STUDI FITOREMEDIASI TANAH TERCEMAR LOGAM
Perpustakaan Universitas Khairun>> Artikel Tugas Akhir (skripsi)_2014
STUDI FITOREMEDIASI TANAH TERCEMAR LOGAM BERAT TEMBAGA MENGGUNAKAN
TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L) merill) DENGAN PENAMBAHAN ARANG (Charcoal)
Mirnawati Umacina(1), Deasy Liestianty(2), Muliadi(2)
1, 2)
Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, Universitas Khairun
ABSTRAK
Penelitian ini telah dilakukan untuk mengetahui perbandingan akumulasi logam berat kadmium dan
tembaga yang diserap oleh tanaman kedelai, serta mengetahui pengaruh penambahan charcoal dalam menahan
pergerakan logam di dalam tanah ke bagian-bagian tanaman. Metode analisis yang digunakan adalah
Voltametri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman kedelai dikategorikan sebagai tanaman
hiperakumulator logam tembaga dengan nilai TF dan EF > 1 dengan kemampuan akumulasi maksimum 57,14
mg/g pada logam Cu. Penelitian ini membuktikan bahwa dengan penambahan charcoal dapat membantu
menutrisi tanaman, serta dapat menahan laju pergerakan logam berat dalam tanah ke bagian-bagian tanaman.
Distribusi logam pada akar lebih besar di bandingkan pada batang, daun , dan buah. Dengan demikian
mekanisme akumulasi logam Cu merupakan mekanisme fitostabilisasi. Mekanisme fitostabilisasi merupakan
mekanisme fitoremediasi yang memiliki akumulasi terbesar berada pada bagian akar tanaman.
Kata kunci : Fitoremediasi, hiperakumulator, logam tembaga, charcoal.
Sumber
PENDAHULUAN
Tanah
merupakan
salah
satu
lingkungan hidup bagi organisme, salah
satunya
yaitu
tumbuhan.
Tanah
yang
tercemar bahan kimia baik polutan organik
maupun
polutan
anorganik
menyebabkan
terakumulasinya
tersebut
tanaman.
pada
Jika
dapat
polutan
tanaman
tersebut dikonsumsi oleh manusia akan
berdampak negatif bagi kesehatan.
berasal
dari
pencemaran
kegiatan
tanah
yang
pertambangan,
pertanian dan produksi limbah rumah tangga
seperti detergen, sampah organik maupun
anorganik. Limbah yang dihasilkan dari
aktivitas tersebut mengandung berbagai
jenis logam berat, yaitu tembaga (Cu).
Berbeda dengan limbah organik yang dapat
terurai oleh mikroorganisme, limbah logam
berat sangat susah didegradasi tetapi bisa
diakumulasi.
1
Perpustakaan Universitas Khairun>> Artikel Tugas Akhir (skripsi)_2014
Penanggulangan logam Cu dalam
berat Cu dalam tanah yaitu fitoremediasi.
tanah dapat dilakukan dengan menggunakan
Fitoremediasi
proses kimiawi atau memahami sifat–sifat
pemanfaatan tanaman untuk memulihkan
kimianya, sehingga dapat diketahui kondisi
tanah atau air yang tercemar logam berat.
lingkungan yang tepat untuk menstabilkan
Metode
logam berat tersebut. Penambahan senyawa
dibandingkan dengan teknologi lainnya
kimia tertentu untuk pemisahan logam berat
karena prosesnya yang alami. Fitoremediasi
atau resin penukaran ion serta beberapa cara
terbukti merupakpan metode yang efektif
lain
dan ekonomis untuk mereduksi konsentrasi
seperti
penggenangan,
tindakan
dan
pengapuran,
penggunaan
bahan
organik telah dilakukan khususnya untuk
ini
Tanaman yang mampu menyerap dan
mengakumulasikan
mahal
jumlah
menimbulkan
keunggulan
2009; Muliadi, dkk., 2013).
Tetapi cara ini membutuhkan biaya cukup
cenderung
memiliki
metode
polutan logam berat di tanah (Purwaningsih,
mengontrol unsur logam berat pada tanah.
dan
merupakan
logam
tertentu
berat
disebut
dalam
tanaman
permasalahan baru, yaitu akumulasi produk
hiperakumulator (Chaney,1983). Beberapa
samping dalam sedimen dan organisme
jenis tanaman yang telah dilaporkan sebagai
akuatik.
fitoakumolator logam berat antara lain
Berdasarkan
hal
tersebut
penggunaan material biologi ditawarkan
Mimosa
sebagai
atau
Clotalaria sp, Ipomea sp (Hidayati,N dan
yang
Saefudin., 2003). Thalapsi. Caerulescence,
upaya
menghilangkan
mengurangi
logam
berat
Cu
mencemari lingkungan.
T.
pigra,
goesingense,
Crotalaria
T.
juncea,
ochroleucum,
T.
Salah satu metode yang dianggap
rotundifolium (Prasad dan Freitas, 2003).
aplikatif untuk mengatasi pencemaran logam
Monocharia vaginalis, Limnoharis flava,
2
Perpustakaan Universitas Khairun>> Artikel Tugas Akhir (skripsi)_2014
conjugatum,
Cyperus
Tejowulan., 2007). Menurut Lahuddin.,
Centrosema
pubescens,
2007, Unsur hara esensial yang dibutuhkan
Mikania cordata dan Commelina nudiflora
tanaman terdiri dari unsur hara makro (N, P,
(Juhaite, dkk., 2005). Studi terdahulu oleh
K, Ca, Mg, dan S) dan unsur hara mikro
Muliadi, dkk., 2013, menunjukkan bahwa
(Zn, Cu, Mn, Mo, B, Fe, dan Cl). Unsur
Ipomea reptans poir dan Brassica rapa
logam Cd juga terkandung dalam jaringan
berpotensi sebagai hiperakumolator nikel
tanaman yang disebut hara non esensial.
dengan
699,9
Selain mampu menyediakan unsur karbon,
mg/kg dan 645,7 mg/kg dengan nilai faktor
charcoal diketahui mampu menyerap logam
translokasi masing–masing 1,25 dan 2,15.
berat Fe sebesar 0,24 mg/L (Syauqiah, dkk.,
selain
2011).
Paspalum
monocephala,
kemampuan
itu,
Ipomea
fitoekstrasi
reptans
mampu
mengakumulasi logam berat Cd dan Cr
masing–masing sebesar 125,601 mg/Kg dan
136,792 mg/Kg.
hara yang dibutuhkan oleh tanaman sangat
terbatas sehingga diperlukan penambahan
material organik yang dapat meningkatkan
potensi tanah. Salah satu yang dapat
adalah
dengan
pemberian
charcoal. Penambahan charcoal selain dapat
menambah unsur hara juga dapat sebagai
pembenah
tanah
tercemar logam berat. Diharapkan selain
untuk menambah unsur hara dan pembenah
Kemampuan tanah menyediakan unsur
dilakukan
Penambahan charcoal pada tanah
(Soemeinaboedhy
dan
tanah dapat juga sebagai bahan adsorpsi
logam berat didalam tanah. Serta dapat
meningkatkan daya tahan tanaman terhadap
toksisitas logam.
METODOLOGI
Alat dan bahan
Alat–alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah alat gelas yang umum
digunakan di Laboratorium, oven, neraca
3
Perpustakaan Universitas Khairun>> Artikel Tugas Akhir (skripsi)_2014
analitik,
perangkat
lisimeter,
saringan,
perangkat voltametri, dan mikropipet dalam
ukuran mikroliter.
Bahan–bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tanah tercemar (limbah
laboratorium),
bibit
tanaman
kedelai
(Glycine max (L) merill), aquades, CuSO4,
HNO3 , HCl, pupuk NPK, dan Charcoal.
Prosedur penelitian
Gambar 1. Konsentrasi logam Cu dalam
tanah dan tanaman
Penelitian ini dilakukan dalam empat
Pada logam Cu konsentrasi dalam
tahapan, yaitu penyiapan media tanam yang
tanaman kontrol lebih besar dibandingkan
tercemar (limbah laboratorium), pembibitan
dengan tanaman perlakuan, begitu juga pada
dan penanaman tanaman Glycine max (L)
tanah konsentasi logam Cu lebih besar
merill, pengamatan pertumbuhan selama
terdapat dalam tanah kontrol dibandingkan
masa pertumbuhan dan pemanenan serta
tanah perlakuan. Hal ini karena logam Cu
destruksi sampel.
merupakan salah satu unsur hara esensial
HASIL DAN PEMBAHASAN
dalam jumlah mikro yang juga dibutuhkan
Perbandingan Konsentrasi Logam Cu
oleh tanaman dalam proses fisiologi karena
dalam Tanah dan Tanaman
suplai unsur hara dari bahan mineral untuk
tanaman
Tabel 1. Perbandingan konsentrasi Cu dalam
Tanah dan Tanaman
Kontrol Cu Perlakuan
(mg/g)
(mg/g)
Tanah
6.92 (mg/g
5.00
Tanaman
37.79
57.14
secara
alami
cukup
bagi
pertumbuhan tanaman secara normal. Selain
itu logam Cu mampu menggantikan unsur
logam seperti Fe yang sangat penting dalam
proses fisiologi dalam tubuh tanaman.
4
Perpustakaan Universitas Khairun>> Artikel Tugas Akhir (skripsi)_2014
Tabel 2. Distribusi Logam Cu didalam
tanaman kedelai
logam Cu (mg/g)
Kontrol Perlakuan Charcoal
Akar
36.20
37.33
Batang
11.15
5.61
Daun
6.47
6.83
Buah
26.63
7.35
berkisar antara 36,20 mg/g pada pot kontrol
dan 37 mg/g dan
33 mg/g pada pot
perlakuan charcoal.
Gambar 2. Menunjukkan konsentrasi
logam Cu banyak terkonsentrasi pada buah
kontrol dari pada batang dan daun. Hal
tersebut
dikarenakan
buah
kedelai
mengandung banyak protein yang terdiri
dari gugus asam amino yang berkisar
diantara 85—95%. Hal ini karena asam
amino mengandung gugus amina dan gugus
Gambar 2. Distribusi logam Cu dalam
tanaman.kedelai
Tabel 2 dan Gambar 2. Menunjukkan
distribusi rata—rata logam Cu pada akar,
batang, daun, dan buah. Konsentrasi Cu
lebih besar terkonsentrasi pada akar tanaman
kedelai baik tanaman kontrol maupun
tanaman perlakuan charcoal. Konsentrasi
logam Cu pada batang, daun dan buah jauh
lebih kecil dibandingkan dengan konsentrasi
logam Cu di akar. Namun perbedaan nilai
Cu pada pot kontrol maupun pot perlakuan
khususnya di akar tidak jauh berbeda hanya
samping seperti merkapto, karbamida, dan
imina yang berpotensi sebagai ligan dalam
mengakumulasi logam. Salah satu asam
amino esensial yang terkandung dalam
kedelai yaitu sistin. Menurut suhendrayatna;
2001, sistin merupakan dua residu sistein
yang bergabung melalui ikatan disulfida
sehingga sistin sudah pasti memiliki gugus –
NH2 dan gugus sulfuhidril (-SH) yang akan
mengikat logam berat yang diserap oleh
tanaman dan di distribusikan ke bagian—
bagian tanaman.
5
Perpustakaan Universitas Khairun>> Artikel Tugas Akhir (skripsi)_2014
KESIMPULAN
Berdasarkn penelitian disimpulkan bahwa
Penambahan material organik charcoal pada
media tanam dapat menahan laju masuknya
logam berat Cu ke dalam tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Alloway, B. J., 1995, Heavy Metals In Soil.
2rd Edition. Blackie Academic and
Professional-Chapman and Hall.,
London-Glasgow-Wenherm-New
York. Tokyo-Melbourne-Madras : 368
Brooks, dkk., 1977, Detections of
nickelferous Rocks by Analysis of
herbarium specimens of Indicator
Plants, Journal of Geochemical
explaration, Vol. 7 : 49-77.
Chaney, R. L1983, Plant Uptake Of
Inorganik waste Constituen In Lond
Treatment Of Hazardous Wastes, (Eds
JF Parr, PB Marsh. JM Kla) : 50-76
(Noyes Data Cop Park Ridge, NJ)
Darmono, 2001, Lingkungan Hidup dan
Pencemaran: Hubungannya dengan
Toksikologi Senyawa Logam. Penerbit
Universitas Indonesia (UI-Press),
Jakarta.
Hidayati, N dan Saefudin., 2003, Potensi
Hiperakumulator dan Serapan Logam
Beberapa jenis Tumbuhan Terhadap
Limbah Pengolahan Emas, Laporan
Teknik, No. 4832, 147-159
Jurnal Biodiversitas, Vol. 6, No. 1, 3133
Lahuddin, 2007, Aspek Kesuburan Unsur
Mikro dalam Tanah. Universitas
Sumatera Utara, Medan
Muliadi,
dkk.,
2013,
Fitoremediasi
Akumulasi dan Distribusi Logam
Berat Nikel, Kadmium, dan Kromium
dalam Tanaman Ipomea reptana,
Seminar
Nasional
Kimia
dan
Pendidikan Kimia, HKI SUMBAR
Purwaningsi, I. S., 2009, Pengaruh
Penambahan
Nutrisi
Terhadap
Efektifitas
Fitoremediasi
Menggunakan
Tanaman
Encek
Gondok (Eichhornia Crassipes), jurnal
Rekayasa Proses, Vol. 3, No. 1, 5-9
Syauqiah, I, dkk., 2011, Analisis Variasi
Waktu dan Kecepatan Pengaduk pada
Proses Adsorpsi Limbah Logam Berat
dengan Arang Aktif, Jurnal Info
Teknik, Vol. 12, No. 1, 11-20
Squires, V. R., 2001, Soil Pollution and
Remediation: Issues, Progress and
Prospects.
Didalam:
Prosiding
Workshop Vegetation Recovery In
Degraded Land Areas. Kalgoorlie,
Australia, 27 okt-3 Nov 2001. Hal 1120
Suhedrayatna, 2001, Bioremoval Logam
Berat
dengan
Menggunakan
Mikroorganisme : Suatu Kajian
Kepustakaan, Departemen of Applid
Chemistry and Chemical Engineering,
Faculty of Engineering, Kagoshima
University
Juhaeti, T, dkk., 2005, Investarisasi
Tumbuhan
Potensial
Untuk
Fitoremediasi
lahan
dan
Air
Terdegradasi Penambangan Emas,
6
STUDI FITOREMEDIASI TANAH TERCEMAR LOGAM BERAT TEMBAGA MENGGUNAKAN
TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L) merill) DENGAN PENAMBAHAN ARANG (Charcoal)
Mirnawati Umacina(1), Deasy Liestianty(2), Muliadi(2)
1, 2)
Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, Universitas Khairun
ABSTRAK
Penelitian ini telah dilakukan untuk mengetahui perbandingan akumulasi logam berat kadmium dan
tembaga yang diserap oleh tanaman kedelai, serta mengetahui pengaruh penambahan charcoal dalam menahan
pergerakan logam di dalam tanah ke bagian-bagian tanaman. Metode analisis yang digunakan adalah
Voltametri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman kedelai dikategorikan sebagai tanaman
hiperakumulator logam tembaga dengan nilai TF dan EF > 1 dengan kemampuan akumulasi maksimum 57,14
mg/g pada logam Cu. Penelitian ini membuktikan bahwa dengan penambahan charcoal dapat membantu
menutrisi tanaman, serta dapat menahan laju pergerakan logam berat dalam tanah ke bagian-bagian tanaman.
Distribusi logam pada akar lebih besar di bandingkan pada batang, daun , dan buah. Dengan demikian
mekanisme akumulasi logam Cu merupakan mekanisme fitostabilisasi. Mekanisme fitostabilisasi merupakan
mekanisme fitoremediasi yang memiliki akumulasi terbesar berada pada bagian akar tanaman.
Kata kunci : Fitoremediasi, hiperakumulator, logam tembaga, charcoal.
Sumber
PENDAHULUAN
Tanah
merupakan
salah
satu
lingkungan hidup bagi organisme, salah
satunya
yaitu
tumbuhan.
Tanah
yang
tercemar bahan kimia baik polutan organik
maupun
polutan
anorganik
menyebabkan
terakumulasinya
tersebut
tanaman.
pada
Jika
dapat
polutan
tanaman
tersebut dikonsumsi oleh manusia akan
berdampak negatif bagi kesehatan.
berasal
dari
pencemaran
kegiatan
tanah
yang
pertambangan,
pertanian dan produksi limbah rumah tangga
seperti detergen, sampah organik maupun
anorganik. Limbah yang dihasilkan dari
aktivitas tersebut mengandung berbagai
jenis logam berat, yaitu tembaga (Cu).
Berbeda dengan limbah organik yang dapat
terurai oleh mikroorganisme, limbah logam
berat sangat susah didegradasi tetapi bisa
diakumulasi.
1
Perpustakaan Universitas Khairun>> Artikel Tugas Akhir (skripsi)_2014
Penanggulangan logam Cu dalam
berat Cu dalam tanah yaitu fitoremediasi.
tanah dapat dilakukan dengan menggunakan
Fitoremediasi
proses kimiawi atau memahami sifat–sifat
pemanfaatan tanaman untuk memulihkan
kimianya, sehingga dapat diketahui kondisi
tanah atau air yang tercemar logam berat.
lingkungan yang tepat untuk menstabilkan
Metode
logam berat tersebut. Penambahan senyawa
dibandingkan dengan teknologi lainnya
kimia tertentu untuk pemisahan logam berat
karena prosesnya yang alami. Fitoremediasi
atau resin penukaran ion serta beberapa cara
terbukti merupakpan metode yang efektif
lain
dan ekonomis untuk mereduksi konsentrasi
seperti
penggenangan,
tindakan
dan
pengapuran,
penggunaan
bahan
organik telah dilakukan khususnya untuk
ini
Tanaman yang mampu menyerap dan
mengakumulasikan
mahal
jumlah
menimbulkan
keunggulan
2009; Muliadi, dkk., 2013).
Tetapi cara ini membutuhkan biaya cukup
cenderung
memiliki
metode
polutan logam berat di tanah (Purwaningsih,
mengontrol unsur logam berat pada tanah.
dan
merupakan
logam
tertentu
berat
disebut
dalam
tanaman
permasalahan baru, yaitu akumulasi produk
hiperakumulator (Chaney,1983). Beberapa
samping dalam sedimen dan organisme
jenis tanaman yang telah dilaporkan sebagai
akuatik.
fitoakumolator logam berat antara lain
Berdasarkan
hal
tersebut
penggunaan material biologi ditawarkan
Mimosa
sebagai
atau
Clotalaria sp, Ipomea sp (Hidayati,N dan
yang
Saefudin., 2003). Thalapsi. Caerulescence,
upaya
menghilangkan
mengurangi
logam
berat
Cu
mencemari lingkungan.
T.
pigra,
goesingense,
Crotalaria
T.
juncea,
ochroleucum,
T.
Salah satu metode yang dianggap
rotundifolium (Prasad dan Freitas, 2003).
aplikatif untuk mengatasi pencemaran logam
Monocharia vaginalis, Limnoharis flava,
2
Perpustakaan Universitas Khairun>> Artikel Tugas Akhir (skripsi)_2014
conjugatum,
Cyperus
Tejowulan., 2007). Menurut Lahuddin.,
Centrosema
pubescens,
2007, Unsur hara esensial yang dibutuhkan
Mikania cordata dan Commelina nudiflora
tanaman terdiri dari unsur hara makro (N, P,
(Juhaite, dkk., 2005). Studi terdahulu oleh
K, Ca, Mg, dan S) dan unsur hara mikro
Muliadi, dkk., 2013, menunjukkan bahwa
(Zn, Cu, Mn, Mo, B, Fe, dan Cl). Unsur
Ipomea reptans poir dan Brassica rapa
logam Cd juga terkandung dalam jaringan
berpotensi sebagai hiperakumolator nikel
tanaman yang disebut hara non esensial.
dengan
699,9
Selain mampu menyediakan unsur karbon,
mg/kg dan 645,7 mg/kg dengan nilai faktor
charcoal diketahui mampu menyerap logam
translokasi masing–masing 1,25 dan 2,15.
berat Fe sebesar 0,24 mg/L (Syauqiah, dkk.,
selain
2011).
Paspalum
monocephala,
kemampuan
itu,
Ipomea
fitoekstrasi
reptans
mampu
mengakumulasi logam berat Cd dan Cr
masing–masing sebesar 125,601 mg/Kg dan
136,792 mg/Kg.
hara yang dibutuhkan oleh tanaman sangat
terbatas sehingga diperlukan penambahan
material organik yang dapat meningkatkan
potensi tanah. Salah satu yang dapat
adalah
dengan
pemberian
charcoal. Penambahan charcoal selain dapat
menambah unsur hara juga dapat sebagai
pembenah
tanah
tercemar logam berat. Diharapkan selain
untuk menambah unsur hara dan pembenah
Kemampuan tanah menyediakan unsur
dilakukan
Penambahan charcoal pada tanah
(Soemeinaboedhy
dan
tanah dapat juga sebagai bahan adsorpsi
logam berat didalam tanah. Serta dapat
meningkatkan daya tahan tanaman terhadap
toksisitas logam.
METODOLOGI
Alat dan bahan
Alat–alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah alat gelas yang umum
digunakan di Laboratorium, oven, neraca
3
Perpustakaan Universitas Khairun>> Artikel Tugas Akhir (skripsi)_2014
analitik,
perangkat
lisimeter,
saringan,
perangkat voltametri, dan mikropipet dalam
ukuran mikroliter.
Bahan–bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah tanah tercemar (limbah
laboratorium),
bibit
tanaman
kedelai
(Glycine max (L) merill), aquades, CuSO4,
HNO3 , HCl, pupuk NPK, dan Charcoal.
Prosedur penelitian
Gambar 1. Konsentrasi logam Cu dalam
tanah dan tanaman
Penelitian ini dilakukan dalam empat
Pada logam Cu konsentrasi dalam
tahapan, yaitu penyiapan media tanam yang
tanaman kontrol lebih besar dibandingkan
tercemar (limbah laboratorium), pembibitan
dengan tanaman perlakuan, begitu juga pada
dan penanaman tanaman Glycine max (L)
tanah konsentasi logam Cu lebih besar
merill, pengamatan pertumbuhan selama
terdapat dalam tanah kontrol dibandingkan
masa pertumbuhan dan pemanenan serta
tanah perlakuan. Hal ini karena logam Cu
destruksi sampel.
merupakan salah satu unsur hara esensial
HASIL DAN PEMBAHASAN
dalam jumlah mikro yang juga dibutuhkan
Perbandingan Konsentrasi Logam Cu
oleh tanaman dalam proses fisiologi karena
dalam Tanah dan Tanaman
suplai unsur hara dari bahan mineral untuk
tanaman
Tabel 1. Perbandingan konsentrasi Cu dalam
Tanah dan Tanaman
Kontrol Cu Perlakuan
(mg/g)
(mg/g)
Tanah
6.92 (mg/g
5.00
Tanaman
37.79
57.14
secara
alami
cukup
bagi
pertumbuhan tanaman secara normal. Selain
itu logam Cu mampu menggantikan unsur
logam seperti Fe yang sangat penting dalam
proses fisiologi dalam tubuh tanaman.
4
Perpustakaan Universitas Khairun>> Artikel Tugas Akhir (skripsi)_2014
Tabel 2. Distribusi Logam Cu didalam
tanaman kedelai
logam Cu (mg/g)
Kontrol Perlakuan Charcoal
Akar
36.20
37.33
Batang
11.15
5.61
Daun
6.47
6.83
Buah
26.63
7.35
berkisar antara 36,20 mg/g pada pot kontrol
dan 37 mg/g dan
33 mg/g pada pot
perlakuan charcoal.
Gambar 2. Menunjukkan konsentrasi
logam Cu banyak terkonsentrasi pada buah
kontrol dari pada batang dan daun. Hal
tersebut
dikarenakan
buah
kedelai
mengandung banyak protein yang terdiri
dari gugus asam amino yang berkisar
diantara 85—95%. Hal ini karena asam
amino mengandung gugus amina dan gugus
Gambar 2. Distribusi logam Cu dalam
tanaman.kedelai
Tabel 2 dan Gambar 2. Menunjukkan
distribusi rata—rata logam Cu pada akar,
batang, daun, dan buah. Konsentrasi Cu
lebih besar terkonsentrasi pada akar tanaman
kedelai baik tanaman kontrol maupun
tanaman perlakuan charcoal. Konsentrasi
logam Cu pada batang, daun dan buah jauh
lebih kecil dibandingkan dengan konsentrasi
logam Cu di akar. Namun perbedaan nilai
Cu pada pot kontrol maupun pot perlakuan
khususnya di akar tidak jauh berbeda hanya
samping seperti merkapto, karbamida, dan
imina yang berpotensi sebagai ligan dalam
mengakumulasi logam. Salah satu asam
amino esensial yang terkandung dalam
kedelai yaitu sistin. Menurut suhendrayatna;
2001, sistin merupakan dua residu sistein
yang bergabung melalui ikatan disulfida
sehingga sistin sudah pasti memiliki gugus –
NH2 dan gugus sulfuhidril (-SH) yang akan
mengikat logam berat yang diserap oleh
tanaman dan di distribusikan ke bagian—
bagian tanaman.
5
Perpustakaan Universitas Khairun>> Artikel Tugas Akhir (skripsi)_2014
KESIMPULAN
Berdasarkn penelitian disimpulkan bahwa
Penambahan material organik charcoal pada
media tanam dapat menahan laju masuknya
logam berat Cu ke dalam tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Alloway, B. J., 1995, Heavy Metals In Soil.
2rd Edition. Blackie Academic and
Professional-Chapman and Hall.,
London-Glasgow-Wenherm-New
York. Tokyo-Melbourne-Madras : 368
Brooks, dkk., 1977, Detections of
nickelferous Rocks by Analysis of
herbarium specimens of Indicator
Plants, Journal of Geochemical
explaration, Vol. 7 : 49-77.
Chaney, R. L1983, Plant Uptake Of
Inorganik waste Constituen In Lond
Treatment Of Hazardous Wastes, (Eds
JF Parr, PB Marsh. JM Kla) : 50-76
(Noyes Data Cop Park Ridge, NJ)
Darmono, 2001, Lingkungan Hidup dan
Pencemaran: Hubungannya dengan
Toksikologi Senyawa Logam. Penerbit
Universitas Indonesia (UI-Press),
Jakarta.
Hidayati, N dan Saefudin., 2003, Potensi
Hiperakumulator dan Serapan Logam
Beberapa jenis Tumbuhan Terhadap
Limbah Pengolahan Emas, Laporan
Teknik, No. 4832, 147-159
Jurnal Biodiversitas, Vol. 6, No. 1, 3133
Lahuddin, 2007, Aspek Kesuburan Unsur
Mikro dalam Tanah. Universitas
Sumatera Utara, Medan
Muliadi,
dkk.,
2013,
Fitoremediasi
Akumulasi dan Distribusi Logam
Berat Nikel, Kadmium, dan Kromium
dalam Tanaman Ipomea reptana,
Seminar
Nasional
Kimia
dan
Pendidikan Kimia, HKI SUMBAR
Purwaningsi, I. S., 2009, Pengaruh
Penambahan
Nutrisi
Terhadap
Efektifitas
Fitoremediasi
Menggunakan
Tanaman
Encek
Gondok (Eichhornia Crassipes), jurnal
Rekayasa Proses, Vol. 3, No. 1, 5-9
Syauqiah, I, dkk., 2011, Analisis Variasi
Waktu dan Kecepatan Pengaduk pada
Proses Adsorpsi Limbah Logam Berat
dengan Arang Aktif, Jurnal Info
Teknik, Vol. 12, No. 1, 11-20
Squires, V. R., 2001, Soil Pollution and
Remediation: Issues, Progress and
Prospects.
Didalam:
Prosiding
Workshop Vegetation Recovery In
Degraded Land Areas. Kalgoorlie,
Australia, 27 okt-3 Nov 2001. Hal 1120
Suhedrayatna, 2001, Bioremoval Logam
Berat
dengan
Menggunakan
Mikroorganisme : Suatu Kajian
Kepustakaan, Departemen of Applid
Chemistry and Chemical Engineering,
Faculty of Engineering, Kagoshima
University
Juhaeti, T, dkk., 2005, Investarisasi
Tumbuhan
Potensial
Untuk
Fitoremediasi
lahan
dan
Air
Terdegradasi Penambangan Emas,
6