Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan | kelompok9offg

SISTEM PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN MAKALAH

  Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen yang dibina oleh Bapak Drs. Muhammad Arief, M.Si oleh

  Intan Nafida Ayu S. (140411600750) Irsyadul Halim (140411603027) Irvan Agung Nuswantoro (140411604766) Isma Nur Laila (140411604012)

  UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN PRODI S1 PENDIDIKAN TATA NIAGA September 2015 Proses pengambilan keputusan telah dianggap sebagai hal kritis di perusahaan yang dicapai melalui pengalaman (knowldege). Tetapi, dengan semakin bertumbuhnya tingkat kerumitan dari bisnis tersebut telah membuat proses pengambilan keputusan tersebut menjadi lebih sulit. Hal itu disebabkan semakin banyaknya alternatif keputusan yang ada, semakin besar pengaruh sebuah keputusan di dalam perusahaan dan semakin tidak tentunya perubahan yang mungkin terjadi di lingkungan perusahaan. Butuh suatu sistem pendukung keputusan dimana sistem tersebut dapat memberikan informasi mengenai keputusan yang terbaik berdasarkan informasi yang didapatkan.

  Sistem pendukung keputusan decision support

  systems disingkat DSS) adalah bagian dariberbasis komputer

  (termasuk sistem berbasis pengetahuan Dapat juga dikatakan sebagai sistem komputer yang mengolah data menjadi informasi untuk mengambil keputusan dari masalah semi-terstruktur yang spesifik.

  Menurut Moore and Chang, SPK dapat digambarkan sebagai sistem yang berkemampuan mendukung analisis ad hoc data, dan pemodelan keputusan, berorientasi keputusan, orientasi perencanaan masa depan, dan digunakan pada saat- saat yang tidak biasa.

  System pendukung keputusan atau DSS digunakan untuk mengumpulkan data, menganalisa dan membentuk data yang dikoleksi, dan mengambil keputusan yang benar atau membangun strategi dari analisis, tidak pengaruh terhadap computer, basis data atau manusia penggunanya

B. Rumusan Masalah

  1. Apa definisi sistem pendukung keputusan ?

  2. Apa tujuan sistem pendukung keputusan?

  3. Metode apa saja yang dapat digunakan dalam sistem pengambilan keputusan?

  4. Apa saja tipe sistem pendukung pengambilan keputusan ?

a) Pengertian Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan

  Sistem pendukung pengambilan keputusan (Decision Support System - DSS) adalah suatu sistem yang digunakan sorang manajer untuk memecahkan dan menyelesaikan masalah.

  Menurut Daihani (2001:54), konsep Sistem Pendukung Keputusan (SPK) pertama kali diungkapkan pada awal tahun 1970-an oleh G. Anthony Gorry dan Michael S. Scott Morton. Mereka yakin bahwa suatu sistem seharusnya dibuat untuk pemecahan masalah dan masalah tertentu. Mereka menjelaskan bahwa Sistem Pendukung Keputusan adalah suatu sistem yang berbasis computer yang ditujukan untuk membantu pengambil keputusan dalam memanfaatkan data dan model tertentu untuk memecahkan berbagai persoalan yang tidak terstruktur.

  Mcleod dan Schell (2005:14) mendefinisikan Sistem pendukung pengambilan keputusan (Decision Support System - DSS) sebagai suatu sistem yang membantu manajer atau sekelompok kecil manajer memecahkan satu masalah.

  Selain itu Turban (2005) mengemukakan bahwa Sistem Pendukung Keputusan merupakan sebuah sistem yang dimaksudkan untuk mendukung para pengambil keputusan manajerial dalam situasi keputusan semiterstruktur.

  Dapat disimpulkan bahwa Sistem Pendukung Keputusan adalah suatu sistem informasi spesifik yang ditujukan untuk membantu manajemen dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan persoalan yang bersifat semi struktur dan tidak terstruktur. Sistem ini memiliki fasilitas untuk menghasilkan berbagai alternatif yang secara interaktif dapat digunakan oleh pemakai.

  Sistem pendukung keputusan ini berbasis komputer yang dirancang untuk meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan dalam memecahkan masalah yang bersifat semi terstruktur dan tidak terstruktur. Kata berbasis komputer merupakan kata kunci, karena hampir tidak mungkin membangun SPK tanpa memanfaatkan komputer sebagai alat Bantu, terutama untuk menyimpan data serta mengelola model.

  Dari pengertian sistem pendukung keputusan maka dapat ditentukan karakteristik antara lain :

  1. Mendukung proses pengambilan keputusan, menitikberatkan pada management by perception.

  2. Adanya interface manusia / mesin dimana manusia (user) tetap memegang control proses pengambilan keputusan.

  3. Mendukung pengambilan keputusan untuk membahas masalah terstruktur, semi terstruktur dan tak struktur.

  4. Memiliki kapasitas dialog untuk memperoleh informasi sesuai dengan kebutuhan.

  5. Memiliki subsistem – subsistem yang terintegrasi sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi sebagai kesatuan item.

  6. Membutuhkan struktur data komprehensif yang dapat melayani kebutuhan informasi seluruh tingkatan manajemen

b) Pemecahan masalah dan pembuatan keputusan

  Pemecahan masalah (problem solving) terdiri atas respons terhadap hal yang berjalan dengan baik, serta terhadap hal yang berjalan buruk dengan cara mendefinisikan masalah sebagai kondisi atau peristiwa yang berbahaya atau dapat membahayakan perusahaan atau yang bermanfaat atau dapat memberi manfaat. Dalam pemecahan masalah, seorang manajer terlibat dalam pembuatan keputusan (decision making), yaitu tindakan memilih di antara berbagai alternatif solusi pemecahan masalah. Keputusan didefinisikan sebagai tindakan pilihan dan sering kali mengambil banyak keputusan dalam proses pemecahan masalah. Fase pemecahan masalah : Menurut simon (dalam Mcleod dan Schell : 326) orang yang memecahkan masalah terlibat dalam empat tahapan, yaitu :

  1. Aktivitas intelijen. Yaitu mencari di sekitar lingkungan kondisi yang harus dipecahkan. Intelegensi dalam pengambilan keputusan meliputi scanning (Pemindaian) lingkungan, entah secara intermiten ataupun terus-menerus. Inteligensi mencakup berbagai aktivitas yang menekankan identifikasi situasi atau peluang-peluang masalah. Tahapan dalam fase intelegensi antara lain identifikasi masalas (peluang), klasifikasi masalah, dan kepemilikan masalah.

  2. Aktivitas perancangan. Yaitu menemukan, mengembangkan dan menganalisis tindakan-tindakan yang mungkin dilakukan. Fase desain meliputi penemuan atau mengembangkan dan menganalisis tindakan yang mungkin untuk dilakukan. Hal

  Tahapan dalam fase intelegensi antara lain memilih sebuah prinsip pilihan, mengembangkan (menghasilkan) alternatif-alternatif, dan mengukur hasil akhir.

  3. Aktivitas pemilihan. Yaitu memilih tindakan tertentu dari beberapa pilihan yang tersedia. Pilihan merupakan tindakan pengambilan keputusan yang kritis. Fase pilihan adalah fase di mana dibuat suatu keputusan yang nyata dan diambil suatu komitmen untuk mengikuti suatu tindakan tertentu. Batas antara fase pilihan dan desain sering tidak jelas karena aktivitas tertentu dapat dilakukan selama kedua fase tersebut dank arena orang dapat sering kembali dari aktivitas pilihan ke aktivitas desain. Sebagai contoh, seseorang dapat menghasilkan alternatif baru selagi mengevaluasi alternatif yang ada. Fase pilihan meliputi pencarian, evaluasi, dan rekomendasi terhadap suatu solusi yang tepat untuk model. Sebuha solusi untuk sebuah model adalah sekumpulan nilai spesifik untuk variabel-variabel keputusan dalam suatu alternatif yang telah dipilih.

  4. Aktivitas implementasi. Pada hakikatnya implementasi suatu solusi yang diusulkan untuk suatu masalah adalah inisiasi terhadap hal baru, atau pengenalan terhadap perubahan. Definisi implementasi sedikit rumit karena implementasi merupakan sebuah proses yang panjang dan melibatkan batasa-batasan yang tidak jelas. Pendek kata, implementasi berarti membuat suatu solusi yang direkomendasikan bisa bekerja, tidak memerlukan implementasi suatu sistem komputer.

  Memilih solusi yang terbaik

  Pemilihan solusi atas keputusan yang terbaik dapat dicapai dengan berbagai cara. Mintzberg (dalam McLeod dan Schell : 329) mengidentifikasi tiga pendekatan: a) Analisis, merupakan evaluasi atas pilihan-pilihan secara sistematis, dengan mempertimbangkan konsekuensi pilihan-pilihan tersebut pada tujuan organisasi.

  Salah satu contohnya adalah pertimbangan yang dilakukan oleh para anggota komite pengawas SIM untuk memutuskan pendekatan mana yang harus diambil dalam mengimplementasikan sistem informasi eksekutif b) Penilaian, melibatkan proses pemikiran yang dilakukan oleh seorang manajer. Sebagai contoh, manajer produksi menerapkan pengalaman dan intuisi dalam mengevaluasi gambar pabrik baru yang diusulkan dari model matematika. c) Penawaran, merupakan proses negosiasi seorang manajer. Salah satu contoh adalah proses memberi dan menerima yang berlangsung antara para anggota komite eksekutif mengenai pasar mana yang harus dimasukinya selnjutnya. Di sinilah tempat di mana pengaruh politik dalam perusahaan dapat dilihat dengan jelas.

  Permasalahan versus gejala

  Penting bagi seorang manajer untuk memahami perbedaan antara masalah dan gejala dari suatu masalah. Jika tidak demikian, kita dapat menghabiskan banyak waktu dan uang untuk menyelesaikan permasalahan yang salah atau sesuatu yang sesungguhnya bukanlah suatu masalah. Gejala (symptom) adalah kondisi yang dihasilkan masalah. Seringkali seorang manajer melihat gejala dan bukan masalah.

  Seorang dokter mengikuti proses yang sama untuk menilik gejala-gejala dan menemukan penyebab dari suatu penyakit (“apa yang menyebabkan anda kurang

  

semangat?”). seorang manajer menghadapi tugas yang sama ketika menghadapi

  gejala seperti rendahnya keuntungan. Sesuatu telah menyebabkan keuntungan menjadi rendah. Masalahnya adalah penyebab dari keuntungan yang rendah. Bahkan, kita dapat memandang suatu masalah sebagai penyebab permasalahan atau penyebab kesempatan.

c) Pendekatan sistem

  Pencarian asal mula proses pemecahan masalah secaara sistematis mengaruh paad John Dewey, seorang profesor ilmu filosofi di Columbia University. Dalam sebuah buku di tahun 1910. Dewey mengidentifikasikan tiga rangkaian pertimbangan yang terlibat dalam pemecahan sebuah masalah atau kontroversi secara memadai:

  1. Mengenali masalah

  2. Mempertimbangkan klaim-klaim alternatif

  3. Membentuk satu pertimbangan Kerangka kerja Dewey pada intinya terkubur selama bertahun-tahun, namun sepanjang akhir tahun 1960-an dan awal 1970-an, minat akan pemecahan masalah secara sistematis mulai menguat. Ilmuan manajemen dan spesialis informasi mencari cara-cara yang efisien dan efektif untuk memecahkan masalah, dan kerangka kerja

  (system approach), dengan definisi serangkaian langkah-langkah pemecahan masalah yang memastikan masalah tersebut telah dipahami, solusi-solusi alternatif telah dipertimbangkan, dan bahwa solusi yang dipilih telah berhasil. Langkah-langkah pendekatan sistem :

  Pada umumnya banyak uraian mengenai pendekatan sistem yang mengikuti pola dasar yang sama, tetapi jumlah langkahnya bervariasi. (McLeod dan Shcell : 194) menggunakan 10 langkah, yang dikelompokkan menjadi tiga tahapan, 1.) upaya persiapan menyiapkan pemecahan masalah dengan memberikan suatu orientasi sistem. 2.) upaya definisi terdiri atas pengidentifikasian masalah untuk dipecahkan dan kemudian memahaminya. 3.) upaya solusi melibatakan pengidentifikasian solusi-solusi alternatif, mengevaluasinya, memilih salah satu yang terlihat paling baik, menerapkan, dan menindaklanjutinya. Berikut rincian dalam tabel 1.

  Tahap I : Upaya persiapan Langkah

  1 Melihat perusahaan sebagai suatu sistem Langkah

  2 Mengenal sistem Lingkungan Langkah

  

3 Mengidentifikasi subsistem-subsistem perusahaan

Tahap II : Upaya definisi

  Langkah

  

4 Melanjutkan dari tingkat sistem ke tingkat subsitem

Langkah

  5 Menganalisis bagian-bagian sistem dalam suatu urut-urutan tertentu Tahap III : Upaya Solusi

  Langkah

  6 Mengidentifikasi solusi-solusi alternatif Langkah

  7 Mengevaluasi solusi-solusi alternatif Langkah

  8 Memilih solusi terbaik Langkah

  9 Mengimplementasikan solusi Langkah

10 Menindaklanjuti untuk memastikan bahwa solusi tersebut efektif

  Pentingnya cara pandang sistem

  Dalam menggunakan model sistem umum dan model lingkungan sebagai dasar pemecahan masalah, kita mengambil cara pandang sistem (systems view), yang memandang operasional usaha sebagai sistem yang menjadi bagian dari lingkungan yang lebih luas. Ini merupakan cara pemikiran yang abstrak, namun memiliki nilai potensial untuk manajer. Cara pandang sistem akan :

  1) Mencegah manajer agar tidak bingung karena kompleksitas struktur organisasi dan detail pekerjaan. 2) Menekankan pentingnya memiliki tujuan yang baik

  3) Menekankan pentingnya semua bagian organisasi dengan lingkungannya 4) Menempaatkan nilai tinggi pada informasi yang didapat dari input yang hanya dapat dicapai melalui sistem perputaran tertutup

d) Sistem Pendukung Keputusan (SPK)

  Sistem pendukung keputusan (decission support system)/DSS merupakan sistem interaktif berbantuan komputer yang mendukung pemakai dalam kemudahan akses terhadap data dan model keputusan dalam upaya membantu proses pengambilan keputusan yang efektif dalam memecahkan masalah yang bersifat semi terstruktur dan tidak terstruktur, karena itu harus mampu:

  • Ditambah/ dikembangkan
  • Mendukung analisis data dan model desisi
  • Berorientasi pada masa yang akan dating
  • Digunakan dalam waktu yang tidak terjadwal Sistem pendukung pengambilan keputusan sendiri memiliki karakteristik sebagai berikut, antara lain : 1. Menawarkan keluwesan, kemudahan beradaptasi, dan tanggapan yang cepat.

  2. Memungkinkan pemakai memulai dan mengendalikan masukan dan keluaran.

  3. Dapat dioperasikan dengan sedikit atau tanpa bantuan pemrogram profesional.

  4. Menyediakan dukungan untuk keputusan dan permasalahan yang solusinya tak dapat ditentukan di depan.

  5. Menggunakan analisis data dan perangkat pemodelan yang canggih.

  Adapun komponen-komponen dari SPK adalah sebagai berikut.: 1) Data Management

  Termasuk database, yang mengandung data yang relevan untuk berbagai situasi dan diatur oleh software yang disebut Database Management System (DBMS). 2) Model Management

  Melibatkan model finansial, statistikal, management science, atau berbagai model kualitatif lainnya, sehingga dapat memberikan ke sistem suatu kemampuan analitis, dan manajemen software yang dibutuhkan. 3) Communication

  User dapat berkomunikasi dan memberikan perintah pada DSS melalui subsistem ini. Ini berarti menyediakan antarmuka. 4) Knowledge Management

  Subsistem optional ini dapat mendukung subsistem lain atau bertindak atau bertindak sebagai komponen yang berdiri sendiri.

  Dalam proses pengambilan keputusan menggunakan sistem, ada tiga jenis keputusan, yaitu :

  1. Keputusan Terstruktur Keputusan terstruktur adalah keputusan yang dilakukan secara berulang- ulang dan bersifat rutin. Informasi yang dibutuhkan spesifik, terjadwal, sempit, interaktif, real time, internal, dan detail. Prosedur yang dilakukan untuk pengambilan keputusan sangat jelas. Keputusan ini terutama dilakukan pada manajemen tingkat bawah. Contoh: Keputusan pemesanan barang dan keputusan penagihan piutang; menentukan kelayakan lembur, mengisi persediaan, dan menawarkan kredit pada pelanggan.

  2. Keputusan Semiterstruktur Keputusan semiterstruktur adalah keputusan yang mempunyai sifat yakni sebagian keputusan dapat ditangani oleh komputer dan yang lain tetap harus dilakukan oleh pengambil keputusan. Informasi yang dibutuhkan folus, spesifik, interaktif, internal, real time, dan terjadwal. Contoh: Pengevaluasian kredit, penjadwalan produksi dan pengendalian sediaan, merancang rencana pemasaran, dan mengembangkan anggaran departemen.

  3. Keputusan Tidak Terstruktur Keputusan tak terstruktur adalah keputusan yang penanganannya rumit karena tidak terjadi berulang-ulang atau tidak selalu terjadi. Keputusan ini menuntut pengalaman dan berbagai sumber yang bersifat eksternal. Keputusan ini umumnya terjadi pada manajemen tingkat atas. Informasi yang dibutuhkan umum, luas,

  internal, dan eksternal. Contoh: Pengembangan teknologi baru, keputusan untuk bergabung dengan perusahaan lain, perekrutan eksekutif.

  Penting untuk dicatat bahwa DSS tidak memiliki suatu model tertentu yang sehingga terdapat banyak cara untuk mengklasifikasikan DSS. Berikut beberapa model sistem pendukung kepuutusan :

  1. DSS model pasif adalah model DSS yang hanya mengumpulkan data dan mengorganisirnya dengan efektif, biasanya tidak memberikan suatu keputusan yang khusus, dan hanya menampilkan datanya. Suatu DSS aktif pada kenyataannya benar-benar memproses data dan secara eksplisit menunjukkan beragam solusi berdasarkan pada data tersebut.

  2. DSS model aktif sebaliknya memproses data dan secara eksplisit menunjukkan solusi berdasarkan pada data yang diperoleh, walau harus diingat bahwa intervensi manusia terhadap data tidak dapat dipungkiri lagi. Misalnya, data yang kotor atau data sampah, pasti akan menghasilkan keluaran yang kotor juga (garbage in garbage out).

  3. Suatu DSS bersifat kooperatif jika data dikumpulkan, dianalisa dan lalu diberikan kepada manusia yang menolong system untuk merevisi atau memperbaikinya.

  4. Model Driven DSS adalah tipe DSS dimana para pengambil keputusan menggunakan simulasi statistik atau model-model keuangan untuk menghasilkan suatu solusi atau strategi tanpa harus intensif mengumpulkan data.

  5. Communication Driven DSS adalah suatu tipe DSS yang banyak digabungkan dengan metode atua aplikasi lain, untuk menghasilkan serangkaian keputusan, solusi atau strategi.

  6. Data Driven DSS menekankan pada pengumpulan data yang kemudian dimanipulasi agar sesuai dengan kebutuhan pengambil keputusan, dapat berupa data internal atua eksternal dan memiliki beragam format. Sangat penting bahwa data dikumpulkan serta digolongkan secara sekuensial, contohnya data penjualan harian, anggaran operasional dari satu periode ke periode lainnya, inventori pada tahun sebelumnya, dsb.

  7. Document Driven DSS menggunakan beragam dokumen dalam bermacam bentuk seperti dokumen teks, excel, dan rekaman basis data, untuk menghasilkan keputusan serta strategi dari manipulasi data.

  8. Knowledge Driven DSS adalah tipe DSS yang menggunakan aturan-aturan tertentu yang disimpan dalam komputer, yang digunakan manusia untuk menentukan apakah keputusan harus diambil. Misalnya, batasan berhenti pada perdagangan bursa adalah suatu model knowledge driven DSS.

e) Tujuan Sistem Pendukung Keputusan

  Sistem pendukung keputusan memiliki beberapa tujuan secara umum (Turban, 2005), yaitu antara lain: 1) Membantu manajer dalam pengambilan keputusan atas masalah semi terstruktur.

  2) Memberikan dukungan atas pertimbangan manajer dan bukannya dimaksudkan untuk menggantikan fungsi manajer. 3) Meningkatkan efektivitas keputusan yang diambil manajer lebih daripada perbaikan efisiensinya. 4) Kecepatan komputasi. Komputer memungkinkan para pengambil keputusan untuk melakukan banyak komputasi secara cepat dengan biaya yang rendah. 5) Peningkatan produktivitas. Membangun satu kelompok pengambil keputusan, terutama para pakar, bisa sangat mahal. Pendukung terkomputerisasi bisa mengurangi ukuran kelompok dan memungkinkan para anggotanya untuk berada di berbagai lokasi yang berbeda-beda (menghemat biaya perjalanan). 6) Dukungan kualitas. Komputer bisa meningkatkan kualitas keputusan yang dibuat.

  Sebagai contoh, semakin banyak data yang diakses, semakin banyak data yang diakses, makin banyak juga alternatif yang bisa dievaluasi. 7) Berdaya saing. Manajemen dan pemberdayaan sumber daya perusahaan. Tekanan persaingan menyebabkan tugas pengambilan keputusan menjadi sulit. 8) Mengatasi keterbatasan kognitif dalam memproses dan penyimpanan.

D. KESIMPULAN

  Sistem pendukung keputusan dirancang memiliki sifat yang dinamis dan fleksibel dalam perusahaan. Sistem pendukung keputusan membantu memberikan alternatif-alternatif pada proses pengambilan keputusan, tetapi tidak menggantikan pemakai sebagai pengambil keputusan. Sistem pendukung keputusan membantu menyelesaikan masalah semi-terstruktur yang berbasis komputer yang membantu pembuatan keputusan berdasarakan masalah yang ada dengan menggunakan beberapa tahapan pengambilan keputusan serta beberapa metode. sistem ini juga mendukung manajer dalam pengambilan keputusan karena dirancang secara dinamis juga fleksibel.

  Sistem pendukung keputusan ini dapat meningkatkan efektifitas pengambilan keputusan bukan efesiensi pengambilan keputusan. Dengan sistem tersebut maka masalah-masalah yang bersifat tidak terstruktur ataupun semi terstruktur dapat diselesaikan.

  Konsep DSS merupakan sebuah sistem interaktif berbasis komputer yang membantu pembuatan keputusan memanfaatkan data dan model untuk menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat tidak terstruktur dan semi terstruktur.

  

Daftar Pustaka

  Daihani, D. Umar. 2001. Komputerisasi Pengambilan Keputusan. Jakarta : PT Elekmedia Komputindo. Hanif. 2007. Tinjauan Pustaka Sistem Pendukung Keputusan-SPK. (Online)

  

akses pada 25 September 2015.

  McLeod, Raymond dan Schell, George P. 2008. Sistem Informasi Manajemen. Edisi

  10. Diterjemahkan oleh Yulianto dan Fitriati. Jakarta : Salemba Empat Suryadi, K. dan Ramdhani, MA. 1998. Sistem Pendukung Keputusan. PT Remaja Rosdakarya : Bandung.

  Turban, E. 2005. Decision Support System and Intelligent System. Andi Plubisher : Jakarta