UJI NORMALITAS SISTEM TRANSPORTASI KOTA
UJI NORMALITAS SISTEM TRANSPORTASI KOTA BOGOR DALAM
MENGATASI KEMACETAN
Viera Mustika Octaviani
Mahasiswa Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Pasundan, [email protected]
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota - Universitas Pasundan Bandung
Jl. Dr. Setiabudhi No.193, Kota Bandung
I.
Pendahuluan
Pesatnya pembangunan di Jakarta merupakan daya tarik tersendiri dan hal
tersebut berpengaruh kepada wilayah-wilayah di sekitarnya. Tingginya aktifitas
ekonomi berbagai sector yang berlangsung di Jakarta, menuntut pemenuhan
kebutuhan akan tenaga kerja di sector tersebut. Tenaga kerja dari wilayah sekitar
Jakarta,berbagai penjuru nusantara, maupun dari luar Indonesia, datang untuk
menjadi pekerja di Jakarta. Luas lahan yang tersedia tidak sebanding dengan
tingginya aktifitas ekonomi di Jakarta, sehingga tidak tersedia cukup ruang bagi para
pekerja tersebut untuk tinggal disana. Apabila tersedia harganya tinggi.
Kota Jakarta disangga oleh beberapa kota disektiarnya, seperti Bogor, Depok,
Tangerang, dan Bekasi (BODETABEK). Dalam konteks kota penyangga, selain
menimbulkan beban transportasi antar dan intern kota, pesatnya pembangunan di
Jakartapun meningkatkan intensitas perubahan tata guna lahan sebuah kota
penyangga. Transportasi merupakan turunan dari kombinasi tata guna lahan yang
saling membutuhkan yang kemudian membentuk suatu pergerakan dari guna lahan
satu ke guna lahan yang lain. Peningkatan intensitas perubahan tata guna lahan
menambah beban transportasi di sebuah kota.
Wilayah di sekitar Jakarta memiliki kepadatan dan harga yang relative lebih
rendah, sehingga dipilih sebagai tempat bermukim oleh sebagian pekerja yang
bekerja di Jakarta. Hal ini menimbulkan fenomena komuter atau penglaju, dimana
seorang penglaju yang tinggal di luar Jakarta, setiap harinya menempuh perjalanan
antar kota menuju Jakarta, untuk pergi bekerja. Fenomena penglaju menambah beban
transportasi, baik transportasi antar kota sekitar Jakarta- sebagai kota- kota penyangga
– dengan kota Jakarta, maupun beban transportasi di dalam kota-kota penyangga itu
sendiri.
Pemerintah telah menyusun sejumlah peraturan untuk mengatasi kemacetan di
Kota Bogor, yang beberapa di antaranya telah telah dijalankan dan sebagian lainnya
masih merupakan wacana dari pemerintah Kota Bogor. Adapun peraturan-peraturan
yang telah diberlakukan, yakni:
1. Pembangunan Tol Lingkar Luar Bogor, yang dibagi menjadi tiga seksi
tahapan pekerjaan, yaitu:
Ruas R2, Sentul Selatan – Kedunghalang (3,8 kilometer), status sudah
beroperasi. Proyek seksi I senilai Rp 188,988 miliar dimulai pada 14 Maret
2008 dengan pelaksana PT Adhi Karya Tbk dan konsultan pengawas PT
Indec Internusa. Semula jalan tol seksi ini diharapkan dapat beroperasi pada
Mei 2009, namun diundur hingga September 2009.
Ruas R0, Kedunghalang – Simpang Yasmin, Kedungwaringin (4 kilometer)
ruas Kedunghalang-Kedungbadak (seksi 2A), telah beroperasi dan khusus
untuk seksiII akan dibangun konstruksi jalan layang.
Ruas R1, Simpang Yasmin, Kedungwaringin — Dramaga (3,2 kilometer)
2. Pembatasan jam operasi angkutan umum Kota Bogor (shifting) dan izin
perpanjangan trayek. Dengan peraturan ini, terjadi penurunan jumlah angkot
sebanyak 94 unit, dimana pada tahun 2000 jumlah angkot di Kota Bogor
sebanyak 3.506 unit dan di tahun 2011 tinggal 3.412 unit. Namun, kebijakan
pembatasan jam operasi ini akan dikaji ulang karena kemacetan kota Bogor
yang tidak kunjung berkurang seiring dengan pengurangan jumlah angkot.
Istilah hipotesis berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata hupo dan thesis.
Hupo artinya sementara, atau kurang kebenarannya atau masih lemah
kebenarannya. Dalam statistik dan penelitian terdapat dua macam hipotesis, yaitu
hipotesis nol dan alternatif. Pada statistik, hipotesis nol diartikan sebagai tidak
adanya perbedaan antara parameter dengan statistik, atau tidak adanya perbedaan
antara ukuran populasi dan ukuran sampel. Dengan demikian hipotesis yang diuji
adalah hipotesis nol, karena memang peneliti tidak mengharapkan adanya
perbedaan data populasi dengan sampel.selanjutnya hipotesis alternatif adalah
lawan hipotesis nol, yang berbunyi ada perbedaan antara data populasi dengan data
sampel. Sedangkan thesis artinya pernyataan atau teori. Karena hipotesis adalah
pernyataan sementara yang masih lemah kebenarannya, maka perlu diuji
kebenarannya, sehingga istilah hipotesis ialah pernyataan sementara yang perlu
diuji kebenarannya.
Hipotesis statistik adalah pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih
populasi. Hipotesis pada dasarnya merupakan suatu proposisi atau anggapan yang
mungkin
benar,
dan
sering
digunakan
sebagai
dasar
pembuatan
keputusan/pemecahan persoalan ataupun untuk dasar penelitian lebih lanjut.
Hipotesis statistik ialah suatu pernyataan tentang bentuk fungsi suatu variabel atau
tentang nilai sebenarnya suatu parameter. Suatu pengujian hipotesis statistik ialah
prosedur yang memungkinkan keputusan dapat dibuat, yaitu keputusan untuk
menolak atau tidak menolak hipotesis yang sedang dipersoalkan/diuji. Ho dapat
berisikan tanda kesamaan (equality sign) seperti : = , ≤ , atau ≥. Bilamana Ho berisi
tanda kesamaan yang tegas (strict equality sign) = , maka Ha akan berisi tanda
tidak sama (not-equality sign). Jika H0 berisikan tanda ketidaksamaan yang lemah
(weak inequality sign) ≤ , maka Ha akan berisi tanda ketidaksamaan yang kuat
(stirct inequality sign) > ; dan jika H0 berisi ≥, maka Ha akan berisi
MENGATASI KEMACETAN
Viera Mustika Octaviani
Mahasiswa Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Pasundan, [email protected]
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota - Universitas Pasundan Bandung
Jl. Dr. Setiabudhi No.193, Kota Bandung
I.
Pendahuluan
Pesatnya pembangunan di Jakarta merupakan daya tarik tersendiri dan hal
tersebut berpengaruh kepada wilayah-wilayah di sekitarnya. Tingginya aktifitas
ekonomi berbagai sector yang berlangsung di Jakarta, menuntut pemenuhan
kebutuhan akan tenaga kerja di sector tersebut. Tenaga kerja dari wilayah sekitar
Jakarta,berbagai penjuru nusantara, maupun dari luar Indonesia, datang untuk
menjadi pekerja di Jakarta. Luas lahan yang tersedia tidak sebanding dengan
tingginya aktifitas ekonomi di Jakarta, sehingga tidak tersedia cukup ruang bagi para
pekerja tersebut untuk tinggal disana. Apabila tersedia harganya tinggi.
Kota Jakarta disangga oleh beberapa kota disektiarnya, seperti Bogor, Depok,
Tangerang, dan Bekasi (BODETABEK). Dalam konteks kota penyangga, selain
menimbulkan beban transportasi antar dan intern kota, pesatnya pembangunan di
Jakartapun meningkatkan intensitas perubahan tata guna lahan sebuah kota
penyangga. Transportasi merupakan turunan dari kombinasi tata guna lahan yang
saling membutuhkan yang kemudian membentuk suatu pergerakan dari guna lahan
satu ke guna lahan yang lain. Peningkatan intensitas perubahan tata guna lahan
menambah beban transportasi di sebuah kota.
Wilayah di sekitar Jakarta memiliki kepadatan dan harga yang relative lebih
rendah, sehingga dipilih sebagai tempat bermukim oleh sebagian pekerja yang
bekerja di Jakarta. Hal ini menimbulkan fenomena komuter atau penglaju, dimana
seorang penglaju yang tinggal di luar Jakarta, setiap harinya menempuh perjalanan
antar kota menuju Jakarta, untuk pergi bekerja. Fenomena penglaju menambah beban
transportasi, baik transportasi antar kota sekitar Jakarta- sebagai kota- kota penyangga
– dengan kota Jakarta, maupun beban transportasi di dalam kota-kota penyangga itu
sendiri.
Pemerintah telah menyusun sejumlah peraturan untuk mengatasi kemacetan di
Kota Bogor, yang beberapa di antaranya telah telah dijalankan dan sebagian lainnya
masih merupakan wacana dari pemerintah Kota Bogor. Adapun peraturan-peraturan
yang telah diberlakukan, yakni:
1. Pembangunan Tol Lingkar Luar Bogor, yang dibagi menjadi tiga seksi
tahapan pekerjaan, yaitu:
Ruas R2, Sentul Selatan – Kedunghalang (3,8 kilometer), status sudah
beroperasi. Proyek seksi I senilai Rp 188,988 miliar dimulai pada 14 Maret
2008 dengan pelaksana PT Adhi Karya Tbk dan konsultan pengawas PT
Indec Internusa. Semula jalan tol seksi ini diharapkan dapat beroperasi pada
Mei 2009, namun diundur hingga September 2009.
Ruas R0, Kedunghalang – Simpang Yasmin, Kedungwaringin (4 kilometer)
ruas Kedunghalang-Kedungbadak (seksi 2A), telah beroperasi dan khusus
untuk seksiII akan dibangun konstruksi jalan layang.
Ruas R1, Simpang Yasmin, Kedungwaringin — Dramaga (3,2 kilometer)
2. Pembatasan jam operasi angkutan umum Kota Bogor (shifting) dan izin
perpanjangan trayek. Dengan peraturan ini, terjadi penurunan jumlah angkot
sebanyak 94 unit, dimana pada tahun 2000 jumlah angkot di Kota Bogor
sebanyak 3.506 unit dan di tahun 2011 tinggal 3.412 unit. Namun, kebijakan
pembatasan jam operasi ini akan dikaji ulang karena kemacetan kota Bogor
yang tidak kunjung berkurang seiring dengan pengurangan jumlah angkot.
Istilah hipotesis berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata hupo dan thesis.
Hupo artinya sementara, atau kurang kebenarannya atau masih lemah
kebenarannya. Dalam statistik dan penelitian terdapat dua macam hipotesis, yaitu
hipotesis nol dan alternatif. Pada statistik, hipotesis nol diartikan sebagai tidak
adanya perbedaan antara parameter dengan statistik, atau tidak adanya perbedaan
antara ukuran populasi dan ukuran sampel. Dengan demikian hipotesis yang diuji
adalah hipotesis nol, karena memang peneliti tidak mengharapkan adanya
perbedaan data populasi dengan sampel.selanjutnya hipotesis alternatif adalah
lawan hipotesis nol, yang berbunyi ada perbedaan antara data populasi dengan data
sampel. Sedangkan thesis artinya pernyataan atau teori. Karena hipotesis adalah
pernyataan sementara yang masih lemah kebenarannya, maka perlu diuji
kebenarannya, sehingga istilah hipotesis ialah pernyataan sementara yang perlu
diuji kebenarannya.
Hipotesis statistik adalah pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih
populasi. Hipotesis pada dasarnya merupakan suatu proposisi atau anggapan yang
mungkin
benar,
dan
sering
digunakan
sebagai
dasar
pembuatan
keputusan/pemecahan persoalan ataupun untuk dasar penelitian lebih lanjut.
Hipotesis statistik ialah suatu pernyataan tentang bentuk fungsi suatu variabel atau
tentang nilai sebenarnya suatu parameter. Suatu pengujian hipotesis statistik ialah
prosedur yang memungkinkan keputusan dapat dibuat, yaitu keputusan untuk
menolak atau tidak menolak hipotesis yang sedang dipersoalkan/diuji. Ho dapat
berisikan tanda kesamaan (equality sign) seperti : = , ≤ , atau ≥. Bilamana Ho berisi
tanda kesamaan yang tegas (strict equality sign) = , maka Ha akan berisi tanda
tidak sama (not-equality sign). Jika H0 berisikan tanda ketidaksamaan yang lemah
(weak inequality sign) ≤ , maka Ha akan berisi tanda ketidaksamaan yang kuat
(stirct inequality sign) > ; dan jika H0 berisi ≥, maka Ha akan berisi