan harga saham yang menguntungkan. Hal ini diantaranya diungkapkan oleh Lucas dan McDonald (1990), Pagano, Panetta, dan Zingales (1998), dan Lowery (2002).

2. Timing dari go public dipengaruhi oleh maraknya kegiatan go public (IPO) di pasar. Pendapat ini diungkapkan Lowery dan Schwert (2002) yang menyatakan bahwa kinerja harga saham pada hari pertama diperdagangkan akan mempengaruhi minat perusahaan lain untuk melakukan go public (IPO), serta pada Choe, Masulis, dan Nanda (1999) yang menyatakan bahwa perusahaan akan melakukan go public (IPO) jika perusahaan sejenis yang baik (sukses) melakukannya.

3. Perusahaan akan melaksanakan go public (IPO) jika telah mencapai siklus pertumbuhan usaha dan membutuhkan dana ekuitas dari pihak luar untuk mendukung pertumbuhannya. Hal ini diungkapkan oleh Choe, Masulis, dan Nanda (1999) dan Lowery (2002).

Berdasarkan hasil penelitian Brau dan Fawcett menyatakan bahwa faktor yang paling kuat mempengaruhi timing perusahaan dalam melakukan go public adalah kondisi pasar yang sedang meningkat (bull-market), kemudian diikuti oleh faktor maraknya kegiatan go public serta kebutuhan akan modal perusahaan. Penelitian lain yang menarik tentang timing adalah sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibbotson dan Jaffe (1975) dan Ritter (1980) yang menyatakan bahwa aktivitas go public (IPO) dilakukan secara berkelompok (come in waves).

Pagano, Panetta, dan Zingales (1998) juga melakukan penelitian empiris mengenai mengapa suatu perusahaan melakukan go public. Mereka melakukan penelitian pada perusahaan-perusahaan di Italia dengan membandingkan kondisi perusahaan sebelum melakukan IPO (go public) dengan kondisi perusahaan setelah melakukan IPO (go public). Hasil penelitian tersebut mengungkapkan beberapa temuan penting sebagai berikut :

1. Faktor utama yang mendorong perusahaan melakukan go public adalah meningkatnya market-to-book ratio dari perusahaan sejenis yang telah diperdagangkan di bursa. Hal ini karena mencerminkan meningkatnya kebutuhan investasi dan peluang untuk tumbuh pada industri tersebut.

2. Faktor utama lainnya adalah besarnya ukuran perusahaan, dimana semakin besar

ukuran perusahaan semakin mungkin perusahaan tersebut melakukan go public.

3. Perusahaan cenderung melakukan go public untuk memperbaiki struktur keuangannya setelah melakukan investasi yang cukup besar, bukan sebaliknya untuk membiayai investasi dan pertumbuhannya.

4. Setelah melakukan IPO atau go public, perusahaan akan mendapatkan penurunan

biaya kredit karena meningkatnya prestige dan aspek keterbukaan perusahaan.

Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Tim Studi Biro RISTI Bapepam (2009) Tenatang Potensi Jumlah Perusahaan yang dapat melakukan Go Public di Pasar Modal Indonesia didapat kesimpulan bahwa jumlah perusahaan di indonesia yang berpotensi melakukan go public masih sangat besar namun masih banyak hal yang menyebabkan masih rendahnya jumlah perusahaan yang melalukan go public, dan juga masih cukup besarnya potensi investasi di Pasar Modal Indonesia.

Penelitian menarik lainnya yang berkaitan dengan IPO di Indonesia dilakukan oleh Divisi Riset dan Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2006. Penelitian ini ingin mencari faktor-faktor yang sekiranya menghambat perusahaan untuk melakukan go public di Indonesia. Penelitian dilakukan dengan melakukan wawancara khusus terhadap beberapa responden seperti Asosiasi Emiten Indonesia, beberapa Emiten dan Penjamin Emisi, dan satu calon potensial perusahaan yang ingin menjadi Emiten.

Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa terdapat 3 faktor utama yang menghambat perusahaan untuk melakukan go public di Indonesia, yaitu :

1. Adanya persepsi bahwa go public merupakan proses yang rumit.

Terdapat pendapat bahwa go public merupakan proses yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit, membutuhkan waktu persiapan yang lama (relatif lama dibandingkan dengan mendapatkan pendanaan dari perbankan atau menawarkan Terdapat pendapat bahwa go public merupakan proses yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit, membutuhkan waktu persiapan yang lama (relatif lama dibandingkan dengan mendapatkan pendanaan dari perbankan atau menawarkan

2. Go public akan mengurangi hak kendali dari pendiri dan pemilik perusahaan

Dalam kaitannya dengan hal ini, pemilik dan pendiri akan merasa bahwa go public akan men-dilusi kepemilikan dan kontrol perusahaan, terutama setelah masuknya komisaris independen.

3. Ketidaksiapan untuk melakukan transparansi

Sebagian besar pemilik perusahaan merasa bahwa go public akan membawa konsekuensi transparansi yang rumit, membebani keuangan perusahaan, dan akan terus berkelanjutan.

Selain ke-3 faktor hambatan utama tersebut, terdapat hambatan lain yang ditanyakan kepada responden, yaitu :

1. Surat keterangan fiskal yang dinilai memberatkan calon emiten

2. Tidak adanya insentif bagi perusahaan yang sudah go public,

3. Keraguan calon emiten terhadap kinerja perusahaan

4. Perusahaan memiliki alternatif pendanaan lainnya

5. Perusahaan dan Penjamin Emisi harus menyiapkan pembeli siaga

6. Kondisi makro ekonomi yang buruk.

BAB III METODE PENELITIAN