Kristina Pimenova dalam Perspektif Femin (1)
TEORI TEORI SOSIAL
Fenomena Model Cilik Kristena Pimenova Ditinjau dari Teori
Alienasi Alison Jaggar
Disusun Oleh:
1. M. Zaadul Haq
12/335951/FI/03732
2. Ridwan Firdaus
12/335928/FI/03730
3. Syafrida Putri Yeni
12/337965/FI/03737
FAKULTAS FILSAFAT
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengantar
Kapitalisme telah mengakar jauh ke sendi kehidupan manusia. Ia menampar tidak
hanya sistem ekonomi masyarakat, tetapi lebih jauh ia mendaur ulang kebudayaan manusia
lengkap dengan pengetahuan manusia di dalamnya. Kapitalisme akan melakukan berbagai
cara demi terjaganya ideologi yang dibawanya. Berangkat dari kepentingan untuk
mengubah sistem perekonomian, pada akhirnya ia pun mengubah apapun yang tersisa di
dunia dan berpotensi untuk dapat diubah. Di dalam melancarkan tujuannya, kapitalisme
menggunakan beragam cara agar tujuannya itu dapat dicapai.
Akan tetapi di dalam prosesnya, konsekuensi logis dari kerja kapitalisme ialah
mengubah esensi kerja menjadi alienasi. Para pekerja yang membantu penyebaran proses
kapitalisme ini akhirnya mendapatkan keterasingan dari tindakan yang ia perbuat, serta
dari hasil kerjanya sendiri. Di era kontemporer, perempuan semakin banyak dipakai
sebagai bagian dari kerja kapitalisme. Kapitalisme membutuhkan bantuan gender agar
usahanya tersebut berhasil.
Salah satunya terjadi di dalam dunia permodelan. Dunia modelling merupakan
ladang subur bagi kapitalisme di dalam menelurkan benih-benih alienasi bagi sang model.
Di dalam hal ini, perempuan menjadi korban terbanyak dari proses alienatif ini. Alison
Jaggar (dalam Tong, 2006: 182) menyatakan bahwa alienasi tidak terjadi hanya pada
sistem produksi, tetapi terselubung pada seksualitas, motherhood¸dan intelektualitas.
Perempuan yang bergelut di bidang permodelan mengalami ketiga aspek alienasi tersebut,
tulisan ini akan mengarahkan ketiga aspek tersebut.
Terkait dengan model perempuan sebagai obyek pembahasan, baru-baru ini penulis
menemukan ada suatu kegegaran di dunia maya terkait kasus model perempuan. Seperti
yang dilansir dari situs (www.womandailymagazine.com) Kristena Pimenova, seorang
anak perempuan berusia sembilan tahun dinobatkan sebagai gadis tercantik di dunia. Tentu
saja hal tersebut tidak terlepas dari profesi yang ia geluti sebagai model cilik. Sejak usia
tiga tahun, ibu dari Pimenova sudah mendorongnya untuk terjun ke dalam dunia
entertaintment.
Ada beberapa poin yang dapat ditekankan dari kasus Pimenova tersebut. Hubungan
dirinya dengan sang ibu di dalam hal ini mengisyaratkan bahwa keduanya mengalami
proses keterasingan satu sama lain. Pimenova tidak merasakan bagaimana didikan seorang
ibu secara normal yang mengasuhnya di rumah, karena sejak kecil ia dituntut untuk
menjadi seorang model. Dengan demikian, ia jatuh di tangan asuhan siapa saja. Selain itu,
ibunya menganggap bahwa anak, yakni Pimenova, sebagai miliknya. Sehingga, ia dapat
menentukan nasib Pimenova semaunya, sesuai dengan apa yang dianggapnya baik,
meskipun justru kemauannya melanggengkan sistem patriarki dalam kehidupan sang anak.
Meski belum memiliki kesadaran seksual, tetapi model cilik asal Rusia tersebut
sudah memiliki potensi keterasingan seksual semenjak ia kecil. Prosesnya untuk tumbuh
sejak awal sebagai seorang perempuan sudah diarahkan sebelum ia dapat memilih
tubuhnya akan dijadikan dan digunakan apa. Penasbihannya sebagai gadis tercantik,
menegaskan bahwa identitas keperempuanannya sudah ditentukan, bahkan bukan oleh
dirinya sendiri. Selain itu, ancaman bagi tubuhnya semakin meningkat dengan eksploitasi
yang datang pada tubuhnya. Pimenova menjadi sangat rawan dari ancaman para pedfeel
yang melihat pose-pose cantiknya.
Kemudian, ia pun terasing secara intelektual. Proses pengembangan dirinya untuk
memperoleh pengetahuan yang sewajarnya bagi anak seusia dirinya menjadi terhalangi.
Pendidikan
yang
seharusnya
diterima
oleh
Pimenova,
sebagai
seorang
anak,
disubstitusikan oleh pendidikan dari dunia yang bukan miliknya. Dunia Pimenova ialah
dunia milik orang lain, ia tidak mengalami proses didiknya sewajarnya sebagai anak-anak.
Pimenova dipaksa untuk dewasa, menjadi perempuan dewasa yang tidak sama sekali
menunjukkan indentitas sebenarnya yang ia pilih.
Tulisan ini akan memakai obyek formal feminisme dengan titik tekannya pada teori
alienasi Alison Jaggar untuk membedah kasus Kristina Pimenova. Tiga aspek keterasingan
atas motherhood, seksualitas, dan intelektualitas milik Alison Jaggar menjadi titik tumpu
analisis di dalam tulisan ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalah diatas, dapat dirumuskan beberapa pokok
permasalahan yaitu sebagai berikut:
a. Apa yang dimaksud Alison Jaggar dengan alienasi seksual, motherhood dan
intelektual?
b. Bagaimana anlisis sistem alienasi Alison Jaggar dengan dunia permodelan
Kristina Pimenova?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Feminisme Sosialis dan Teori Alienasi Alison Jaggar
Feminisme sosialis muncul sebagai ketidakpuasan terhadap feminisme Marxis.
Feminisme sosialis lebih menekankan persoalan keterkaitan kapitalisme dalam
menumbuhkan patriaki. Feminisme sosialis berusaha menjelaskan cara kapitalisme
berinteraksi dengan patriaki secara jauh lebih buruk dari laki-laki. Meskipun dilain pihak
sosialis setuju dengan feminis Marxis bahwa pembebasan perempuan tergantung pada
penghapusan kapitalisme. Mereka mengklaim bahwa kapitalisme tidak dapat dihancurkan
apabila sistem patriaki masih berjaya. Kapitalisme akan hilang jika sistem patriaki juga
dihilangkan.
Salah satu kritik terhadap feminisme Marxis mucul dari pemikir Amerika, Alison
Jaggar. Melalui konsep alienasi Marxis ia membangun konstruksi pemikirannya. Mencoba
memahami oppresi terhadap wanita sebagai bentuk alienasi.
Alison Jaggar adalah seorang profesor dalam bidang filsafat dan kajian wanita di
Universitas Colorado. Jaggar juga seorang pendiri Society for Women in Philosophy, dan
juga mantan ketua American Philosophical Association Committee on the Status of
Women (http://www.cddc.vt.edu/feminism/Jaggar.html).
Ia dikenal luas sebagai
aktivis perempuan yang aktif, dan juga seorang akademisi yang konsen terhadap
permasalahan perempuan.
Sama seperti tokoh yang lainnya, Jaggar juga mengajukan satu konsep feminisme
yang representatif. Dalam bukunya Feminist Politics and Human Nature, ia
mengidentifikasi “alienasi” sebagai suatu konsep yang cukup kuat untuk mengakomodasi
pandangan utama feminis Marxis, radikal, bahkan liberal.
“contemporary feminists are united in their opposition to women’s opression, but
they differ not only in their views of how combat that oppression, but even in their
conception of what constitutes women’s oppression in contemporary society.
Liberal feminists, as we have seen, believe that women are oppressed in so far as
they suffer unjust discrimination: traditional Marxists believe that women are
opressed in their exclusion from public production; radical feminists see women’s
opression as consisting primarily in the universal male control of women’s sexual
and procreative capacities; while socialist feminist characterize women’s
opression in terms of a resived version of the Marxist theory of alienation” (Jaggar,
1983:353)
Sebagai seorang feminis sosialis Jaggar memahami alienasi Marxis dengan
sedemikian radikal. Untuk menjadi teralienasi seseorang tidak harus berpartisipasi
langsung dalam hubungan produksi kapitalis. Jika pada teori Marxis bentuk alienasi
seseorang berupa hubungan subordinat pekerja dengan majikannya, Jaggar memahami
alienasi dengan cara yang lebih komprehensif dari sudut pandang
feminisme.
Bagaimanapun bentuk relasinya, perempuan akan selalu teralienasi. Tidak hanya
perempuan yang tidak mendapat upah (tidak bekerja di sektor publik) yang teralienasi
tetapi perempuan yang mendapat upah juga teralienasi.
Pembahasan tentang alienasi Jaggar di atur dalam rubrik seksualitas, motherhood,
dan intelektual. Sama seperti buruh yang dialienasi atau dipisahkan dari produk yang
dikerjakannya, seorang perempuan juga dialienasi dari produk yang dihasilkannya (tubuh).
Seorang perempuan yang bersikeras melakukan diet, mempercantik tubuhnya dan
berpakaian untuk menyenangkan diri, akan tetapi pada kenyataanya, ia membentuk dan
menghias tubuhnya untuk kenikmatan laki-laki. Seorang perempuan bahkan memiliki
sedikit hak bicara mengenai dimana, bagian apa dan dimana tubuhnya akan digunakan,
karena tubuhnya tersebut dapat dipakai atau dimanfaatkan tanpa izin darinya melalui
berbagai tindakan seperti pemerkosaan, atau tindakan seseorang yang berdiri di pojok dan
memandangi semua gadis yang melaluinya. Dalam tingkatan yang sama, buruh juga
teralienasi, dimana tubuhnya mulai terasa seperti benda semata, sekedar mesin untuk
mengeluarkan tenaga untuk mengahasilkan produksi.
Motherhood, sebagaimana seksualitas, juga merupakan bagian alienasi bagi
perempuan, menurut Jaggar seorang perempuan dalienasi dari produk pekerjaan
produksinya ketika orang lan dan bukan dirinya sendiri yang memutuskan, misalnya
berapa jumlah anak yang ia kandung. Dalam masyarakat yang tenaga kerja anak-anaknya
dimanfaatkan sebanyak tenaga kerja orang dewasa, perempuan ditekan hamil sebanyak
mungkin selama fisiknya masih memungkinkan. Dalam masyarakat yang anak-anak
dipandang beban ekonomi, perempuan dicegah untuk memiliki anak sebanyak yang
diinginkan. Banyak perempuan dipaksa untuk melakukan aborsi atau sterilisasi.
Jaggar menjelaskan bagaimana praktek pengasuhan anak pada masa kini hingga
pada akhirnya mengalienasi atau mengasingkan ibu dari anak-anaknya.
“the extreme mutual dependence of mothers and child encourages the mother to
define the child primarily with reference to her own needs for meaning, love and
social recognition. She sees the child as her product, as something that should
improve her life and that often instead stands againts her, as something of supreme
value, that is held cheap by society. The social relations of contemporary
motherhood make it impossible for her to see the child as a whole person, part of a
larger community to which both mother and child belong” (Jaggar, 1983:315)
Berdasarkan
kutipan
dari
buku
Jaggar
diatas,
dapat
diartikan
bahwa
kebergantungan mutual yang sangat ekstrim antara ibu dan anaknya mendorong ibu untuk
mendifinisi anak-anaknya semata-mata dengan mengacu kepada kebutuhannya sendiri
untuk mendapatkan pengakuan, baik dalam hal makna, cinta maupun pengakuan sosial.
Seorang ibu akan melihat anaknya sebagai produknya, sesuatu yang harus memperbaiki
hidupnya. Hubungan sosial dari motherhood kontemporer memungkinkan perempuan
untuk melihat anak sebagai seorang yang lengkap, bagian dari komunitas yang lebih besar,
baik anak maupun ibu adalah bagian dari komunitas itu sendiri.
Salah satu ciri yang paling menyedihkan atas alienasi ibu dari anaknya adalah
ketidakmampuannya untuk melihat anaknya sebagai manusia yang sama dengan
ketidakmampuan sang anak untuk melihat ibunya sebagai manusia. beradasarkan feminis
psikoanalisa, jaggar menggambarkan bagaimana anak-anak secara perlahan memandang
ibunya bukan sebagai manusia, melainkan sebagai objek yang melakukan terlalu banyak
hal untuk mereka. Selain memisahkan ibu dan anak motherhood masa kini juga menarik
batas antara ibu dan ayah. Adanya pertengkaran antara ibu dan ayah, dimana ayah terlalu
banyak menuntut dan menetapkan aturan dalam rumah tangga, dan ibu yang merasa kesal
dalam melaksanakannya.
Menurut Jaggar, pada akhirnya perempuan bukan hanya teralienasi dari
seksualitasnya, dan dari produk dan proses motherhood, perempuan juga teralienasi dari
kapasitas intelektualnya. Kondisi dapat kita temukan ketika seorang perempuan dibuat
untuk merasa sangat tidak yakin akan dirinya sendiri, ia ragu mengungkapkan
pemikirannya di depan publik, karena takut pandangannya tidak layak untuk diungkapkan.
Ia takut akan disoroti sebagai orang yang hanya berpura-pura memiliki dan bukan pemilik
yang sungguh-sungguh dari pengetahuan. Selama laki-laki yang menetapkan kerangka
pemikiran dan wacana, perempuan tidak akan pernah merasa nyaman.
Jaggar menekankan bahwa perempuan harus memahami di dalam struktur patriarki
kapitalis abad 20 ini, opresi terhadap perempuan mewujud dalam alienasi perempuan dari
segala sesuatu dan dari setiap orang, terutama dirinya sendiri (Jaggar, 1983:317). Apabila
perempuan memahami sumber intelektual sesungguhnya dari kebahagiaan mereka, maka
perempuan akan berada di dalam posisi untuk melawannya.
A. Kristina Pimenova dan Kapitalisme: Potret Perempuan Teralienasi
Kristina Pimenova adalah gadis cilik yang berasal dari Rusia, di umurnya yang
masih belia yaitu sembilan tahun, ia telah memiliki karier yang sukses dalam dunia
modelling, bahkan ia digadang-gadangkan sebagai wanita tercantik di dunia. Pimenova
memulai kariernya semenjak ia berusia tiga tahun. Bakat modelling yang ia miliki
diturunkan dari ibunya yang juga seorang model, dimana ketika waktu kecil ia ikut dengan
ibunya, banyak yang mengatakan bahwa Pimenova cantik. Akhirnya ibunya pun mencoba
peruntungan Pimenova di dunia modelling. Tak disangka anaknya menyukai profesi
barunya, terutama ketika berjalan di panggung catwalk fashion show.
Ketika Kristina mengenakan busana anak-anak, dalam menjalani sesi foto, dia tetap
harus mengenakan riasan wajah yang kadang mengundang komentar dari para followernya
di media sosial. Ketenaran yang diraih oleh bocah ini juga menimbulkan banyak komentar.
Beberapa orang menilai bahwa gadis kecil ini rawan menjadi korban predator online. Pose
Kristina yang mengenakan hot pants atau rok pendek dinilai tak pantas.
Fenomena tersebut terjadi dalam sebuah dunia dimana kapitalisme menjadi
nahkoda dari setiap gerak kehidupan. Kristina Pimenova yang seorang model cilik, adalah
salah satu bagian kecil individu perempuan yang terkungkung struktur ekonomi kapitalis.
Kapitalisme
memaksa
aktivitas
kerja
Pimenova,
tidak
menciptakan
kesadaran
kemanusiaan. Singkatnya Pimenova teralienasi. Pekerjaan yang intinya untuk menjadikan
diri manusia nyata (Magnis, 2005:890), tidak dapat terjadi ketika struktur kapitalisme
mengendalikan segalanya.
Lalu bagaimana fenomena tersebut dapat dijelaskan secara lebih rinci melalui
konsep Alison Jaggar tentang alienasi yang diturunkan dari teori Marxis tentang hal
serupa. Penjelasan tersebut menjadi penting kaitanya dengan kredo feminisme untuk
membongkar setiap fenomena kehidupan yang di dalamnya perempuan tanpa sadar
ditempatkan secara subordinat dari laki-laki oleh konstruksi patriarki.
Untuk menjawab pertanyaan pada paragraf sebelumnya, akan dijelaskan terlebih
dahulu bagaimana tipologi kapitalisme yang membuat perempuan tidak memiliki
kesadaran tentang dirinya. Lalu dari penjelasan tersebut beralih pada pokok soal alienasi
dalam kapitalisme, yang kemudian difahami secara radikal oleh Alison Jaggar. Setelah
mengutarakan itu kemudian akan masuk secara lebih khusus dengan menggunakan 3
pokok teori alienasi Alison, untuk membaca fenomena kasus Pimenova.
Asumsi dasar yang diyakini para feminis Marxis dan sosialis adalah segala opresi
perempuan sesungguhnya bukanlah pilihan individualnya. Melainkan produk dari struktur
sosial, ekonomi, dan politik tempat individu itu hidup (Tong, 2010:139). Melalui asumsi
dasar tersebut lalu bisa kita fahami bahwa kasus Pimenova, terkait dengan pilihanya untuk
menjadi model cilik, sebenarnya adalah tekanan dari sebuah struktur ekonomi yang
berkembang era ini, yaitu kapitalisme. Kasus Pimenova akhirnya harus difahami melalui
sebuah analisis struktural tentang kapitalisme, yang mampu menghilangkan pilihan bebas
individu digantikan oleh paksaan memilih melalui struktur yang menekan tanpa disadari.
Hal diatas terkait dengan konsepsi dasar marx tentang modus produksi dari
kehidupan sosial, ekonomi, politik, menentukan kesadaran eksistensi manusia. Manusia
tidak menentukan kesadarannya secara benar-benar bebas dari struktur.
Terkait dengan uraian tersebut, struktur kapitalisme yang menguasai kehidupan
dewasa ini adalah akibat dari sifat dasar kapitalisme, sebagai hubungan kekuasaan yang
eksploitatif. Manusia dieksploitasi oleh struktur ekonomi.
Dalam proses eksploitasi tersebut manusia teralienasi dari produk kerjanya. Tanpa
sebuah upah yang memadai manusia dieksploitasi tenaganya. Dalam hal ini perempuan
yang seringkali menjadi buruh juga teralienasi.
Teori marx tentang alienasi yang buta gender dibaca kembali secara radikal oleh
Alison Jaggar. Sebagaimana yang telah dipaparkan pada poin sebelumnya bahwa
perempuan teralienasi bukan hanya ketika ia berpartisipasi langsung dalam hubungan
produksi kapitalis. Bentuk alienasi perempuan adalah akibat struktur kapitalisme yang
telah jauh mengakar dalam sendi-sendi kehidupan. Klaim Jaggar adalah, bukan hanya
perempuan tanpa upah yang teralienasi tetapi juga perempuan yang mempunyai upah juga
teralienasi. Dengan bantuan sistem patriarki, menurut Jaggar perempuan akan selalu
teralienasi bagaimanapun bentuk relasinya.
Kasus Pimenova jika dilihat dari pandangan Alison merepresentasikan sosok
perempuan yang teralinasi sebagai pekerja, walapaun dia memiliki upah yang mencukupi.
Kemudian Alison menjelaskan lebih lanjut konsepnya tentang alienasi dalam tiga pokok
soal, seksual, motherhood, dan intelektual
Alienasi seksual terjadi ketika secara tak sadar perempuan berusaha tampil
semaksimal mungkin untuk mendapatkan “male gaze”, sejalan dengan usaha yang
dilakukan atas tubuhnya. Perempuan mendapatkan persetujuan dan pengesahan dari lakilaki. Sebab ia gagal memahami kebertubuhnya sebagai dasar identitasnya. Ketika
kebertubuhan tidak dipahami dalam konteks kepentingannya dalam membangun identitas,
maka kebertubuhan hanya menjadi objek yang harus diperindah bagi laki-laki dan bagi
dirinya sendiri. Menurut Alison Jaggar:
Seorang perempuan dialienasi dari produk yang dihasilkannya—tubuhnya.
Seorang perempuan mungkin dapat bersikeras bahwa ia melakukan diet, latihan,
dan berpakaian untuk menyenangkan diri, tetapi pada kenyataannya, ia
membentuk dan menghias tubuhnya untuk kenikmatan laki-laki. (Tong,
2003:182)
Dengan dinobatkannya Pimenova sebagai gadis tercantik membuat gadis berusia
sembilan tahun tersebut tentu merasa puas—secara semu. Terlebih dari sisi material ia
mendapat banyak keuntungan dengan menjadi model terkenal, fotonya menjadi sampul
majalah fashion ternama dan memiliki banyak penggemar dengan jutaan followers. Dalam
kondisi tersebut sebenarnya Pimenova sedang teralienasi seksualnya, dalam hal ini tubuh.
Tubuhnya diatur sedemikian rupa agar memenuhi selera pasar dalam kapitalisme. Apa
yang dilihat dalam tubuh Pimenova, bukanlah keinginan pribadinya, akan tetapi tuntutan
dari stuktur kapilisme yang mewujud melalui bisnis modelling, yang tentu tidak
memperbolehkan seseorang tampil seadanya. Sejalan dengan usaha yang dilakukan
Pimenova untuk memperindah tubuhnya, akhirnya tubuhnya hanya menjadi objek lakilaki.
Ketika Pimenova diarahkan menjadi model oleh ibunya. Sesunguhnya telah terjadi
alienasi bentuk ke dua yaitu motherhood. Kebergantungan mutual yang sangat ekstrim
antara ibu dan anaknya mendorong ibu untuk mendifinisi anak-anaknya semata-mata
dengan mengacu kepada kebutuhannya sendiri untuk mendapatkan pengakuan, baik dalam
hal makna, cinta maupun pengakuan sosial. Seorang ibu akan melihat anaknya sebagai
produknya, sesuatu yang harus memperbaiki hidupnya. Hubungan sosial dari motherhood
yang seperti itu nyata dalam kasus Pimenova.
Sosok ibu yang juga ikut berperan dalam dunia modelling Pimenova, telah
memutuskan untuk membuat anaknya menjadi model. Pimenova tidak diberi kebebasan
untuk menetukan dirinya ingin jadi apa. Pimenova hanya dilihat sebagai objek yang
digunakan untuk meningkatkan status sosial sang ibu
. Ibu melihat Pimenova sebagai produk yang ia hasilkan dan harus tampil
sempurna, dan Pimenova yang meihat ibunya bukan sebagai manusia, tetapi objek yang
memintanya ini dan itu dengan semaunya. Ibu secara bebas menentukan nasib Pimenova.
Sehingga sebelum Piemenova mendifinisikan dirinya, sang ibu telah menentukan definisi
untuknya. Proses dehumanisasi ini muncul akibat keterdesakan ibu atas permintaan
patriarkal yang telah terstruktur dalam kapitalisme.
Akibatnya segala aspek kesadaran psikis keinginan pribadi seoarang anak
dikesampingkan. Marginalisasi kesadaran itu bukan karena keinginan individu melainkan
akibat kondisi sosial yang telah tertata rapi menjadi pola pikir masyarakat. Tentunya
terciptanya kondisi demikian tidak lepas dari dominasi peran maskulin dalam negara dan
pekerjaan, sedangkan perempuan hanyalah sebagai konsumen atas sebuah struktur yang
telah diciptakan.
Menurut Jaggar, pada akhirnya perempuan bukan hanya teralienasi dari
seksualitasnya, dan dari produk dan proses motherhood, perempuan juga teralienasi dari
kapasitas intelektualnya. Kondisi dapat kita temukan ketika seorang perempuan dibuat
untuk merasa sangat tidak yakin akan dirinya sendiri, ia ragu mengungkapkan
pemikirannya di depan publik, karena takut pandangannya tidak layak untuk diungkapkan.
Bentuk alienasi ketiga tersebut, dalam kasus Pimenova terjadi ketika seorang anak seusia
Pimenova tidak berpikiran seumumya anak pada usia itu. Apa yang dipikirkan dan
kemudian dikatanya sebenarnya adalah sebuah pikiran yang lahir dari struktur kapitalisme.
Tidak mungkin anak seusia 9 tahun berpikir bahwa dia harus merawat pahanya,
dan memakai hot pants, agar difoto menarik. Tentu kita semua tahu itu bukan pikiran anak
usia 9 tahun tapi itu pikiran struktur kapitalisme yang mewujud dalam dunia modelling
yang digeluti Pimenova.
Jika pada umumnya anak-anak memperoleh pengetahuan yang sewajarnya untuk
anak seusianya, Pimenova harus mencerna pengetahuan dari dunia yang bukan miliknya.
Pimenova dididik untuk menjadi model. Sebuah profesi yang tidak sewajarnya digeluti
anak seusianya, Pimenova dipaksa untuk dewasa, menjadi perempuan dewasa yang tidak
sama sekali menunjukkan indentitas sebenarnya yang ia pilih. Akibatnya ia kini kembali
teralienasi. Secara intelektual, ia terasingkan karena dunianya sendiri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Praktik kapitalisme telah mengendalikan kesadaran manusia. Salah satu indikator
hal itu dapat dilihat melalui fenomena pekerjaan. Pekerjaan yang seharusnya dapat
menjadikan manusia utuh justru mengalienasi mereka. Feminisme Sosialis melihat
alienasi Marxis sebagai titik tolak gagasannya. Konsep alienasi Marxis ditangan
Jaggar tidak hanya dipahami sebagai bentuk keterasingan dalam lingkaran kerja
kapitalis. Akan tetapi setiap perempuan yang gagal memahami kesadaran dirinya
secara utuh atas kebertubuhannya juga akan teralienasi. Alienasi dalam
pemahaman seperti itu terjadi dalam tiga cara, seksualitas, motherhood, dan
intelektualitas.
2. Kasus Kristina Pimenova merupakan potret perempuan yang teralienasi dalam
kapitalisme yang tak kunjung menemukan kediriannnya sebagai seorang
perempuan. Struktur kapitalisme membentuk dirinya menjadi perempuan yang
sesuai selera pasar.
DAFTAR PUSTAKA
Jaggar, Alison M. 1983. Feminist Politics and Human Nature. United Stated Of America:
The Harvetes Press
Suseno, Frans-Magnis, 2005, Karl Marx dari Sosialisme Utopis ke Revisionisme, Jakarta
Gramedia.
Tong, Rosemarie Putnam, 2010, Feminist Thought, Yogyakarta, Jalasutra.
(http://www.cddc.vt.edu/feminism/Jaggar.html). diakses tanggal 6 Desember 2014.
http://female.kompas.com/read/2014/12/01/212900120/
Model.Berusia.9.Tahun.Ini.Digadang.sebagai.Gadis.Cilik.Tercantik.di.Dunia
diakses tanggal 6 Desember 2014.
Fenomena Model Cilik Kristena Pimenova Ditinjau dari Teori
Alienasi Alison Jaggar
Disusun Oleh:
1. M. Zaadul Haq
12/335951/FI/03732
2. Ridwan Firdaus
12/335928/FI/03730
3. Syafrida Putri Yeni
12/337965/FI/03737
FAKULTAS FILSAFAT
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengantar
Kapitalisme telah mengakar jauh ke sendi kehidupan manusia. Ia menampar tidak
hanya sistem ekonomi masyarakat, tetapi lebih jauh ia mendaur ulang kebudayaan manusia
lengkap dengan pengetahuan manusia di dalamnya. Kapitalisme akan melakukan berbagai
cara demi terjaganya ideologi yang dibawanya. Berangkat dari kepentingan untuk
mengubah sistem perekonomian, pada akhirnya ia pun mengubah apapun yang tersisa di
dunia dan berpotensi untuk dapat diubah. Di dalam melancarkan tujuannya, kapitalisme
menggunakan beragam cara agar tujuannya itu dapat dicapai.
Akan tetapi di dalam prosesnya, konsekuensi logis dari kerja kapitalisme ialah
mengubah esensi kerja menjadi alienasi. Para pekerja yang membantu penyebaran proses
kapitalisme ini akhirnya mendapatkan keterasingan dari tindakan yang ia perbuat, serta
dari hasil kerjanya sendiri. Di era kontemporer, perempuan semakin banyak dipakai
sebagai bagian dari kerja kapitalisme. Kapitalisme membutuhkan bantuan gender agar
usahanya tersebut berhasil.
Salah satunya terjadi di dalam dunia permodelan. Dunia modelling merupakan
ladang subur bagi kapitalisme di dalam menelurkan benih-benih alienasi bagi sang model.
Di dalam hal ini, perempuan menjadi korban terbanyak dari proses alienatif ini. Alison
Jaggar (dalam Tong, 2006: 182) menyatakan bahwa alienasi tidak terjadi hanya pada
sistem produksi, tetapi terselubung pada seksualitas, motherhood¸dan intelektualitas.
Perempuan yang bergelut di bidang permodelan mengalami ketiga aspek alienasi tersebut,
tulisan ini akan mengarahkan ketiga aspek tersebut.
Terkait dengan model perempuan sebagai obyek pembahasan, baru-baru ini penulis
menemukan ada suatu kegegaran di dunia maya terkait kasus model perempuan. Seperti
yang dilansir dari situs (www.womandailymagazine.com) Kristena Pimenova, seorang
anak perempuan berusia sembilan tahun dinobatkan sebagai gadis tercantik di dunia. Tentu
saja hal tersebut tidak terlepas dari profesi yang ia geluti sebagai model cilik. Sejak usia
tiga tahun, ibu dari Pimenova sudah mendorongnya untuk terjun ke dalam dunia
entertaintment.
Ada beberapa poin yang dapat ditekankan dari kasus Pimenova tersebut. Hubungan
dirinya dengan sang ibu di dalam hal ini mengisyaratkan bahwa keduanya mengalami
proses keterasingan satu sama lain. Pimenova tidak merasakan bagaimana didikan seorang
ibu secara normal yang mengasuhnya di rumah, karena sejak kecil ia dituntut untuk
menjadi seorang model. Dengan demikian, ia jatuh di tangan asuhan siapa saja. Selain itu,
ibunya menganggap bahwa anak, yakni Pimenova, sebagai miliknya. Sehingga, ia dapat
menentukan nasib Pimenova semaunya, sesuai dengan apa yang dianggapnya baik,
meskipun justru kemauannya melanggengkan sistem patriarki dalam kehidupan sang anak.
Meski belum memiliki kesadaran seksual, tetapi model cilik asal Rusia tersebut
sudah memiliki potensi keterasingan seksual semenjak ia kecil. Prosesnya untuk tumbuh
sejak awal sebagai seorang perempuan sudah diarahkan sebelum ia dapat memilih
tubuhnya akan dijadikan dan digunakan apa. Penasbihannya sebagai gadis tercantik,
menegaskan bahwa identitas keperempuanannya sudah ditentukan, bahkan bukan oleh
dirinya sendiri. Selain itu, ancaman bagi tubuhnya semakin meningkat dengan eksploitasi
yang datang pada tubuhnya. Pimenova menjadi sangat rawan dari ancaman para pedfeel
yang melihat pose-pose cantiknya.
Kemudian, ia pun terasing secara intelektual. Proses pengembangan dirinya untuk
memperoleh pengetahuan yang sewajarnya bagi anak seusia dirinya menjadi terhalangi.
Pendidikan
yang
seharusnya
diterima
oleh
Pimenova,
sebagai
seorang
anak,
disubstitusikan oleh pendidikan dari dunia yang bukan miliknya. Dunia Pimenova ialah
dunia milik orang lain, ia tidak mengalami proses didiknya sewajarnya sebagai anak-anak.
Pimenova dipaksa untuk dewasa, menjadi perempuan dewasa yang tidak sama sekali
menunjukkan indentitas sebenarnya yang ia pilih.
Tulisan ini akan memakai obyek formal feminisme dengan titik tekannya pada teori
alienasi Alison Jaggar untuk membedah kasus Kristina Pimenova. Tiga aspek keterasingan
atas motherhood, seksualitas, dan intelektualitas milik Alison Jaggar menjadi titik tumpu
analisis di dalam tulisan ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalah diatas, dapat dirumuskan beberapa pokok
permasalahan yaitu sebagai berikut:
a. Apa yang dimaksud Alison Jaggar dengan alienasi seksual, motherhood dan
intelektual?
b. Bagaimana anlisis sistem alienasi Alison Jaggar dengan dunia permodelan
Kristina Pimenova?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Feminisme Sosialis dan Teori Alienasi Alison Jaggar
Feminisme sosialis muncul sebagai ketidakpuasan terhadap feminisme Marxis.
Feminisme sosialis lebih menekankan persoalan keterkaitan kapitalisme dalam
menumbuhkan patriaki. Feminisme sosialis berusaha menjelaskan cara kapitalisme
berinteraksi dengan patriaki secara jauh lebih buruk dari laki-laki. Meskipun dilain pihak
sosialis setuju dengan feminis Marxis bahwa pembebasan perempuan tergantung pada
penghapusan kapitalisme. Mereka mengklaim bahwa kapitalisme tidak dapat dihancurkan
apabila sistem patriaki masih berjaya. Kapitalisme akan hilang jika sistem patriaki juga
dihilangkan.
Salah satu kritik terhadap feminisme Marxis mucul dari pemikir Amerika, Alison
Jaggar. Melalui konsep alienasi Marxis ia membangun konstruksi pemikirannya. Mencoba
memahami oppresi terhadap wanita sebagai bentuk alienasi.
Alison Jaggar adalah seorang profesor dalam bidang filsafat dan kajian wanita di
Universitas Colorado. Jaggar juga seorang pendiri Society for Women in Philosophy, dan
juga mantan ketua American Philosophical Association Committee on the Status of
Women (http://www.cddc.vt.edu/feminism/Jaggar.html).
Ia dikenal luas sebagai
aktivis perempuan yang aktif, dan juga seorang akademisi yang konsen terhadap
permasalahan perempuan.
Sama seperti tokoh yang lainnya, Jaggar juga mengajukan satu konsep feminisme
yang representatif. Dalam bukunya Feminist Politics and Human Nature, ia
mengidentifikasi “alienasi” sebagai suatu konsep yang cukup kuat untuk mengakomodasi
pandangan utama feminis Marxis, radikal, bahkan liberal.
“contemporary feminists are united in their opposition to women’s opression, but
they differ not only in their views of how combat that oppression, but even in their
conception of what constitutes women’s oppression in contemporary society.
Liberal feminists, as we have seen, believe that women are oppressed in so far as
they suffer unjust discrimination: traditional Marxists believe that women are
opressed in their exclusion from public production; radical feminists see women’s
opression as consisting primarily in the universal male control of women’s sexual
and procreative capacities; while socialist feminist characterize women’s
opression in terms of a resived version of the Marxist theory of alienation” (Jaggar,
1983:353)
Sebagai seorang feminis sosialis Jaggar memahami alienasi Marxis dengan
sedemikian radikal. Untuk menjadi teralienasi seseorang tidak harus berpartisipasi
langsung dalam hubungan produksi kapitalis. Jika pada teori Marxis bentuk alienasi
seseorang berupa hubungan subordinat pekerja dengan majikannya, Jaggar memahami
alienasi dengan cara yang lebih komprehensif dari sudut pandang
feminisme.
Bagaimanapun bentuk relasinya, perempuan akan selalu teralienasi. Tidak hanya
perempuan yang tidak mendapat upah (tidak bekerja di sektor publik) yang teralienasi
tetapi perempuan yang mendapat upah juga teralienasi.
Pembahasan tentang alienasi Jaggar di atur dalam rubrik seksualitas, motherhood,
dan intelektual. Sama seperti buruh yang dialienasi atau dipisahkan dari produk yang
dikerjakannya, seorang perempuan juga dialienasi dari produk yang dihasilkannya (tubuh).
Seorang perempuan yang bersikeras melakukan diet, mempercantik tubuhnya dan
berpakaian untuk menyenangkan diri, akan tetapi pada kenyataanya, ia membentuk dan
menghias tubuhnya untuk kenikmatan laki-laki. Seorang perempuan bahkan memiliki
sedikit hak bicara mengenai dimana, bagian apa dan dimana tubuhnya akan digunakan,
karena tubuhnya tersebut dapat dipakai atau dimanfaatkan tanpa izin darinya melalui
berbagai tindakan seperti pemerkosaan, atau tindakan seseorang yang berdiri di pojok dan
memandangi semua gadis yang melaluinya. Dalam tingkatan yang sama, buruh juga
teralienasi, dimana tubuhnya mulai terasa seperti benda semata, sekedar mesin untuk
mengeluarkan tenaga untuk mengahasilkan produksi.
Motherhood, sebagaimana seksualitas, juga merupakan bagian alienasi bagi
perempuan, menurut Jaggar seorang perempuan dalienasi dari produk pekerjaan
produksinya ketika orang lan dan bukan dirinya sendiri yang memutuskan, misalnya
berapa jumlah anak yang ia kandung. Dalam masyarakat yang tenaga kerja anak-anaknya
dimanfaatkan sebanyak tenaga kerja orang dewasa, perempuan ditekan hamil sebanyak
mungkin selama fisiknya masih memungkinkan. Dalam masyarakat yang anak-anak
dipandang beban ekonomi, perempuan dicegah untuk memiliki anak sebanyak yang
diinginkan. Banyak perempuan dipaksa untuk melakukan aborsi atau sterilisasi.
Jaggar menjelaskan bagaimana praktek pengasuhan anak pada masa kini hingga
pada akhirnya mengalienasi atau mengasingkan ibu dari anak-anaknya.
“the extreme mutual dependence of mothers and child encourages the mother to
define the child primarily with reference to her own needs for meaning, love and
social recognition. She sees the child as her product, as something that should
improve her life and that often instead stands againts her, as something of supreme
value, that is held cheap by society. The social relations of contemporary
motherhood make it impossible for her to see the child as a whole person, part of a
larger community to which both mother and child belong” (Jaggar, 1983:315)
Berdasarkan
kutipan
dari
buku
Jaggar
diatas,
dapat
diartikan
bahwa
kebergantungan mutual yang sangat ekstrim antara ibu dan anaknya mendorong ibu untuk
mendifinisi anak-anaknya semata-mata dengan mengacu kepada kebutuhannya sendiri
untuk mendapatkan pengakuan, baik dalam hal makna, cinta maupun pengakuan sosial.
Seorang ibu akan melihat anaknya sebagai produknya, sesuatu yang harus memperbaiki
hidupnya. Hubungan sosial dari motherhood kontemporer memungkinkan perempuan
untuk melihat anak sebagai seorang yang lengkap, bagian dari komunitas yang lebih besar,
baik anak maupun ibu adalah bagian dari komunitas itu sendiri.
Salah satu ciri yang paling menyedihkan atas alienasi ibu dari anaknya adalah
ketidakmampuannya untuk melihat anaknya sebagai manusia yang sama dengan
ketidakmampuan sang anak untuk melihat ibunya sebagai manusia. beradasarkan feminis
psikoanalisa, jaggar menggambarkan bagaimana anak-anak secara perlahan memandang
ibunya bukan sebagai manusia, melainkan sebagai objek yang melakukan terlalu banyak
hal untuk mereka. Selain memisahkan ibu dan anak motherhood masa kini juga menarik
batas antara ibu dan ayah. Adanya pertengkaran antara ibu dan ayah, dimana ayah terlalu
banyak menuntut dan menetapkan aturan dalam rumah tangga, dan ibu yang merasa kesal
dalam melaksanakannya.
Menurut Jaggar, pada akhirnya perempuan bukan hanya teralienasi dari
seksualitasnya, dan dari produk dan proses motherhood, perempuan juga teralienasi dari
kapasitas intelektualnya. Kondisi dapat kita temukan ketika seorang perempuan dibuat
untuk merasa sangat tidak yakin akan dirinya sendiri, ia ragu mengungkapkan
pemikirannya di depan publik, karena takut pandangannya tidak layak untuk diungkapkan.
Ia takut akan disoroti sebagai orang yang hanya berpura-pura memiliki dan bukan pemilik
yang sungguh-sungguh dari pengetahuan. Selama laki-laki yang menetapkan kerangka
pemikiran dan wacana, perempuan tidak akan pernah merasa nyaman.
Jaggar menekankan bahwa perempuan harus memahami di dalam struktur patriarki
kapitalis abad 20 ini, opresi terhadap perempuan mewujud dalam alienasi perempuan dari
segala sesuatu dan dari setiap orang, terutama dirinya sendiri (Jaggar, 1983:317). Apabila
perempuan memahami sumber intelektual sesungguhnya dari kebahagiaan mereka, maka
perempuan akan berada di dalam posisi untuk melawannya.
A. Kristina Pimenova dan Kapitalisme: Potret Perempuan Teralienasi
Kristina Pimenova adalah gadis cilik yang berasal dari Rusia, di umurnya yang
masih belia yaitu sembilan tahun, ia telah memiliki karier yang sukses dalam dunia
modelling, bahkan ia digadang-gadangkan sebagai wanita tercantik di dunia. Pimenova
memulai kariernya semenjak ia berusia tiga tahun. Bakat modelling yang ia miliki
diturunkan dari ibunya yang juga seorang model, dimana ketika waktu kecil ia ikut dengan
ibunya, banyak yang mengatakan bahwa Pimenova cantik. Akhirnya ibunya pun mencoba
peruntungan Pimenova di dunia modelling. Tak disangka anaknya menyukai profesi
barunya, terutama ketika berjalan di panggung catwalk fashion show.
Ketika Kristina mengenakan busana anak-anak, dalam menjalani sesi foto, dia tetap
harus mengenakan riasan wajah yang kadang mengundang komentar dari para followernya
di media sosial. Ketenaran yang diraih oleh bocah ini juga menimbulkan banyak komentar.
Beberapa orang menilai bahwa gadis kecil ini rawan menjadi korban predator online. Pose
Kristina yang mengenakan hot pants atau rok pendek dinilai tak pantas.
Fenomena tersebut terjadi dalam sebuah dunia dimana kapitalisme menjadi
nahkoda dari setiap gerak kehidupan. Kristina Pimenova yang seorang model cilik, adalah
salah satu bagian kecil individu perempuan yang terkungkung struktur ekonomi kapitalis.
Kapitalisme
memaksa
aktivitas
kerja
Pimenova,
tidak
menciptakan
kesadaran
kemanusiaan. Singkatnya Pimenova teralienasi. Pekerjaan yang intinya untuk menjadikan
diri manusia nyata (Magnis, 2005:890), tidak dapat terjadi ketika struktur kapitalisme
mengendalikan segalanya.
Lalu bagaimana fenomena tersebut dapat dijelaskan secara lebih rinci melalui
konsep Alison Jaggar tentang alienasi yang diturunkan dari teori Marxis tentang hal
serupa. Penjelasan tersebut menjadi penting kaitanya dengan kredo feminisme untuk
membongkar setiap fenomena kehidupan yang di dalamnya perempuan tanpa sadar
ditempatkan secara subordinat dari laki-laki oleh konstruksi patriarki.
Untuk menjawab pertanyaan pada paragraf sebelumnya, akan dijelaskan terlebih
dahulu bagaimana tipologi kapitalisme yang membuat perempuan tidak memiliki
kesadaran tentang dirinya. Lalu dari penjelasan tersebut beralih pada pokok soal alienasi
dalam kapitalisme, yang kemudian difahami secara radikal oleh Alison Jaggar. Setelah
mengutarakan itu kemudian akan masuk secara lebih khusus dengan menggunakan 3
pokok teori alienasi Alison, untuk membaca fenomena kasus Pimenova.
Asumsi dasar yang diyakini para feminis Marxis dan sosialis adalah segala opresi
perempuan sesungguhnya bukanlah pilihan individualnya. Melainkan produk dari struktur
sosial, ekonomi, dan politik tempat individu itu hidup (Tong, 2010:139). Melalui asumsi
dasar tersebut lalu bisa kita fahami bahwa kasus Pimenova, terkait dengan pilihanya untuk
menjadi model cilik, sebenarnya adalah tekanan dari sebuah struktur ekonomi yang
berkembang era ini, yaitu kapitalisme. Kasus Pimenova akhirnya harus difahami melalui
sebuah analisis struktural tentang kapitalisme, yang mampu menghilangkan pilihan bebas
individu digantikan oleh paksaan memilih melalui struktur yang menekan tanpa disadari.
Hal diatas terkait dengan konsepsi dasar marx tentang modus produksi dari
kehidupan sosial, ekonomi, politik, menentukan kesadaran eksistensi manusia. Manusia
tidak menentukan kesadarannya secara benar-benar bebas dari struktur.
Terkait dengan uraian tersebut, struktur kapitalisme yang menguasai kehidupan
dewasa ini adalah akibat dari sifat dasar kapitalisme, sebagai hubungan kekuasaan yang
eksploitatif. Manusia dieksploitasi oleh struktur ekonomi.
Dalam proses eksploitasi tersebut manusia teralienasi dari produk kerjanya. Tanpa
sebuah upah yang memadai manusia dieksploitasi tenaganya. Dalam hal ini perempuan
yang seringkali menjadi buruh juga teralienasi.
Teori marx tentang alienasi yang buta gender dibaca kembali secara radikal oleh
Alison Jaggar. Sebagaimana yang telah dipaparkan pada poin sebelumnya bahwa
perempuan teralienasi bukan hanya ketika ia berpartisipasi langsung dalam hubungan
produksi kapitalis. Bentuk alienasi perempuan adalah akibat struktur kapitalisme yang
telah jauh mengakar dalam sendi-sendi kehidupan. Klaim Jaggar adalah, bukan hanya
perempuan tanpa upah yang teralienasi tetapi juga perempuan yang mempunyai upah juga
teralienasi. Dengan bantuan sistem patriarki, menurut Jaggar perempuan akan selalu
teralienasi bagaimanapun bentuk relasinya.
Kasus Pimenova jika dilihat dari pandangan Alison merepresentasikan sosok
perempuan yang teralinasi sebagai pekerja, walapaun dia memiliki upah yang mencukupi.
Kemudian Alison menjelaskan lebih lanjut konsepnya tentang alienasi dalam tiga pokok
soal, seksual, motherhood, dan intelektual
Alienasi seksual terjadi ketika secara tak sadar perempuan berusaha tampil
semaksimal mungkin untuk mendapatkan “male gaze”, sejalan dengan usaha yang
dilakukan atas tubuhnya. Perempuan mendapatkan persetujuan dan pengesahan dari lakilaki. Sebab ia gagal memahami kebertubuhnya sebagai dasar identitasnya. Ketika
kebertubuhan tidak dipahami dalam konteks kepentingannya dalam membangun identitas,
maka kebertubuhan hanya menjadi objek yang harus diperindah bagi laki-laki dan bagi
dirinya sendiri. Menurut Alison Jaggar:
Seorang perempuan dialienasi dari produk yang dihasilkannya—tubuhnya.
Seorang perempuan mungkin dapat bersikeras bahwa ia melakukan diet, latihan,
dan berpakaian untuk menyenangkan diri, tetapi pada kenyataannya, ia
membentuk dan menghias tubuhnya untuk kenikmatan laki-laki. (Tong,
2003:182)
Dengan dinobatkannya Pimenova sebagai gadis tercantik membuat gadis berusia
sembilan tahun tersebut tentu merasa puas—secara semu. Terlebih dari sisi material ia
mendapat banyak keuntungan dengan menjadi model terkenal, fotonya menjadi sampul
majalah fashion ternama dan memiliki banyak penggemar dengan jutaan followers. Dalam
kondisi tersebut sebenarnya Pimenova sedang teralienasi seksualnya, dalam hal ini tubuh.
Tubuhnya diatur sedemikian rupa agar memenuhi selera pasar dalam kapitalisme. Apa
yang dilihat dalam tubuh Pimenova, bukanlah keinginan pribadinya, akan tetapi tuntutan
dari stuktur kapilisme yang mewujud melalui bisnis modelling, yang tentu tidak
memperbolehkan seseorang tampil seadanya. Sejalan dengan usaha yang dilakukan
Pimenova untuk memperindah tubuhnya, akhirnya tubuhnya hanya menjadi objek lakilaki.
Ketika Pimenova diarahkan menjadi model oleh ibunya. Sesunguhnya telah terjadi
alienasi bentuk ke dua yaitu motherhood. Kebergantungan mutual yang sangat ekstrim
antara ibu dan anaknya mendorong ibu untuk mendifinisi anak-anaknya semata-mata
dengan mengacu kepada kebutuhannya sendiri untuk mendapatkan pengakuan, baik dalam
hal makna, cinta maupun pengakuan sosial. Seorang ibu akan melihat anaknya sebagai
produknya, sesuatu yang harus memperbaiki hidupnya. Hubungan sosial dari motherhood
yang seperti itu nyata dalam kasus Pimenova.
Sosok ibu yang juga ikut berperan dalam dunia modelling Pimenova, telah
memutuskan untuk membuat anaknya menjadi model. Pimenova tidak diberi kebebasan
untuk menetukan dirinya ingin jadi apa. Pimenova hanya dilihat sebagai objek yang
digunakan untuk meningkatkan status sosial sang ibu
. Ibu melihat Pimenova sebagai produk yang ia hasilkan dan harus tampil
sempurna, dan Pimenova yang meihat ibunya bukan sebagai manusia, tetapi objek yang
memintanya ini dan itu dengan semaunya. Ibu secara bebas menentukan nasib Pimenova.
Sehingga sebelum Piemenova mendifinisikan dirinya, sang ibu telah menentukan definisi
untuknya. Proses dehumanisasi ini muncul akibat keterdesakan ibu atas permintaan
patriarkal yang telah terstruktur dalam kapitalisme.
Akibatnya segala aspek kesadaran psikis keinginan pribadi seoarang anak
dikesampingkan. Marginalisasi kesadaran itu bukan karena keinginan individu melainkan
akibat kondisi sosial yang telah tertata rapi menjadi pola pikir masyarakat. Tentunya
terciptanya kondisi demikian tidak lepas dari dominasi peran maskulin dalam negara dan
pekerjaan, sedangkan perempuan hanyalah sebagai konsumen atas sebuah struktur yang
telah diciptakan.
Menurut Jaggar, pada akhirnya perempuan bukan hanya teralienasi dari
seksualitasnya, dan dari produk dan proses motherhood, perempuan juga teralienasi dari
kapasitas intelektualnya. Kondisi dapat kita temukan ketika seorang perempuan dibuat
untuk merasa sangat tidak yakin akan dirinya sendiri, ia ragu mengungkapkan
pemikirannya di depan publik, karena takut pandangannya tidak layak untuk diungkapkan.
Bentuk alienasi ketiga tersebut, dalam kasus Pimenova terjadi ketika seorang anak seusia
Pimenova tidak berpikiran seumumya anak pada usia itu. Apa yang dipikirkan dan
kemudian dikatanya sebenarnya adalah sebuah pikiran yang lahir dari struktur kapitalisme.
Tidak mungkin anak seusia 9 tahun berpikir bahwa dia harus merawat pahanya,
dan memakai hot pants, agar difoto menarik. Tentu kita semua tahu itu bukan pikiran anak
usia 9 tahun tapi itu pikiran struktur kapitalisme yang mewujud dalam dunia modelling
yang digeluti Pimenova.
Jika pada umumnya anak-anak memperoleh pengetahuan yang sewajarnya untuk
anak seusianya, Pimenova harus mencerna pengetahuan dari dunia yang bukan miliknya.
Pimenova dididik untuk menjadi model. Sebuah profesi yang tidak sewajarnya digeluti
anak seusianya, Pimenova dipaksa untuk dewasa, menjadi perempuan dewasa yang tidak
sama sekali menunjukkan indentitas sebenarnya yang ia pilih. Akibatnya ia kini kembali
teralienasi. Secara intelektual, ia terasingkan karena dunianya sendiri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Praktik kapitalisme telah mengendalikan kesadaran manusia. Salah satu indikator
hal itu dapat dilihat melalui fenomena pekerjaan. Pekerjaan yang seharusnya dapat
menjadikan manusia utuh justru mengalienasi mereka. Feminisme Sosialis melihat
alienasi Marxis sebagai titik tolak gagasannya. Konsep alienasi Marxis ditangan
Jaggar tidak hanya dipahami sebagai bentuk keterasingan dalam lingkaran kerja
kapitalis. Akan tetapi setiap perempuan yang gagal memahami kesadaran dirinya
secara utuh atas kebertubuhannya juga akan teralienasi. Alienasi dalam
pemahaman seperti itu terjadi dalam tiga cara, seksualitas, motherhood, dan
intelektualitas.
2. Kasus Kristina Pimenova merupakan potret perempuan yang teralienasi dalam
kapitalisme yang tak kunjung menemukan kediriannnya sebagai seorang
perempuan. Struktur kapitalisme membentuk dirinya menjadi perempuan yang
sesuai selera pasar.
DAFTAR PUSTAKA
Jaggar, Alison M. 1983. Feminist Politics and Human Nature. United Stated Of America:
The Harvetes Press
Suseno, Frans-Magnis, 2005, Karl Marx dari Sosialisme Utopis ke Revisionisme, Jakarta
Gramedia.
Tong, Rosemarie Putnam, 2010, Feminist Thought, Yogyakarta, Jalasutra.
(http://www.cddc.vt.edu/feminism/Jaggar.html). diakses tanggal 6 Desember 2014.
http://female.kompas.com/read/2014/12/01/212900120/
Model.Berusia.9.Tahun.Ini.Digadang.sebagai.Gadis.Cilik.Tercantik.di.Dunia
diakses tanggal 6 Desember 2014.