BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teo (2)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Landasan Teori

2.1.1

Manajemen Operasi
Operasi merupakan satu dari tiga fungsi utama pada setiap organisasi.

Operasi tidak dapat berdiri sendiri, melainkan harus selalu berhubungan dengan
fungsi - fungsi bisnis lainnya. Setiap perusahaan memiliki fungsi operasi, oleh
karena itu manajemen di dalam fungsi operasi sangat diperlukan dalam
pelaksanaan, pengaturan dan pengawasan semua proses produksi agar organisasi
dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Terdapat beberapa pendapat menurut para
ahli mengenai pengertian manajemen operasi, diantaranya :
Pengertian manajemen operasi menurut Heizer dan Render (2015:3),
yaitu:
“Manajemen Operasi merupakan serangkaian aktivitas yang menghasilkan

nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah masukan menjadi
hasil.”
Pengertian lainnya menurut Roger G. Schroeder (2011), yaitu:
“Operation management is defined as decisions with other function all
operation can be viewed as a transformation system that converts inputs
into outputs.”
Artinya :
“Manajemen operasi sebagai pembuat keputusan dengan semua fungsi
operasi lainnya dapat dilihat sebagai sistem transformasi yang mengubah
masukan-masukan menjadi keluaran.”
Sedangkan menurut Sofjan Assauri (2008:19), yaitu :
“Manajemen

operasi

adalah

kegunaan

untuk


mengatur

dan

mengkoordinasikan penggunaan sumber-sumber daya yang berupa sumber
daya manusia, sumber daya alat, dan sumber daya dana, serta bahan secara

11

12

efektif dan efisien untuk menciptakan dan menambah kegunaan (utility)
suatu barang atau jasa.”
Berdasarkan beberapa pengertian para ahli diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa manajemen operasi adalah suatu aktivitas mengubah input menjadi output
dengan mengatur dan mengkoordinasikan semua sumber daya yang dimiliki
secara efektif dan efisien lalu diubah ke dalam bentuk berupa barang atau jasa.

2.1.2


Ruang Lingkup Manajemen Operasi
Secara umum, produksi adalah suatu proses penciptaan barang dan jasa

(Heizer dan Render, 2015:3). Pada awalnya hanya lingkungan manufaktur yang
seringkali menggunakan istilah produksi karena kegiatan lingkungan manufaktur
addalah menghasilkan suatu keluaran atau output produk berupa barang. Namun
semakin berkembangnya ilmu pengetahuan terjadi perluasan terhadap makna
produksi. Dalam bukunya Sumayang (2003:4), menjelaskan istilah manajemen
produksi berubah menjadi manajemen operasi seiring dengan pengembangan
produk jasa yang jauh lebih mencolok bila dibandingkan dengan produk
pabrikasi, sehingga orientasi menajamen operasi menjadi lebih luas bukan saja
pada bidang pabrikasi tetapi juga pada pengelolaan produk pelayanan dan jasa.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kegiatan produksi adalah salah satu bagian
dari fungsi operasi di dalam suatu organisasi yang merupakan tugas dari
manajemen operasi untuk mengaturnya. Menurut Heizer dan Render (2015:6),
ruang lingkup manajemen operasi berkaitan dengan pengoperasian sistem operasi,
pemilihan serta penyiapan sistem operasi yang meliputi sepuluh keputusan yaitu
sebagai berikut :
1. Desain barang dan jasa: menjelaskan apa yang diperlukan dari kegiatan

operasi pada masing-masing keputusan manajemen operasi. Misalkan,
desain produk biasanya menentukan batas bawah dari biaya dan batas atas
dari kualitas.
2. Pengelolaan kualitas: menentukan ekspektasi kualitas dari pelanggan dan
membuat kebijakan serta prosedur untuk mengidentifikasikan dan
mencapai kualitas tersebut

13

3. Desain proses dan kapasitas: menentukan seberapa baik barang dan jasa
dihasilkan dan menjalankan manajemen terhadap teknologi, kualitas, SDM
dan investasi modal yang spesifik yang menentukan struktur biaya dasar
perusahaan.
4. Strategi lokasi: mentukan dimana lokasi perusahaan akan beroperasi
dengan penilaian terkait kedekatan dengan pelanggan dan pemasok
sementara mempertimbangkan mengenai biaya, infrastruktur, dan aturan
pemerintah.
5. Strategi Tata Ruang : menentukan tata ruang fasilitas kerja yang dapat
menunjang dan memperlancar proses kerja.
6. Sumber daya manusia dan desain pekerjaan: menentukan bagaimana cara

untuk merekrut, memotivasi dan mempertahankan personel dengan bakat
dan kemampuan yang dibutuhkan.
7. Manajemen rantai pasokan: menentukan bagaimana mengintegrasikan
rantai pasokan ke dalam strategi perusahaan termasuk keputusankeputusan yang menentukan apa yang dibeli, dari siapa dan dengan
persyaratan apa.
8. Manajemen Persediaan: menetukan keputusan pemesanan dan penyediaan
persediaan dengan mempertimbangkan kapabilitas pemasok dan jadwal
produksi.
9. Penjadwalan: menentukan dan menerapkan jadwal jangka waktu
menengah dan pendek yang secara efektif dan efisien baik karyawan
maupun fasilitas, sementara memenuhi permintaan pelanggan.
10. Pemeliharaan: menentukan siapa yang dapat bertanggung jawab dalam
melakukan pemiliharan agar kualitas tetap terjaga.
Sedangkan menurut Sofjan Assauri (2008:27), ruang lingkup manajemen
produksi dan operasi akan mencakup dua hal yaitu perancangan atau penyiapan
sistem produksi dan operasi serta pengoperasian dari sistem produksi dan operasi.
Penjelasan dalam perancangan atau penyiapan sistem produksi dan operasi,
meliputi:
1. Seleksi dan rancangan atau desain hasil produksi (produk)


14

Kegiatan produksi dan operasi merupakan kegiatan yang mencakup bidang
yang luas, dimulai dari penganalisaan dan penetapan keputusan saat
sebelum dimulainya kegiatan produksi dan operasi, yang umumnya
bersifat keputusankeputusan jangka panjang, serta keputusan-keputusan
pada waktu menyiapkan dan melaksanakan kegiatan produksi dan
pengoprasiannya.
2. Seleksi dan perancangan proses dan peralatan
Setelah produk didesain, maka kegiatan yang harus dilakukan untuk
merealisasikan usaha untuk menghasilkannya adalah menentukan jenis
proses yang akan dipergunakan serta peralatannya. Kegiatan harus dimulai
dari penyelesaian dan pemeliharaan akan jenis proses yang akan
dipergunakan, yang tidak terlepas dengan produk yang akann dihasilkan.
3. Pemilihan lokasi dan site perusahaan dan unit produk
Kelancaran produksi dan operasi perusahaan sangat dipengaruhi oleh
kelancaran mendapatkan sumber-sumber bahan masukan (input), serta
ditentukan pula oleh kelancaran dan biaya penyampaian atau supply
produk yang dihasilkan berupa barang jadi dan jasa kepasar. Oleh karena
itu, untuk menjamin kelancaran maka sangat penting peranan dari

pemilihan lokasi dan site perusahaan dan unit produksinya.
4. Rancangan tata letak (lay out) dan arus kerja atau proses
Kelancaran dalam proses produksi dan operasi ditentukan pula oleh salah
satu factor yang terpenting didalam perusahaan atau unit produksi, yaitu
rancangan tata letak (lay out) dan arus kerja atau proses, rancangan tata
letak harus mempertimbankan berbagai faktor antara lain adalah
kelancaran arus kerja, optimalisasi dari waktu pergerakan dalam proses,
kemungkinan kerusakam yang terjadi karena pergerakan proses akan
meminimalisasi biaya yang timbul dari pergerakan dalam proses atau
material handling.
5. Rancangan tugas perusahaan
Rancangan tugas pekerjaan perupakan bagian yang integral dari rancangan
sistem. Dalam melaksanakan fungsi produksi dan operasi, maka organisasi

15

kerja disusun, karena organisasi kerja sebagai dasar pelaksanaan tugas
perkerjaan, merupakan alat atau wadah kegiatan yang hendaknya dapat
membantu pencapaian tujuan perusahaan atau unit produksi organisasi
tersebut.

6. Strategi produksi dan operasi serta pemilihan kapasitas
Rancangan sistem produksi dan operasi harus disusun dengan landasan
strategi produksi operasi yang disiapkan terlebih dahulu. Dalam strategi
produksi dan operasi harus terdapat pernyataan tentang maksud dan tujuan
dari produksi dan operasi, serta misi dan kebijakan-kebijakan dasar atau
kunci untuk lima bidang yaitu proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja,
dan mutu atau kualitas.
Pembahasan dalam pengoprasian sistem produksi dan operasi menurut
Sofjan Assauri (2008:29), meliputi:
1. Penyusunan rencana produksi dan operasi
Kegiatan pengoprasian sistem produksi dan operasi harus dimulai dengan
penyusunan rencana produksi dan operasi. Dalam rencana produksi dan
operasi harus tercakup penetapan target produksi, scheduling, routing,
dispatching, dan follow-up. Perencanaan kegiatan produksi dan operasi
merupakan kegiatan awal dalam pengoprasian sistem produksi dan
operasi.
2. Perencanaan dan pengendalian persediaan dan pengadaan bahan.
Kelancaran kegiatan produksi dan operasi sangat ditentukan oleh
kelancaran tersedianya bahan atau masukan yang dibutuhkan bagi
produksi dan operasi tersebut. Kelancaran tersedianya bahan atau masukan

bagi produksi dan operasi ditentukan oleh baik tidaknya pengadaan bahan
serta rencana dan pengendalian persediaan yang dilakukan.
3. Pemeliharaan atau perawatan (maintenance) mesin dan peralatan.
Mesin dan peralatan dipergunakan dalam proses produksi dan operasi
harus selalu terjamin tetap tersedia untuk dapat digunakan, sehingga
dibutuhkan adanya kegiatan pemeliharaan atau perawatan.
4. Pengendalian mutu.

16

Terjaminnya hasil atau keluaran dari proses produksi dan operasi
menentukan keberhasilan dan pengoperasian sistem produksi dan operasi.
Dalam hal ini maka perlu di pelajari kegiatan pengendalian mutu antara
lain adalah maksud dan tujuan kegiatan pengendalian mutu.
5. Manajemen Tenaga Kerja
Pelaksanaan pengoprasian system produksi dan operasi ditentukan oleh
kemampuan dan keterampilan para tenaga kerja atau sumber daya manusia
akan mencakup pengelolaan tenaga kerja dalam produksi dan operasi,
desain tugas dan pekerjaan, dan pengukuran kerja (Work Measurement)


2.1.3

Peramalan (Forecasting)
Peramalan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap organisasi

bisnis dan setiap pengambilan keputusan di bidang manajemen. Mengetahui
besarnya informasi jumlah atau permintaan sangat menentukan dalam jumlah
hasil produk maupun jasa yang akan dihasilkan. Setiap pihak manajemen
perusahaan selalu berupaya untuk membuat sebuah estimasi atau perkiraan yang
sesuai dengan data aktual masing-masing produknya.
Pengertian Peramalan menurut Heizer dan Render (2015:113), yaitu :
“Peramalan (forecasting) adalah suatu seni dan ilmu pengetahuan dalam
memprediksi peristiwa pada masa mendatang.”
Menurut Sofjan Assauri (2008:49), pengertian peramalan yaitu :
“Penggunaan data atau informasi untuk menentukan kejadian pada masa
depan, dalam bentuk perhitungan atau prakiraan dari data yang lalu dan
informasi yang lainnya untuk penentuan terlebih dahulu atau prakiraan.”
Sedangkan menurut Aulia Ishak (2010:104), yaitu:
“Peramalan adalah pemikiran suatu besaran, misalnya terhadap satu atau
beberapa produk pada periode yang akan datang.”

Dari definisi yang dikemukakan para ahli diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa peramalan adalah suatu seni atau ilmu pengetahuan untuk menentukan
suatu besaran satu atau beberapa produk pada periode yang akan datang melalui
pengujian data atau infomasi di masa lalu.

17

2.1.3.1 Tujuan dan Fungsi Peramalan
Didalam produksi dan operasi suatu perusahaan, menentukan peramalan
merupakan bagian awal dari suatu proses pengambilan suatu keputusan. Menurut
Heizer dan Render (2015:113), tujuan dan fungsi peramalan adalah untuk
mengkaji kebijakan perusahaan yang berlaku saat ini dan dimasa lalu serta melihat
sejauh mana pengaruh di masa datang. Peramalan merupakan dasar penyusun
bisnis pada suatu perusahaan sehingga dapat meningkatkan efektifitas suatu
rencana bisnis. Sedangkan menurut Hendra Kusuma (2009:13), setiap
pengambilan keputusan yang menyangkut proses produksi dan operasi di masa
depan, maka pasti ada peramalan yang melandasi pengambilan keputusan
tersebut. Jadi pengambilan keputusan operasi yang baik dan tepat diperlukan oleh
semua perusahaan dalam menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian,
serta meraih keberhasilannya.
Menurut Sofjan Assauri (2008:50), terdapat tiga kegiatan operasional
yang dipengaruhi oleh fungsi peramalan dalam melakukan pengambilan
keputusan produksi dan operasinya yaitu perencanaan sistem, penjadwalan sistem
dan pengendalian sistem yang dapat dilihat pada gambar berikut:

18

Gambar 2.1 Penggunaan Peramalan dalam Produksi dan Operasi
2.1.3.2 Karakteristik Peramalan
Menurut Aulia Ishak (2010:105), Peramalan yang baik mempunyai
beberapa kriteria yang penting, antara lain akurasi, biaya, dan kemudahan.
Penjelasan dari kriteria – kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
1. Akurasi
Akurasi dari suatu hasil peramalan diukur dengan kebiasaan dan
kekonsistensian peramalan tersebut. Hasil peramalan dikatakan bias bila
peramalan tersebut terlalu tinggi atau terlalu rendah. dibandingkan dengan
kenyataan yang sebenarnya terjadi. Hasil peramalan dikatakan konsisten
bila besarnya kesalahan peramalan relative kecil.
2. Biaya
Biaya yang diperlukan dalam pembuatan suatu peramalan adalah
tergantung dari jumlah item yang diramalkan, lamanya periode peramalan,

19

dan metode peramalan yang dipakai. Ketiga faktor pemicu biaya tersebut
akan mempengaruhi berapa banyak data yang dibutuhkan, bagaimana
pengolahan datanya (manual atau komputerisasi), bagaimana penyimpanan
datanya dan siapa tenaga ahli yang diperbantukan.
3. Kemudahan
Penggunaan metode peramalan yang sederhana, mudah dibuat, dan mudah
diaplikasikan akan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Adalah
percuma memakai metode yang canggih, tetapi tidak dapat diaplikasikan
pada sistem perusahaan karena keterbatasan dana, sumber daya manusia,
maupun peralatan teknologi.

2.1.3.3 Tahapan Peramalan
Terdapat sembilan langkah yang harus diperhatikan untuk menjamin
efektivitas dan efisiensi dari sistem peramalan dalam manajemen permintaan
(Gaspersz, 2012:137) yaitu sebagai berikut :
1. Menentukan tujuan yang dilakukannya peramalan.
2. Memilih item independent demand yang akan diramalkan.
3. Menentukan horizon waktu dari peramalan.
4. Memilih model – model peramalan.
5. Memperoleh data yang dibutuhkan untuk melakukan peramalan.
6. Membuat peramalan.
7. Validasi hasil peramalan.
8. Implementasi hasil peramalan.
9. Memantau keadaan hasil peramalan

2.1.3.4 Tipe dan Horizon Waktu Peramalan
Terdapat tiga tipe peramalan utama dalam merencanakan operasional di masa
mendatang menurut Heizer dan Render (115:2015), sebagai berikut:
1. Peramalan ekonomi

: membahas siklus bisnis dengan memprediksi

tingkat inflasi, uang yang beredar, mulai pembangunan perumahan dan
,indikator perencanaan lainnya.

20

2. Peramalan teknologi : berkaitan dengan tingkat kemajuan teknologi
maupun terciptanya produk baru,dimana hal tersebut memerlukan pabrik
dan perlengkapan yang baru
3. Peramalan permintaan : berkaitan dengan proyeksi atas permintaan
terhadap produk atau jasa dari perusahaan. Ramalan ini disebut juga
ramalan penjualan, yang mengarahkan produksi, kapasitas dan siatem
penjadualan perusahaan.

Setelah menemukan tipe peramalan yang akan dilakukan, Peramalan
biasanya dapat diklasifikasikan berdasarkan horizon waktu sehingga dapat
mengetahui rentang waktu dan tujuan dari masing masing peramalan. Horizon
waktu dibagi tiga kategori sebagai berikut:
1. Peramalan jangka pendek
Peramalan ini memiliki rentang waktu sampai satu tahun tetapi umumnya
kurang tiga bulan. Digunakan untuk rencana pembelian, penjadwalan
kerja, jumlah tenaga kerja, dan tingkat produksi.
2. Peramalan jangka menengah
Peramalan ini memiliki rentang waktu antara tiga bulan hingga tiga tahun.
Berguna untuk perencanaan penjualan, perencanaan dan penganggaran
produksi serta menganalisis berbagai rencana operasi.
3. Peramalan jangka panjang
Peramalan ini memiliki rentang waktu antara

tiga tahun atau lebih.

Biasanya digunakan untuk merencanakan produk baru, penganggaran
modal, pertimbangan perluasan lokasi tempat fasilitas, dan penelitian serta
pengembangan.

2.1.3.5 Metode Peramalan
Untuk melakukan peramalan, para manajer operasional dibantu oleh
beberapa metode-metode peramalan sehingga dapat memberikan hasil peramalan
yang lebih nyata dan dapat dipercaya ketepatannya. Metode peramalan sangat
bervariasi bentuknya dari yang sangat tradisional hingga metode yang cukup

21

canggih. Pemilihan metode mana yang akan digunakan tergantung dari data dan
informasi yang akan diramal serta tujuan yang hendak dicapai oleh organisasi atau
perusahaan. Metode peramalan yang baik adalah metode yang memberikan hasil
peramalan yang tidak berbeda dengan kenyataan yang terjadi. Dalam prakteknya
terdapat dua pendekatan atau metode untuk peramalan menurut Heizer dan
Render (2015:117), yaitu :
1. Metode Peramalan Kualitatif
Metode peramalan yang menggabungkan faktor faktor intuisi,
emosi, pendapat, dan pengetahuan serta pengalaman dari penyusunnya,
sehingga hasil peramalan yang diperoleh dari satu orang dengan orang lain
dapat berbeda (Aulia Ishak, 2010:112). Ada beberapa sumber pendapat
yang dapat digunakan sebagai dasar melakukan peramalan penjualan,
antara lain pendapat salesman, pendapat manajer penjualan, pendapat para
ahli, dan survei konsumen. Menurut Heizer dan Render (2015:118),
terdapat empat metode peramalan kualitatif yang baik dan sering
digunakan, yaitu:


Opini dari Dewan Eksekutif
Metode ini mengambil opini atau pendapat dari sekelompok kecil
manajer puncak/top manager (pemasaran, produksi, teknik,
keuangan dan logistik), yang seringkali dikombinasikan dengan
model-model statistik untuk memperoleh estimasi permintaan.



Metode Delphi
Metode ini memakai kuesioner yang disebarkan kepada responden,
yang jawabannya kemudian diringkas dan diberikan kepada para
ahli untuk dibuat peramalannya. Metode ini banyak memakan
waktu dan melibatkan banyak pihak, yaitu para staf, yang membuat
kuesioner, mengirim, merangkum hasilnya untuk dipakai para ahli
dalam menganalisisnya. Keuntungan metode ini hasilnya lebih
akurat dan lebih profesional sehingga hasil peramalan diharapkan
mendekati aktualnya.

22



Gabungan Tenaga Penjualan
Metode ini membuat setiap tenaga penjualnya meramalkan tingkat
penjualan di daerahnya. Setelah ditinjau ulang untuk memastikan
bahwa hasilnya realistis, kemudian digabung pada tingkat provinsi
dan nasional untuk mencapai ramalan secara menyeluruh.



Survai Pasar (market survey)
Metode yang memakai masukan yang diperoleh dari konsumen
atau konsumen potensial terhadap rencana pembelian pada periode
yang diamati. Survai dapat dilakukan dengan kuesioner, telepon,
atau wawancara langsung.

2. Metode Peramalan Kuantitatif
Metode peramalan yang mendasarkan prakiraan atau peramalannya
menggunakan data yang lalu, dengan menggunakan predictor untuk masa
mendatang (Sofjan Assauri, 2008:51). Jadi dapat disimpulkan dengan
mengolah data aktual produk yang lalu, maka dapat ditemukan suatu hasil
prakiraan atau peramalan dengan menggunakan metode peramalan
kuantitatif. Peramalan kuantitatif menggunakan bermacam-macam model
matematika yang bergantung pada data historis dan atau variabel asosiatif
untuk meramalkan permintaan (Heizer dan Render, 2015:117).
Peramalan kuantitatif hanya dapat digunakan apabila terdapat kondisi
sebagai berikut:


Tersedianya informasi tentang masa lalu.



Adanya informasi yang dapat dikuantifikasikan dalam bentuk data
numerik.



Dapat diasumsikan bahwa pola yang lalu akan berkelanjutan pada
masa yang akan datang.
Hasil peramalan yang dibuat sangat bergantung pada metode yang

digunakan serta perbedaan atau penyimpangan antara hasil ramalan yang
didapat dengan kenyataan yang terjadi. Terdapat dua jenis metode

23

peramalan kuantitatif yaitu metode deret waktu (time series) dan metode
asosiatif (causal).

2.1.4

Metode Deret Waktu (Time Series)
Metode deret waktu adalah metode yang menganalisis serangkaian data

dan menemukan pola variasi masa lalu yang dapat digunakan untuk
memperkirakan nilai masa depan. Metode ini digunakan jika tujuannya untuk
mencoba memprediksi masa depan menggunakan data di masa lalu (Jacobs dan
Chase, 2014:256). Data deret waktu merupakan data yang dikumpulkan, dicatat
atau diobservasi sepanjang waktu secara berurutan. Dengan menggunakan metode
deret waktu maka dapat dilihat bagaimana hubungan permintaan suatu produk
tertentu berpengaruh terhadap waktu. Periode waktu observasi dapat berbentuk
tahun, kuartal, bulan, minggu dan dibeberapa kasus dapat juga hari atau jam.
Contoh dari metode ini, antara lain metode naïve, metode pergerakan rata - rata
(moving average) dan metode penghalusan eksponensial (exponential smoothing).

2.1.4.1 Pola Data
Prakiraan atau peramalan permintaan suatu barang atau jasa membutuhkan
informasi tentang pola permintaan terhadap barang atau jasa tersebut (Sofjan
Assauri, 2008:50). Dengan mempertimbangkan jenis pola data yang terbentuk
maka dapat diketahui metode peramalan yang paling tepat dan cocok untuk
digunakan. Terdapat empat jenis pola yang dapat dibedakan menurut Heizer dan
Render (2015:119-120), yaitu sebagai berikut:
1. Pola Trend (T)
Pola data trend terjadi ketika data pengamatan mengalami kenaikan atau
penurunan selama periode jangka panjang. Suatu data pengamatan yang
mempunyai trend disebut data nonstasioner. Bentuk pola trend ditunjukan
seperti gambar berikut:

24

Biaya

Waktu
Gambar 2.2 Pola Trend
2. Pola Musiman atau seasonal (S)
Pola data musiman terjadi ketika suatu deret dipengaruhi oleh faktor
musim yang berulang dari periode ke periode berikutnya. Misalnya pola
yang berulang setiap hari tertentu, minggu tertentu, bulan tertentu, tahun
tertentu atau pada kuartalan tertentu. Bentuk pola musiman ditunjukan
seperti gambar berikut:
Biaya

Waktu
Gambar 2.3 Pola Musiman
3. Pola Siklus atau Cycle (C)
Pola data siklus terjadi bila deret datanya dipengaruhi oleh fluktuasi
ekonomi jangka panjang seperti yang berhubungan dengan siklus bisnis.
Pola ini biasanya diikat dengan siklus bisnis, seperti peristiwa politik dan
kerusuhan yang terjadi setiap beberapa tahun. Bentuk pola siklus
ditunjukan seperti gambar berikut:

Biaya

Waktu
Gambar 2.4 Pola Siklus

25

4. Pola Acak atau Random (R)
Pola data acak terjadi saat data observasi berfluktuasi di sekitar nilai ratarata suatu nilai konstant atau mean. Pola yang tidak dapat dilihat membuat
pola ini sulit untuk diprediksi, contohnya produk yang penjualannya tidak
meningkat atau menurun. Bentuk pola acak ditunjukan seperti gambar
berikut:
Biaya

Waktu
Gambar 2.5 Pola acak

2.1.4.2 Pendekatan Awam (Naïve Method)
Menurut Heizer dan Render (2015:120), Metode Naive merupakan
teknik peramalan yang mengasumsikan forecast permintaan periode berikutnya
sama dengan permintaan pada periode sebelumnya, sehingga rumus metode Naïve
dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:
-

(2.1)

Keterangan:
Ft

= Nilai peramalan untuk periode berikutnya

At-1

= Nilai permintaan aktual periode sebelumnya

2.1.4.3

Pergerakan Rata-Rata (Moving Average)
Menurut Heizer dan Render (2015:120), Moving Average adalah sebuah

metode peramalan yang menggunakan rata-rata dari data aktual periode
sebelumnya untuk meramalkan periode selanjutnya. Metode ini disebut rata - rata
bergerak karena setiap kali data aktual baru tersedia, maka data paling awal atau
terdahulu diganti dengan data baru, lalu dihitung dan hasilnya digunakan sebagai

26

ramalan permintaan untuk periode yang akan datang. Tujuan utama dari
penggunaan rata - rata bergerak adalah untuk menghilangkan atau mengurangi
variasi acak permintaan dalam hubungannya dengan waktu.
Menurut Jacobs dan Chase (2014:257), apabila data aktual yang
diperoleh memperlihatkan permintaan produk tersebut tidak mengalami
peningkatan maupun penurunan serta tidak mempunyai karakteristik musiman,
maka moving average berguna untuk menghilangkan fluktuasi acak pada
peramalan tersebut. Rumus matematis moving average dinyatakan dalam
persamaan sebagai berikut (Heizer dan Render, 2015:121) :



( -

-

-

)

(2.2)

Dimana:
Ft

= Nilai peramalan untuk periode berikutnya

At-1

= nilai permintaan aktual periode sebelumnya

n

= jumlah periode yang digunakan

2.1.4.4 Pergerakan Rata-Rata Berbobot (Weighted Moving Average)
Weighted moving average merupakan metode peramalan yang dilakukan
dengan cara memberikan bobot pada data-data periode yang terbaru dari pada
bobot pada periode yang sebelumnya. Metode ini memiliki bobot yang digunakan
pada setiap perubahan harga dengan tujuan untuk mendapatkan tanggapan lebih
cepat terhadap perubahan permintaan (Heizer dan Render, 2015:122).
Perumusan metode weighted moving average dinyatakan dalam persamaan
sebagai berikut:


Dimana:
Ft

)




= Nilai peramalan untuk periode berikutnya

)
(2.3)

27

Wi

= nilai bobot

At-1

= nilai permintaan aktual periode sebelumnya

n

= jumlah periode yang digunakan

2.1.4.5 Penghalusan Eksponensial (Exponential Smoothing)
Exponential Smoothing atau penghalusan eksponensial adalah metode
peramalan pergerakan rata-rata bobot lainnya , dimana poin-poin data ditimbang
oleh sebuah

fungsi eksponensial (Heizer dan Render, 2015:124). Metode

Exponential Smoothing didasarkan pada perhitungan rata-rata pemulusan datadata masa lalu secara eksponensial, yaitu dengan mengulang perhitungan secara
terus menerus menggunakan data terbaru.
Setiap data akan diberi bobot atau penghalusan konstan (α), yang
jumlahnya lebih besar dari atau sama dengan 0 dan kurang dari sama dengan 1.
Penghalusan konstan (α), umumnya dalam kisaran 0.1 hingga 0.5. (Ostertagova
dan Ostertag, 2012, Heizer dan Render, 2015) Metode ini lebih cocok
digunakan untuk pola data yang tidak stabil atau terjadi perubahan data yang besar
dan bergejolak. Rumus dari metode Exponential Smoothing adalah sebagai berikut
(Heizer dan Render, 2015:124):
Ft = Peramalan periode sebelumnya + α (Permintaan aktual periode sebelumnya Peramalan periode sebelumnya )

Dimana:
Ft = Nilai peramalan yang baru
Ft-1 = nilai peramalan periode sebelumnya
α = Konstanta pemulusan untuk data ( 0