PENGEMBANGAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK USI
PENGEMBANGAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK USIA DINI
DENGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SENTRA BALOK
Oleh: Azimah Nizar
PPS PAUD FIP UNP
Email: [email protected]
ABSTRAK
Artikel ini adalah studi konseptual tentang pengembangan kemampuan
kognitif anak usia dini dengan pembelajaran matematika di sentra balok.
Pembelajaran matematika sebenarnya selalu berada dalam kehidupan kita seharihari, termasuk anak usia dini. Kadang ada pendapat yang menyatakan bahwa anak
usia dini belum boleh diajarkan matematika, padahal dengan pembelajaran
matematika dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak. Penggunaan bahasa
yang logis, mudah dipahami anak, dan proses pembelajarannya disesuaikan
dengan tingkat perkembangan anak, maka pembelajaran matematika menjadi
suatu yang sangat menyenangkan. Pemilihan untuk membelajarkannya di sentra
balok adalah banyak media tersedia, seperti bentuk, warna, dan sebagainya.
Kata kunci: Kemampuan Kognitif, Matematika, Sentra Balok
ABSTRACK
COGNITIF ABILITY DEVELOPMENT OF EARLYCHILDHOOD IN
LEARNING MATH IN BLOCK CENTER
This article is a conceptual study of cognitif ability development of
earlychildhood in leraning math in block center. We always find mathematics in
our daily life as well as young children. Some opinions argue that young children
should no be taught mathematics but as matter of fact, by teaching mathematics
can improve their cognitif ability. The use of logical language, easy to understand
and process of learning that based on child development, make the learning math
is something fun. The reason why in block center because there are many media
available here such as color, form and etc.
Keyword : Cognitif Ability, Mathematic, Block Center
PENDAHULUAN
Perkembangan kognitif adalah salah satu dari berbagai
perkembangan yang harus dikembangkan sejak usia dini.
Berbagai
hal
dilakukan
untuk
menstimulan
perkembangan
kognitif anak, salah satunya adalah dengan pembelajaran
matematika.
Dunia kogntif anak usia dini ialah kreatif, bebas dan penuh
imajinasi. Imajinasi mereka terus bekerja dan daya serap mental mereka tentang
dunia makin meningkat. Pada tahap ini dapat dibentuk konsep yang stabil dan
mulai muncul penalaran mental imajinasi dan warna.
Adalah sangat relevan pembelajaran matematika dilakukan
pada tahap ini, karena di samping terjadinya pembentukan
konsep, juga terjadi penyerapan informasi yang sangat tinggi
pada usia dini. Suatu hal yang sangat penting diingat oleh guru
atau pendidik adalah bagaimana cara pembelajarannya. Karena
kuncinya
ada
di
cara
pembelajaran.
Apabila
cara
pembelajarannya salah, maka konsep yang akan dikembangkan
juga
akan
salah,
dan
mengakibatkan
anak
tidak
akan
menyenangi pembelajaran matematika karena terlihat sangat
rumit dan sulit. Apabila dari usia dini anak sudah menganggap
pemebalajarn matematika sulit, dikhawatirkan akan sulit untuk
selanjutnya.
Pembelajaran matematika untuk anak usia dini meliputi
klasifikasi, seriasi, pola, konsep bilangan, pengukuran, geometri,
dan pengalaman pemecahan masalah. Profesional anak usia dini
harus menyediakan aktivitas perkembangan
yang sesuai untuk
masing-masing kategori ini. Bahasa matematika yang digunakan
oleh orang dewasa harus akurat dan diskriptif terhadap konsep
yang disajikan (Henniger, 2013)
Bahasa secara langsung mempengaruhi konsep yang
dikembangkan anak. Maka pendidik anak usia dini mesti
menggunakan bahasa yang akurat dengan anak-anak. Mereka
tidak hanya memahami konsep dengan lebih mudah saat bahasa
yang
tepat
digunakan,
tapi
anak-anak
juga
senang
menggunakan istilah yang lebih menarik.
Sentra balok merupakan salah satu sarana yang sangat
tepat untuk membelajarkan matematika pada anak karena
berbagai
warna
dan
bentuk
banyak
tersedia,
dan
akan
memudahkan pendidik menyatakan sesuatu yang abstrak dalam
matematika menjadi bahasan yang kongkrit. Selanjutnya tinddal
bagaimana guru membelajarkannya dengan bahasa dan konsep
yang tepat akan membentuk pemahaman matematika yang baik
pada anak.
PERKEMBANGAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK USIA DINI
Terkait dengan perkembangan kognitif selama usia dini,
tidak ada ahli yang lebih berpengaruh dari pada Piaget, walau
sudah ada yang melakukan evaluasi terhadap teori ini (Papalia,
1975).
Pada tahapan preoperasional anak-anak tidak dapat keluar
batas
informasi yang mereka dapatkan melalui indera dan
melalui aktivitas motorik. Mereka sekarang dapat berpikir
dengan menggunakan representasi mental tentang objek, orang,
bahkan yang secara pisik tidak tampak Papalia, 1975).
Teori Piaget dalam Santrock (2002) tahapan praoperasional
usia 2-7 tahun deskripsinya adalah anak mulai menggunakan
gambaran-gambaran
mental
Pemikiran-pemikiran
simbolik,
untuk
yang
memahami
dunianya.
direfeksikan
dalam
penggunaan kata-kata dan gambar-gambar mulai digunakan
dalam
penggambaran
mental,
yang
melampaui
hubungan
informasi sensorik dengan tindakan fisik. Akan tetapi ada
beberapa hambatan dalam pemikiran anak dalam tahapan ini,
seperti egocentrisme dan sentralisasi.
Dunia kognitif anak-anak pra sekolah ialah kreatif, bebas dan penuh
imajinasi. Di dalam seni mereka, matahari kadang-kadang berwarna hijau, dan
langit berwarna kuning. Mobil mengambang di awan, burung pelikan mencium
anjing laut, dan manusia seperti kecebong. Imajinasi anak-anak pra sekolah terus
bekerja dan daya serap mental mereka tentang dunia makin meningkat. Pada tahap
ini (pra operasional menurut piaget), usia 2-7 tahun dibentuklah konsep yang
stabil, munculnya penalaran mental (Santrock, 2002).
Selanjutnya menurut Papalia (1975) bahwa tahap praoperasional dalam teori Piaget, periode kedua utama dalam
perkembangan kognitif (sekitar umur 2 sampai 7 tahun), dimana
anak-anak mampu berpikir dalam simbol tetapi dibatasi oleh
ketidakmampuan mereka untuk menggunakan logika (Papalia,
1975)
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat kita lihat bahwa, anak usia
dini yang masuk dalam tahap perkembangan praoperasional usia 2-7 tahun mulai
terbentuk konsep yang stabil, munculnya penalaran mental, mampu berpikir
dalam simbol yang direfeksikan dengan penggunaan kata-kata,
angka dan gambar tetapi dibatasi oleh ketidakmampuan mereka
untuk menggunakan logika, egosentrisme, dan sentralisasi.
Mengajarkan geometri untuk anak usia dini akan kita sesuaikan
dengan tahap perkembangan ini.
Piaget
mengelompokkan
kemampuan
anak
dalam
mengklasifikasi. Piaget membagi klasifikasi kepada tiga tahapan
(Inhelder & Piaget, 1964 dalam Papalia, 1975).
Tahap 1 (2,5 sampai 5 tahun): anak-anak mengelompokkan
benda-benda untuk membentuk sebuah desain atau bentuk
(seperti sebuah rumah); atau mereka mengelompokkannya
menurut kriteria yang terus berubah (seperti menambahkan
segi empat biru ke segi empat merah karena keduanya segi
empat dan menambahkan segi tiga merah ke group tersebut
karena dia merah, seperti segi empat merah).
Tahap
2
(5
sampai
mengelompokkan
7
atau
berdasarkan
8
tahun):
kesamaan
anak-anak
tetapi
dapat
menukar kriteria dalam satu tugas, mensortir beberapa grup
bedasarkan warna dan yang lain berdasarkan bentuk atau
ukuran. Mereka sering membuat sub-klasifikasi- misalnya ,
pertama meletakkan semua benda yang merah dalam satu
group dan kemudian mengelompokkan mereka menjadi segi
empat merah, segi tiga dan seterusnya.
Tahap 3 (7 sampai 8 tahun): Pada tahap konkrit operasional,
anak-anak dapat mengklasifikasikan dengan benar. Mereka
mulai
dengan
rencana
secara
keseluruhan
untuk
mengelompokkan benda menurut dua kriteria (seperti warna
dan
bentuk),
memperlihatkan
bahwa
mereka
mengerti
tentang hubungan antara kelompok dan sub-kelompok.
Beberapa penelitian terbaru, menemukan bahwa banyak
anak 4 tahun dapat mengklasifikasikan dengan dua kriteria
(Denney,
1972
dalam
Papalia
1975).
Dan
riset
hari
ini
menyatakan bahwa beberapa aspek dari perilaku klasifikasi telah
muncul lebih awal yaitu pada tahun ke dua dari hidup anak-anak
(Gopnik & Meltzof, 1987 dalam Papalia, 1975).
Selanjutnya
digambarkan
kegiatannya
penelitiannya
sebagai berikut, peneliti membawa 12 anak (usia rata-rata, 15,5
bulan) ke laboratorium dan meletakkan di depan mereka tiga set
yang berbeda dari delapan benda, empat dari satu jenis dan
empat dari lainnya. Rangkaian itu termasuk (1) empat persegi
panjang kuning datar dan empat sosok orang dari plastik
berwarna terang, (2) empat kotak obat yang terang dan empat
bola merah Play-Doh, dan (3) empat boneka Raggedi Andy dan
empat mobil merah. Anak-anak diberi tahu untuk "bermain
dengan barang-barang ini" atau "memperbaikinya semuanya".
Masalah ini, diajukan pada interval 3 minggu dan berlanjut
sampai
setiap
anak
melewati
serangkaian
tes
kognitif,
mengungkapkan urutan yang tidak beraturan dalam memperoleh
kemampuan klasifikasi.
Level 1 - pengelompokkan satu kategori ( rata-rata umur
16.04 bulan): Anak menggerakkan empat objek dari jenis
yang sama dan mengelompokkan mereka bersama-sama.
Level 2 - sentuhan berseri (rata-rata umur 16,39 bulan): Anak
pertama menyentuh empat item dari satu grup and kemudian
empat dari grup lain.
Level 3 - pengelompokkan dua kategori ( raat-rata umur
17,24 bulan): Anak menggerakkan ke delapan objek
memilih mereka menjadi
meletakkan
dan
dua grup yang berbeda atau
yang satu benda diatas yang lain yang
berhubungan (seperti meletakkan masing-masing boneka
diatas mobil merah). .
Sekitar 18 bulan, anak-anak biasanya mengalami ledakan
penamaan: mereka tiba-tiba mendapatkan banyak kata baru
untuk memberi label pada objek. Ketertarikan mereka dalam
menamai benda-benda tampaknya untuk menunjukkan bahwa
mereka
sekarang
menyadari
bahwa
benda-benda
memilik
kategori yang berbeda. Tidak mengherankan bahwa mereka
mengembangkan klasifikasi dua kategori pada waktu yang
hampir bersamaan, saat mereka dengan terburu-buru mencoba
memberi nama benda. Mereka tampaknya "ingin membagi dunia
menjadi jenis-jenis alami, baik dalam kata maupun dalam
perbuatan (Gopnik & Meltzof, 1987, h. 1530 dalam Papalia,
1975).
Berdasar pada pendapat ahli di atas dapat kita simpulkan
bahwa
pembelajaran
matematika
kemampuan kognitif anak usia dini.
dapat
mengembangkan
Berbagai stimulan dapat
dilakukan dengan pembelajaran matematika, termasuk kegiatan
pembelajaran di sentra balok.
MATEMATIKA UNTUK ANAK USIA DINI
Matematika
menarik,
bisa
relevan
menjadi
untuk
topik
diselidiki.
yang
Dengan
mengasyikan,
pendek
atan
konstruktivisme, anak-anak dapat mempelajari berbagai macam
topik melalui manipulasi dan penemuan dan membuat koneksi
matematis
menjadi
isu
nyata
di
dunia
sekitar
mereka
(Charlesworth, 2005)
Pada
tahun
2000,
National
Council
Teachers
of
Mathematics (NCTM) menerbitkan satu set standar nasional
untuk anak usia dini dimana mereka mengindentifikasi lima alur
konten dan aplikasinya di lingkungan anak usia dini (Henniger,
2013)
1. Jumlah dan operasi. Selama masa kanak-kanak, anak harus
belajar konsep dasar tentang angka. Anak-anak SD juga
siap untuk mengembangkan pemahaman tentang operasi
matematika
seperti
penambahan,
pengurangan,
dan
perkalian
2. Aljabar. Meskipun kebanyakan orang beranggapan bahwa
aljabar harus diajarkan di sekolah menengah dan sekolah
menengah atas, NCTM menyarankan agar anak-anak
memperoleh manfaat dari penalaran aljabar.
3. Geometri.
Anak-anak
dapat
diperkenalkan
ke
bentuk
geometri dasar dan menganalisanya dengan menggunakan
keterampilan penalaran matematis.
4. Pengukuran. Karena aplikasi praktisnya dalam kehidupan
nyata, ada banyak kesempatan untuk melibatkan anakanak usia dini dalam kegiatan pengukuran yang berarti.
Pilihan berlimpah untuk mengukur tinggi, lebar, berat, dan
volume peralatan dan bahan alami dan buatan manusia di
sekitar mereka
5. Analisis dan probabilitas data. Alasan statistik memberi
anak kesempatan untuk merumuskan pertanyaan dan
mengumpulkan data untuk menjawab pertanyaan mereka.
Permainan Matematika adalah bagian dari matematika yang
dibutuhkan untuk menumbuhkan keterampilan matematika yang
sangat berguna untuk kehidupan sehari-hari, terutama konsep
angka
yang
menjadi
dasar
pengembangan
kemampuan
matematis. Dengan kata lain, permainan matematika pada anak
usia
dini
diperlukan
untuk
mengembangkan
pengetahuan
matematika dasar, sehingga anak-anak secara mental siap
mengikuti pembelajaran matematika lebih lanjut di sekolah
dasar, seperti pengenalan konsep angka, simbol angka, warna,
bentuk, ukuran dan posisi melalui berbagai bentuk alat, dan
aktivitas Fun play. Selain itu, permainan matematika juga
diperlukan untuk membentuk sikap logis, kritis, hati-hati, kreatif
dan disiplin pada anak. Penerapan pendekatan ilmiah untuk
pembelajaran dalam proses pembelajaran melibatkan proses,
seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, memprediksi,
menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses
ini, diperlukan bantuan guru (Suryana, 2017)
Pembelajaran matematika untuk anak usia dini meliputi
klasifikasi, seriasi, pola, konsep bilangan, pengukuran, geometri,
dan pengalaman pemecahan masalah. Profesional anak usia dini
harus menyediakan aktivitas perkembangan yang sesuai untuk
masing-masing kategori ini. Bahasa matematika yang digunakan
oleh orang dewasa harus akurat dan diskriptif terhadap konsep
yang disajikan (Henniger, 2013)
Klasifikasi
Selama masa kanak-kanak, anak-anak mengembangkan
pemahaman kognitif yang mendasar untuk mempelajari isi
matematis yang dijelaskan dalam standar NCTM. Salah satu
pengertian
tersebut
adalah
kemampuan
untuk
mengklasifikasikan. Menempatkan benda atau gagasan yang
memiliki karakteristik serupa ke dalam kelompok menunjukkan
kompetensi klasifikasi.
Meskipun kemampuan kognitif ini tampak sederhana bagi
kita sebagai orang dewasa, anak-anak memerlukan banyak
latihan dan waktu untuk memahami klasifikasi. Keterampilan
klasifikasi sangat penting bagi banyak konsep matematika. Guru
diharapkan
dapat
memberikan
banyak
kesempatan
untuk
mempraktekkan klasifikasi. Mary Baratta-Lorton (1976 dalam
Henniger, 2013), dalam buku klasiknya, Mathematic Their Way,
memberikan banyak gagasan bagus untuk bahan sederhana
yang dapat digunakan dalam menyortir dan mengklasifikasi
tugas,
seperti
orang-orang
di
kelas,
tombol
untuk
pengelompokan, tutup botol tua, bahan alami untuk sortasi
seperti biji pohon ek, daun, batu, dan kerang, kacang-kacangan
dan baut, kegiatan yang diarahkan oleh guru menggunakan
geoboards.
Seriasi
Memesan objek dari yang terkecil sampai yang terbesar
disebut dengan seriasi. Urutan ini dapat didasarkan pada tinggi,
berat, nuansa warna, atau karakteristik lainnya. Ini merupakan
tugas kognitif penting lainnya yang bisa dikuasai anak kecil,
penting untuk memahami sistem bilangan.
Anak-anak harus diberi banyak kesempatan untuk berlatih
cerita agar benar-benar memahaminya. Meskipun beberapa
pemahaman kognitif dari seriasi terlihat pada banyak anak pada
usia 3 atau 4 tahun, seringkali konsep ini belum berkembang
sepenuhnya sampai usia 8 atau 9. Piaget menghabiskan banyak
waktu untuk mempelajari perkembangan tugas pengembangan
ini.
Bahan komersil yang sangat bagus adalah balok silinder
Montessori. Setiap balok persegi panjang memiliki beberapa
silinder kayu yang dipantulkan ke dalam lubang yang dipesan
dari yang terkecil sampai yang terbesar di balok tersebut. Anakanak melatih keterampilan seriasi mereka dengan menemukan
silinder yang tepat untuk setiap lubang.
Pola
Bisa mengenali dan menciptakan pola visual, pendengaran,
spasial, dan numerik adalah pemahaman matematis penting
lainnya. Ilmu matematika itu logis dan didasarkan pada segala
macam pola. Sistem bilangan, misalnya, dengan pengelompokan
10 memiliki pola yang jelas bahwa anak-anak harus mengenali
untuk benar-benar memahami kompleksitasnya
Siswa juga harus menguasai pola dalam aritmatika, aljabar,
dan geometri. Anda dapat memberi anak usia dini banyak
kesempatan untuk terlibat dalam aktivitas pemolaan seperti,
merangkai manik-manik dalam pola, desain konstruksi dengan
balok pola, mengulangi pola bertepuk tangan, mendengarkan
pola musik, membangun dengan kubus.
Konsep Bilangan
Pemahaman anak tentang konsep angka berkembang
dengan cepat ketika tahun awal masa anak-anak. Ketika seorang
anak umur 3 tahun biasanya hanya permulaan untuk memahami
bahwa angka “1” adalah angka kecil dan angka lain adalah lebih
besar, anak umur 5 tahun biasanya menguasai konsep angka
dasar
hingga
angka
“9”.
Selama
tahun
dasar,
anak
mengembangkan kemampuan untuk menghitung maju dan
mundur, hitungan deret (menghitung dari dua, lima, sepuluh,
dll), dan mengerti tentang angka hingga seratus. (Charlesworth,
2005; Ginsberg, Boyd, & Sun Lee, 2008 dalam Henniger, 2013).
Menghitung. Banyak dari anak usia pra-sekolah mengerti angka
dari
pengalaman
mengulang
hitungan.
Banyak
lagu
dan
permainan memberi anak kesempatan yang menyenangkan
untuk pengalaman berhitung. Kehidupan sehari-hari di kelas dan
rumah memberi banyak kesempatan lain yang berarti untuk
menghitung dan memahami angka. Mendiskusikan kalender
pada
waktu
kelompok,
menghitung
kerupuk
di
mangkuk
makanan kecil, dan mencari tahu berapa banyak kepik yang
tertangkap di taman bermain adalah contoh dari peluang alami
untuk menghitung ini.
Penting untuk diingat bahwa anak usia sekolah dasar
sering menggunakan penghitungan sebagai bantuan dalam
menyelesaikan
masalah
penambahan
dan
pengurangan.
Walaupun secara strategi kurang praktis dan lamban, tapi dapat
membantu anak untuk keterampilan arithmatik yang lebih
matang.
Keterampilan Aritmatika. Selama tahun-tahun pertama, anakanak belajar tentang penambahan, pengurangan, dan perkalian.
Namun, pendekatan tradisional untuk menerapkan skil ini tidak
semua anak siap secara kognitif. Ketika guru menggunakan
pendekatan konstruktif dan memungkinkan anak-anak untuk
memanipulasi materi dan menemukan pemahaman aritmatika
saat mereka mengerjakan masalah di dunia nyata, anak-anak
lebih mampu mengatur langkah mereka sendiri dan melakukan
tugasnya.
Pengukuran
Kemampuan untuk mengkuantifikasi bahan di dunia juga
harus ditekankan selama tahun-tahun awal. Menemukan tinggi,
berat, volume dan dimensi objek adalah contoh pengukuran.
Karya Piaget mengatakan kepada kita bahwa sampai anak-anak
mencapai tahap operasi konkret (sekitar usia 7 atau 8), mereka
mengalami kesulitan untuk mengukur penggunaan unit standar
seperti inci, pond dan liter (Flavell, 1963 dalam Henniger, 2013).
Anak-anak
sekolah
dasar
sudah
menggunakan
unit
pengukuran yang standar. Kegiatan pengukuran harus memberi
makna dan relevan bagi kehidupan anak-anak. Untuk mencapai
tujuan ini, pertimbangkan untuk menimbang kelinci percobaan
kelas, mengukur dimensi peralatan bermain, dan temukan
berapa liter yang diperlukan untuk mengisi wastafel kelas.
Geometri
Studi tentang bentuk dua dan tiga dimensi dan bagaimana
kaitannya satu sama lain disebut geometri. Meskipun topik ini
sering dianggap sebagai bagian dari kurikulum matematika
sekolah menengah, namun juga sangat dapat diterapkan pada
lingkungan anak usia dini, dimana anak mengembangkan
pemahaman geometri dari bermain dengan bahan seperti balok
unit, balok pola, dan kertas origami.
SENTRA BALOK
Pusat balok, yang di dalamnya ada unit balok adalah salah
satu bahan terbaik di kelas anak usia dini untuk pembelajaran
kognitif. Menghitung, pengenalan bentuk, memahami stabilitas
dan keseimbangan. Mengembangkan keterampilan pemetaan
awal hanyalah beberapa dari banyak kesempatan belajar yang
mereka berikan (Chalufour & Worth 2004, Hirsch 1996 dalam
Henniger, 2013).
Pada sentra balok, anak-anak bermain sendiri-sendiri
maupun
secara
berbagai
bentuk
berkelompok
serta
menggunakan
ukuran.
Secara
balok
alami
dengan
anak-anak
dipancing untuk datang ke tempat ini karena sangat aktif,
menyenangkan dan kreatif. Para guru sebaiknya mendorong
anak-anak
untuk
terus
menjelajahi
permainan
balok,
membangun berbagai jenis bangunan dan ikut serta dalam
drama peran (CRI, 1997)
Selanjutnya CRI (1997) mengatakan bahwa permainan
balok sangat penting bagi perkembangan anak di berbagai
bidang termasuk bahasa, kemampuan sosial, pengetahuan,
matematika, kemampuan motorik,
dan kemampuan dalam
pembelajaran sosial.
Pusat
permainan
balok
membiarkan
anak-anak
membangun bangunan, mempelajari tentang ketinggian dan
massa,
mengenali
bentuk,
bekerjasama,
meningkatkan
koordinasi mata-tangan dan belajar bagaimana membersihkan
dan menyimpan segala sesuatunya kembali (CRI, 1997)
Permainan
di
sentra
balok
dapat
mengembangkan
kemampuan kognitif dan kemampuan matematika. Kotak-kotak
dapat digunakan untuk
menelusuri
konsep-konsep sebagai
berikut : 1) ukuran, bentuk, masa, tinggi, isi, ruang, arah, pola,
dan pemetaan, 2) pengamatan, penggolongan, pengurutan, dan
peramalan, 3) penggunaan yang berbeda untuk tujuan yang
sama, 4) keseimbangan dan kesetimbangan, 5) pengukuran dan
penghitungan, 6) persamaan dan perbedaan, 7) persamaan,
ekivalen, 8) pemesanan atas ukuran dan bentuk, 9) pemecahan
masalah,
10)
pemikiran
yang
imaginatif
dan
kreatif,
11)
stabilitas, gaya tarik bumi, interaksi gaya serta asal muasal
bahan, 12) coba-coba (CRI, 1997)
Balok telah menjadi tradisi di taman kanak-kanak sejak
1914. mereka adalah salah satu alat yang paling berarti untuk
belajar sendiri. ketika anak bermain balok mereka dapat
menciptakan dunia sendiri dan menunjukkan adegan yang
penting
bagi
kehidupan
mereka.
Keingintahuan,
imajinasi,
permainan drama, dan geometri berkumpul di sudut balok.
Teknik mengajarkan menggunakan balok sangat sederhana.
Pertama, memiliki cukup balok dan sudah tersedia. Usia 4-5
tahun membutuhkan variasi bentuk, termasuk lengkungan,
landai, slinder, sakelar dan dekorasi kayu untuk elaborasi.
Letakkan balok di rak yang rendah, atau letakkan di keranjang
tempat sampah. Tidak dibutuhkan label bentuk seperti segitiga
atau
selinder.
seluruh
konstruksi
balok
adalah
kunci
(Charlesworth, 2005)
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SENTRA BALOK
Amati anak-anak bermain dan Anda akan mendapati
bahwa mereka secara mandiri mempertanyakan dan merasakan
masalah. Anak bertanya terus-menerus, dan menurut peneliti,
pertanyaan
ini
adalah
langkah
awal
dalam
berpikir.
Jika
tujuannya adalah mengajarkan anak untuk berpikir, maka guru
harus
mendorong
mereka
untuk
mempertanyakan
dan
mengidentifikasi masalah yang menjadi masalah mereka sendiri.
(Seefeldt. C, Castle. S, Falconer. R.C, 2010)
Guru dapat menumbuhkan pemikiran anak-anak di ruang
prasekolah dan kelas dasar dengan memberi anak pengalaman
yang bermakna, terpadu, dan menarik (National Research
Council and Institute of Medicine, 2000).
Beberapa
teori
belajar
menurut
Bruner,
Piaget,
dan
Vygotsky dalam Suryana (2017). Teori belajar Bruner disebut
juga teori belajar penemuan. Ada empat hal pokok berkaitan
dengan teori belajar Bruner. Pertama, individu hanya belajar dan
mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya.
Kedua, dengan melakukan proses-proses kognitif dalam proses
penemuan, anak akan memperoleh sensasi dan kepuasan
intelektual yang merupakan suatu penghargaan intrinsik. Ketiga,
satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari teknikteknik
dalam
melakukan
penemuan
adalah
ia
memiliki
kesempatan untuk melakukan penemuan. Keempat, dengan
melakukan penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan.
Teori Piaget (dalam Suryana, 2017) , menyatakan bahwa
belajar berkaitan dengan pembentukan dan perkembangan
skema (jamak skematan). Skema adalah suatu struktur mental
atau
struktur
intelektual
kognitif
beradaptasi
yang
dengannya
dan
seseorang
mengkoordinasi
secara
lingkungan
sekitarnya. Skema tidak pernah berhenti berubah, skemata
seorang anak akan berkembang menjadi skemata orang dewasa.
Proses
yang
menyebabkan
terjadinya
perubahan
skemata
tersebut dengan adaptasi. Proses terbentuknya adaptasi ini
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi merupakan proses kognitif yang dengannya seseorang
mengitegrasikan stimulus yang dapat berupa persepsi, konsep,
hukum, prinsip ataupun pengalaman baru ke dalam skema yang
sudah ada di dalam pikirannya. Akomodasi dapat berupa
pembentukan skema baru yang dapat cocok dengan ciri-ciri
rangsangan yang ada atau memodifikasi skema yang telah ada
sehingga cocok dengan ciri-ciri stimulus yang ada. Dalam
pembelajaran diperlukan adanya penyeimbangan atau ekuilibrasi
antara asimilasi dan akomodasi (Jackman 2009 dalam Suryana,
2017).
Vygotsky dalam teorinya menyatakan bahwa pembelajaran
terjadi apabila anak didik bekerja atau belajar menangani tugastugas yang belum dipelajari
namun tugas-tugas itu masih
berada dalam jangkauan kemampuan atau tugas itu berada
dalam zone of proximal development daerah terletak antara
tingkat perkembangan anak saat ini yang didefinisikan sebagai
kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang
dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu (Suryana, 2017).
Tracy (1994 dalam Henniger, 2013) membuat kasus yang
kuat untuk memperbaiki bahasa yang kita gunakan dalam
mengajar matematika. Bahasa secara langsung mempengaruhi
konsep yang dikembangkan anak. Karena matematika adalah
bidang studi yang tepat, profesional anak usia dini harus
menggunakan bahasa yang akurat dengan anak-anak. Mereka
tidak hanya memahami konsep dengan lebih mudah saat bahasa
yang
tepat
digunakan,
tapi
anak-anak
juga
senang
menggunakan istilah yang lebih menarik. Rhombus, elips, kubus,
persegi panjang, dan angka adalah semua kata yang bisa
dipelajari
dan
dinikmati
anak-anak.
Orang
dewasa
harus
memperbaiki bahasa yang mereka gunakan dengan terlebih
dahulu
mengenali
istilah
yang
dapat
menyebabkan
kesalahpahaman dan kemudian bekerja untuk mengindentifikasi
dan menggunakan kata-kata yang tepat secara konsisten untuk
menggambarkan konsep matematika yang disajikan. Meskipun
ini bukan tugas yang mudah, manfaat bagi anak-anak patut
diupayakan (Henniger, 2013)
Rudd dkk. (2008 dalam Henniger, 2013), dalam penelitian
mereka tentang bahasa matematika yang digunakan di kelas pra
sekolah,
ditemukan
menggunakan
bahwa
bahasa
yang
orang
efektif
dewasa
untuk
secara
teratur
menggambarkan
hubungan spasial, namun memberikan deskripsi verbal terbatas
mengenai konsep kunci matematika. Ada, misalnya, masalah
bahasa yang sangat rendah seputar konsep utama seperti seriasi
dan pola. Dengan menggunakan bahasa matematika yang akurat
lebih teratur, anda dapat membantu anak-anak mengembangkan
pemahaman yang lebih dalam mengenai konsep yang terkait
Copley (2010 dalam Henniger, 2013) mengemukakan
kerangka kerja untuk mengajar matematika di lingkungan anak
usia dini yang memiliki tiga komponen penting:
1. Kurikulum. Apa yang diajarkan harus membentuk landasan
bagi pemahaman matematis jangka panjang. Ini harus
diintegrasikan dengan area konten lainnya dan berbasis di
dunia nyata anak-anak. Dengan buku, bahan matematika
dan model visual, Anda dapat menciptakan lingkungan
yang kaya matematika yang memungkinkan anak belajar
dari benda dan orang di sekitar mereka.
2. Instruksi. Rencanakan pengalaman yang memungkinkan
anak terlibat dalam pemecahan masalah dan penalaran
matematis saat mereka belajar lebih banyak tentang dunia
mereka. Harapkan agar semua anak bisa dan harus belajar
matematika.
3. Penilaian. Untuk mengetahui pemahaman matematis mana
yang perlu disajikan di masa kanak-kanak, anda tentu
menilai pengetahuan konten spesifik setiap anak. Dengan
mengamati dan berinteraksi dengan anak kecil, anda dapat
mengumpulkan banyak sumber bukti untuk memastikan
anda menilai secara akurat pemahaman anak.
Aktivitas naturalistik paling penting dalam pembelajaran
bentuk. Anak merasakan gagasan bentuk melalui penglihatan
dan menyentuh. Balita membutuhkan hal yang berbeda dari
banyak
bentuk
untuk
digunakan
saat
ia
menyortir
dan
mencocokkan kebutuhannya. Saat dia memegang setiap benda,
dia
memeriksanya
dengan
mata,
tangan,
dan
mulutnya
(Henniger, 2013).
Anak praoperasional menikmati kotak sampah yang berisi
barang-barang seperti kancing, tutup botol, pasak, kotak kecil,
dan botol plastik yang bisa dia jelajahi. Guru juga dapat
mengeluarkan sekotak balok atribut (balok kayu atau plastik
dalam bentuk geometris). Bentuk geometris dan bentuk lainnya
juga dapat dipotong dari kertas dan/ atau kardus dan diletakkan
di luar untuk digunakan anak.
Saat
anak-anak
memasuki
pertengahan
periode
praoperasional mereka mulai belajar bahwa beberapa bentuk
memiliki nama tertentu seperti lingkaran, segitiga, persegi,
silinder, dan bola. Anak pertama belajar untuk menggambarkan
karakteristik dasar masing-masing bentuk mereka dengan katakata mereka sendiri, seperti "empat sisi lurus" atau "garis
melengkung" atau "memiliki poin". Secara bertahap, kosakata
geometri konvensional diperkenalkan. Anak-anak membutuhkan
kesempatan untuk secara bebas mengeksplorasi bentuk dua dan
tiga dimensi. Anak butuh waktu untuk bebas mengeksplorasi
sifat-sifat bentuk balok unit, balok atribut, lego, dan sebagainya
serta memberi kesempatan eksplorasi. Anak prasekolah baru
saja mulai mengembangkan definisi bentuk yang mungkin tidak
diperkuat sampai setelah usia enam tahun (Hannibal, 1999
dalam Henniger, 2013).
KESIMPULAN
Kesimpulan yang penulis dapatkan setelah melakukan
studi konseptual tentang pengembangkan kemampuan kognitif
anak usia dini dengan pembelajaran matematika di sentra balok
1. Beranjak dari teori Piaget yang didukung oleh Papalia dan
Santrock bahwa tahap pra operasional usia 2-7 tahun,
anak-anak
sudah
memulai
pemikiran
simbolik
yang
direfeksikan dengan kata-kata dan gambar, terbentuknya
konsep yang stabil dan mucul penalaran mental. Pendapat
ini sangat mendukung dan memperkuat gagasan untuk
pengembangan kemampuan kognitif anak usia dini dengan
pembelajaran matematika di sentra balok.
2. Beberapa pendapat ahli tentang teori belajar, seperti
Bruner dengan teori belajar penemuan, Piaget dengan teori
perkembangan dan pembentukan skema, dan Vygotsky
dengan zone of proximal development sangat mendukung
proses
membelajarkan
anak
di
usia
dini,
termasuk
pembelajaran matematika.
3. Beberapa pendapat ahli dalam pembelajaran matematika
untuk anak usia dini seperti, Susan Sperry Smith, Rosalind
Charlesworth,
Michael
L.
Henniger,
termasuk
juga
pendapat
NCTM
(National
Council
of
Teachers
of
Mathematics), CRI (Children’s Resources International)
mengatakan bahwa pembelajaran matematika untuk anak
usia dini adalah sangat mengasyikkan, menarik, dan
mengembirakan, Pembelajaran matematika untuk anak
usia dini meliputi klasifikasi, seriasi, pola, konsep bilangan,
pengukuran,
geometri,
dan
pengalaman
pemecahan
masalah, dan geometri untuk anak usia dini lebih dari
sekedar penamaan bentuk. Ini adalah pemahaman atribut
bentuk dan menerapkannya pada pemecahan masalah.
4. Para
ahli
ini
juga
menyampaikan
bahwa
bahasa
matematika yang digunakan oleh orang dewasa harus
akurat dan diskriptif terhadap konsep yang disajikan,
Selain menggunakan bahasa matematika yang akurat,
profesional anak usia dini juga perlu memberi anak-anak
lebih
banyak
paparan
kosakata
matematika
yang
bermakna.
5. Menurut
Coopley
kerangka
kerja
untuk
mengajar
matematika di lingkungan anak usia dini memiliki tiga
komponen yaitu kurikulum, instruksi, dan penilaian.
6. Pembelajaran
matematika
di
sentra
balok
dapat
meningkatkan kemampuan kognitif anak usia dini apabila
dibelajarkan sesuai dengan tahap perkembangannya dan
menggunakan bahasa matematika yang akurat. Maka
persiapan pendidik untuk pembelajaran matematika harus
dipersiapkan dengan matang.
DAFTAR PUSTAKA
Charlesworth, Rosalind. 2005. Experiences in Math for Young
Children. Thomson Delmar Learning. New York
Children’s Resources International Inc. Menciptakan Bahan Ajar yang berpusat
Pada Anak Menciptakan Kelas Yang Berpusat pada Anak. Washington DC.
1997.
Henniger, Michael L. 2013. Teaching Young Children An Introduction. Western
Washington University
Papalia, D. E., Olds, S.W. A Childs World. Infancy Through Adolescence.
McGraw-Hill Publishing Company. 1990.
Santrock, J.W. Life-Span Development. Wm. C. Brown Communication, Inc.
1983.
Santrock, J.W. Perkembangan Anak. Erlangga. 1983.
Smith, Susan Sperry. 2009. Early Childhood Mathematics. Cardinal Stritch
University
Suryana. D (2017). Pembelajaran Tematik Terpadu Berbasis
Pendekatan saintifik di Taman Kanak-kanak. Jurnal Pendidikan
Usia Dini. Vol 11, edisi 1 Hal.67-82.
Suryana. D. 2017.
Matematical learning model based on
scientific approach in preschool. Conference Paper · October
2017. Universitas Negeri Padang, Indonesia
DENGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SENTRA BALOK
Oleh: Azimah Nizar
PPS PAUD FIP UNP
Email: [email protected]
ABSTRAK
Artikel ini adalah studi konseptual tentang pengembangan kemampuan
kognitif anak usia dini dengan pembelajaran matematika di sentra balok.
Pembelajaran matematika sebenarnya selalu berada dalam kehidupan kita seharihari, termasuk anak usia dini. Kadang ada pendapat yang menyatakan bahwa anak
usia dini belum boleh diajarkan matematika, padahal dengan pembelajaran
matematika dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak. Penggunaan bahasa
yang logis, mudah dipahami anak, dan proses pembelajarannya disesuaikan
dengan tingkat perkembangan anak, maka pembelajaran matematika menjadi
suatu yang sangat menyenangkan. Pemilihan untuk membelajarkannya di sentra
balok adalah banyak media tersedia, seperti bentuk, warna, dan sebagainya.
Kata kunci: Kemampuan Kognitif, Matematika, Sentra Balok
ABSTRACK
COGNITIF ABILITY DEVELOPMENT OF EARLYCHILDHOOD IN
LEARNING MATH IN BLOCK CENTER
This article is a conceptual study of cognitif ability development of
earlychildhood in leraning math in block center. We always find mathematics in
our daily life as well as young children. Some opinions argue that young children
should no be taught mathematics but as matter of fact, by teaching mathematics
can improve their cognitif ability. The use of logical language, easy to understand
and process of learning that based on child development, make the learning math
is something fun. The reason why in block center because there are many media
available here such as color, form and etc.
Keyword : Cognitif Ability, Mathematic, Block Center
PENDAHULUAN
Perkembangan kognitif adalah salah satu dari berbagai
perkembangan yang harus dikembangkan sejak usia dini.
Berbagai
hal
dilakukan
untuk
menstimulan
perkembangan
kognitif anak, salah satunya adalah dengan pembelajaran
matematika.
Dunia kogntif anak usia dini ialah kreatif, bebas dan penuh
imajinasi. Imajinasi mereka terus bekerja dan daya serap mental mereka tentang
dunia makin meningkat. Pada tahap ini dapat dibentuk konsep yang stabil dan
mulai muncul penalaran mental imajinasi dan warna.
Adalah sangat relevan pembelajaran matematika dilakukan
pada tahap ini, karena di samping terjadinya pembentukan
konsep, juga terjadi penyerapan informasi yang sangat tinggi
pada usia dini. Suatu hal yang sangat penting diingat oleh guru
atau pendidik adalah bagaimana cara pembelajarannya. Karena
kuncinya
ada
di
cara
pembelajaran.
Apabila
cara
pembelajarannya salah, maka konsep yang akan dikembangkan
juga
akan
salah,
dan
mengakibatkan
anak
tidak
akan
menyenangi pembelajaran matematika karena terlihat sangat
rumit dan sulit. Apabila dari usia dini anak sudah menganggap
pemebalajarn matematika sulit, dikhawatirkan akan sulit untuk
selanjutnya.
Pembelajaran matematika untuk anak usia dini meliputi
klasifikasi, seriasi, pola, konsep bilangan, pengukuran, geometri,
dan pengalaman pemecahan masalah. Profesional anak usia dini
harus menyediakan aktivitas perkembangan
yang sesuai untuk
masing-masing kategori ini. Bahasa matematika yang digunakan
oleh orang dewasa harus akurat dan diskriptif terhadap konsep
yang disajikan (Henniger, 2013)
Bahasa secara langsung mempengaruhi konsep yang
dikembangkan anak. Maka pendidik anak usia dini mesti
menggunakan bahasa yang akurat dengan anak-anak. Mereka
tidak hanya memahami konsep dengan lebih mudah saat bahasa
yang
tepat
digunakan,
tapi
anak-anak
juga
senang
menggunakan istilah yang lebih menarik.
Sentra balok merupakan salah satu sarana yang sangat
tepat untuk membelajarkan matematika pada anak karena
berbagai
warna
dan
bentuk
banyak
tersedia,
dan
akan
memudahkan pendidik menyatakan sesuatu yang abstrak dalam
matematika menjadi bahasan yang kongkrit. Selanjutnya tinddal
bagaimana guru membelajarkannya dengan bahasa dan konsep
yang tepat akan membentuk pemahaman matematika yang baik
pada anak.
PERKEMBANGAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK USIA DINI
Terkait dengan perkembangan kognitif selama usia dini,
tidak ada ahli yang lebih berpengaruh dari pada Piaget, walau
sudah ada yang melakukan evaluasi terhadap teori ini (Papalia,
1975).
Pada tahapan preoperasional anak-anak tidak dapat keluar
batas
informasi yang mereka dapatkan melalui indera dan
melalui aktivitas motorik. Mereka sekarang dapat berpikir
dengan menggunakan representasi mental tentang objek, orang,
bahkan yang secara pisik tidak tampak Papalia, 1975).
Teori Piaget dalam Santrock (2002) tahapan praoperasional
usia 2-7 tahun deskripsinya adalah anak mulai menggunakan
gambaran-gambaran
mental
Pemikiran-pemikiran
simbolik,
untuk
yang
memahami
dunianya.
direfeksikan
dalam
penggunaan kata-kata dan gambar-gambar mulai digunakan
dalam
penggambaran
mental,
yang
melampaui
hubungan
informasi sensorik dengan tindakan fisik. Akan tetapi ada
beberapa hambatan dalam pemikiran anak dalam tahapan ini,
seperti egocentrisme dan sentralisasi.
Dunia kognitif anak-anak pra sekolah ialah kreatif, bebas dan penuh
imajinasi. Di dalam seni mereka, matahari kadang-kadang berwarna hijau, dan
langit berwarna kuning. Mobil mengambang di awan, burung pelikan mencium
anjing laut, dan manusia seperti kecebong. Imajinasi anak-anak pra sekolah terus
bekerja dan daya serap mental mereka tentang dunia makin meningkat. Pada tahap
ini (pra operasional menurut piaget), usia 2-7 tahun dibentuklah konsep yang
stabil, munculnya penalaran mental (Santrock, 2002).
Selanjutnya menurut Papalia (1975) bahwa tahap praoperasional dalam teori Piaget, periode kedua utama dalam
perkembangan kognitif (sekitar umur 2 sampai 7 tahun), dimana
anak-anak mampu berpikir dalam simbol tetapi dibatasi oleh
ketidakmampuan mereka untuk menggunakan logika (Papalia,
1975)
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat kita lihat bahwa, anak usia
dini yang masuk dalam tahap perkembangan praoperasional usia 2-7 tahun mulai
terbentuk konsep yang stabil, munculnya penalaran mental, mampu berpikir
dalam simbol yang direfeksikan dengan penggunaan kata-kata,
angka dan gambar tetapi dibatasi oleh ketidakmampuan mereka
untuk menggunakan logika, egosentrisme, dan sentralisasi.
Mengajarkan geometri untuk anak usia dini akan kita sesuaikan
dengan tahap perkembangan ini.
Piaget
mengelompokkan
kemampuan
anak
dalam
mengklasifikasi. Piaget membagi klasifikasi kepada tiga tahapan
(Inhelder & Piaget, 1964 dalam Papalia, 1975).
Tahap 1 (2,5 sampai 5 tahun): anak-anak mengelompokkan
benda-benda untuk membentuk sebuah desain atau bentuk
(seperti sebuah rumah); atau mereka mengelompokkannya
menurut kriteria yang terus berubah (seperti menambahkan
segi empat biru ke segi empat merah karena keduanya segi
empat dan menambahkan segi tiga merah ke group tersebut
karena dia merah, seperti segi empat merah).
Tahap
2
(5
sampai
mengelompokkan
7
atau
berdasarkan
8
tahun):
kesamaan
anak-anak
tetapi
dapat
menukar kriteria dalam satu tugas, mensortir beberapa grup
bedasarkan warna dan yang lain berdasarkan bentuk atau
ukuran. Mereka sering membuat sub-klasifikasi- misalnya ,
pertama meletakkan semua benda yang merah dalam satu
group dan kemudian mengelompokkan mereka menjadi segi
empat merah, segi tiga dan seterusnya.
Tahap 3 (7 sampai 8 tahun): Pada tahap konkrit operasional,
anak-anak dapat mengklasifikasikan dengan benar. Mereka
mulai
dengan
rencana
secara
keseluruhan
untuk
mengelompokkan benda menurut dua kriteria (seperti warna
dan
bentuk),
memperlihatkan
bahwa
mereka
mengerti
tentang hubungan antara kelompok dan sub-kelompok.
Beberapa penelitian terbaru, menemukan bahwa banyak
anak 4 tahun dapat mengklasifikasikan dengan dua kriteria
(Denney,
1972
dalam
Papalia
1975).
Dan
riset
hari
ini
menyatakan bahwa beberapa aspek dari perilaku klasifikasi telah
muncul lebih awal yaitu pada tahun ke dua dari hidup anak-anak
(Gopnik & Meltzof, 1987 dalam Papalia, 1975).
Selanjutnya
digambarkan
kegiatannya
penelitiannya
sebagai berikut, peneliti membawa 12 anak (usia rata-rata, 15,5
bulan) ke laboratorium dan meletakkan di depan mereka tiga set
yang berbeda dari delapan benda, empat dari satu jenis dan
empat dari lainnya. Rangkaian itu termasuk (1) empat persegi
panjang kuning datar dan empat sosok orang dari plastik
berwarna terang, (2) empat kotak obat yang terang dan empat
bola merah Play-Doh, dan (3) empat boneka Raggedi Andy dan
empat mobil merah. Anak-anak diberi tahu untuk "bermain
dengan barang-barang ini" atau "memperbaikinya semuanya".
Masalah ini, diajukan pada interval 3 minggu dan berlanjut
sampai
setiap
anak
melewati
serangkaian
tes
kognitif,
mengungkapkan urutan yang tidak beraturan dalam memperoleh
kemampuan klasifikasi.
Level 1 - pengelompokkan satu kategori ( rata-rata umur
16.04 bulan): Anak menggerakkan empat objek dari jenis
yang sama dan mengelompokkan mereka bersama-sama.
Level 2 - sentuhan berseri (rata-rata umur 16,39 bulan): Anak
pertama menyentuh empat item dari satu grup and kemudian
empat dari grup lain.
Level 3 - pengelompokkan dua kategori ( raat-rata umur
17,24 bulan): Anak menggerakkan ke delapan objek
memilih mereka menjadi
meletakkan
dan
dua grup yang berbeda atau
yang satu benda diatas yang lain yang
berhubungan (seperti meletakkan masing-masing boneka
diatas mobil merah). .
Sekitar 18 bulan, anak-anak biasanya mengalami ledakan
penamaan: mereka tiba-tiba mendapatkan banyak kata baru
untuk memberi label pada objek. Ketertarikan mereka dalam
menamai benda-benda tampaknya untuk menunjukkan bahwa
mereka
sekarang
menyadari
bahwa
benda-benda
memilik
kategori yang berbeda. Tidak mengherankan bahwa mereka
mengembangkan klasifikasi dua kategori pada waktu yang
hampir bersamaan, saat mereka dengan terburu-buru mencoba
memberi nama benda. Mereka tampaknya "ingin membagi dunia
menjadi jenis-jenis alami, baik dalam kata maupun dalam
perbuatan (Gopnik & Meltzof, 1987, h. 1530 dalam Papalia,
1975).
Berdasar pada pendapat ahli di atas dapat kita simpulkan
bahwa
pembelajaran
matematika
kemampuan kognitif anak usia dini.
dapat
mengembangkan
Berbagai stimulan dapat
dilakukan dengan pembelajaran matematika, termasuk kegiatan
pembelajaran di sentra balok.
MATEMATIKA UNTUK ANAK USIA DINI
Matematika
menarik,
bisa
relevan
menjadi
untuk
topik
diselidiki.
yang
Dengan
mengasyikan,
pendek
atan
konstruktivisme, anak-anak dapat mempelajari berbagai macam
topik melalui manipulasi dan penemuan dan membuat koneksi
matematis
menjadi
isu
nyata
di
dunia
sekitar
mereka
(Charlesworth, 2005)
Pada
tahun
2000,
National
Council
Teachers
of
Mathematics (NCTM) menerbitkan satu set standar nasional
untuk anak usia dini dimana mereka mengindentifikasi lima alur
konten dan aplikasinya di lingkungan anak usia dini (Henniger,
2013)
1. Jumlah dan operasi. Selama masa kanak-kanak, anak harus
belajar konsep dasar tentang angka. Anak-anak SD juga
siap untuk mengembangkan pemahaman tentang operasi
matematika
seperti
penambahan,
pengurangan,
dan
perkalian
2. Aljabar. Meskipun kebanyakan orang beranggapan bahwa
aljabar harus diajarkan di sekolah menengah dan sekolah
menengah atas, NCTM menyarankan agar anak-anak
memperoleh manfaat dari penalaran aljabar.
3. Geometri.
Anak-anak
dapat
diperkenalkan
ke
bentuk
geometri dasar dan menganalisanya dengan menggunakan
keterampilan penalaran matematis.
4. Pengukuran. Karena aplikasi praktisnya dalam kehidupan
nyata, ada banyak kesempatan untuk melibatkan anakanak usia dini dalam kegiatan pengukuran yang berarti.
Pilihan berlimpah untuk mengukur tinggi, lebar, berat, dan
volume peralatan dan bahan alami dan buatan manusia di
sekitar mereka
5. Analisis dan probabilitas data. Alasan statistik memberi
anak kesempatan untuk merumuskan pertanyaan dan
mengumpulkan data untuk menjawab pertanyaan mereka.
Permainan Matematika adalah bagian dari matematika yang
dibutuhkan untuk menumbuhkan keterampilan matematika yang
sangat berguna untuk kehidupan sehari-hari, terutama konsep
angka
yang
menjadi
dasar
pengembangan
kemampuan
matematis. Dengan kata lain, permainan matematika pada anak
usia
dini
diperlukan
untuk
mengembangkan
pengetahuan
matematika dasar, sehingga anak-anak secara mental siap
mengikuti pembelajaran matematika lebih lanjut di sekolah
dasar, seperti pengenalan konsep angka, simbol angka, warna,
bentuk, ukuran dan posisi melalui berbagai bentuk alat, dan
aktivitas Fun play. Selain itu, permainan matematika juga
diperlukan untuk membentuk sikap logis, kritis, hati-hati, kreatif
dan disiplin pada anak. Penerapan pendekatan ilmiah untuk
pembelajaran dalam proses pembelajaran melibatkan proses,
seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, memprediksi,
menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses
ini, diperlukan bantuan guru (Suryana, 2017)
Pembelajaran matematika untuk anak usia dini meliputi
klasifikasi, seriasi, pola, konsep bilangan, pengukuran, geometri,
dan pengalaman pemecahan masalah. Profesional anak usia dini
harus menyediakan aktivitas perkembangan yang sesuai untuk
masing-masing kategori ini. Bahasa matematika yang digunakan
oleh orang dewasa harus akurat dan diskriptif terhadap konsep
yang disajikan (Henniger, 2013)
Klasifikasi
Selama masa kanak-kanak, anak-anak mengembangkan
pemahaman kognitif yang mendasar untuk mempelajari isi
matematis yang dijelaskan dalam standar NCTM. Salah satu
pengertian
tersebut
adalah
kemampuan
untuk
mengklasifikasikan. Menempatkan benda atau gagasan yang
memiliki karakteristik serupa ke dalam kelompok menunjukkan
kompetensi klasifikasi.
Meskipun kemampuan kognitif ini tampak sederhana bagi
kita sebagai orang dewasa, anak-anak memerlukan banyak
latihan dan waktu untuk memahami klasifikasi. Keterampilan
klasifikasi sangat penting bagi banyak konsep matematika. Guru
diharapkan
dapat
memberikan
banyak
kesempatan
untuk
mempraktekkan klasifikasi. Mary Baratta-Lorton (1976 dalam
Henniger, 2013), dalam buku klasiknya, Mathematic Their Way,
memberikan banyak gagasan bagus untuk bahan sederhana
yang dapat digunakan dalam menyortir dan mengklasifikasi
tugas,
seperti
orang-orang
di
kelas,
tombol
untuk
pengelompokan, tutup botol tua, bahan alami untuk sortasi
seperti biji pohon ek, daun, batu, dan kerang, kacang-kacangan
dan baut, kegiatan yang diarahkan oleh guru menggunakan
geoboards.
Seriasi
Memesan objek dari yang terkecil sampai yang terbesar
disebut dengan seriasi. Urutan ini dapat didasarkan pada tinggi,
berat, nuansa warna, atau karakteristik lainnya. Ini merupakan
tugas kognitif penting lainnya yang bisa dikuasai anak kecil,
penting untuk memahami sistem bilangan.
Anak-anak harus diberi banyak kesempatan untuk berlatih
cerita agar benar-benar memahaminya. Meskipun beberapa
pemahaman kognitif dari seriasi terlihat pada banyak anak pada
usia 3 atau 4 tahun, seringkali konsep ini belum berkembang
sepenuhnya sampai usia 8 atau 9. Piaget menghabiskan banyak
waktu untuk mempelajari perkembangan tugas pengembangan
ini.
Bahan komersil yang sangat bagus adalah balok silinder
Montessori. Setiap balok persegi panjang memiliki beberapa
silinder kayu yang dipantulkan ke dalam lubang yang dipesan
dari yang terkecil sampai yang terbesar di balok tersebut. Anakanak melatih keterampilan seriasi mereka dengan menemukan
silinder yang tepat untuk setiap lubang.
Pola
Bisa mengenali dan menciptakan pola visual, pendengaran,
spasial, dan numerik adalah pemahaman matematis penting
lainnya. Ilmu matematika itu logis dan didasarkan pada segala
macam pola. Sistem bilangan, misalnya, dengan pengelompokan
10 memiliki pola yang jelas bahwa anak-anak harus mengenali
untuk benar-benar memahami kompleksitasnya
Siswa juga harus menguasai pola dalam aritmatika, aljabar,
dan geometri. Anda dapat memberi anak usia dini banyak
kesempatan untuk terlibat dalam aktivitas pemolaan seperti,
merangkai manik-manik dalam pola, desain konstruksi dengan
balok pola, mengulangi pola bertepuk tangan, mendengarkan
pola musik, membangun dengan kubus.
Konsep Bilangan
Pemahaman anak tentang konsep angka berkembang
dengan cepat ketika tahun awal masa anak-anak. Ketika seorang
anak umur 3 tahun biasanya hanya permulaan untuk memahami
bahwa angka “1” adalah angka kecil dan angka lain adalah lebih
besar, anak umur 5 tahun biasanya menguasai konsep angka
dasar
hingga
angka
“9”.
Selama
tahun
dasar,
anak
mengembangkan kemampuan untuk menghitung maju dan
mundur, hitungan deret (menghitung dari dua, lima, sepuluh,
dll), dan mengerti tentang angka hingga seratus. (Charlesworth,
2005; Ginsberg, Boyd, & Sun Lee, 2008 dalam Henniger, 2013).
Menghitung. Banyak dari anak usia pra-sekolah mengerti angka
dari
pengalaman
mengulang
hitungan.
Banyak
lagu
dan
permainan memberi anak kesempatan yang menyenangkan
untuk pengalaman berhitung. Kehidupan sehari-hari di kelas dan
rumah memberi banyak kesempatan lain yang berarti untuk
menghitung dan memahami angka. Mendiskusikan kalender
pada
waktu
kelompok,
menghitung
kerupuk
di
mangkuk
makanan kecil, dan mencari tahu berapa banyak kepik yang
tertangkap di taman bermain adalah contoh dari peluang alami
untuk menghitung ini.
Penting untuk diingat bahwa anak usia sekolah dasar
sering menggunakan penghitungan sebagai bantuan dalam
menyelesaikan
masalah
penambahan
dan
pengurangan.
Walaupun secara strategi kurang praktis dan lamban, tapi dapat
membantu anak untuk keterampilan arithmatik yang lebih
matang.
Keterampilan Aritmatika. Selama tahun-tahun pertama, anakanak belajar tentang penambahan, pengurangan, dan perkalian.
Namun, pendekatan tradisional untuk menerapkan skil ini tidak
semua anak siap secara kognitif. Ketika guru menggunakan
pendekatan konstruktif dan memungkinkan anak-anak untuk
memanipulasi materi dan menemukan pemahaman aritmatika
saat mereka mengerjakan masalah di dunia nyata, anak-anak
lebih mampu mengatur langkah mereka sendiri dan melakukan
tugasnya.
Pengukuran
Kemampuan untuk mengkuantifikasi bahan di dunia juga
harus ditekankan selama tahun-tahun awal. Menemukan tinggi,
berat, volume dan dimensi objek adalah contoh pengukuran.
Karya Piaget mengatakan kepada kita bahwa sampai anak-anak
mencapai tahap operasi konkret (sekitar usia 7 atau 8), mereka
mengalami kesulitan untuk mengukur penggunaan unit standar
seperti inci, pond dan liter (Flavell, 1963 dalam Henniger, 2013).
Anak-anak
sekolah
dasar
sudah
menggunakan
unit
pengukuran yang standar. Kegiatan pengukuran harus memberi
makna dan relevan bagi kehidupan anak-anak. Untuk mencapai
tujuan ini, pertimbangkan untuk menimbang kelinci percobaan
kelas, mengukur dimensi peralatan bermain, dan temukan
berapa liter yang diperlukan untuk mengisi wastafel kelas.
Geometri
Studi tentang bentuk dua dan tiga dimensi dan bagaimana
kaitannya satu sama lain disebut geometri. Meskipun topik ini
sering dianggap sebagai bagian dari kurikulum matematika
sekolah menengah, namun juga sangat dapat diterapkan pada
lingkungan anak usia dini, dimana anak mengembangkan
pemahaman geometri dari bermain dengan bahan seperti balok
unit, balok pola, dan kertas origami.
SENTRA BALOK
Pusat balok, yang di dalamnya ada unit balok adalah salah
satu bahan terbaik di kelas anak usia dini untuk pembelajaran
kognitif. Menghitung, pengenalan bentuk, memahami stabilitas
dan keseimbangan. Mengembangkan keterampilan pemetaan
awal hanyalah beberapa dari banyak kesempatan belajar yang
mereka berikan (Chalufour & Worth 2004, Hirsch 1996 dalam
Henniger, 2013).
Pada sentra balok, anak-anak bermain sendiri-sendiri
maupun
secara
berbagai
bentuk
berkelompok
serta
menggunakan
ukuran.
Secara
balok
alami
dengan
anak-anak
dipancing untuk datang ke tempat ini karena sangat aktif,
menyenangkan dan kreatif. Para guru sebaiknya mendorong
anak-anak
untuk
terus
menjelajahi
permainan
balok,
membangun berbagai jenis bangunan dan ikut serta dalam
drama peran (CRI, 1997)
Selanjutnya CRI (1997) mengatakan bahwa permainan
balok sangat penting bagi perkembangan anak di berbagai
bidang termasuk bahasa, kemampuan sosial, pengetahuan,
matematika, kemampuan motorik,
dan kemampuan dalam
pembelajaran sosial.
Pusat
permainan
balok
membiarkan
anak-anak
membangun bangunan, mempelajari tentang ketinggian dan
massa,
mengenali
bentuk,
bekerjasama,
meningkatkan
koordinasi mata-tangan dan belajar bagaimana membersihkan
dan menyimpan segala sesuatunya kembali (CRI, 1997)
Permainan
di
sentra
balok
dapat
mengembangkan
kemampuan kognitif dan kemampuan matematika. Kotak-kotak
dapat digunakan untuk
menelusuri
konsep-konsep sebagai
berikut : 1) ukuran, bentuk, masa, tinggi, isi, ruang, arah, pola,
dan pemetaan, 2) pengamatan, penggolongan, pengurutan, dan
peramalan, 3) penggunaan yang berbeda untuk tujuan yang
sama, 4) keseimbangan dan kesetimbangan, 5) pengukuran dan
penghitungan, 6) persamaan dan perbedaan, 7) persamaan,
ekivalen, 8) pemesanan atas ukuran dan bentuk, 9) pemecahan
masalah,
10)
pemikiran
yang
imaginatif
dan
kreatif,
11)
stabilitas, gaya tarik bumi, interaksi gaya serta asal muasal
bahan, 12) coba-coba (CRI, 1997)
Balok telah menjadi tradisi di taman kanak-kanak sejak
1914. mereka adalah salah satu alat yang paling berarti untuk
belajar sendiri. ketika anak bermain balok mereka dapat
menciptakan dunia sendiri dan menunjukkan adegan yang
penting
bagi
kehidupan
mereka.
Keingintahuan,
imajinasi,
permainan drama, dan geometri berkumpul di sudut balok.
Teknik mengajarkan menggunakan balok sangat sederhana.
Pertama, memiliki cukup balok dan sudah tersedia. Usia 4-5
tahun membutuhkan variasi bentuk, termasuk lengkungan,
landai, slinder, sakelar dan dekorasi kayu untuk elaborasi.
Letakkan balok di rak yang rendah, atau letakkan di keranjang
tempat sampah. Tidak dibutuhkan label bentuk seperti segitiga
atau
selinder.
seluruh
konstruksi
balok
adalah
kunci
(Charlesworth, 2005)
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SENTRA BALOK
Amati anak-anak bermain dan Anda akan mendapati
bahwa mereka secara mandiri mempertanyakan dan merasakan
masalah. Anak bertanya terus-menerus, dan menurut peneliti,
pertanyaan
ini
adalah
langkah
awal
dalam
berpikir.
Jika
tujuannya adalah mengajarkan anak untuk berpikir, maka guru
harus
mendorong
mereka
untuk
mempertanyakan
dan
mengidentifikasi masalah yang menjadi masalah mereka sendiri.
(Seefeldt. C, Castle. S, Falconer. R.C, 2010)
Guru dapat menumbuhkan pemikiran anak-anak di ruang
prasekolah dan kelas dasar dengan memberi anak pengalaman
yang bermakna, terpadu, dan menarik (National Research
Council and Institute of Medicine, 2000).
Beberapa
teori
belajar
menurut
Bruner,
Piaget,
dan
Vygotsky dalam Suryana (2017). Teori belajar Bruner disebut
juga teori belajar penemuan. Ada empat hal pokok berkaitan
dengan teori belajar Bruner. Pertama, individu hanya belajar dan
mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya.
Kedua, dengan melakukan proses-proses kognitif dalam proses
penemuan, anak akan memperoleh sensasi dan kepuasan
intelektual yang merupakan suatu penghargaan intrinsik. Ketiga,
satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari teknikteknik
dalam
melakukan
penemuan
adalah
ia
memiliki
kesempatan untuk melakukan penemuan. Keempat, dengan
melakukan penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan.
Teori Piaget (dalam Suryana, 2017) , menyatakan bahwa
belajar berkaitan dengan pembentukan dan perkembangan
skema (jamak skematan). Skema adalah suatu struktur mental
atau
struktur
intelektual
kognitif
beradaptasi
yang
dengannya
dan
seseorang
mengkoordinasi
secara
lingkungan
sekitarnya. Skema tidak pernah berhenti berubah, skemata
seorang anak akan berkembang menjadi skemata orang dewasa.
Proses
yang
menyebabkan
terjadinya
perubahan
skemata
tersebut dengan adaptasi. Proses terbentuknya adaptasi ini
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi merupakan proses kognitif yang dengannya seseorang
mengitegrasikan stimulus yang dapat berupa persepsi, konsep,
hukum, prinsip ataupun pengalaman baru ke dalam skema yang
sudah ada di dalam pikirannya. Akomodasi dapat berupa
pembentukan skema baru yang dapat cocok dengan ciri-ciri
rangsangan yang ada atau memodifikasi skema yang telah ada
sehingga cocok dengan ciri-ciri stimulus yang ada. Dalam
pembelajaran diperlukan adanya penyeimbangan atau ekuilibrasi
antara asimilasi dan akomodasi (Jackman 2009 dalam Suryana,
2017).
Vygotsky dalam teorinya menyatakan bahwa pembelajaran
terjadi apabila anak didik bekerja atau belajar menangani tugastugas yang belum dipelajari
namun tugas-tugas itu masih
berada dalam jangkauan kemampuan atau tugas itu berada
dalam zone of proximal development daerah terletak antara
tingkat perkembangan anak saat ini yang didefinisikan sebagai
kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang
dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu (Suryana, 2017).
Tracy (1994 dalam Henniger, 2013) membuat kasus yang
kuat untuk memperbaiki bahasa yang kita gunakan dalam
mengajar matematika. Bahasa secara langsung mempengaruhi
konsep yang dikembangkan anak. Karena matematika adalah
bidang studi yang tepat, profesional anak usia dini harus
menggunakan bahasa yang akurat dengan anak-anak. Mereka
tidak hanya memahami konsep dengan lebih mudah saat bahasa
yang
tepat
digunakan,
tapi
anak-anak
juga
senang
menggunakan istilah yang lebih menarik. Rhombus, elips, kubus,
persegi panjang, dan angka adalah semua kata yang bisa
dipelajari
dan
dinikmati
anak-anak.
Orang
dewasa
harus
memperbaiki bahasa yang mereka gunakan dengan terlebih
dahulu
mengenali
istilah
yang
dapat
menyebabkan
kesalahpahaman dan kemudian bekerja untuk mengindentifikasi
dan menggunakan kata-kata yang tepat secara konsisten untuk
menggambarkan konsep matematika yang disajikan. Meskipun
ini bukan tugas yang mudah, manfaat bagi anak-anak patut
diupayakan (Henniger, 2013)
Rudd dkk. (2008 dalam Henniger, 2013), dalam penelitian
mereka tentang bahasa matematika yang digunakan di kelas pra
sekolah,
ditemukan
menggunakan
bahwa
bahasa
yang
orang
efektif
dewasa
untuk
secara
teratur
menggambarkan
hubungan spasial, namun memberikan deskripsi verbal terbatas
mengenai konsep kunci matematika. Ada, misalnya, masalah
bahasa yang sangat rendah seputar konsep utama seperti seriasi
dan pola. Dengan menggunakan bahasa matematika yang akurat
lebih teratur, anda dapat membantu anak-anak mengembangkan
pemahaman yang lebih dalam mengenai konsep yang terkait
Copley (2010 dalam Henniger, 2013) mengemukakan
kerangka kerja untuk mengajar matematika di lingkungan anak
usia dini yang memiliki tiga komponen penting:
1. Kurikulum. Apa yang diajarkan harus membentuk landasan
bagi pemahaman matematis jangka panjang. Ini harus
diintegrasikan dengan area konten lainnya dan berbasis di
dunia nyata anak-anak. Dengan buku, bahan matematika
dan model visual, Anda dapat menciptakan lingkungan
yang kaya matematika yang memungkinkan anak belajar
dari benda dan orang di sekitar mereka.
2. Instruksi. Rencanakan pengalaman yang memungkinkan
anak terlibat dalam pemecahan masalah dan penalaran
matematis saat mereka belajar lebih banyak tentang dunia
mereka. Harapkan agar semua anak bisa dan harus belajar
matematika.
3. Penilaian. Untuk mengetahui pemahaman matematis mana
yang perlu disajikan di masa kanak-kanak, anda tentu
menilai pengetahuan konten spesifik setiap anak. Dengan
mengamati dan berinteraksi dengan anak kecil, anda dapat
mengumpulkan banyak sumber bukti untuk memastikan
anda menilai secara akurat pemahaman anak.
Aktivitas naturalistik paling penting dalam pembelajaran
bentuk. Anak merasakan gagasan bentuk melalui penglihatan
dan menyentuh. Balita membutuhkan hal yang berbeda dari
banyak
bentuk
untuk
digunakan
saat
ia
menyortir
dan
mencocokkan kebutuhannya. Saat dia memegang setiap benda,
dia
memeriksanya
dengan
mata,
tangan,
dan
mulutnya
(Henniger, 2013).
Anak praoperasional menikmati kotak sampah yang berisi
barang-barang seperti kancing, tutup botol, pasak, kotak kecil,
dan botol plastik yang bisa dia jelajahi. Guru juga dapat
mengeluarkan sekotak balok atribut (balok kayu atau plastik
dalam bentuk geometris). Bentuk geometris dan bentuk lainnya
juga dapat dipotong dari kertas dan/ atau kardus dan diletakkan
di luar untuk digunakan anak.
Saat
anak-anak
memasuki
pertengahan
periode
praoperasional mereka mulai belajar bahwa beberapa bentuk
memiliki nama tertentu seperti lingkaran, segitiga, persegi,
silinder, dan bola. Anak pertama belajar untuk menggambarkan
karakteristik dasar masing-masing bentuk mereka dengan katakata mereka sendiri, seperti "empat sisi lurus" atau "garis
melengkung" atau "memiliki poin". Secara bertahap, kosakata
geometri konvensional diperkenalkan. Anak-anak membutuhkan
kesempatan untuk secara bebas mengeksplorasi bentuk dua dan
tiga dimensi. Anak butuh waktu untuk bebas mengeksplorasi
sifat-sifat bentuk balok unit, balok atribut, lego, dan sebagainya
serta memberi kesempatan eksplorasi. Anak prasekolah baru
saja mulai mengembangkan definisi bentuk yang mungkin tidak
diperkuat sampai setelah usia enam tahun (Hannibal, 1999
dalam Henniger, 2013).
KESIMPULAN
Kesimpulan yang penulis dapatkan setelah melakukan
studi konseptual tentang pengembangkan kemampuan kognitif
anak usia dini dengan pembelajaran matematika di sentra balok
1. Beranjak dari teori Piaget yang didukung oleh Papalia dan
Santrock bahwa tahap pra operasional usia 2-7 tahun,
anak-anak
sudah
memulai
pemikiran
simbolik
yang
direfeksikan dengan kata-kata dan gambar, terbentuknya
konsep yang stabil dan mucul penalaran mental. Pendapat
ini sangat mendukung dan memperkuat gagasan untuk
pengembangan kemampuan kognitif anak usia dini dengan
pembelajaran matematika di sentra balok.
2. Beberapa pendapat ahli tentang teori belajar, seperti
Bruner dengan teori belajar penemuan, Piaget dengan teori
perkembangan dan pembentukan skema, dan Vygotsky
dengan zone of proximal development sangat mendukung
proses
membelajarkan
anak
di
usia
dini,
termasuk
pembelajaran matematika.
3. Beberapa pendapat ahli dalam pembelajaran matematika
untuk anak usia dini seperti, Susan Sperry Smith, Rosalind
Charlesworth,
Michael
L.
Henniger,
termasuk
juga
pendapat
NCTM
(National
Council
of
Teachers
of
Mathematics), CRI (Children’s Resources International)
mengatakan bahwa pembelajaran matematika untuk anak
usia dini adalah sangat mengasyikkan, menarik, dan
mengembirakan, Pembelajaran matematika untuk anak
usia dini meliputi klasifikasi, seriasi, pola, konsep bilangan,
pengukuran,
geometri,
dan
pengalaman
pemecahan
masalah, dan geometri untuk anak usia dini lebih dari
sekedar penamaan bentuk. Ini adalah pemahaman atribut
bentuk dan menerapkannya pada pemecahan masalah.
4. Para
ahli
ini
juga
menyampaikan
bahwa
bahasa
matematika yang digunakan oleh orang dewasa harus
akurat dan diskriptif terhadap konsep yang disajikan,
Selain menggunakan bahasa matematika yang akurat,
profesional anak usia dini juga perlu memberi anak-anak
lebih
banyak
paparan
kosakata
matematika
yang
bermakna.
5. Menurut
Coopley
kerangka
kerja
untuk
mengajar
matematika di lingkungan anak usia dini memiliki tiga
komponen yaitu kurikulum, instruksi, dan penilaian.
6. Pembelajaran
matematika
di
sentra
balok
dapat
meningkatkan kemampuan kognitif anak usia dini apabila
dibelajarkan sesuai dengan tahap perkembangannya dan
menggunakan bahasa matematika yang akurat. Maka
persiapan pendidik untuk pembelajaran matematika harus
dipersiapkan dengan matang.
DAFTAR PUSTAKA
Charlesworth, Rosalind. 2005. Experiences in Math for Young
Children. Thomson Delmar Learning. New York
Children’s Resources International Inc. Menciptakan Bahan Ajar yang berpusat
Pada Anak Menciptakan Kelas Yang Berpusat pada Anak. Washington DC.
1997.
Henniger, Michael L. 2013. Teaching Young Children An Introduction. Western
Washington University
Papalia, D. E., Olds, S.W. A Childs World. Infancy Through Adolescence.
McGraw-Hill Publishing Company. 1990.
Santrock, J.W. Life-Span Development. Wm. C. Brown Communication, Inc.
1983.
Santrock, J.W. Perkembangan Anak. Erlangga. 1983.
Smith, Susan Sperry. 2009. Early Childhood Mathematics. Cardinal Stritch
University
Suryana. D (2017). Pembelajaran Tematik Terpadu Berbasis
Pendekatan saintifik di Taman Kanak-kanak. Jurnal Pendidikan
Usia Dini. Vol 11, edisi 1 Hal.67-82.
Suryana. D. 2017.
Matematical learning model based on
scientific approach in preschool. Conference Paper · October
2017. Universitas Negeri Padang, Indonesia