Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Discovery Learning dan Teknik Mencatat Mind Mapping Siswa Kelas 4 SD Negeri Blotongan 01 Smester 1 Tahun Pelajaran

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1

Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran Discovery Learning dan Teknik Mencatat Melalui
Mind Mapping
2.1.1.1 Pembelajaran Discovery Learning
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintific seperti ini
adalah

pembelajaran

mengumpulkan

data,

yang

terdiri


atas

mengolah

kegiatan

data,

mengamati,

menarik

menanya,

kesimpulan,

dan

mengkomunikasikan hasil yang terdiri dari kesimpulan. Sedangkan discovery

learning merupakan model pembelajaran kooperatif. Dimana kegiatan yang
diinginkan adalah membuat siswa bekerjasama dan adanya partisipasi aktif dari
siswa. Disini guru hanya sebagai fasilitator untuk membantu siswa dalam belajar,
bukan sebagai sumber untuk siswa belajar. Oleh karena itu discovery learning
merupakan model pembelajaran kooperatif seperti halnya dengan model
pembelajaran yang lain. Namun karena discovery learning adalah kegiatan belajar
ilmiah, jadi discovery learning masuk dalam pendekatan saintific sebagai model
pembelajaran kooperatif tipe discovey learning.
Setiap manusia memiliki rasa ingin tahu terhadap sesuatu hal yang baru
diketahui, dapat juga hal yang sudah dialami sekian lama, namun tidak tahu asal
mula terjadinya sesuatu hal tersebut. Dari situlah manusia mulai mencari tahu
segala sesuatu yang ada dihidupnya.

Dalam khasus ini, model pembelajaran

kooperatif tipe discovery learning sangat cocok untuk memecahkan masalah yang
dihadapi. Menurut Ridwan Abdullah Sani (2014 : 97) “discovery

adalah


menemukan konsep melalui serangkaian data atau informasi yang diperoleh
melalui pengamatan atau percobaan”. Demikian juga Menurut Sund , “discovery
adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau
prinsip”. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Dr. J. Richard, “discover
learning adalah suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan
mental.”

6

7

Dari pendapat Ridwan, Sund, dan Richard maka dapat disimpulkan jika
model pembelajaran kooperatif tipe discovery learning adalah sesuatu kegiatan
belajar yang melibatkan siswa langsung untuk mencari informasi dan mencari
data yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan.
Setiap pendekatan tentu saja memiliki titik efektifnya. Menurut
Westwood dalam Ridwan, 2014 : 98), pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif tipe discovery learning akan efektif jika terjadi hal–hal berikut ini :
1.
2.

3.

Proses belajar dibuat secara teratur dengan hati-hati.
Siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan awal untuk belajar.
Guru memberikan dukungan yang dibutuhkan siswa untuk
melakukan penyelidikan.

2.1.1.2 Langkah-langkah Pembelajaran Discovery Learning
Seperti dalam pendekatan pada umumnya, pendekatan juga harus memiliki
langkah-langkah yang sistematis agar pembelajaran dapat berjalan secara
berstruktur dan runtut, berikut ini adalah langkah-langkah model pembelajaran
kooperatif tipe discovery learning menurut beberapa para ahli yakni:
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe discovery learning
terbimbing menurut Rusman adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

7.
8.
9.

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
Guru membagi petunjuk praktikum/eksperimen.
Guru menjelaskan apa saja yang akan dilakukan oleh siswa
Peserta didik melaksanakan eksperimen di bawah pengawasan
guru.
Siswa melaksanakan penyelidikan dengan pantauan dari guru untuk
menyelesaikan tugasnya.
Guru menunjukkan gelaja yang diamati.
Guru melakukan konfirmasi tentang tugas yang telah siswa
selesaikan.
Peserta didik menyimpulkan hasil eksperimen.
Dari kegiatan-kegiatan penelitian, siswa menyimpulkan inti
pembelajaran yang diberikan oleh guru.

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe discovery learning
juga dikemukakan oleh Syah adalah sebagai berikut: :

1.

Stimulasi / Pemberian Rangsangan
Guru melakukan pengkondisian kepada siswa untuk dapat
berpikir ke materi yang akan diajarkan.

8

2.

3.

4.

5.

6.

Pernyataan / Identifikasi Masalah
Pemberian masalah yang diambil dari kehidupan sekitar siswa

dapat memancing siswa untuk timbul rasa ingin tahu, sehingga
siswa semangat dalam melaksanakan pembelajaran.
Pengumpulan Data
Aktivitas siswa adalah membaca, wawancara, atau dapat
mencari artikel untuk mendapatkan informasi tentang
permasalahan yang timbul, yang telah disampaikan oleh guru
sebelumnya.
Pengolahan Data
Dari data yang telah dikumpulkan, siswa melakukan
pengolahan, memilih dan memilah informasi yang terpakai dan
informasi yang tidak terpakai, sehingga siswa benar-benar
mengetahui dengan sendirinya pemecahan dari masalah yang telah
diberikan guru.
Pembuktian
Siswa dengan bantuan guru melakukan pembuktian dengan
menghubungkan masalah dengan informasi yang telah siswa dapat.
Penarikan Kesimpulan
Siswa menyimpulkan materi dan pemecahan masalah yang telah
dipelajari dengan guru.


Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe discovery learning
menurut Jerome Bruner adalah sebagai berikut:
1.

2.

3.

4.

5.

Stimulasi / Pemberian Rangsangan
Disini siswa diberikan sebuah masalah yang ada disekitar
mereka, sehingga timbul rasa penasaran dan tanda tanya pada diri
mereka sampai timbul rasa ingin tahu.
Pernyataan / Identifikasi Masalah
Setelah dilakukan stimulasi, guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk mencari tahu atau mengidentifikasi sebanyak
mungkin agenda-agenda masalah, bisa dari buku pelajaran yang

relevan dengan bahan ajar.
Pengumpulan Data
Siswa diminta untuk mengumpulkan banyak informasiinformasi yang relevan dengan cara wawancara dengan nara
sumber, membaca literature, mengamati objek, melakukan uji coba
sendiri, dan sebagainya.
Pengolahan Data
Semua informasi yang telah didapat, diolah, diacak,
diklarifikasikan, ditabuasi, dihitung dan ditafsirkan, sehingga dapat
membentuk pengetahuan baru tentang alternatif jawaban yang
perlu mendapat pembuktian secara logis.
Pembuktian

9

6.

Pada tahap ini siswa memeriksa secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi
dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil pengolahan
data.

Penarikan Kesimpulan
Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses
menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum
dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan
memperhatikan hasil verifikasi

Jadi, dari beberapa pendapat para ahli tentang langkah-langkah discover
learning diatas, dapat ditarik kesimpulan jika langkah-langkah discovery learning
adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Stimulasi / Pemberian Rangsangan
Pernyataan / Identifikasi Masalah
Pengumpulan Data
Pengolahan Data

Pembuktian
Penarikan Kesimpulan

2.1.1.3 Teknik Mencatat Mind Mapping
Untuk mempermudah seseorang dalam mengingat, maka seseorang akan
menggunakan akal kreatifnya untuk membuat ringkasan supaya dapat
mempermudah ingatannya untuk memeroleh ilmu. Menurut Michael Michalko,
“mind map adalah alternatif pemikiran keseluruhan otak terhadap pemikiran
linear.” Begitu juga dengan Tony Buzan (Buzan, 2010: 4) mengemukakan
bahwa “mind map adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah
akan memetakan pikiran seseorang sehingga dapat mempermudah dalam
menempatkan dan mengeluarkan informasi dari otak.” Tidak hanya Michael dan
Tony, DePorter, (2009:153) juga mengemukakan “mind mapping adalah teknik
pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana
grafis lainnya untuk membentuk kesan.”
Dari beberapa pendapat diatas, maka mind mapping adalah teknik
mencantat yang dapat menambah kreatifitas berpikir siswa dengan cara
menggambar atau menyimbolkan sesuatu konsep, dan mempermudah siswa untuk
mengolah informasi yang didapat dan yang akan dikeluarkan dari otak.

10

Hal yang dapat dilakukan ntuk menghasilkan suatu konsep dengan teknik
mencatat mind mapping dapat mengikuti langkah-langkah cara membuat mind
mapping berikut ini:
2.1.1.4 Langkah-langkah Teknik Mencatat Mind Mapping
Langkah-langkah dalam membuat mind map menurut Rusman adalah
sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.

5.
6.
7.

Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya
diletakkan datar.
Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral.
Gunakan warna.
Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan
cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan
seterusnya.
Buatlah garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus.
Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis.
Gunakan gambar.

Tony juga

mengungkapkan

pendapatnya

untuk

lengkah-langkah

membuat mind mapping yang baik adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Mulailah dari kertas kosong
Gunakan gambar untuk ide utama
Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat
Buat garis hubung melengkung
Gunakan kata kunci untuk setiap garis
Gunakan gambar

Tidak jauh berbeda dengan Rusman dan Tony, Langkah-langkah
membuat mind mapping menurut Fikrotur adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Mulai dari bagian tengah
Menggunakan gambar atau foto untuk ide sentral
Menggunakan warna
Menghubungkan cabang-cabang ke gambar pusat
Membuat garis hubung yang melengkung
Menggunakan satu kata kunci untuk setiap garis
Menggunakan gambar

Jadi, dari uraian langkah-langkah menggunakan mind mapping diatas,
dapat ditarik kesimpulan jika langkah-langkah menggunakan mind mapping
adalah sebagai berikut:
1.

Mulai gambar dari tengah

11

2.
3.
4.
5.
6.
2.1.2

Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral
Gunakan warna dan garis melengkung
Hubungkan setiap garis cabang ke gambar pusat
Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis
Gunakan gambar

Hasil Belajar

2.1.2.1 Pengertian Hasil Belajar
Setiap proses belajar, pasti akan mencari hasil keberhasilan dalam
pembelajaran. Menurut Permendikbud Standar Penilaian Pendidikan adalah
kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar
peserta didik. Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk mengukurpencapaian hasil belajar peserta didik mencakup:
penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan
harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat
kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian
sekolah/madrasah.
Para ahli seperti Oemar Malik (2006) mengemukakan “hasil belajar sebagai
terjadinya perubahan tingkah laku yang awalnya belum memiliki banyak
pengalaman dan ilmu pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk
perubahan pengetahuan, sikap, serta keterampilan.” Dan Sudjana (1989)
mengatakan bahwa “hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengetahuan yang baru dalam kemampuan belajarnya.” Sedangkan
Howart Kingsley dalam Sudjana (1989) membagi tiga macam hasil belajar
mengajar sebagai (1) keterampilan dan kebiasaan, (2) pengetahuan dan
pengarahan, (3) sikap dan cita-cita. Dimyati dan Mudjiono (2002) mengemukakan
bahwa “hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak
belajar, dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.”
Kemudian Mulyono Abdurrahman (2009) berpendapat bahwa “hasil belajar
adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar.”
Tipe hasil belajar terdiri dari : ranah kognitif, afektif dan psikomotor
(Bloom yang dikutip Dimyati 2002:26). Ranah kognitif meliputi : tipe hasil
belajar pengetahuan hafalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan

12

evaluasi. (Sularyo 2004:9). Ranah afektif, berkenaan dengan sikap dan nilai yang
meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi,
menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
Ranah psikomotor, meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda,
koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).
Dengan demikian hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan
pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Dengan hasil belajar diharapkan
dapat membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih
baik lagi, sehingga akan mengubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku
kerja yang lebih baik.
2.1.2.2 Kriteria Hasil Belajar
Ketuntasan belajar (daya serap) merupakan pencapaian taraf penguasaan
minimal yang telah ditetapkan guru dalam tujuan pembelajaran setiap satuan
pelajaran. Ketuntasan belajar dapat dianalisis dari dua segi yaitu ketuntasan
belajar pada siswa dan ketuntasan belajar pada materi pelajaran/tujuan
pembelajaran, keduanya dapat dianalisis secara perorangan atau perkelas siswa.
(Sularyo 2004:6). Adapun kriteria ketuntasan belajar yang digunakan adalah
sesuai yang dikeluarkan Tim Khusus (2000:4) adalah sebagai berikut. :
a. Setiap materi/pokok uji/soal/ yang merupakan ketercapaian kompetensi dasar
mencapai ketuntasan apabila telah dikuasai oleh 75% siswa sekelas.
b. Setiap siswa mencapai ketuntasan belajar bila telah menguasai sekurangkurangnya 75% (atau memperoleh nilai 70) dari keseluruhan materi pokok uji.
c. Setiap kelas siswa (seluruh siswa dalam kelas) mencapai ketuntasan belajar
bila jumlah siswa yang memperoleh nilai 70 sebanyak 75% dari jumlah siswa
di kelas itu.
Ketuntasan belajar siswa berpengaruh pada efektivitas model pembelajaran
yang digunakan. Efektivitas suatu model pembelajaran dapat dilihat dari
ketuntasan hasil belajar siswa, perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal
dan pemahaman setelah pembelajaran dan motivasi siswa untuk belajar. Oleh
karena itu untuk mencapai efektivitas dalam pembelajaran perlu adanya penerapan
model pembelajaran yang inovatif yang dilakukan oleh guru, agar siswa dapat

13

belajar sesuai dengan kebutuhan dengan adanya minat yang lebih dalam
pembelajaran, sehingga terjadi perubahan perilaku siswa kearah yang lebih positif
dan kriteria ketuntasan hasil belajar tercapai. Dengan demikian efektivitas dalam
pembelajaran dapat tercapai.
Kriteria ketuntasan belajar yang dipergunakan untuk mengetahui
efektivitas model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah sesuai
dengan yang ditetapkan oleh ketentuan tersebut. Ukuran tersebut dapat mengacu
pada ketuntasan belajar siswa sekurang-kurangnya 75 % dari jumlah siswa telah
memperoleh nilai = 70 dalam peningkatan hasil belajar.
2.1.2.3 Pembelajaran Discovery Learning dan Teknik Mencatat Mind
Mapping
Model pembelajaran kooperatif tipe discovery learning merupakan sesuatu
kegiatan belajar yang melibatkan siswa langsung untuk mencari informasi dan
mencari data yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Siswa
menemukan sendiri pemecahan masalah yang disediakan oleh guru. Sedangkan
mind mapping adalah teknik mencantat yang dapat menambah kreatifitas berpikir
siswa dengan cara menggambar atau menyimbolkan sesuatu konsep, dan
mempermudah siswa untuk mengolah informasi yang didapat dan yang akan
dikeluarkan dari otak. Jadi, guru menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe discovery learning dan dibantu dengan teknik mencatat mind mapping, guru
akan lebih mudah untuk membagi informasi yang harus ditemukan sendiri oleh
siswa.

Guru

menyediakan

suatu

masalah

berupa

gambar,

dan

siswa

mengimajinasikan masalah tersebut, lalu menggambarkan di cabang gambar
persoalan tersebut, maka siswa akan lebih mudah menemukan dan menyimpan
informasi yang mereka dapat dan saat ada tes siswa juga mudah untuk mengingat
kembali, karena siswa pasti senang dengan gambar yang berwarna warni, secara
otomatis mereka akan mengingat pembelajaran yang tersusun pada gambar mind
map mereka.
Model pembelajaran kooperatif tipe discovery learning dan teknik mencatat
ini dapat dikolaborasikan. Berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk

14

mengaplikasikan model pembelajaran kooperatif tipe discovery learning dengan
teknik mencatat mind mapping :
1.

Stimulasi
Guru melakukan apersepsi agar siswa tahu apa yang akan mereka dapatkan
dalam pembelajaran.

2.

Pernyataan
Guru menyediakan masalah yang harus dipecahkan oleh siswa.

3.

Pengumpulan Data
Disinilah teknik mencatat mind mapping dapat masuk kedalam model
pembelajaran kooperatif tipe discovery learning. Saat siswa menghadapi
masalah, dan siswa harus menemukan sendiri pemecahannya, maka siswa
dapat berimajinasi dengan gambar.

4.

Pengolahan Data
Guru dan siswa mengolah data yang telah didapatkan oleh siswa.

5.

Pembuktian
Guru dan siswa melakukan konfirmasi tentang apa yang telah mereka buat
atau pikirkan.

6.

Penarikan Kesimpulan
Guru dan siswa menarik kesimpulan materi pembelajaran

2.2

Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian skripsi yang dibuat oleh Kristina Vileonarti tahun 2014 yang

berjudul Penerapan Metode Discovery learning untuk Meningkatkan Keaktifan
dan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Kutowinangun 12 Salatiga
Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa discovery learning dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA.
Pada kondisi awal sebelum diadakan tindakan, keaktifan siswa kategori tinggi
sebesar 42,1% pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 63% dan meningkat
di siklus II yaitu 86%. Hasil tersebut telah mencapai indikator keberhasilan yang
ditetapkan yaitu 70% siswa mencapai keaktifan tinggi. Hasil belajar IPA
ketuntasan siswa pada prasiklus adalah 42,1 % pada siklus I meningkat menjadi
78,9% siswa tuntas dan pada siklus II meningkat dengan 94,8% siswa tuntas.

15

Hasil tersebut telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 80%
siswa tuntas. Dengan demikian hipotesis yang diajukan peneliti dapat dibuktikan
kebenarannya, dengan penerapan Discovery learning dapat meningkatkan
keaktifan dan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri Kutowinangun 12.
Penelitian skripsi menurut Fiska Erlian Renita Ayuni tahun 2014 yang
berjudul Upaya Peningkatan Hasil Belajar dan Keaktifan Belajar Mata Pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam Melalui Metode Discovery learning Siswa Kelas 5 SD
Negeri Kumpulrejo 01 Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Hasil penelitian
pada hasil belajar siswa menunjukkan kondisi awal siswa yang mencapai KKM
terdapat 9 siswa (39%), pada siklus I terjadi peningkatan yang cukup signifikan
yaitu terdapat 17 siswa (74%), dan pada siklus II terdapat 20 siswa (87%).
Kondisi awal siswa yang keaktifannya rendah berjumlah 10 siswa (45%), dan
setelah dilakukan penelitian pada siklus I siswa yang keaktifan belajarnya rendah
bejumlah 6 siswa (26%) dan siklus II keaktifan belajarnya rendah berjumlah 3
siswa (12%).Peningkatan keaktifan belajar siswa dengan kriteria sangat tinggi
dikondisi awal yang berjumlah 1 siswa dengan presentase 4%, menjadi 4 siswa
dengan presentase 17% pada siklus I dan 8 siswa dengan presentase 35%. Hal ini
menunjukkan bahwa penggunaan metode discovery learning dapat meningkatkan
hasil belajar dan keaktifan belajar siswa.
Menurut penelitian Agnesia Clara Dau tahun 2014 dengan judul Upaya
Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Discovery learning pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Tlogo
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran
20113/2014. Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini yaitu 85 % dari seluruh
siswa kelas 5 telah mencapai atau melebihi Kriteria Ketuntasan minimal (KKM)
yaitu 62(≥62). Hasil penelitian menunjukkan Pada kondisi awal yang sangat tinggi
dan tinggi ada 17 siswa (51,51%), siklus I ada 22 siswa (66,66%), siklus II ada 30
siswa ( 90%). Minat belajar sedang dan rendah pada kondisi awal ada 15 siswa
(45,45%), pada siklus I dan II ada 3 siswa ( 9,09%), sedangkan minat sangat
rendah kondisi awal ada 1 siswa (3,03%) dan siklus I dan siklus II tidak ada.Jadi
peningkatan minat belajar siswa dari yang sangat tinggi dan tinggi dari kondisi

16

awal 51,51% ,siklus I 66,66%, dan 90,90% pada siklus II. Sedangkan peningkatan
kondisi awal Sebelum tindakan (pra siklus) siswa yang tuntas belajar sebanyak 18
siswa (54,54%) dari 33 siswa, dengan nilai ratarata 70,48. siklus I, jumlah siswa
yang tuntas belajar menjadi 28 siswa (84,84%) dengan nilai rata-rata 76,81. Pada
siklus II, diketahui bahwa hanya 1 siswa yang tidak tuntas dalam belajarnya,
dengan perolehan nilai rata -rata 77,72.Disimpulkan bahwa model pembelajaran
Discovery learning pada mata pelajaran IPA dapat meningkatkan minat dan hasil
belajar siswa kelas 5 Semester II SD Negeri Tlogo Kecamatan Tuntang
Kabupaten semarang.
Menurut penelitian Silverius Novie Paranso tahun 2013 yang berjudul
Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Menggunakan Model Pembelajaran Mind
mapping Siswa Kelas 5 SDN Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang
Semester II Tahun Ajaran 2012/2013. Sklus I, aktivitas siswa cukup baik dengan
perolehan skor 44 (64.7%). Siklus II aktivitas siswa baik dengan skor 54 (79.4%).
Sekolah dan guru disarankan untuk menerapkan model mind mapping dalam
pembelajaran IPA materi lain maupun mata pelajaran lain. Siswa disarankan
berlatih melakukan pemetaan konsep setiap materi pelajaran. Dengan melakukan
pemetaan konsep, akan memungkinkan siswa lebih mudah dan lebih banyak
memahami materi pelajaran. Dengan demikian dapat meningkatkan hasil belajar
siswa.
Menurut penelitian dari Yunita Indah Sulistyaningrum tahun 2013 yang
berjudul Peningkatan Hasil Belajar Menggunakan Metode Pembelajaran Mind
mapping pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Kelas IV SD Negeri 1
Kaligentong Kecamatan Ampel Tahun Ajaran 2012/2013. Pada kondisi awal
ketika belum diadakannya tindakan, ketuntasan hasil belajar adalah 56,7%,
sedangkan pada Siklus I ketuntasan hasil belajar mengalami peningkatan menjadi
80% dan pada Siklus II ketuntasan hasil belajar meningkat menjadi
93,3%.Berdasarkan

hasil

penelitian

dapat

disimpulkan

bahwa

metode

pembelajaran Mind mapping dapat meningkatkan hasil belajar pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di kelas IV SD Negeri 1 Kaligentong
Kecamatan Ampel Tahun Ajaran 2012/2013.

17

Supaya lebih mudah untuk melihat peningkatan hasil belajar IPA melalui
pendekatan discovery learning dan teknik mencatat mind mapping, maka akan
disajikan dalam bentuk tabel di halaman selanjutnya berikut ini :

18

Tabel 2
Perbandingan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan discovery learning dan tekhnik mencatat mind mapping.
No.

X
Discovery
learning

Y
Hasil Belajar

Hasil
Penelitian
Meningkat

2.

Fiska Erlian Renita Discovery
Ayuni
learning

Hasil Beajar

Meningkat

3.

Agnesia Clara Dau

Discovery
learning

Hasil Beajar

Meningkat

4.

Silverius
Paranso

Novie Discovery
learning

Hasil Beajar

Meningkat

5.

Yunita
Indah Discovery
Sulistyaningrum
learning

Hasil Beajar

Meningkat

1.

Nama

Variabel

Kristina Vileonarti

Perbedaan

Persamaan

Tidak menggunakan teknik Menggunakan pendekatan
mencatat mind mapping
discovery learning dan
mengalami peningkatan
Tidak menggunakan teknik Menggunakan pendekatan
mencatat mind mapping
discovery learning dan
mengalami peningkatan
Tidak menggunakan teknik Menggunakan pendekatan
mencatat mind mapping
discovery learning dan
mengalami peningkatan
Tidak
menggunakan Menggunakan
teknik
pendekatan
discovery mencatat mind mapping
learning
dan
mengalami
peningkatan
Tidak
menggunakan Menggunakan
teknik
pendekatan
discovery mencatat mind mapping
learning
dan
mengalami
peningkatan

19

2.3

Kerangka Pikir
Pada proses pembelajaran saat ini, sering kali siswa merasa bosan dan tidak

tertarik pada proses pembelajaran, itu dikarenakan pembelajaran hanya berfokus
pada guru, jadi siswa hanya mendengarkan dan menulis jika guru memintanya.
Hal seperti ini sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Karena siswa tidak
merasa bahwa pelajaran itu menarik. Agar siswa menjadi tertarik dan senang
dengan pembelajaran, guru perlu mengembangkan kreatifitas dengan cara
menggunakan model-model pembelajaran, siswa akan senang jika mereka
mendapat pengalaman baru.
Model pembelajaran kooperatif tipe pembelajaran discovery learning
sesuatu kegiatan belajar yang melibatkan siswa langsung untuk mencari informasi
dan mencari data yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Adapun
langkah-langkahnya yaitu, stimulasi / pemberian rangsangan, pernyataan /
identifikasi masalah, pengumpulan data, pengolahan data, pembuktian, dan
penarikan kesimpulan. Dari langkah-langkah tersebut, guru dapat mengambil skor
dari tes dan non tes yang akan dijadikan satu untuk memperoleh skor hasil belajar.
Hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah
dilakukan berulang-ulang. Dengan hasil belajar diharapkan dapat membentuk
pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi, sehingga
akan mengubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.
Teknik mencatat mind mapping digunakan guru untuk membantu siswa dalam
menulis catatan yang menarik, sehingga siswa gemar membaca dan belajar dari
buku catatan yang telah mereka buat sendiri. Penggunaan teknik mencatat mind
mapping juga dapat membantu siswa agar siswa dapat tertarik dalam
pembelajaran, juga dapat mengembangkan kreatifitas imajinasi dan ingatan yang
lebih lama dibanding hanya mencatat seperti biasa, dan itu tentunya akan
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
2.4

Hipotesis Tindakan
Hipotesis yang diajukan untuk penelitian ini adalah jika penggunaan teknik

mencatat mind mapping dalam pembelajaran IPA dapat berjalan dengan efektif
dan efesien, maka diduga atau ditafsirkan :

20

a. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe discovery learning dan
teknik mencatat mind mapping dapat meningkatkan hasil belajar IPA
siswa kelas 4 SD Negeri Blotongan 01 semester 1 tahun pelajaran 20162017.
b. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe discovery learning dan
teknik mencatat mind mapping dapat meningkatkan hasil belajar IPA
siswa kelas 4 SD Negeri Blotongan 01 semester 1 tahun pelajaran 20162017 dengan langkah-langkah menemukan masalah, mengumpulkan data,
mengolah data, lalu membuktikan hasil penemuannya, lalu menarik
kesimpulan atas pembelajarannya.

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24