BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Discovery Learning terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 3 SD Negeri 2 Genuksuran Kecamatan Purwodadi Semester 2 Tahun Ajaran 20

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1

Kajian Teori

2.1.1 Metode Pembelajaran
Nasution (Jamal Ma’mur Asmani,2010:19) menyatakan bahwa “kata
metode berasal dari bahasa yunani “Methodos” yang berarti cara atau jalan yang
ditempuh”. Sehubungan dengan proses pembelajaran maka metode menyangkut
masalah cara penyampaian pembelajaran untuk dapat dipahami oleh siswa. Fungsi
metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Menurut Nana Sudjana (2008:76) “metode pembelajaran adalah cara yang
dipergunakan guru dalam menjalin hubungan dengan siswa pada saat
berlangsungnya pengajaran”. Menurut Hamzah B Uno (2008:2) menyatakan
bahwa “metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru
dalam

menjalankan

fungsinya


merupakan alat

untuk

mencapai tujuan

pembelajaran”.
Dari beberapa pengertian yang telah dijelaskan oleh para ahli maka dapat
disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru untuk
mencapai tujuan pembelajaran agar dapat dipahami oleh siswa sehingga
mendapatkan hasil yang optimal.

2.1.1.1 Pengertian Metode Pembelajaran Discovery Learning
Menurut Mohammad Hosnan (2014) “pembelajaran discovery learning
adalah suatu metode untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan
menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan tahan
lama di ingatan dan tidak akan mudah dilupakan siswa”.
Bell (Mohammad Hosnan,2014: 281) menyimpulkan sebagai berikut:
Discovery learning adalah belajar yang terjadi sebagai hasil dari

siswa memanipulasi, membuat struktur dan menstransformasikan
informasi sedemikian sehingga ia menemukan informasi baru.
Dalam belajar penemuan, siswa dapat membuat perkiraan
(conjucture), merumuskan hipotesis, dan menemukan kebenaran
dengan menggunakan proses induktif atau proses dedukatif,
melakukan observasi dan membuat ekstrapolasi.
8

9

Menurut Masarudin Siregar (Mohammad Takdir Ilahi,2012:30) “discovery
by learning adalah proses pembelajaran untuk menemukan sesuatu yang baru
dalam kegiatan belajar mengajar. Menurut Jerome Brunner (Mohammad
Hosnan,2014:281) “discovery learning adalah metode belajar yang mendorong
siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip
umum praktis contoh pengalaman”.
Dari pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa metode discovery
learning adalah metode belajar yang proses pembelajarannya untuk menemukan
sendiri informasi baru sehingga siswa aktif dalam proses pembelajaran.


2.1.1.2 Kelebihan Metode Pembelajaran Discovery Learning
Kelebihan metode pembelajaran discovery learning menurut Marzano
(Mohammad Hosnan,2014:288) antara lain:
1. Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan.
2. Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry (mencaritemukan).
3. Belajar menghargai diri sendiri.
4. Siswa belajar bagaimana belajar (learn how to learn).
5. Memotivasi diri dan lebih mudah untuk mentransfer.
6. Pengetahuan bertahan lama dan mudah diingat.
7. Meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan berfikir bebas.
8. Melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk
menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang
lain.
2.1.1.3 Kekurangan Metode Pembelajaran Discovery Learning antara lain:
Menurut Mohammad Hosnan (2014:288) kekurangan metode discovery
learning antara lain:
1. Guru merasa gagal mendeteksi masalah
kesalahpahaman antara guru dan siswa.
2. Menyita waktu banyak.
3. Menyita pekerjaan guru.

4. Tidak semua siswa mampu melakukan penemuan.
5. Tidak berlaku untuk semua topik.

dan

adanya

10

2.1.1.4 Langkah-langkah Metode Pembelajaran Discovery Learning
Langkah-langkah metode pembelajaran discovery learning menurut
Mohammad Hosnan (2014:289) sebagai berikut:
a. Persiapan
1. Menentukan tujuan pembelajaran.
2. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal,
minat, gaya belajar, dan sebagainya).
3. Memilih materi pelajaran.
4. Menentukan topik‐topik yang harus dipelajari peserta didik
secara induktif.
5. Mengembangkan bahan‐bahan belajar yang berupa contohcontoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa.

6. Mengatur topik‐topik pelajaran dari yang sederhana ke
kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif,
ikonik sampai ke simbolik.
7. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.
b. Pelaksanaan
1. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama‐tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu
yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk
tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk
menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan
PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan
aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan
masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan
kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan
membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan.
2. Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah)
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi
sebanyak mungkin agenda‐agenda masalah yang relevan dengan
bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan

dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan
masalah).
3. Data collection (Pengumpulan Data).
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi
kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi
sebanyak‐banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis. Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab
pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan

11

demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan
(collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur,
mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji
coba sendiri dan sebagainya.
4. Data Processing (Pengolahan Data)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat
untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan
tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data
processing.

5. Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat
untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan
tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data
processing. Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses
belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori,
aturan atau pemahaman melalui contoh‐contoh yang ia jumpai
dalam kehidupannya.
6. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses
menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum
dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan
memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi maka
dirumuskan prinsip‐prinsip yang mendasari generalisasi.
2.1.2 Hasil Belajar
Menurut Dimyati dan Mujiono (2013) “hasil belajar merupakan hal yang
dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan guru. Dari sisi siswa, hasil
belajar adalah tingkat perkembangan mental yang lebih baik dibandingkan pada
saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut meliputi ranah

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut Nana Sudjana (2008:22) “hasil
belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman
belajarnya”.
Menurut Aunurachman (2009:37) “hasil belajar ditandai dengan
perubahan tingkah laku”. Menurut Gagne (Agus Suprijono,2009:6) “hasil belajar
yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan

12

motorik, dan sikap”. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses
pembelajaran, karena akan memberikan sebuah informasi kepada guru tentang
kemajuan peserta didik dalam upaya mencapai tujuan belajarnya melalui proses
kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya setelah mendapat informasi tersebut
guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegaiatan peserta didik.
Dari pendapat yang dijelaskan oleh para ahli maka dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa dari aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik melalui pengalaman belajarnya.

2.1.3 Pengertian Pembelajaran IPA
2.1.3.1 Hakikat Pembelajaran IPA

Ilmu

Pengetahuan

Alam

(IPA)

didefinisikan

sebagai

kumpulan

pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan dengan
kurikulum KTSP 2006 (Depdiknas,2006) bahwa IPA berhubungan dengan cara
mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsipnya juga
merupakan suatu proses penemuan. Selain itu IPA juga merupakan ilmu bersifat
empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam.

Secara umum kegiatan dalam IPA berhubungan dengan eksperimen.
Namun dalam hal-hal tertentu, konsep IPA adalah tanggapan pikiran manusia atau
gejala yang terjadi di alam. Seorang ahli IPA dapat memberikan sumbangan besar
kepada IPA tanpa harus melakukan sendiri suatu percobaan, tanpa melakukan
observasi.
IPA meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi,dan sikap. Produk
dapat berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. Proses merupakan prosedur
pemecahan masalah melalui metode ilmiah, metode ilmiah meliputi pengamatan,
penyusunan, hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau penyelidikan,
pengujian hipotesis, melalui ekperimentasi, evaluasi, pengukuran, dan penarikan
kesimpulan.

13

2.1.3.2 Karakteristik IPA
Karakteristik belajar IPA meliputi:
1.

Hampir semua indera, seluruh proses berfikir dan berbagai gerakan otot.


2.

Berbagai teknik (cara) seperti observasi, eksplorasi, dan eksperimental.

3.

Alat bantu pengamatan untuk memperoleh data yang obyektif, yang sesuai
dengan sifat IPA yang menggunakan obyektifitas.

4.

Kegiatan temu ilmiah, mengunjungi objek, studi pustaka, dan penyusunan
hipotesis untuk memperoleh pengakuan kebenaran temuan yang benar-benar
obyektif.

5.

Proses aktif, artinya belajar IPA merupakan suatu yang harus dilakukan
siswa, bukan suatu yang dilakukan untuk siswa.
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk

mempelajaridiri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut
dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. IPA diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan
masalah-masalah

yang

dapat

diidentifikasikan.

Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi beberapa aspek yaitu faktual,
keseimbangan antara proses dan produk, keaktifan dalam proses penemuan,
berfikir induktif dan deduktif, serta pengembangan sikap ilmiah.

2.1.3.3 Tujuan IPA
Mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut:
1.

Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2.

Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan daklam kehidupan sehari-hari.

3.

Mengemabngkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadarn tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat.

14

4.

Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5.

Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga,
dan melestarikan lingkungan alam.

6.

Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan tuhan.

7.

Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

2.1.3.4 Ruang Lingkup IPA
Ruang lingkup bahan pengajaran IPA untuk SD/MI meliputi aspek berikut
ini:
1.

Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan
interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan.

2.

Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas.

3.

Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya, dan pesawat sederhana.

4.

Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda
langit lainnya.

2.1.3.5 Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan
lingkungan sekitarnya. Hal ini mengakibatkan pembelajaran IPA perlu
mengutamakan peran siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga
pembelajaran yang terjadi adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa dan
guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran tersebut. Guru berkewajiban untuk
meningkatkan pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran
IPA. Tujuan ini tidak terlepas dari hakikat IPA sebagai produk, proses, sikap
ilmiah.

15

2.2

Kajian Penelitian yang relevan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lisa Saputri (292008140) pada tahun

2012 yang berjudul “ Pengaruh Penggunaan Metode Discovery Pada Pelajaran
IPA Pokok Bahasan Bunyi Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Kristen
Satya Wacana Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012. Program S1 FKIP
PGSD UKSW menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas
eksperimen yang menggunakan metode discovery dengan kelas kontrol yang
menggunakan metode konvensional. Hal ini terbukti dari hasil penelitian,
dilakukan analisis data hasil dari uji t-test diketahui 4,532 dengan signifikasi
0,000 < 0,05, Perbedaan rata-ratanya 15,616. Dilihat dari skor rata-rata hitung
hasil belajar, siswa yang pembelajarannya menggunakan metode discovery
mempunyai skor rata-rata 77,76 sedangkan kelas kontrol yang menggunakan
metode konvensional mempunyai skor rata-rata 62,14. Dari hasil uji t-test
disimpulkan bahwa penggunaan metode discovery berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa kelas IV SD Kristen Satya Wacana Salatiga.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Muntiana (292008003) pada tahun
2012

yang

berjudul

“Perbedaan pengaruh

pendekatan Inquiry dengan

menggunakan metode discovery dan metode eksperimen terhadap hasil belajar
IPA siswa kelas IV SD gugus Muhammad Syafi’i kecamatan Randublatung
Kabupaten Blora Tahun pelajaran 2011/2012. Program S1 FKIP PGSD UKSW
menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan untuk pembelajaran
dengan menggunakan metode discovery dengan pembelajaran menggunakan
metode eksperimen. Hal ini terbukti dari hasil penelitian, dilakukan analisis data
hasil dari uji t-tes diketahui 3,731 dengan probabilitas signifikasi 0,001 < 0,05,
Perbedaan rata-ratanya adalah 9,029. Dilihat dari skor rata-rata hitung hasil
belajar, siswa yang pembelajarannya menggunakan metode discovery mempunyai
skor rata-rata 70,50 Sedangkan siswa yang pembelajarannya menggunakan
metode eksperimen mempunyai skor rata-rata hitung 61,47. Dari hasil uji t-test
disimpulkan bahwa metode discovery lebih berpengaruh positif dan signifikan
terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD N Sambongwangan 01 Kecamatan
Randublatung Kabupaten BloraTahun Pelajaran 2011/2012.

16

2.3

Kerangka Pikir
Kondisi awal kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam kondisi seimbang

hasil belajarnya. Kelas eksperimen diberi pretest kemudian diberi pembelajaran
dengan menggunakan metode discovery learning selanjutnya diberikan posttest.
Kelas kontrol diberi pre test kemudian melakukan pembelajaran dengan
menggunakan pembelajaran konvensional dan diberi post test. Membandingkan
hasil belajar siswa antara yang menggunakan metode pembelajaran discovery
learning dan yang menggunakan metode konvensional adalah untuk mengetahui
pengaruh antara penggunaan metode pembelajaran discovery learning dengan
metode konvensional pada pelajaran IPA.
Kelas eksperimen dengan metode
Kelas
Eksperimen

discovery learning
Pretest

1. Stimulus.
2. Identifikasi Masalah
3. Pengumpulan Data.

Hasil pretest tidak ada
perbedaan yang signifikan
(kelas homogen)

4. Pengolahan Data.
5. Verifikasi.
6. Generalisasi.

Posttest

Hasil
belajar

Kelas kontrol dengan metode

Kelas Kontrol
Pretest

konvensional

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pikir

17

Bagan pada gambar 2.1 merupakan gambaran mengenai kondisi awal siswa
kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai kondisi hasil belajar yang sama.
Kelas eksperimen menggunakan metode pembelajaran discovery learning
sedangkan kelas kontrol menggunakan metode konvensional, kemudian diadakan
pottest untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari hasil post test dapat
mengetahui adanya perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol.

2.4

Hipotesis Penelitian
Diduga pengaruh signifikan penggunaan metode pembelajaran discovery

learning terhadap hasil belajar IPA siswa kelas 3 SD Negeri 2 Genuksuran maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah:
a.

H0:

Tidak ada pengaruh yang signifikan antara penggunaan metode

pembelajaran discovery learning dengan metode konvensional terhadap hasil
belajar IPA siswa kelas 3 SD Negeri 2 Genuksuran Kecamatan Purwodadi
Semester 2 Tahun Ajaran 2014/2015.
b.

H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara penggunaan metode
pembelajaran discovery learning dengan metode konvensional terhadap hasil
belajar IPA siswa kelas 3 SD Negeri 2 Genuksuran Kecamatan Purwodadi
Semester 2 Tahun Ajaran 2014/2015.

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

AN ANALYSIS ON GRAMMATICAL ERROR IN WRITING MADE BY THE TENTH GRADE OF MULTIMEDIA CLASS IN SMK MUHAMMADIYAH 2 MALANG

26 336 20

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22