IMPLEMENTASI ROUTING DINAMIS DENGAN TEKN
IMPLEMENTASI ROUTING DINAMIS DENGAN TEKNIK
RIPv2(ROUTING INFORMATION PROTOCOL VERSION 2)
MENGGUNAKAN CISCO PACKET TRACER
1
Dwi Rachmad Kurniawan, 2Hanafi
Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur
Email:[email protected] , [email protected]
Abstract. The development of computer networks today so rapidly, Computer network
connection is a fundamental thing in a network, because if the connection is problematic, then
all types of applications that run through the computer network will produce poor performance.
So is the performance of a network, if a parameter of a network problem, the quality of the
network will also be reduced. This Field Work Practice discusses a dynamic routing technique
RIPv2 which will later be implemented in an office using Cisco Packet Tracer as
implementation media that is applied also to Star Topology. The Results of this Field Work
Practice is an implementation of the RIPv2 network routing technique in which this technique is
the second version of the RIP network routing technique. And hopefully this implementation can
be useful for the future.
Keywords: Star Topology, Dynamic Ripv2 Router, Cisco Packet Tracer
Abstrak Perkembangan jaringan komputer saat ini begitu pesat, Koneksi jaringan komputer
merupakan suatu hal yang mendasar dalam suatu jaringan, karena bila koneksi itu bermasalah,
maka semua jenis aplikasi yang dijalankan melalui jaringan komputer akan menghasilkan
kinerja yang buruk. Begitu juga unjuk kerja dari sebuah jaringan, bila suatu parameter dari
sebuah jaringan bermasalah, kualitas jaringan tersebut juga akan berkurang. Praktek Kerja
Lapangan ini membahas suatu teknik routing dinamis RIPv2 yang nantiya akan
diimplementasikan pada sebuah perkantoran dengan menggunakan Cisco Packet Tracer
sebagai media implementasian yang diterapkan juga pada Topologi Star. Hasil Praktek Kerja
Lapangan ini adalah sebuah pengimplementasian dari teknik routing jaringan RIPv2 yang
dimana teknik ini versi ke dua dari teknik routing jaringan RIP. Dan diharapkan implementaian
ini dapat berguna untuk kedepannya.
Kata Kunci: Topologi Star, Router Dinamis Ripv2, Cisco Packet Tracer
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Inovasi di dalam teknologi telekomunikasi berkembang dengan cepat dan selaras dengan
perkembangan karakteristik masyarakat modern yang memiliki mobilitas tinggi, mencari layanan yang
fleksibel, serba mudah dan memuaskan serta mengejar efisiensi di segala aspek. Kemudian tujuan kami
membuat paper ini untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Riset Teknologi dan Informasi dari Teknik
Informatika UPN Veteran Jawa Timur. Selain itu, mengenai kebutuhan akan sistem untuk pengendalian
jarak jauh semakin meningkat sejalan dengan era globalisasi dimana perpindahan dan pergerakan manusia
semakin luas dan cepat. Selama ini masyarakat dapat mengontrol sesuatu dari jarak jauh dengan
menggunakan remote control, akan tetapi pengontrolan tersebut terhambat oleh jarak. Apabila jarak antara
alat yang dikontrol dengan pengontrol itu melewati batas toleransinya, maka peralatan tersebut tidak dapat
berfungsi sesuai dengan yang diinginkan. Pengontrolan melalui jalur telepon merupakan hal yang lumrah,
tetapi sistem ini kerap digunakan untuk sistem fix-point to point. Selain itu juga adanya kendala biaya
terhadap jarak. Jarak semakin jauh maka biaya pulsa yang dikeluarkan semakin besar.
Teknologi jaringan komputer merupakan solusi yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi fix-point
to point dan biaya, serta menjadi model fleksibel multi point to multi point. Pesatnya perkembangan dunia
jaringan komputer akhir-akhir ini, memicu berkembangnya teknologi baru yang memanfaatkan teknologi
jaringan komputer sebagai media untuk menciptakan aplikasi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan informasi yang terdapat dalam latar belakang, dapat dirumuskan permasalahan
diantaranya :
1. Bagaimana cara implementasikan routing dinamis dengan RIPv2 yang merupakan versi
selanjutan dari RIP ?
2. Bagaimana tahap dalam peimplementasian dari teknik RIPv2 dengan menggunakan Cisco
Packet Tracer ?
1.3 Batasan Masalah
Dalam implementasian routing dinamis ini saya hanya menggunakan 3 router, 3 switch dan
beberapa komputer pada tiap router untuk penerapannya.
1.4 Tujuan dan Manfaat
Pelaksanaan implementasian ini memiliki beberapa tujuan dan manfaat, diantaranya :
1. Menjadikan implementasian ini sebagai pembelajaran untuk orang lain yang membutuhkan.
2. Sebagai sarana pembelajaran untuk pengenalan routing dinamis dengan teknik RIPv2.
3. Untuk memenuhi syarat Final Project pada mata kuliah Riset Teknologi dan Informasi
Program Studi Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Sejak pertama kali digunakan secara komersil hampir tiga dekade lalu, LAN mengalami
berbagai macam perubahan baik dari media transmisinya maupun pada topologi dan metode
aksesnya. Perbedaan topologi dapat mempengaruhi faktor-faktor penting yaitu biaya
pentransmisian, kecepatan pengiriman data dan dapat juga menyebabkan perbedaan metode
aksesnya. Dengan adanya tadi penelitian sebelumnya menggunakan teknik routing RIP yang
merupakan teknik routing sebelum RIPv2 yang menghasilkan hasil pengujian delay dengan
software cisco packet tracer mendapati delay terkecil yaitu sebesar 108 ms sementara hasil
terbesar sebesar 133 dan nilai rata-rata packet loss untuk pengujiannya menghasilkan nilai yang
sama yaitu 25% dengan menggunakan routing statis dan routing dinamis.
2.2 Jaringan
Jaringan komputer adalah sebuah sistem yang terdiri dari dua atau lebihkomputer yang saling
terhubung satu sama lain melalui media transmisi atau media komunikasi sehingga dapat saling
berbagi data, aplikasi maupun berbagi perangkat keras komputer. suatu aturan atau cara untuk
menghubungkan komputer yang satu dengan komputer yang lainnya sehingga membentuk suatu
jaringan di sebut Topologi jaringan, ada beberapa topologi jaringan karena setiap topologi
memiliki perbedaan yang mempengaruhi faktor faktor seperti pentransmisian, kecepatan
pengiriman data dan juga metode akses yang berbeda. seorang administrator jaringan memerlukan
aplikasi Network Monitoring System untuk simulasi yang dapat mencerminkan arsitektur dari
jaringan komputer pada sistem jaringan yang digunakan. Dengan menggunakan aplikasi Cisco
Packet Tracer, simulasi data mengenai jaringan dapat dimanfaatkan menjadi informasi tentang
keadaan koneksi suatu komputer dalam suatu jaringan apabila terjadi masalah dalam interkoneksi
jaringan.
2.3 Topologi Star
Topologi Star adalah bentuk jaringan, atau tata letak jaringan dimana semua perangkat
berputar di sekitar hub pusat. Semua komputer dalam topologi star terhubung ke perangkat
sentral seperti hub, switch atau router.(Ahmad Zulhikam, 2012)
.
Gambar 2.1 Topologi Star
2.4 Routing
Routing adalah proses untuk memilih jalur (path) yang harus dilalui oleh paket. Jalur yang
baik tergantung pada beban jaringan, panjang datagram, type of service requested dan pola trafik.
Pada umumnya skema routing hanya mempertimbangkan jalur terpendek (Hadiyan Nurdyana,
2013). Terdapat 2 bentuk routing, yaitu :
1. Direct Routing (direct delivery): paket dikirimkan dari satu mesin ke mesin lain secara
langsung (host berada pada jaringan fisik yang sama) sehingga tidak perlu melalui mesin lain
atau gateway.
2. Indirect Routing (indirect delivery): paket dikirimkan dari suatu mesin ke mesin yang lain
yang tidak terhubung langsung (berbeda jaringan) sehingga paket akan melewati satu atau
lebih gateway atau network yang lain sebelum sampai ke mesin yang dituju.
Konsep routing adalah hal yang utama pada lapisan internet di jaringan TCP/IP. Hal ini
karena pada lapisan internet terjadi proses pengalamatan. Data-data dari device yang terhubung ke
internet dikirim dalam bentuk datagram, yaitu paket data yang didefinisikan oleh IP. Datagram
memiliki alamat tujuan paket data. Internet Protokol memeriksa alamat ini untuk menyampaikan
datagram dari device asal ke device tujuan. Jika alamat tujuan datagram tersebut terletak satu
jaringan dengan device asal, datagram tersebut langsung disampaikan. Jika alamat tujuan
datagram tidak terdapat di jaringa yang sama, datagram akan disampaikan kepada router yang
paling tepat.(Hadiyan Nurdyana, 2013)
2.5 Routing dinamis
Routing dinamis adalah proses router yang me-rutekan jalur yang dibentuk secara otomatis
oleh router itu sendiri sesuai dengan konfigurasi yang dibuat. Jika ada perubahan topologi antar
jaringan, router otomatis akan membuat routing yang baru. Routing dinamis merupakan routing
protocol digunakan untuk menemukan network serta untuk melakukan update routing table pada
router. Routing dinamis ini lebih mudah dari pada menggunakan routing statis dan default, akan
tetapi ada perbedaan dalam proses-proses di CPU router dan penggunaan bandwidth dari link
jaringan. (Dila Nurlaila, 2014)
2.6 RIP
Routing Information Protocol (RIP) adalah sebuah protokol routing dinamis yang digunakan
dalam jaringan LAN (Local Area Network) dan WAN (Wide Area Network). Oleh karena itu
protokol ini diklasifikasikan sebagai Interior Gateway Protocol (IGP). Protokol ini menggunakan
algoritma Distance-Vector Routing (Fadly Firdaus, 2016) Cara kerja RIP yaitu :
1. Host mendengar pada alamat broadcast jika ada update routing dari gateway.
2. Host akan memeriksa terlebih dahulu routing table lokal jika menerima update routing .
3. Jika rute belum ada, informasi segera dimasukkan ke routing table .
4. Jika rute sudah ada, metric yang terkecil akan diambil sebagai acuan.
5. Rute melalui suatu gateway akan dihapus jika tidak ada update dari gateway tersebut dalam
waktu tertentu
6. Khusus untuk gateway, RIP akan mengirimkan update routing pada alamat broadcast di setiap
network yang terhubung.
Kemudian RIP juga memiliki Kelebihan antara lain adalah :
1. RIP menggunakan metode Triggered Update. RIP memiliki timer untuk mengetahui
kapan router harus kembali memberikan informasi routing.
2. Jika terjadi perubahan pada jaringan, sementara timer belum habis, router tetap harus
mengirimkan informasi routing karena dipicu oleh perubahan tersebut (triggered update).
3. Mengatur routing menggunakan RIP tidak rumit dan memberikan hasil yang cukup dapat
diterima, terlebih jika jarang terjadi kegagalan link jaringan. (Fadly Firdaus, 2016)
Dalam implementasi RIP memang mudah untuk digunakan, namun RIP mempunyai masalah
serius pada Autonomous System yang besar, yaitu :
1. Terbatasnya diameter network, Telah disebutkan sedikit di atas bahwa RIP hanya bisa
menerima metrik sampai 15. Lebih dari itu tujuan dianggap tidak terjangkau. Hal ini bisa
menjadi masalah pada network yang besar.
2. Konvergensi yang lambat, Untuk menghapus entry tabel routing yang bermasalah, RIP
mempunyai metode yang tidak efesien.
3. Tidak bisa membedakan network masking lebih dari /24, RIP membaca IP address
berdasarkan kepada kelas A, B dan C. Seperti kita ketahui bahwa kelas C mempunyai masking
24 bit. Dan masking ini masih bias diperpanjang menjadi 25 bit, 26 bit dan seterusnya. RIP
tidak dapat membacanya bila lebih dari 24 bit. Ini adalah masalah besar, mengingat masking
yang lebih dari 24 bit banyak dipakai. Hal ini sudah dapat di atasi pada RIPv2.
4. Jumlah host Terbatas.
5. RIP tidak memiliki informasi tentang subnet setiap route.
6. RIP tidak mendukung Variable Length Subnet Masking (VLSM), Ketika pertama kali
dijalankan hanya mengetahui cara routing ke dirinya sendiri (informasi lokal) dan tidak
mengetahui topologi jaringan tempatnya berada.[4]
2.7 RIPv2
RIPv2 adalah RIP versi 2 (RIPv2) dikembangkan pada tahun 1993 dan standar terakhir pada
tahun 1998. Ini termasuk kemampuan untuk membawa informasi subnet, sehingga mendukung
Classless Inter-Domain Routing (CIDR). Untuk menjaga kompatibilitas, maka batas hop dari 15
tetap. RIPv2 memiliki fasilitas untuk sepenuhnya beroperasi dengan spesifikasi awal jika semua
protokol Harus Nol bidang dalam pesan RIPv1 benar ditentukan. Selain itu, aktifkan
kompatibilitas fitur memungkinkan interoperabilitas halus penyesuaian. (Fadly Firdaus, 2016).
Kemudian Keuntungan menggunakan RIPv2 adalah :
1. Mudah di konfigurasi
2. Tidak memerlukan disain seperti OSPF
3. Tidak kompleks
4. Mendukung routing classfull dan routing classless
5. Info subnet dimasukkan dalam perbaikan routing
6. Mendukung VLSM (Variabel Length Subnet Mask)
7. Perbaikan routing multicast. (Kartika Rianafirin, 2015)
Selain memiliki keuntungan menggunakan RIPv2 memiliki beberapa kekurangan antara lain :
1. Utilisasi bandwidth sangat tinggi karena di perlukan untuk broadcast setiap 30
second(RIPv2)
2. Terbatas pada jumlah hop
3. Tidak reachable jika hop countnya lebih dari 15
4. Kenvergensinya rendah. (Kartika Rianafirin, 2015)
2.8 Algortima Distance Vector Routing
Distance Vector adalah sebuah algoritma dalam menentukan IP pada proses routing.
Algoritma ini cara kerjanya dengan membentuk tabel routing di jaringan adalah dengan cara
setiap router memberikan informasi mengenai keadaan jaringan yang diketahui router tersebut
kepada router-router tetangganya setiap selang waktu tertentu. Informasi keadaan jaringan
tersebut adalah dalam bentuk distance-vector (vektor jarak), yaitu jumlah hop yang diperlukan
untuk mencapai suatu jaringan. Router tetangga (neighbhor) tersebut menyimpan dan mengolah
informasi keadaan jaringan yang diterimanya dan juga me-nyampaikan informasi yang
dimilikinya ke router- router tetangga yang lain. Hal ini terus berlangsung sampai seluruh router
di jaringan mengetahui keadaan jaringan. (Yuli, 2010)
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Sub-bab ini akan menjelaskan mengenai desain hingga fungsional dari implementasian
routing dinamis dengan teknik RIPv2 yang akan dikerjakan. Proses implementasian meliputi
diskripsi umum, diskripsi fungsional dan spesifikasi kebutuhan untuk implementasiannya.
3.1.1
Diskripsi Umum
Implementasi routing dinamis untuk mendukung kegiatan perkulihan dan sebagai
media informasi dan pembelajaran lebih lanjut, sehingga perlu dukungan adanya media untuk
pengaplikasian seperti cisco yang akan diterapkan nanti.
3.2 Alur Pengerjaan
3.1.1 Flowchart
Mulai
Setiap router menginputkan network dan dimulai dengan
sebuah vector jarak pada table routing ke jaringan intern
Setiap router memberikan besar vector yang tersedia di
router tetangga
Menghitung jarak tempuh ke x kemudian menyertakan
perhitungan jarak x ke router tetangga
Jarak ke x
diketahui
Tidak
Router memperbarui panjang jarak x
Semua router x
sudah diperiksa
Tidak
Selesai
Gambar 3.1 Fowchart Pengerjaan
3.1.2
3.2.3
Penjelasan Flowchart
Setelah mengsetting IP Address setiap client dan router kita melakukan routing
pada tiap router dengan tahapan seperti berikut :
1. Setiap router menginputkan network dan dimulai dengan sebuah vector jarak
pada table routing ke jaringan intern.
2. Setiap router memberikan besar vector yang tersedia di router tetangga.
3. Menghitung jarak tempuh ke x kemudian menyertakan perhitungan jarak x ke
router tetangga.
4. Disini terjadi filtering dimana jika jarak x diketahui, router akan
memperbarui panjang jarak x dan jika tidak diketahui maka akan menghitung
jarak kembali.
5. Setelah perhitungan jarak sudah diketahui, setiap router akan memeriksa
jarak yang ditemukan tadi sudah diperiksa atau belum. Jika jarak tersebut
sudah diketahui maka proses routing selesai, jika belum diketahui maka
router akan memberikan besar vector ke router tetangga sekali lagi.
Skenario Uji Coba
Dengan penjelasan flowchart diatas saya mencoba untuk mencoba beberapa
skenario sebagai berikut :
1. Melakukan ping dari komputer PC1 ke PC4 yang sama-sama berada pada
jaringan Router0.
2. Melakukan ping dari komputer PC0 ke PC6 yang berada pada bagian
jaringan Router1.
3. Melakukan ping dari komputer PC2 ke PC10 yang berada pada bagian
jaringan Ruter2.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Tahap Perancangan
Pada tahap ini akan membahas perancangan dalam pengimplementasian routing dinamis
dengan teknik RIPv2 menggunakan cisco packet tracer diantaranya kebutuhan apa saja yang
dibutuhkan pada pengmplementasian tersebut.
4.2
Membuat Model Jaringan
Untuk membuat model jaringan bisa dilakukan dengan pemanfaatan area kerja dari Cisco
Packet Tracer. Peralatan yang digunakan dapat dipilih dari kolom pemilihan jenis alat dan koneksi
yang berada disebelah kiri bawah. Hasil dari model jaringan yang dibuat dapat dilihat pada
Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Tampilan Model Jaringan Yang dirancang
4.3
Menentukan IP Address
Untuk mengisi IP Address dengan cara klik pada PC yang ingin diberi IP address, lalu pilih
desktop, setelah itu pilih IP configuration, kemudian isikan nomor IP address.
Kode 1. Konfigurasi IP Static
IP Configuration (Static)
IP Address
192.168.1.1
Subnet Mask
255.255.255.0
Default Gateway 192.168.1.254
DNS Server
(kosongkan)
4.4
Konfigurasi Router
Cara konfigurasi router adalah dengan mengklik pada router, setelah masuk ke menu setting
pilih perintah CLI (Commond Line Interface), kemudian ketik perintah – perintah yang digunakan,
yaitu perintah untuk konfigurasi setiap interface dan peritungan RIPv2. Hal ini ditunjukkan dibawah
ini .
Kode 2. Tampilan Menu CLI untuk Perintah Interface dan Serial Router
Router>ena
Router#conf t
Router (config)#int fe0/0
Router (config-if)#ip add 192.168.1.254 255.255.255.0
Router (config-if)#no shut
Router (config-if)#exit
Router (config)#ip add 10.10.10.1 255.255.255.252
Router (config-if)#no shut
Router (config-if)#exit
Router (config)#exit
Router#
Kode 3. Tampilan Menu CLI untuk Perintah Konfigurasi Routingr RIPv2
Router>ena
Router#conf t
Router (config)#router rip
Router (config-router)#version 2
Router (config-router)#network 192.168.1.0
Router (config-router)#network 10.10.10.0
Router (config-router)#exit
Router (config)#exit
Router#
Setelah tahapan setting router dilaksanaan, maka jaringan komputer yang terhubung dapat
melakukan komunikasi data dengan jaringan komputer yang lain. Untuk pengecekan setting router
tadi kita malakukan verifikasi atau cek routing table. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 4.2 dan yang
diberi warna merupakan bukti routing RIPv2 sudah berhasil.
Gambar 4.2 Hasil Routing RIPv2
4.5
Ping Test
Jika ingin membuktikan apakah antar router sudah terhubung dan sudah bisa mengirimkan
data ke beberapa router lain maka dilakukan ping test. Yaitu dengan mengklik pada salah satu PC
dan memilih menu command prompt dari desktop kemudian ping dari PC 0 pada router 1 ke PC 10
pada router 3 untuk pengiriman data. Hasil ini ditunjukkan pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Tampilan dari IP Table pada RIPv2
4.6
Hasil Uji Coba
Dengan skenario yang telah dibuat saya mendapatkan hasil dari skenario tersebut dimulai dari
skenario no 1 sampai 3 sebagai berikut :
Gambar 4.4 Hasil melakukan ping dari PC1 ke PC4
Gambar 4.5. Hasil melakukan ping dari PC0 ke PC6
Gambar 4.6. Hasil melakukan ping dari PC2 ke PC10
Hasil skenario yang telah dibuat cukup memuaskan dengan ketiga skenario tersebut berjalan
dengan lancar dan berhasil tersambung dengan komputer lain meskipun komputer tesebut berada
beda jaringan Routernya.
5. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil implementasi yag dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Konsep dasar dari routing adalah bahwa router meneruskan IP paket berdasarkan pada IP
address tujuan yang ada dalam header IP paket. Dia mencocokkan IP address tujuan
dengan routing table dengan harapan menemukan kecocokan entri–suatu entri yang
menyatakan kepada router kemana paket selanjutnya harus diteruskan. Jika tidak ada
kecocokan entri yang ada dalam routing table, dan tidak ada default route, maka router
tersebut akan membuang paket tersebut.
2. Jaringan komputer yang terhubung dapat melakukan komunikasi data dengan jaringan
komputer yang lain.
3. Routing Dinamik adalah jenis routing yang bisa berubah sesuai dengan kondisi yang
diinginkan dengan parameter tertentu sesuai dengan protokolnya. Routing Dinamic
diterapkan pada komputer yang berfungsi sebagai router dan dibutuhkan router lain yang
sama-sama menerapkan sistem Routing Dinamic, jadi tidak bisa berdiri sendiri seperti
halnya Routing Static.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka penulis merekomendasikan berupa saran-saran
sebagai berikut :
1.
Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan teknik
routing yang lain, agar dapat membandingkan dimana kelebihan dan kekurangan tiap
teknik.
2.
Jumlah router sebaiknya ditambah agar untuk settingan atau
pembangunan skala besar dapat di terapkan didunia nyata.
3.
Gunakan class yang berbeda-beda agar anda dapat terbiasa
jika mendapatkan proyek besar kedepannya.
REFERENSI
Zulhikam, Ahmad. 28 januari 2012 “Pengertian Topologi Star, kelebihan dan kekurangan topologi
Star”
http://jaringankomputer.org/pengertian-topologi-star-kelebihan-dan-kekurangan-topologi-bintang/
(Diakses pada tanggal 20 Mei 2016).
Nurdyana, Hadiyan. 18 januari 2013 “Definisi Routing, Konsep Dasar, Jenis, Tabel Routing,
Konfigurasi”
http://hadiyan9.blogspot.co.id/2013/01/definisi-routing-konsep-dasar-jenis.html (Diakses pada
tanggal 16 Mei 2016).
Nurlaila, Dila. 11 Desember 2014 “Routing Dinamis dan Statis”
http://dilanurlaila.blogspot.co.id/2014/12/routing-statis-dan-dinamis-tugas.html (Diakses pada tanggal
22 Mei 2016).
Firdaus, Fadly. 10 Oktober “RIP(Routing Information Protocol)”
http://fadlyfstik2010.blogspot.co.id/2012/10/rip-routing-information-protocol.html (Diakses pada
tanggal 20 Mei 2016).
Yuli. 9 mei 2010 “ Distance Vector Routing”
http://yuli-octa28.blogspot.co.id/2010/05/distance-vector-routing.html (Diakses pada tanggal 22 Mei
2016).
Rianafirin, Kartika. 9 Febuari 2015 “RIPv2 dan RIPng”
https://prezi.com/a_9nvftafyzc/ripv2-and-ripng/ (Diakses pada tanggal 21 Mei 2016).
RIPv2(ROUTING INFORMATION PROTOCOL VERSION 2)
MENGGUNAKAN CISCO PACKET TRACER
1
Dwi Rachmad Kurniawan, 2Hanafi
Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur
Email:[email protected] , [email protected]
Abstract. The development of computer networks today so rapidly, Computer network
connection is a fundamental thing in a network, because if the connection is problematic, then
all types of applications that run through the computer network will produce poor performance.
So is the performance of a network, if a parameter of a network problem, the quality of the
network will also be reduced. This Field Work Practice discusses a dynamic routing technique
RIPv2 which will later be implemented in an office using Cisco Packet Tracer as
implementation media that is applied also to Star Topology. The Results of this Field Work
Practice is an implementation of the RIPv2 network routing technique in which this technique is
the second version of the RIP network routing technique. And hopefully this implementation can
be useful for the future.
Keywords: Star Topology, Dynamic Ripv2 Router, Cisco Packet Tracer
Abstrak Perkembangan jaringan komputer saat ini begitu pesat, Koneksi jaringan komputer
merupakan suatu hal yang mendasar dalam suatu jaringan, karena bila koneksi itu bermasalah,
maka semua jenis aplikasi yang dijalankan melalui jaringan komputer akan menghasilkan
kinerja yang buruk. Begitu juga unjuk kerja dari sebuah jaringan, bila suatu parameter dari
sebuah jaringan bermasalah, kualitas jaringan tersebut juga akan berkurang. Praktek Kerja
Lapangan ini membahas suatu teknik routing dinamis RIPv2 yang nantiya akan
diimplementasikan pada sebuah perkantoran dengan menggunakan Cisco Packet Tracer
sebagai media implementasian yang diterapkan juga pada Topologi Star. Hasil Praktek Kerja
Lapangan ini adalah sebuah pengimplementasian dari teknik routing jaringan RIPv2 yang
dimana teknik ini versi ke dua dari teknik routing jaringan RIP. Dan diharapkan implementaian
ini dapat berguna untuk kedepannya.
Kata Kunci: Topologi Star, Router Dinamis Ripv2, Cisco Packet Tracer
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Inovasi di dalam teknologi telekomunikasi berkembang dengan cepat dan selaras dengan
perkembangan karakteristik masyarakat modern yang memiliki mobilitas tinggi, mencari layanan yang
fleksibel, serba mudah dan memuaskan serta mengejar efisiensi di segala aspek. Kemudian tujuan kami
membuat paper ini untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Riset Teknologi dan Informasi dari Teknik
Informatika UPN Veteran Jawa Timur. Selain itu, mengenai kebutuhan akan sistem untuk pengendalian
jarak jauh semakin meningkat sejalan dengan era globalisasi dimana perpindahan dan pergerakan manusia
semakin luas dan cepat. Selama ini masyarakat dapat mengontrol sesuatu dari jarak jauh dengan
menggunakan remote control, akan tetapi pengontrolan tersebut terhambat oleh jarak. Apabila jarak antara
alat yang dikontrol dengan pengontrol itu melewati batas toleransinya, maka peralatan tersebut tidak dapat
berfungsi sesuai dengan yang diinginkan. Pengontrolan melalui jalur telepon merupakan hal yang lumrah,
tetapi sistem ini kerap digunakan untuk sistem fix-point to point. Selain itu juga adanya kendala biaya
terhadap jarak. Jarak semakin jauh maka biaya pulsa yang dikeluarkan semakin besar.
Teknologi jaringan komputer merupakan solusi yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi fix-point
to point dan biaya, serta menjadi model fleksibel multi point to multi point. Pesatnya perkembangan dunia
jaringan komputer akhir-akhir ini, memicu berkembangnya teknologi baru yang memanfaatkan teknologi
jaringan komputer sebagai media untuk menciptakan aplikasi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan informasi yang terdapat dalam latar belakang, dapat dirumuskan permasalahan
diantaranya :
1. Bagaimana cara implementasikan routing dinamis dengan RIPv2 yang merupakan versi
selanjutan dari RIP ?
2. Bagaimana tahap dalam peimplementasian dari teknik RIPv2 dengan menggunakan Cisco
Packet Tracer ?
1.3 Batasan Masalah
Dalam implementasian routing dinamis ini saya hanya menggunakan 3 router, 3 switch dan
beberapa komputer pada tiap router untuk penerapannya.
1.4 Tujuan dan Manfaat
Pelaksanaan implementasian ini memiliki beberapa tujuan dan manfaat, diantaranya :
1. Menjadikan implementasian ini sebagai pembelajaran untuk orang lain yang membutuhkan.
2. Sebagai sarana pembelajaran untuk pengenalan routing dinamis dengan teknik RIPv2.
3. Untuk memenuhi syarat Final Project pada mata kuliah Riset Teknologi dan Informasi
Program Studi Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Sejak pertama kali digunakan secara komersil hampir tiga dekade lalu, LAN mengalami
berbagai macam perubahan baik dari media transmisinya maupun pada topologi dan metode
aksesnya. Perbedaan topologi dapat mempengaruhi faktor-faktor penting yaitu biaya
pentransmisian, kecepatan pengiriman data dan dapat juga menyebabkan perbedaan metode
aksesnya. Dengan adanya tadi penelitian sebelumnya menggunakan teknik routing RIP yang
merupakan teknik routing sebelum RIPv2 yang menghasilkan hasil pengujian delay dengan
software cisco packet tracer mendapati delay terkecil yaitu sebesar 108 ms sementara hasil
terbesar sebesar 133 dan nilai rata-rata packet loss untuk pengujiannya menghasilkan nilai yang
sama yaitu 25% dengan menggunakan routing statis dan routing dinamis.
2.2 Jaringan
Jaringan komputer adalah sebuah sistem yang terdiri dari dua atau lebihkomputer yang saling
terhubung satu sama lain melalui media transmisi atau media komunikasi sehingga dapat saling
berbagi data, aplikasi maupun berbagi perangkat keras komputer. suatu aturan atau cara untuk
menghubungkan komputer yang satu dengan komputer yang lainnya sehingga membentuk suatu
jaringan di sebut Topologi jaringan, ada beberapa topologi jaringan karena setiap topologi
memiliki perbedaan yang mempengaruhi faktor faktor seperti pentransmisian, kecepatan
pengiriman data dan juga metode akses yang berbeda. seorang administrator jaringan memerlukan
aplikasi Network Monitoring System untuk simulasi yang dapat mencerminkan arsitektur dari
jaringan komputer pada sistem jaringan yang digunakan. Dengan menggunakan aplikasi Cisco
Packet Tracer, simulasi data mengenai jaringan dapat dimanfaatkan menjadi informasi tentang
keadaan koneksi suatu komputer dalam suatu jaringan apabila terjadi masalah dalam interkoneksi
jaringan.
2.3 Topologi Star
Topologi Star adalah bentuk jaringan, atau tata letak jaringan dimana semua perangkat
berputar di sekitar hub pusat. Semua komputer dalam topologi star terhubung ke perangkat
sentral seperti hub, switch atau router.(Ahmad Zulhikam, 2012)
.
Gambar 2.1 Topologi Star
2.4 Routing
Routing adalah proses untuk memilih jalur (path) yang harus dilalui oleh paket. Jalur yang
baik tergantung pada beban jaringan, panjang datagram, type of service requested dan pola trafik.
Pada umumnya skema routing hanya mempertimbangkan jalur terpendek (Hadiyan Nurdyana,
2013). Terdapat 2 bentuk routing, yaitu :
1. Direct Routing (direct delivery): paket dikirimkan dari satu mesin ke mesin lain secara
langsung (host berada pada jaringan fisik yang sama) sehingga tidak perlu melalui mesin lain
atau gateway.
2. Indirect Routing (indirect delivery): paket dikirimkan dari suatu mesin ke mesin yang lain
yang tidak terhubung langsung (berbeda jaringan) sehingga paket akan melewati satu atau
lebih gateway atau network yang lain sebelum sampai ke mesin yang dituju.
Konsep routing adalah hal yang utama pada lapisan internet di jaringan TCP/IP. Hal ini
karena pada lapisan internet terjadi proses pengalamatan. Data-data dari device yang terhubung ke
internet dikirim dalam bentuk datagram, yaitu paket data yang didefinisikan oleh IP. Datagram
memiliki alamat tujuan paket data. Internet Protokol memeriksa alamat ini untuk menyampaikan
datagram dari device asal ke device tujuan. Jika alamat tujuan datagram tersebut terletak satu
jaringan dengan device asal, datagram tersebut langsung disampaikan. Jika alamat tujuan
datagram tidak terdapat di jaringa yang sama, datagram akan disampaikan kepada router yang
paling tepat.(Hadiyan Nurdyana, 2013)
2.5 Routing dinamis
Routing dinamis adalah proses router yang me-rutekan jalur yang dibentuk secara otomatis
oleh router itu sendiri sesuai dengan konfigurasi yang dibuat. Jika ada perubahan topologi antar
jaringan, router otomatis akan membuat routing yang baru. Routing dinamis merupakan routing
protocol digunakan untuk menemukan network serta untuk melakukan update routing table pada
router. Routing dinamis ini lebih mudah dari pada menggunakan routing statis dan default, akan
tetapi ada perbedaan dalam proses-proses di CPU router dan penggunaan bandwidth dari link
jaringan. (Dila Nurlaila, 2014)
2.6 RIP
Routing Information Protocol (RIP) adalah sebuah protokol routing dinamis yang digunakan
dalam jaringan LAN (Local Area Network) dan WAN (Wide Area Network). Oleh karena itu
protokol ini diklasifikasikan sebagai Interior Gateway Protocol (IGP). Protokol ini menggunakan
algoritma Distance-Vector Routing (Fadly Firdaus, 2016) Cara kerja RIP yaitu :
1. Host mendengar pada alamat broadcast jika ada update routing dari gateway.
2. Host akan memeriksa terlebih dahulu routing table lokal jika menerima update routing .
3. Jika rute belum ada, informasi segera dimasukkan ke routing table .
4. Jika rute sudah ada, metric yang terkecil akan diambil sebagai acuan.
5. Rute melalui suatu gateway akan dihapus jika tidak ada update dari gateway tersebut dalam
waktu tertentu
6. Khusus untuk gateway, RIP akan mengirimkan update routing pada alamat broadcast di setiap
network yang terhubung.
Kemudian RIP juga memiliki Kelebihan antara lain adalah :
1. RIP menggunakan metode Triggered Update. RIP memiliki timer untuk mengetahui
kapan router harus kembali memberikan informasi routing.
2. Jika terjadi perubahan pada jaringan, sementara timer belum habis, router tetap harus
mengirimkan informasi routing karena dipicu oleh perubahan tersebut (triggered update).
3. Mengatur routing menggunakan RIP tidak rumit dan memberikan hasil yang cukup dapat
diterima, terlebih jika jarang terjadi kegagalan link jaringan. (Fadly Firdaus, 2016)
Dalam implementasi RIP memang mudah untuk digunakan, namun RIP mempunyai masalah
serius pada Autonomous System yang besar, yaitu :
1. Terbatasnya diameter network, Telah disebutkan sedikit di atas bahwa RIP hanya bisa
menerima metrik sampai 15. Lebih dari itu tujuan dianggap tidak terjangkau. Hal ini bisa
menjadi masalah pada network yang besar.
2. Konvergensi yang lambat, Untuk menghapus entry tabel routing yang bermasalah, RIP
mempunyai metode yang tidak efesien.
3. Tidak bisa membedakan network masking lebih dari /24, RIP membaca IP address
berdasarkan kepada kelas A, B dan C. Seperti kita ketahui bahwa kelas C mempunyai masking
24 bit. Dan masking ini masih bias diperpanjang menjadi 25 bit, 26 bit dan seterusnya. RIP
tidak dapat membacanya bila lebih dari 24 bit. Ini adalah masalah besar, mengingat masking
yang lebih dari 24 bit banyak dipakai. Hal ini sudah dapat di atasi pada RIPv2.
4. Jumlah host Terbatas.
5. RIP tidak memiliki informasi tentang subnet setiap route.
6. RIP tidak mendukung Variable Length Subnet Masking (VLSM), Ketika pertama kali
dijalankan hanya mengetahui cara routing ke dirinya sendiri (informasi lokal) dan tidak
mengetahui topologi jaringan tempatnya berada.[4]
2.7 RIPv2
RIPv2 adalah RIP versi 2 (RIPv2) dikembangkan pada tahun 1993 dan standar terakhir pada
tahun 1998. Ini termasuk kemampuan untuk membawa informasi subnet, sehingga mendukung
Classless Inter-Domain Routing (CIDR). Untuk menjaga kompatibilitas, maka batas hop dari 15
tetap. RIPv2 memiliki fasilitas untuk sepenuhnya beroperasi dengan spesifikasi awal jika semua
protokol Harus Nol bidang dalam pesan RIPv1 benar ditentukan. Selain itu, aktifkan
kompatibilitas fitur memungkinkan interoperabilitas halus penyesuaian. (Fadly Firdaus, 2016).
Kemudian Keuntungan menggunakan RIPv2 adalah :
1. Mudah di konfigurasi
2. Tidak memerlukan disain seperti OSPF
3. Tidak kompleks
4. Mendukung routing classfull dan routing classless
5. Info subnet dimasukkan dalam perbaikan routing
6. Mendukung VLSM (Variabel Length Subnet Mask)
7. Perbaikan routing multicast. (Kartika Rianafirin, 2015)
Selain memiliki keuntungan menggunakan RIPv2 memiliki beberapa kekurangan antara lain :
1. Utilisasi bandwidth sangat tinggi karena di perlukan untuk broadcast setiap 30
second(RIPv2)
2. Terbatas pada jumlah hop
3. Tidak reachable jika hop countnya lebih dari 15
4. Kenvergensinya rendah. (Kartika Rianafirin, 2015)
2.8 Algortima Distance Vector Routing
Distance Vector adalah sebuah algoritma dalam menentukan IP pada proses routing.
Algoritma ini cara kerjanya dengan membentuk tabel routing di jaringan adalah dengan cara
setiap router memberikan informasi mengenai keadaan jaringan yang diketahui router tersebut
kepada router-router tetangganya setiap selang waktu tertentu. Informasi keadaan jaringan
tersebut adalah dalam bentuk distance-vector (vektor jarak), yaitu jumlah hop yang diperlukan
untuk mencapai suatu jaringan. Router tetangga (neighbhor) tersebut menyimpan dan mengolah
informasi keadaan jaringan yang diterimanya dan juga me-nyampaikan informasi yang
dimilikinya ke router- router tetangga yang lain. Hal ini terus berlangsung sampai seluruh router
di jaringan mengetahui keadaan jaringan. (Yuli, 2010)
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Sub-bab ini akan menjelaskan mengenai desain hingga fungsional dari implementasian
routing dinamis dengan teknik RIPv2 yang akan dikerjakan. Proses implementasian meliputi
diskripsi umum, diskripsi fungsional dan spesifikasi kebutuhan untuk implementasiannya.
3.1.1
Diskripsi Umum
Implementasi routing dinamis untuk mendukung kegiatan perkulihan dan sebagai
media informasi dan pembelajaran lebih lanjut, sehingga perlu dukungan adanya media untuk
pengaplikasian seperti cisco yang akan diterapkan nanti.
3.2 Alur Pengerjaan
3.1.1 Flowchart
Mulai
Setiap router menginputkan network dan dimulai dengan
sebuah vector jarak pada table routing ke jaringan intern
Setiap router memberikan besar vector yang tersedia di
router tetangga
Menghitung jarak tempuh ke x kemudian menyertakan
perhitungan jarak x ke router tetangga
Jarak ke x
diketahui
Tidak
Router memperbarui panjang jarak x
Semua router x
sudah diperiksa
Tidak
Selesai
Gambar 3.1 Fowchart Pengerjaan
3.1.2
3.2.3
Penjelasan Flowchart
Setelah mengsetting IP Address setiap client dan router kita melakukan routing
pada tiap router dengan tahapan seperti berikut :
1. Setiap router menginputkan network dan dimulai dengan sebuah vector jarak
pada table routing ke jaringan intern.
2. Setiap router memberikan besar vector yang tersedia di router tetangga.
3. Menghitung jarak tempuh ke x kemudian menyertakan perhitungan jarak x ke
router tetangga.
4. Disini terjadi filtering dimana jika jarak x diketahui, router akan
memperbarui panjang jarak x dan jika tidak diketahui maka akan menghitung
jarak kembali.
5. Setelah perhitungan jarak sudah diketahui, setiap router akan memeriksa
jarak yang ditemukan tadi sudah diperiksa atau belum. Jika jarak tersebut
sudah diketahui maka proses routing selesai, jika belum diketahui maka
router akan memberikan besar vector ke router tetangga sekali lagi.
Skenario Uji Coba
Dengan penjelasan flowchart diatas saya mencoba untuk mencoba beberapa
skenario sebagai berikut :
1. Melakukan ping dari komputer PC1 ke PC4 yang sama-sama berada pada
jaringan Router0.
2. Melakukan ping dari komputer PC0 ke PC6 yang berada pada bagian
jaringan Router1.
3. Melakukan ping dari komputer PC2 ke PC10 yang berada pada bagian
jaringan Ruter2.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Tahap Perancangan
Pada tahap ini akan membahas perancangan dalam pengimplementasian routing dinamis
dengan teknik RIPv2 menggunakan cisco packet tracer diantaranya kebutuhan apa saja yang
dibutuhkan pada pengmplementasian tersebut.
4.2
Membuat Model Jaringan
Untuk membuat model jaringan bisa dilakukan dengan pemanfaatan area kerja dari Cisco
Packet Tracer. Peralatan yang digunakan dapat dipilih dari kolom pemilihan jenis alat dan koneksi
yang berada disebelah kiri bawah. Hasil dari model jaringan yang dibuat dapat dilihat pada
Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Tampilan Model Jaringan Yang dirancang
4.3
Menentukan IP Address
Untuk mengisi IP Address dengan cara klik pada PC yang ingin diberi IP address, lalu pilih
desktop, setelah itu pilih IP configuration, kemudian isikan nomor IP address.
Kode 1. Konfigurasi IP Static
IP Configuration (Static)
IP Address
192.168.1.1
Subnet Mask
255.255.255.0
Default Gateway 192.168.1.254
DNS Server
(kosongkan)
4.4
Konfigurasi Router
Cara konfigurasi router adalah dengan mengklik pada router, setelah masuk ke menu setting
pilih perintah CLI (Commond Line Interface), kemudian ketik perintah – perintah yang digunakan,
yaitu perintah untuk konfigurasi setiap interface dan peritungan RIPv2. Hal ini ditunjukkan dibawah
ini .
Kode 2. Tampilan Menu CLI untuk Perintah Interface dan Serial Router
Router>ena
Router#conf t
Router (config)#int fe0/0
Router (config-if)#ip add 192.168.1.254 255.255.255.0
Router (config-if)#no shut
Router (config-if)#exit
Router (config)#ip add 10.10.10.1 255.255.255.252
Router (config-if)#no shut
Router (config-if)#exit
Router (config)#exit
Router#
Kode 3. Tampilan Menu CLI untuk Perintah Konfigurasi Routingr RIPv2
Router>ena
Router#conf t
Router (config)#router rip
Router (config-router)#version 2
Router (config-router)#network 192.168.1.0
Router (config-router)#network 10.10.10.0
Router (config-router)#exit
Router (config)#exit
Router#
Setelah tahapan setting router dilaksanaan, maka jaringan komputer yang terhubung dapat
melakukan komunikasi data dengan jaringan komputer yang lain. Untuk pengecekan setting router
tadi kita malakukan verifikasi atau cek routing table. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 4.2 dan yang
diberi warna merupakan bukti routing RIPv2 sudah berhasil.
Gambar 4.2 Hasil Routing RIPv2
4.5
Ping Test
Jika ingin membuktikan apakah antar router sudah terhubung dan sudah bisa mengirimkan
data ke beberapa router lain maka dilakukan ping test. Yaitu dengan mengklik pada salah satu PC
dan memilih menu command prompt dari desktop kemudian ping dari PC 0 pada router 1 ke PC 10
pada router 3 untuk pengiriman data. Hasil ini ditunjukkan pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Tampilan dari IP Table pada RIPv2
4.6
Hasil Uji Coba
Dengan skenario yang telah dibuat saya mendapatkan hasil dari skenario tersebut dimulai dari
skenario no 1 sampai 3 sebagai berikut :
Gambar 4.4 Hasil melakukan ping dari PC1 ke PC4
Gambar 4.5. Hasil melakukan ping dari PC0 ke PC6
Gambar 4.6. Hasil melakukan ping dari PC2 ke PC10
Hasil skenario yang telah dibuat cukup memuaskan dengan ketiga skenario tersebut berjalan
dengan lancar dan berhasil tersambung dengan komputer lain meskipun komputer tesebut berada
beda jaringan Routernya.
5. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil implementasi yag dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Konsep dasar dari routing adalah bahwa router meneruskan IP paket berdasarkan pada IP
address tujuan yang ada dalam header IP paket. Dia mencocokkan IP address tujuan
dengan routing table dengan harapan menemukan kecocokan entri–suatu entri yang
menyatakan kepada router kemana paket selanjutnya harus diteruskan. Jika tidak ada
kecocokan entri yang ada dalam routing table, dan tidak ada default route, maka router
tersebut akan membuang paket tersebut.
2. Jaringan komputer yang terhubung dapat melakukan komunikasi data dengan jaringan
komputer yang lain.
3. Routing Dinamik adalah jenis routing yang bisa berubah sesuai dengan kondisi yang
diinginkan dengan parameter tertentu sesuai dengan protokolnya. Routing Dinamic
diterapkan pada komputer yang berfungsi sebagai router dan dibutuhkan router lain yang
sama-sama menerapkan sistem Routing Dinamic, jadi tidak bisa berdiri sendiri seperti
halnya Routing Static.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka penulis merekomendasikan berupa saran-saran
sebagai berikut :
1.
Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan teknik
routing yang lain, agar dapat membandingkan dimana kelebihan dan kekurangan tiap
teknik.
2.
Jumlah router sebaiknya ditambah agar untuk settingan atau
pembangunan skala besar dapat di terapkan didunia nyata.
3.
Gunakan class yang berbeda-beda agar anda dapat terbiasa
jika mendapatkan proyek besar kedepannya.
REFERENSI
Zulhikam, Ahmad. 28 januari 2012 “Pengertian Topologi Star, kelebihan dan kekurangan topologi
Star”
http://jaringankomputer.org/pengertian-topologi-star-kelebihan-dan-kekurangan-topologi-bintang/
(Diakses pada tanggal 20 Mei 2016).
Nurdyana, Hadiyan. 18 januari 2013 “Definisi Routing, Konsep Dasar, Jenis, Tabel Routing,
Konfigurasi”
http://hadiyan9.blogspot.co.id/2013/01/definisi-routing-konsep-dasar-jenis.html (Diakses pada
tanggal 16 Mei 2016).
Nurlaila, Dila. 11 Desember 2014 “Routing Dinamis dan Statis”
http://dilanurlaila.blogspot.co.id/2014/12/routing-statis-dan-dinamis-tugas.html (Diakses pada tanggal
22 Mei 2016).
Firdaus, Fadly. 10 Oktober “RIP(Routing Information Protocol)”
http://fadlyfstik2010.blogspot.co.id/2012/10/rip-routing-information-protocol.html (Diakses pada
tanggal 20 Mei 2016).
Yuli. 9 mei 2010 “ Distance Vector Routing”
http://yuli-octa28.blogspot.co.id/2010/05/distance-vector-routing.html (Diakses pada tanggal 22 Mei
2016).
Rianafirin, Kartika. 9 Febuari 2015 “RIPv2 dan RIPng”
https://prezi.com/a_9nvftafyzc/ripv2-and-ripng/ (Diakses pada tanggal 21 Mei 2016).