Bab 1 Pendahuluan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Pengakuisisi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Sebelum dan Setelah Melakukan Merger dan Akuisisi Tahun 2005-2011
Bab 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan
keberhasilan
dan
adalah
unsur
kehidupan
esensial
banyak
bagi
perusahaan.
Tanpa pertumbuhan, perusahaan sulit membangkitkan
dedikasi (pengabdian) terhadap pencapaian tujuannya.
Pertumbuhan suatu perusahaan dapat bersifat internal
dan eksternal. Pertumbuhan suatu perusahaan secara
internal
dan
eksternal
penggabungan
beberapa
atau
usaha.
pengambilalihan
dapat
dilakukan
pembelian
Dengan
beberapa
perusahaan-perusahaan
itu
melalui
(pengambilalihan)
penggabungan
usaha,
dapat
atau
diharapkan
meningkatkan
pangsa pasar, diversifikasi usaha, atau meningkatkan
integrasi vertikal dari aktivitas operasional yang ada
dan sebagainya. Pada dasarnya penggabungan atau
pengambilalihan
usaha
merupakan
bentuk
penggabungan atau pengambilalihan satu perusahaan
dengan atau oleh perusahaan lain dalam rangka
mendapatkan
operasional.
pengendalian
Bentuk
atas
aktiva
maupun
penggabungan
atau
pengambilalihan usaha yang sering dilakukan dalam
dua dekade terakhir ini adalah merger dan akuisisi,
dimana strategi ini di pandang sebagai salah satu cara
untuk mencapai beberapa tujuan yang lebih bersifat
ekonomis
dan
jangka
panjang
Sulaimin 2009, dalam Meta 2010).
1
(Dharmasetya
dan
Østergård
(2009),
perkembangan
menyatakan
kondisi
ekonomi
bahwa
global
dan
perkembangan Produk Domestik Bruto di seluruh
dunia mempengaruhi aktifitas merger dan akuisisi. Ciriciri ekonomi yang kuat adalah inflasi yang rendah,
profitabilitas perusahaan yang tinggi, liberalisasi yang
berkelanjutan dan kemajuan globalisasi yang membuka
peluang
investasi.
Semua
karakteristik
tersebut
mendorong aktivitas merger dan akuisisi.Beams dan
Yusuf (2000) menyatakan bahwa proses merger dan
akuisisi
dilakukan
ketika
sebuah
perusahaan
mengambil alih semua operasi dari entitas usaha lain
dan
entitas
dibubarkan.
yang
diambil
alih
tersebut
Jadi, setelah merger perusahaan yang
diambil alih dibubarkan, sedangkan perusahaan yang
mengambil alih tetap beroperasi secara hukum sebagai
satu
badan
usaha
dan
melanjutkan
kegiatan
perusahaan yang diambil alih. Sedangkan definisi
akuisisi
menurut
pernyataan
Standar
Akuntansi
Keuangan No. 22 tentang penggabungan badan usaha
adalah suatu penggabungan usaha dimana salah satu
perusahaan, yaitu pengakuisisi memperoleh kendali
atas
aktiva
diakuisisi,
netto
dengan
dan
operasi
memberikan
perusahaan
aktiva
yang
tertentu,
mengakui suatu kewajiban atau dengan mengeluarkan
saham. Biasanya pihak pengakuisisi memiliki ukuran
yang
lebih
besar
dibanding
dengan
pihak
yang
diakuisisi.
Di Indonesia merger dan akuisisi menunjukkan
skala peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke
2
tahun (Moin, 2003). Bagi perusahaan-perusahaan yang
telah tercatat pada Bursa Efek Indonesia (go public),
proses merger dan negoisasi dapat dilakukan hanya
dengan
menggunakan
saham
(Purwani,
2014).
Baridwan (1992) dalam Hamid (1998) menyatakan
bahwa
merger
terjadi
mengeluarkan
saham
bila
untuk
suatu
perusahaan
ditukarkan
dengan
seluruh saham biasa perusahaan lainnya. Pemegang
saham perusahaan yang diambil alih ini menjadi
pemegang saham perusahaan yang mengambil alih,
dan perusahaan yang diambil alih tidak lagi merupakan
perusahaan yang berdiri sendiri, tetapi menjadi bagian
dari perusahaan yang mengambil alih.
Alasan perusahaan lebih tertarik memilih merger
dan akuisisi sebagai strateginya daripada pertumbuhan
internal adalah karena merger dan akuisisi dianggap
jalan cepat untuk mewujudkan tujuan perusahaan di
mana perusahaan tidak perlu memulai dari awal suatu
bisnisbaru. Merger dan akuisisi juga dianggap dapat
menciptakan
sinergi,
yaitu
nilai
keseluruhan
perusahaan setelah merger dan akuisisi yang lebih
besar
daripada
penjumlahan
nilai
masing-masing
perusahaan sebelum merger dan akuisisi. Selain itu,
merger
dan
akuisisi
dapat
memberikan
banyak
keuntungan bagi perusahaan antara lain peningkatan
kemampuan dalampemasaran, riset, skill manajerial,
transfer teknologi, dan efisiensi berupa penurunan
biaya
produksi
(Hitt
2002
dalam
Meta
2010).
Perubahan-perubahan yang terjadi setelah perusahaan
melakukan merger dan akuisisi biasanya akan tampak
3
pada kinerja perusahaan dan penampilan finansialnya.
Pada prinsipnya, perusahaan melakukan merger dan
akuisisi
dengan
harapan
agar
kinerja
keuangan
perusahaan yang bergabung dapat meningkat. Salah
satu tolok ukur kinerja keuangan perusahaan adalah
rasio keuangan. Pasca merger dan akuisisi kondisi dan
posisi keuangan perusahaan mengalami perubahan
dan
hal
ini
tercermin
dalam
laporan
keuangan
perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi.
Untuk menilai bagaimana keberhasilan merger dan
akuisisi yang dilakukan, dapat dilihat dari kinerja
perusahaan setelah melakukan merger dan akuisisi
terutama kinerja keuangan baik bagi perusahaan
pengakuisisi
maupun
perusahaan
diakuisisi.
Sedangkan dilihat dari sisi investasi keberhasilan suatu
perusahaan secara tidak langsung dapat diprediksi dari
peningkatkan
harga
sahamnya
di
bursa
saham
(Novaliza dan Djajanti, 2013).
Akan
menyatakan
tetapi,
bahwa
Sobirin
merger
(2001,
dan
hlm.39-59)
akuisisi
(M&A)
merupakan fenomena bisnis paradoksal. Di satu sisi,
intensitasnya terus meningkat tetapi di sisi lain tingkat
kegagalannya juga cukup tinggi. Sobirin (2001, hlm.3959) mencontohkan
usaha
yang
terjadi
sejak tahun 1983 penggabungan
di
Amerika,
setiap
tahunnya
mencapai angka 2500 lebih. Angka ini belum termasuk
keterlibatan perusahaan Amerika dalam M&A antar
negara
yang
jumlahnya
juga
meningkat
drastis.
Sedangkan di Indonesia, meski tidak ada angka pasti
dan kegiatannya pun tidak setinggi negara-negara
4
maju, juga tidak luput dari peningkatan M&A. Di sisi
lain, tingkat kegagalan M&A juga relatif tinggi berkisar
antara
lima
puluh
sampai
tujuh
puluh
persen.
Termasuk dalam kategori kegagalan M&A misalnya:
penggabungan usaha tersebut tidak mencapai tujuan
finansial yang dikehendaki, tidak meningkatkan harga
saham
di
pasar
bursa
serta
tidak
menciptakan
sinergitas.
Beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya
pun menunjukkan hasil yang beragam. Penelitian yang
dilakukan oleh Dyaksa (2006) menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan untuk rasio keuangan EPS,
NPM, ROE, dan ROA untuk pengujian satu tahun
sebelum dan satu tahun setelah merger dan akuisisi;
rasio keuangan ROE untuk pengujian satu tahun
sebelum dan dua tahun setelah merger dan akuisisi.
Penelitian ini menunjukkan ada peningkatan kinerja
keuangan setelah perusahaan melakukan merger dan
akuisisi.
Penelitian ini diperkuat oleh penelitian Fairuz
Angger
Wibowo
(2012),
yang
menemukan
adanya
perbedaan yang signifikan dengan menggunakan Laba
Bersih Margin (NPM), Return On investasi (ROI), Return
On Equity (ROE), Debt Rasio, Perputaran Total Aktiva
(TATO), Rasio Lancar (CR) dan Produktif per Saham
(EPS). Sedangkan, penelitian Sarah & Maksum (2009)
menemukan bahwa pada perusahaan pengakuisisi
tidak ada perbedaan kinerja keuangan pada rasio
Likuiditas, Aktivitas, Leverage dan Profitabilitas. Tetapi
5
pada perusahaan diakuisisi terdapat perbedaan yang
signifikan pada rasio Likuiditas dan Aktivitas.
Hasil penelitian berbeda ditemukan oleh Payamta
dan Sektiawan (2004) yang meneliti tentang pengaruh
merger
dan
akusisi
terhadap
kinerja
perusahaan
manufaktur selama dua tahun sebelum dan dua tahun
sesudah merger dan akuisisi, yang diproksikan melalui
return saham dan rasio keuangan. Hasil penelitian
menunjukkan tidak adanya perbedaan kinerja yang
signifikan untuk periode sebelum dan sesudah merger
dan akuisisi baik dari return saham maupun rasio
keuangan.
Novaliza
penelitiannya
juga
&
Djajanti
menemukan
(2013)
bahwa
dalam
tidak
ada
perubahan secara signifikan dari kinerja keuangan
perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi
dilihat berdasarkan rasio keuangan untuk periode satu
tahun sebelum dan empat tahun berturut-turut setelah
merger dan akuisisi, meskipun terdapat satu rasio
keuangan yang ada perbedaannya yaitu return on total
asset, untuk periode perbandingan satu tahun sebelum
dan empat tahun setelah merger dan akuisisi, akan
tetapi tidak dapat memberikan cukup bukti bahwa
merger
dan
akuisisi
dapat
meningkatkan
kinerja
ekonomis perusahaan. Penelitian terhadap rasio juga
diperkuat dengan hasil pengujian terhadap return
saham perusahaaan.
Berdasarkan
terhadap
aktifItas
beberapa
merger
catatan
dan
paradoksal
akuisisi
bagi
pertumbuhan perusahaan serta hasil penelitian yang
beragam antara Dyaksa (2006), Fairuz Angger Wibowo
6
(2012) dengan Payamta dan Sektiawan (2004) serta
Novaliza & Djajanti (2013) tentang kinerja keuangan
perusahaan sebelum dan sesudah melakukan merger
dan akuisisi, maka penulis tertarik meneliti kembali
tentang
perbedaan
kinerja
keuangan
perusahaan
pengakuisi yang terdaftar di BEI sebelum dan sesudah
merger dan akuisisi sejak tahun 2005-2011.
Merger
dan
akuisisi
pun
dapat
dibedakan
berdasarkan aktifitas ekonomi dari jenis perusahaan
yang bergabung. Ross, dkk (1996) mengklasifikasikan
menjadi tiga jenis yaitu, akuisisi horisontal (horizontal
aquisition), akuisisi vertikal (vertical aquisition) dan
akuisisi
konglomerat
(conglomerate
aquisition).
Sedangkan Moin (2003) menyatakan bahwa merger
terbagi atas beberapa jenis, yaitu merger horisontal
(horizontal merger), merger vertikal (vertical merger), dan
merger konglomerat (conglomerate merger). Widyastuti
(2010) menemukan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikanantara perusahaan yang melakukan merger
konglomerat
dengan
perusahaan
yang
melakukan
merger non-konglomerat.
Jensen
(1996)
(dalam
https://id.scribd.com/doc/115898717/PengaruhAkuisisi-Konglomerasi-Dan-Non-Konglomerasi,
2010),
menyatakan bahwa jenis merger dan akuisisi nonkonglomerat (horisontal dan vertikal) dikatakan lebih
berhasil jika dibandingkan dengan merger dan akuisisi
konglomerat yang dinilai kurang berhasil. Hal ini
dikarenakan mereka tergolong dalam satu jenis industri
yang sama dan saling menguntungkan. Bertentangan
7
dengan itu, Agrawal, Jaffe, & Mandelker (1992) (dalam
https://id.scribd.com/doc/115898717/Pengaruh2010),
Akuisisi-Konglomerasi–Dan-Non-Konglomerasi,
menemukan bahwa merger dan akuisisi konglomerat
dan non-konglomerat setelah lima tahun berjalan
memberikan imbal hasil yang sama-sama negatif.
Perusahaan pengakuisisi yang melakukan merger nonkonglomerat mengalami underperformed, bahkan lebih
parah daripada yang melakukanmerger konglomerat.
Penelitian yang lebih spesifik dilakukan penelitian
yang dilakukan oleh Akhmadi, Immawati dan Lukito
(2008) menemukan bahwa bank yang melakukan
merger horizontal dengan bank yang lain memperoleh
peningkatan keuntungan, dan signifikan. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2007) yang
menemukan bahwa hanya terdapat tiga rasio keuangan
dari sebelas rasio keuangan yang menunjukkan adanya
perbedaan
yang
signifikan
perusahaan
manufaktur
melakukan
merger
sebelum
(jenis
dan
dan
usaha
akuisisi.
sesudah
yang
Indah
sama)
(2011)
menemukan bahwa merger dan akuisisi horisontal
tidak memberikan pengaruh pada kinerja keuangan
perusahaan
publik
yang
terdaftar
di
Bursa
Efek
Indonesia (BEI). Hal ini dibuktikan dengan tidak
adanya
perbedaan
yang
signifikan
dalam
rasio
keuangan dua tahun dan satu tahun sebelum serta
satu tahun sesudah dan dua tahun sesudah peristiwa
merger dan akuisisi horisontal terjadi. Hasil penelitian
mengindikasikan bahwa merger dan akuisisi horisontal
tidak memberikan pengaruh terhadap kinerja keuangan
8
perusahaan publik dan tidak memberikan sinergi
keuangan bagi perusahaan maupun pencapaian motif
ekonomi.
Perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi
konglomerat sesungguhnya masih mampu memperoleh
keuntungan
bila
pihak
manajemen
dapat
mengelolahnya dengan baik. Kumar (2003) dalam
paparannya menyebutkan bahwa merger konglomerat
(berbeda jenis usaha industri) antara perusahaan
American Online (perusahan telekomunikasi) dan Time
Warner
(perusahaan
sinergitas
dan
produksi
meningkatkan
film)
menghasilkan
keuntungan
bagi
perusahaan tersebut.
Adanya
kontrakdiksi
dari
penelitian-penelitian
terdahulu membuat penulis tertarik untuk meneliti
kembali
tentang
perusahaan
perbedaan
pengakuisisi
kinerja
sebelum
keuangan
dan
setelah
melakukan merger dan akuisisi non-konglomerat dan
konglomerat.
Adapun
pengambilan
sampel
dilakukan
pada
semua perusahaan publik yang terdaftar di BEI (Bursa
Efek Indonesia), yang melakukan merger dan akuisisi
sejak tahun 2005-2011. Penelitian ini dibatasi pada tiga
tahun sebelum dan tiga tahun setelah perusahaan
melakukan merger dan akuisisi sejak tahun 2005
sampai 2011. Jadi pengamatan yang dilakukan dari
tahun 2002 sampai dengan tahun 2014. Penelitian ini
pun
menggunakan
rasio-rasio
keuangan,
sehingga
diharapkan dapat memperoleh hasil yang lebih akurat
dan spesifik. Sedangkan hal lain menyangkut corporate
9
action (aksi perusahaan) di luar rasio keuangan tidak
dibahas dalam penelitian ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada
latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian
ini adalah :
1. Apakah ada perbedaan kinerja keuangan yang
signifikan
dari
perusahaan
pengakuisisi
yang
terdaftar di BEI sebelum dan setelah melakukan
merger dan akuisisi?
2. Apakah ada perbedaan kinerja keuangan yang
signifikan
dari
perusahaan
pengakuisisi
yang
terdaftar di BEI sebelum dan setelah melakukan
merger
dan
akuisisi
berdasarkan
jenis
usaha
horizontal?
3. Apakah ada perbedaan kinerja keuangan yang
signifikan
dari
perusahaan
pengakuisisi
yang
terdaftar di BEI sebelum dan setelah melakukan
merger
dan
akuisisi
berdasarkan
jenis
usaha
vertikal?
4. Apakah ada perbedaan kinerja keuangan yang
signifikan
dari
perusahaan
pengakuisisi
yang
terdaftar di BEI sebelum dan setelah melakukan
merger
dan
akuisisi
berdasarkan
konglomerasi?
10
jenis
usaha
1.3 Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka
yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Membuktikan
keuangan
bahwa
yang
ada
signifikan
perbedaan
dari
kinerja
perusahaan
pengakuisisi yang terdaftar di BEI sebelum dan
setelah melakukan merger dan akuisisi?
2. Membuktikan
keuangan
bahwa
yang
ada
signifikan
perbedaan
dari
kinerja
perusahaan
pengakuisisi yang terdaftar di BEI sebelum dan
setelah melakukan merger dan akuisisi berdasarkan
jenis usaha horizontal?
3. Membuktikan
keuangan
bahwa
yang
ada
signifikan
perbedaan
dari
kinerja
perusahaan
pengakuisisi yang terdaftar di BEI sebelum dan
setelah melakukan merger dan akuisisi berdasarkan
jenis usaha vertikal?
4. Membuktikan ada perbedaan kinerja keuangan
yang signifikan dari perusahaan pengakuisisi yang
terdaftar di BEI sebelum dan setelah melakukan
merger
dan
akuisisi
berdasarkan
jenis
usaha
konglomerasi?
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian
ini
dilakukan
untuk
memberikan
kontribusi dan menjembatani hasil penelitian yang
sebelumnya
tentang
perbedaan
kinerja
keuangan
perusahaan pengakuisisi yang terdaftar di BEI satu
tahun sebelum dan setelah melakukan merger dan
11
akuisisi. Apabila penelitian ini menemukan perbedaan
kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi sebelum
dan setelah melakukan merger dan akuisisi maka
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Dyaksa (2006), Fairuz Angger Wibowo (2012).
Apabila penelitian ini menemukan tidak ada perbedaan
kinerja perusahaan pengakuisisi sebelum dan setelah
melakukan merger dan akuisisi maka penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Payamta
dan Sektiawan (2004) serta Novaliza & Djajanti (2013).
Apabila penelitian ini menemukan perbedaan
kinerja perusahaan pengakuisisi sebelum dan sesudah
melakukan merger dan akuisisi non-konglomerat dan
konglomerat,
maka
penelitian
ini
sejalan
dengan
penelitian yang dilakukan oleh Widyastuti (2010).
Apabila penelitian ini menemukan tidak ada perbedaan
kinerja perusahaan pengakuisisi sebelum dan sesudah
melakukan merger dan akusisi non-konglomerat dan
konglomerat
penelitian
maka
yang
penelitian
ini
dilakukan
sejalan
oleh
dengan
Agrawal,Jaffe,
&Mandelker (1992).
1.4.2 Manfaat Praktis
Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
manfaat sebagai bahan informasi bagi para investor di
Indonesia
dalam
menyusun
strategi
berinvestasi,
sehingga dapat lebih teliti lagi dalam melihat masa
depan perusahaan yang akan melakukan merger dan
akuisisi.
12
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam peneltian ini adalah
sebagai berikut :
Bab 1 memuat pendahuluan yang meliputi latar
belakang permasalahan, persoalan penelitian, tujuan
penelitian,
manfaat
penelitian
serta
sistematika
penulisan.
Bab 2 menjelaskan tentang telaah teoritis dan
pengembangan hipotesis yang meliputi merger, akuisisi,
jenis-jenis merger dan akuisisi, kinerja keuangan,
kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.
Bab 3 memuat tentang metode penelitian yang
meliputi jenis penelitian, satuan pengamatan dan
satuan
analisis,
penelitian
dan
populasi
paradigma
dan
sampel,
penelitian,
variabel
pengukuran
konsep penelitian, jenis data dan teknik pengumpulan
data dan teknik analisis data.
Bab 4 menjelaskan tentang paparan tentang hasil
penelitian dan pembahasan yang meliputi
Bab 5 berisi kesimpulan dan implikasi penelitian
13
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan
keberhasilan
dan
adalah
unsur
kehidupan
esensial
banyak
bagi
perusahaan.
Tanpa pertumbuhan, perusahaan sulit membangkitkan
dedikasi (pengabdian) terhadap pencapaian tujuannya.
Pertumbuhan suatu perusahaan dapat bersifat internal
dan eksternal. Pertumbuhan suatu perusahaan secara
internal
dan
eksternal
penggabungan
beberapa
atau
usaha.
pengambilalihan
dapat
dilakukan
pembelian
Dengan
beberapa
perusahaan-perusahaan
itu
melalui
(pengambilalihan)
penggabungan
usaha,
dapat
atau
diharapkan
meningkatkan
pangsa pasar, diversifikasi usaha, atau meningkatkan
integrasi vertikal dari aktivitas operasional yang ada
dan sebagainya. Pada dasarnya penggabungan atau
pengambilalihan
usaha
merupakan
bentuk
penggabungan atau pengambilalihan satu perusahaan
dengan atau oleh perusahaan lain dalam rangka
mendapatkan
operasional.
pengendalian
Bentuk
atas
aktiva
maupun
penggabungan
atau
pengambilalihan usaha yang sering dilakukan dalam
dua dekade terakhir ini adalah merger dan akuisisi,
dimana strategi ini di pandang sebagai salah satu cara
untuk mencapai beberapa tujuan yang lebih bersifat
ekonomis
dan
jangka
panjang
Sulaimin 2009, dalam Meta 2010).
1
(Dharmasetya
dan
Østergård
(2009),
perkembangan
menyatakan
kondisi
ekonomi
bahwa
global
dan
perkembangan Produk Domestik Bruto di seluruh
dunia mempengaruhi aktifitas merger dan akuisisi. Ciriciri ekonomi yang kuat adalah inflasi yang rendah,
profitabilitas perusahaan yang tinggi, liberalisasi yang
berkelanjutan dan kemajuan globalisasi yang membuka
peluang
investasi.
Semua
karakteristik
tersebut
mendorong aktivitas merger dan akuisisi.Beams dan
Yusuf (2000) menyatakan bahwa proses merger dan
akuisisi
dilakukan
ketika
sebuah
perusahaan
mengambil alih semua operasi dari entitas usaha lain
dan
entitas
dibubarkan.
yang
diambil
alih
tersebut
Jadi, setelah merger perusahaan yang
diambil alih dibubarkan, sedangkan perusahaan yang
mengambil alih tetap beroperasi secara hukum sebagai
satu
badan
usaha
dan
melanjutkan
kegiatan
perusahaan yang diambil alih. Sedangkan definisi
akuisisi
menurut
pernyataan
Standar
Akuntansi
Keuangan No. 22 tentang penggabungan badan usaha
adalah suatu penggabungan usaha dimana salah satu
perusahaan, yaitu pengakuisisi memperoleh kendali
atas
aktiva
diakuisisi,
netto
dengan
dan
operasi
memberikan
perusahaan
aktiva
yang
tertentu,
mengakui suatu kewajiban atau dengan mengeluarkan
saham. Biasanya pihak pengakuisisi memiliki ukuran
yang
lebih
besar
dibanding
dengan
pihak
yang
diakuisisi.
Di Indonesia merger dan akuisisi menunjukkan
skala peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke
2
tahun (Moin, 2003). Bagi perusahaan-perusahaan yang
telah tercatat pada Bursa Efek Indonesia (go public),
proses merger dan negoisasi dapat dilakukan hanya
dengan
menggunakan
saham
(Purwani,
2014).
Baridwan (1992) dalam Hamid (1998) menyatakan
bahwa
merger
terjadi
mengeluarkan
saham
bila
untuk
suatu
perusahaan
ditukarkan
dengan
seluruh saham biasa perusahaan lainnya. Pemegang
saham perusahaan yang diambil alih ini menjadi
pemegang saham perusahaan yang mengambil alih,
dan perusahaan yang diambil alih tidak lagi merupakan
perusahaan yang berdiri sendiri, tetapi menjadi bagian
dari perusahaan yang mengambil alih.
Alasan perusahaan lebih tertarik memilih merger
dan akuisisi sebagai strateginya daripada pertumbuhan
internal adalah karena merger dan akuisisi dianggap
jalan cepat untuk mewujudkan tujuan perusahaan di
mana perusahaan tidak perlu memulai dari awal suatu
bisnisbaru. Merger dan akuisisi juga dianggap dapat
menciptakan
sinergi,
yaitu
nilai
keseluruhan
perusahaan setelah merger dan akuisisi yang lebih
besar
daripada
penjumlahan
nilai
masing-masing
perusahaan sebelum merger dan akuisisi. Selain itu,
merger
dan
akuisisi
dapat
memberikan
banyak
keuntungan bagi perusahaan antara lain peningkatan
kemampuan dalampemasaran, riset, skill manajerial,
transfer teknologi, dan efisiensi berupa penurunan
biaya
produksi
(Hitt
2002
dalam
Meta
2010).
Perubahan-perubahan yang terjadi setelah perusahaan
melakukan merger dan akuisisi biasanya akan tampak
3
pada kinerja perusahaan dan penampilan finansialnya.
Pada prinsipnya, perusahaan melakukan merger dan
akuisisi
dengan
harapan
agar
kinerja
keuangan
perusahaan yang bergabung dapat meningkat. Salah
satu tolok ukur kinerja keuangan perusahaan adalah
rasio keuangan. Pasca merger dan akuisisi kondisi dan
posisi keuangan perusahaan mengalami perubahan
dan
hal
ini
tercermin
dalam
laporan
keuangan
perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi.
Untuk menilai bagaimana keberhasilan merger dan
akuisisi yang dilakukan, dapat dilihat dari kinerja
perusahaan setelah melakukan merger dan akuisisi
terutama kinerja keuangan baik bagi perusahaan
pengakuisisi
maupun
perusahaan
diakuisisi.
Sedangkan dilihat dari sisi investasi keberhasilan suatu
perusahaan secara tidak langsung dapat diprediksi dari
peningkatkan
harga
sahamnya
di
bursa
saham
(Novaliza dan Djajanti, 2013).
Akan
menyatakan
tetapi,
bahwa
Sobirin
merger
(2001,
dan
hlm.39-59)
akuisisi
(M&A)
merupakan fenomena bisnis paradoksal. Di satu sisi,
intensitasnya terus meningkat tetapi di sisi lain tingkat
kegagalannya juga cukup tinggi. Sobirin (2001, hlm.3959) mencontohkan
usaha
yang
terjadi
sejak tahun 1983 penggabungan
di
Amerika,
setiap
tahunnya
mencapai angka 2500 lebih. Angka ini belum termasuk
keterlibatan perusahaan Amerika dalam M&A antar
negara
yang
jumlahnya
juga
meningkat
drastis.
Sedangkan di Indonesia, meski tidak ada angka pasti
dan kegiatannya pun tidak setinggi negara-negara
4
maju, juga tidak luput dari peningkatan M&A. Di sisi
lain, tingkat kegagalan M&A juga relatif tinggi berkisar
antara
lima
puluh
sampai
tujuh
puluh
persen.
Termasuk dalam kategori kegagalan M&A misalnya:
penggabungan usaha tersebut tidak mencapai tujuan
finansial yang dikehendaki, tidak meningkatkan harga
saham
di
pasar
bursa
serta
tidak
menciptakan
sinergitas.
Beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya
pun menunjukkan hasil yang beragam. Penelitian yang
dilakukan oleh Dyaksa (2006) menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan untuk rasio keuangan EPS,
NPM, ROE, dan ROA untuk pengujian satu tahun
sebelum dan satu tahun setelah merger dan akuisisi;
rasio keuangan ROE untuk pengujian satu tahun
sebelum dan dua tahun setelah merger dan akuisisi.
Penelitian ini menunjukkan ada peningkatan kinerja
keuangan setelah perusahaan melakukan merger dan
akuisisi.
Penelitian ini diperkuat oleh penelitian Fairuz
Angger
Wibowo
(2012),
yang
menemukan
adanya
perbedaan yang signifikan dengan menggunakan Laba
Bersih Margin (NPM), Return On investasi (ROI), Return
On Equity (ROE), Debt Rasio, Perputaran Total Aktiva
(TATO), Rasio Lancar (CR) dan Produktif per Saham
(EPS). Sedangkan, penelitian Sarah & Maksum (2009)
menemukan bahwa pada perusahaan pengakuisisi
tidak ada perbedaan kinerja keuangan pada rasio
Likuiditas, Aktivitas, Leverage dan Profitabilitas. Tetapi
5
pada perusahaan diakuisisi terdapat perbedaan yang
signifikan pada rasio Likuiditas dan Aktivitas.
Hasil penelitian berbeda ditemukan oleh Payamta
dan Sektiawan (2004) yang meneliti tentang pengaruh
merger
dan
akusisi
terhadap
kinerja
perusahaan
manufaktur selama dua tahun sebelum dan dua tahun
sesudah merger dan akuisisi, yang diproksikan melalui
return saham dan rasio keuangan. Hasil penelitian
menunjukkan tidak adanya perbedaan kinerja yang
signifikan untuk periode sebelum dan sesudah merger
dan akuisisi baik dari return saham maupun rasio
keuangan.
Novaliza
penelitiannya
juga
&
Djajanti
menemukan
(2013)
bahwa
dalam
tidak
ada
perubahan secara signifikan dari kinerja keuangan
perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi
dilihat berdasarkan rasio keuangan untuk periode satu
tahun sebelum dan empat tahun berturut-turut setelah
merger dan akuisisi, meskipun terdapat satu rasio
keuangan yang ada perbedaannya yaitu return on total
asset, untuk periode perbandingan satu tahun sebelum
dan empat tahun setelah merger dan akuisisi, akan
tetapi tidak dapat memberikan cukup bukti bahwa
merger
dan
akuisisi
dapat
meningkatkan
kinerja
ekonomis perusahaan. Penelitian terhadap rasio juga
diperkuat dengan hasil pengujian terhadap return
saham perusahaaan.
Berdasarkan
terhadap
aktifItas
beberapa
merger
catatan
dan
paradoksal
akuisisi
bagi
pertumbuhan perusahaan serta hasil penelitian yang
beragam antara Dyaksa (2006), Fairuz Angger Wibowo
6
(2012) dengan Payamta dan Sektiawan (2004) serta
Novaliza & Djajanti (2013) tentang kinerja keuangan
perusahaan sebelum dan sesudah melakukan merger
dan akuisisi, maka penulis tertarik meneliti kembali
tentang
perbedaan
kinerja
keuangan
perusahaan
pengakuisi yang terdaftar di BEI sebelum dan sesudah
merger dan akuisisi sejak tahun 2005-2011.
Merger
dan
akuisisi
pun
dapat
dibedakan
berdasarkan aktifitas ekonomi dari jenis perusahaan
yang bergabung. Ross, dkk (1996) mengklasifikasikan
menjadi tiga jenis yaitu, akuisisi horisontal (horizontal
aquisition), akuisisi vertikal (vertical aquisition) dan
akuisisi
konglomerat
(conglomerate
aquisition).
Sedangkan Moin (2003) menyatakan bahwa merger
terbagi atas beberapa jenis, yaitu merger horisontal
(horizontal merger), merger vertikal (vertical merger), dan
merger konglomerat (conglomerate merger). Widyastuti
(2010) menemukan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikanantara perusahaan yang melakukan merger
konglomerat
dengan
perusahaan
yang
melakukan
merger non-konglomerat.
Jensen
(1996)
(dalam
https://id.scribd.com/doc/115898717/PengaruhAkuisisi-Konglomerasi-Dan-Non-Konglomerasi,
2010),
menyatakan bahwa jenis merger dan akuisisi nonkonglomerat (horisontal dan vertikal) dikatakan lebih
berhasil jika dibandingkan dengan merger dan akuisisi
konglomerat yang dinilai kurang berhasil. Hal ini
dikarenakan mereka tergolong dalam satu jenis industri
yang sama dan saling menguntungkan. Bertentangan
7
dengan itu, Agrawal, Jaffe, & Mandelker (1992) (dalam
https://id.scribd.com/doc/115898717/Pengaruh2010),
Akuisisi-Konglomerasi–Dan-Non-Konglomerasi,
menemukan bahwa merger dan akuisisi konglomerat
dan non-konglomerat setelah lima tahun berjalan
memberikan imbal hasil yang sama-sama negatif.
Perusahaan pengakuisisi yang melakukan merger nonkonglomerat mengalami underperformed, bahkan lebih
parah daripada yang melakukanmerger konglomerat.
Penelitian yang lebih spesifik dilakukan penelitian
yang dilakukan oleh Akhmadi, Immawati dan Lukito
(2008) menemukan bahwa bank yang melakukan
merger horizontal dengan bank yang lain memperoleh
peningkatan keuntungan, dan signifikan. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2007) yang
menemukan bahwa hanya terdapat tiga rasio keuangan
dari sebelas rasio keuangan yang menunjukkan adanya
perbedaan
yang
signifikan
perusahaan
manufaktur
melakukan
merger
sebelum
(jenis
dan
dan
usaha
akuisisi.
sesudah
yang
Indah
sama)
(2011)
menemukan bahwa merger dan akuisisi horisontal
tidak memberikan pengaruh pada kinerja keuangan
perusahaan
publik
yang
terdaftar
di
Bursa
Efek
Indonesia (BEI). Hal ini dibuktikan dengan tidak
adanya
perbedaan
yang
signifikan
dalam
rasio
keuangan dua tahun dan satu tahun sebelum serta
satu tahun sesudah dan dua tahun sesudah peristiwa
merger dan akuisisi horisontal terjadi. Hasil penelitian
mengindikasikan bahwa merger dan akuisisi horisontal
tidak memberikan pengaruh terhadap kinerja keuangan
8
perusahaan publik dan tidak memberikan sinergi
keuangan bagi perusahaan maupun pencapaian motif
ekonomi.
Perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi
konglomerat sesungguhnya masih mampu memperoleh
keuntungan
bila
pihak
manajemen
dapat
mengelolahnya dengan baik. Kumar (2003) dalam
paparannya menyebutkan bahwa merger konglomerat
(berbeda jenis usaha industri) antara perusahaan
American Online (perusahan telekomunikasi) dan Time
Warner
(perusahaan
sinergitas
dan
produksi
meningkatkan
film)
menghasilkan
keuntungan
bagi
perusahaan tersebut.
Adanya
kontrakdiksi
dari
penelitian-penelitian
terdahulu membuat penulis tertarik untuk meneliti
kembali
tentang
perusahaan
perbedaan
pengakuisisi
kinerja
sebelum
keuangan
dan
setelah
melakukan merger dan akuisisi non-konglomerat dan
konglomerat.
Adapun
pengambilan
sampel
dilakukan
pada
semua perusahaan publik yang terdaftar di BEI (Bursa
Efek Indonesia), yang melakukan merger dan akuisisi
sejak tahun 2005-2011. Penelitian ini dibatasi pada tiga
tahun sebelum dan tiga tahun setelah perusahaan
melakukan merger dan akuisisi sejak tahun 2005
sampai 2011. Jadi pengamatan yang dilakukan dari
tahun 2002 sampai dengan tahun 2014. Penelitian ini
pun
menggunakan
rasio-rasio
keuangan,
sehingga
diharapkan dapat memperoleh hasil yang lebih akurat
dan spesifik. Sedangkan hal lain menyangkut corporate
9
action (aksi perusahaan) di luar rasio keuangan tidak
dibahas dalam penelitian ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada
latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian
ini adalah :
1. Apakah ada perbedaan kinerja keuangan yang
signifikan
dari
perusahaan
pengakuisisi
yang
terdaftar di BEI sebelum dan setelah melakukan
merger dan akuisisi?
2. Apakah ada perbedaan kinerja keuangan yang
signifikan
dari
perusahaan
pengakuisisi
yang
terdaftar di BEI sebelum dan setelah melakukan
merger
dan
akuisisi
berdasarkan
jenis
usaha
horizontal?
3. Apakah ada perbedaan kinerja keuangan yang
signifikan
dari
perusahaan
pengakuisisi
yang
terdaftar di BEI sebelum dan setelah melakukan
merger
dan
akuisisi
berdasarkan
jenis
usaha
vertikal?
4. Apakah ada perbedaan kinerja keuangan yang
signifikan
dari
perusahaan
pengakuisisi
yang
terdaftar di BEI sebelum dan setelah melakukan
merger
dan
akuisisi
berdasarkan
konglomerasi?
10
jenis
usaha
1.3 Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka
yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Membuktikan
keuangan
bahwa
yang
ada
signifikan
perbedaan
dari
kinerja
perusahaan
pengakuisisi yang terdaftar di BEI sebelum dan
setelah melakukan merger dan akuisisi?
2. Membuktikan
keuangan
bahwa
yang
ada
signifikan
perbedaan
dari
kinerja
perusahaan
pengakuisisi yang terdaftar di BEI sebelum dan
setelah melakukan merger dan akuisisi berdasarkan
jenis usaha horizontal?
3. Membuktikan
keuangan
bahwa
yang
ada
signifikan
perbedaan
dari
kinerja
perusahaan
pengakuisisi yang terdaftar di BEI sebelum dan
setelah melakukan merger dan akuisisi berdasarkan
jenis usaha vertikal?
4. Membuktikan ada perbedaan kinerja keuangan
yang signifikan dari perusahaan pengakuisisi yang
terdaftar di BEI sebelum dan setelah melakukan
merger
dan
akuisisi
berdasarkan
jenis
usaha
konglomerasi?
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian
ini
dilakukan
untuk
memberikan
kontribusi dan menjembatani hasil penelitian yang
sebelumnya
tentang
perbedaan
kinerja
keuangan
perusahaan pengakuisisi yang terdaftar di BEI satu
tahun sebelum dan setelah melakukan merger dan
11
akuisisi. Apabila penelitian ini menemukan perbedaan
kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi sebelum
dan setelah melakukan merger dan akuisisi maka
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Dyaksa (2006), Fairuz Angger Wibowo (2012).
Apabila penelitian ini menemukan tidak ada perbedaan
kinerja perusahaan pengakuisisi sebelum dan setelah
melakukan merger dan akuisisi maka penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Payamta
dan Sektiawan (2004) serta Novaliza & Djajanti (2013).
Apabila penelitian ini menemukan perbedaan
kinerja perusahaan pengakuisisi sebelum dan sesudah
melakukan merger dan akuisisi non-konglomerat dan
konglomerat,
maka
penelitian
ini
sejalan
dengan
penelitian yang dilakukan oleh Widyastuti (2010).
Apabila penelitian ini menemukan tidak ada perbedaan
kinerja perusahaan pengakuisisi sebelum dan sesudah
melakukan merger dan akusisi non-konglomerat dan
konglomerat
penelitian
maka
yang
penelitian
ini
dilakukan
sejalan
oleh
dengan
Agrawal,Jaffe,
&Mandelker (1992).
1.4.2 Manfaat Praktis
Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
manfaat sebagai bahan informasi bagi para investor di
Indonesia
dalam
menyusun
strategi
berinvestasi,
sehingga dapat lebih teliti lagi dalam melihat masa
depan perusahaan yang akan melakukan merger dan
akuisisi.
12
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam peneltian ini adalah
sebagai berikut :
Bab 1 memuat pendahuluan yang meliputi latar
belakang permasalahan, persoalan penelitian, tujuan
penelitian,
manfaat
penelitian
serta
sistematika
penulisan.
Bab 2 menjelaskan tentang telaah teoritis dan
pengembangan hipotesis yang meliputi merger, akuisisi,
jenis-jenis merger dan akuisisi, kinerja keuangan,
kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.
Bab 3 memuat tentang metode penelitian yang
meliputi jenis penelitian, satuan pengamatan dan
satuan
analisis,
penelitian
dan
populasi
paradigma
dan
sampel,
penelitian,
variabel
pengukuran
konsep penelitian, jenis data dan teknik pengumpulan
data dan teknik analisis data.
Bab 4 menjelaskan tentang paparan tentang hasil
penelitian dan pembahasan yang meliputi
Bab 5 berisi kesimpulan dan implikasi penelitian
13