View of ANALISIS PENGARUH CAR, BOPO, NPL, NIM, LDR DAN DPK TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA SEKTOR PERBANKAN

Jurnal Manajemen dan Akuntansi PRESTASI
Volume 13. No. 1 – Desember 2014

ISSN 1411-1497

ANALISIS PENGARUH CAR, BOPO, NPL, NIM, LDR DAN DPK
TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA SEKTOR PERBANKAN
Meida Ayu Putranti dan Nur Anissa
Email: nyunt_20_ndud@yahoo.com

ABSTRACT
The purpose of this study is to obtain empirical evidence of the effect of
CAR, ROA, NPL, NIM, LDR and deposits to financial performance (ROA) at the
National Private Banks Foreign Exchange Bank registered in Indonesia. This
study used purposive sampling in selecting the sample from the National Private
Banks Foreign Exchange Bank Indonesia registered in the period 2008-2011.
The data used are secondary data. The results of this study indicate that the
variable CAR, NIM, deposits have a positive effect on financial performance
(ROA). ROA and NPL variable has a negative effect tehadap financial
performance (ROA), and LDR variable does not affect the financial performance
(ROA). Adjusted R2 value of 77.3% in this st

Keywords: ROA, CAR, BOPO, NPL, NIM, LDR and DPK
1. Pendahulun
Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya
menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal
sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang
membutuhkannya (Kasmir, 2009:25). Kestabilan lembaga perbankan sangat
dibutuhkan dalam suatu perekonomian. Kestabilan ini tidak saja dilihat dari
jumlah uang yang beredar, namun juga dilihat dari jumlah bank yang ada
sebagai perangkat penyelenggara keuangan. Penilaian kinerja perusahaan bagi
manajemen dapat diartikan sebagai penilaian terhadap prestasi yang dapat
dicapai, dalam hal ini laba dapat digunakan sebagai ukuran prestasi yang dicapai
dalam suatu perusahaan. Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh
setiap perusahaan, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan
perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber daya. Menurut
Kidwell (1982) dalam Sudiyatno (2010), kinerja perbankan dapat diukur dengan
menggunakan rata-rata tingkat bunga pinjaman, rata-rata tingkat bunga
simpanan, dan profitabilitas perbankan. Ketiga ukuran tersebut bisa
diinterprestasikan secara berbeda, tergantung pada sudut pandang analisisnya,
apakah dari sudut pandang pemilik ataukah dari sudut sosial. Misalkan tingkat
bunga yang rendah akan dinilai baik oleh pemerintah karena analisisnya dari

sudut pandang sosial, tetapi hal tersebut belum tentu baik jika dilihat dari sudut
pandang pemilik. Dari contoh tersebut bisa diartikan bahwa private performance
berkaitan dengan kepentingan pemegang saham atau owners, yaitu
memaksimumkan keuntungan dalam jangka panjang. Sedangkan social
performance berarti memaksimumkan kesejahteraan masyarakat secara
menyeluruh.
102

Jurnal Manajemen dan Akuntansi PRESTASI
Volume 13. No. 1 – Desember 2014

ISSN 1411-1497

Profitabilitas merupakan indikator yang paling tepat untuk mengukur
kinerja suatu bank. Pada umumya ukuran profitabilitas yang digunakan adalah
Return on Equity (ROE) dan Return on Asset (ROA). Ukuran profitabitiras yang
dapat digunakan adalah Return on Equity (ROE) untuk perusahaan pada
umumnya, dan Return on Asset (ROA) untuk industri perbankan (Siamat, 2002
dalam Karunia, 2013). Return on Asset (ROA) memfokuskan kemampuan
manajemen bank dalam menghasilkan income dari pengelolaan aset perusahaan

yang dimiliki, sedangkan Return on Equity (ROE) menunjukkan kemampuan
manajemen bank dalam mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan net
income (Dendawijaya, 2003).
Dalam menentukan tingkat kesehatan bank yang pada akhirnya dapat
mencerminkan keberlanjutan kinerja keuangan suatu bank, Bank Indonesia lebih
mementingkan penilaian besarnya laba berdasarkan Return On Assets (ROA)
karena Bank Indonesia lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang
diukur dengan assets yang sebagian besar dananya dihimpun dari simpanan
masyarakat (Dendawijaya, 2003). Semakin besar ROA suatu bank, semakin
besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula
posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Alasan dipilihnya Return On
Assets (ROA) sebagai variabel dependen dengan alasan bahwa Return On Assets
(ROA) digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Return On Assets
(ROA) merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total aset. Semakin
besar Return On Assets (ROA) menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik,
karena tingkat pengembalian (return) semakin besar. ROA juga merupakan
perkalian antara faktor net income margin dengan perputaran aktiva. Net Income
Margin menunjukkan kemampuan memperoleh laba setiap penjualan yang
diciptakan oleh perusahaan, sedangkan perputaran aktiva menunjukkan seberapa

jauh perusahaan mampu menciptakan penjualan dari aktiva yang dimilikinya.
Apabila salah satu atau keduanya dari faktor tersebut meningkat, maka Return
On Assets (ROA) juga akan meningkat (Rizkita, 2013).
Penelitian mengenai analisis pengaruh rasio keuangan terhadap kinerja
perbankan telah bnyak dilakukan beberapa peneliti seperti Rizkita (2013),
Karunia (2013), Widati (2012), Sabir (2012), Sudiyatno (2010). Perbedaan
penelitian ini dengan sebelumnya adalah pemilihan variabel independen serta
periode penelitian. Variabel independen tersebut adalah sebaga berikut Capital
Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan
modal yang dimiliki bank untuk menunjang aset yang mengandung atau
menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan (Sudiyatno, 2010). Rasio
CAR memberikan informasi mengenai apakah modal bank cukup mendukung
operasi bank dan mampu menyerap kerugian-kerugian bank yang terjadi dalam
melakukan penanaman dana atau penurunan aset. Sehingga semakin besar modal
bank maka kemampuan menyerap kerugian bank dalam penanaman atau
penurunan aset juga semakin besar (Rizkita, 2013). Tingginya CAR
menunjukkan bahwa modal bank semakin besar, sehingga bank lebih memiliki
peluang yang cukup besar untuk melakukan ekspansi kredit untuk meningkatkan
pendapatan operasionalnya. Dengan demikian, kinerja keuangan bank akan
103


Analisis Pengaruh CAR, BOPO, NPL, NIM, LDR dan DPK.. (Putranti d & Anissa:102-115)

meningkat karena kerugian-kerugian yang ditanggung bank dapat diserap oleh
modal yang dimiliki oleh bank tersebut.
Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) merupakan rasio
efesiensi yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
mengendalikan biaya operasional dengan pendapatan operasional (Yuliani,
2007). BOPO diukur secara kuantitatif dengan menggunakan rasio efisiensi.
Melalui rasio ini apakah manajemen bank telah menggunakan semua faktor
produksinya dengan efektif dan efisien. Adapun efisien usaha bank diukur
dengan menggunakan rasio operasional dibandingkan dengan pendapatan
operasi (Sudiyatno, 2010). Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya
operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan
suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
Non Performing Loan (NPL) merupakan salah satu pengukuran dari rasio
risiko usaha bank yang menunjukkan besarnya risiko kredit bermasalah
yang ada pada suatu bank (Taswan, 2010). Semakin tinggi tingkat NPL maka
semakin besar risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank. Akibat tingginya
NPL perbankan akan lebih berhati-hati (selektif) dalam menyalurkan kredit. Hal

ini dikarenakan adanya potensi kredit yang tidak tertagih. Tingginya NPL akan
meningkatkan premi risiko yang berdampak pada tingginya suku bunga kredit.
Suku bunga kredit yang terlampau tinggi akan mengurangi permintaan
masyarakat akan kredit. Tingginya NPL juga mengakibatkan munculnya
pencadangan yang lebih besar, sehingga pada akhirnya modal bank ikut terkikis
(Fitria dan Sari, 2012). Bank Indonesia (BI) melalui Peraturan Bank Indonesia
(PBI) menetapkan bahwa rasio kredit bermasalah (NPL) sebesar 5%.
Net Interest Margin (NIM) merupakan perbandingan antara pendapatan
bunga bersih terhadap rata-rata aktiva produktif. Pendapatan bunga bersih
diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Aktiva produktif yang
diperhitungkan adalah aktiva produktif yang menghasilkan bunga (Sari, 2011).
Untuk dapat meningkatkan perolehan NIM maka perlu menekan biaya dana.
Biaya dana adalah biaya bunga yang dibayarkan oleh bank kepada masingmasing sumber dana bank yang bersangkutan. Secara keseluruhan, biaya yang
harus dibayarkan oleh bank akan menentukan berapa persen bank menetapkan
tingkat bunga kredit yang diberikan kepada nasabahnya untuk memperoleh
pendapatan netto bank. Semakin tinggi NIM menunjukkan semakin efektif bank
dalam penempatan aktiva produktif dalam bentuk kredit.
Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan salah satu rasio untuk menilai
likuiditas suatu bank dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh
bank terhadap dana pihak ketiga, dan tidak termasuk kredit yang diberikan

kepada bank lain. Semakin tinggi rasio ini, semakin rendah kemampuan
likuiditas bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam
kondisi bermasalah akan semakin besar (Yuliani, 2007). Sesuai dengan surat
edaran Bank Indonesia No.3/30/DPNP tgl 14 Desember 2001 bahwa LDR bank
dikatakan sehat jika memiliki LDR 85% - 110%. Dana Pihak Ketiga (DPK)
adalah pangsa pasar dana pihak ketiga yang dihimpun oleh masing-masing bank
secara individu. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap bank yang bersangkutan. Adapun dana pihak ketiga
104

Jurnal Manajemen dan Akuntansi PRESTASI
Volume 13. No. 1 – Desember 2014

ISSN 1411-1497

diperoleh dengan menjumlahkan giro, tabungan dan deposito (Sudiyatno, 2010).
Menurut Suharjono (2002) Dana Pihak Ketiga atau dana masyarakat adalah dana
terbesar yang dimiliki oleh bank dan sesuai dengan fungsi bank sebagai
penghimpun dana dari pihak-pihak yang berlebihan dana dalam masyarakat.
Meningkatnya dana pihak ketiga akan memperbesar modal bank atau memiliki

dana yang cukup untuk menutup biaya operasional sehingga semakin tinggi
DPK maka semakin baik kinerja keuangan sebuah bank. Apakah CAR, BOPO,
NPL, NIM, LDR, dan DPK berpengaruh terhadap kinerja keuangan perbankan
pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa di Indonesia?
2. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kuantitatif
yaitu penelitian yang dilakukan dalam bentuk data atau angka yang kemudian
dianalisa, diklasifikasi, dan diintrepetasikan dalam bentuk uraian. Pemilihan
sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling, yaitu metode
pemilihan sampel dengan kriteria tertentu. Kriteria sampel penelitian ini adalah:
a. Perusahaan perbankan yang masuk kategori Bank Umum Swasta Nasional
Devisa di Indonesia yang menyampaikan laporan keuangan tahunan di
Bank Indonesia periode 2008 – 2011.
b. Laporan keuangan yang digunakan merupakan laporan keuangan tahunan
bukan laporan keuangan triwulanan. Hal ini untuk menghindari adanya
pengaruh partial dalam perhitungan rasio keuangan.
c. Memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian.
Berdasarkan kriteria tersebut maka jumlah sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 25 perusahaan perbankan yang termasuk dalam kelompok

Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang terdaftar di Bank Indonesia. Alat
yang digunakan adalah dengan menggunkan analisis regresi linier berganda,
yang merupakan regresi lebih dari dua variabel. Untuk mengetahui variabel
independen (X) terhadap variabel dependen (Y), maka digunakan regresi linier
berganda dengan rumus :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6+ e
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Deskriptif
Statistik deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan
suatu data dalam variabel yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), minimum,
maksimum dan standar deviasi (Ghozali, 2009:19). Statistik deskriptif dari data
yang diambil untuk penelitian ini adalah dari tahun 2008 sampai dengan tahun
2011 yaitu sebanyak 100 data pengamatan. Distribusi statistik deskriptif untuk
masing-masing variabel terdapat pada Tabel 1 berikut :

105

Analisis Pengaruh CAR, BOPO, NPL, NIM, LDR dan DPK.. (Putranti d & Anissa:102-115)

Tabel 1. Statistik Deskriptif

N
ROA
CAR
BOPO
NPL
NIM
LDR
DPK

100
100
100
100
100
100
100

Minimum
-1,64
9,92

55,66
0,00
2,92
45,54
12,84

Maximum
3,52
97,93
119,13
9,65
10,46
109,37
19,59

Std.
Deviation
1,5179 0,92984
20,0424 13,15853
86,1413 10,75544
1,7009 1,34480
5,7557 1,51369
78,5499 13,60386
16,0341
1,66941
Mean

Sumber : Data sekunder yang diolah, 2014

Berdasarkan tabel diatas, menujukkan bahwa rata-rata Return On Assets
(ROA) pada Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) Devisa selama periode
penelitian tahun 2008-2011 diperoleh sebesar 1,5179. Hal ini berari bahwa ratarata laba yang diperoleh bank adalah sebesar 1,5179 dari total aset yang dimiliki
bank. ROA terendah adalah sebesar -1,64% atau terjadi kerugian yaitu pada
Bank Bumiputera pada tahun 2011 sedangkan ROA tertinggi adalah sebesar
3,52% yang diperoleh Bank Mestika Dharma pada tahun 2011. Capital
Adequacy Ratio (CAR) mencerminkan rasio kecukupan modal yang harus
dimiliki bank dalam menjalankan usahanya. Berdasarkan tabel diatas, rata-rata
CAR pada Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) Devisa selama periode
penelitian 2008-2011 diperoleh sebesar 20,0424. Hal ini berari bahwa rata-rata
aktiva tertimbang menurut risiko yang dimiliki bank adalah sebesar 20,0424 dari
total modal yang dimiliki bank. Hasil ini menunjukkan bahwa bank sampel
memiliki kecukupan modal minimal sebesar 8% sebagaimana ditetapkan oleh
Bank Indonesia. Nilai CAR terendah adalah sebesar 9,92% yang dimiliki Bank
Kesawan pada tahun 2010 dan CAR tertinggi adalah sebesar 97,93% yang
diperoleh Bank ICBC Indonesia pada tahun 2008. Nilai standar deviasi CAR
sebesar 13,15853 yang menunjukkan variasi yang tidak terlalu besar.
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan Biaya Operasional dan Pendapatan
Operasioal (BOPO) pada Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) Devisa selama
tahun 2008-2011 diperoleh rata-rata sebesar 86,1413. Hal ini berarti bahwa
ratarata biaya operasional yang dikeluarkan bank mencapai 86,1413 dari
pendapatan operasionalnya. Nilai BOPO terendah adalah sebesar 55,66% yaitu
pada Bank Mestika Dharma pada tahun 2008 sedangkan BOPO terbesar adalah
sebesar 119,13% yang dimiliki Bank Hana tahun 2008.
Berdasarkan tabel 1 rata-rata Non Performing Loan (NPL) pada Bank
Umum Swasta Nasional (BUSN) Devisa selama periode penelitian tahun 20082011 adalah sebesar 1,7009. Hal ini berarti bahwa besarnya rata-rata pendanaan
bermasalah yang dimiliki bank adalah mencapai 1,7009 dari seluruh pendanaan
yang dilakukan oleh bank. Nilai NPL tertinggi adalah sebesar 9,65% yang
dimiliki oleh Bank Mestika Dharma tahun 2009 dan NPL terendah adalah
sebesar 0% yang dimiliki Bank Metro Express tahun 2010.
Berdasarkan tabel 1 rata-rata Net Interest Margin (NIM) pada Bank
Umum Swasta Nasional (BUSN) Devisa selama periode penelitian tahun 2008106

Jurnal Manajemen dan Akuntansi PRESTASI
Volume 13. No. 1 – Desember 2014

ISSN 1411-1497

2011 diperoleh sebesar 5,7557. Hal ini berari bahwa rata-rata laba bunga yang
diperoleh bank adalah sebesar 5,7557 dari pendapatan yang diperoleh bank. NIM
terendah adalah sebesar 2,92% yaitu pada Bank ICB Indonesia pada tahun 2010
sedangkan NIM tertinggi adalah sebesar 10,46% yang diperoleh Bank Himpunan
Saudara pada tahun 2008.
Berdasarkan tabel 1 rata-rata Loan to deposit ratio (LDR) pada Bank
Umum Swasta Nasional (BUSN) Devisa selama periode penelitian tahun 20082011 adalah sebesar 78,5499. Hal ini berarti bahwa pembiayaan yang
dikeluarkan oleh bank sampel mencapai 79,5499 dibanding dengan deposit atau
dana yang dihimpun dari masyarakat. LDR terendah adalah sebesar 45,54%
yang diperoleh Bank Ekonomi Raharja pada tahun 2009 sedangkan LDR
tertinggi adalah sebesar 109,37% yang diperoleh Bank ICBC Indonesia pada
tahun 2009.
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata Dana Pihak Ketiga
(DPK) pada Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) Devisa selama periode
penelitian tahun 20082011 adalah sebesar 16,0341. Dana pihak ketiga terendah
adalah sebesar 12,84yang diperoleh pada Bank Metro Express tahun 2009
sedangkan DPK terbesar diperoleh sebesar 19,59 yang diperoleh bank BCA pada
tahun 2011.
3.2 Uji Asumsi Klasik
3.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal ataukah tidak.
Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati
normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal
ataukah tidak dengan analisis grafik atau uji statistik. Pengujian ini di lakukan
dengan menggunakan analisis grafik yaitu melalui grafik histogram dan grafik
normal P-Plot (Ghozali, 2011:160). Hasil pengujian normalitas adalah sebagai
berikut:
Gambar 1 Uji Normalitas Data

Dari grafik pada gambar 1 disimpulkan bahwa analisis grafik histogram
memberikan pola distribusi normal, maka model regresi telah memenuhi asumsi
107

Analisis Pengaruh CAR, BOPO, NPL, NIM, LDR dan DPK.. (Putranti d & Anissa:102-115)

normalitas. Serta dari grafik normal P-Plot pada gambar 3.2 juga menunjukkan
pola distribusi normal karena ploting data mengikuti garis diagonal. Jadi dapat
disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Tabel 2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N
Normal
Parametersa

Unstandardiz ed
Residual
100
0,0000000
0,42896870

Mean

Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)

Most Extreme
Differences

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2014

0,092
0,063
-0,092
0,917
0,369

Berdasarkan hasil gambar 3.2, maka model regresi adalah normal, karena
data menyebar mendekati dari garis diagonal dan/ atau mengikuti garis diagonal
dan nilai signifikansi Kolmogorov Smirnov pada tabel 3.2 sebesar 0,369> 0,05
sehingga bisa diasumsikan data normal.
3.2.2 Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.
Multikolonieritas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih
variabel independen. Multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance yang
rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/ tolerance). Nilai cut off
yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai
tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10, dan sebaliknya jika nilai
tolerance> 0,10 atau sama dengan nilai VIF < 10 maka dapat dikatakan terbebas
dari multikolonieritas (Ghozali, 2011:105). Hasil pengujian dapat di lihat pada
tabel dibawah ini
Tabel 3 Uji Moltikolonieritas
Variabel bebas
CAR
BOPO
NPL
NIM
LDR
DPK

Tolerance
0,768
0,556
0,969
0,626
0,833
0,571

VIF
1,302
1,796
1,032
1,599
1,200
1,751

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2014

108

Keterangan
Bebas Multikol
Bebas Multikol
Bebas Multikol
Bebas Multikol
Bebas Multikol

Bebas Multikol

Jurnal Manajemen dan Akuntansi PRESTASI
Volume 13. No. 1 – Desember 2014

ISSN 1411-1497

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 3.3 diperoleh nilai VIF < 10 dan
tolerance 0,1, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar
variabel independen ( CAR, BOPO, NPL, NIM, LDR, dan DPK)
3.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lainnya. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut
heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau
tidak terjadi heterokedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heterokedastisitas dilakukan dengan melihat grafik Scatterplot antara nilai
prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Hasil
pengujian dapat dilihat pada gambar 3.3 berikut:
Gambar 2 Uji Heteroskedastisitas

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2014

Dari gambar diatas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta
tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu y. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.
3.3 Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengukur kekuatan
hubungan antara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah hubungan
antara variabel dependen dengan variabel independen (Ghozali, 2009:105).
Model persamaan regresi linear berganda dalam penelitian ini dapat
diformulasikan sebagai berikut:

109

Analisis Pengaruh CAR, BOPO, NPL, NIM, LDR dan DPK.. (Putranti d & Anissa:102-115)

Tabel 3 Analisis Regresi Linier Berganda
Variabel bebas
(Constant)
CAR
BOPO
NPL
NIM
LDR
DPK

Unstandardized
Coefficients
Std.
B
Error
4,773
1,043
0,010
0,004
-0,062
0,006
-0,098
0,034
0,114
0,037
0,000
0,004
0,086
0,035

Standardized
Coefficients
Beta
0,138
-0,719
-0,142
0,186
0,005
0,155

a. Dependent Variable: ROA

t
4,576
2,525
-11,204
-2,918
3,076
0,097
2,448

Sig.
0,000
0,013
0,000
0,004
0,003
0,923
0,016

Berdasarkan tabel di atas, maka koefisien regresi untuk masing-masing variabel
independen dapat dituliskan dalam persamaan matematis sebagai berikut:
Y = 4,773 + 0,010X1– 0,062X2– 0,096 X3 + 0,114X4 + 0,000X5 + 0,086X6+e
Persamaan regresi di atas dapat diartikan sebagai berikut:
1. Konstanta sebesar 4,773 menyatakan bahwa rata-rata nilai ROA sebesar
4,773 persen jika variabel CAR, BOPO, NPL, NIM, LDR dan DPK
konstan
2. Nilai koefisien regresi variabel CAR diperoleh sebesar 0,010 diartikan
bahwa setiap peningkatan nilai CAR sebesar satu persen maka dapat
diprediksi nilai ROA meningkat sebesar 0,010 persen
3. Nilai koefisien regresi variabel BOPO diperoleh sebesar -0,062 diartikan
bahwa setiap peningkatan nilai BOPO sebesar satu persen, maka dapat
diprediksi nilai ROA menurun sebesar -0,062 persen
4. Nilai koefisien regresi variabel NPL diperoleh sebesar -0,096 diartikan
bahwa setiap peningkatan nilai NPL sebesar satu persen, maka dapat
diprediksi nilai ROA menurun sebesar -0,096 persen
5. Nilai koefisien regresi variabel NIM diperoleh sebesar 0,114 diartikan
bahwa setiap peningkatan nilai NIM sebesar satu persen, maka dapat
diprediksi nilai ROA meningkat sebesar 0,114 persen
6. Nilai koefisien regresi variabel LDR diperoleh sebesar 0,000 diartikan
bahwa setiap peningkatan nilai LDR sebesar satu persen, maka tidak ada
prediksi pengaruh nilai ROA.
7. Nilai koefisien regresi variabel DPK diperoleh sebesar 0,086 diartikan
bahwa setiap peningkatan nilai DPK sebesar satu persen, maka dapat
diprediksi nilai ROA meningkat sebesar 0,086 persen.
3.4 Koefisien Determinasi (Adjusted R Squared)
Koefisien determinasi pada dasarnya digunakan mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
110

Jurnal Manajemen dan Akuntansi PRESTASI
Volume 13. No. 1 – Desember 2014

ISSN 1411-1497

koefisien determinasi berada di antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarati
bahwa kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen amat terbatas. Nilai R² yang mendekati satu berarti bahwa
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2011:97).
Nilai koefisien determinasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:

Model

R

1

0,88 7a

Tabel 4 Koefisien Determinasi
Adjusted R
R Square
Square
0,787

0,773

Std. Error of the
Estimate
0,44259

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2014

Pada tabel di atas diperoleh nilai koefisien determinasi (Adjusted R
Squared) adlah 0,773 atau 77,3%. Hal ini berarti bahwa variabel independen
yaitu CAR, BOPO,
NPL, NIM, LDR dan DPK mempengaruhi ROA sebesar
77,3% dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain.
3.5 Uji Signifikansi Simultan ( Uji Statistik F)
Uji statisitik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat(Ghozali,2011:98).
Hasil pengujian statistik F adalah sebagai berikut:
Tabel 5 Uji Statistik F
Sum of
Mean
Model
Df
F
Sig.
Squares
Square
1 Regression
67,377
6
11,230
57,327
0,000a
Residual
18,217
93
0,196
Total
85,595
99
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2014

Berdasarkan tabel di atas, hasil statistik menunjukkan nilai statistik uji F hitung
sebesar 57,327 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, artinya H0 ditolak,
dengan kata lain Ha diterima, maka variabel independen (CAR, BOPO, NPL,
NIM, LDR dan DPK) berpengaruh terhadap kinerja keuangan (ROA).
3.6 Uji Hipotesis
Uji hopotesis dalam penelitian ini menggunakan uji t. Uji statistik t pada
dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh suatu variabel independen secara
individual terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011:98). Hasil pengujian
hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

111

Analisis Pengaruh CAR, BOPO, NPL, NIM, LDR dan DPK.. (Putranti d & Anissa:102-115)

1. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Kinerja Keuangan
(ROA)
Berdasarkan pada Tabel 3 nilai t variabel CAR diperoleh sebesar 2,525
dengan signifikansi sebesar 0,013 < 0,05, artinya bahwa CAR mempunyai
pengaruh positif terhadap kinerja keuangan (ROA). Oleh karena itu H1 diterima.
Semakin besar modal bank maka kemampuan bank untuk menyerap kerugian
bank dalam penanaman atau penurunan aset juga semakin besar. Tingginya CAR
menunjukkan bahwa modal bank semakin besar, sehingga bank lebih leluasa dan
memiliki peluang cukup besar untuk melakukan ekspansi kredit. Disisi lain
tingginya CAR juga dapat menambah kepercayaan masyarakat terhadap bank,
karena jaminan dana masyarakat semakin tinggi. Dengan bertambahnya modal
bank dan bertambahnya kepercayaan masyarakat terhadap bank, maka bank
dapat melakukan ekspansi kredit untuk meningkatkan pendapatan
operasionalnya (Sudiyatno, 2010).
2. Pengaruh Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO)
terhadap Kinerja Keuangan (ROA)
Berdasarkan pada Tabel 3 nilai t variabel BOPO diperoleh sebesar 11,204 dengan signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, artinya bahwa BOPO
mempunyai pengaruh yang negatif terhadap kinerja keuangan (ROA). Oleh
karena itu H2 diterima. Semakin kecil rasio BOPO berarti semakin efisien biaya
operasional yang dikeluarkan bank, sehingga kemungkinan suatu bank dalam
kondisi bermasalah semakin kecil. Jadi, semakin rendah nilai BOPO maka
mengakibatkan semakin tinggi ROA.
3. Pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap Kinerja Keuangan
(ROA)
Berdasarkan pada Tabel 3 nilai t variabel NPL diperoleh sebesar -2,918
dengan signifikansi sebesar 0,004 < 0,05, artinya bahwa NPL mempunyai
pengaruh yang negatif terhadap kinerja keuangan (ROA). Oleh karena itu H3
diterima. Semakin tinggi tingkat NPL maka semakin besar risiko kredit yang
ditanggung oleh pihak bank. Akibat tingginya NPL perbankan akan lebih
berhati-hati (selektif) dalam menyalurkan kredit. Hal ini dikarenakan adanya
potensi kredit yang tidak tertagih. Tingginya NPL akan meningkatkan premi
risiko yang berdampak pada tingginya suku bunga kredit. Suku bunga kredit
yang terlampau tinggi akan mengurangi permintaan masyarakat akan kredit.
Tingginya NPL juga mengakibatkan munculnya pencadangan yang lebih besar,
sehingga pada akhirnya modal bank ikut terkikis (Fitria dan Sari, 2012).
4. Pengaruh Net Interest Margin (NIM) terhadap Kinerja Keuangan (ROA)
Berdasarkan pada Tabel 3 nilai t variabel NIM diperoleh sebesar 3,076
dengan signifikansi sebesar 0,003 < 0,05, artinya bahwa NIM mempunyai
pengaruh yang positif terhadap kinerja keuangan (ROA). Oleh karena itu H4
diterima. Besarnya NIM menunjukkan bahwa pendapatan bunga bersih lebih
besar dari total aset produktif, sehingga dengan meningkatnya pendapatan bunga
atas aset produktif yang dikelola bank, maka kemungkinan suatu bank dalam
kondisi bermasalah semakin kecil. Semakin tinggi NIM menunjukkan semakin
112

Jurnal Manajemen dan Akuntansi PRESTASI
Volume 13. No. 1 – Desember 2014

ISSN 1411-1497

tinggi ROA, karena setiap pendapatan bunga bersih mengakibatkan
bertambahnya laba sebelum pajak yang pada akhirnya meningkatkan ROA.
5. Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Kinerja Keuangan
(ROA)
Berdasarkan pada Tabel 3 nilai t variabel LDR diperoleh sebesar 0,097
dengan signifikansi sebesar 0,923 > 0,05, artinya bahwa LDR tidak mempunyai
pengaruh terhadap kinerja keuangan (ROA). Oleh karena itu H5 ditolak. LDR
yang rendah mengindikasikan tingginya likuiditasbank yang disebabkan karena
kurangnya efektivitas bank dalam menyalurkan kredit. Oleh karena itu, selama
periode penelitian pendapatan perbankan dari kredit tidak memberikan
kontribusi yang nyata pada profitabilitas perbankan (Sudiyatno dan Fatmawati,
2013). Menurut ketentuan Bank Indonesia tingkat likuiditas bank dianggap sehat
apabila LDR-nya antara 85% - 110%, sedangkan LDR pada Bank Umum Swasta
Nasional (BUSN) Devisa sebagian besar dibawah Peraturan Bank Indonesia
yang kemungkinan diduga LDR tidak berpengaruh terhadap ROA. Kondisi ini
menggambarkan bahwa kinerja tidak efisien sehingga tidak dapat
memaksimalkan nilai pendapatan dari dana yang dipinjamkan kepada
masyarakat.
6. Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Kinerja Keuangan (ROA)
Berdasarkan pada Tabel 3 nilai t diperoleh sebesar 2,448 dengan
signifikansi sebesar 0,016 < 0,05, artinya bahwa DPK mempunyai pengaruh
yang positif terhadap kinerja keuangan (ROA). Oleh karena itu H6 diterima.
Meningkatmya dana pihak ketiga akan memperbesar modal sehingga semakin
tinggi DPK maka semakin baik kinerja keuangan (ROA). Hal ini akan
menguatkan presepsi masyarakat untuk menyimpan dananya di bank, dan secara
teoritis masyarakat mempercayai kinerja bank karena masyarakat menyerahkan
uangnya untuk dikelola oleh bank.
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis, dapat ditarik
kesimpulan bahwa CAR, NIM dan DPK berpengaruh positif terhadap Kinerja
Keuangan (ROA) yang artinya bahwa setiap ada peningkatan nilai CAR dan atau
NIM, maka ada peningkatan dari nilai Kinerja Keuangan (ROA). Sedangkan
variabel BOPO dan NPL berpengaruh negatif terhadap Kinerja Keuangan
(ROA) yang artinya bahwa setiap ada peningkatan nilai BOPO dan atau NPL,
maka ada penurunan dari nilai Kinerja Keuangan (ROA). Untuk variabel LDR
tidak berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan (ROA)

113

Analisis Pengaruh CAR, BOPO, NPL, NIM, LDR dan DPK.. (Putranti d & Anissa:102-115)

Daftar Pustaka
Ardiyana, Marissa (2010), Analisis Perbandingan Keuangan Bank Syariah dan
Bank Konvensional Sebelum, Selama, dan Sesudah Krisis Global Tahun
2008 dengan Menggunakan Metode CAMEL.
Dendawijaya, Lukman (2003), Manajemen Perbankan, Jakarta :
Ghalila
Indonesia.
Ghozali, Imam (2009), Analisis Multivariate dengan Program SPSS,
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam (2011), Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS,
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Daniariga, Erros (2011), Pengaruh Rasio CAMEL Terhadap Pertumbuhan Laba
(pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia),
Jurnal Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
Fitria, Nurul dan Sari, Raina Linda (2012), Analisis Kebijakan Pemberian
Kredit dan Pengaruh Performing Loan terhadap Loan to Deposit Ratio
pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero),Tbk Cabang Rantau,Aceh
Tamiang, Jurnal Ekonomi dan Keuangan, Vol. 1, No.1.
Karunia, Clorinda (2013), Analisis Pengaruh Rasio Capital, Assets Quality, dan
Liquidity Terhadap Kinerja Keuangan pada Sektor perbankan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jurnal Ilmiah
Mahasiswa
Universitas SurabayaVol. 2, No.1.
Kasmir (2009), Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.
Kasmir (2011), Manajemen Perbankan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Munawir (2000), Pokok-Pokok Akuntansi, Edisi Pertama, Yogyakarta: PT Bima
Rena Pariwara.
Nugroho, Lukman Chakim (2012), Analisis Pengaruh CAR, NPL, NIM,
BOPO, dan
LDR Terhadap Tingkat Profitabilitas Perbankan,
Universitas Diponegoro-Tidak Dipublikasikan.
Rizkita, Andra (2013), Analisis Pengaruh CAR, BOPO, NIM, NPL, dan LDR
terhadap Kinerja Keuangan Perbankan yang Terdaftar Di BEI, Jurnal
Fakultas Ekonomi Universitas Semarang.
Rutoto, Sabar (2007), Pengantar Metodologi Penelitian, FKIP: Universitas
http://sugithewae.wordpress.com/201
Muria
Kudus, tersedia di
2/11/13/pengertian-populasi-dansampel-dalam-penelitian/(28
April
2014).
Sabir, Muh, dkk (2012), Pengaruh Rasio Kesehatan Bank Terhadap Kinerja
Keuangan Bank Umum Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia,
Jurnal Analisis, Juni 2012, Vol.1 No.1: 79-86.
Sari, Enggar Koesoema (2011), Analisis Pengaruh CAR, NPL, BOPO, NIM,
LDR dan Pemenuhan PPAP Terhadap Kinerja Perbankan (Studi
114

Jurnal Manajemen dan Akuntansi PRESTASI
Volume 13. No. 1 – Desember 2014

ISSN 1411-1497

Kasus pada Bank Umum di Indonesia), Jurnal Akuntansi, Universitas
Diponegoro.
Sinungan, Muchdarsyah (1997), Manajemen Dana Bank, Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Sudiyatno, Bambang (2010), Analisis pengaruh dana pihak ketiga, bopo, car,
dan ldr terhadap kinerja keuangan pada sector perbankan yang go public
di Bursa Efek Indonesia (BEI), Dinamika Keuangan dan Perbankan,
125-137.
Sudiyatno, Bambang dan Fatmawati, Asih (2013), Pengaruh Risiko Kredit dan
Efisiensi Operasional Terhadap Kinerja Bank (studi kasus pada bank
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia), Jurnal Organisasi dan
Manajemen, Volume 9, Nomor 1, 73-86.
Sugiyono (2011), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
Bandung: AFABETA
Suharjono, Mudrajad Kuncoro (2002), Manajemen Perbankan Teori dan
Aplikasi, Yogyakarta: BPFE
Susilo, Y Sri, dkk (2006), Bank dan Lembaga Keuangan, Jakarta: Salemba
Empat.
Syamsuddin dan Mukhyi, Abdul (2008), Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan
Bank Devisa dan Bank Non Devisa di Indonesia, Fakultas Ekonomi,
Universitas Gunadarma.
Taswan (2005), Akuntansi Perbankan Transaksi Dalam Valuta Rupiah,
Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Taswan (2010), Manajemen Perbankan Konsep, Teknis & Aplikasi,
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Widati, Listyorini Wahyu (2012), Analisis Pengaruh CAMEL Terhadap
Kinerja Perusahaan Perbankan yang Go Public, Dinamika Akuntansi,
keuangan, dan Perbankan, November 2012. Vol.1, No.2, 105-119.
Yuliani, (2007), Hubungan Efisiensi Operasional dengan Kinerja Profitabilitas
pada Sektor Perbankan yang Go Public di Bursa Efek Jakarta, Jurnal
Manajemen dan Bisnis Sriwijaya, Vol. 5, No. 10, Desember, 2007.

115

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS ISI LIRIK LAGU-LAGU BIP DALAM ALBUM TURUN DARI LANGIT

22 212 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25