Pencemaran paH pada Tanah dan Air

PENCEMARAN PAH DI TANAH dan AIR

Oleh
Indriani Dwi Rahayu

(145090207111008)

Demara Meilia

(145090207111011)

Tri Vany Lestary Dewy

(145090207111026)

Dianisari Sofia Ranti

(145090207111029)

Nadiya Zuhroh


(145090207111035)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN
KIMIA

1

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..2
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………3
BAB I
1.1 LATAR BELAKANG……………………………………………………………………..4
1.2 RUMUS MASALAH……………………………………………………………………...5
1.3 TUJUAN…………………………………………………………………………………..5
BAB II
2.1 LINGKUNGAN…………………………………………………………………………...6
2.2 SENYAWA SISTESIS…………………………………………………………………....6
2.3 PENCEMARAN…………………………………………………………………………..7

BAB III
3.1 PENGERTIAN PAH………………………………………………………………………8
3.2 PENCEMARAN TANAH OLEH PAH…………………………………………………..9
3.3 PENCEMARAN AIR OLEH PAH………………………………………………………10
3.4 DAMPAK PENCEMARAN TANAH OLEH PAH……………………………………..11
3.5 DAMPAK PENCEMARAN AIR OLEH PAH……………… …………………………11
3.6 DAMPAK YANG DITIMBULKAN PAH PADA MANUSIA…………………………12
3.7 ALTERNATIF PENCEGAHAN PAH DI TANAH DAN DI AIR……………………...13
3.8 CARA PENANGGULANGAN PENCEMARAN PAH………………………………...14
BAB IV
4.1 KESIMPULAN…………………………………………………………………………..16
4.2 SARAN…………………………………………………………………………………..16
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..17
KATA PENGANTAR

2

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah

tentang keberadaan limbah di air dan tanah
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya
untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca

Malang, November 2015

Penyusun

BAB I

3


PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah
Lingkungan merupakan tempat hidup bagi hewan, tumbuhan, manusia serta

mikroba yang sangat kecil. keberadaan manusia dialam merupakan pelaku utama untuk
membentuk serta merawat alam dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi tidak semua manusia
mau mempelajari cara merawat alam justru mengarahkan alam ke arah kerusakan untuk
kepentingan pribadi maupun kelompok.
Banyak sekali dampak yang ditimbulkan manusia yang dapat merusak alam
bahkan alam sudah tidak bisa menampung kerusakan yang ditimbulkan manusia. Seiring
perkembangan teknologi manusia semakin tidak memperdulikan keseimbangan di alam,
mereka langsung menggunakan alam dengan alat tersebut agar dapat meringankan serta
mempercepat pekerjaan. Manusia semakin ahli menemukan zat-zat seperti logam
berat,mineral,merkuri,pestisida dll yang terkandung di alam akan tetapi tidak dapat
menyelamatkan malah semakin merusak karena keberadaan zat-zat tersebut bersifat toxic di
lingkungan sehingga dapat mengganggu siklus di alam.
Sebagai akibat banyaknya penggunaan bahan bahan yang dapat memicu
pencemaran sejumlah bahan pencemar memasuki perairan (sungai, estuarin, perairan laut)

melalui udara, pembuangan limbah cair, drainase, saluran irigasi, dsbnya. Di dalam kolom air
bahan pencemar mengalami proses transformasi sifat-sifat fisik dan/atau kimia-nya melalui
proses-proses sedimentasi, resuspensi, flokulasi, adsorpsi atau desorpsi, presipitasi, oksidasi
atau reduksi, dsbnya, dalam berbagai kondisi perairan yang berbeda dalam hal pH, salinitas,
DO, potensi redoks, dsbnya, yang terdapat di alam. Tidak jarang, transformasi bahan kimia
pencemar dimediasi oleh mikroba. Tingkah laku, nasib akhir (deposisi) dan toksisitas dari
bahan pencemar sangat bergantung pada kondisi fisik dan kimia keberadaannya dalam suatu
lingkungan.
Berbagai jenis bahan pencemar seperti: Pestisida Organoklorin (OCP),
Polychlorinated Biphenyls (PCBs), Polyaromatic Hydrocarbons (PAHs), Polychlorinated
Dibenzo-Dioxins (PCDDs), berbagai jenis logam berat, terakumulasi di dalam jaringan tubuh
berbagai organisme laut dan melalui jaring makanan dapat terakumulasi dan menimbulkan
bahaya pada kesehatan manusia itu sendiri
Oleh karena itu dalam makalah ini kami mengangkat tema pencemaran yang
diakibatkan oleh senyawa organik Polyaromatic Hydrocarbons (PAHs) di alam serta dampak
yang diakibatkan terutama untuk kesehatan manusia agar masyarakat tahu serta mengurangi
penggunaan bahan bahan yang mengandung zat tersebut agar tidak terus menumpuk karena
penguraiannya pun juga membutuhkan waktu yang sangat lama.

4


1.2

Rumusan Masalah
1. Bagaimana persebaran PAH di tanah maupun di air?
2. Apa penyebab terbentuknya PAH di lingkungan?
3. Apa dampak yang disebabkan limbah PAH?

1.3

Tujuan
1. Untuk mengetahui persebaran PAH di tanah maupun di air
2. Untuk mengetahui persebaran PAH di lingkungan
3. Untuk mengetahui dampak adanya PAH dilingkungan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Lingkungan


5

Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan
sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh
di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia
seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut. Lingkungan juga dapat
diartikan sebagai

segala sesuatu yang ada di sekitar manusia dan mempengaruhi

perkembangan kehidupan manusia. Lingkungan terdiri dari komponen abiotik dan biotik.
Komponen abiotik adalah segala yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim,
kelembaban, cahaya, bunyi. Sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu yang
bernyawa seperti tumbuhan, hewan, manusia dan mikro-organisme (virus dan bakteri).
2.2

Senyawa Organik Sintetis
Masalah senyawa kimia organik mulai mengemuka sesaat setelah PD II (Rand


and Petrocelli, 1985; Walker, 2001). Hal ini terutama ditunjukkan oleh bahan-bahan kimia
sintetik seperti: PCBs (polychlorinatedbiphenyls), PBBs (polybrominatedbiphenyls), TCDD
(2,3,7,8-tetrachlorodibenzo-p-dioxin) dan dioksin-dioksin terkait, furan, PAHs (polycyclic
aromatic hydrocarbons), PFCs (perfluorchemicals), dan berbagai bahan pelarut (solvent)
organik.
PAHs terdapat di lingkungan secara alami pada deposit-deposit minyak dan batu
bara. PAHs juga memasuki lingkungan melalui aktivitas manusia (misalnya dari hasil
pembakaran tidak sempurna bahan-bahan organik), dan beberapa kejadian alam seperti
kebakaran hutan dan meledaknya gunung berapi. Molekul-molekul PAHs bersifat hidrofobik
dan lipofilik yang berinteraksi kuat dengan karbon organik yang terdapat di sedimen, sangat
jarang terlarut dalam air dan dengan daya uap rendah. Hidrokarbon aromatik tersusun oleh
karbon dan hidrogen dalam satu atau lebih cincin aromatik, yang memiliki konfigurasi ikatan
ganda stabil.
Sumber antropogenik penting PAHs termasuk dari pembakaran batu bara, minyak
bumi, gas alam dari berbagai jenis industri, dan dari penggunaan bahan-bahan tersebut dalam
berbagai kegiatan industri pengoperasian mesin pabrik dan pembangkit listrik, kendaraan
bermotor, dsbnya. Input PAHs di lingkungan perairan ditemukan terkonsentrasi pada
wilayah-wilayah estuarin dan pesisir dekat pusat-pusat kota. Jalur masuk PAHs ke dalam
wilayah perairan diketahui berasal dari 2 sumber utama: (1) aliran air mengandung unsurunsur PAHs baik yang terlarut maupun partikel dari sumber-sumber point-sources dan nonpoint sources, dan (2) deposisi atmosfir baik dalam bentuk hujan maupun debu-debu kering.


6

2.3

Pencemaran
Pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan/

atau komponen lain ke dalam air atau udara. Pencemaran juga bisa berarti berubahnya tatanan
(komposisi) air atau udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air/udara
menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya. Untuk
mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh berbagai aktivitas industri dan
aktivitas manusia, maka diperlukan pengendalian terhadap pencemaran lingkungan dengan
menetapkan baku mutu lingkungan.
Pencemaran terhadap lingkungan dapat terjadi dimana saja dengan laju yang
sangat cepat, dan beban pencemaran yang semakin berat akibat limbah industri dari
berbagai bahan kimia termasuk logam berat.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1


Pengertian PAH

7

Salah satu kontaminan lingkungan yang penting dan termasuk dalam kelompok
bahan kimia beracun adalah Polisiklik Aromatik Hidrokarbon (PAH). PAH merupakan
komponen organik yang mengandung lebih dari satu cincin aromatik dalam satu molekul
hidrokarbon (Effendi, 2003). Senyawa ini dapat dijumpai di hampir seluruh kompartemen
lingkungan, mulai dari udara, danau, lautan, tanah, sedimen dan biota. PAH masuk ke
lingkungan perairan lebih banyak disebabkan oleh aktivitas manusia, diantaranya proses
industri, transportasi, buangan aktivitas manusia di daratan melalui muara sungai, serta dapat
pula berasal dari darat tetapi melalui udara (Law, et al., 1997). Penelitian dan penyelidikan
mengenai PAH di lingkungan akuatik merupakan proses yang sangat penting untuk
menentukan kualitas suatu lingkungan melalui penentuan status kontaminannya dan
kemungkinan pengaruhnya terhadap suatu ekosistem.
Pada dasanya, sumber pencemaran PAH dapat menjadi 2 kategori, yaitu
a. Sumber tetap misalnya industry, pembangkit listrik dan panas, insinerasi,
pembakaran terbuka, dll.
b. Sumber bergerak, misalnya kendaraan bermotor, transportasi pengangkutan

minyak mentah, dll.
PAH juga dihasilkan oleh pembakaran bahan organik dan bahan bakar fosil yang
tidak sempurna. Senyawa ini juga terdapat dalam gas cerobong asap dan aktivitas gunung
berapi. (Effendi, (2003) mengemukakan bahwa PAH digunakan pada bahan bakar kendaraan,
oli, aspal dan bahan pengawet kayu. Keberadaan PAH di perairan juga disebabkan oleh
sumber antropogenik (aktivitas manusia) berupa penggunaan bahan bakar dan petroleum.
Pemanasan bahan organik pada suhu tinggi, misalnya pemangggangan, diketahui
dapat menyebabkan terbentuknya polisiklik aromatik hidrokarbon (PAH) melalui reaksi
pemecahan bahan organik menjadi fragmen yang sederhana (pirolisis) dan pembentukan
senyawa aromatik dari fragmen tersebut (pirosintetik) (Morret et al. 1999; Cano-Lerida et al.
2008). Sumber lain dari PAH adalah rokok. Rokok mengandung kadar tar cukup tinggi dan
pembakaran tar diketahui dapat memicu terbentuknya molekul PAH terutama jenis PAH
karsinogenik
PAH dikelompokkan menjadi dua, yaitu PAH dengan bobot molekul rendah yang
berupa senyawa dengan cincin aromatik 3 dan PAH dengan bobot molekul tinggi yang berupa
senyawa dengan cincin aromatik > 3. PAH dengan bobot molekul rendah lebih mudah

8

didegradasi secara biologis dibandingkan PAH dengan bobot molekul tinggi. Selain itu PAH
dengan bobot molekul rendah bersifat lebih mudah larut dan mudah menguap, dibandingkan
PAH dengan bobot molekul tinggi yang bersifat hidrofobik dan memiliki daya larut rendah.
Semakin tinggi berat molekul PAHs, maka semakin hidrofobik, toksik dan resisten PAHs di
lingkungan. Selain itu, faktor lingkungan seperti jenis dan struktur tanah, pH, suhu, serta
ketersediaan oksigen, nutrisi dan air untuk mikroba pendegradasi polutan organik akan
mempengaruhi waktu PAHs bertahan di lingkungan (Gan et al., 2009; Loick et al., 2009)

9

3.2

Pencemaran Tanah oleh

PAH
Limbah organik berasal dari beberapa sumber yaitu antara lain dari dapur atau
rumah

tangga,

pasar,

hotel atau restoran,

rumah

pertanian,

atau

sakit,

perumahan,

peternakan atau rumah

pertokoanatau perkantoran,

potong,

pengolahan

hasil

pertanian atau peternakan dan sampah kota. Senyawa kimia organik yang termasuk limbah
industri

organik

antara

lain

benzene, naftalena, anthracene, sianida,

amonia,

fenol, kresol, bersama-sama dengan berbagai senyawa organik yang lebih kompleks yang
dikenal secara kolektif sebagai Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAH).
Pada tanah, peredaran limbah tersebut dimulai pada proses pembunagan limbah.
Limbah tersebut biasanya dibuang begitu saja pada area tanah tanpa proses penanganan lebih
lanjut. Pembuangan tersebut menghasilkan pengaruh terhadap lingkungan. Hal itu
dikarenakan adanya sifat fisik dan kimia pada limbah industri organik yang dapat bereaksi
terhadap tanah. Suatu limbah industri organik dikatakan berbahaya jika mengandung bahan
berbahaya dan dan beracun yang karena sifat, konsentrasinya, dan jumlahnya secara langsung
maupun tidak langsung dapat mencemarkan, merusak, dan dapat membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya (Pramudianto,
Bambang, 1999).
Pada dasarnya, pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan
manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena
kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial, penggunaan

pestisida, masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan,
kecelakaan kendaraan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah, air limbah dari tempat
penimbunan sampah, serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak
memenuhi syarat (illegal dumping). Untuk pencemaran akibat limbah industri organik
tentunya buangan berasal dari kawasan industri yang dibuang di area tanah tanpa pengangan
lebih lanjut (Fessenden, J Ralp., and Fessenden, S Joan. 1982).
Ketika suatu zat berbahaya atau beracun telah mencemari permukaan tanah, maka
zat tersebut dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran
yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat
beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau
dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.
3.3

Pencemaran Air oleh PAH
Sumber pencemaran PAH di perairan antara lain dari tumpahan minyak mentah

atau produk minyak dari kapal tanker, pengeboran minyak atau area penyimpanan minyak,
air larian dan air hujan yang menyerap PAH dari udara dan mengekstrak PAH dari tanah,
penyimpanan batubara, buangan limbah industri. Selain itu, pelapis jaringan distribusi air
minum yang terbuat dari material berbasis tar dan batu bara dapat terkikis dan larut dalam air
yang selanjutnya akan terminum oleh konsumen. Jenis PAH yang biasa terdapat di perairan
adalah PAH naphthalene, anthracene, benzoanthracene dan benzopyrene. PAH cenderung
berasosiasi (berikatan) dengan bahan organik dan anorganik tersuspensi sehingga banyak
terdapat pada sedimen dasar. (Effendi, 2003).
3.4

Dampak Pencemaran Tanah oleh PAH
Pencemaran tersebut memiliki dampak terhadap beberapa sektor, misalnya :
a. Pada kesehatan
Dampak pencemaran tanah akibat limbah industri organik terhadap kesehatan

tergantung pada tipe polutan, jalur masuk ke dalam tubuh, dan kerentanan populasi yang
terkena. Paparan kronis (terus-menerus) terhadap benzena pada konsentrasi tertentu dapat
meningkatkan

kemungkinan

terkena

leukemia.

Organofosfat

dan

karbamat

dapat

menyebabkan gangguan pada saraf otot. Terdapat beberapa macam dampak kesehatan yang
tampak seperti sakit kepala, pusing, letih, iritasi mata dan ruam kulit untuk paparan bahan
kimia yang disebut di atas. Dampak tersebut juga berlaku untuk limbah industri organik lain
seperti naftalena, anthracene, sianida, amonia, fenol, cresols.
b. Pada Ekosistem

Pencemaran tanah akibat limbah industri organik seperti benzena, naftalena,
anthracene, sianida, amonia, fenol, cresols juga dapat memberikan dampak terhadap
ekosistem. Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia
beracun atau berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat
menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik dan antropoda yang
hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat memusnahkan beberapa spesies
primer dari rantai makanan, yang dapat memberi akibat yang besar terhadap predator atau
tingkatan lain dari rantai makanan tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan
terbawah tersebut rendah, bagian bawah piramida makanan dapat menelan bahan kimia asing
yang lama-kelamaan akan terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni piramida atas.
Banyak dari efek-efek ini terlihat pada saat ini, seperti konsentrasi DDT pada burung
menyebabkan rapuhnya cangkang telur, meningkatnya tingkat Kematian anakan dan
kemungkinan hilangnya spesies tersebut.
Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang pada
akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan dampak
lanjutan pada konservasi tanaman di mana tanaman tidak mampu menahan lapisantanah dari
erosi. Beberapa bahan pencemar ini memiliki waktu paruh yang panjang dan pada kasus lain
bahan-bahan kimia derivatif akan terbentuk dari bahan pencemar tanah utama.
3.5

Dampak Pencemaran Air oleh PAH
Senyawa PAH dapat terakumulasi dalam tubuh hewan tingkat rendah hingga

mencapai kadar yang tinggi, karena sukar dicerna dalam tubuhnya (Uthe, 199. Air laut yang
mengandung limbah PAH merusak biota laut yang ada di dalamnya contohnya ikan dan
kerang hijau. Lalu ikan dan kerang hijau tersebut dimakan oleh manusia dan mengendap
ditubuh manusia.
3.6

Dampak yang Ditimbulkan PAH pada Manusia
PAH juga dapat tersebar melalui pengasapan daging atau ikan juga dapat

membentuk senyawa hidrokarbon aromatik polisiklik. Sehingga pengasapan pada ikan atau
daging berpotensi menyebabkan kanker dalam

jangka panjang. Selain itu senyawa

hidrokarbon aromatik polisiklik juga dapat ditemui pada asap tembakau (asap rokok).
Hidrokarbon aromatik polisiklik merupakan senyawa organik yang bersifat karsinogenik.
Hidrokarbon aromatik polisiklik yang terkandung pada batu bara juga dapat menyebabkan
tumor pada kulit.

Cara karsinogen ini menyebabkan kanker sudah mulai terungkap. Produk oksidasi
metabolik tampaknya menjadi penyebab dari kanker. Oksidasi enzimatik mengonversi
senyawa benzo(a)pirena menjadi diol-epoksida. Diol-epoksida ini kemudian bereaksi dengan
DNA

sel,

menyebabkan

mutasi

dan

mencegah

sel

bereproduksi

secara

normal. (Harold.et.al,2003)
Daging mengandung protein hewani, lemak jenuh, dan dalam beberapa kasus
mengandung senyawa penyebab kanker seperti Heterocyclic Amines (HCA) dan Polycyclic
Aromatic Hydrocarbons (PAH) yang terbentuk selama daging diproses atau dimasak. HCA
terbentuk ketika daging dimasak pada suhu tinggi dan PAH terbentuk selama pembakaran
bahan organik yang dipercaya meningkatkan resiko kanker. Menggoreng atau membakar
daging di atas kobaran api langsung mengakibatkan hilangnya lemak di api yang panas dan
memproduksi kobaran yang mengandung Polycyclic Aromatic Hydrocarbon. Polycyclic
Aromatic Hydrocarbon (PAH) melekat pada permukaan makanan, dan semakin besar
panasnya maka semakin muncul PAH-nya. Hal itu dipercaya secara luas memainkan peranan
penting dalam kanker pada manusia.
PAH pada pralahir dikaitkan dengan IQ yang lebih rendah dan menyebabkan
asma anak. pPaparan polusi PAH selama kehamilan berkaitan dengan hasil kelahiran yang
merugikan

termasuk

berat

badan

lahir

rendah,

persalinan

prematur,

dan

jantung malformasi. Darah tali pusat bayi yang terkena menunjukkan kerusakan DNA yang
telah dikaitkan dengan kanker. Tindak lanjut penelitian menunjukkan tingkat yang lebih
tinggi keterlambatan perkembangan pada usia tiga, skor rendah pada tes IQ dan masalah
behaviorial meningkat pada usia enam dan delapan (Law, R.J., V.J. Dawes., and P.
Matthiessen. 1997).
PAH juga sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Imunosupresi (penghambat
sistem) akibat toksisitas PAH bagi kesehatan manusia dapat memperbesar kerentanan tubuh
terhadap bakteri, parasit dan virus, serta kerentanan terhadap kanker. Bahkan PAH telah
dipercaya sebagai salah satu penyebab utama kanker paru-paru. Dr Hecht dan rekan
menuturkan senyawa PAH yang disebut dengan fenantrena dalam rokok cepat membentuk zat
beracun dalam darah yang menyebabkan mutasi hingga memicu terjadinya kanker (Hart,
Harold., et.al. 2003).
Beberapa golongan PAH, seperti Benzo[a]pyrene, diketahui dapat menganggu
fungsi

reproduksi. PAH

dapat

menyebabkan

toksisitas

reproduktif. Toksisitas

reproduktif atau toksikologireproduksi adalah kondisi yang muncul akibat efek-efek
berbahaya dari suatu zat kimia yang merugikan fungsi seksual dan sistem reproduksi kaum
laki-laki dan perempuan sekaligus efek yang mengganggu perkembangan normal baik
sebelum maupun sesudah lahir. Selain itu, studi epidemiologi menunjukkan bahwa resiko
penyakit kanker paru-paru, lambung dan kulit cukup tinggi pada masyarakat yang tinggal
didaerah yang udaranya mengandung PAH tinggi (UNEP Chemicals , 1999).
3.7

Alternatif Pencegahan PAH di Tanah dan Air
Beberapa alternatif yang dapat dilakukan terkait dengan pencegahan terkena dampak

dari PAH antara lain (Arbiana Putri , 2012):
1. Dengan melakukan pembakaran yang sempurna pada bahan bakar yang mengandung
karbon seperti kayu, batu-bara, diesel, fat, atau tembakau.
2. Untuk mengantisipasi bahaya PAH yang terkandung di dalam makanan maka perlu
pembahasan mengenai persyaratan mutu PAH pada produk pangan khususnya produk
asap, ikan asap, daging asap dan lain sebagainya serta produk minyak dan
margarin.World Health Organization (WHO) meregulasi kandungan PAH, bahwa
kandungan PAH (benzo-a-pyrene) tidak boleh lebih dari 10 μg/kg. Oleh karena itu,
perlu pengawasan dan tidak lanjut terhadap perlakuan proses bahan pangan yang
dapat memaparkan PAH.
3. Untuk pencegahan terkena dampak negatif dari PAH yang berasal dari asap rokok
adalah dengan tidak merokok atau menjauhi asap rokok karena PAH terdapat
pada asap rokok.
4. Untuk penanganan masalah PAH pada kendaraan
pembakaran bahan bakar di kendaraan bermotor bisa menghasilkan hidrokarbon
aromatik polisiklik (polycyclic aromatic hydrocarbon) yang merupakan senyawa
karsinogenik (dapat mengakibatkan penyakit kanker), Dapat untuk meminimasi dapat
dilakukan(Morret S, Conte L, Dean D. 1999):
a) Merawat mesin kendaraan bermotor agar tetap berfungsi baik
b) Melakukan pengujian emisi dan KIR kendaraan secara berkala
c) Memasang filter pada knalpot
3.8

Cara Penanggulangan Percemaran PAH
Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak

negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan
penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah

tergantung pada jenis dan karakteristik limbah. Ada beberapa langkah penangan untuk
mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran tanah akibat limbah industri organik,
diantaranya(Harvey RG. 2011.):
a. Remidiasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar.
Ada

dua

jenis

remediasi

tanah

yaitu,

in-situ

atau on-site dan ex-situ atau off-site.

Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih
mudah,

terdiri

dari

pembersihan,

venting

(injeksi),

dan bioremediasi.

Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar akibat benzena, naftalena,
anthracene, sianida, amonia, fenol, cresols, dan lain-lain kemudian dibawa ke daerah yang
aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar . Caranya
yaitu, tanah tersebut disimpan di bak atau tanki yang kedap, kemudian zat pembersih
dipompakan ke bak atau tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari
bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh
lebih mahal dan rumit)( Razak, H. 1991).
Ada 2 macam remidiasi yaitu (Chen BH, et all. 1996):
-

Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan
mikroorganisme (jamur, bakteri).
- Fitoremediasi

Fitoremidiasi adalah teknologi pembersihan, penghilangan atau pengurangan polutan
berbahaya, seperti logam berat, pestisida, dan senyawa organik beracun dalam tanah atau air
dengan menggunakan bantuan tanaman (hiperakumulator plant).
b. Adsorbsi dengan Karbon Aktif
Karbon aktif merupakan bahan adsorpsi dengan permukaan lapisan yang luas
dengan bentuk butiran (granular) atau serbuk (powder). Bahan dasar utama yang digunakan
sebagai karbon aktif adalah material organik dengan kandungan karbon yang tinggi. Telah
banyak penelitian penelitian mengenai bahan karbon aktif dengan bahan murah dan tersedia
banyak seperti tempurung kelapa, tempurung kemiri dan serat kayu. Karbon aktif biasa
digunakan sebagai adsorben karena kemampuan adsorpsinya (Neff, JM. 1977).

BAB IV
PENUTUP
4.1

Kesimpulan
Persebaran limbah seperti PAH di lingkungan sangat membahayakan kehidupan

manusia dan organisme lain. Keberadaan PAH baik di tanah maupun air membawa dampak
yang sangat berbahaya bagi kesehatan makhluk hidup. Dampak yang dihasilkan diantaranya
oleh hidrokarbon aromatik polisiklik dapat berupa kanker (karsinogenik), mutasi gen,
mengganggu kerja hormon, mengganggu kerja saraf pusat, dll.

4.2

Saran
Dapat selalu sadar lingkungan dan peduli lingkungan. Dengan pencegahan dapat

dilakukan untuk mengurangi pencemaran yang terjadi sehingga pencemaran di bumi
terminimalisir.

DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, Rachmat Benny, 1999, Kebijaksanaan, Strategi, dan Program Pengendalian
Pencemaran dalam Pengelolaan Pesisir dan Laut, Prosiding Seminar Sehari Teknologi
dan Pengelolaan Kualitas Lingkungan Pesisir dan Laut, Bandung: Jurusan Teknologi
Lingkungan ITB.
Pramudianto, Bambang, 1999, Sosialisasi PP No.19/1999 tentang Pengendalian Pencemaran
dan atau Perusakan Laut, Prosiding Seminar Sehari Teknologi dan Pengelolaan
Kualitas Lingkungan Pesisir dan Laut, Bandung: Jurusan Teknologi Lingkungan ITB.
Preston, M.R. 1989. Marine pollution.In Chemical Oceanogrphy Vol9 J.P.Riley(ed)
53-196, Academic Press.
Razak, H. 1991. Penelitian pendahuluan senyawa organoklorin pada kerang hijau (Mytilus
viridis) di perairan teluk Jakarta. Hal 232-238. in Biologi menunjang ketahanan
bangsa melalui perbaikan mutu pangan, kesehatan lingkungan. Prosiding seminar
ilmiah dan kongres Nasional Biologi X,24-26 september 199, Bogor Indonesia.

Siahaan, N.H.T, 1989a, Pencemaran Laut dan kerugian yang Ditimbulkan (I), dalam
Harian Angkatan Bersenjata, Jakarta: 8 Juni 1989.
UNEP Chemicals (1999) (PDF). Guidelines for the Identification of PCBs and Materials
Containing

PCBs.

United

Nations

Environment

Programme.

pp.

2.

http://www.chem.unep.ch/pops/pdf/PCBident/pcbid1.pdf. Retrieved 2007-11-07.
Mahan, M. (1998, May 4). Are pcbs still a problem in the great lakes?. Retrieved
from http://www.cevl.msu.edu/~long/pcb.htm
Lesmana R, Shimokawa N, Toshiharu I, Takatsuru Y, Koibuchi N (2012). Lactational
expossure to hydroxylated polychlorinated biphenyl (OH-PCB 106) causes
hyperactivity in male rat pups by aberrant increase in dopamine and its
receptor.Environ Toxicol. 2012 Sep 20. doi: 10.1002/tox.21815
https://www.academia.edu/4738489/Polychlorinated_Bifenyls
Cano-Lerida L, Rose M, Walton P. 2008.Polycyclic aromatic hydrocarbons dalam Bioactive
compounds in Food. Gilbert J: Editor. Oxford: Blackwell Publishing.
Chen BH, Wang CY, Chiu CP. 1996. Evaluation of analysis of polycyclic aromatic
hydrocarbons in meat products by liquid chromatography. J Agric & Food Chem 44:
2244-2251.
Effendi, H. 2003. Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumberdaya dan lingkungan perairan.
Kanisius. Yogyakarta
Fessenden, J Ralp., and Fessenden, S Joan. 1982.Kimia Organik edisi ketiga jilid1. Jakarta:
Erlangga
Hart, Harold., et.al. 2003. Kimia Organik Satu Kuliah Singkat/ Edisi kesebelas. Jakarta:
Erlangga
Harvey RG. 2011. Historical Overview of Chemical Carcinogenesis dalam Chemical
Carcinogenesis. Penning TM editor. Philadelphia: Springer.
Jurnal Ilmu Kelautan Undip Desember 2012. Vol 17 (4): 199-208

Law, R.J., V.J. Dawes., and P. Matthiessen. 1997.Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAH)
in Seawater around England and Wales. Marine Pollution Buletin, Vol. 34, No. 5, pp.
306-322.
Morret S, Conte L, Dean D. 1999. Assessment of polycyclic aromatic hydrocarbons content
of smoked fish by means of a fast HPLC/HPLC method. J Agric & Food Chem 47:
1367-1371.
Neff, JM. 1977. Polycyclic Aromatic Hydrocarbons in the Aquatic Environment. London:
Applied Science Publishers.

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24