T2__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Standar Perpustakaan di SD Kristen 04 Eben Haezer Salatiga T2 BAB I
Bab I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
Perpustakaan
memiliki
peran
penting
dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini dinyatakan di
dalam Konsideran Undang-Undang Perpustakaan nomor 43
tahun 2007
yang menyatakan bahwa
mencerdaskan kehidupan bangsa
wahana
belajar
sepanjang
dalam rangka
perpustakaan sebagai
hayat
memiliki
peran
mengembangkan potensi masyarakat agar menjadi manusia
seperti yang dicita-citakan oleh Undang-Undang Dasar
tahun 1945,
Konsideran
Undang-Undang
no
43
tahun
2007
menyatakan bahwa dalam rangka meningkatkan kecerdasan
kehidupan bangsa, perlu ditumbuhkan budaya gemar
membaca
melalui
perpustakaan
konsideran
pengembangan
sebagai
menyatakan
sumber
bahwa
dan
pendayagunaan
informasi
.Selain
perpustakaan
itu
berperan
sebagai wahana pelestarian kekayaan budaya bangsa.
Perpustakaan memiliki peran yang lain seperti yang
dinyatakan dalam pasal 3 UU nomor 43 tahun 2007 yaitu
sebagai
wahana
pendidikan,
penelitian,
pelestarian,
informasi, dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan
dan keberdayaan bangsa. Berkaitan dengan fungsinya
tersebut
perpustakaan
bertujuan
memberikan
layanan
kepada pemustaka, meningkatkan kegemaran membaca,
serta
memperluas
wawasan
dan
pengetahuan
untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa (pasal 4).
1
Perpustakaan sekolah menurut Basuki,dkk.,
(2010)
memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Menjadi pusat layanan bahan-bahan pustaka bagi
siswa dan guru.
b. Memberikan
bimbingan
bimbingan
langsung
membaca
maupun
baik
tidak
berupa
langsung
ataupun kelompok.
c. Sebagai pengikat pengalaman belajar siswa di sekolah.
Untuk dapat mendukung peran perpustakaan seperti
yang telah diuraikan di atas maka perpustakaan, termasuk
di dalamnya perpustakaan sekolah, perlu dikelola dengan
baik dan secara profesional. Bahkan UU no 43 tahun 2007
menyatakan
bahwa
setiap
sekolah/madrasah
wajib
menyelenggarakan perpustakaan yang memenuhi standar
nasional perpustakaan dengan memperhatikan Standar
Nasional Pendidikan.(pasal 23 )
Dalam
kenyataan
perpustakaan
sekolah
di
lapangan,
belum
manajemen
seperti
yang
diharapkan.Basuki (2010) melihat adanya permasalahan
dalam memaknai perpustakaan sekolah,
yaitu menunjuk
pada sejumlah koleksi buku dan menunjuk kepada lokasi
tersimpannya buku-buku tersebut. Permasalahan yang
dimaksud adalah terdapat sejumlah buku yang disimpan di
almari atau kantor dan itu disebut perpustakaan. Atau
masalah lain adalah ada ruangan yang digunakan untuk
menyimpan
buku
tapi
ruangan
tersebut
bukan
perpustakaan. Dengan kata lain buku-buku belum dikelola
dengan
baik.
Basuki, (2010)
Permasalahan
yang
lain
menurut
adalah tidak adanya tenaga khusus yang
diberi tugas untuk untuk mengelola koleksi yang ada.
2
Darmono
(2007)
dalam
penelitiannya
menyatakan
secara umum kelembagaan perpustakaan sekolah masih
mengalami kendala yang disebabkan berbagai faktor sebagai
berikut:
1. Belum
dipikirkannya
posisi
pepustakaan
sekolah
sebagai unit yang strategis dalam menunjang proses
pembelajaran di sekolah.
2. Minimnya
dana
operasional
pengelolaan
dan
pembinaan perpustakaan sekolah.
3. Terbatasnya sumber daya manusia, yang mampu
mengelola dan mengembangkan perpustakaan sebagai
sumber belajar bagi siswa dan guru.
4. Lemahnya koleksi perpustakaan sekolah.
5. Minat
baca
siswa
menggembirakan,
yang
walaupun
masih
belum
pemerintah
telah
mencanangkan berbagai program seperti bulan buku
nasional, hari aksara, wakaf buku, dan sebagainya.
6. Kepedulian penentu kebijakan terhadap perpustakaan
masih kurang.
7. Masih
kurangnya
sarana
dan
prasarana
yang
diperlukan termasuk ruang perpustakaan sekolah.
8. Belum
adanya
jam
perpustakaan
sekolah
yang
terintegrasi dengan kurikulum.
9. Kegiatan
belajar
mengajar
belum
memanfaatkan
perpustakaan secara maksimal.
Berkaitan
dengan
pengembangan
perpustakaan
Kahar (2009) menyatakan bahwa tanggung jawab untuk
mengembangkan
dibebanka
dibutuhkan
perpustakaan
kepada
pihak
kekuatan
sekolah,
sekolah
sinergis
tidak
semata.
yang
terdiri
hanya
Untuk
itu
dari
tiga
3
komponen
utama,
yaitu
pemerintah,
sekolah,
dan
masyarakat.Menurut Kahar (2009),perhatian pemerintah
daerah terhadap pengembangan perpustakaan sekolah di
Sumatra Utara masih kurang. Di daerah Medan Marelan
terdapat 22 SD Negeri, hanya 9 SD saja yang memiliki
perpustakaan sekolah itupun belum dikelola dengan baik.
Sehubungan dengan itu strategi utama yang dilakukan
pemerintah
daerah
pemerintah.
sungguh
adalah
Diharapkan
mengagendakan
harus
ada
pemerintah
“goodwill”
dengan
pembangunan
dari
sunguh-
perpustakaan
sekolah menjadi prioritas melalui penyususun kebijakan
tentang pengembangan perpustakaan sekolah di daerah
(Kahar, 2009).
Kahar (2009) dalam penelitiannya menyatakan strategi
yang
dilakukan
oleh
kepala
sekolah
di
dalam
mengikutsertakan partisipasi masyarakat dalam membantu
pengembangan
menjembatani
perpustakaan
sekolah
sekolah
dengan
adalah
masyarakat
dalam
(1)
hal
pengumpulan dana dari orang tua yang mampu dan alumni
untuk melengkapi sarana dan prasarana; (2) Memobilisasi
bantuan
masyarakat
untuk
memenuhi
pengembangan
perpustakaan sekolah, terutama mengadakan link ke BUMN,
industri/pelaku bisnis yang ada di daerah (Kahar, 2009).
Unsur masyarakat yang terkait dengan pengembangan
perpustakaan sekolah, terdiri dari orang tua/wali peserta
didik, tokoh pendidikan, pelaku bisnis/industri, alumni
peserta didik. Strategi yang dilakukan terhadap unsurunsur masyarakat tersebut adalah kepala sekolah harus
menggugah
masyarakat
untuk
memberikan
kontribusi
secara lansung. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam
4
pengembangan perpustakaan sekolah bukan karena ketidak
pedulian mereka, akan tetapi lebih banyak disebabkan oleh
kurangnya pendekatan dan sosialisasi kepala sekolah akan
pentingnya perpustakaan sekolah dalam meningkatkan
pengetahuan dan minat baca peserta didik.
Di Salatiga, khususnya di Kecamatan Tingkir juga
terdapat permasalahan berkaitan dengan perpustakaan
sekolah khususnya berkaitan dengan manajemen. Dalam
rapat kerja Perpustakaan Daerah dengan Kepala Sekolah
Dasar se kota Salatiga
pada Senin tanggal 16 Desember
2013 yang dihadiri kurang lebih 60 kepala sekolah dasar seKecamatan Tingkir dan Argomulya diutarakan berbagai
permasalahan perpustakaan sekolah sebagai berikut:
a. Belum ada satu pun sekolah dasar negeri yang berada
di kota Salatiga yang memiliki pustakawan yang
memiliki
kompetensi
Undang-Undang
seperti
no
47
yang
tahun
dituntut
2007
oleh
tentang
Perpustakaan.
b. Tugas sebagai petugas perpustakaan diampu oleh
guru yang diberi tugas tambahan
c. Tenaga perpustakaan di sekolah tidak memiliki dasar
pengetahuan dan keterampilan tentang pengelolaan
perpustakaan.
d. Pengelolaan
perpustakaan
belum
sesuai
dengan
standar yang ditetapkan oleh UU Perpustakaan
SD Kristen 04 Eben Haezer Salatiga merupakan salah
satu
sekolah
dasar
di
kota
Salatiga
yang
memiliki
perpustakaan namun belum dikelola dengan baik. Bahkan
selama
ini
perpustakaan
belum
difungsikan
untuk
mendukung pelaksanaan kurikulum. Kondisi di atas belum
5
sesuai dengan tuntutan dari Undang-Undang no 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, terutama pasal
45 yang menyatakan bahwa setiap satuan pendidikan
formal dan non formal menyediakan sarana dan prasarana
yang memenenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan,
intelektual, sosial, emosional dan kejiwaan peserta didik
(Prastowo, 2012).
Tuntutan adanya perpustakaan sekolah pada setiap
satuan pendidikan seperti yang dituntut Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional no 20
tahun 2003 lebih
dipertegas dalam Peraturan Pemerintah no 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 42 dan 43
mengenai Standar Sarana dan Prasarana. Pada dasarnya,
pasal tersebut mengatur bahwa setiap satuan pendidikan
wajib memiliki sarana. Salah satu sarana yang utama
adalah buku dan sumber belajar. Selain itu, sekolah juga
wajib memiliki prasarana, salah satunya adalah ruang
perpustakaan. Lebih lanjut pasal 43 mengatur tentang
standar
buku
perpustakaan,
perpustakaan,
standar
jumlah
standar
buku
jumlah
teks
buku
pelajaran,
kelayakan isi, bahasa, penyajian dan grafika buku teks
pelajaran serta standar sumber belajar lainnya (Prastowo,
2012).
SD Kristen 04 Eben Haezer sebagai salah satu satuan
pendidikan dalam wilayah hukum Indonesia wajib tunduk
melaksanakan
ketentuan
undangan
atas.
di
dalam
Oleh
peraturan
karena
itu
perundang-
pengembangan
perpustakaan di SD Kristen 04 Eben Haezer penting untuk
dilaksanakan
supaya
satuan
pendidikan
memiliki
6
perpustakaan
sesuai
dengan
ketentuan
perundang-
undangan.
Untuk mengetahui kondisi perpustakaan SD Kristen 04
Eben Haezer peneliti mengumpulkan data melalui pengisian
evaluasi
diri
yang
mengadopsi
instrumen
lomba
perpustakaan tingkat kota Salatiga tahun 2013.Setelah
dilakukan
evaluasi
diri
yang
diisi
oleh
pihak
sekolah,diperoleh data secara umum kondisi perpustakaan
di SD Kristen 04 Eben Haezer melalui tabel Evaluasi Diri di
bawah ini:
Tabel 1.1.Skor Evaluasi Diri Perpustakaan
SD Kristen 04 Eben Haezer
No
Aspek
Jum
Skor
Skor
Perole
Prosent
ase
lah
terti
han
butir
nggi
Skor
Kesenjangan
Manaje
1.
men
Perpusta
21
1-10
210
60
28,56%
71,44%
7
1-10
70
35
50%
50%
11
1-10
110
32
29,09%
70,91%
12
1-10
120
87
72,5%
27,5%
6
1-10
60
6
10%
90%
kaan
Pengelol
2.
aan
buku
Administ
3.
rasi
Perpusta
kaan
Ruang
dan
4.
kelengka
pan
perpusta
kaan
5.
Pembina
7
an dan
pengemb
angan
minat
baca
Jumlah
570
220
Prosentase Perolehan Skor
: ( 220 :570) X 100 % = 38,59%
Tingkat Kesenjangan
: 100 % - 38,59% = 61,41%
Tingkat kesenjangan kondisi perpustakaan SD Kristen
04
Eben
Haezer
bila
dibandingkan
dengan
kondisi
perpustakaan menurut instrumen lomba perpustakaan
diketahui dengan cara sebagai berikut:
a.
Menghitung prosentase total
perolehan dengan
cara membagi jumlah skor yang diperoleh dengan
jumlah
skor
maksimal
prosentase
dikalikan
100%.Hasil
keseluruhan
adalah
(220 : 570) x 100% = 38,59%.
b.
Langkah
berikutnya
adalah
menghitung
prosentase kesenjangan yaitu 100% - 38,59% =
61,41%.
Dengan
demikian
tingkat
kesenjangan
kondisi perpustakaan SD Kristen 04 Eben Haezer
dibandingkan
dengan
berdasarkan
instrument
kondisi
perpustakaan
lomba
perpustakaan
sekolah adalah 61,41% .
Berdasarkan evaluasi diri di atas diperoleh gambaran
bahwa SD Kristen 04 Eben Haezer sebenarnya memiliki
sarana dan prasarana perpustakaan, khusunya yang berupa
gedung
dan
koleksi
buku
yang
memadai.
Gedung
8
perpustakaan
memiliki
luas
30
meter
persegi
dan
merupakan bantuan Dana Alokasi Khusus Pemerintah
Daerah kota Salatiga tahun 2008. Gedung perpustakaan
juga dilengkapi dengan mebelair yang memenuhi syarat
untuk digunakan di perpustakaan, bahkan juga dilengkapi
dengan komputer bantuan pemerintah.
Permasalahan yang terjadi di SD Kristen 04 Eben
Haezer adalah sejak didirikan perpustakaan tidak dikelola
sebagaimana mestinya. Bahkan pada tahun pelajaran 2012
/2013 dan 2013/2014 tidak membuka pelayanan terhadap
para siswa. Selain itu penataan ruang tidak teratur. Meja
dan kursi untuk perpustakaan tidak diatur dengan baik.
Meja pelayanan masih terbengkelai. Ruang baca harus
berbagi, karena sebagian ruangan akan digunakan untuk
ruang komputer.
Berdasarkan
wawancara
dengan
kepala
sekolah
diperoleh informasi bahwa pengelolaan perpustakaan tidak
dapat berjalan sebegaimana mestinya karena tidak adanya
petugas khusus yang diberi tugas mengelola perpustakaan.
Jumlah tenaga pendidik dan kependidikan yang kurang
tidak
memungkinkan
bagi
kepala
sekolah
untuk
menugaskan guru maupun tenaga kependidikan untuk
mengelola perpustakaan.
Berdasarkan data di atas maka kesenjangan yang
ditemukan dan harus ditindak lanjuti, yaitu:
a. Manajemen
perpustakaan
belum
dilaksanakan
dengan baik, baru sebatas pada tersedianya gedung,
mebelair,
komputer
dan
koleksi.
Kegiatan
yang
berkaitan dengan pelayanan terhadap warga sekolah
9
belum
dilaksanakan,
termasuk
pengadaan
infra
strukturnya
b. Pengelolaan terhadap buku sudah berjalan, namun
katalogisasi belum dilaksanakan
c. Administrasi perpustakaan belum diselenggarakan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
d. Kegiatan
dalam
pengembangan
rangka
minat
baca
pembinaan
sama
sekali
dan
belum
dilaksanakan.
Skema pengembangan perpustakaan yang saat ini
dikembangkan di SD Kristen 04 Eben Haezer akan peneliti
uraikan
dengan
membandingkan
pengembangan perpustakaan menurut
dengan
upaya
Naskah Akademis
Perpustakaan ‘
Menurut
Naskah
Akademis
Perpustakaan
pengembangan dan pemberdayaan perpustakaan
komponen-komponen: (1) Organisasi, terdiri dari
upaya
meliputi
bagian
pengembangan koleksi, pengolahan bahan pustaka, layanan
perpustakaan, dan unit pendukung; (2) Sarana/prasarana
meliputi gedung, perabotan dan peralatan, ruang kerja dan
layanan,
fasilitas
umum,
papan
informasi,
sarana
komunikasi dan teknologi informasi; (3) Sumberdaya terdiri
dari tenaga pengelola dan pelaksana, anggaran, koleksi
bahan perpustakaan, dan regulasi perpustakaan; (4) Sistem
manajemen meliputi kebijakan dan atau panduan mutu,
prosedur kerja, instruksi kerja, dokumen pendukung kerja,
dan dokumen kontrol atau standar; dan (5) Kelembagaan
yang terdiri dari lembaga pendiri/penyelenggara, pengelola
dan pelaksana, pengguna dan pemerhati perpustakaan,
10
serta regulator dibidang perpustakaan. Kelima komponen
tersebut merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Tertinggalnya satu komponen dan atau sub komponen
tersebut berpengaruh terhadap kekuatan lembaga dalam
pengembangan fungsi pengembangan perpustakaan.
Selain komponen-komponen di atas,menurut Naskah
Akademis
Perpustakaan,dalam
mengembangkan
perpustakaan masih ada aspek lain yang perlu diperhatikan
meliputi
aspek
(1)Penguatan
kelembagaan
status,sumberdaya
dan
perpustakaan
prasarana,sistem
(dari
akses
informasi dan sistem manajemen),(2) Peningkatan kebiasaan
membaca/minat
baca
masyarakat
(sebagai
prasyarat
terbentuknya budaya belajar sepanjang hayat),dan (3)
Peningkatan
persepsi
dan
kepercayaan
masyarakat
terhadap perpustakaan.
Aspek-aspek pengembangan perpustakaan menurut
Naskah Akademis bila diparalelkan dengan instrument
lomba perpustakaan kota Salatiga yang digunakan sebagai
alat evaluasi diri adalah sebagai berikut:
Tabel 1.2.Perbandingan Naskah Akademis
dengan Instrumen Lomba Perpustakaan
No.
1.
2.
Naskah Akademis
RUU no 43 tahun
2007
Organisasi
Kelembagaan
Sarana Prasarana
3.
4.
Sistem Manajemen
Instrumen lomba
perpustakaan kota
Salatiga
Pengelolaan buku
Manajemen
Perpustakaan
Ruang dan
kelengkapan
perpustakaan
Pembinaan dan
Pengembangan Minat
Skor
50 %
28,56 %
72,56 %
10 %
11
Baca
Administrasi
perpustakaan
Sumber Daya
5.
29,09 %
Pengembangan perpustakaan yang dijalankan di SD
Kristen 04 Eben Haezer pada saat ini bila disusun menjadi
skema sebagai berikut:
Gambar 1.1. Skema Pengembangan Perpustakaan di SD Kristen 04
Eben Haezer Salatiga
Berdasarkan data-data di atas maka di SD Kristen 04
Eben
Haezer
Salatiga
perlu
dikembangkan
model
perpustakaan yang memenuhi standar,yaitu sesuai dengan
pasal 23 Undang-undang nomor
43 tahun 2007 tentang
perpustakaan.
1.2
Rumusan masalah
Dengan memperhatikan kondisi perpustakaan di SD
Kristen 04 Eben Haezer maka rumusan masalah dalam
12
penelitian
ini
adalah
bagaimana
model
standar
perpustakaan yang sesuai diterapkan pada SD Kristen 04
Eben Haezer?
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah membuat model standar
perpustakaan yang sesuai diterapkan pada SD Kristen 04
Eben Haezer.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis penelitian ini yaitu informasi dan data
penelitian ini dapat membantu meningkatkan pemahaman
tentang pengembangan perpustakaan sekolah.
Sedangkan manfaat praktis penelitian ini adalah hasil
penelitian ini dapat dijadikan dasar dalam melaksanakan
pengembangan perpustakaan di SD Kristen 04 Eben Haezer
Salatiga .
13
1.1 Latar Belakang Masalah
Perpustakaan
memiliki
peran
penting
dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini dinyatakan di
dalam Konsideran Undang-Undang Perpustakaan nomor 43
tahun 2007
yang menyatakan bahwa
mencerdaskan kehidupan bangsa
wahana
belajar
sepanjang
dalam rangka
perpustakaan sebagai
hayat
memiliki
peran
mengembangkan potensi masyarakat agar menjadi manusia
seperti yang dicita-citakan oleh Undang-Undang Dasar
tahun 1945,
Konsideran
Undang-Undang
no
43
tahun
2007
menyatakan bahwa dalam rangka meningkatkan kecerdasan
kehidupan bangsa, perlu ditumbuhkan budaya gemar
membaca
melalui
perpustakaan
konsideran
pengembangan
sebagai
menyatakan
sumber
bahwa
dan
pendayagunaan
informasi
.Selain
perpustakaan
itu
berperan
sebagai wahana pelestarian kekayaan budaya bangsa.
Perpustakaan memiliki peran yang lain seperti yang
dinyatakan dalam pasal 3 UU nomor 43 tahun 2007 yaitu
sebagai
wahana
pendidikan,
penelitian,
pelestarian,
informasi, dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan
dan keberdayaan bangsa. Berkaitan dengan fungsinya
tersebut
perpustakaan
bertujuan
memberikan
layanan
kepada pemustaka, meningkatkan kegemaran membaca,
serta
memperluas
wawasan
dan
pengetahuan
untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa (pasal 4).
1
Perpustakaan sekolah menurut Basuki,dkk.,
(2010)
memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Menjadi pusat layanan bahan-bahan pustaka bagi
siswa dan guru.
b. Memberikan
bimbingan
bimbingan
langsung
membaca
maupun
baik
tidak
berupa
langsung
ataupun kelompok.
c. Sebagai pengikat pengalaman belajar siswa di sekolah.
Untuk dapat mendukung peran perpustakaan seperti
yang telah diuraikan di atas maka perpustakaan, termasuk
di dalamnya perpustakaan sekolah, perlu dikelola dengan
baik dan secara profesional. Bahkan UU no 43 tahun 2007
menyatakan
bahwa
setiap
sekolah/madrasah
wajib
menyelenggarakan perpustakaan yang memenuhi standar
nasional perpustakaan dengan memperhatikan Standar
Nasional Pendidikan.(pasal 23 )
Dalam
kenyataan
perpustakaan
sekolah
di
lapangan,
belum
manajemen
seperti
yang
diharapkan.Basuki (2010) melihat adanya permasalahan
dalam memaknai perpustakaan sekolah,
yaitu menunjuk
pada sejumlah koleksi buku dan menunjuk kepada lokasi
tersimpannya buku-buku tersebut. Permasalahan yang
dimaksud adalah terdapat sejumlah buku yang disimpan di
almari atau kantor dan itu disebut perpustakaan. Atau
masalah lain adalah ada ruangan yang digunakan untuk
menyimpan
buku
tapi
ruangan
tersebut
bukan
perpustakaan. Dengan kata lain buku-buku belum dikelola
dengan
baik.
Basuki, (2010)
Permasalahan
yang
lain
menurut
adalah tidak adanya tenaga khusus yang
diberi tugas untuk untuk mengelola koleksi yang ada.
2
Darmono
(2007)
dalam
penelitiannya
menyatakan
secara umum kelembagaan perpustakaan sekolah masih
mengalami kendala yang disebabkan berbagai faktor sebagai
berikut:
1. Belum
dipikirkannya
posisi
pepustakaan
sekolah
sebagai unit yang strategis dalam menunjang proses
pembelajaran di sekolah.
2. Minimnya
dana
operasional
pengelolaan
dan
pembinaan perpustakaan sekolah.
3. Terbatasnya sumber daya manusia, yang mampu
mengelola dan mengembangkan perpustakaan sebagai
sumber belajar bagi siswa dan guru.
4. Lemahnya koleksi perpustakaan sekolah.
5. Minat
baca
siswa
menggembirakan,
yang
walaupun
masih
belum
pemerintah
telah
mencanangkan berbagai program seperti bulan buku
nasional, hari aksara, wakaf buku, dan sebagainya.
6. Kepedulian penentu kebijakan terhadap perpustakaan
masih kurang.
7. Masih
kurangnya
sarana
dan
prasarana
yang
diperlukan termasuk ruang perpustakaan sekolah.
8. Belum
adanya
jam
perpustakaan
sekolah
yang
terintegrasi dengan kurikulum.
9. Kegiatan
belajar
mengajar
belum
memanfaatkan
perpustakaan secara maksimal.
Berkaitan
dengan
pengembangan
perpustakaan
Kahar (2009) menyatakan bahwa tanggung jawab untuk
mengembangkan
dibebanka
dibutuhkan
perpustakaan
kepada
pihak
kekuatan
sekolah,
sekolah
sinergis
tidak
semata.
yang
terdiri
hanya
Untuk
itu
dari
tiga
3
komponen
utama,
yaitu
pemerintah,
sekolah,
dan
masyarakat.Menurut Kahar (2009),perhatian pemerintah
daerah terhadap pengembangan perpustakaan sekolah di
Sumatra Utara masih kurang. Di daerah Medan Marelan
terdapat 22 SD Negeri, hanya 9 SD saja yang memiliki
perpustakaan sekolah itupun belum dikelola dengan baik.
Sehubungan dengan itu strategi utama yang dilakukan
pemerintah
daerah
pemerintah.
sungguh
adalah
Diharapkan
mengagendakan
harus
ada
pemerintah
“goodwill”
dengan
pembangunan
dari
sunguh-
perpustakaan
sekolah menjadi prioritas melalui penyususun kebijakan
tentang pengembangan perpustakaan sekolah di daerah
(Kahar, 2009).
Kahar (2009) dalam penelitiannya menyatakan strategi
yang
dilakukan
oleh
kepala
sekolah
di
dalam
mengikutsertakan partisipasi masyarakat dalam membantu
pengembangan
menjembatani
perpustakaan
sekolah
sekolah
dengan
adalah
masyarakat
dalam
(1)
hal
pengumpulan dana dari orang tua yang mampu dan alumni
untuk melengkapi sarana dan prasarana; (2) Memobilisasi
bantuan
masyarakat
untuk
memenuhi
pengembangan
perpustakaan sekolah, terutama mengadakan link ke BUMN,
industri/pelaku bisnis yang ada di daerah (Kahar, 2009).
Unsur masyarakat yang terkait dengan pengembangan
perpustakaan sekolah, terdiri dari orang tua/wali peserta
didik, tokoh pendidikan, pelaku bisnis/industri, alumni
peserta didik. Strategi yang dilakukan terhadap unsurunsur masyarakat tersebut adalah kepala sekolah harus
menggugah
masyarakat
untuk
memberikan
kontribusi
secara lansung. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam
4
pengembangan perpustakaan sekolah bukan karena ketidak
pedulian mereka, akan tetapi lebih banyak disebabkan oleh
kurangnya pendekatan dan sosialisasi kepala sekolah akan
pentingnya perpustakaan sekolah dalam meningkatkan
pengetahuan dan minat baca peserta didik.
Di Salatiga, khususnya di Kecamatan Tingkir juga
terdapat permasalahan berkaitan dengan perpustakaan
sekolah khususnya berkaitan dengan manajemen. Dalam
rapat kerja Perpustakaan Daerah dengan Kepala Sekolah
Dasar se kota Salatiga
pada Senin tanggal 16 Desember
2013 yang dihadiri kurang lebih 60 kepala sekolah dasar seKecamatan Tingkir dan Argomulya diutarakan berbagai
permasalahan perpustakaan sekolah sebagai berikut:
a. Belum ada satu pun sekolah dasar negeri yang berada
di kota Salatiga yang memiliki pustakawan yang
memiliki
kompetensi
Undang-Undang
seperti
no
47
yang
tahun
dituntut
2007
oleh
tentang
Perpustakaan.
b. Tugas sebagai petugas perpustakaan diampu oleh
guru yang diberi tugas tambahan
c. Tenaga perpustakaan di sekolah tidak memiliki dasar
pengetahuan dan keterampilan tentang pengelolaan
perpustakaan.
d. Pengelolaan
perpustakaan
belum
sesuai
dengan
standar yang ditetapkan oleh UU Perpustakaan
SD Kristen 04 Eben Haezer Salatiga merupakan salah
satu
sekolah
dasar
di
kota
Salatiga
yang
memiliki
perpustakaan namun belum dikelola dengan baik. Bahkan
selama
ini
perpustakaan
belum
difungsikan
untuk
mendukung pelaksanaan kurikulum. Kondisi di atas belum
5
sesuai dengan tuntutan dari Undang-Undang no 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, terutama pasal
45 yang menyatakan bahwa setiap satuan pendidikan
formal dan non formal menyediakan sarana dan prasarana
yang memenenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan,
intelektual, sosial, emosional dan kejiwaan peserta didik
(Prastowo, 2012).
Tuntutan adanya perpustakaan sekolah pada setiap
satuan pendidikan seperti yang dituntut Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional no 20
tahun 2003 lebih
dipertegas dalam Peraturan Pemerintah no 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 42 dan 43
mengenai Standar Sarana dan Prasarana. Pada dasarnya,
pasal tersebut mengatur bahwa setiap satuan pendidikan
wajib memiliki sarana. Salah satu sarana yang utama
adalah buku dan sumber belajar. Selain itu, sekolah juga
wajib memiliki prasarana, salah satunya adalah ruang
perpustakaan. Lebih lanjut pasal 43 mengatur tentang
standar
buku
perpustakaan,
perpustakaan,
standar
jumlah
standar
buku
jumlah
teks
buku
pelajaran,
kelayakan isi, bahasa, penyajian dan grafika buku teks
pelajaran serta standar sumber belajar lainnya (Prastowo,
2012).
SD Kristen 04 Eben Haezer sebagai salah satu satuan
pendidikan dalam wilayah hukum Indonesia wajib tunduk
melaksanakan
ketentuan
undangan
atas.
di
dalam
Oleh
peraturan
karena
itu
perundang-
pengembangan
perpustakaan di SD Kristen 04 Eben Haezer penting untuk
dilaksanakan
supaya
satuan
pendidikan
memiliki
6
perpustakaan
sesuai
dengan
ketentuan
perundang-
undangan.
Untuk mengetahui kondisi perpustakaan SD Kristen 04
Eben Haezer peneliti mengumpulkan data melalui pengisian
evaluasi
diri
yang
mengadopsi
instrumen
lomba
perpustakaan tingkat kota Salatiga tahun 2013.Setelah
dilakukan
evaluasi
diri
yang
diisi
oleh
pihak
sekolah,diperoleh data secara umum kondisi perpustakaan
di SD Kristen 04 Eben Haezer melalui tabel Evaluasi Diri di
bawah ini:
Tabel 1.1.Skor Evaluasi Diri Perpustakaan
SD Kristen 04 Eben Haezer
No
Aspek
Jum
Skor
Skor
Perole
Prosent
ase
lah
terti
han
butir
nggi
Skor
Kesenjangan
Manaje
1.
men
Perpusta
21
1-10
210
60
28,56%
71,44%
7
1-10
70
35
50%
50%
11
1-10
110
32
29,09%
70,91%
12
1-10
120
87
72,5%
27,5%
6
1-10
60
6
10%
90%
kaan
Pengelol
2.
aan
buku
Administ
3.
rasi
Perpusta
kaan
Ruang
dan
4.
kelengka
pan
perpusta
kaan
5.
Pembina
7
an dan
pengemb
angan
minat
baca
Jumlah
570
220
Prosentase Perolehan Skor
: ( 220 :570) X 100 % = 38,59%
Tingkat Kesenjangan
: 100 % - 38,59% = 61,41%
Tingkat kesenjangan kondisi perpustakaan SD Kristen
04
Eben
Haezer
bila
dibandingkan
dengan
kondisi
perpustakaan menurut instrumen lomba perpustakaan
diketahui dengan cara sebagai berikut:
a.
Menghitung prosentase total
perolehan dengan
cara membagi jumlah skor yang diperoleh dengan
jumlah
skor
maksimal
prosentase
dikalikan
100%.Hasil
keseluruhan
adalah
(220 : 570) x 100% = 38,59%.
b.
Langkah
berikutnya
adalah
menghitung
prosentase kesenjangan yaitu 100% - 38,59% =
61,41%.
Dengan
demikian
tingkat
kesenjangan
kondisi perpustakaan SD Kristen 04 Eben Haezer
dibandingkan
dengan
berdasarkan
instrument
kondisi
perpustakaan
lomba
perpustakaan
sekolah adalah 61,41% .
Berdasarkan evaluasi diri di atas diperoleh gambaran
bahwa SD Kristen 04 Eben Haezer sebenarnya memiliki
sarana dan prasarana perpustakaan, khusunya yang berupa
gedung
dan
koleksi
buku
yang
memadai.
Gedung
8
perpustakaan
memiliki
luas
30
meter
persegi
dan
merupakan bantuan Dana Alokasi Khusus Pemerintah
Daerah kota Salatiga tahun 2008. Gedung perpustakaan
juga dilengkapi dengan mebelair yang memenuhi syarat
untuk digunakan di perpustakaan, bahkan juga dilengkapi
dengan komputer bantuan pemerintah.
Permasalahan yang terjadi di SD Kristen 04 Eben
Haezer adalah sejak didirikan perpustakaan tidak dikelola
sebagaimana mestinya. Bahkan pada tahun pelajaran 2012
/2013 dan 2013/2014 tidak membuka pelayanan terhadap
para siswa. Selain itu penataan ruang tidak teratur. Meja
dan kursi untuk perpustakaan tidak diatur dengan baik.
Meja pelayanan masih terbengkelai. Ruang baca harus
berbagi, karena sebagian ruangan akan digunakan untuk
ruang komputer.
Berdasarkan
wawancara
dengan
kepala
sekolah
diperoleh informasi bahwa pengelolaan perpustakaan tidak
dapat berjalan sebegaimana mestinya karena tidak adanya
petugas khusus yang diberi tugas mengelola perpustakaan.
Jumlah tenaga pendidik dan kependidikan yang kurang
tidak
memungkinkan
bagi
kepala
sekolah
untuk
menugaskan guru maupun tenaga kependidikan untuk
mengelola perpustakaan.
Berdasarkan data di atas maka kesenjangan yang
ditemukan dan harus ditindak lanjuti, yaitu:
a. Manajemen
perpustakaan
belum
dilaksanakan
dengan baik, baru sebatas pada tersedianya gedung,
mebelair,
komputer
dan
koleksi.
Kegiatan
yang
berkaitan dengan pelayanan terhadap warga sekolah
9
belum
dilaksanakan,
termasuk
pengadaan
infra
strukturnya
b. Pengelolaan terhadap buku sudah berjalan, namun
katalogisasi belum dilaksanakan
c. Administrasi perpustakaan belum diselenggarakan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
d. Kegiatan
dalam
pengembangan
rangka
minat
baca
pembinaan
sama
sekali
dan
belum
dilaksanakan.
Skema pengembangan perpustakaan yang saat ini
dikembangkan di SD Kristen 04 Eben Haezer akan peneliti
uraikan
dengan
membandingkan
pengembangan perpustakaan menurut
dengan
upaya
Naskah Akademis
Perpustakaan ‘
Menurut
Naskah
Akademis
Perpustakaan
pengembangan dan pemberdayaan perpustakaan
komponen-komponen: (1) Organisasi, terdiri dari
upaya
meliputi
bagian
pengembangan koleksi, pengolahan bahan pustaka, layanan
perpustakaan, dan unit pendukung; (2) Sarana/prasarana
meliputi gedung, perabotan dan peralatan, ruang kerja dan
layanan,
fasilitas
umum,
papan
informasi,
sarana
komunikasi dan teknologi informasi; (3) Sumberdaya terdiri
dari tenaga pengelola dan pelaksana, anggaran, koleksi
bahan perpustakaan, dan regulasi perpustakaan; (4) Sistem
manajemen meliputi kebijakan dan atau panduan mutu,
prosedur kerja, instruksi kerja, dokumen pendukung kerja,
dan dokumen kontrol atau standar; dan (5) Kelembagaan
yang terdiri dari lembaga pendiri/penyelenggara, pengelola
dan pelaksana, pengguna dan pemerhati perpustakaan,
10
serta regulator dibidang perpustakaan. Kelima komponen
tersebut merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Tertinggalnya satu komponen dan atau sub komponen
tersebut berpengaruh terhadap kekuatan lembaga dalam
pengembangan fungsi pengembangan perpustakaan.
Selain komponen-komponen di atas,menurut Naskah
Akademis
Perpustakaan,dalam
mengembangkan
perpustakaan masih ada aspek lain yang perlu diperhatikan
meliputi
aspek
(1)Penguatan
kelembagaan
status,sumberdaya
dan
perpustakaan
prasarana,sistem
(dari
akses
informasi dan sistem manajemen),(2) Peningkatan kebiasaan
membaca/minat
baca
masyarakat
(sebagai
prasyarat
terbentuknya budaya belajar sepanjang hayat),dan (3)
Peningkatan
persepsi
dan
kepercayaan
masyarakat
terhadap perpustakaan.
Aspek-aspek pengembangan perpustakaan menurut
Naskah Akademis bila diparalelkan dengan instrument
lomba perpustakaan kota Salatiga yang digunakan sebagai
alat evaluasi diri adalah sebagai berikut:
Tabel 1.2.Perbandingan Naskah Akademis
dengan Instrumen Lomba Perpustakaan
No.
1.
2.
Naskah Akademis
RUU no 43 tahun
2007
Organisasi
Kelembagaan
Sarana Prasarana
3.
4.
Sistem Manajemen
Instrumen lomba
perpustakaan kota
Salatiga
Pengelolaan buku
Manajemen
Perpustakaan
Ruang dan
kelengkapan
perpustakaan
Pembinaan dan
Pengembangan Minat
Skor
50 %
28,56 %
72,56 %
10 %
11
Baca
Administrasi
perpustakaan
Sumber Daya
5.
29,09 %
Pengembangan perpustakaan yang dijalankan di SD
Kristen 04 Eben Haezer pada saat ini bila disusun menjadi
skema sebagai berikut:
Gambar 1.1. Skema Pengembangan Perpustakaan di SD Kristen 04
Eben Haezer Salatiga
Berdasarkan data-data di atas maka di SD Kristen 04
Eben
Haezer
Salatiga
perlu
dikembangkan
model
perpustakaan yang memenuhi standar,yaitu sesuai dengan
pasal 23 Undang-undang nomor
43 tahun 2007 tentang
perpustakaan.
1.2
Rumusan masalah
Dengan memperhatikan kondisi perpustakaan di SD
Kristen 04 Eben Haezer maka rumusan masalah dalam
12
penelitian
ini
adalah
bagaimana
model
standar
perpustakaan yang sesuai diterapkan pada SD Kristen 04
Eben Haezer?
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah membuat model standar
perpustakaan yang sesuai diterapkan pada SD Kristen 04
Eben Haezer.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis penelitian ini yaitu informasi dan data
penelitian ini dapat membantu meningkatkan pemahaman
tentang pengembangan perpustakaan sekolah.
Sedangkan manfaat praktis penelitian ini adalah hasil
penelitian ini dapat dijadikan dasar dalam melaksanakan
pengembangan perpustakaan di SD Kristen 04 Eben Haezer
Salatiga .
13