Perkembangan SAstra Islam di Indonesia

Perkembangan Islam di Indonesia
A.Awal masuk nya islam di indenesia
Ketika Islam datang di Indonesia, berbagai agama dan kepercayaan seperti
animisme, dinamisme, Hindu dan Budha, sudah banyak dianut oleh bangsa
Indonesia bahkan dibeberapa wilayah kepulauan Indonesia telah berdiri kerajaankerajaan yang bercorak Hindu dan Budha. Misalnya kerajaan Kutai di Kalimantan
Timur, kerajaan Taruma Negara di Jawa Barat, kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan
sebagainya. Namun Islam datang ke wilayah-wilayah tersebut dapat diterima
dengan baik, karena Islam datang dengan membawa prinsip-prinsip perdamaian,
persamaan antara manusia (tidak ada kasta), menghilangkan perbudakan dan yang
paling penting juga adalah masuk kedalam Islam sangat mudah hanya dengan
membaca dua kalimah syahadat dan tidak ada paksaan.

B. Cara Masuknya Islam di Indonesia
Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan ataupun penjajahan. Islam
berkembang dan tersebar di Indonesia justru dengan cara damai dan persuasif berkat
kegigihan para ulama. Karena memang para ulama berpegang teguh pada prinsip Q.S. alBaqarah ayat 256 :
1. Perdagangan
Jalur ini dimungkinkan karena orang-orang melayu telah lama menjalin kontak dagang
dengan orang Arab. Apalagi setelah berdirinya kerajaan Islam seperti kerajaan Islam Malaka
dan kerajaan Samudra Pasai di Aceh, maka makin ramailah para ulama dan pedagang Arab
datang ke Nusantara (Indonesia).

2. Kultural
Artinya penyebaran Islam di Indonesia juga menggunakan media-media kebudayaan,
sebagaimana yang dilakukan oleh para wali sanga di pulau jawa. Misalnya Sunan Kali Jaga
dengan pengembangan kesenian wayang. Ia mengembangkan wayang kulit, mengisi
wayang yang bertema Hindu dengan ajaran Islam.
3. Pendidikan
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang paling strategis dalam
pengembangan Islam di Indonesia. Para da’i dan muballig yang menyebarkan Islam
diseluruh pelosok Nusantara adalah keluaran pesantren tersebut. Datuk Ribandang yang
mengislamkan kerajaan Gowa-Tallo dan Kalimantan Timur adalah keluaran pesantren
Sunan Gir

4.Kekuasaan politik
Artinya penyebaran Islam di Nusantara, tidak terlepas dari dukungan yang kuat dari para
Sultan. Di pulau Jawa, misalnya keSultanan Demak, merupakan pusat dakwah dan menjadi
pelindung perkembangan Islam.
C. Perkembangan Islam di Beberapa Wilayah Nusantara
1.Di Sumatra
Menurut keterangan Prof. Ali Hasmy dalam makalah pada seminar “Sejarah
Masuk dan Berkembangnya Islam di Aceh” yang digelar tahun 1978 disebutkan

bahwa kerajaan Islam yang pertama adalah kerajaan Perlak. Namun ahli sejarah
lain telah sepakat, Samudra Pasailah kerajaan Islam yang pertama di Nusantara
dengan rajanya yang pertama adalah Sultan Malik Al-Saleh (memerintah dari
tahun 1261 s.d 1297 M).
2. Di Jawa
Benih-benih kedatangan Islam ke tanah Jawa sebenarnya sudah dimulai pada
abad pertama Hijriyah atau abad ke 7 M. Hal ini dituturkan oleh Prof. Dr. Buya
Hamka dalam bukunya Sejarah Umat Islam, bahwa pada tahun 674 M sampai
tahun 675 M. sahabat Nabi, Muawiyah bin Abi Sufyan pernah singgah di tanah
Jawa (Kerajaan Kalingga) menyamar sebagai pedagang. Bisa jadi Muawiyah saat
itu baru penjajagan saja, tapi proses dakwah selanjutnya dilakukan oleh para da’i
yang berasal dari Malaka atau kerajaan Pasai sendiri. Sebab saat itu lalu lintas
atau jalur hubungan antara Malaka dan Pasai disatu pihak dengan Jawa dipihak
lain sudah begitu pesat.
Adapun gerakan dakwah Islam di Pulau Jawa selanjutnya dilakukan oleh para
Wali Sanga, yaitu :
a. Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik
Beliau dikenal juga dengan sebutan Syeikh Magribi. Ia dianggap pelopor
penyebaran Islam di Jawa. Beliau juga ahli pertanian, ahli tata negara dan
sebagai perintis lembaga pendidikan pesantren.

b. Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel)
Dilahirkan di Aceh tahun 1401 M. Ayahnya orang Arab dan ibunya orang Cempa,
ia sebagai mufti dalam mengajarkan Islam tak kenal kompromi dengan budaya
lokal. Wejangan terkenalnya Mo Limo yang artinya menolak mencuri, mabuk,
main wanita, judi dan madat, yang marak dimasa Majapahit
c. Sunan Giri (Raden Aenul Yaqin atau Raden Paku)
Ia putra Syeikh Yakub bin Maulana Ishak. Ia sebagai ahli fqih dan menguasai
ilmu Falak. Dimasa menjelang keruntuhan Majapahit, ia dipercaya sebagai raja
peralihan sebelum Raden Patah naik menjadi Sultan Demak.
d. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
Putra Sunan Ampel lahir tahun 1465. Sempat menimba ilmu ke Pasai bersamasama Raden Paku. Beliaulah yang mendidik Raden Patah
e. Sunan Kalijaga (Raden Syahid)
Ia tercatat paling banyak menghasilkan karya seni berfalsafah Islam. Ia

membuat wayang kulit dan cerita wayang Hindu yang diislamkan. Sunan Giri
sempat menentangnya, karena wayang Beber kala itu menggambarkan gambar
manusia utuh yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Kalijaga mengkreasi
wayang kulit yang bentuknya jauh dari manusia utuh. Ini adalah sebuah usaha
ijtihad di bidang fqih yang dilakukannya dalam rangka dakwah Islam.


f. Sunan Drajat
Nama aslinya adalah Syarifudin (putra Sunan Ampel, adik Sunan Bonang).
Dakwah beliau terutama dalam bidang sosial. Beliau juga mengkader para da’i
yang berdatangan dari berbagai daerah, antara lain dari Ternate dan Hitu
Ambon.
g. Syarif Hidayatullah
Nama lainnya adalah Sunan Gunung Jati yang kerap kali dirancukan dengan
Fatahillah, yang menantunya sendiri. Ia memiliki keSultanan sendiri di Cirebon
yang wilayahnya sampai ke Banten. Ia juga salah satu pembuat sokoguru masjid
Demak selain Sunan Ampel,
h. Sunan Kudus
Nama aslinya adalah Ja’far Sadiq. Lahir pada pertengahan abad ke 15 dan wafat
tahun 1550 M. (960 H). Beliau berjasa menyebarkan Islam di daerah kudus dan
sekitarnya. Ia membangun masjid menara Kudus yang sangat terkenal dan
merupakan salah satu warisan budaya Nusantara.
i. Sunan Muria
Nama aslinya Raden Prawoto atau Raden Umar Said putra Sunan Kalijaga. Beliau
menyebarkan Islam dengan menggunakan sarana gamelan, wayang serta
kesenian daerah lainnya. Beliau dimakamkan di Gunung Muria, disebelah utara
kota Kudus

Diparuh awal abad 16 M, Jawa dalam genggaman Islam. Penduduk merasa
tentram dan damai dalam ayoman keSultanan Demak di bawah kepemimpinan
Sultan Syah Alam Akbar Al Fatah atau Raden Patah. Hidup mereka menemukan
pedoman dan tujuan sejatinya setelah mengakhiri masa Siwa-Budha serta
animisme. Merekapun memiliki kepastian hidup bukan karena wibawa dan
perbawa sang Sultan, tetapi karena daulah hukum yang pasti yaitu syari’at Islam

http://www.saefudin.info/2008/12/perkembangan-islam-diindonesia.html#.Vt4biNBr_IU

Posted by Saefudin
Jaza

Roy,

PETA PENYEBARAN MASUKNYA AGAMA ISLAM DI INDONESIA

PROSES MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA

Berbeda dengan agama lain yang datang ke Indonesia dengan cara penindasan,
peperangan dan pemaksaan. Islam masuk ke Indonesia dengan cara perdamaian,

para pembawa ajaran agama Islam pada waktu itu dengan sabar dan gigih
menjelaskan tentang ajaran Islam pada penduduk setempat. Mereka pun tidak
memaksa penduduk setempat untuk memeluk agama Islam. Karena, dalam ajaran
islam itu tidak ada paksaan, Para ulama berpegang teguh pada prinsip salah satu
ayat Al-Quran pada surat Al-Baqarah ayat 256.

Teori Masuknya Islam ke Indonesia
Ada beberapa teori masuknya islam ke Indonesia. Berikut teori-teorinya.

1. Teori Mekah
Dalam teori ini, dikatakan bahwa proses masuknya Islam ke Indonesia adalah
langsung dari Arab atau Mekah yang berlangsung pada abad pertama tahun
hijriyah atau ke 7 M. Haji Abdul Karim Amrullah (Hamka) adalah tokoh yang
memperknalkan teori ini. Beliau merupakan ulama sekaligus sastrawan
Indonesia. Beliau melontarkan pendapatnya ini pada tahun 1958 ketika
menyampaikan orasi di Perguruan Tinggi Islam Negeri (PTIN) di Yogyakarta.
Beliau menolak seluruh pendapat yang menyatakan bahwa Islam mulai
masuk ke Indonesia secara tidak langsung melalui Arab. Beliau bercerita
bahan argumentasinya yang dijadikan bahan rujukannnya berasal dari


sumber Arab dan sumber lokal Indonesia. Menurutnya, motivasi awal
kedatangan bangsa Arab dilandasi oleh motivasi semangat menyebarkan
agama Islam, bukan dilandasi faktor ekonomi. Menurut pandangannya pula,
jalur perdagangan antara Arab dengan Indonesia suda ada dan brlangsung
jauh sebelum tarik masehi.
Dalam hal ini, teori HAMKA merupakan penolakan terhadap Teori Gujarat
yang dia anggap banyak kelemahannya. Dia malah curiga terhadap penulis
teori Gujarat yang berasal dari barat, mereka cenderung memojokkan Islam di
Indonesia. HAMKA berpendapat, penulis barat melakukan upaya yang sangat
sistematik untuk menghilangkan dan meniadakan keyakinan negeri-negeri
Melayu tentang hubungan rohani yang akur dan erat antara mereka dengan
bangsa Arab. Dalam pandangannya juga, HAMKA berpendapat sebenarnya
orang-orang Islam di Indonesia memeluk islam berkat orang Arab, bukan
hanya lewat perdagangan saja. Pandangan dan pendapat HAMKA ini hampir
sama dengan Teori Sufi yang dikeluarkan oleh A.H Johns yang menyatakan
bahwa para pengembara lah (musafir) yang pertama kali melakukan
penyebaran ajaran Islam di Indonesia. Biasanya kaum sufi mengembara dari
satu tempat ke tempat lainnya untuk mendirikan perguruan tarekat.

2. Teori Gujarat

Teori Gujarat berpendapat bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia
terjadi pada abad ke 13 M atau abad ke 7 H dan berasal dari Gujarat. Tokoh
yang memperkenalkan teori ini kebanyakan sarjana yang berasal dari
belanda. Seorang Sarjana belanda yang pertama megeluarkan teori ini
bernama J. Pijnapel dari Universitas Leiden. Dalam pandangannya, bangsa
Arab yang bermazhab Syafie sudah tinggal di Gijarat dan Malabar sejak awal
tahun Hijriyah. Akan tetapi, yang menyebarkan langsung Islam ke Indonesia
untuk pertama kalinya itu bukanlah bangsa Arab, melainkan para pedangang
Gujarat yang sudah memeluk Islam terlebih dahulu. Para pedagang islam itu
berdagang ke arah timur, salah satunya Indonesia. Dalam perkembangannya,

teori Gujarat ini diyakini dan disebarkan oleh seorang tokoh terkemuka
Belanda, yaitu Snouck Hurgronje. Dalam pendapatnya, Islam lebih dahulu
menyebar dan berkembang di kota-kota India. Selanjutnya, orang-orang
Gujarat yang lebih dahulu membuka hubungan perdagangan dengan orang
Indonesia dibanding pedagang Arab.
Kemudian teori Gujarat juga lebih dikembangkan oleh J.P. Moquetta pada
tahun 1912. Dia memberikan alasan dengan batu nisan Sultan Malik Al-Saleh
yang meninggal pada tanggal 17 Dzulhijjah 831 H atau sekitar tahun 1297 M
di Pasai, Aceh. Menurut dia, makam Maualan Malik Ibrahim yang meninggal

pada tahun 1419 di Gresik dan batu nisam di pasai, semuanya mempunyai
bentuk yang sama dengan nisan yang ada di Kambay, Gujarat. Akhirnya
Moquetta berpendapat bahwa batu nisan itu adalah hasil impor dari Gujarat,
atau setidaknya dibuat oleh asli orang gujarat yang berada di Indonesia, atau
juga orang Indonesia yang sudah belajar kaligrafi khas Gujarat. Argumentasi
lainnya yaitu kesamaan mahzab Syafie yang dipercayai oleh orang muslim di
Indonesia dan Gujarat.

3. Teori Persia
Dalam teori ini berpendapat bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia
berasal dari persia (Sekatang Iran). Seorang sejarawan asal Banten yang
bernama Hosein Djajadiningrat adalah pencetus teori ini. Dalam paparannya,
dia lebih menitikberatkan analisisnya pada kesamaan tradisi dan budaya yang
berkembang antara masyarakat Indonesia dan Persia. Budaya dan tradisi itu
diantaranya tradisi merayakan tanggal 10 Muharram atau sering disebut hari
Asyuro. Hari ini merupakan hari suci kaum syiah yang mayoritas berada di
iran. Tradisi ini juga berkembang di daerah Pariaman, Sumatera Barat.
Selanjutnya tradisi lainnya adalah ajaran mistik yang mempunyai banyak
kesamaan. Kesamaan lainnya adalah umat Islam di Indonesia banyak yang
menganut mazhab Syafie, sama seperti kebanyakan muslim yang ada di Iran.


Namun, teori ini oleh banyak orang masih dianggap lemah karena kurang bisa
meyakinkan.

4. Teori Cina
Dalam teori ini berpendapat bahwa proses kedatangan Islam untuk pertama
kalinya ke Indonesia (Khususnya Jawa) itu berasal dari perantau Cina. Melalui
perdagangan, orang cina sudah berhubungan dengan penduduk Indonesia
jauh sebelum Islam dikenal di Indonesia. ketika masa Hindu – Budha, orangorang cina ini sudah membaur dengan masyarakat Indonesia. Dalam
bukunya Arus Cina-Islam Sumanto Al-Qurtuby mengatakan, menurut catatan
masa Dinasti Tang pada tahun 618-960 M di daerah Quanzhou, Zhang-zhao,
Kanton dan pesisir cina bagian selatan, di sana sudah terdapat sejumlah
pemukimaan orang-orang Islam.
Bila dilihat dari beberapa catatan sumber dari dalam Indonesia maupun luar
Indonesia, memang teori Cina ini bisa diterima. Dalam beberapa sumber lokal
ditulis bahwa raja pertama Islam di jawa, yaitu Raden Patah dari Dmak,
adalah seorang keturunan Cina. disebutkan Ibu sang raja berasal dari daerah
Campa, yakni Cina bagian selatan (Kini Vietnam). Hal ini diperkuat oleh
Hkayat Hasannudin dan Sejarah Banten, dimana nama dan gelar raja-raja
demak itu ditulis dengan memakai istilah Cina, seperti “Jin bun”, “Cek Ko

po“, “Cu-cu’‘, “Cun Ch”, serta “Cek Ban Cun”. Bukti-bukti lainnya bisa dilihat
dari masjid-masjid tua yang mengandung nilai arsitektur Tiongkok yang
dibangun oleh bangsa Cina di berbagai wilayah di pulau Jawa.
Dari semua teori di atas, masing-masing mempunyai kelebihan dan
kelemahan tersendiri. Sampai saat ini, tidak ada yang tau percis teori mana
yang memang benar-benar terjadi dan bisa dipercaya 100% kebenarannya.

Sumber : http://www.qolbunhadi.com/inilah-sejarah-teori-danperkembangan-islam-di-indonesia/