Proses Pelibatan Para Pihak Dalam Menyus

Proses Pelibatan Para Pihak Dalam Menyusun Rencana Pengelolaan Kawasan
Konservasi Perairan Daerah untuk Mendukung Perikanan Berkelanjutan di
Kabupaten Alor
Ida Ayu Lochana Dewi
Politeknik Pertanian Negeri Kupang
Jl. Adisucipto, Penfui, Kupang, email: idaayulochana@gmail.com
Abstrak
Perluasan kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Kabupaten Alor yang telah
dideklarasikan menjadi 400.000,083 ha dan ditetapkan melalui Peraturan Bupati Nomor 6
Tahun 2009 merupakan langkah awal pengelolaan kawasan yang diharapkan dapat lebih
menyejahterakan masyarakat pesisir. KKPD tersebut diharapkan dapat menjadi contoh
proses keterlibatan para pihak dalam menemukenali permasalahan, merencanakan kegiatan,
dan memutuskan bentuk pengelolaan KKPD. Pendampingan telah dilakukan oleh Yayasan
WWF Indonesia untuk melakukan zonasi melalui mekanisme pelibatan para pihak dengan
sasaran untuk meningkatkan fungsi perlindungan, pelestarian, pemanfaatan sumberdaya
alam dan lingkungan, peningkatan kapasitas sumberdaya manusia, serta peningkatan sistem
pengelolaan kawasan dengan pendekatan Adaptive Collaborative Management (ACM) yang
mencakup kolaborasi para pihak dan kolaborasi dalam pendanaan. Bersama-sama dengan
para pihak, pendampingan berhasil mengidentifikasi sejumlah isu strategis, mencakup
kualitas sumberdaya manusia yang beragam, penangkapan ikan yang tidak ramah
lingkungan, pengelolaan perikanan yang belum optimal, pengembangan pariwisata yang

belum terintegrasi, degradasi habitat, dan kelembagaan pengelolaan kawasan yang belum
terbangun. Mengacu pada hasil identifikasi, disusun program jangka menengah dan jangka
pendek untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi implentasi program dan menjajagi
peluang kolaborasi pendanaan. Implementasi program, selain selain dievaluasi secara
parsial, juga secara holistik menggunakan pendekatan Ecosystem Approach to Fisheries
Management (EAFM), khususnya untuk mengkaji efektivitas pengelolaan kawasan
konservasi dalam mendukung pengelolaan perikanan berkelanjutan. Mekanisme kolaborasi
pendanaan dirumuskan dengan melibatkan satuan kerja perangkat daerah dan bagian
perencanaan anggaran pemerintah kabupaten untuk mengintegrasikan pendanaan program
kerja ke dalam kode anggaran yang berlaku. Evaluasi terhadap pendanaan dianalisis secara
sederhana untuk menentukan efektivitas dan efisiensi beberapa komponen pendanaan
dalam mendukung implementasi program di lapangan.
Kata Kunci:
KKPD Kabupaten Alor, pelibatan para pihak, perikanan berkelanjutan
Pendahuluan

Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Kabupaten Alor telah dideklarasikan
untuk perluasannya seluas 400.000,083 ha, dan telah dilegitimasi melalui Peraturan Bupati
Nomor 6 Tahun 2009. Pencadangan KKPD Kabupaten Alor adalah momentum dari
Pemerintah Kabupaten Alor sebagai langkah awal untuk pengelolaan perairan laut sesuai

Makalah disampaikan pada Mini Simposium pada Seminar Nasional Perikanan IX
Pengelolaan Laut, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Surabaya 19-22 November 2014

dengan harapan masyarakat. Serangkaian aktivitas mengawali rencana pengelolaan
kawasan telah dilakukan oleh pemerintah dan para pihak yang secara aktif memanfaatkan
sumberdaya alam dan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pemerintah,
masyarakat dan pihak swasta, didampingi oleh Yayasan WWF Indonesia telah melakukan
kegiatan membagi kawasan menjadi beberapa zona, yang selanjutnya dikenal dengan nama
zonasi KKPD Kabupaten Alor.
Kegiatan zonasi ini telah dilakukan dengan melibatkan masyarakat di pesisir
kawasan sejak awal gagasan diajukan hingga rencana zonasi terbentuk pada tahun 2011.
Pada kegiatan ini, masyarakat dipandang sebagai salah satu aktor dalam memanfaatkan
kawasan dan memiliki kedekatan baik fisik maupun psikologis dengan kawasan. Oleh
karena itu, semua tahapan kegiatan dalam penyusunan rencana zonasi mengedepankan
peran serta masyarakat. Pemerintah dan Yayasan WWF Indonesia bertindak sebagai
fasilitator sedangkan masyarakat dan para pihak lainnya menjadi pelaku utama dalam
menyusun rencana zonasi tersebut.
Rencana zonasi adalah tahapan membagi kawasan berdasarkan kondisi saat ini dan
menentukan luasan areal dan peruntukannya. Lokasi, luasan dan peruntukan wilayah
selanjutnya dijadikan pedoman untuk memilih aktivitas yang diijinkan untuk

dikembangkan sedemikian sehingga asas pemanfaatan dan asas pelestarian dapat berjalan
dengan baik. Rencana zonasi atau keruangan kawasan telah disusun, tahapan selanjutnya
adalam merencankan kegiatan yang dipilih dan diimplementasikan di kawasan tersebut.
Rencana zonasi KKPD Kabupaten Alor melalui pelibatan para pihak disajikan pada
Gambar 1. Pelibatan para pihak berkaitan dengan pengelolaan kawasan telah dimulai sejak
awal inisiasi pembentukan kawasan konservasi perairan daerah ini.
Mengacu pada penataan ruang sebagai salah satu kebijakan pengelolaan KKPD
Kabupaten Alor, setelah tahapan penetapan kawasan dilakukan, maka zonasi KKPD
Kabupaten Alor merupakan tahapan lanjutan yang perlu dilakukan. Penetapan zonasi
KKPD Kabupaten Alor, berdasarkan kriteria kawasan yang diamanatkan oleh
PER.30/MEN/2010 dan hasil kesepakatan penduduk dalam fokus diskusi kelompok. Zonasi
KKPD dibagi menjadi empat zona sebagaimana tertera dalam dokumen rencana
pengelolaan KKPD Kabupaten Alor (Pemerintah Kabupaten Alor, 2013) sebagai berikut:
1)
Zona inti KKPD Kabupaten Alor merupakan wilayah perlindungan mutlak habitat
dan populasi ikan, pelestarian, pemulihan dan area recovery/Rehabiltasi alami
ekosistem beserta habitat dan populasi biota perairan laut dan pesisir pantai.
2)
Zona perlindungan KKPD Kabupaten Alor merupakan merupakan bagian dari KKPD
Kabupaten Alor yang karena letak, kondisi dan potensinya mampu mendukung

kepentingan perbaikan/rehabilitasi, pelestarian pada zona inti dan zona pemanfaatan
KKPD Alor.
3)
Zona perikanan berkelanjutan di KKPD Kabupaten Alor merupakan zona
perlindungan habitat dan populasi ikan, zona pemanfaatan dan penangkapan ikan
secara maksimal baik secara tradisional dan modern dengan tetap memperhatikan
cara-cara pemanfaatan yang ramah lingkungan,untuk pemenuhan kebutuhan seharihari bagi masyarakat sekitarnya dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat setempat.
4)
Zona pemanfaatan pariwisata merupakan bagian Kawasan konservasi Perairan
Daerah Kabupaten Alor yang karena letak, kondisi dan potensi alamnya dimanfaatkan
Makalah disampaikan pada Mini Simposium pada Seminar Nasional Perikanan IX
Pengelolaan Laut, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Surabaya 19-22 November 2014

untuk perlindungan dan pelestarian habitat dan populasi ikan, kepentingan pariwisata
dan kondisi/jasa lingkungan lainnya, penelitian dan pengembangan serta pendidikan.

Gambar 1.

Peta Usulan Zonasi KKPD Kabupaten Alor (Pemerintah Kabupaten

Alor, 2013)

Pada proses ini, keterlibatan para pihak menjadi penentu keberhasilan penyusunan
rencana pengelolaan. Rencana pengelolaan yang tersusun selanjutnya diharapkan dapat
diimplementasikan sebagaimana harapan para pihak. Selain keterlibatan para pihak,
komponen pendanaan untuk melakukan pengelolaan KKPD Kabupaten Alor menjadi
perhatian pemerintah dan para pihak yang berada di sekitar kawasan tersebut. Proses
pelibatan para pihak dalam menyusun rencana pengelolaan KKPD kabupaten Alor hingga
tersusunnya dokumen adalah pengalaman berharga dalam implementasi konsep kolaborasi.

Urgensi Rencana Pengelolaan KKPD Kabupaten Alor
dan Kedudukannya Di Antara Dokumen Perencanaan Lainnya
Rencana Pengelolaan KKPD Kabupaten Alor adalah upaya-upaya yang
direncanakan dikembangkan di kawasan yang bersifat strategis dan sinergis yang
mengakomodasikan semua wewenang dan tanggungjawab seluruh para pemangku
kepentingan (pemerintah, swasta dan masyarakat). Secara khusus, penyusunan Rencana
Makalah disampaikan pada Mini Simposium pada Seminar Nasional Perikanan IX
Pengelolaan Laut, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Surabaya 19-22 November 2014

Pengelolaan KKPD Kabupaten Alor mengakomodasi empat tujuan utama sebagaimana

tertera dalam dokumen rencana pengelolaan kawasan sebagai berikut:
1) Pembangunan sosial, yaitu memulihkan dan menjamin hak dan kewajiban masyarakat
dalam mengelola sumberdaya secara terpadu dan berkelanjutan
2) Konservasi ekologi, yaitu melindungi dan memperbaiki ekosistemlaut di kawasan
konservasi perairan Kabupaten Alor.
3) Pembangunan ekonomi berwawasan lingkungan, yaitu mengembangkan sistem
pemanfaatan sumberdaya secara optimal, efisien dan berkelanjutan
4) Administrasi kebijakan, yaitu meminimalkan adanya konflik pemanfaatan dan
kewenangan dalam pengelolaan kawasan sehingga tercapai keterpaduan dan
keberlanjutan program. Dengan demikian, dokumen ini merupakan pedoman bagi
masyarakat desa, pemerintah dan pihak terkait dan/atau pemangku kepentingan lainnya
dalam upaya penyelesaian dan penanganan isu/masalah yang diprioritaskan melalui
rencana kegiatan pengelolaan sumberdaya KKPD Kabupaten Alor secara terpadu dan
berkelanjutan.
Dokumen rencana pengelolaan KKPD Kabupaten Alor ini adalah dokumen
perencanaan pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) Kabupaten Alor
yang dibuat dengan mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) Kabupaten Alor, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Alor, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Alor dan Rencana
Strategis SKPD (Renstra SKPD) Bappeda dan masing-masing dinas atau badan teknis

terkait di Kabupaten Alor, yang selanjutnya dijabarkan dalam Renja dan RKPD sampai
pada pengganggaran dalam APBD dan DPA SKPD. Dokumen Rencana Pengelolaan
KKPD Kabupaten Alor ini juga dapat dijadikan sebagai bahan dalam menyusun RPJMD
dan renstra SKPD. Hubungan antar dokumen perencanaan dengan dokumen Rencana
Pengelolaan KKPD Kabupaten Alor secara jelas dapat dilihat pada skema keterhubungan
antar dokumen disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1.

Skema Hubungan antara Dokumen Rencana Pengelolaan KKPD
Kabupaten Alor dengan
Dokumen Perencanaan (Pemerintah
Kabupaten Alor, 2012)

Makalah disampaikan pada Mini Simposium pada Seminar Nasional Perikanan IX
Pengelolaan Laut, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Surabaya 19-22 November 2014

Proses Penyusunan Rencana Pengelolaan
Pentingnya keterlibatan dan peran serta aktif para pihak dalam merencanakan upaya
pengelolaan kawasan, Pemerintah Republik Indonesia melalui Peraturan Menteri Kelautan

dan Perikanan Nomor PER/30/MEN/2010 tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi
Kawasan Konservasi Perairan mewajibkan pelaksanaan konsultasi publik minimal dua kali
harus dilakukan. Kebijakan ini merupakan tanggapan dari paradigma pengelolaan yang
bersifat top down menjadi bersifat bottom up. Mengacu pada peraturan menteri tersebut,
proses penyusunan rencana pengelolaan KKPD Kabupaten Alor dilaksanakan dengan
memperhatikan urgensi dari pelibatan para pihak. Keterlibatan para pihak diharapkan
menghasilkan upaya pengelolaan yang bukan saja baik dalam artian kelengkapan dokumen
tetapi dapat diimplementasikan sebagai langkah nyata pengelolaan kawasan.
Pergeseran paradigma ini sebagai bentuk kepedulian pengelola dalam melihat
kenyataan sering terjadi bahwa masyarakat sebagai pemangku kepentingan sering kurang
mendapat perhatian, padahal sebagaimana telah ditunjukkan oleh Mudita & Natonis (2008)
dalam pengelolaan ketahanan hayati (biosecurity), suatu rencana pengelolaan, betapapun
sempurnanya rencana tersebut, tidak akan menghasilkan apapun bila masyarakat sebagai
pemangku kepentingan utama tidak dilibatkan. Kondisi ini juga sering terjadi dalam
pengelolaan kawasan. Sifat kawasan perairan yang terbuka dan telah muncul persepsi
masyarakat tentang kepemilikan bersama suatu kawasan perairan, menambah permasalahan
tersendiri dalam pengelolaan kawasan yang diharapkan terintegrasi dan dilaksanakan
dengan konsep kolaborasi.
Satu hal yang mendasar pada saat duduk bersama dalam merencanakan dan
memutuskan untuk menetapkan pilihan di antara para pihak adalah kepercayaan antar para

pihak. Tanpa adanya rasa percaya di antara para pihak yang terlibat, maka implementasi
program yang telah disusun sangat rendah keberhasilannya. Kepercayaan yang terbangun
akan terus terjaga apabila kelompok para pihak yang satu melakukan kewajiban yang telah
disepakati, kelompok ini mempercayai pihak lainnya juga melakukan hal yang sama.
Ketika kelompok yang satu memiliki kecurigaan bahwa pihak lain kemungkinan tidak
melakukan beberapa hal yang telah disepakati, maka dinamika kelompok akan mengalami
perubahan menuju kemunduran. Mengacu pada proses pembelajaran yang telah ada,
pengalaman, dan teori-teori tentang bekerja bersama-sama, penyusunan rencana
pengelolaan KKPD Kabupaten Alor diusahakan memenuhi kaidah-kaidah tersebut.
Meskipun pada kenyataannya sangatlah tidak mudah membangun kebersamaan para pihak
dengan pemikiran dan kebiasaan yang berbeda, untuk bekerja dalam kerangka yang sama.
Penyusunan rencana pengelolaan kawasan ini telah dilaksanakan melalui beberapa
tahapan kegiatan meliputi kordinasi, konsultasi dengan para pemangku kepentingan dari
tingkat desa yang berbatasan dengan kawasan hingga tingkat kabupaten. Proses
penyusunan rencana pengelolaan diawali dengan penjaringan dan pengumpulan data dalam
bentuk informasi berkaitan dengan isu-isu prioritas. Penjaringan dan pengumpulan data
tersebut telah dilakukan melalui konsultasi publik dalam bentuk tatap muka, diskusi dengan
teknik diskusi kelompok fokus (FGD) dan konsultasi publik di tingkat kabupaten. Mengacu
pada empat tujuan khusus penyusunan rencana pengelolaan kawasan ini, maka peran serta
para pihak diperlukan untuk menemukenali kondisi saat ini, adanya jarak antara harapan

dan kenyataan (masalah), dan potensi sumberdaya alam yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan, baik kebutuhan pembangunan daerah dan kebutuhan hidup masyarakat.
Makalah disampaikan pada Mini Simposium pada Seminar Nasional Perikanan IX
Pengelolaan Laut, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Surabaya 19-22 November 2014

Berkaitan dengan proses identifikasi isu, maka yang dimaksud dengan identifikasi
isu adalah proses pengumpulan informasi dan penentuan masalah-masalah sumberdaya
pesisir yang ada di sekitar KKPD Kabupaten Alor, sebab dan akibat dari permasalahan dan
penanganan isu yang direkomendasikan dan/atau diusulkan dalam rencana pengelolaan.
Keterlibatan dan partisipasi seluruh para pemangku kepentingan yang mendapatkan nilai
manfaat secara langsung maupun tidak langsung dari kawasan, dimulai sejak tahap
pengidentifikasian isu melalui mekanisme konsultasi publik merupakan awal proses
penyusunan rencana pengelolaan.
Mekanisme konsultasi publik tersebut dilakukan oleh para pemangku kepentingan
didampingi oleh tim fasilitator. Secara sederhana isu pesisir dapat didefinisikan sebagai
suatu kondisi atau keadaan sumberdaya pesisir yang ingin diubah atau diperbaiki oleh
masyarakat dalam konteks pengelolaan. Isu dapat berupa masalah yang ingin dan perlu
ditangani (kerusakan, kekurangan, gangguan, dan lain-lain), konflik (perselisihan, kurang
koordinasi, dan lain-lain) yang perlu diselesaikan di antara masyarakat, dan potensi atau
peluang yang dapat dikembangkan (potensi perikanan, pariwisata, perhubungan, dan lainlain).

Adapun tujuan yang ingin dicapai dengan adanya pengidentifikasian isu oleh para
pemangku kepentingan antara lain sebagai berikut:
1) Mengkaji bersama permasalahan kunci berkaitan dengan pengelolaan kawasan untuk
mendukung pembangunan Kabupaten Alor yang berkelanjutan.
2) Menciptakan rasa kebersamaan kepemilikan program yang dirumuskan dan dituangkan
dalam dokumen rencana pengelolaan KKPD Kabupaten Alor.
3) Mengkaji pemahaman dan padu serasi untuk menyamakan persepsi para pemangku
kepentingan terhadap informasi penting sumberdaya alam dan lingkungan serta
peruntukan kawasan sebagaimana yang akan diatur dalam dokumen rencana zonasi
KKPD Kabupaten Alor.
Proses penyusunan rencana pengelolaan KKPD Kabupaten Alor dilaksanakan oleh
kelompok kerja yang dilegitimasi melalui surat keputusan Bupati. Pada proses penyusunan
tersebut, pokja didampingi oleh fasilitator untuk melakukan analisis isu-isu strategis
berdasarkan hasil FGD dan analisis faktor-faktor strategis menggunakan teknik analisis
SWOT. Berdasarkan hasil pemetaan permasalahan-permasalahan berkaitan dengan
pengelolaan kawasan konservasi perairan daerah (KKPD) Kabupaten Alor dan analisis
faktor-faktor strategis pengelolaan, maka diidentifikasi ada empat isuyang paling strategis
dalam pengelolaan KKPD Kabupaten Alor yaitu:
1) Rendahnya optimalisasi pemanfaatan ruang kawasan dan sumber daya alam yang
memperhatikan kelestarian sumber daya alam dan lingkungan
2) Rendahnya sumber daya pengelolaan KKPD Kabupaten Alor;
3) Belum terintegrasinya semua sektor dan aktor dalam pengelolaan KKPD Kabupaten
Alor.
4) Rendahnya pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam potensial KKPD Alor
untuk kesejahteraan masyarakat Kabupaten Alor;
5) Belum tersedia kelembagaan pengelola kawasan.
Pada tahapan penyusunan rencana pengelolaan, pokja selanjutnya menyusun
dokumen rencana pengelolaan didampingi oleh fasilitator yang disediakan oleh Yayasan
WWF Indonesia. Komponen-komponen yang dituangkan dalam rencana pengelolaan
Makalah disampaikan pada Mini Simposium pada Seminar Nasional Perikanan IX
Pengelolaan Laut, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Surabaya 19-22 November 2014

mengacu pada peraturan yang berlaku berkaitan dengan isian dokumen perencanaan
pengelolaan kawasan konservasi perairan daerah. Komponen-komponen yang dirumuskan
bersama di dalam pokja adalah visi dan misi, tujuan dan sasaran pengelolaan kawasan,
strategi dan kebijakan pengelolaan kawasan, rencana jangka panjang, menengah dan
program kerja tahunan.
Setelah kelengkapan dokumen rencana pengelolaan tersusun selanjutnya dilakukan
konsultasi publik. Konsultasi publik dilakukan dengan mengundang para pihak yang secara
khusus terlibat dalam penyusunan rencana zonasi, dan para pihak lainnya yang terkait
langsung dengan pengelolaan kawasan sebagai hasil identifikasi stakeholders. Pada saat
konsultasi publik ini, program kerja yang terdiri atas strategi umum pengelolaan (jangka
panjang), program pengelolaan (jangka menengah), program teknis jangka pendek
(kewenangan daerah), uraian rencana kegiatan, penanggungjawab dan stakeholders lain,
alokasi anggaran dalam satuan rupiah, dan sumber dana, dipaparkan di awal konsultasi
publik.
Berkaitan dengan program kerja teknis (tahunan) sebagai turunan dari program
kerja jangka pendek, kolom penanggung jawab dan stakeholders lain, alokasi anggaran
(dalam Rp), dan sumber dana, dikosongkan. Tujuan dikosongkannya ketiga kolom tersebut
adalah untuk menampung aspirasi para pihak yang hadir. Pada tahap ini, fasilitator hanya
mengarahkan mendampingi pokja untuk memberikan arahan sebagai contoh memandu
identifikasi penanggungjawab pada program teknis yang dirumuskan, estimasi anggaran
agar dicermati serasional mungkin, dan sumber dana. Sumber dana yang dipilih oleh para
pihak adalah APBN, APBD dan Hibah. Hal ini merupkanan catatan penting bagi
pemerintah Kabupaten Alor untuk selanjutnya menggunakan dokumen ini dalam
mengajukan program kerja SKPD dan anggaran biaya yang paling memungkinkan.
Pada saat kegiatan konsultasi publik berlangsung, para pihak yang hadir dibagi
menjadi beberapa kelompok sesuai dengan 3 strategi yang harus ada sebagaimana tertuang
dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER/30/MEN/2010 tentang
Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan. Strategi jangka panjang
tersebut antara lain 1) penguatan kelembagan, dengan strategi pengelolaan jangka
menengah kawasan, 2) penguatan pengelolaan sumberdaya kawasan, dengan strategi
pengelolaan jangka menengah kawasan, dan 3) penguatan sosial, ekonomi dan budaya,
dengan strategi pengelolaan jangka menengah kawasan.
Para pihak yang telah dikelompokkan menajdi tiga kelompok tersebut selanjutnya
diberi waktu untuk memilih program teknis tahunan, dan mengisi kolom yang kosong
(penanggungjawab dan stakeholders lain, alokasi anggaran dalam satuan rupiah, dan
sumber dana). Setelah keseluruhan kolom terisi, lembaran ditempel pada dinding dan/atau
whiteboard yang tersedia. Tahap selanjutnya adalah menampung aspirasi dan atau
membuka kesempatan diskusi bagi kelompok lain untuk memberikan tanggapan pada salah
satu kelompok. Mekanisme yang digunakan adalah ‘jaga warung’. Mekanisme ini
digunakan untuk lebih memberikan ruang yang luas pada para pihak yang hadir dalam
memebrikan tanggapan atas pekerjaan kelompok lain. Mekanisme ‘jaga warung’
dikembangkan dengan cara, masing-masing kelompok menunjuk perwakilan satu orang
sebagai penjaga warung hasil diskusi kelompok dan menerima anggota kelompok lain yang
menyampaikan pertanyaan dan tanggapan serta saran atas hasil kerja kelompok.
Makalah disampaikan pada Mini Simposium pada Seminar Nasional Perikanan IX
Pengelolaan Laut, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Surabaya 19-22 November 2014

Berdasarkan hasil pengamatan pada saat konsultasi publik dengan mekanisme ‘jaga
warung’ ini menghasilkan beberapa dampak positif antara lain sebagai berikut:
1) Perwakilan kelompok memiliki rasa tanggungjawab atas program yang dipilih dan
penentuan penanggungjawab program dan stakeholders lainnya, alokasi dana dan
sumber dana.
2) Terjadinya komunikasi aktif dua arah ketika, terdapat perwakilan SKPD atau para
pihak yang berasal dari kelompok lain namun juga diputusakan untuk terlibat dalam
kegiatan yang telah dipilih pada kelompok yang dikunjungi.
3) Peluang terhadinya usul saran dimungkinkan lebih banyak terjadi dibandingkan dengan
pemaparan materi masing-masing kelompok. Dengan demikian, terhadi penghematan
waktu, suasana tidak membosankan, dan terjadi pertukaran informasi yang sekaligus
berlaku sebagai sosialisasi program sebelum dokumen ditetapkan untuk digunakan
sebagai acuan pengelolaan kawasan.
Salah satu bagian penyusunan program kerja sebagaimana telah dijelaskan disajikan pada
Lampiran 1.

Keterlibatan Para Pihak dalam Pendanaan Pengelolaan Kawasan
Pendanaan termasuk salah satu komponen yang menjamin implementasi program
kerja pengelolaan kawasan yang telah disusun. Kajian tentang asumsi dana yang diperlukan
untuk pengelolaan KKPD Kabupaten Alor telah dilakukan atas dukungan pembiayaan dari
Yayasan WWF Indonesia. Berdasarkan hasil kajian tersebut pengeluaran rutin setiap tahun
berkisar 3,57 miliar rupiah hingga 5,17 miliar rupiah untuk penghitungan selama 10 tahun
(Pemerintah Kabupaten Alor, 2013). Dana yang dibutuhkan mengacu pada hasil kajian
tersebut tergolong tinggi terlebih untuk dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Alor.
Berkaitan dengan hal ini, maka Pemerintah Kabupaten Alor perlu mengalokasikan
dana mengacu pada rencana pengelolaan yang telah disusun, khususnya pada program kerja
tahunan. Pengalaman menunjukkan bahwa salah satu pembelajaran penting dalam hal
pendanaan adalah rendahnya konektivitas antara program yang telah disusun dengan
mekanisme pengajuan anggaran setiap tahunnya. Berdasarkan hasil diskusi dengan salah
satu staf yang menangani pengajuan anggaran di Bappeda Provinsi NTT, terdapat
perbedaan yang mendasar antara bahasa program yang sifatnya teknis dan bahasa
penganggaran dalam mekanisme pengajuan anggaran. Selain perbedaan nomenklatur
tersebut, penyusunan program juga perlu mengetahui rencana strategis kelembagaan di
tingkat pusat yang memiliki tupoksi pengelolaan kawasan pesisir.
Berkaitan dengan hal ini, maka peran SKPD di daerah yang telah diidentifikasi
memiliki hubungan kerja dengan pengelolaan kawasan sangat dibutuhkan. Berdasarkan
pengalaman tersebut, disadari oleh SKPD di Kabupaten Alor bahwa pengetahuan dan
ketrampilan pengusulan anggaran berdasarkan format yang berlaku di negara ini masih jauh
dari yang diharapkan, sehingga kecenderungan pengajuan anggaran hanya mengikuti
program kerja yang telah disetujui dari tahun ke tahun. Kondisi inilah yang memperkecil
peluang kolaborasi penadanaan dalam pengelolaan KKPD Kabupaten Alor.
Pembelajaran yang didapat dari penyusunan rencana pengelolaan KKPD Kabupaten
Alor, pokja mengajukan permintaan untuk memfasilitasi untuk mengubah nomenklatur
program tahunan menjadi nomenklatur dalam program pengusulan anggaran. Berkaitan
Makalah disampaikan pada Mini Simposium pada Seminar Nasional Perikanan IX
Pengelolaan Laut, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Surabaya 19-22 November 2014

dengan hal ini, pokja melibatkan salah satu staf di Bappeda Provinsi NTT untuk menjadi
fasilitator maksud tersebut. Hal yang menarik untuk menjadi catatan adalah kesediaan
instansi teknis di tingkat provinsi untuk membantu Pemerintah Kabupaten Alor adalah
bentuk peran serta para pihak yang berasal dari lingkungan pemerintahan dalam
penyusunan rencana pengelolaan. Tahap selanjutnya adalah evaluasi implementasi
program, baik program kerja dan pendanaan, untuk selanjutnya dievaluasi kinerja program
dan pendanaan tersebut.

Diskusi Tentang Pelibatan Para Pihak dalam Penyusunan Rencana Pengelolaan
Kawasan Konservasi
Pelibatan para pihak dalam menyusun rencana pengelolaan KKPD Kabupaten Alor
menjadi hal utama untuk menjamin keberhasilan merencanakan kegiatan. Pelibatan para
pihak menjadi pola yang diidolakan oleh berbagai pihak, terlebih pada paradigma
perencanaan yang bersifat bottom up. Beberapa proses masih menggunakan perpaduan
antara mekanisme top down dan bottom up, dengan argumentasi keterbatasan dana, waktu
dan tenaga pendamping. Hingga saat ini, harus disadari bahwa kegiatan yang dilakukan
oleh Ngo sangat memungkinkan untuk menerapkan mekanisme bottom up dalam
merancang suatu kegiatan.
Penerapan mekanisme bottom up ini sangat dimungkinkan ketika fokus kegiatan
tidak lebih dari satu, atau beberapa kegiatan yang terangkai menjadi satu kesatuan kegiatan,
dan dukungan pendanaan yang mencukupi. Meskipun inisiasi kegiatan dilakukan oleh para
Ngo sebagian besar memiliki konsep bottop up, namun pada prakteknya sangat bergantung
pada visi, misi, dan tujuan Ngo tersebut. Salah satu NGo yang bergerak dibidang kelautan
dan perikanan yang bekerja di Kabupaten Alor adalah Yayasan WWF Indonesia.
Berdasarkan hasil pengamatan, yayasan ini telah lama melakukan pendekatan dengan
masyarakat sejak awal rencana pencadangan perairan Kabupaten Alor menjadi kawasan
konservasi perairan daerah.
Berdasarkan hasil diskusi lepas dengan perwakilan masyarakat yang berada di
sekitar zona inti di kawasan konservasi, mereka mengakui kerap kali melakukan
penangkapan ikan dengan cara-cara yang tidak ramah lingkungan, diantaranya
menggunakan bom dan racun. Mereka melakukan hal ini dengan pertimbangan bahwa laut
menyimpan potensi sumberdaya ikan yang sangat besar mengingat laut cukup luas dan
merupakan milik bersama. Pandangan tentang kepemilikan bersama muncul ketika
pengelolaan laut tidak sama dengan pengelolaan daratan yang memiliki bukti kepemilikan
tanah yang jelas. Oleh karena itu, tragedi kepemilikan bersama telah memunculkan konflik
kepentingan diantara para pihak yang baik langsung maupun tidak langsung memanfaatkan
sumberdaya yang ada di lokasi yang sama.
Kehadiran Yayasan WWF Indonesia, tidak serta merta diterima oleh masyarakat.
Pendekatan yang dirancang menggunakan teknik tertentu dengan durasi waktu yang
panjang, akhirnya diakui oleh mereka mampu mengubah pola pikir mereka. Perubahan pola
pikir tersebut selanjutnya secara alami mengubah prilaku dan pemahaman mereka tentang
perlunya menjaga kelestarian sumberdaya ikan dan lingkungan. Berdasarkan beberapa
teori, kepercayaan atau dikenal dengan thrust (Bahasa Inggris) merupakan salah satu modal
sosial. Ney tolong bantu teorinya ya….
Makalah disampaikan pada Mini Simposium pada Seminar Nasional Perikanan IX
Pengelolaan Laut, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Surabaya 19-22 November 2014

Ketika masyarakat telah memiliki rasa percaya diri untuk dilibatkan dan berperan
aktif, maka kegiatan pelibatan mereka dapat dilaksanakan. Berdasarkan pengamatan pada
saat penjaringan isu-isu strategis dan permasalahan-permasalahan di wilayah pesisir, justeru
merekalah yang mengemukakan bahwa masih adanya praktek penangkapan ikan tidak
ramah lingkungan. Hal itu dikarenakan pengetahuan masyarakat masih rendah tentang
pentingnya menjaga kelestarian sumberdaya ikan dan lingkungannya. Kondisi ini
diperparah dengan penegakan hukum yang belum sebagaimana diharapkan. Masyarakat
memiliki pertanyaan apabila orang lain melakukan hal yang sama dan kurang mendapatkan
sangsi maka apa yang dilakukan orang tersebut dapat juga mereka lakukan.

Penutup

Ucapan Terima Kasih

Daftar Pustaka

Makalah disampaikan pada Mini Simposium pada Seminar Nasional Perikanan IX
Pengelolaan Laut, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Surabaya 19-22 November 2014

Lampiran 1.

Sebagian dari Strategi Pengelolaan Jangka Panjang, Program Pengelolaan Jangka Menengah dan
Program Teknis Jangka Pendek dalam Pengelolaan KKPD Kabupaten Alor berdasarkan
Penanggungjawab, Alokasi Anggaran dan Sumber Dana yang telah diputuskan dipilih oleh para pihak
dalam konsultasi publik dokumen rencana pengelolaan KKPD Kabupaten Alor pada tahun 2012
(Pemerintah Kabupaten Alor, 2013)..

STRATEGI UMUM
PROGRAM
PENGELOLAAN
PENGELO(JANGKA
LAAN JANGKA
PANJANG)
MENENGAH
Penguatan
pengelolaan
sumberdaya kawasan

Perlindungan
habitan dan
populasi ikan

Pemanfaatan
sumberdaya ikan

PROGRAM TEKNIS
JANGKA PENDEK
(KEWENANGAN
DAERAH)

URAIAN RENCANA
KEGIATAN

- Program Rehabilitasi
dan Pemulihan
Cadangan Sumber daya
Alam

- Identifikasi lokasi-lokasi
di sekitar kawasan yang
belum pernah dilakukan
kegiatan sosialisasi tentang
terumbu karang
- Sosialisasi fungsi dan
peranan terumbu karang
bagi kelestarian perairan
(langsung, dan media
cetak)
- Identifikasi lokasi-lokasi
sesuai untuk pembuatan
tambatan perahu yang
tidak merusak kawasan
terumbu karang
- Program Pengendalian
- Soialisasi dilakukan oleh
Pencemaran dan PeruSKPD &kelompok
sakan Lingkungan Hidup masyarakat yang telah
memiliki kesadaran dan
- Program pemberdayaan
keberhasilan melindungi
masyarakat dalam
kawasan di sekitar hunian
pengawasan dan
dengan dana bantuan dari
pengendalian
instansi terkait
sumberdaya kelautan
- Program Pembangunan - Penyediaan tambatan
Prasarana dan Fasilitas
perahu dan budidaya

Makalah disampaikan pada Mini Simposium pada Seminar Nasional Perikanan IX
Pengelolaan Laut, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Surabaya 19-22 November 2014

PENANGGUNGJAWAB
DAN

ALOKASI
ANGGARAN
(dalam Rp)

SUMBER
DANA

STAKEHOLDERS

LAIN
BLHD, DKP,
Kecamatan dan
Pemerintah Desa,
Forum Masyarakat
Nelayan, BKSDA, LSM
BLHD,DKP, , Dinas
Budpar, Kecamatan dan
Pemerintah
Desa/Kelurahan, Dinas
Perhubungan, LSM
BLHD, DKP, Dinas
Perhubungan, LSM

200.000.00
0

APBN,
APBD,
Hibah

200.000.00
0

APBN,
APBD,
Hibah

50.000.000

APBN,
APBD,
Hibah

BLHD, DKP,
Kecamatan dan
Pemerintah Desa/
Kelurahan, Pokmaswas

110.000.00
0

APBN,
APBD,
Hibah

Dinas Perhubungan,
DKP

400.000.000

APBN,
APBD,

STRATEGI UMUM
PROGRAM
PENGELOLAAN
PENGELO(JANGKA
LAAN JANGKA
PANJANG)
MENENGAH

PROGRAM TEKNIS
JANGKA PENDEK
(KEWENANGAN
DAERAH)

URAIAN RENCANA
KEGIATAN

PENANGGUNGJAWAB
DAN

ALOKASI
ANGGARAN
(dalam Rp)

SUMBER
DANA

STAKEHOLDERS

LAIN
Penguatan
Pemanfaatan
pengelolaan
sumberdaya ikan
sumberdaya kawasan

-

-

-

-

-

-

-

Penguatan sosial,
ekonomi, budaya

Pengembangan
sosial masyarakat

Perhubungan
Program Peningkatan
Kualitas Kelembagaan
Koperasi
Program penciptaan
iklim Usaha Kecil
Menengah yang kondusif
Program Pengembangan
Sistem Pendukung
Usaha Bagi Usaha Mikro
Kecil Menengah
Program Peningkatan
Efisiensi Perdagangan
Dalam Negri
Program Pengembangan
Industri Kecil dan
Menengah
Program Pengembangan
Sistem Pendukung
Usaha Bagi Usaha Mikro
Kecil Menengah
Program Wajib Belajar
Pendidikan Dasar
Sembilan Tahun

- Program Wajib Belajar
Pendidikan Dasar
Sembilan Tahun
- Program Peningkatan
Mutu Tenaga
Kependidikan

perairan
- Pembentukan koperasi
nelayan

Koperasi, DKP, LSM

500.000.000

- Pendampingan
pembentukan usaha kecil
menengah

UKM, Koperasi,
DKP,, LSM

100.000.000

- Pelatihan akses pasar dan
akses permodalan

Perindustrian &
Perdagangan,Koperasi,
DKP , LSM
UKM,DKP, Koperasi,
LSM

200.000.000

UKM,DKP, Koperasi,
LSM

100.000.000

- Pembinaan usaha produksi
perikanan berorientasi
pasar
- Pengembangan sistem
pemasaran usaha
perikanan
- Penilaian kebutuhan
sekolah dasar dan/atau
prasarana penunjang
kegiatan belajar mengajar
- Pengusulan anggaran
untuk pemenuhan
kebutuhan sarana dan
prasarana
- Perekrutan guru sesuai
dengan ratio ideal

Makalah disampaikan pada Mini Simposium pada Seminar Nasional Perikanan IX
Pengelolaan Laut, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Surabaya 19-22 November 2014

100.000.000

Hibah
APBN,
APBD,
Hibah
APBN,
APBD,
Hibah

APBN,
APBD,
Hibah
APBN,
APBD,
Hibah
APBN,
APBD,
Hibah

Dinas PPO, Komite
Sekolah, Masyarakat

100.000.000

DPA Dinas
PPO, APBN,
APBD, Hibah,

Dinas PPO, Komite
Sekolah, Masyarakat

10.000.000

Dinas PPO, Komite
Sekolah, Masyarakat

250.000.000

DPA Dinas
PPO, APBN,
APBD, Hibah,
Swadaya Msy
DPA Dinas
PPO, APBN,
APBD, Hibah,

STRATEGI UMUM
PROGRAM
PENGELOLAAN
PENGELO(JANGKA
LAAN JANGKA
PANJANG)
MENENGAH
Penguatan sosial,
ekonomi, budaya

Pengembangan
sosial masyarakat

Pemberdayaan
masyarakat

Penguatan sosial,
ekonomi, budaya

Pemberdayaan
masyarakat

PROGRAM TEKNIS
JANGKA PENDEK
(KEWENANGAN
DAERAH)

URAIAN RENCANA
KEGIATAN

- Program Pendidikan
- Pengusulan anggaran
Anak Usia Dini
penyusunan bahan ajar
- Program Wajib Belajar
berbasis kompetensi
Pendidikan Dasar
kelestarian kawasanuntuk
Sembilan Tahun
SD
- Program Pendidikan Non - Penyusunan tim penyusun
Formal
bahan ajar pengelolaan
- Program Pendi-dikan
kawasan konservasi untuk
Luar Biasa
SD
- Penyusunan materi dan
perijinan serta
penggandaan bahan aja
- Program Rehabilitasi
- Pelatihan penilaian
dan Pemulihan
kesehatan terumbu karang,
Cadangan Sumber daya
keanekaragaman kawasan
Alam
mangrove dan padang
lamun
- Program Perlindungan - Sosialisasi pada
dan Konservasi Sumber
masyarakat di daerah lebih
Daya Alam
tinggi tentang kawasan
- Program pemberdayaan
koservasi, pemantauan,
masyarakat dalam
pengelolaan dan
pengawasan dan
pengawasan
pengendalian
- Pelibatan masyarakat
sumberdaya kelautan
dalam musrenbangdus
- Program pengembangan
dalam menilai kebutuhan
perikanan tangkap
dalam kegiatan
pengelolaan kawasan
konservasi

Makalah disampaikan pada Mini Simposium pada Seminar Nasional Perikanan IX
Pengelolaan Laut, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Surabaya 19-22 November 2014

PENANGGUNGJAWAB
DAN

ALOKASI
ANGGARAN
(dalam Rp)

SUMBER
DANA

STAKEHOLDERS

LAIN
Dinas PPO, Komite
Sekolah

10.000.000

APBD, APBN

10.000.000

APBD, APBN

Dinas PPO, DKP,
Perguruan Tinggi

250.000.000

APBD,
APBN, Hibah

DKP, BLHD, LSM,
Perguruan Tinggi,
Masyarakat

150.000.000

APBD,
APBN, Hibah

BLHD, Dinas
Kehutanan, DKP, Dinas
Perkebunan

150.000.000

APBD, APBN

BPMD, Pemerintah
Desa, LPD

100.000.000

APBD, APBN

Dinas PPO, Komite
Sekolah