BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plak Dental - Pengaruh Ekstrak Kulit Buah Kakao (Theobroma cacao L) 3% dalam Bentuk Obat Kumur terhadap Akumulasi Plak pada Mahasiswa FKG USU Angkatan 2011

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Plak Dental

  Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 1978, plak dental dapat didefinisikan sebagai hasil dari kolonisasi dan pertumbuhan mikroorganisme di permukaan gigi yang terdiri dari berbagai macam spesies mikoba dan bahan lainnya yang terdapat dalam matriks ekstra selular. Plak dental adalah deposit lunak yang membentuk biofilm yang menempel pada permukaan gigi atau permukaan keras

  16 lainnya di rongga mulut seperti restorasi lepasan dan cekat.

  2.1.1 Struktur dan komposisi plak dental

  Plak dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu plak supragingiva dan plak subgingiva. Plak supragingiva berada pada dan di atas dento-gingiva junction dan terdapat juga pada sepertiga gingiva dari mahkota gigi, daerah interpoksimal, pit dan fissur dan pada permukaan kasar lainnya. Plak subgingiva berada dibawah dento-

  17 gingiva junction .

  8 Komposisi utama plak dental adalah mikroorganisme. Sekitar 2 x 10 bakteri

  terdapat dalam 1 mg plak dental. Lebih dari 500 spesies bakteri yang berbeda dijumpai di dalam plak. Mikroorganisme non bakteri yang dijumpai didalam plak adalah spesies mikoplasma, ragi, protozoa, dan virus. Mikroorganisme tersebut terdapat diantara matriks interseluler, yang juga mengandung sedikit sel jaringan seperti sel-sel epitel, makrofag, dan leukosit. Matriks interseluler diperkirakan sekitar 25% dari massa plak terdiri dari bahan organik dan anorganik yang berasal dari

  

16

saliva, cairan sulkular dan produk bakteri.

  2.1.2 Mekanisme terbentuknya plak dental 4,16

  Proses pembentukan plak dapat dibagi atas tiga tahap, yaitu:

  1. Pembentukan pelikel Pelikel adalah selapis tipis protein saliva yang melekat pada permukaan gigi setelah beberapa menit menyikat gigi. Pelikel terdiri dari berbagai glikoprotein saliva yang berasal dari saliva, cairan sulkular, bakteri, dan jaringan sel induk. Pelikel meningkatkan efesiensi perlekatan bakteri pada permukaan gigi.

  2. Kolonisasi awal pada permukaan gigi Bakteri yang pertama-tama mengkoloni permukaan gigi yang dibalut pelikel didominasi oleh mikroorganisme fakultatif gram-positif, seperti Actinomyces viscosus dan Streptoccus sanguis. Pengkolonian awal tersebut melekat ke pelikel dengan bantuan adhesin, yaitu molekul spesifik yang berada pada permukaan bakteri.

  Adhesin akan berinteraksi dengan reseptor pada pelikel dental. Massa plak kemudian mengalami pematangan bersamaan dengan pertumbuhan bakteri yang telah melekat, maupun kolonisasi dan pertumbuhan spesies lainnya. Pada perkembangannya terjadi perubahan ekologis pada biofilm, yaitu peralihan dan lingkungan awal yang aerob dengan spesies bakteri fakultatif gram-positif menjadi lingkungan yang sangat miskin oksigen dimana yang dominan adalah mikroorganisme anaerob gram-negatif.

  3. Kolonisasi sekunder dan pematangan plak Pada kolonisasi sekunder dan pematangan plak, interaksi yang menimbulkan perlekatan bakteri pengkoloni sekunder ke pengkoloni awal terjadi antara

  

Fusobacterium nucleatum dengan Streptococcus sanguis, Prevotella loeschei dengan

Actinomyces viscosus , dan Capnocytophaga ochacea dengan Actinomyces viscosus.

  Pada stadium akhir pembentukan plak yang dominan adalah koagregasi diantara spesies gram-negatif, misalnya koagregasi Fusobacterium nucleatum dengan

  Porphyromonas gingivalis .

2.1.3 Kontrol plak

  Kontrol plak adalah menghilangkan dan mencegah akumulasi plak dan deposit lunak (materi alba dan debris makanan) pada gigi dan permukaan gingiva yang

  4

  berdekatan. Kontrol plak juga menghambat terbentuknya kalkulus, dapat menyembuhkan peradangan gingiva dan bila kontrol plak dihentikan akan menyebabkan kekambuhan peradangan. Jadi kontrol plak adalah cara efektif untuk perawatan dan pencegahan gingivitis dan merupakan bagian yang penting dari semua

  5 prosedur dalam perawatan dan pencegahan periodontitis.

  Pada saat ini kontrol plak yang paling banyak dilakukan adalah secara mekanik, yaitu dengan menggunakan sikat gigi, obat kumur dan alat bantu yang lain seperti sikat gigi interdental dan alat irigasi oral yang dilakukan sendiri oleh pasien di rumah, maupun skeling dan penyerutan akar yang dilakukan dokter gigi. Selain itu kontrol

  5 plak juga dilakukan secara kimiawi, antara lain dengan bahan antimikroba.

  2.2 Obat Kumur

  Berkumur merupakan salah satu metode dalam cara membersihkan gigi dan mulut

  3

  dan sering dilakukan setelah menyikat gigi. Asadoorian melaporkan bahwa penggunaan obat kumur disukai oleh masyarakat karena penggunaannya yang mudah

  18

  dan dapat menyegarkan nafas. Obat kumur merupakan larutan yang mengandung bahan antimikroba dan beberapa diantaranya dapat membantu menghambat

  19

  pertumbuhan plak supra gingiva dan gingivitis. Sebagian besar individu, memiliki keadaan rongga mulut yang berbeda-beda, sehingga kontrol plak tidak bekerja

  15

  optimal dalam menjaga kesehatan gingival Obat kumur sangat bermanfaat untuk pasien yang cacat fisik atau kurang termotivasi sehingga sulit atau tidak optimal dalam menghilangkan plak dengan baik. Berdasarkan bahan aktifnya, obat kumur dapat di kelompok atas : (1).Bisguanida, (2) Campuran fenol (3) Ammonia

  (4) Germisida (5) Bahan Oksigenase (6) Ekstrak Herbal dan (7)

  kuarternari 5,18

  

Halogen . . Pada penelitian ini, obat kumur ekstrak kulit buah kakao termasuk

dalam kelompok obat kumur ekstrak herbal.

  2.3 Kakao (Theobroma cacao L)

  Kakao (Theobroma cacao L.) adalah anggota dari bromeliaceae yang berasal dari hutan di Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Dua subspesies yang ditanam adalah calabacillo (T. Cacao L. subsp. Sphaerocarpum) yang berasal dari Amerika

  20 Selatan dan criollo (T. Cacao L. subsp. Cacao) dari Meksiko. Buah kakao terdiri dari kulit buah, pulp, keping biji dan plasenta. Buah kakao terdiri dari 75% kulit buah, 3% plasenta, 22% biji. Kakao merupakan tanaman pangan diketahui kaya akan senyawa-senyawa bioaktif, terutama polifenol, yang mempunyai khasiat sebagai antioksidan dan antimikroba terhadap beberapa bakteri patogen dan bakteri

  8

  kariogenik. Kakao juga mempunyai kapasitas antioksidan lebih tinggi dibanding teh

  9 dan anggur merah.

  22 Gambar 1. Theobroma cacao L

2.3.1 Taksonomi kakao

  Kakao merupakan satu-satunya diantara 22 jenis marga Theobroma, suku

  

Sterculiaceae yang diusahakan secara komersial. Sistematik tanaman kakao menurut

22 Tjitrosoepomo adalah sebagai berikut :

  Devisi : Spermatophyta Anak divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Malvales Suku : Sterculiaceace Jenis : Theobroma cacao L

2.3.2 Struktur kulit buah kakao

  21 Kulit buah kakao merupakan bagian terbesar dari buah kakao. Warna kulit

  buah kakao beraneka ragam, namun pada dasarnya hanya ada dua macam yaitu : buah muda berwarna hijau putih dan bila masak menjadi berwarna kuning dan buah muda yang berwarna merah setelah masak menjadi oranye. Kulit buah memiliki 10 alur dalam dan dangkal yang letaknya berselang-seling.

  23 Gambar 2. Kulit buah kakao

  2.3.3 Kandungan kulit buah kakao

  Berat kulit buah kakao kurang lebih 75% dari berat buah masak secara

  21,24

  keseluruhan. Kulit buah kakao merupakan limbah dalam industri cokelat yang diketahui mengandung sejumlah besar polifenol dan serat makanan, seperti selulosa,

  20

  pektin dan lignin. Kulit buah kakao mempunyai komposisi kimia yang cukup kompleks. Salah satu senyawa kimia yang bersifat antimikroba yang dikandungnya

  21,25

  adalah polifenol, kadar total polifenol kulit buah kakao 12,6%. Termasuk dalam

  8,15

  senyawa polifenol yaitu tanin, pektin, flavonoid dan epikatekin Kandungan senyawa aktif polifenol yang terdapat pada kulit kakao memiliki peran sebagai

  

24

  antimikroba, antivirus dan antioksidan. Kulit buah kakao diketahui juga mengandung senyawa aktif alkaloid yang juga memiliki sifat antimikroba yaitu

  25

  theobromin (3,7-dimethylxantine ) sebesar 0,4% . Komposisi kimia lainnya yaitu air

  21

  12,98%, total N 32,52%, protein 9,65%, lemak 0,15% dan serat kasar 33,9%. Kulit

  26 buah kakao diketahui juga mengandung unsur Kalsium, Fosfor dan Kalium.

  2.3.4 Peranan ekstrak kulit buah kakao sebagai antibakteri

  Daya hambat ekstrak kulit buah kakao terhadap bakteri dapat disebabkan oleh kandungan antibakteri dalam ekstrak kulit kakao serta karakteristik bakteri itu

  15

  sendiri. Penelitian Verikates B dkk, menyatakan bahwa terjadi penurunan bakteri

  

Streptoccus mutans pada saliva anak-anak setelah berkumur dengan ektrak kulit buah

  11

  kakao. Pada ekstrak kulit buah kakao terkandung senyawa bioaktif yang bersifat antibakteri, yaitu alkaloid dan polifenol yang mampu menghambat pertumbuhan

  15

  bakteri. Senyawa alkaloid merupakan senyawa organik yang memiliki atom atom nitrogen dan bersifat basa ( alkali ) dan dapat menyebabkan koogulasi protein sel bakteri, sehingga menyebabkan penghambatan pertumbuhan bakteri. Koagulasi protein akan mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri yang menyebabkan lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh, sehingga menyebabkan

  26 kematian sel bakteri.

  Flavonoid pada ekstrak kulit buah kakao termasuk golongan senyawa fenolik

  26

  yang mempunyai ikatan glikosida. Flavonoid dalam aktivitas antibakteri, memiliki berbagai mekanisme diantaranya menghambat sintesis asam nukleat, menghambat fungsi membran sitoplasma, dan menghambat metabolisme energi bakteri. Pada proses penghambatan sintesis asam nukleat, cincin β flavonoid berperan pada ikatan hidrogen dengan beberapa basis asam nukleat dan ikatan ini nantinya mampu menghambat sintesis DNA (deoxyribonucleic acid) dan RNA (ribonucleic acid). Aktivitas antibakteri dengan menghambat fungsi membran sitoplasma dapat dilakukan dengan menurunkan permeabilitas membran dinding sel bakteri, namun flavonoid dengan variasi yang lain dapat menghambat fungsi membran sitoplasma hingga mengakibatkan kematian bakteri. Aktivitas perusakan membran dapat diawali dengan mengganggu lipid bilayer dengan menembus secara langsung ke lapisannya dan merusak fungsi barrier. Hal ini menyebabkan fusi membran yang menyebabkan kebocoran material intramembaran dan agregasi. Penghambatan energi metabolisme bakteri dilakukan dengan penghambatan sintesis makromolekul. Penghambatan energi metabolisme terkait dengan aktivitas DNA, RNA, dinding sel dan sintesis

  15,22,24 protein.

  Penelitian Azila mengatakan bahwa tanin pada kakao adalah salah satu bahan aktif yang mengganggu dinding sel bakteri dan dapat menghambat pembentukan

  27 plak. Tanin pada kakao juga dapat menghambat bakteri Streptococcus mutans.

  Tanin bersifat antibakteri dengan adanya gugus pirogalol dan gugus galoil yang merupakan gugus fenol, kedua gugus tersebut bereaksi dengan protein dari membran sel bakteri dan mengkoagulasinya. Senyawa fenol dapat menurunkan tegangan permukaan yang menyebabkan kenaikan dari permeabilitas membran sel, sehingga air dapat masuk ke dalam sel yang menyebabkan sel pecah dan mengalami kematian. Tanin yang terkondensasi akan berikatan dengan dinding sel bakteri memiliki efek toksik dan mencegah pertumbuhan serta melakukan aktivitas protease kepada

  15 bakteri.

  Selain mengandung tanin ekstrak kulit buah kakao juga mengandung pektin. Aktivitas antibakteri pektin dilakukan dalam tingkat selular, molekul, dan ikatan kimia. Pektin mampu menurunkan proses proteolisis dari bakteri. Proses proteolisis merupakan proses pemecahan asam amino yang dapat menghasilkan energi bagi bakteri. Namun dengan adanya pektin, pektin mampu menurunkan proses proteolisis dari bakteri, sehingga bakteri kekurangan energi dan proses metabolisme bakteri tidak berjalan dengan lancar. Bahkan jika hal ini terjadi terus menerus akan menonaktifkan

  15 sel bakteri, menganggu proses pertumbuhan, bahkan dapat mematikan bakteri.

  Penelitian Srikanth dkk, menunjukkan bahwa kulit buah kakao dapat mengurangi jumlah bakteri Streptococcus mutans dan deposisi plak. Hal ini dikarenakan kulit buah kakao mempunyai komponen aktif yang bersifat antibakteri yaitu epikatekin yang merupakan subgrup dari polifenol berfungsi menghambat GTF (Glikosiltransferase) dan berfungsi sebagai bakterisidal. Efek polifenol terhadap kesehatan rongga mulut dapat menurunkan karies dan menguatkan jaringan keras gigi. Kandungan fenol yang terkandung dapat merusak dinding bakteri sedangkan kandungan epikatekin dapat menghambat pembentukan glikan dari sukrosa dan

  14

  menghambat perlekatan Streptococcus mutans pada pelikel gigi. Banyaknya kandungan senyawa aktif dalam ekstrak kulit buah kakao menyebabkan senyawa

  26 aktif akan lebih mudah dalam menghambat bakteri.

2.5 Kerangka Teori

  Kulit buah kakao (Theobroma cacao) Senyawa zat aktif alkaloid

  Tanin Pektin

  Flavonoid Koogulasi protein sel bakteri  lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh

  Menganggu permeabilitas membran sel bakteri

  Menghambat sintesis asam nukleat, fungsi membran sitoplasma, dan metabolisme energi bakteri

  Proses proteolisis bakteri menurun  metabolisme bakteri terganggu

  Kematian sel bakteri Pembentukan plak

  Menghambat GTF (Glukosiltrans ferase) pada sel bakteri

  Epikatekin Polifenol

  Pertumbuhan bakteri terhambat

2.6 Kerangka Konsep

  Variabel Bebas : Variabel Terikat : Obat kumur ekstrak kulit Indeks plak Loe dan Silness buah kakao 3 %

  Variabel Terkendali : Variabel tak terkendali : 1.

  1. Volume obat kumur Metode menyikat gigi 2.

  2. Lama penggunaan obat Diet kumur

  3. Waktu dan frekuensi menyikat gigi

Dokumen yang terkait

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Trauma Pada Dinding Toraks - Gambaran Penatalaksanaan Trauma Toraks Di RSUP H. Adam Malik Medan

0 0 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan - Musyawarah Mufakat Dalam Upacara Ritual Syukuran Laut Masyarakat Melayu di Desa Jaring Halus Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat

0 0 15

Lampiran 2 LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN

0 0 26

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menopause - Hubungan Antara Keparahan Penyakit Periodontal Secara Klinis dengan Kehilangan Tulang Alveolar Pada Perempuan Menopause

0 1 11

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan - Proyeksi Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Kabupaten Karo pada Tahun 2012-2015 dengan Metode Rata-Rata Bergerak Ganda

0 1 17

Pengaruh ekstrak buah Sawo Manila (Achras zapota L) 1% dalam bentuk obat kumur terhadap akumulasi plak

1 0 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plak - Pengaruh ekstrak buah Sawo Manila (Achras zapota L) 1% dalam bentuk obat kumur terhadap akumulasi plak

0 0 8

Pengaruh ekstrak buah Sawo Manila (Achras zapota L) 1% dalam bentuk obat kumur terhadap akumulasi plak

0 3 15

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Gambaran Umum Daerah Kabupaten Karo 1. Letak Geografis - Upaya Meningkatkan Penerimaan Pajak Hotel pada Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Karo

0 0 38

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) - Upaya Meningkatkan Penerimaan Pajak Hotel pada Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Karo

0 0 14