KOMANDO DAERAH MILITER IX UDAYANA BRIGAD
KOMANDO DAERAH MILITER IX/UDAYANA
BRIGADE INFANTERI 21/KOMODO
UPAYA KOMANDAN SATUAN DALAM MEMELIHARA DISIPLIN
DAN MENINGKATKAN PROFESIONALISME PRAJURIT
SATUAN YANG BERADA DI DAERAH OPERASI
Perkembangan situasi nasional dan internasional pasca-krisis multidimensional
yang
belum
sepenuhnya
kondusif
di
berbagai
bidang
dan
masih
banyaknya
permasalahan kebangsaan yang harus diselesaikan, akan sangat mewarnai dinamika
tugas-tugas TNI AD dalam menegakkan kedaulatan negara, menjaga keutuhan wilayah,
dan melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia. Untuk itu TNI AD harus
tetap memegang teguh jati dirinya sebagai Tentara Rakyat, Tentara Pejuang, dan Tentara
Nasional yang profesional. Seiring dengan itu TNI AD kedepan harus meneguhkan
soliditas satuan, menegakkan rantai komando dan kesatuan komando di setiap strata
kepemimpinan satuan TNI AD, sehingga menjamin tercapainya pelaksanaan Tugas
Pokok.
Di era globalisasi dan reformasi yang kini tengah berlangsung di Indonesia,
permasalahan dan tantangan yang dihadapi semakin kompleks. Ditinjau dari misi maupun
visi TNI AD di masa mendatang, dibutuhkan para Prajurit profesional yang mampu
memenuhi kebutuhan dalam menghadapi tantangan yang akan datang. Untuk
mewujudkan kualitas Prajurit yang professional, selama ini telah ditempuh berbagai cara.
Dimulai pada saat seleksi masuk ke lembaga pendidikan sampai dengan saat bertugas di
satuan. Namun harus diakui bahwa hingga saat ini profesionalisme Prajurit belum
sebagaimana diharapkan. Jika selama ini kita menyeimbangkan antara dimensi kuantitas
dengan dimensi kualitas, maka sesungguhnya pada abad XXI nanti, dimensi kualitas akan
menjadi semakin penting.
Hal ini tidak saja disebabkan karena lingkup penugasan
semakin rumit dan kompleks seiring dengan perkembangan kemajuan bangsa dan
negara, tetapi juga karena hakekat ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan yang
akan dihadapi oleh bangsa Indonesia dan bangsa-bangsa lain di dunia akan semakin
bersifat global. Demikian juga, dampak dari pembangunan nasional dan perkembangan
internasional telah menimbulkan berbagai masalah dan tantangan, serta pengaruh
terhadap masyarakat berupa tuntutan terhadap peningkatan kualitas profesionalisme di
lingkungan satuan termasuk di dalamnya Brigif 21/Komodo. Hal ini telah ditindak lanjuti
2
oleh pimpinan TNI AD yang kembali menekankan tentang arti penting dari profesionalisme
prajurit, khususnya kualitas kepemimpinan para Perwira di jajaran TNI AD.
Seorang Komandan Satuan harus mampu memberi suri teladan yang baik bagi
prajurit dan satuannya. Perwira juga harus senantiasa turun ke bawah, menumbuhkan
kepedulian, berinteraksi dan berkomunikasi antara pemimpin dengan yang dipimpin untuk
lebih mengoptimalkan pelaksanaan tugas. Hal tersebut dapat terwujud apabila masingmasing Komandan Satuan memiliki kepedulian yang tinggi, dalam mencermati setiap
perkembangan yang ada, melalui upaya peningkatan kinerja satuan dengan membangun
profesionalisme keprajuritan. Oleh karena itu, diperlukan kreativitas dan upaya dari
komandan satuan dalam mewujudkan kepemimpinan lapangan sehingga membentuk
satuan yang disiplin dan profesional. Dari uraian diatas timbul suatu pokok permasalahan
yaitu “ Bagaimana upaya yang harus dilakukan Komandan Satuan untuk memelihara
disiplin dan meningkatkan profesionalisme prajurit satuan yang berada di daerah
operasi ?”, Dari perumusan masalah tersebut terdapat pokok-pokok persoalan yaitu;
Pertama; lemahnya pengamanan dan pengawasan. Kedua; lemahnya pembinaan
Organisasi di Homebase bagi satuan yang sedang melaksanakan penugasan. Ketiga;
lemahnya Pembinaan Latihan terhadap Satuannya yang berada di homebase dan yang
terakhir Keempat; lemahnya pembinaan personil Latihan terhadap Satuannya yang
berada di homebase.
Melalui penulisan essay singkat ini, manfaat yang diharapkan adalah agar dapat
memberikan nilai guna tentang bagaimana meningkatkan kemampuan Perwira sebagai
Komandan Satuan dalam memelihara disiplin dan meningkatkan profesionalisme melalui
penerapan aturan dan tata tertib yang tepat dan meningkatkan peran perwira sebagai
pemimpin guna mendukung pembinaan satuan sehingga satuan dapat menjalankan tugas
dengan optimal.
Sedangkan tujuan dari penulisan ini sebagai bahan masukan dan
pertimbangan kepada komando atas dalam menentukan kebijaksanaan tentang
pemeliharaan disiplin dan peningkatan profesionalisme prajurit TNI AD.
Brigif 21/Komodo merupakan satuan di bawah jajaran Kodam IX/Udy yang memiliki
tugas pokok membina kesiapan operasional satuannya agar senantiasa siap dihadapkan
kepada setiap kemungkinan pelaksanaan tugas yang diberikan Komando Atas. Kesiapan
ini dapat terwujud apabila didukung oleh disiplin dan profesionalisme para prajurit,
sebagai salah satu landasan utama dan pedoman dalam pelaksanaan tugas.
Kepemimpinan seorang Komandan Satuan sangat menentukan keberhasilan dalam
pembinaan satuan maupun dalam pelaksanaan tugas-tugas yang diberikan oleh komando
3
atas baik di home base maupun di daerah operasi. Salah satu tolak ukur keberhasilan
tentang baik buruknya kepemimpinan seorang Komandan Satuan dapat dilihat dari 4
aspek, antara lain
moril, tingkat disiplin, jiwa korsa dan kecakapan maupun tingkat
keterampilan yang ada pada kesatuan yang dipimpin. Untuk tetap memelihara dan
meningkatkan kondisi ini, maka para Perwira dituntut untuk memiliki pemahaman yang
tinggi akan nilai-nilai kepemimpinan lapangan yang bisa memberikan solusi terbaik
dihadapkan pada tuntutan tugas. Hal ini sangat ditentukan oleh upaya dari Komandan
Satuan dalam melaksanakan pembinaan satuan sehingga memiliki disiplin dan
profesionalisme.
Sesuai dengan buku peraturan disiplin prajurit TNI, kita mengenal adanya
pelanggaran disiplin yaitu pelanggaran disiplin murni dan pelanggaran disiplin tidak murni.
Pelanggaran disiplin murni adalah setiap perbuatan yang bukan tindak pidana tetapi
bertentangan dengan kedinasan atau peraturan kedinasan atau perbuatan yang tidak
sesuai dengan tata kehidupan prajurit, maka akibat pelanggaran tersebut akan dijatuhi
hukuman disiplin prajurit. Pelanggaran disiplin tidak murni adalah setiap perbuatan yang
merupakan tindak pidana, yang sedemikian ringan sifatnya sehingga dapat diselesaikan
secara hukum disiplin prajurit. Beberapa contoh pelanggaran disiplin diantaranya adalah
melakukan tindakan desersi atau lari meninggalkan dinas kemiliteran atau tanpa
sepengetahuan komandan kesatuannya dan kasus asusila. Pada TA. 2015, oknum
prajurit TNI AD yang melakukan pelanggaran sebanyak 2.353 orang, dengan urutan
pelanggaran meliputi : Disersi (539 orang), THTI (436 orang), Laka dan pelanggaran Lalin
(392 orang), Narkoba (224 orang), asusila (149 orang), perkelahian/penganiayaan
terhadap sesama anggota TNI/Polri (143 orang), perkelahian/penganiayaan terhadap
masyarakat (75 orang), Lahgunjab/ kewenangan (54 orang), pencurian (49 orang),
Lahgun Alkapjatmu (43 orang), memasuki daerah terlarang (36 orang), Insubordinasi (33
orang)
dan
pembunuhan,
sisanya
bunuh
KDRT,
pemerkosaan,
diri,
perjudian,
perampokan,
pemerasan,
mabuk-mabukan,
kelalaian,
penipuan,
Illegal
Logging/Fishing/Mining serta perbuatan tidak menyenangkan. Sementara itu pada TA.
2016, angka pelanggaran oknum prajurit TNI AD menurun menjadi 1.519 orang, dengan
urutan pelanggaran meliputi : THTI (296 orang), Laka Lalin (297 orang), Narkoba (246
orang), Disersi (201 orang), asusila (96 orang), perkelahian/penganiayaan terhadap
sesama
anggota
TNI AD/Polri
(59
orang),
perkelahian/penganiayaan
terhadap
masyarakat (54 orang), pelanggaran Lalin (24 orang), kelalaian (22 orang), penipuan (19
orang) dan sisanya pemerasan, penodongan, penculikan, Illegal Logging/Fishing/Mining,
perampokan, bunuh diri, pembunuhan, Insubordinasi, perbuatan tidak menyenangkan,
4
mabuk-mabukan, perjudian, KDRT serta penyelundupan. Ironisnya, pelanggaran yang
dilakukan oleh oknum prajurit TNI AD tersebut, pada beberapa kasus justru dilakukan di
daerah operasi/penugasan atau saat status satuan pada kondisi siap operasi, yang
semestinya prajurit tersebut lebih fokus pada tugas/kesiapan satuannya, sehingga hal ini
cukup menimbulkan pertanyaan. Pada proses seleksi/penentuan/pemilihan prajurit untuk
dapat tergabung dalam organisasi Satuan Penugasan (Satgas), seorang Danyon/Dansat
telah memilih prajurit terbaiknya, namun dalam perjalanan tugasnya di daerah penugasan
ternyata prajurit yang dinilai baik itu pun tetap melakukan pelanggaran. Beberapa contoh
pelanggaran oknum prajurit TNI AD di daerah penugasan pada kurun waktu TA. 2015 s.d
2016, diantaranya: perkelahian yang dilakukan oleh prajurit Satgas Yonif R-303/Kostrad
(akibat pengaruh Miras) di Rahops Papua, Laka Lalin prajurit Satgas Yonif 411/Kostrad
(BKO Satgas TNI IV BNPB) dan Satgas Yonif 312/Dam III/Slw di Rahops Kalimantan,
perselingkuhan prajurit Yonarmed 11/Kostrad dengan KBT di Rahops Pamtas RI-RDTL,
Disersi prajurit Satgas Yonif 144/Dam II/Swj di Rahops Kalimantan serta kelalaian
(tersengat listrik yang menimbulkan kematian) prajurit Yonif R 400/Dam IV/Dip (BKO
Satgas Tinombala) di Rahops Poso.
Selanjutnya
mengenai
profesionalisme
prajurit,
dilihat
dari
definisi
dari
profesionalisme maka menurut Soedijarto (1990:57) mendefinisikan profesionalisme
sebagai perangkat atribut-atribut yang diperlukan guna menunjang suatu tugas agar
sesuai dengan standar kerja yang diinginkan. Dari pendapat ini, sebutan standar kerja
merupakan faktor pengukuran atas bekerjanya seorang atau kelompok orang dalam
melaksanakan
tugas.
Sementara
itu
Philips
(1991:43)
memberikan
definisi
profesionalisme sebagai individu yang bekerja sesuai dengan standar moral dan etika
yang ditentukan oleh pekerjaan tersebut. Salah satu ciri profesionalisme adalah memiliki
keterampilan yang tinggi dalam suatu bidang serta kemahiran dalam menggunakan
peralatan tertentu yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas yang bersangkutan dengan
bidang
tadi.
(http://yosuamargom.wordpress.com/2011/02/27/pengertian-etika-profesi-
dan-profesionalisme/). Dengan demikian prajurit yang profesional adalah prajurit yang
memiliki kemampuan dan kemahiran dalam hal ilmu keprajuritan baik secara teori
maupun praktek serta menguasai peralatan yang mereka miliki. namun kondisi sumber
daya manusia (prajurit) TNI AD juga belum sepenuhnya ideal jika dihadapkan dengan
derasnya kemajuan teknologi dan persaingan global belakangan ini, tidak hanya pada
unsur Bintara dan Tamtama akan tetapi juga Perwira. Lebih khusus jika ditilik dari aspek
kualitas, tentunya berkaitan dengan latar belakang pendidikan prajurit. Kita tentu sepakat
bahwa para Perwira TNI AD pada awalnya merupakan generasi-generasi terbaik bangsa,
5
terpilih, terseleksi selanjutnya diberikan pendidikan/latihan dengan metode tertentu
sehingga memiliki kemampuan Nik/Tik kemiliteran. Namun akibat pengaruh lingkungan,
beberapa diantaranya justru berubah menjadi pembunuh-pembunuh potensial bagi
prajurit yang dipimpinnya. Minimnya kepedulian seorang Perwira (Komandan Satuan)
terhadap prajuritnya menyebabkan fungsi pengawasan atau pengendalian tidak berjalan,
rendahnya kesadaran akan tanggung jawabnya, keengganan berkomunikasi dengan
prajurit,
tidak
pekanya
terhadap
dinamika
lingkungan
satuan/penugasan
dan
ketidakmampuan mengantisipasi perkembangan situasi menyebabkan kinerja organisasi
tidak optimal. Bahkan tidak jarang ditemukan Dansat yang tidak memiliki kejujuran dalam
bertindak, tidak konsisten dengan perkataannya, tidak teguh pada pendirian sehingga
melarutkan
integritas
dan
tidak
lagi
memiliki
karakter
Perwira
sebagai
Pemimpin/Komandan.
Dalam membangun disiplin dan profesionalisme prajurit diperlukan kepemimpinan
yang kuat. Berani mengambil resiko dan bertanggung jawab terhadap apapun yang diperbuat. Tentunya sikap dan tindakan pemimpin telah melalui pertimbangan yang matang.
Telah pula mengikuti norma-norma serta prosedur yang berlaku. Butuh pula keberanian
dan ketegasan dalam menegakkan aturan serta tidak ragu-ragu dalam memperbaiki dan
meluruskan prajurit yang melakukan pelanggaran terhadap disiplin tentara. Tidak kalah
pentingnya bisa memberikan contoh teladan yang baik bagi bawahannya. Meskipun
ketegasan diperlukan untuk mencapai penyelesaian secara tuntas dari suatu masalah, hal
itu tidak berarti boleh mengabaikan kesabaran, kemampuan menahan diri serta
kecerdasan dan kebijaksanaan. Kesalahan para Komandan dan Pemimpin dalam
membina disiplin pada umumnya terletak pada tidak adanya keteladanan yang baik.
Secara jujur harus kita akui bahwa kehidupan prajurit di satuan hanya berlangsung
sampai apel siang, setelah itu setiap anggota bebas untuk melakukan kegiatan
individunya, dan ini terjadi terutama di satuan yang lokasinya di kota besar. Hal ini
sebenarnya bisa diatasi bila Komandan Satuan mau mengorbankan kepentingan
pribadinya untuk pembinaan satuan. Karena itu tidak berlebihan bila ada ungkapan bahwa
Komandan atau Pemimpin adalah pribadi yang mau mengorbankan diri.
Suatu satuan dikatakan satuan yang efektif dan dapat menjalankan tugas-tugasnya
dengan baik apabila memiliki disiplin, jiwa korsa, moril, dan apabila ditambah lagi dengan
profesionalisme prajurit di satuan itu, maka satuan itu akan menjadi lebih sempurna.
Untuk dapat mewujudkan hal tersebut, peran daripada unsur pimpinan terutama
Komandan Satuan sangatlah penting. Komandan Satuan sebagai penentu kebijakan dan
6
Pembina di satuannya dapat menentukan langkah-langkah yang tepat untuk mewujudkan
satuan yang efektif, profesional, dan mampu untuk melaksanakan tugas yang diberikan.
Upaya yang dapat dilakukan dalam membangun disiplin dan profesionalisme
prajurit dapat kita bagi dalam beberapa bidang, dimulai dari bidang pengamanan,
organisasi, latihan dan personil. Dalam bidang pengamanan upaya yang dilaksanakan
adalah sebagai berikut: 1) Melaksanakan Apel, kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka
pengecekan personel termasuk memberikan informasi yang berkaitan dengan kegiatan
yang akan dilaksanakan maupun hal-hal yang lainnya, disamping itu juga dilaksanakan
apel luar biasa untuk mengantisipasi adanya indikasi personel yang keluar ksatrian tanpa
izin di luar ketentuan dan prosedur yang berlaku; 2) Memberikan Penyuluhan Hukum,
dalam rangka membekali pengetahuan bagi prajurit tentang peraturan disiplin prajurit
serta peraturan lainnya yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dengan
melaksanakan kerjasama dengan aparat POM dan POLRI, sehingga diharapkan dapat
memberikan pemahaman bagi seluruh prajurit agar dapat melaksanakan disiplin dengan
baik; 3) Melaksanakan patroli, sebagai sarana pengawasan dan pengamanan personel
dan materil di dalam asrama yang dilaksanakan oleh anggota provost dan kompi siaga
maupun di luar lingkungan asrama yang dilaksanakan bersama dengan unsur keamanan
yang ada di wilayah satuan; 4) Melaksanakan pengawasan melekat, kegiatan ini
dilaksanakan agar dapat diketahui lebih awal adanya kemungkinan pelanggaran yang
dilakukan oleh prajurit baik remaja maupun keluarga. Bagi danton dan danru yang belum
berkeluarga diwajibkan untuk melakukan pengawasan secara langsung dengan tidur di
barak;
5) Melaksanakan sistem wajib lapor, kegiatan ini dilaksanakan agar dapat
mengetahui secara cepat setiap kejadian ataupun permasalahan prajurit secara hirarki
sehingga dapat diambil langkah-langkah penyelesaian dalam setiap permasalahan; 6)
Melaksanakan pengecekan
kendaraan, kegiatan ini dilaksanakan untuk mencegah
adanya kendaraan roda dua dan empat yang illegal di dalam satuan
termasuk
pengecekan terhadap kelengkapan dan surat-surat kendaraan bermotor; 7) Penegakkan
hukum militer, kegiatan ini dilaksanakan agar prajurit patuh dan taat kepada aturan hukum
yang berlaku dengan membiasakan prajurit mematuhi dan memberikan hukuman dan
sanksi bagi personel yang melanggar sehingga memberikan efek jera bagi personel yang
melanggar termasuk personel lainnya; 8) Menempatkan pos-pos pengamanan, kegiatan
ini dilaksanakan untuk dapat mengawasi dan memantau perkembangan situasi dan
kondisi secara langsung di satuan. Pos-pos pengamanan ini di tempatkan di gudang
senjata, gudang munisi, perumahan, dan garasi angkutan. Kegiatan ini dilaksanakan
selama 1 X 24 jam oleh kompi siaga.
7
Dalam bidang organisasi, upaya yang dapat dilakukan antara lain: 1) Menyusun
peta organisasi sesuai dengan TOP/DSPP, kegiatan ini dilaksanakan agar didapatkan
kinerja satuan yang efektif dan efisien melalui penempatan anggota sesuai dengan
pangkat dan jabatan serta memberikan prioritas kepada personil yang berprestasi; 2)
Optimalisasi peran komandan bawahan, kegiatan ini dilaksanakan agar setiap komandan
bawahan dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan peran dan
fungsi pada jabatannya, dengan cara setiap komandan atasan selalu memberikan tugas,
penekanan serta pengawasan dan pengecekan terhadap tugas tersebut.
Selanjutnya dalam bidang latihan upaya yang dapat dilakukan antara lain: 1)
Optimalisasi pelaksanaan latihan, pada pelasanaan latihan dimulai dari pembuatan
program,
penyiapan
kebutuhan
latihan,
pengawasan
latihan
sampai
dengan
pengevaluasian pelaksanaan latihan harus dilaksanakan dengan terencana, detail dan
maksimal sehingga didapat suatu latihan yang menghasilkan kemampuan/keterampilan
prajurit yang diharapkan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara membuat SPL yang
menguasai dalam bidang latihan, menyusun perencanaan latihan dengan baik,
mengajukan pengawas latihan ke satuan atas dan melaksanakan evaluasi sesuai
kenyataan dilapangan; 2) Protap Satuan sebagai pedoman, kegiatan ini dilaksanakan
agar seluruh prajurit mengetahui dan mahir melaksanakan protap satuan sehingga protap
disatuan tidak hanya sebagai pelengkap administrasi. Hal ini dapat dilatihkan dengan cara
uji protap secara berkala, pembacaan protap pada waktu tertentu pada saat apel ataupun
dengan pengecekan acak pada prajurit pada saat apel ataupun jam komandan sehingga
setiap prajurit siap dengan perubahan situasi yang ada; 3) Identifikasi kemampuan
perorangan. Satuan yang handal pasti diisi dengan prajurit-prajurit berkemampuan baik
sehingga kemampuan prajurit haruslah diketahui setiap saat. Hal ini dapat diketahui
dengan cara pada setiap tingkatan latihan baik berupa latihan perorangan maupun satuan
kemampuan perorangan harus menjadi patokan , pada saat apel melatih dan mengecek
kemampuan harus selalu dilaksanakan sehingga setaiap saat yakin akan kemampuan
perorangan prajurit; 4) Melaksanakan latihan pada malam hari secara bergantian dalam
hubungan regu, dengan materi sesuai dengan kemampuan pada tingkatan regu. Upaya
ini dilakukan dengan tujuan untuk melatih kemampuan prajurit dalam melaksanakan
kegiatan pada malam hari, selain itu diharapkan kemungkinan prajurit untuk melakukan
kegiatan pelanggaran pada malam hari bisa ditekan karena selesai melaksanakan
kegiatan mereka melaksanakan istirahat karena kondisinya sudah lelah: 5) Melaksanakan
penataran dalam satuan kepada unsur Bintara, sehingga dalam mengisi kemampuan
profesionalisme, dapat dibedakan antara kemampuan yang harus dimiliki unsur Perwira
8
dan Bintara. Untuk Perwira lebih ditonjolkan dalam penguasaan aspek manajemennya. Ini
berarti tingkat pengetahuan Perwira harus melebihi Bintara. Sementara bagi Bintara,
penguasaan pada porsi keterampilan yang bersifat teknis harus lebih besar. Hal ini untuk
menghindari kesan bahwa porsi yang seharusnya diberikan kepada Bintara, diambil oleh
Perwira
Bidang yang terakhir yaitu bidang personil, upaya yang dapat dilakukan yaitu: 1)
Reward and Punishment. Memberikan penghargaan nyata berupa pemberian piagam
atau bentuk kesejahteraan lain seperti libur dalam beberapa waktu atau pemberian
rekomendasi baik untuk jabatan maupun pendidikan bagi prajurit yang dinilai telah mampu
berprestasi di satuan, sehingga diharapkan dapat memotivasi prajurit untuk bersaing
secara profesional; 2) Konseling dan tatap muka. Kegiatan ini ditujukan sebagai wadah
bagi
prajurit
yang
bermasalah
maupun
yang
memiliki
masalah
sehingga
permasalahannya dapat terselesaikan, dengan cara melaksanakan anjangsana ke rumahrumah prajurit dan barak baik secara terjadwal maupun tidak terjadwal; 3) Pembinaan
Mental bagi prajurit. Kegiatan ini bertujuan untuk membentuk mental prajurit sehingga
pelanggaran dapat diminimalisir dengan cara melaksanakan kegiatan yasinan pada saat
dinas konsinyir, dan Yasinan bersama pada setiap malam jum’at; 4) Tradisi satuan. Tradisi
satuan merupakan media untuk menumbuhkan rasa kebanggaan terhadap satuan melalui
kegiatan-kegiatan yang bersifat tradisi di satuan diantaranya penerimaan prajurit baru,
memperingati HUT satuan ; 5) Pembinaan Karir. Dalam pembinaan karir diharapkan
selalu memperhatikan karir anggota seperti kenaikan pangkat serta perubahan jabatan
dengan bertujuan meningkatkan moril prajurit; 6) Olahraga bersama. Pelaksanaan
olahraga bersama ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa jiwa korsa sesama prajurit
didalam satuan tersebut dengan cara melaksanakan penyusunan jadwal oraum di satuan
secara rutin 2x dalam seminggu, melaksanakan kegiatan lomba antar Kompi dan antar
Peleton di Satuan; 7) Hak-hak prajurit. Pemberian gaji tepat waktu dan sesuai dengan
haknya sehingga moril prajurit tetap terjaga; 8) Pelayanan kesehatan. Kegiatan ini
bertujuan untuk menjaga dan memelihara prajurit serta keluarga dengan cara
melaksanakan pengecekan kesehatan secara rutin ke perumahan, barak maupun KSA
bagi prajurit yang dalam keadaan sakit, Penyemprotan Nyamuk Demam Berdarah 2 bulan
sekali, penyuluhan kesehatan.
Berdasarkan uraian diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa disiplin dan
profesionalisme bukan benda mati tetapi berbentuk kondisi yang dapat naik turun
dipengaruhi oleh banyak faktor, oleh sebab itu diperlukan konsistensi pembinaan disiplin
9
dan profesionalisme oleh setiap Komandan satuan dengan mengedepankan Pembinaan
Satuan yang konsepsional, terarah dan berkesinambungan.
Sehubungan dengan hal tersebut maka disarankan agar setiap komandan satuan
melaksanakan pembinaan disiplin dan profesionalisme prajurit di satuan secara konsisten
dan berkesinambungan meskipun satuan tersebut sedang melaksanakan penugasan
operasi maka sudah sewajarnya apabila pembinaan satuan di Homebase tidak dilupakan.
Demikianlah ulasan kami tentang upaya Komandan Satuan untuk memelihara
disiplin dan meningkatkan profesionalisme prajurit satuan yang berada di daerah operasi,
semoga dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi Komando Atas dalam menentukan
kebijakan selanjutnya.
Camplong, 22 Februari 2017
Komandan Brigif 21/Komodo
Andree Saputro, S.E.
Kolonel Inf NRP 11950044011272
BRIGADE INFANTERI 21/KOMODO
UPAYA KOMANDAN SATUAN DALAM MEMELIHARA DISIPLIN
DAN MENINGKATKAN PROFESIONALISME PRAJURIT
SATUAN YANG BERADA DI DAERAH OPERASI
Perkembangan situasi nasional dan internasional pasca-krisis multidimensional
yang
belum
sepenuhnya
kondusif
di
berbagai
bidang
dan
masih
banyaknya
permasalahan kebangsaan yang harus diselesaikan, akan sangat mewarnai dinamika
tugas-tugas TNI AD dalam menegakkan kedaulatan negara, menjaga keutuhan wilayah,
dan melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia. Untuk itu TNI AD harus
tetap memegang teguh jati dirinya sebagai Tentara Rakyat, Tentara Pejuang, dan Tentara
Nasional yang profesional. Seiring dengan itu TNI AD kedepan harus meneguhkan
soliditas satuan, menegakkan rantai komando dan kesatuan komando di setiap strata
kepemimpinan satuan TNI AD, sehingga menjamin tercapainya pelaksanaan Tugas
Pokok.
Di era globalisasi dan reformasi yang kini tengah berlangsung di Indonesia,
permasalahan dan tantangan yang dihadapi semakin kompleks. Ditinjau dari misi maupun
visi TNI AD di masa mendatang, dibutuhkan para Prajurit profesional yang mampu
memenuhi kebutuhan dalam menghadapi tantangan yang akan datang. Untuk
mewujudkan kualitas Prajurit yang professional, selama ini telah ditempuh berbagai cara.
Dimulai pada saat seleksi masuk ke lembaga pendidikan sampai dengan saat bertugas di
satuan. Namun harus diakui bahwa hingga saat ini profesionalisme Prajurit belum
sebagaimana diharapkan. Jika selama ini kita menyeimbangkan antara dimensi kuantitas
dengan dimensi kualitas, maka sesungguhnya pada abad XXI nanti, dimensi kualitas akan
menjadi semakin penting.
Hal ini tidak saja disebabkan karena lingkup penugasan
semakin rumit dan kompleks seiring dengan perkembangan kemajuan bangsa dan
negara, tetapi juga karena hakekat ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan yang
akan dihadapi oleh bangsa Indonesia dan bangsa-bangsa lain di dunia akan semakin
bersifat global. Demikian juga, dampak dari pembangunan nasional dan perkembangan
internasional telah menimbulkan berbagai masalah dan tantangan, serta pengaruh
terhadap masyarakat berupa tuntutan terhadap peningkatan kualitas profesionalisme di
lingkungan satuan termasuk di dalamnya Brigif 21/Komodo. Hal ini telah ditindak lanjuti
2
oleh pimpinan TNI AD yang kembali menekankan tentang arti penting dari profesionalisme
prajurit, khususnya kualitas kepemimpinan para Perwira di jajaran TNI AD.
Seorang Komandan Satuan harus mampu memberi suri teladan yang baik bagi
prajurit dan satuannya. Perwira juga harus senantiasa turun ke bawah, menumbuhkan
kepedulian, berinteraksi dan berkomunikasi antara pemimpin dengan yang dipimpin untuk
lebih mengoptimalkan pelaksanaan tugas. Hal tersebut dapat terwujud apabila masingmasing Komandan Satuan memiliki kepedulian yang tinggi, dalam mencermati setiap
perkembangan yang ada, melalui upaya peningkatan kinerja satuan dengan membangun
profesionalisme keprajuritan. Oleh karena itu, diperlukan kreativitas dan upaya dari
komandan satuan dalam mewujudkan kepemimpinan lapangan sehingga membentuk
satuan yang disiplin dan profesional. Dari uraian diatas timbul suatu pokok permasalahan
yaitu “ Bagaimana upaya yang harus dilakukan Komandan Satuan untuk memelihara
disiplin dan meningkatkan profesionalisme prajurit satuan yang berada di daerah
operasi ?”, Dari perumusan masalah tersebut terdapat pokok-pokok persoalan yaitu;
Pertama; lemahnya pengamanan dan pengawasan. Kedua; lemahnya pembinaan
Organisasi di Homebase bagi satuan yang sedang melaksanakan penugasan. Ketiga;
lemahnya Pembinaan Latihan terhadap Satuannya yang berada di homebase dan yang
terakhir Keempat; lemahnya pembinaan personil Latihan terhadap Satuannya yang
berada di homebase.
Melalui penulisan essay singkat ini, manfaat yang diharapkan adalah agar dapat
memberikan nilai guna tentang bagaimana meningkatkan kemampuan Perwira sebagai
Komandan Satuan dalam memelihara disiplin dan meningkatkan profesionalisme melalui
penerapan aturan dan tata tertib yang tepat dan meningkatkan peran perwira sebagai
pemimpin guna mendukung pembinaan satuan sehingga satuan dapat menjalankan tugas
dengan optimal.
Sedangkan tujuan dari penulisan ini sebagai bahan masukan dan
pertimbangan kepada komando atas dalam menentukan kebijaksanaan tentang
pemeliharaan disiplin dan peningkatan profesionalisme prajurit TNI AD.
Brigif 21/Komodo merupakan satuan di bawah jajaran Kodam IX/Udy yang memiliki
tugas pokok membina kesiapan operasional satuannya agar senantiasa siap dihadapkan
kepada setiap kemungkinan pelaksanaan tugas yang diberikan Komando Atas. Kesiapan
ini dapat terwujud apabila didukung oleh disiplin dan profesionalisme para prajurit,
sebagai salah satu landasan utama dan pedoman dalam pelaksanaan tugas.
Kepemimpinan seorang Komandan Satuan sangat menentukan keberhasilan dalam
pembinaan satuan maupun dalam pelaksanaan tugas-tugas yang diberikan oleh komando
3
atas baik di home base maupun di daerah operasi. Salah satu tolak ukur keberhasilan
tentang baik buruknya kepemimpinan seorang Komandan Satuan dapat dilihat dari 4
aspek, antara lain
moril, tingkat disiplin, jiwa korsa dan kecakapan maupun tingkat
keterampilan yang ada pada kesatuan yang dipimpin. Untuk tetap memelihara dan
meningkatkan kondisi ini, maka para Perwira dituntut untuk memiliki pemahaman yang
tinggi akan nilai-nilai kepemimpinan lapangan yang bisa memberikan solusi terbaik
dihadapkan pada tuntutan tugas. Hal ini sangat ditentukan oleh upaya dari Komandan
Satuan dalam melaksanakan pembinaan satuan sehingga memiliki disiplin dan
profesionalisme.
Sesuai dengan buku peraturan disiplin prajurit TNI, kita mengenal adanya
pelanggaran disiplin yaitu pelanggaran disiplin murni dan pelanggaran disiplin tidak murni.
Pelanggaran disiplin murni adalah setiap perbuatan yang bukan tindak pidana tetapi
bertentangan dengan kedinasan atau peraturan kedinasan atau perbuatan yang tidak
sesuai dengan tata kehidupan prajurit, maka akibat pelanggaran tersebut akan dijatuhi
hukuman disiplin prajurit. Pelanggaran disiplin tidak murni adalah setiap perbuatan yang
merupakan tindak pidana, yang sedemikian ringan sifatnya sehingga dapat diselesaikan
secara hukum disiplin prajurit. Beberapa contoh pelanggaran disiplin diantaranya adalah
melakukan tindakan desersi atau lari meninggalkan dinas kemiliteran atau tanpa
sepengetahuan komandan kesatuannya dan kasus asusila. Pada TA. 2015, oknum
prajurit TNI AD yang melakukan pelanggaran sebanyak 2.353 orang, dengan urutan
pelanggaran meliputi : Disersi (539 orang), THTI (436 orang), Laka dan pelanggaran Lalin
(392 orang), Narkoba (224 orang), asusila (149 orang), perkelahian/penganiayaan
terhadap sesama anggota TNI/Polri (143 orang), perkelahian/penganiayaan terhadap
masyarakat (75 orang), Lahgunjab/ kewenangan (54 orang), pencurian (49 orang),
Lahgun Alkapjatmu (43 orang), memasuki daerah terlarang (36 orang), Insubordinasi (33
orang)
dan
pembunuhan,
sisanya
bunuh
KDRT,
pemerkosaan,
diri,
perjudian,
perampokan,
pemerasan,
mabuk-mabukan,
kelalaian,
penipuan,
Illegal
Logging/Fishing/Mining serta perbuatan tidak menyenangkan. Sementara itu pada TA.
2016, angka pelanggaran oknum prajurit TNI AD menurun menjadi 1.519 orang, dengan
urutan pelanggaran meliputi : THTI (296 orang), Laka Lalin (297 orang), Narkoba (246
orang), Disersi (201 orang), asusila (96 orang), perkelahian/penganiayaan terhadap
sesama
anggota
TNI AD/Polri
(59
orang),
perkelahian/penganiayaan
terhadap
masyarakat (54 orang), pelanggaran Lalin (24 orang), kelalaian (22 orang), penipuan (19
orang) dan sisanya pemerasan, penodongan, penculikan, Illegal Logging/Fishing/Mining,
perampokan, bunuh diri, pembunuhan, Insubordinasi, perbuatan tidak menyenangkan,
4
mabuk-mabukan, perjudian, KDRT serta penyelundupan. Ironisnya, pelanggaran yang
dilakukan oleh oknum prajurit TNI AD tersebut, pada beberapa kasus justru dilakukan di
daerah operasi/penugasan atau saat status satuan pada kondisi siap operasi, yang
semestinya prajurit tersebut lebih fokus pada tugas/kesiapan satuannya, sehingga hal ini
cukup menimbulkan pertanyaan. Pada proses seleksi/penentuan/pemilihan prajurit untuk
dapat tergabung dalam organisasi Satuan Penugasan (Satgas), seorang Danyon/Dansat
telah memilih prajurit terbaiknya, namun dalam perjalanan tugasnya di daerah penugasan
ternyata prajurit yang dinilai baik itu pun tetap melakukan pelanggaran. Beberapa contoh
pelanggaran oknum prajurit TNI AD di daerah penugasan pada kurun waktu TA. 2015 s.d
2016, diantaranya: perkelahian yang dilakukan oleh prajurit Satgas Yonif R-303/Kostrad
(akibat pengaruh Miras) di Rahops Papua, Laka Lalin prajurit Satgas Yonif 411/Kostrad
(BKO Satgas TNI IV BNPB) dan Satgas Yonif 312/Dam III/Slw di Rahops Kalimantan,
perselingkuhan prajurit Yonarmed 11/Kostrad dengan KBT di Rahops Pamtas RI-RDTL,
Disersi prajurit Satgas Yonif 144/Dam II/Swj di Rahops Kalimantan serta kelalaian
(tersengat listrik yang menimbulkan kematian) prajurit Yonif R 400/Dam IV/Dip (BKO
Satgas Tinombala) di Rahops Poso.
Selanjutnya
mengenai
profesionalisme
prajurit,
dilihat
dari
definisi
dari
profesionalisme maka menurut Soedijarto (1990:57) mendefinisikan profesionalisme
sebagai perangkat atribut-atribut yang diperlukan guna menunjang suatu tugas agar
sesuai dengan standar kerja yang diinginkan. Dari pendapat ini, sebutan standar kerja
merupakan faktor pengukuran atas bekerjanya seorang atau kelompok orang dalam
melaksanakan
tugas.
Sementara
itu
Philips
(1991:43)
memberikan
definisi
profesionalisme sebagai individu yang bekerja sesuai dengan standar moral dan etika
yang ditentukan oleh pekerjaan tersebut. Salah satu ciri profesionalisme adalah memiliki
keterampilan yang tinggi dalam suatu bidang serta kemahiran dalam menggunakan
peralatan tertentu yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas yang bersangkutan dengan
bidang
tadi.
(http://yosuamargom.wordpress.com/2011/02/27/pengertian-etika-profesi-
dan-profesionalisme/). Dengan demikian prajurit yang profesional adalah prajurit yang
memiliki kemampuan dan kemahiran dalam hal ilmu keprajuritan baik secara teori
maupun praktek serta menguasai peralatan yang mereka miliki. namun kondisi sumber
daya manusia (prajurit) TNI AD juga belum sepenuhnya ideal jika dihadapkan dengan
derasnya kemajuan teknologi dan persaingan global belakangan ini, tidak hanya pada
unsur Bintara dan Tamtama akan tetapi juga Perwira. Lebih khusus jika ditilik dari aspek
kualitas, tentunya berkaitan dengan latar belakang pendidikan prajurit. Kita tentu sepakat
bahwa para Perwira TNI AD pada awalnya merupakan generasi-generasi terbaik bangsa,
5
terpilih, terseleksi selanjutnya diberikan pendidikan/latihan dengan metode tertentu
sehingga memiliki kemampuan Nik/Tik kemiliteran. Namun akibat pengaruh lingkungan,
beberapa diantaranya justru berubah menjadi pembunuh-pembunuh potensial bagi
prajurit yang dipimpinnya. Minimnya kepedulian seorang Perwira (Komandan Satuan)
terhadap prajuritnya menyebabkan fungsi pengawasan atau pengendalian tidak berjalan,
rendahnya kesadaran akan tanggung jawabnya, keengganan berkomunikasi dengan
prajurit,
tidak
pekanya
terhadap
dinamika
lingkungan
satuan/penugasan
dan
ketidakmampuan mengantisipasi perkembangan situasi menyebabkan kinerja organisasi
tidak optimal. Bahkan tidak jarang ditemukan Dansat yang tidak memiliki kejujuran dalam
bertindak, tidak konsisten dengan perkataannya, tidak teguh pada pendirian sehingga
melarutkan
integritas
dan
tidak
lagi
memiliki
karakter
Perwira
sebagai
Pemimpin/Komandan.
Dalam membangun disiplin dan profesionalisme prajurit diperlukan kepemimpinan
yang kuat. Berani mengambil resiko dan bertanggung jawab terhadap apapun yang diperbuat. Tentunya sikap dan tindakan pemimpin telah melalui pertimbangan yang matang.
Telah pula mengikuti norma-norma serta prosedur yang berlaku. Butuh pula keberanian
dan ketegasan dalam menegakkan aturan serta tidak ragu-ragu dalam memperbaiki dan
meluruskan prajurit yang melakukan pelanggaran terhadap disiplin tentara. Tidak kalah
pentingnya bisa memberikan contoh teladan yang baik bagi bawahannya. Meskipun
ketegasan diperlukan untuk mencapai penyelesaian secara tuntas dari suatu masalah, hal
itu tidak berarti boleh mengabaikan kesabaran, kemampuan menahan diri serta
kecerdasan dan kebijaksanaan. Kesalahan para Komandan dan Pemimpin dalam
membina disiplin pada umumnya terletak pada tidak adanya keteladanan yang baik.
Secara jujur harus kita akui bahwa kehidupan prajurit di satuan hanya berlangsung
sampai apel siang, setelah itu setiap anggota bebas untuk melakukan kegiatan
individunya, dan ini terjadi terutama di satuan yang lokasinya di kota besar. Hal ini
sebenarnya bisa diatasi bila Komandan Satuan mau mengorbankan kepentingan
pribadinya untuk pembinaan satuan. Karena itu tidak berlebihan bila ada ungkapan bahwa
Komandan atau Pemimpin adalah pribadi yang mau mengorbankan diri.
Suatu satuan dikatakan satuan yang efektif dan dapat menjalankan tugas-tugasnya
dengan baik apabila memiliki disiplin, jiwa korsa, moril, dan apabila ditambah lagi dengan
profesionalisme prajurit di satuan itu, maka satuan itu akan menjadi lebih sempurna.
Untuk dapat mewujudkan hal tersebut, peran daripada unsur pimpinan terutama
Komandan Satuan sangatlah penting. Komandan Satuan sebagai penentu kebijakan dan
6
Pembina di satuannya dapat menentukan langkah-langkah yang tepat untuk mewujudkan
satuan yang efektif, profesional, dan mampu untuk melaksanakan tugas yang diberikan.
Upaya yang dapat dilakukan dalam membangun disiplin dan profesionalisme
prajurit dapat kita bagi dalam beberapa bidang, dimulai dari bidang pengamanan,
organisasi, latihan dan personil. Dalam bidang pengamanan upaya yang dilaksanakan
adalah sebagai berikut: 1) Melaksanakan Apel, kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka
pengecekan personel termasuk memberikan informasi yang berkaitan dengan kegiatan
yang akan dilaksanakan maupun hal-hal yang lainnya, disamping itu juga dilaksanakan
apel luar biasa untuk mengantisipasi adanya indikasi personel yang keluar ksatrian tanpa
izin di luar ketentuan dan prosedur yang berlaku; 2) Memberikan Penyuluhan Hukum,
dalam rangka membekali pengetahuan bagi prajurit tentang peraturan disiplin prajurit
serta peraturan lainnya yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dengan
melaksanakan kerjasama dengan aparat POM dan POLRI, sehingga diharapkan dapat
memberikan pemahaman bagi seluruh prajurit agar dapat melaksanakan disiplin dengan
baik; 3) Melaksanakan patroli, sebagai sarana pengawasan dan pengamanan personel
dan materil di dalam asrama yang dilaksanakan oleh anggota provost dan kompi siaga
maupun di luar lingkungan asrama yang dilaksanakan bersama dengan unsur keamanan
yang ada di wilayah satuan; 4) Melaksanakan pengawasan melekat, kegiatan ini
dilaksanakan agar dapat diketahui lebih awal adanya kemungkinan pelanggaran yang
dilakukan oleh prajurit baik remaja maupun keluarga. Bagi danton dan danru yang belum
berkeluarga diwajibkan untuk melakukan pengawasan secara langsung dengan tidur di
barak;
5) Melaksanakan sistem wajib lapor, kegiatan ini dilaksanakan agar dapat
mengetahui secara cepat setiap kejadian ataupun permasalahan prajurit secara hirarki
sehingga dapat diambil langkah-langkah penyelesaian dalam setiap permasalahan; 6)
Melaksanakan pengecekan
kendaraan, kegiatan ini dilaksanakan untuk mencegah
adanya kendaraan roda dua dan empat yang illegal di dalam satuan
termasuk
pengecekan terhadap kelengkapan dan surat-surat kendaraan bermotor; 7) Penegakkan
hukum militer, kegiatan ini dilaksanakan agar prajurit patuh dan taat kepada aturan hukum
yang berlaku dengan membiasakan prajurit mematuhi dan memberikan hukuman dan
sanksi bagi personel yang melanggar sehingga memberikan efek jera bagi personel yang
melanggar termasuk personel lainnya; 8) Menempatkan pos-pos pengamanan, kegiatan
ini dilaksanakan untuk dapat mengawasi dan memantau perkembangan situasi dan
kondisi secara langsung di satuan. Pos-pos pengamanan ini di tempatkan di gudang
senjata, gudang munisi, perumahan, dan garasi angkutan. Kegiatan ini dilaksanakan
selama 1 X 24 jam oleh kompi siaga.
7
Dalam bidang organisasi, upaya yang dapat dilakukan antara lain: 1) Menyusun
peta organisasi sesuai dengan TOP/DSPP, kegiatan ini dilaksanakan agar didapatkan
kinerja satuan yang efektif dan efisien melalui penempatan anggota sesuai dengan
pangkat dan jabatan serta memberikan prioritas kepada personil yang berprestasi; 2)
Optimalisasi peran komandan bawahan, kegiatan ini dilaksanakan agar setiap komandan
bawahan dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan peran dan
fungsi pada jabatannya, dengan cara setiap komandan atasan selalu memberikan tugas,
penekanan serta pengawasan dan pengecekan terhadap tugas tersebut.
Selanjutnya dalam bidang latihan upaya yang dapat dilakukan antara lain: 1)
Optimalisasi pelaksanaan latihan, pada pelasanaan latihan dimulai dari pembuatan
program,
penyiapan
kebutuhan
latihan,
pengawasan
latihan
sampai
dengan
pengevaluasian pelaksanaan latihan harus dilaksanakan dengan terencana, detail dan
maksimal sehingga didapat suatu latihan yang menghasilkan kemampuan/keterampilan
prajurit yang diharapkan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara membuat SPL yang
menguasai dalam bidang latihan, menyusun perencanaan latihan dengan baik,
mengajukan pengawas latihan ke satuan atas dan melaksanakan evaluasi sesuai
kenyataan dilapangan; 2) Protap Satuan sebagai pedoman, kegiatan ini dilaksanakan
agar seluruh prajurit mengetahui dan mahir melaksanakan protap satuan sehingga protap
disatuan tidak hanya sebagai pelengkap administrasi. Hal ini dapat dilatihkan dengan cara
uji protap secara berkala, pembacaan protap pada waktu tertentu pada saat apel ataupun
dengan pengecekan acak pada prajurit pada saat apel ataupun jam komandan sehingga
setiap prajurit siap dengan perubahan situasi yang ada; 3) Identifikasi kemampuan
perorangan. Satuan yang handal pasti diisi dengan prajurit-prajurit berkemampuan baik
sehingga kemampuan prajurit haruslah diketahui setiap saat. Hal ini dapat diketahui
dengan cara pada setiap tingkatan latihan baik berupa latihan perorangan maupun satuan
kemampuan perorangan harus menjadi patokan , pada saat apel melatih dan mengecek
kemampuan harus selalu dilaksanakan sehingga setaiap saat yakin akan kemampuan
perorangan prajurit; 4) Melaksanakan latihan pada malam hari secara bergantian dalam
hubungan regu, dengan materi sesuai dengan kemampuan pada tingkatan regu. Upaya
ini dilakukan dengan tujuan untuk melatih kemampuan prajurit dalam melaksanakan
kegiatan pada malam hari, selain itu diharapkan kemungkinan prajurit untuk melakukan
kegiatan pelanggaran pada malam hari bisa ditekan karena selesai melaksanakan
kegiatan mereka melaksanakan istirahat karena kondisinya sudah lelah: 5) Melaksanakan
penataran dalam satuan kepada unsur Bintara, sehingga dalam mengisi kemampuan
profesionalisme, dapat dibedakan antara kemampuan yang harus dimiliki unsur Perwira
8
dan Bintara. Untuk Perwira lebih ditonjolkan dalam penguasaan aspek manajemennya. Ini
berarti tingkat pengetahuan Perwira harus melebihi Bintara. Sementara bagi Bintara,
penguasaan pada porsi keterampilan yang bersifat teknis harus lebih besar. Hal ini untuk
menghindari kesan bahwa porsi yang seharusnya diberikan kepada Bintara, diambil oleh
Perwira
Bidang yang terakhir yaitu bidang personil, upaya yang dapat dilakukan yaitu: 1)
Reward and Punishment. Memberikan penghargaan nyata berupa pemberian piagam
atau bentuk kesejahteraan lain seperti libur dalam beberapa waktu atau pemberian
rekomendasi baik untuk jabatan maupun pendidikan bagi prajurit yang dinilai telah mampu
berprestasi di satuan, sehingga diharapkan dapat memotivasi prajurit untuk bersaing
secara profesional; 2) Konseling dan tatap muka. Kegiatan ini ditujukan sebagai wadah
bagi
prajurit
yang
bermasalah
maupun
yang
memiliki
masalah
sehingga
permasalahannya dapat terselesaikan, dengan cara melaksanakan anjangsana ke rumahrumah prajurit dan barak baik secara terjadwal maupun tidak terjadwal; 3) Pembinaan
Mental bagi prajurit. Kegiatan ini bertujuan untuk membentuk mental prajurit sehingga
pelanggaran dapat diminimalisir dengan cara melaksanakan kegiatan yasinan pada saat
dinas konsinyir, dan Yasinan bersama pada setiap malam jum’at; 4) Tradisi satuan. Tradisi
satuan merupakan media untuk menumbuhkan rasa kebanggaan terhadap satuan melalui
kegiatan-kegiatan yang bersifat tradisi di satuan diantaranya penerimaan prajurit baru,
memperingati HUT satuan ; 5) Pembinaan Karir. Dalam pembinaan karir diharapkan
selalu memperhatikan karir anggota seperti kenaikan pangkat serta perubahan jabatan
dengan bertujuan meningkatkan moril prajurit; 6) Olahraga bersama. Pelaksanaan
olahraga bersama ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa jiwa korsa sesama prajurit
didalam satuan tersebut dengan cara melaksanakan penyusunan jadwal oraum di satuan
secara rutin 2x dalam seminggu, melaksanakan kegiatan lomba antar Kompi dan antar
Peleton di Satuan; 7) Hak-hak prajurit. Pemberian gaji tepat waktu dan sesuai dengan
haknya sehingga moril prajurit tetap terjaga; 8) Pelayanan kesehatan. Kegiatan ini
bertujuan untuk menjaga dan memelihara prajurit serta keluarga dengan cara
melaksanakan pengecekan kesehatan secara rutin ke perumahan, barak maupun KSA
bagi prajurit yang dalam keadaan sakit, Penyemprotan Nyamuk Demam Berdarah 2 bulan
sekali, penyuluhan kesehatan.
Berdasarkan uraian diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa disiplin dan
profesionalisme bukan benda mati tetapi berbentuk kondisi yang dapat naik turun
dipengaruhi oleh banyak faktor, oleh sebab itu diperlukan konsistensi pembinaan disiplin
9
dan profesionalisme oleh setiap Komandan satuan dengan mengedepankan Pembinaan
Satuan yang konsepsional, terarah dan berkesinambungan.
Sehubungan dengan hal tersebut maka disarankan agar setiap komandan satuan
melaksanakan pembinaan disiplin dan profesionalisme prajurit di satuan secara konsisten
dan berkesinambungan meskipun satuan tersebut sedang melaksanakan penugasan
operasi maka sudah sewajarnya apabila pembinaan satuan di Homebase tidak dilupakan.
Demikianlah ulasan kami tentang upaya Komandan Satuan untuk memelihara
disiplin dan meningkatkan profesionalisme prajurit satuan yang berada di daerah operasi,
semoga dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi Komando Atas dalam menentukan
kebijakan selanjutnya.
Camplong, 22 Februari 2017
Komandan Brigif 21/Komodo
Andree Saputro, S.E.
Kolonel Inf NRP 11950044011272