Bab 1 Pendahuluan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Sebelum dan Setelah Melakukan Merger dan Akuisisi Tahun 2005-2011

Bab 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan
keberhasilan

dan

adalah

unsur

kehidupan

esensial

banyak

bagi

perusahaan.


Tanpa pertumbuhan, perusahaan sulit membangkitkan
dedikasi (pengabdian) terhadap pencapaian tujuannya.
Pertumbuhan suatu perusahaan dapat bersifat internal
dan eksternal. Pertumbuhan suatu perusahaan secara
internal

dan

eksternal

penggabungan
beberapa

atau

usaha.

pengambilalihan


dapat

dilakukan

pembelian
Dengan

beberapa

perusahaan-perusahaan

itu

melalui

(pengambilalihan)

penggabungan
usaha,
dapat


atau

diharapkan
meningkatkan

pangsa pasar, diversifikasi usaha, atau meningkatkan
integrasi vertikal dari aktivitas operasional yang ada
dan sebagainya. Pada dasarnya penggabungan atau
pengambilalihan

usaha

merupakan

bentuk

penggabungan atau pengambilalihan satu perusahaan
dengan atau oleh perusahaan lain dalam rangka
mendapatkan

operasional.

pengendalian
Bentuk

atas

aktiva

maupun

penggabungan

atau

pengambilalihan usaha yang sering dilakukan dalam
dua dekade terakhir ini adalah merger dan akuisisi,
dimana strategi ini di pandang sebagai salah satu cara
untuk mencapai beberapa tujuan yang lebih bersifat
ekonomis


dan

jangka

panjang

Sulaimin 2009, dalam Meta 2010).
1

(Dharmasetya

dan

Østergård

(2009),

perkembangan


menyatakan

kondisi

ekonomi

bahwa

global

dan

perkembangan Produk Domestik Bruto di seluruh
dunia mempengaruhi aktifitas merger dan akuisisi. Ciriciri ekonomi yang kuat adalah inflasi yang rendah,
profitabilitas perusahaan yang tinggi, liberalisasi yang
berkelanjutan dan kemajuan globalisasi yang membuka
peluang

investasi.


Semua

karakteristik

tersebut

mendorong aktivitas merger dan akuisisi.Beams dan
Yusuf (2000) menyatakan bahwa proses merger dan
akuisisi

dilakukan

ketika

sebuah

perusahaan

mengambil alih semua operasi dari entitas usaha lain
dan


entitas

dibubarkan.

yang

diambil

alih

tersebut

Jadi, setelah merger perusahaan yang

diambil alih dibubarkan, sedangkan perusahaan yang
mengambil alih tetap beroperasi secara hukum sebagai
satu

badan


usaha

dan

melanjutkan

kegiatan

perusahaan yang diambil alih. Sedangkan definisi
akuisisi

menurut

pernyataan

Standar

Akuntansi


Keuangan No. 22 tentang penggabungan badan usaha
adalah suatu penggabungan usaha dimana salah satu
perusahaan, yaitu pengakuisisi memperoleh kendali
atas

aktiva

diakuisisi,

netto
dengan

dan

operasi

memberikan

perusahaan
aktiva


yang

tertentu,

mengakui suatu kewajiban atau dengan mengeluarkan
saham. Biasanya pihak pengakuisisi memiliki ukuran
yang

lebih

besar

dibanding

dengan

pihak

yang

diakuisisi.
Di Indonesia merger dan akuisisi menunjukkan
skala peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke
2

tahun (Moin, 2003). Bagi perusahaan-perusahaan yang
telah tercatat pada Bursa Efek Indonesia (go public),
proses merger dan negoisasi dapat dilakukan hanya
dengan

menggunakan

saham

(Purwani,

2014).

Baridwan (1992) dalam Hamid (1998) menyatakan
bahwa

merger

terjadi

mengeluarkan

saham

bila
untuk

suatu

perusahaan

ditukarkan

dengan

seluruh saham biasa perusahaan lainnya. Pemegang
saham perusahaan yang diambil alih ini menjadi
pemegang saham perusahaan yang mengambil alih,
dan perusahaan yang diambil alih tidak lagi merupakan
perusahaan yang berdiri sendiri, tetapi menjadi bagian
dari perusahaan yang mengambil alih.
Alasan perusahaan lebih tertarik memilih merger
dan akuisisi sebagai strateginya daripada pertumbuhan
internal adalah karena merger dan akuisisi dianggap
jalan cepat untuk mewujudkan tujuan perusahaan di
mana perusahaan tidak perlu memulai dari awal suatu
bisnisbaru. Merger dan akuisisi juga dianggap dapat
menciptakan

sinergi,

yaitu

nilai

keseluruhan

perusahaan setelah merger dan akuisisi yang lebih
besar

daripada

penjumlahan

nilai

masing-masing

perusahaan sebelum merger dan akuisisi. Selain itu,
merger

dan

akuisisi

dapat

memberikan

banyak

keuntungan bagi perusahaan antara lain peningkatan
kemampuan dalampemasaran, riset, skill manajerial,
transfer teknologi, dan efisiensi berupa penurunan
biaya

produksi

(Hitt

2002

dalam

Meta

2010).

Perubahan-perubahan yang terjadi setelah perusahaan
melakukan merger dan akuisisi biasanya akan tampak
3

pada kinerja perusahaan dan penampilan finansialnya.
Pada prinsipnya, perusahaan melakukan merger dan
akuisisi

dengan

harapan

agar

kinerja

keuangan

perusahaan yang bergabung dapat meningkat. Salah
satu tolok ukur kinerja keuangan perusahaan adalah
rasio keuangan. Pasca merger dan akuisisi kondisi dan
posisi keuangan perusahaan mengalami perubahan
dan

hal

ini

tercermin

dalam

laporan

keuangan

perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi.
Untuk menilai bagaimana keberhasilan merger dan
akuisisi yang dilakukan, dapat dilihat dari kinerja
perusahaan setelah melakukan merger dan akuisisi
terutama kinerja keuangan baik bagi perusahaan
pengakuisisi

maupun

perusahaan

diakuisisi.

Sedangkan dilihat dari sisi investasi keberhasilan suatu
perusahaan secara tidak langsung dapat diprediksi dari
peningkatkan

harga

sahamnya

di

bursa

saham

(Novaliza dan Djajanti, 2013).
Akan
menyatakan

tetapi,
bahwa

Sobirin
merger

(2001,
dan

hlm.39-59)

akuisisi

(M&A)

merupakan fenomena bisnis paradoksal. Di satu sisi,
intensitasnya terus meningkat tetapi di sisi lain tingkat
kegagalannya juga cukup tinggi. Sobirin (2001, hlm.3959) mencontohkan
usaha

yang

terjadi

sejak tahun 1983 penggabungan
di

Amerika,

setiap

tahunnya

mencapai angka 2500 lebih. Angka ini belum termasuk
keterlibatan perusahaan Amerika dalam M&A antar
negara

yang

jumlahnya

juga

meningkat

drastis.

Sedangkan di Indonesia, meski tidak ada angka pasti
dan kegiatannya pun tidak setinggi negara-negara
4

maju, juga tidak luput dari peningkatan M&A. Di sisi
lain, tingkat kegagalan M&A juga relatif tinggi berkisar
antara

lima

puluh

sampai

tujuh

puluh

persen.

Termasuk dalam kategori kegagalan M&A misalnya:
penggabungan usaha tersebut tidak mencapai tujuan
finansial yang dikehendaki, tidak meningkatkan harga
saham

di

pasar

bursa

serta

tidak

menciptakan

sinergitas.
Beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya
pun menunjukkan hasil yang beragam. Penelitian yang
dilakukan oleh Dyaksa (2006) menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan untuk rasio keuangan EPS,
NPM, ROE, dan ROA untuk pengujian satu tahun
sebelum dan satu tahun setelah merger dan akuisisi;
rasio keuangan ROE untuk pengujian satu tahun
sebelum dan dua tahun setelah merger dan akuisisi.
Penelitian ini menunjukkan ada peningkatan kinerja
keuangan setelah perusahaan melakukan merger dan
akuisisi.
Penelitian ini diperkuat oleh penelitian Fairuz
Angger

Wibowo

(2012),

yang

menemukan

adanya

perbedaan yang signifikan dengan menggunakan Laba
Bersih Margin (NPM), Return On investasi (ROI), Return
On Equity (ROE), Debt Rasio, Perputaran Total Aktiva
(TATO), Rasio Lancar (CR) dan Produktif per Saham
(EPS). Sedangkan, penelitian Sarah & Maksum (2009)
menemukan bahwa pada perusahaan pengakuisisi
tidak ada perbedaan kinerja keuangan pada rasio
Likuiditas, Aktivitas, Leverage dan Profitabilitas. Tetapi

5

pada perusahaan diakuisisi terdapat perbedaan yang
signifikan pada rasio Likuiditas dan Aktivitas.
Hasil penelitian berbeda ditemukan oleh Payamta
dan Sektiawan (2004) yang meneliti tentang pengaruh
merger

dan

akusisi

terhadap

kinerja

perusahaan

manufaktur selama dua tahun sebelum dan dua tahun
sesudah merger dan akuisisi, yang diproksikan melalui
return saham dan rasio keuangan. Hasil penelitian
menunjukkan tidak adanya perbedaan kinerja yang
signifikan untuk periode sebelum dan sesudah merger
dan akuisisi baik dari return saham maupun rasio
keuangan.

Novaliza

penelitiannya

juga

&

Djajanti

menemukan

(2013)

bahwa

dalam

tidak

ada

perubahan secara signifikan dari kinerja keuangan
perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi
dilihat berdasarkan rasio keuangan untuk periode satu
tahun sebelum dan empat tahun berturut-turut setelah
merger dan akuisisi, meskipun terdapat satu rasio
keuangan yang ada perbedaannya yaitu return on total
asset, untuk periode perbandingan satu tahun sebelum
dan empat tahun setelah merger dan akuisisi, akan
tetapi tidak dapat memberikan cukup bukti bahwa
merger

dan

akuisisi

dapat

meningkatkan

kinerja

ekonomis perusahaan. Penelitian terhadap rasio juga
diperkuat dengan hasil pengujian terhadap return
saham perusahaaan.
Berdasarkan
terhadap

aktifItas

beberapa
merger

catatan
dan

paradoksal

akuisisi

bagi

pertumbuhan perusahaan serta hasil penelitian yang
beragam antara Dyaksa (2006), Fairuz Angger Wibowo
6

(2012) dengan Payamta dan Sektiawan (2004) serta
Novaliza & Djajanti (2013) tentang kinerja keuangan
perusahaan sebelum dan sesudah melakukan merger
dan akuisisi, maka penulis tertarik meneliti kembali
tentang

perbedaan

kinerja

keuangan

perusahaan

pengakuisi yang terdaftar di BEI sebelum dan sesudah
merger dan akuisisi sejak tahun 2005-2011.
Merger

dan

akuisisi

pun

dapat

dibedakan

berdasarkan aktifitas ekonomi dari jenis perusahaan
yang bergabung. Ross, dkk (1996) mengklasifikasikan
menjadi tiga jenis yaitu, akuisisi horisontal (horizontal
aquisition), akuisisi vertikal (vertical aquisition) dan
akuisisi

konglomerat

(conglomerate

aquisition).

Sedangkan Moin (2003) menyatakan bahwa merger
terbagi atas beberapa jenis, yaitu merger horisontal
(horizontal merger), merger vertikal (vertical merger), dan
merger konglomerat (conglomerate merger). Widyastuti
(2010) menemukan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikanantara perusahaan yang melakukan merger
konglomerat

dengan

perusahaan

yang

melakukan

merger non-konglomerat.
Jensen

(1996)

(dalam

https://id.scribd.com/doc/115898717/PengaruhAkuisisi-Konglomerasi-Dan-Non-Konglomerasi,

2010),

menyatakan bahwa jenis merger dan akuisisi nonkonglomerat (horisontal dan vertikal) dikatakan lebih
berhasil jika dibandingkan dengan merger dan akuisisi
konglomerat yang dinilai kurang berhasil. Hal ini
dikarenakan mereka tergolong dalam satu jenis industri
yang sama dan saling menguntungkan. Bertentangan
7

dengan itu, Agrawal, Jaffe, & Mandelker (1992) (dalam
https://id.scribd.com/doc/115898717/Pengaruh2010),

Akuisisi-Konglomerasi–Dan-Non-Konglomerasi,

menemukan bahwa merger dan akuisisi konglomerat
dan non-konglomerat setelah lima tahun berjalan
memberikan imbal hasil yang sama-sama negatif.
Perusahaan pengakuisisi yang melakukan merger nonkonglomerat mengalami underperformed, bahkan lebih
parah daripada yang melakukanmerger konglomerat.
Penelitian yang lebih spesifik dilakukan penelitian
yang dilakukan oleh Akhmadi, Immawati dan Lukito
(2008) menemukan bahwa bank yang melakukan
merger horizontal dengan bank yang lain memperoleh
peningkatan keuntungan, dan signifikan. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2007) yang
menemukan bahwa hanya terdapat tiga rasio keuangan
dari sebelas rasio keuangan yang menunjukkan adanya
perbedaan

yang

signifikan

perusahaan

manufaktur

melakukan

merger

sebelum

(jenis

dan

dan

usaha

akuisisi.

sesudah

yang

Indah

sama)
(2011)

menemukan bahwa merger dan akuisisi horisontal
tidak memberikan pengaruh pada kinerja keuangan
perusahaan

publik

yang

terdaftar

di

Bursa

Efek

Indonesia (BEI). Hal ini dibuktikan dengan tidak
adanya

perbedaan

yang

signifikan

dalam

rasio

keuangan dua tahun dan satu tahun sebelum serta
satu tahun sesudah dan dua tahun sesudah peristiwa
merger dan akuisisi horisontal terjadi. Hasil penelitian
mengindikasikan bahwa merger dan akuisisi horisontal
tidak memberikan pengaruh terhadap kinerja keuangan
8

perusahaan publik dan tidak memberikan sinergi
keuangan bagi perusahaan maupun pencapaian motif
ekonomi.
Perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi
konglomerat sesungguhnya masih mampu memperoleh
keuntungan

bila

pihak

manajemen

dapat

mengelolahnya dengan baik. Kumar (2003) dalam
paparannya menyebutkan bahwa merger konglomerat
(berbeda jenis usaha industri) antara perusahaan
American Online (perusahan telekomunikasi) dan Time
Warner

(perusahaan

sinergitas

dan

produksi

meningkatkan

film)

menghasilkan

keuntungan

bagi

perusahaan tersebut.
Adanya

kontrakdiksi

dari

penelitian-penelitian

terdahulu membuat penulis tertarik untuk meneliti
kembali

tentang

perusahaan

perbedaan

pengakuisisi

kinerja

sebelum

keuangan

dan

setelah

melakukan merger dan akuisisi non-konglomerat dan
konglomerat.
Adapun

pengambilan

sampel

dilakukan

pada

semua perusahaan publik yang terdaftar di BEI (Bursa
Efek Indonesia), yang melakukan merger dan akuisisi
sejak tahun 2005-2011. Penelitian ini dibatasi pada tiga
tahun sebelum dan tiga tahun setelah perusahaan
melakukan merger dan akuisisi sejak tahun 2005
sampai 2011. Jadi pengamatan yang dilakukan dari
tahun 2002 sampai dengan tahun 2014. Penelitian ini
pun

menggunakan

rasio-rasio

keuangan,

sehingga

diharapkan dapat memperoleh hasil yang lebih akurat
dan spesifik. Sedangkan hal lain menyangkut corporate
9

action (aksi perusahaan) di luar rasio keuangan tidak
dibahas dalam penelitian ini.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada
latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian
ini adalah :
1. Apakah ada perbedaan kinerja keuangan yang
signifikan

dari

perusahaan

pengakuisisi

yang

terdaftar di BEI sebelum dan setelah melakukan
merger dan akuisisi?
2. Apakah ada perbedaan kinerja keuangan yang
signifikan

dari

perusahaan

pengakuisisi

yang

terdaftar di BEI sebelum dan setelah melakukan
merger

dan

akuisisi

berdasarkan

jenis

usaha

horizontal?
3. Apakah ada perbedaan kinerja keuangan yang
signifikan

dari

perusahaan

pengakuisisi

yang

terdaftar di BEI sebelum dan setelah melakukan
merger

dan

akuisisi

berdasarkan

jenis

usaha

vertikal?
4. Apakah ada perbedaan kinerja keuangan yang
signifikan

dari

perusahaan

pengakuisisi

yang

terdaftar di BEI sebelum dan setelah melakukan
merger

dan

akuisisi

berdasarkan

konglomerasi?

10

jenis

usaha

1.3 Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka
yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Membuktikan
keuangan

bahwa

yang

ada

signifikan

perbedaan
dari

kinerja

perusahaan

pengakuisisi yang terdaftar di BEI sebelum dan
setelah melakukan merger dan akuisisi?
2. Membuktikan
keuangan

bahwa

yang

ada

signifikan

perbedaan
dari

kinerja

perusahaan

pengakuisisi yang terdaftar di BEI sebelum dan
setelah melakukan merger dan akuisisi berdasarkan
jenis usaha horizontal?
3. Membuktikan
keuangan

bahwa

yang

ada

signifikan

perbedaan
dari

kinerja

perusahaan

pengakuisisi yang terdaftar di BEI sebelum dan
setelah melakukan merger dan akuisisi berdasarkan
jenis usaha vertikal?
4. Membuktikan ada perbedaan kinerja keuangan
yang signifikan dari perusahaan pengakuisisi yang
terdaftar di BEI sebelum dan setelah melakukan
merger

dan

akuisisi

berdasarkan

jenis

usaha

konglomerasi?

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian

ini

dilakukan

untuk

memberikan

kontribusi dan menjembatani hasil penelitian yang
sebelumnya

tentang

perbedaan

kinerja

keuangan

perusahaan pengakuisisi yang terdaftar di BEI satu
tahun sebelum dan setelah melakukan merger dan
11

akuisisi. Apabila penelitian ini menemukan perbedaan
kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi sebelum
dan setelah melakukan merger dan akuisisi maka
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Dyaksa (2006), Fairuz Angger Wibowo (2012).
Apabila penelitian ini menemukan tidak ada perbedaan
kinerja perusahaan pengakuisisi sebelum dan setelah
melakukan merger dan akuisisi maka penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Payamta
dan Sektiawan (2004) serta Novaliza & Djajanti (2013).
Apabila penelitian ini menemukan perbedaan
kinerja perusahaan pengakuisisi sebelum dan sesudah
melakukan merger dan akuisisi non-konglomerat dan
konglomerat,

maka

penelitian

ini

sejalan

dengan

penelitian yang dilakukan oleh Widyastuti (2010).
Apabila penelitian ini menemukan tidak ada perbedaan
kinerja perusahaan pengakuisisi sebelum dan sesudah
melakukan merger dan akusisi non-konglomerat dan
konglomerat
penelitian

maka
yang

penelitian

ini

dilakukan

sejalan

oleh

dengan

Agrawal,Jaffe,

&Mandelker (1992).
1.4.2 Manfaat Praktis
Penelitian

ini

diharapkan

dapat

memberikan

manfaat sebagai bahan informasi bagi para investor di
Indonesia

dalam

menyusun

strategi

berinvestasi,

sehingga dapat lebih teliti lagi dalam melihat masa
depan perusahaan yang akan melakukan merger dan
akuisisi.

12

1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam peneltian ini adalah
sebagai berikut :
Bab 1 memuat pendahuluan yang meliputi latar
belakang permasalahan, persoalan penelitian, tujuan
penelitian,

manfaat

penelitian

serta

sistematika

penulisan.
Bab 2 menjelaskan tentang telaah teoritis dan
pengembangan hipotesis yang meliputi merger, akuisisi,
jenis-jenis merger dan akuisisi, kinerja keuangan,
kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.
Bab 3 memuat tentang metode penelitian yang
meliputi jenis penelitian, satuan pengamatan dan
satuan

analisis,

penelitian

dan

populasi
paradigma

dan

sampel,

penelitian,

variabel

pengukuran

konsep penelitian, jenis data dan teknik pengumpulan
data dan teknik analisis data.
Bab 4 menjelaskan tentang paparan tentang hasil
penelitian dan pembahasan yang meliputi
Bab 5 berisi kesimpulan dan implikasi penelitian

13

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24