Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Inquiry Siswa Kelas IV SD Negeri Bugel 01 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Semester 2 Tahun 2014/2015
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikanbertujuan mengembangkan pontensiagar manusia yang Beriman, Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus- menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.
Dalam UUD 1945 alenia keempat yang berbunyi yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk mewujudkan tujuan pengembangan pendidikan. Pendidikan adalah tanggung jawab bagi suatu Negara, karena kemajuan maupun kemunduran suatu bangsa tergantung pada kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan. Upaya meningkatkan sumber daya manusia merupakan tugas besar dan memerlukan waktu yang panjang. Siswa merupakan subyek dalam dunia pendidikan yang diharapkan mempunyai pemikiran yang kritis, sistematis, logis dan kompetitif sehingga mampu menjawab tantangan di era globalisasi yang menuntut perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat sepanjang tahun.
Menurut Wahyana, (Trianto 2013:136) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, yang di Perkembangan science tidak hanya ditunjukkan oleh kumpulan fakta saja, tetapi juga oleh timbulnya metode ilmiah dan sikap ilmiah merupakan disiplin ilmu dan penerapannya dalam kehidupan bermasyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dasar bukan saja hanya untuk memahami pengetahuan tentang fakta- fakta, konsep-konsep, dan pengertian IPA saja, tetapi juga mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dan sikap-sikap ilmiah yang diperlukan untuk mengembangkan pengetahuan itu. IPA melatih anak berfikir kritis, meskipun sederhana IPA bukanlah suatu pelajaran yang bersifat hafalan belaka.
Menurut Standar Proses Permendiknas, (Nomor 41 Tahun 2007) bahwa Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajardan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atauseperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajarandisesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik darisetiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap matapelajaran. Sehingga belajar merupakan suatu proses aktif dari siswa dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya transfer ilmu dari guru kepada siswa. Oleh karena itu tugas guru di kelas tidak hanya sekedar menyampaikan informasi demi pencapaian tujuan pembelajaran, tetapi juga menciptakan pengalaman belajar siswa. Guru harus berupaya agar kegiatan di kelas dapat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi pengalaman siswa.
Menurut Standar Proses Permendiknas (Nomor 41 Tahun 2007) bahwa Indikator Pencapaian kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan atau diobservasiuntuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadiacuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskandengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.Dengan penyampaian mata pelajaran IPA sesuai alokasi waktu yang cukup, diharapkan siswa dapat mengalami perubahan berfikir yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu kegunaannya IPA dalam kehidupannya sehari-hari. Untuk menunjang keberhasilan belajar tentunya tidak lepas dari media dan alat peraga serta model pembelajaran yang tepat agar semua tujuan tercapai.
Sesuai Standar Proses Permendiknas (Nomor 41 Tahun 2007) bahwa Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yangdiharapkan dicapai pada setiap kelas dan atau semester pada suatu matapelajaran .Belajar memerlukan keterlibatan secara aktif orang yang belajar, namun kenyataan masih menunjukkan kecenderungan yang berbeda. Dari hasil observasi pada pembelajaran di kelas IV SD Negeri Bugel 01 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga, pembelajaran IPA yang masih sedikit berpusat pada guru, yang artinya tidak semua siswa berperan aktif pada pembelajaran. Dalam proses pembelajaran masih tampak adanya kecenderungan meminimalkan peran dan keterlibatan siswa.Guru yang sudah menerapkan sistem pembelajaran yang sesuai dengan tujuan standar kompetensi, namun akan tetapi masih terdapat keprihatinan mengenai hasil belajar siswanya. Masih terdapat siswa yang masih kurang memperhatikan penjelasan saat guru sedang menjelaskan materi.Dari hasil observasi proses pembelajaran menyebabkan siswa kurang berperan dan sedikit pasif. Mereka lebih banyak menunggu sajian dari guru daripada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, ketrampilan, serta sikap yang mereka butuhkan.
Pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, masih banyak siswa yang asyik bermain sendiri dan berbincang-bincang dengan temannya tanpa memperhatikan penjelasan dari guru karena siswa merasa jenuh dalam mengikuti pembelajaran. Situasi belajar yang masih memprihatinkan akan berdampak pada hasil belajar siswa terutama mata pelajaran IPA yang masih kurang, dibuktikan dengan hasil ulangan formatif atau ulangan harian IPA yang diprogramkan guru untuk siswa. Masih banyak siswa yang mendapat nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yakni 75. Dari 18 siswa yang mengikuti ulangan tersebut masih ada 8 siswa atau 44% dari jumlah siswa yang belum mencapai KKM. Kondisi proses pembelajaran yang memaksimalkan peran dan keterlibatan guru serta meminimalkan peran dan keterlibatan siswa yang terjadi dapat mengakibatkan untuk menggapai pendidikan yang lebih tinggi, disamping kemampuan dan kemauan untuk belajar terus menerus sepanjang hayatnya.
Berdasarkan permasalahan diatas mengenai keprihatinan siswa yang masihkurang dalam keaktifan dan hasil belajar siswa, pelaksanaan pembelajaran
IPA di kelas IV belum dapat dikatakan berhasil. Pelaksanaan pembelajaran dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang diperoleh siswa sudah mencapai standart yang ditentukan. Maka peneliti perlu melakukan peningkatan kualitas proses pembelajaran sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa meningkat dengan melakukan penelitian tindakan kelas. Dalam hal ini guru memegang peranan yang sangat penting untuk memberikan suatu proses pembelajaran yang memungkinkan siswa turut aktif dalam suatu kegiatan pembelajaran. Langkah-langkah yang dapat ditempuh antara lain memperbaiki kegiatan pembelajaran dengan menciptakan kegiatan belajar mengajar yang lebih interaktif, artinya ada komunikasi dua arah antara guru dan siswa. Guru tidak hanya melakukan transfer ilmu pengetahuan kepada siswa saja, tetapi siswa juga harus aktif.Siswa yang aktif dalam mengikuti pembelajaran, akan mencapai hasil belajar yang optimal dibandingkan dengan peserta didik yang pasif. Oleh karena itu, guru harus mampu menciptakan pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan.Menurut Johnson dengan menerapkan pembelajaran contextual teaching and learning melalui pendekatan Inquiryyang ada pada teori pembelajaran sosial Vygotsky. Contextual
teaching and learning melalui pendekatan Inquiry merupakan model pembelajaran
aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM), serta pembelajaran kooperatif yang mengutamakan kerja sama di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. PAKEM dirancang untuk mengaktifkan dan mengembangkan kreativitas anak. Dengan diterapkannya pembelajarancontextual teaching and
learning melalui pendekatan Inquiry pada pembelajaran IPA maka siswa dapat
lebih bersemangat dan aktif dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar serta hasil belajar yang didapat menjadi lebih maksimal. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan siswa. Siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi yang lain dan apabila sudah dikehendaki oleh guru, maka informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Pembelajaran ini menuntut guru untuk membuat rekayasa permasalahan yang tujuan utamanya agar masalah tersebut dapat mengembangkan pola berfikir siswa dengan cara menyelesaikannya secara mandiri.Berdasarkan uraian permasalahanmaka peneliti akan menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching Learning melalui pendekatan Inquiry untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa di kelas IV pada mata pelajaran
IPA. Contextual Teaching and Learningadalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah dimiliki sebelumnya. Proses pembelajaran yang terjadi bila pelajaran tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Dalam Contextual
Teaching and Learning melalui pendekatan Inquiry siswa akan menemukan
sendiri konsep atau prinsip yang sebelumnya belum diketahui siswa.Dari latar belakang tersebut di atas maka penulis akan melakukan penelitian tindakan kelas dengan mengambil judul
“Peningkatan Hasil Belajar IPA
Siswa Kelas IV SD Negeri Bugel 01 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukaan di atas, masalah- masalah yang dihadapi pada kelas IV dalam pembelajaran khususnya mata pelajaran IPA. Standar Proses Permendiknas (Nomor 41 Tahun 2007), guru yang sudah menerapkan sistem pembelajaran yang sesuai dengan tujuan standar kompetensi namun akan tetapi masih terdapat keprihatinan mengenai hasil belajar siswanya diantaranya: a. Gejala yang terlihat pembelajaran bersifat informatif atau hanya transfer ilmu pengetahuan dari guru kepada siswa, sehingga siswa belum terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
b. Masih ada siswa yang ramai, bicara sendiri, bermain, bahkan ramai bersenda gurau tanpa memperhatikan guru yang sedang memberikan penjelasan di depan kelas.
c. Kurangnya penggunaan model pembelajaran yang inovatif sehingga kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran yang berdampak keaktifan dan hasil belajar siswa.
d. Gejala yang ditimbulkan hasil belajar siswa masih mengalami kekurangan. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran IPA, dibuktikan dengan hasil belajar siswa test akhir semester 1 dari hasil rata-rata nilai rapor mata pelajaran IPA yang masih rendah atau masih terdapat beberapa yaitu 8 siswa yang nilainya belum mencapai KKM yakni 75.
e. Pembelajaran Contextual Teaching And Learning melalui pendekatan
Inquiry diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Bugel 01 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga.
1.3 Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah dari identifikasi permasalahan penelitian tersebut mengapa peneliti memilih pembelajaran Contextual Teaching and
learning melalui pendekatan Inquiry. Menurut Johnson, (2011:35) dalam hal
pembelajaran kontekstual melibatkan para siswa dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata. Sehingga dengan menerapkan pembelajaran yang tepat untuk menumbuhkan keaktifan belajar sehingga anak menjadi kritis mewujudkan hasil belajar siswa yang maksimal terutama pada mata pelajaran IPA dengan menghubungkan sisi nyata yaitu tindakan praktis di dalam dunia keseharian. Pembelajaran yang dimaksud adalah dengan pembelajaranContextual Teaching pembelajaran sosial Vygotsky dengan menerapkan salah satu pembelajaran
Contextual Teaching and learning , proses pembelajaran akan menjadi lebih
efektif karena dalam kegiatannya guru menyuguhkan pembelajaran yang menyenangkan, karena siswa terlibat langsung dalam proses belajar mengajar, siswa sendiri yang berpikir dan menggunakan kemampuan mereka untuk menentukan hasil akhir. Siswa juga akan lebih puas karena siswa sebagai penemu akan mendorong untuk melakukan mencari jawaban sendiri sehingga keaktifan belajar meningkat.
Menurut Johnson, (2011:35) guru dituntut untuk membuat rekayasa permasalahan yang tujuan utamanya agar masalah tersebut dapat mengembangkan pola berfikir siswa dengan cara menyelesaikannya secara mandiri. Pembelajaran
Contextual Teaching and Learning merupakan suatu model pembelajaran yang
dikembangkan berdasarkan pandangan kontruktivisme yang mengembangkan cara belajar siswa aktif untuk menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan. Anak juga bisa belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri problem yang dihadapi. Dengan menerapkan pembelajaran Contextual Teaching and Learning, siswa benar-benar mampu dan dapat menyelesaikan masalah yang sudah diberikan oleh guru dengan mencari jawaban yang pasti.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah: a) Apakah pendekatan Inquiry dapat hasil belajar pembelajaran IPA siswa kelas IV SD Negeri Bugel 01 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga semester 2 tahun pelajaran 2014/2015.
b) Bagaimanakah tingkat keberhasilan yang diperoleh siswa kelas IV, setelah penerapan pendektan Inquiry dalam mata pelajaran IPA pada siswa kelas IV SD Negeri Bugel 01 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga semester 2 tahun pelajaran 2014/2015.
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penilitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1) Meningkatkan hasil belajar IPA melalui pendekatan Inquiry siswa kelas IV
SD Negeri Bugel 01 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga semester 2 tahun pelajaran 2014/2015. 2) Mendiskripsikan tingkat keberhasilan yang diperoleh siswa kelas IV, setelah penerapan pendektan Inquiry dalam mata pelajaran IPA pada siswa kelas IV SD Negeri Bugel 01 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga semester 2 tahun pelajaran 2014/2015.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1) Manfaat Teoritis
a) Menambah wawasan kajian teori tentang keaktifan belajar dan hasil belajar khususnya dalam pembelajaran IPA.
b) Menambah kajian teori tentang penerapan pendekatan Inquiry dalam pembelajaran IPA. 2) Manfaat Praktis
a) Bagi Siswa Meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA.
b) Bagi Guru Menambah wawasan untuk memperbaiki pembelajaran IPA melalui pemilihan model pembelajaran yang tepat sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai.
c) Bagi Sekolah Sebagai masukan bagi sekolah untuk mengembangkan pendekatan
Inquiry sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa meningkat yang