PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, KREATIVITAS, KOMUNIKASI, DAN KOLABORASI DALAM PEMBELAJARAN ABAD 21: INOVASI PEMBELAJARAN ABAD 21

Vol. 2

PROSIDING
SEMINAR NASIONAL
PENDIDIKAN DASAR
PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS,
KREATIVITAS, KOMUNIKASI, DAN KOLABORASI
DALAM PEMBELAJARAN ABAD 21:
INOVASI PEMBELAJARAN ABAD 21

Bandung, 3 Desember 2016

Editor:
Al Jupri, S.Pd., M.Sc., Ph.D.
Dr. Isah Cahyani, M.Pd. Vina
Anggia N. Ariawan, S.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


PROSIDING
SEMINAR NASIONAL
PENDIDIKAN DASAR

Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis, Kreativitas,
Komunikasi, dan Kolaborasi dalam Pembelajaran Abad 21:
Inovasi Pembelajaran Abad 21

Vol. 2
Editor:
Al Jupri, S.Pd., M.Sc., Ph.D.
Dr. Isah Cahyani, M.Pd. Vina
Anggia N. Ariawan, S.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

PROSIDING SEMINAR NASIONAL
PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, KREATIVITAS,

KOMUNIKASI, DAN KOLABORASI DALAM PEMBELAJARAN ABAD 21:
INOVASI PEMBELAJARAN ABAD 21
ISBN 978-602-98647-5-5
Editor:
Al Jupri, S.Pd., M.Sc., Ph.D.
Dr. Isah Cahyani, M.Pd.
Vina Anggia N. Ariawan, S.Pd.
Cetakan I Desember 2016
SEKOLAH PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR
Jln. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung 40154
Tlp. (022) 2001197 Pesawat, 124 Fax. (022) 2001197
Email: pascasarjana@upi.edu

ii

PENGANTAR
EDITOR SEMINAR NASIONAL PRODI PENDAS SPS UPI
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis, Kreativitas, Komunikasi, dan
Kolaborasi dalam Pembelajaran Abad 21:

Inovasi Pembelajaran Abad 21
Abad 21 merupakan abad yang sarat akan teknologi serta daya saing yang kompetitif.
Pada abad 21 diharapkan generasi masa depan memiliki pola pikir kritis serta kreatif untuk
membangun bangsa Indonesia. Selain itu, kemampuan komunikasi juga menjadi kunci bagi
generasi masa depan agar mampu menjalin suatu kolaborasi. Salah satu upaya untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi dapat
diterapkan dalam pembelajaran di sekolah dasar. Seorang pendidik wajib memiliki pola pikir
inovatif yang mampu dituangkan dalam pembelajaran sehingga menghasilkan peserta didik
yang mampu berdaya saing di masa depan.
Program Studi Pendidikan Dasar Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan
Indonesia menyelenggarakan seminar nasional dengan tema Pengembangan Kemampuan
Berpikir Kritis, Kreativitas, Komunikasi,dan Kolaborasi dalam Pembelajaran Abad 21: Inovasi
Pembelajaran Abad 21. Penyelenggaraan seminar nasional didasari keinginan untuk
menampung ide-ide dari pendidik dan calon pendidik tentang inovasi pembelajaran abad 21.
Melalui kegiatan ini diharapkan partisipan memperoleh pengalaman serta inspirasi sehingga
dapat mengembangkan kualitas peserta didik sebagai generasi masa depan yang unggul dan
mampu berkontribusi bagi kemajuan Indonesia.

Bumi Siliwangi, 3 Desember 2016


Editor

iii

iv

DAFTAR ISI
Pengantar Editor Seminar Nasional Prodi Pendas SPs UPI ......................................... iii
BAGIAN I
Penggunaan Model Metode dan Pendekatan Pembelajaran dalam
Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Kreativitas Komunikasi dan
Kolaborasi
Model Project Based Learning dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif
Siswa pada Pembelajaran IPS
Merry Christiana, Muliyati ............................................................................................1
Strategi Means-Ends Analysis (MEA) sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan
Penalaran Matematis Siswa
Moh. Nurhadi ................................................................................................................7
Pengembangan Pemahaman Konsep IPS di SD Kelas Rendah melalui Pendekatan
Personal Berlandaskan Pendekatan Sosial

Mubarok Somantri, Hany Handayani ..........................................................................12
Penerapan Model Pembelajaran Mandiri Berbasis Content Management System (Cms)
Wordpress (E-Learning) dalam Pembelajaran Menulis Dongeng (Penelitian
Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas VII SMP Kota Bandung)
Nais Ambarsari ............................................................................................................16
Penerapan Model SAVI (Somatic, Audiotory, Visualization, Intellectual) untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas IV pada Pembelajaran IPA
tentang Daur Hidup Beragam Jenis Hewan
Nisrina Hardiani, Acep Roni Hamdani ........................................................................21
Penerapan Model Role Playing untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa
Sekolah Dasar
Nur Fadillah, Trisna Romadhona ................................................................................27
Penerapan Metode Games Jejak Kasus Dalam Pembelajaran IPS
Rekha Budi Ramdhani .................................................................................................33
Pengaruh Contextual Teaching And Learning (CTL) Terhadap Peningkatan
Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar
Rina Indriani ................................................................................................................38
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran
Quantum Learning dalam Pelajaran IPA
Rinaldi Yusup ..............................................................................................................44

v

Keefektifan Metode Eksperimen dalam Pembelajaran Daur Air di Sekolah Dasar
Rintis Rizkia Pangestika ..............................................................................................48
Kegiatan Berpikir Kritis Matematis Melalui Problem Based Learning Berstrategi
Accelerated Learning
Riska Oktaviani Tristania Pulungan ............................................................................54
Pembelajaran Tematik Terpadu dengan Model Problem Based Learning (PBL) di
Sekolah Dasar
Rizki Ramadhan ..........................................................................................................60
Penggunaan Metode Image Streaming dan Musik Latar terhadap Kemampuan Menulis
Cerpen
Senja Pradestia Putri ....................................................................................................65
Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Pembelajaran Menulis Teks
Diskusi
Siti Pitrianti ..................................................................................................................71
Strategi Pembelajaran IPS Abad 21 untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
dan Kreatif Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah di Sekolah Dasar
Subarkah, Irwan ...........................................................................................................77
Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam Meningkatkan

Kecerdasan Ekologis dan Hasil Pembelajaran IPS
Suprihatin, Risma Prasasti ...........................................................................................83
Model Membaca Steinberg untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan
Siswa Sekolah Dasar
Tatat Hartati .................................................................................................................89
Penerapan Strategi REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, And
Transferring) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep pada Materi Bangun Ruang
Siswa Kelas V Sekolah Dasar
Ulfah ..........................................................................................................................102
Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Komunikasi Matematika SD
Vira Pratiwi, Ika Fitri Apriani ...................................................................................108
Pembelajaran Kontekstual sebagai Modal Terciptanya Social Care pada Peserta Didik
Wahyu Dwi Lestari ....................................................................................................115
Contextual Teaching and Learning dalam Peningkatan Penalaran Matematis Siswa di
Sekolah Dasar Kelas V SD
Yeni Dwi Kurino .......................................................................................................120

vi

Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Melalui Model

Pembelajaran Berbasis Masalah
Yuyu Yuliati ..............................................................................................................124
Pengembangan Model Cliosfer dalam Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Kelas V
Yuyun Dwi Haryanti .................................................................................................130
Pengaruh Model Multiliterasi Berbasis Integratif Berdiferensiasi untuk Meningkatkan
Kemampuan Koneksi Matematis
Zaenal Abidin ............................................................................................................136
BAGIAN II
Penggunaan Media dalam Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis
Kreativitas Komunkasi dan Kolaborasi
Efektivitas Google Earth sebagai Media E-Learning di Sekolah Dasar
Neni Maulidah, Murniwati ........................................................................................141
Penggunaan Media Big Book Terhadap Pembelajaran Literasi di Sekolah Dasar
Rahmat Sutedi, Restu Pujiantara ...............................................................................147
Penggunaan Teknik Quick On The Draw dengan Media Cerita Bergambar untuk
Meningkatkan Pemahaman Membaca Siswa Sekolah Dasar
Ridwan Firdaus ..........................................................................................................154
Penggunaan Media Permainan Batu Loncatan untuk Meningkatkan Keterampilan
Proses Berkomunikasi Peserta Didik

Sari Rejeki Utami ......................................................................................................159
BAGIAN III
Pembelajaran Literasi dalam Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis
Kreativitas Komunkasi Dan Kolaborasi
Implementasi Program West Java Leader Reading Challenge (WJLRC) sebagai
Budaya Literasi di Sekolah Dasar
Muhammad Rizal Fauzi ............................................................................................165
Pembiasaan Membaca sebagai Wujud Pembelajaran Literasi di Sekolah Dasar
Nunuy Nurkaeti .........................................................................................................172
Profil Kemampuan Literasi IPS dan IPA Peserta Didik Kelas 4 dan 5 Sekolah Dasar
dalam Rangka Gerakan Literasi Sekolah
Rokayah, Neni Hermita, Chaerul Rochman ..............................................................178
Pendidikan Literasi Abad 21 dan Implementasinya pada Pemerolehan dan
Pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar
Rosalina Siagian ........................................................................................................184
vii

Sastra Didaktis sebagai Afirmasi Literasi Komunikasi di SD
Seni Apriliya, Elan, Dwi Alia ....................................................................................188
BAGIAN IV

Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal dalam Pengembangan Kemampuan
Berpikir Kritis Kreativitas Komunkasi Dan Kolaborasi
Permainan Tradisional Jung dan Kearifan Lokal Pesisir Pantai Bengkalis
Nurmahen ..................................................................................................................195
Fiksimini Berbasis Cybersastra dan Local Wisdom sebagai Model Literasi Mutakhir
Abad 21 di Sekolah Dasar
Sani Aryanto, Eli Nurlela Andriani ...........................................................................200
BAGIAN V
Pendidikan Karakter pada Pembelajaran Abad 21
Efektivitas Pelatihan Komunikasi Interpersonal untuk Mengurangi Rasa Malu (Shyness)
Nandhini Hudha A .....................................................................................................206
Model Pembelajaran Berbasis Kognitif Moral dalam Upaya Mewujudkan Pendidikan
Karakter
Risa Wismaliya, Cece Rakhmat, dan Reni Bakhraeni ...............................................212
Menumbuhkan Kepemimpinan Anak di Sekolah Dasar
Roni Rodiyana ...........................................................................................................218
Peran Pendidikan Karakter dalam Konteks Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (Iptek) di Abad 21
Ropal Aria Silo, Ferdinandus Husen Pantar ..............................................................224
Menumbuhkan Karakter Melalui Pembelajaran Kooperatif

Selly Puspa Dewi Rachman .......................................................................................230
Penerapan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar pada Abad 21
Tri Juli Hajani ............................................................................................................233
Pembentukan Karakter Anak melalui Pendidikan Berbasis Budaya di Kabupaten
Purwakarta sebagai Inovasi Pembelajaran Abad 21
Wahyuni , Lia Yulianti ..............................................................................................238
Implementasi Nilai-Nilai Demokrasi di Sekolah Dasar
Wina Dwi Puspitasari ................................................................................................244
Nilai Kepemimpinan Pendidikan dan Implikasinya Terhadap Pembinaan Karakter
Siswa Sekolah Dasar
Yoyo Zakaria Ansori .................................................................................................250

viii
viii

BAGIAN VI
Kurikulum dalam Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Kreativitas
Komunkasi dan Kolaborasi
Komparasi Pendidikan Finlandia-Indonesia sebagai Upaya Merumuskan Formulasi
Sistem Pendidikan yang Unggul di Abad 21
Rizki Ananda .............................................................................................................255
Konsep Pengembangan Pendidikan Masa Depan (Abad 21)
Sinta Wahyuni ...........................................................................................................262
Perpaduan Kurikulum Nasional dan Kurikulum Cambridge sebagai Alternatif
Kurikulum Pembelajaran di Sekolah Dasar Pada Abad 21
Sita Ratnangingsih .....................................................................................................267
BAGIAN VII
Kompetensi Guru dalam Pembelajaran Abad 21
Kompetensi Sosial dan Kompetensi Kepribadian Guru dalam Perspektif Pendidikan
Berasrama Program Profesi Guru Pasca SM-3T (Analisis Indikator Kompetensi
Kepribadian dan Sosial Guru Pendidikan Berasrama Program PPG Pasca SM-3T)
Mia Muslimah ...........................................................................................................273
Peran Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Produktivitas
Kerja Guru Sekolah Dasar
Mohammad Ajid Abdul Majid ..................................................................................277
Peran Guru dalam Pendidikan Karakter Di Sekolah Pada Abad Ke 21
Monalisa Gherardini ..................................................................................................283
Membina Hubungan Guru dan Siswa (rapport building) Guna Meningkatkan
Kompetensi Guru dalam Mengajar
Muhamad Nova .........................................................................................................288
BAGIAN VIII
Permasalahan di Sekolah Dasar pada Pembelajaran Abad 21
Analisis Kesulitan Belajar Siswa pada Materi Keliling di Kelas 3 SD
Rini Yulia Agustini ....................................................................................................294
Learning Obstacles Materi Persamaan Linear Satu Variabel
Siti Maryam Rohimah ...............................................................................................299
Analisis Kesulitan Siswa dalam Mengerjakan Soal Cerita Operasi Hitung Campuran
Wulan Andini ............................................................................................................30

ix

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI DI SEKOLAH DASAR
Wina Dwi Puspitasari
winadwi49@ymail.com
PGSD Universitas Majalengka
ABSTRAK
Sekolah dasar memiliki peran yang sangat signifikan dalam mencapai dan menciptakan sikap
demokratis pada siswa. Selama di sekolah dasar siswa akan siap untuk memperoleh
pengetahuan, serta siswa akan akrab dengan aturan kehidupan sosial, tapi di sisi lain
pembelajaran di sekolah dasar belum memunculkan suasana yang demokratis, sehingga sikap
demokrasi siswa belum tumbuh secara wajar. Pada artikel ini, perlunya mendidik siswa
tentang demokrasi di sekolah dasar dan beberapa kegiatan yang bisa dilakukan di sekolahsekolah untuk mengajarkan siswa tentang pentingnya arti suatu demokrasi, karena hal ini
akan menciptakan siswa yang ingin menghargai, menghormati masyarakat lokal maupun
global. Oleh karenanya, dalam praktik di sekolah dasar, demokrasi harus benar-benar
ditegakkan melalui suasana kehidupan sekolah dan praktik pembelajaran.
Kata kunci: demokrasi, sekolah dasar, sikap
PENDAHULUAN
Nilai demokrasi sangat penting bagi masyarakat, terutama masyarakat dalam ruang
lingkup dini yaitu siswa sekolah dasar, nilai demokrasi harus diterapkan sejak dini karena
akan berpengaruh terhadap sistem pendidikan yang ada dalam masyarakat itu sendiri.
Masyarakat yang mempunyai nilai demokrasi dapat dibangun hanya dengan cara sistem
pendidikan yang demokratis yang dibangun dari sejak sekolah dasar. Demokrasi adalah
sebuah rezim politik bagi negara-negara, untuk menjaga perdamaian secara nasional dan
global, pelaksanaan dan pemeliharaan pendidikan demokrasi yang efektif sangat penting di
sekolah dasar. Pada dasarnya antara demokrasi dengan pendidikan mempunyai hubungan
yang positif, hal ini termaktub dalam penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti salah
satunya penelitian dari (Rosyada, 2004). Fokus artikel hasil kajian ini adalah peran yang
dilakukan oleh sekolah dasar dalam membantu siswa untuk memperoleh sikap dan
kemampuan yang demokratis.
Pendidikan sejatinya adalah untuk membangun dan mengembangkan potensi
manusia agar memiliki karakter, integritas, dan kompetensi yang bermakna dalam kehidupan.
Namun yang terjadi selama ini pendidikan masih terjebak pada pandangan dan praktik yang
tidak membangun ruang pembelajaran yang bisa memperkaya nilai-nilai kemanusiaan,
keluhuran, kejujuran, keadaban, serta sikap demokratis. Dengan demikian, sistem dan praktik
pendidikan di negeri ini belum mampu membangun karakter bangsa yang demokratis, sesuai
dengan landasan negara kita yaitu masyarakat yang demokrasi, sehingga sangat penting jika
kegiatan pendidikan didukung oleh sistem pendidikan yang demokratis di dalam
pembelajarannya.
Pendidikan harus bisa berfungsi dalam membangun manusia yang rajin dalam
belajar, sehingga bisa andal dan percaya diri dalam percaturan global serta rancangan ke
masa depan. Dalam konteks ini, bukan hanya untuk mencapai visi dan misi pendidikan yang
humanis dan religius, tetapi bagaimana pendidikan mempunyai daya dan tata kelola untuk
memperkaya kehidupan yang demokratis. Penanaman nilai-nilai demokratis di sekolah dasar
perlu diterapkan untuk menghadapi era globalisasi yang kini diyakini akan menghadirkan
banyak perubahan global seiring dengan akselerasi keluar masuknya berbagai kultur dan
244
244

peradaban baru dari berbagai bangsa di dunia. Itu artinya, dunia pendidikan dalam mencetak
sumberdaya manusia yang bermutu dan profesional harus menyiapkan generasi yang
demokratis, sehingga memiliki sumber daya manusia yang kokoh di tengah-tengah konflik
peradaban. Langkah konkret yang menarik untuk dilaksanakan bersama, terutama oleh para
pendidik di sekolah dasar dan pihak-pihak yang terkait dalam dunia pendidikan, adalah
menciptakan ruang hidup dan praktik pendidikan sebagai sebuah kehidupan yang nyata.
Rumusan masalah dalam kajian ini yaitu (1) bagaimana peran sekolah dasar dalam
kehidupan sosial siswa?; (2) bagaimana penerapan pendidikan demokrasi di sekolah
dasar? Sementara itu tujuan kajian berdasarkan rumusan masalah yaitu (1) mendeskripsikan
peran sekolah dasar dalam kehidupan sosial siswa; (2) mendeskripsikan penerapan
pendidikan demokrasi di sekolah dasar. Manfaat yang dapat diperoleh dari artikel ini
mencakup beberapa yang terkait di antaranya (1) digunakan sebagai bahan referensi atau
masukan tentang implementasi nilai-nilai demokrasi di sekolah dasar; (2) sebagai bahan
bacaan yang bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang pendidikan demokrasi bagi
guru, serta untuk menambah peran aktif masyarakat dalam dunia pendidikan.
PEMBAHASAN
Demokrasi adalah gabungan dari dua kata yaitu demos dan kratos yang diambil dari
bahasa Yunani, demos berarti rakyat dan kratos berarti pemerintahan. Demokrasi dapat
diartikan sebagai suatu pemerintahan dimana rakyat memegang suatu peranan yang sangat
menentukan (Mahfud, 2003 hlm. 10). Seperti suatu negara, sekolah juga merupakan suatu
organisasi layaknya masyarakat mini yang memiliki warga dan peraturan. Sekolah
merupakan suatu organisasi, yakni unit sosial yang sengaja dibentuk oleh beberapa orang
yang satu sama lain berkoordinasi dalam melaksanakan tujuannya untuk mencapai tujuan
bersama. Tujuannya yaitu mendidik siswa dan mengantarkan mereka menuju fase
kedewasaan, agar mereka mandiri baik secara psikologis, biologis, maupun sosial (Rosyada,
2004). Pendidikan demokrasi menekankan pada kemampuan intelektual, pribadi, dan
sosial.Dalam dunia pendidikan haruslah ada tuntutan kepada sekolah untuk mentransfer
pengajaran yang bersifat akademis ke dalam realitas kehidupan yang luas di masyarakat.
Di sekolah dasar siswa akan banyak bertemu dengan orang baru yang berbeda dari
keluarga mereka, mereka akan terlibat dan intensif berinteraksi. Sekolah dasar merupakan
lembaga sosial, siswa akan banyak mengalami aspek kehidupan sosial, termasuk
persahabatan, toleransi, cinta, saling menghormati, tolong-menolong, partisipasi,
kepemimpinan, sikap demokratis. Pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh oleh
siswa pada usia ini akan memengaruhi perilaku mereka, sehingga mereka dapat
mempersiapkan diri untuk menjadi bagian dari kehidupan sosial di dalam maupun di luar
sekolah (Sunarto dan Hartono, 2006). Semua mata pelajaran harus menanamkan sikap
demokrasi, keterampilan, hak asasi manusia, perdamaian, dan kesadaran lingkungan. Sekolah
dasar memainkan peran penting dalam meletakkan dasar-dasar sikap demokratis, untuk itu
latihan yang bervariasi perlu dirancang dan dilaksanakan di sekolah-sekolah untuk membantu
siswa memperoleh sikap dan keterampilan yang demokratis.
Implementasi Pendidikan Demokrasi di Sekolah Dasar
1. Pembelajaran yang berpusat pada siswa
Di bidang pendidikan, demokrasi tidak berarti ketergantungan mutlak pada otoritas.
Sebaliknya yaitu individu yang membuat keputusan mengenai diri mereka sendiri sesuai
dengan pikiran dan keterampilannya masing-masing. Pembelajaran yang diberikan oleh guru
di dalam kelas dianggap oleh kita semua sebagai bentuk pembelajaran yang demokratis
245
245

karena guru sudah memberikan kewajibannya kepada siswa untuk mengajarkan materi ajar.
Namun, hal seperti tadi tidak cukup dikatakan sikap yang demokratis karena ada beberapa hal
yang harus diperhatikan oleh guru, yaitu guru harus mengganti metode pengajaran
konvensional dan teknik yang tidak demokratis dengan metode yang berpusat pada siswa
yang lebih demokratis. Melalui penerapan pembelajaran yang berpusat pada siswa, maka
siswa diharapkan dapat berpartisipasi secara aktif, selalu ditantang untuk memiliki daya
kritis, mampu menganalisa dan dapat memecahkan masalahnya sendiri (Sugihartono,dkk,
2007 hlm.108).
Contoh konkret, misalnya guru menawarkan yang mana yang diinginkan oleh siswa
ketika merencanakan kegiatan pembelajaran, jadi guru harus mempersiapkan beberapa
alternatif kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan, yang tentu saja tidak terlepas dari
materi ajar yang akan diterima oleh siswa. Contohnya dalam topik yang berkaitan dengan
pendidikan lingkungan, siswa berpartisipasi dan memilih kegiatan sesuai dengan keinginan
mereka. Meskipun kegiatan siswanya berbeda-beda tapi payungnya tetap sama yaitu topik
pendidikan lingkungan, baik itu kegiatannya yang dilakukan di dalam kelas, sekolah, ataupun
di luar sekolah. Selanjutnya, guru mendengarkan pendapat para siswa terkait dengan
pembelajaran yang akan/sudah dilakukan oleh mereka, pembelajaran seperti ini adalah
kegiatan yang sangat efektif dan demokratis bagi para siswa, dan akan memberikan
ketenangan serta kebebasan dalam jiwa mereka.
2. Demokrasi dengan cara permainan di kelas
Menurut Santrock (2006) permainan dapat menolong siswa menguasai kecemasan
dan konflik, tekanan-tekanan akan terlepaskan di dalam permainan, permainan
memungkinkan siswa melepasakan energi fisik yang berlebihan dan membebaskan perasaanperasaan terpendam. Permainan di dalam kelas dapat diterapkan untuk membantu siswa SD
memperoleh sikap dan keterampilan yang demokratis. Dalam permainan di kelas, siswa
diberikan tugas yang berbeda untuk memainkan perannya, permainan ini bisa menjadi
hiburan untuk mereka sekaligus mereka mendapatkan keterampilan dalam melaksanakan
kehidupan yang demokratis. Misalnya, guru memberikan tugas kepada siswa untuk
melakukan kegiatan permainan negara demokrasi, yaitu mengonsep kelas menjadi Negara
yang didalamnya harus ada pejabat-pejabat yang mengisi jabatan yang telah dikonsep oleh
guru, seperti presiden, menteri, gubernur, bupati, bendahara, dan seksi-seksi yang lainnya.
Contoh apabila siswa terpilih sebagai presiden/ketua kelas maka harus bersikap adil,
bertanggung jawab, disiplin dan tegas. Sementara itu, untuk jabatan yang lainnya harus
memiliki sikap yang terbuka, jujur, pintar mencari solusi, rajin, cekatan, memiliki
kemampuan dalam mengoperasikan komputer dan masih banyak kriteria lainnya. Hal itu
harus disampaikan dan diperankan siswa, supaya siswa mampu memahami arti sebuah
demokrasi dari sejak dini. Demokrasi adalah sebuah konsep abstrak bagi siswa sekolah dasar,
demokrasi akan mudah diajarkan dengan cara permainan dan drama. Menurut Ibrahim dan
Wahyuni (2012 hlm. 41) permainan dan drama di dalam kelas akan membantu siswa dalam
memperoleh kebiasaan bertanggung jawab dan akan mendorong siswa berpartisipasi serta
bekerja secara kolektif. Dampak dari permainan di dalam kelas yaitu siswa akan berkembang
dalam hal keterampilan secara individu, sosial, serta komunikasi dengan orang lain akan lebih
nyaman dan tepat, kemudian akan mengembangkan keterampilan sosial serta akan
menumbuhkan sikap demokratis yang luwes.

246
246

3. Peran guru harus efektif
Dalam menginternalisasikan nilai-nilai demokrasi guru dapat menjadi role model, hal
ini berarti segala perilakunya dapat menjadi tauladan bagi siswa dalam pembentukan karakter
demokratis dalam dirinya. Jika KBM di dalam kelas tidak beriklim demokrasi, maka dalam
diri siswa tidak akan tertanam sikap-sikap yang mencerminkan nilai-nilai demokrasi.
Rosyada (2004 hlm.19) menyatakan bahwa,”sekolah bukan menjadi tempat pertunjukan bagi
guru tetapi tempat bagi siswa untuk menambah dan memperkaya pengalaman belajarnya”.
Oleh sebab itu, guru harus mampu mengembangkan strategi pembelajaran yang memberi
peluang bagi siswa untuk belajar. Inilah makna lain dari sekolah demokratis, yaitu sekolah itu
untuk siswa bukan untuk guru. Sekolah harus menjadi rumah kedua bagi siswa, mereka betah
menghabiskan waktunya di sekolah, dengan belajar, berdiskusi, menyelesaikan tugas-tugas
kelompok, membaca, dan melakukan aktivitas lainnya. Implementasi pendidikan demokrasi
dalam proses pembelajaran di kelas tentu tidak lepas dari peran guru. Guru harus
menciptakan suasana yang hangat di sekolah sehingga menjadi tempat yang nyaman bagi
siswa untuk semaksimal mungkin mereka belajar. Biarkan siswa saling membantu satu sama
lain serta saling bertukar informasi yang mereka dapatkan dari hasil akses informasinya.
Melalui diskusi akan terpupuk nilai-nilai demokrasi karena pelaksanaan diskusi sangat
memungkinkan siswa berinteraksi dengan siswa yang lain, belajar mengemukakan
pendapatnya, menghargai setiap pendapat dan tidak memaksakan pendapatnya kepada orang
lain.
4. Memunculkan berbagai ide yang variatif
Menurut Zhao dan Hoge (2005 hlm.216), ” Another aspect of democratic life is a
different view or opinion, civilized society wants every individual is able to recognize and
understand the meaning of a difference than egocentric”. Untuk membangun pendekatan
dalam sekolah dasar, berbagai kegiatan harus dilakukan supaya perbedaan pandangan dan
gaya hidup dapat dijadikan suatu hal yang bisa diharmoniskan. Misalnya, guru dapat
menciptakan lingkungan diskusi di kelas dengan topik sosial seperti melindungi lingkungan
alam, toleransi antar bangsa. Siswa dapat memberikan opini dan mengekspresikan pribadi
mereka tentang materi yang dipelajari secara alami. Hal ini akan menumbuhkan sikap
toleransi antar sesama siswa dan akan mengembangkan pemahaman demokrasi mereka.
Selanjutnya, guru bisa memunculkan ide kreatif siswa dengan cara menggantung papan
tulis/sejenis mading di kelas supaya mendorong siswa untuk bebas menuliskan ide-ide dan
pendapat mereka di papan tersebut. Kegiatan praktik ini akan sangat dihargai oleh siswa, dan
akan mendorong siswa untuk membuka telinga bukan hanya dari guru saja, tetapi juga ide
dari teman yang lainnya. Pembinaan guru untuk menghormati teman-temannya dari berbagai
pendapat yang berbeda adalah salah satu kegiatan yang paling penting dari pendidikan
demokrasi ini, selain itu mereka juga dapat belajar bagaimana memberikan nilai kepada ideide orang lain juga.
5. Membangkitkan kepekaan demokratis siswa
Siswa diajak oleh guru untuk menafsirkan tempat peristiwa yang berlangsung di
seluruh dunia. Hal seperti ini akan membuat mereka lebih tertarik dan menjadi sensitif
terhadap kejadian di dunia yang lebih besar di sekitar mereka. Mereka harus didorong untuk
memahami bagaimana menjadi sensitif terhadap keadaan di seluruh dunia. Selain itu, mereka
harus dididik dengan cara mendorong mereka untuk mengambil langkah-langkah baik
sebagai individu atau sebagai bagian dari kelompok untuk ikut berkontribusi mencari solusi
terhadap masalah yang ada di dunia. Misalnya, guru membantu siswa dalam mencari acara
247
247

sosial yang terjadi secara lokal maupun global melalui surat kabar, majalah, dan televisi.
Kemudian,guru mengalokasikan sebagian waktu dari mata pelajarannya untuk mengevaluasi
kegiatan sosial tersebut.
Kesadaran demokrasi dapat ditingkatkan dengan cara menghasilkan pendapat sendiri
untuk memecahkan masalah sosial yang dikhawatirkan oleh mereka. Gaudelli dan Fernekes
(2004) mengemukakan tingkat sensitivitas siswa terhadap masalah nasional dan hak asasi
manusia sangat tinggi, jadi tugas guru adalah memberikan sejumlah pertanyaan mengenai
masalah tersebut, supaya muncul sikap demokratis siswa.
6. Pengelolaan kelas yang demokratis
Penelitian menunjukkan bahwa sekolah yang demokratis dan manajemen kelas yang
baik akan memengaruhi guru dan siswanya dalam berbuat positif dalam segala hal (Taylor,
1993). Sikap dan perilaku guru SD dalam mengelola kelas merupakan salah satu faktor yang
paling penting yang dapat memengaruhi sikap demokratis siswa. Tindakan seperti membuat
aturan dalam pengelolaan kelas, menumbuhkan ide kreatif siswa, dan memperlakukan semua
siswa sama di kelas, dapat memengaruhi sikap demokratis siswa. Contohnya, guru bisa
menyepakati peraturan di kelas dengan siswa, yaitu dengan cara setiap siswa di kelasnya
menulis aturan untuk ditaati, kemudian aturan itu bisa jadi sebuah penilaian bagi komitmen
siswa terhadap aturan yang telah ditulis oleh mereka. Guru pun menyampaikan bahwa aturan
ini harus dipedomani oleh seluruh siswa, hal seperti ini merupakan bagian dari kehidupan
yang demokratis.
Latihan demokrasi langsung dengan cara praktik jauh lebih efesien daripada dengan
penjelasan verbal tentang konsep demokrasi. Selain itu guru SD juga harus menjadi model
yang baik bagi siswa dengan menunjukan perilaku atau sikap yang demokratis, guru tidak
perlu terlalu ketat atau terlalu longgar terhadap aturan yang telah disepakati dengan siswanya.
Kegiatan seperti ini akan memupuk motivasi siswa atas dasar menghargai manfaat nyata dari
tugas yang harus dilakukan oleh mereka bukan karena takut akan hukuman.
SIMPULAN DAN SARAN
Salah satu fungsi utama dari pendidikan dasar adalah untuk membantu siswa
memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dapat mereka gunakan sepanjang hidup
mereka. Dalam pendidikan dasar, siswa tidak hanya belajar secara akademis saja, tetapi juga
mengembangkan berbagai keterampilan dan sikap sosial dengan cara kegiatan dan latihan
yang terencana. Dalam proses ini, beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk
mengembangkan sikap dan perilaku demokratis siswa, yaitu (1) pembelajaran yang berpusat
pada siswa; (2) membantu siswa memperoleh kesadaran demokrasi dengan permainan di
dalam kelas; (3) guru harus membimbing siswa dalam kegiatan sosial; (4) memunculkan
berbagai ide yang variatif bagi siswa; (5) mengembangkan kesadaran demokratis siswa; dan
(6) pembentukan lingkungan kelas yang demokratis.
Guru harus mempunyai wawasan serta kemampuan yang kompeten dalam
menerapkan nilai-nilai demokrasi dan melaksanakan tugas-tugasnya di masyarakat. Guru
juga harus termotivasi untuk mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
bagi siswa untuk mengatasi tantangan yang mereka hadapi dalam kehidupan sosial mereka.
Sebagai jalan mengembangkan sikap demokratis siswa di pendidikan dasar, sekolah dasar
harus menjadi lingkungan yang dapat menumbuhkan sikap dan keterampilan yang
demokratis.

248
248

DAFTAR PUSTAKA
Gaudelli, W., & Fernekes, W.R. (2004). Teaching about Global Human Rights for Global
Citizenship. The Social Studies: ProQuest Education Journals.
Ibrahim, A.S. &Wahyuni, S. (2012). Asesmen Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Refika
Aditama.
Mahfud.MD.M. (2003). Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia (Studi tentang Interaksi
Politik dan Kehidupan Ketatanegaraan). Jakarta: Rineka Cipta.
Rosyada, D. (2004). Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta: Prenada Media.
Santrock. (2006). Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga.
Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Sunarto, A.,&Hartono, A. (2006). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT.Asdi Mahasatya.
Taylor, A. (1993). How Schools are Redesigning Their Space. Educational Leadership.
Zhao, Y,& Hoge, J.D. (2005). What Elementary Students and Teachers Say about Social
Studies.The Social Studies.

249
249

ISBN 978-602-98647-5-5

9 786029 864755