BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Inquiry Siswa Kelas IV SD Negeri Bugel 01 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Semester 2 Tahun 2014/2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

  Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan bahasa Inggris yaitu natural

  

science yang secara singkat sering disebut science. Natural artinya alamiah,

  berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa- peristiwa yang terjadi di alam ini. Patta Bundu (2006:9) menjelaskan secara tegas bahwa yang dimaksud dengan kata sains dalam kurikulum pendidikan di Indonesia adalah IPA itu sendiri.Ruang lingkup sains tersebut adalah sains (tingkat sekolah SD), sains Biologi, Sains Kimia, Sains Bumi dan Antariksa (tingkat sekolah menengah.

  Definisi IPA menurut H.W. Fowler (Salirawati, 2008:20) yakni ilmu yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi,disamping itu juga membiasakan siswa untuk melakukan pengamatan yang ada dilingkungan sekitar .

  Menurut Permendiknas (2007:149), IPA berkaitan dengan bagaimana siswa mencari tahu fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sekumpulan pengetahuan yang harus dihafal siswa, melainkan siswa harus memiliki kemampuan proses penemuan. IPA pada hakikatnya bermula dari rasa keingintahuan manusia secara kodrati terhadap apa yang ada di sekelilingnya (alam). Secara khusus, siswa di sekolah juga memiliki rasa ingin tahu tentang fenomena alam yang sebenarnya diarahkan dengan benar oleh guru supaya berlangsung secara sistematis dan tidak terjadi miskonsepsi.

  Menurut Trianto, (2012:136) IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya Menurut Carin dan Sund (Trianto, 2012:153) mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan merupakan kumpulan data hasil observasi dan eksperimen.

  Menurut Abruscato, Jseph dan Derosa, Donald A (2010:6), Sains adalah:

  “Science is the name we give to group of process through wich we can systematically gather information about the natural world. Science is also the the knowledge the use of such process. Finally, science is characterized by those values and attitudes processed by people who use scientific process to gather knowledge”.

  Menurut Trianto (2012:136) menyatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala

  • – gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah, seperti observasi dan eksperimen, serta menuntut sikap ilmiah, seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya.

  Menurut Trianto, (2012:137) IPA dipandang sebagai proses, produk, dan prosedur. Sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau di luar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran atau dissiminasi pengetahuan. Sebagai prosedur dimaksudkan adalah metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim disebut metode ilmiah (scientific method).

  Berdasarkan beberapa uraian pengertian sains diatas yang telah dikemukakan oleh para ahli, simpulan dari penulis bahwa IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam semesta baik makhluk hidup maupun benda mati yang didapatkan dengan cara observasi atau eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya sehingga dapat menarik kesimpulan.

  Menurut Trianto, (2012:153) bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama, yakni: hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar.

  b.

  Proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah.

  c.

  Produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum.

  d.

  Aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari- hari. Menurut Depdiknas, (2003:3) hakikat dan tujuan pembelajaran IPA diharapkan dapat memberikan antara lain sebagai berikut:

  1. Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

  2. Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan konsep, fakta yang ada di alam, hubungan saling ketergantungan, dan hubungan antara sains dan teknologi.

  3. Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan, memecahkan masalah dan melakukan observasi.

  4. Sikap ilmiah, antara lain skeptis, kritis, sensitif, obyektif, jujur, terbuka, benar, dan dapat bekerja sama.

  5. Kebiasaan mengembangkan kemampuan berfikir analitis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip sains untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam.

  6. Apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari keindahan keteraturan perilaku alam serta penerapannya dalam teknologi. Menurut Trianto, (2012:141) merujuk pada hakikat IPA, maka nilai-nilai IPA yang dapat ditanamkan dalam pembelajaran IPA antara lain sebagai berikut: a.

  Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut langkah-langkah metode ilmiah.

  b.

  Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan, mempergunakan alat-alat eksperimen untuk memecahkan masalah.

  c.

  Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik dalam kaitannya dengan sains maupun dalam kehidupan.

  Berdasarkan tujuan pembelajaran IPA di atas, simpulan bahwa tujuan pembelajaran IPA adalah agar siswa memiliki sikap ilmiah, menerapkan metode ilmiah untuk memecahkan berbagai permasalahan, serta untuk meningkatkan Tuhan berikan. Dengan demikian, menurut Trianto, (2013:143) semakin jelasnya bahwa proses belajar mengajar IPA lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses, sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan. Selama ini proses belajar mengajar IPA hanya menghafalkan fakta, prinsip, atau teori saja. Untuk itu perlu dikembangkan suatu model pembelajaran IPA yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide- idenya. Guru hanya memberi tangga yang membantu siswa untuk mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, namun harus diupayakan agar siswa dapat menaiki tangga tersebut. Dapat dikatakan bahwa hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara universal.

  Tujuan pembelajaran IPA diterapkan dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Dalam Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006, standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. SK adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap tingkat dan/atau semester; standar kompetensi terdiri atas sejumlah kompetensi dasar sebagai acuan baku yang harus dicapai dan berlaku secara nasional; kompetensi dasar merupakan sejumlah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan untuk menyusun indikator kompetensi.

  Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA di SD/MI merupakan standar dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. SK dan KD untuk mata

  pelajaran IPA siswa kelas 4 semester II secara rinci disajikan melalui tabel 2.1 di halaman berikut:

  

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA Kelas 4 Semester II

  

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

  7. Memahami gaya dapat mengubah gerak dan atau

  7.1 Menyimpulkan hasil percobaan bentuk suatu benda. bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda.

  7.2 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah bentuk suatu benda

  8. Memahami berbagai bentuk energi dan cara

  8.1 Mendeskripsikan energi panas penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari. dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat- sifatnya

  8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara penggunaannya.

  8.3 Membuat suatu karya/model untuk menunjukkan perubahan energi gerak akibat pengaruh udara, misalnya roket dari kertas/baling-baling/pesawat kertas/parasut

  8.4 Menjelaskan perubahan energi bunyi melalui penggunaan alat 9 musik . Memahami perubahan kenampakan permukaan 9.1 perubahan Mendeskripsikan kenampakan bumi. bumi dan benda langit 9.2 perubahan

  Mendeskripsikan kenampakan bumi.

  10. Memahami perubahan lingkungan fisik dan

  10.1 Mendeskripsikan berbagai Pengaruhnya terhadap daratan. penyebab perubahan lingkungan fisik (angin, hujan, cahaya matahari, dan gelombang air laut).

  10.2 Menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor)

  10.3 Mendeskripsikan cara pencegahan kerusakan lingkungan (erosi, abrasi, banjir, dan longsor)

  11. Memahami hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat

  11.1 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan lingkungan

  11.2 Menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dengan teknologi yang digunakan

  11.3 Menjelaskan dampak pengambilan bahan alam terhadap pelestarian lingkungan Sumber: Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.

2.1.2 Pendekatan Inquiry

  Inkuiri yang dalam bahasa Inggris Inquiry berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi. Inkuiri merupakan perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Menurut Trianto (2009:166) menyatakan strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan sepenuh hati. Dengan syarat sasaran utama pembelajaran inkuiri adalah (1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, (2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran, (3) mengembangkan sikap percaya diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.

  Menurut Trianto, (2009:166) kondisi umum yang merupakan syarat timbulnya kegiatan inkuiri adalah sebagai berikut:

  1. Aspek sosial dikelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi.

  2. Inkuiri berfokus pada hipotesis.

  3. Penggunaan fakta sebagai evidensi (informasi, fakta). Untuk menciptakan kondisi seperti itu peranan guru adalah sebagai berikut: 1.

  Motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah berfikir.

  2. Fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan.

  3. Penanya, menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat.

  4. Administrator, bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan kelas.

  5. Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

  6. Manajer, mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas.

  7. Rewarder, member penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa. Menurut Sanjaya (2006:197) Ada beberapa hal yang menjadi karakteristik utama dalam pendekatan inkuiri, yaitu:

  1. Pendekatan inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri.

  2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self

  belief ). Dengan demikian, metode pembelajaran inkuiri

  menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.

  3. Tujuan dari penggunaan metode inkuiri dalam pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis atau mngembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demkian, dalam metode inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan kemampuan yang dimilikinya secara optimal. Sementara itu menurut Sagala, (2004) pendekatan inkuiri merupakan pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa yang berperan sebagai subjek belajar, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah.

  Berdasarkan beberapa pendapat para ahli yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat diambil disimpulkan bahwa pendekatan Inquiry adalah pendekatan yang memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran melalui percobaan maupun eksperimen sehingga melatih siswa berkreativitas dan berpikir kritis untuk menemukan sendiri suatu pengetahuan yang pada akhirnya mampu menggunakan pengetahuannya tersebut dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

2.1.2.1 Langkah-langkah Pendekatan Inquiry

  Menurut Trianto, (2009:172) langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri yaitu:

  1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan: kegiatan inkuiri

dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan. Untuk

meyakinkan bahwa pertanyaan tersebut dituliskan dipapan

tulis, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis.

Rumusan masalah merupakan arah yang dicapai dalam

pembelajaran. Perumusan masalah harus sesuai dengan materi

yang akan diajarkan dalam pembelajaran IPA.

  2. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau

solusi permasalahan yang dapat diuji. Untuk memudahkaan

  

hipotesis yang mungkin. Dari semua gagasan yang ada, dipilih

salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang

diberikan. Dilakukan dengan diskusi dan harus sesuai dengan

kemampuan siswa. Mengumpulkan, mengolah dan

menganalisis data, siswa tentu harus mencari bukti-buktinya

dengan arahan guru dan sumber-sumber harus relevan.

  3. Mengumulkan Data.

  

Hipotesis yang digunakan untuk menununtun proses

pengumpulan data. Data yang sudah dianalisis kemudian

disimpulkan dengan mengkaji hipotesis yaitu benar atau salah.

Bila dianggap hipotesisnya kurang tepat, maka langkah ini

dapat digunakan untuk merefisi rumus masalah hipotesis, bila

perlu mengulang langkah ketiga.

  4. Analisis data.

  

Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah

dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh.

Faktor terpenting dalam menguji hipotesis adalah pemikiran

„benar‟ atau „salah‟. Setelah memproleh kesimpulan dari data

percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telh

dirumuskan.

  5. Membuat kesimpulan

Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat

kesimpulan sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa.

Dalam upaya menanamkan konsep, misalnya kosep IPA pokok bahasan yang

saling ketergantungan pada siswa tidak cukup hanya sekedar ceramah. Pembelajaran

akan lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk tahu dan terlibat secara aktif

dalam menemukan konsep dari fakta-fakta yang dilihat dari lingkungan dan

bimbingan guru. Pada penelitian ini tahapan pembelajaran yang digunakan

mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Eggen &

Kauchak, (Trianto, 2009:172). Adapun tahapan proses pembelajaran inkuiri disajikan

pada tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2.2 Tahap Pendekatan Inquiry

  Fase Perilaku guru

  1. Guru membimbing siswa mengidentifikasi Menyajikan pertanyaan atau masalah dituliskan dipapan tulis. masalah Guru membagi siswa dalam kelompok.

  2. Guru memberikan kesempatan pada siswa Membuat hipotesis untuk curah pendapat dalam membentuk hipotesis.

  Guru membimbing siswa dalam menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi priorits penyelidikan.

  3. Guru memberikan kesempatan pada siswa Merancang percobaan untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan.

  4. Guru membimbing siswa mendapatkan Melakukan

percobaan untuk informasi melalui percobaan

memperoleh informasi

  5. Guru memberikan kesempatan pada tiap Mengumpulkan dan menganalisis data kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul.

  6. Guru membimbing siswa dalam membuat Membuat kesimpulan kesimpulan.

  Standar Kompetensi (SK) yang digunakan pada penelitian ini SK 10. Memahami Perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan. Kompetensi Dasar yang digunakan (KD) 10.1 Mendeskripsikan berbagai penyebab perubahan lingkungan fisik (angin, hujan, cahaya matahari, gelombang air laut) untuk siklus I. Siklus II menggunakan SK 10. dan (KD) Menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan (erosi, abrasi, banjir dan longsor)

  Pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup (BSNP No 41, 2007).

  Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.

  Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan

  d.

  Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya.

  c.

  Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain.

  b.

  Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentangTopik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber.

  Dalam kegiatan eksplorasi, guru: a.

  2. Kegiatan Inti

  1. Kegiatan Pendahuluan

  Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.

  d.

  Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai.

  c.

  Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari.

  b.

  Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran.

  Dalam kegiatan pendahuluan, guru: a.

a. Eksplorasi

  e.

  Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok.

  e.

  Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar.berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar.

  d.

  Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan.

  c.

  Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber.

  b.

  Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik.

  Dalam kegiatan konfirmasi, guru: a.

  c. Konfirmasi

  Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.

  Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival,serta produk yang dihasilkan. i.

  h.

  g.

  Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.

  Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok.

  f.

  Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar.

  e.

  Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif.

  d.

  Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut.

  c.

  Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis.

  b.

  Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna.

  Dalam kegiatan elaborasi, guru: a.

  b. Elaborasi

  Membantu menyelesaikan masalah. f.

  Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi.

  g.

  Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh.

  h.

  Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.

3. Kegiatan Akhir

  Dalam kegiatan akhir guru: a.

  Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran.

  b.

  Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram.

  c.

  Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.

  Dari tahapan pembelajaran inkuiri menurut penerapan Eggen & Kauchak,

(Trianto, 2009:172) disimpulkan bahwa suasana kelas yang nyaman merupakan hal

penting, karena pertanyaan-pertanyaan berasal dari siswa agar proses pembelajaran

dapat berjalan dengan baik. Kerjasama guru dengan siswa, siswa dengan siswa

diperlukan juga adanya dorongan secara aktif dari guru dan teman. Dua atau tiga

lebih siswa yang bekerja sama dalam berpikir, bertanya, akan lebih baik hasilnya jika

dibandingkan bila siswa bekerja sendiri. Dan peranan guru memonitor pertanyaan

siswa, memerlukan aturan penting yaitu: (1) pertan yaan harus dapat dijawab “ya”

atau “tidak” dan harus diucapkan dengan suatu cara siswa dapat menjawab

pertanyaan tersebut dengan melakukan pengamatan, (2) pertanyaan harus disusun

sedemikian rupa sehingga tidak mengarahkan guru memberikan jawaban pertanyaan,

tetapi mengarahkannya jawaban sendiri.

  Menurut (BSNP No 41, 2007) sehingga disimpulkan perencanaan kegiatan

pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu: (1) Dalam kegiatan eksplorasi: (a) guru

akan menggunakan pendekatan Inkuiri yang sesuai dengan penelitian. (b) guru akan

memfasilitasi media dan sumber belajar sesuai dengan materi yang sudah

disampaikan pada awal pendahuluan dan melibatkan peserta didik aktif dalam setiap

  

kegiatan pembelajaran. (2) Dalam kegiatan elaborasi: (a) siswa dibimbing guru dalam

membentuk kelompok. (b) Siswa mendapatkan pertanyaan dari guru sesuai dengan

materi yang diajarkan. (c) siswa difasilitasi perlengkapan percobaan dan kemudian

siswa mendiskusikannya dengan kelompok masing-masing untuk menemukan

jawaban sementara dari beberapa pertanyaan yang disampaikan, akan tetapi tugas

guru disini yaitu membimbing siswanya untuk mengarahkan jawaban tetapi tidak

memberikan jawabannya secara langsung agar siswa menemukan sendiri jawabannya

dengan kelompoknya. (3) Dalam kegiatan konfirmasi: (a) Guru memberikan umpan

balik atau penguatan kepada siswa dengan cara guru bertanya “jadi hari ini kita sudah

belajar mengenai apa saja anak- anak”. (b) Kemudian bertanya kepada siswa “siapa yang masih belum jelas mengenai pembelajaran kita pada hari ini

  ”. (c) Guru memberi

motivasi belajar kepada siswa yang masih mengalami kurang atau belum

berpastisipasi aktif dalam pembelajaran. (d) Guru memberikan reward berupa bintang

yang terbuat dari kertas yang kenyataannya membuat siswa menjadi senang sehingga

berlomba-lomba dalam kelompok menjadi yang terbaik dalam menyelesaikan

pertanyaannya secara kelompok tersebut. Dan selanjutnya dalam kegiatan penutup

guru bersama-sama siswa membuat kesimpulan tentang pembelajaran pada hari ini

dan siswa membuat rangkuman dicacatannya serta memberikan pengayaan tindak

lanjut berupa remidi.

2.1.2.2 Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Inquiry

  Menurut Amien (Suryanti, 2009:142) pendekatan inkuri sebagai strategi pembelajaran memiliki beberapa kelebihan yaitu:

  1. Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri. 2. suasana akademik yang mendukung Menciptakan berlangsungnya pembelajaran yang berpusat pada siswa.

  3. Membantu siswa mengembangkan konsep diri yang positif.

  4. Meningkatkan penghargaan sehingga siswa mengembangkan ide untuk menyelesaikan tugas dengan caranya sendiri.

  5. Mengembangkan bakat individual secara optimal.

  6. Menghindarkan siswa dari cara belajar menghafal. Manfaat pendekatan inkuiri sebagai pembelajaran yaitu: 1.

  Pembelajaran menjadi lebih hidup serta dapat menjadikan siswa aktif.

  2. Dapat membentuk dan mengembangkan konsep dasar kepada siswa.

  3. Membantu dalam ingatan dan transfer pada situasi belajar yang baru.

  4. Dapat memberikan waktu kepada siswa secukupnya sehingga

mereka dapat memperoleh informasi pembelajaran yang

cukup.

  5. Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri, bersifat jujur, obyektif dan terbuka.

  6. Menghindarkan diri dari cara belajar tradisional yaitu guru yang menguasai kelas.

Menurut Sanjaya, (2008:206) adapun kelemahan pembelajaran yang menggunakan

pendekatan inkuiri, diantaranya:

  1. Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

  2. Sulit dalam merancang pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

  3. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang telah ditentukan.

  4. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh

kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, strategi

pembelajaran inkuiri akan sulit di implementasikan oleh setiap

guru.

2.1.3 Hasil Belajar

  Menurut Reigeluth dalam Keller, (2008:137) menyebutkan bahwa hasil belajar adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi yang berbeda. Efek ini bisa berupa efek yang sengaja dirancang, karena itu ia merupakan efek yang diinginkan dan bisa juga berupa efek nyata sebagai hasil penggunaan metode pengajaran tertentu.

  Menurut Agus Suprijono, (2009:5) hasil belajar adalah pola

  • – pola perbuatan, nilai – nilai, pengertian – pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan ketrampilan.
diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada pada yang di pelajari oleh pembelajar. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa di sekolah merupakan tujuan dari kegiatan belajarnya.

  Purwanto (2013:44) mengemukakan bahwa hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata y ang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”.

  Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Menurut Winkel, (Purwanto 2013:45) mendefinisikan hasil belajar sebagai perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi Bloom (aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik).

  Purwanto (2013:46) mendefinisikan bahwa hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti proses belajar mengajar. Tujuan pendidikan bersifat ideal, sedangkan hasil belajar bersifat aktual. Hasil belajar merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan, sehingga hasil belajar yang diukur sangat tergantung kepada tujuan pendidikannya.

  Menurut Patta Bundu (2006: 17), hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti program belajar mengajar. sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Aspek kognitif berkaitan dengan pengetahuan yang dimiliki siswa, aspek afektif berkaitan dengan penguasaan nilai-nilai atau sikap yang dimiliki siswa sebagai hasil belajar, sedangkan aspek psikomotorik yaitu berkaitan dengan keterampilan- keterampilan motorik yang dimiliki oleh siswa.

  Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:251) hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi :

1. Dari sisi siwa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat pra belajar.

  Menurut Nana Sudjana (2004:39) hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni:

  1. Faktor dari dalam diri siswa itu, seperti kemampuan, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.

2. Faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan.

  Bakat pelajar b.

  Waktu yang tersedia untuk belajar.

  c.

  Waktu yang diperlukan siswa untuk menjelaskan pelajaran.

  d.

  Lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah ialah kualitas pengajaran. Caroll (Nana Sudjana 2004:40) berpendapat bahwa hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh lima faktor, yakni: a.

  e.

  Kemampuan individu.

  Dari beberapa pendapat di atas maka disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang merupakan hasil dari aktivitas belajar.

  Taksonomi Tujuan Belajar domain kognitif (Benyamin S. Blom,1956) Kategori dari Taxonomi 1.

  Menghafal (Remember): menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang. Mengingat merupakan proses kognitif yang paling rendah tingkatannya.

  2. Memahami (Understand): mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru kedalam skema yang telah ada kedalam pemikiran peserta didik.

  3. Mengaplikasikan (aply): mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Kategori ini mencakup dua

  Kualitas pengajaran.

  4. Menganalisis (Analyze): menguraikan suatu permasalahan atau objek ke unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur- unsur tersebut. Ada tiga macam proses kognitif yang tercakup dalam menganalisis: menguraikan, mengorganisir, dan menemukan pesan tersirat.

  5. Mengevaluasi (evaluate): membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Ada dua macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini: memeriksa dan mengritik.

  6. Membuat (create): menggabungkan beberapa unsur menjadi satu bentuk kesatuan. Ada tiga macam proses kognitif yang tergolong dalam kategori ini, yaitu: membuat, merencanakan dan memproduksi. Rumusan Tujuan belajar Domain afektif dari David Krathwohl Kategori dari taxonomi.

  1. Menerima kemampuan murid melihat fenomena atau stimull: aktivitas, texbook, musik, usaha menimbulkan, memelihara dan mengalahkan perhatian murid tingkat terendah.

  2. Menjawab pastisipasi aktif dari murid. Tidak sekedar melihat fenomena tetapi mereaksinya termasuk disini interes mencari dan menyenagi sesuatu.

  3. Menilai: kemampuan meletakkan nilai terhadap obyek, fenomena atau tingkah laku. Penilaian dari hal yang sederhana sampai dengan yang kompleks.

  Penilaian berdasarkan internalasi juga sikap dan apresiasi.

  4. Organisasi: menyatukan nilai-nilai yang berbeda, memecahkan pertentangan, membangun sistem nilai yang konsisten. Tekanan pada perbandingan hubungan dan sintesa nilai-nilai. Meliputi juga konsep nilai filsafat hidup.

  5. Karakterisasi dari nilai atau kelompok nilai: individu mengkontrol tingkah lakunya hingga tercermin. Tingkah lakunya menjadi konsisten dan prediktabel. Disini meliputi pola umum dari menyesuaikan pribadi, sosial dan emosi. Rumusan Tujuan belajar Domain Psikomotor

  1. Persepsi: menunjukkan kepada proses kesadaran akan adanya perubahan setelah keaktifan: melihat, mendengar, menyentuh, merasakan, membau, serta gerak dari urat syaraf kita.

  2. Kesiapan: menunjukkan langkah lanjut setelah adanya persepsi: kemampuan dalam membedakan, memilih, menggunakan tepat dalam membuat respon.

  3. Merespon terpimpin: dengan perpsepsi dan kesiapan, mengembangkan kemampuan dalam aktifitas mencatat dan membuat laporan

  4. Mekanisme: penggunaan sejumlah skiill dalam aktifitas kompleks meliputi 1, 2, 3,.

  5. Respons yang kompleks menggunakan sikap dan pengalaman 1,2, 3 dan 4, penggunaan perencanaan tes, menggunakan model.

  Besarnya hasil belajar dapat diketahui melalui pengukuran. Pengukuran terhadap hasil belajar dilakukan dengan menggunakan alat ukur atau instrumen. Menurut Wardani Naniek Sulistya, dkk. (2012:49) teknik pengukuran dibedakan menjadi 2 yaitu teknik tes dan non tes.

1. Teknik tes

  Menurut Suryanto Adi, dkk (2009) secara sederhana tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang sifat (trait) atau atribut pendidikan yang setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar.

  Berikut ini adalah teknik tes yang dikemukakan oleh Endang Poerwanti (2008:4) :

  1. Jenis tes berdasarkan cara mengerjakan

  a. Tes Tertulis Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik dalam hal soal maupun jawabannya.

  b. Tes Lisan Pada tes lisan, baik pertanyaan maupun jawaban (response) semuanya dalam bentuk lisan. Karenanya, tes lisan relatif tidak memiliki rambu-rambu penyelenggaraan tes yang baku, karena itu, hasil dari tes lisan biasanya tidak menjadi informasi pokok tetapi pelengkap dari instrumen asesmen yang lain.

  c. Tes Unjuk Kerja Pada tes ini peserta didik diminta untuk melakukan sesuatu sebagai indikator pencapaian kompetensi yang berupa kemampuan psikomotor.

  2. Jenis tes berdasarkan bentuk jawabannya

  a. Tes Esei (Essay-type Test) Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntut siswa mengorganisasikan gagasan-gagasan tentang apa yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakannya dalam bentuk tulisan.

  b. Tes Jawaban Pendek Tes dapat digolongkan menjadi tes jawaban pendek jika peserta tes diminta menuangkan jawabannya bukan dalam bentuk esei, tetapi memberikan jawaban-jawaban pendek, dalam bentuk rangkaian kata-kata pendek, kata-kata lepas maupun angka-angka.

  c. Tes Objektif Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi diperlukan untuk menjawab tes yang telah tersedia. Oleh karenanya sering pula disebut dengan istilah tes pilihan jawaban (selected response test).

  3. Tes berdasarkan waktu penyelenggaraan a.

  Tes masuk, diselenggarakan sebelum dan menjelang suatu program pengajaran dimulai.

  b.

  Tes formatif, dilakukan pada saat program pengajaran sedang berlangsung.

  c.

  Tes sumatif, diselenggarakan untuk mengetahui hasil pengajaran secara keseluruhan (total).

  d.

  Pre-tes dan post –test, hasil pra test digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik pada awal programpengajaran dan menentukan sejauh mana kemajuan seorang peserta didik. Kemajuan yang dicapai bisa dilihat dari perbandingan pra-tes dengan hasil tes yang diselenggarakan di akhir program pengajaran (post-test).

2. Non Tes

  Teknik non tes sangat penting dalam mengakses siswa pada ranah afektif dan psikomotor, berbeda dengan tekik tes yang lebih menekankan pada aspek kognitif. Ada beberapa macam teknik non tes Endang Poerwanti (2008:3-19

  • – 3-31) yaitu: a.

  Observasi Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar dapat dilakukan secara formal yaitu observasi dengan menggunakan instrumen yang sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan belajar peserta didik, maupun observasi informal yang dapat dilakukan oleh pendidik tanpa b.

  Wawancara Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi mendalam yang diberikan secara lisan dan spontan, tentang wawasan, pandangan atau aspek kepribadian peserta didik.

  c.

  Angket Angket adalah suatu teknik yang dipergunakan untuk memperoleh informasi yang berupa data deskriptif. Teknik ini biasanya berupa angket sikap (Attitude Questionnaires).

  d.

  Work Sample Analysis (Analisa Sampel Kerja)

  Work Sample Analysis digunakan untuk mengkaji respon yang benar dan

  tidak benar yang dibuat siswa dalam pekerjaannya dan hasilnya berupa informasi mengenai kesalahan atau jawaban benar yang sering dibuat siswa berdasarkan jumlah, tipe, pola, dan lain sebagainya.

  e.

  Task Analysis (Analisis Tugas)

  Task Analysis digunakan untuk menentukan komponen utama dari suatu

  tugas dan menyusun skills dengan urutan yang sesuai dan hasilnya berupa daftar komponen tugas dan daftar skills yang diperlukan.

  f.

  Checklists dan Rating Scales

  Checklists dan Rating Scales dilakukan untuk mengumpulkan informasi

  dalam bentuk semi terstruktur, yang sulit dilakukan dengan teknik lain dan data yang dihasilkan bisa kuantitatif ataupun kualitatif, tergantung format yang dipergunakan.

  g.

  Portofolio Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik dalam karya tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan belajar dan prestasi siswa.

  h.

  Komposisi dan Presentasi Peserta didik menulis dan menyajikan karyanya. i.

  Proyek Individu dan Kelompok Mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan serta dapat digunakan untuk individu maupun kelompok.

  Hasil belajar dalam ini diukur dengan memberikan soal tes kepada siswa. Tes digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa. Bentuk tes yang dipakai untuk mengukur hasil belajar siswa adalah bentuk soal pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban pada setiap nomornya. Tes diberikan sebelum tindakan, setelah tindakan siklus I, dan setelah tindakan siklus II. Pendekatan inkuri adalah suatu pendekatan yang menggunakan cara bagaimana

atau jalan apa yang harus ditempuh oleh siswa dengan bimbingan guru sampai pada

penemuan-penemuan. Pendekatan mengutamakan menyelesaikan

  Inquiry

  permasalahan dengan cara mencari jawaban sendiri dan bekerjasama didalam kelompok dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan ketrampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajarannnya.

  Menurut Piaget (Sliman, 2007:4) menjelaskan tentang pendekatan inkuiri sebagai

pembelajaran ialah pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk

melakukan eksperimen sendiri, dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, ingin

melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbol mencari jawaban atas pertanyaan

sendiri, menghubungkan penemuan satu dengan yang lain, membandingkan apa yang

mereka temukan dengan yang orang lain temukan. Pada pendekatan Inquiry

  diperoleh beberapa temuan bahwa Inquiry dapat memberikan pengalaman siswa dan memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan, proses pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa mencari jawabannya dengan bantuan alat peraga yang konkret atau nyata. Pendekatan Inquiry, menugaskan siswa untuk menemukan jawabannya bersama kelompoknya sehingga saling membantu. Hal ini menimbulkan rasa ingin tahu siswa tentang penyelesaian dari permasalahan yang diberikan oleh guru. Adanya rasa ingin tahu merupakan daya untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa sehingga mampu berbagi pengetahuan belajar dengan yang lain. Penerapan pendekatan Inquiry dapat membangkitkan keingintahuan dan kerjasama di antara siswa serta mampu menciptakan kondisi yang menyenangkan sehingga keaktifan dan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPA juga meningkat. Melalui pendekatan Inquiry guru akan membantu

  

mengembangkan keterampilan dan sikap percaya diri dalam memecahkan masalah

yang dihadapinya. Jika model ini sering digunakan secara teratur berarti berguna

untuk membelajarkan siswa dalam menemukan masalahnya sendiri dan sekaligus

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Siswa Kelas V SDN Mangunsari 05 Kecamatan Sidomukti Salatiga Semester II T

0 0 22

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) SISWA KELAS V SDN MANGUNSARI 05 KECAMATAN SIDOMUKTI SALATIGA SEMESTER II TAHUN 20142015

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Siswa Kelas V SDN Mangunsari 05 Kecamatan Sidomukti Salatiga Semester II T

0 0 93

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Aplikasi EROMO (Electronic Rotogravure Mobile Maintenance) pada PT Pura Group Unit Rotogravure Menggunakan Service Operation pada Framework ITIL (Information Technology Infrastructure

0 0 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar IPA dengan Penerapan Model Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) Siswa Kelas IV SDN Ngadirojo

0 0 11

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakter Subyek Penelitian 3.1.1 Waktu Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar IPA dengan Penerapan Model Pembelajaran Student Teams Achiev

0 0 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar IPA dengan Penerapan Model Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) Siswa

0 0 24

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar IPA dengan Penerapan Model Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) Siswa Kelas IV SDN Ngadirojo 1 Kec. Ampel Kab. Boyolali Semester II Tah

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar IPA dengan Penerapan Model Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) Siswa Kelas IV SDN Ngadirojo 1 Kec. Ampel Kab. Boyolali Semester II Tah

0 1 55

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Inquiry Siswa Kelas IV SD Negeri Bugel 01 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Semester 2 Tahun 2014/2015

0 0 8