Pendugaan Cadangan Karbon Tumbuhan Bawah Pada Agroforestri Karet (Hevea brasiliensis) di Desa Marjanji Asih Kabupaten Simalungun Chapter III V

12

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Desa Marjanji Asih, Kabupaten
Simalungun dan di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2016 sampai
Oktober 2016.
Alat dan Bahan Penelitian
Alat-alat

yang

digunakan

dalam

penelitian

ini


adalah

GPS

(Global Positioning System) untuk mengambil titik kordinat di lapangan, parang
atau gunting rumput untuk memotong bagian-bagian tumbuhan bawah, timbangan
untuk menimbang berat sampel, kantong plastik sebagai tempat penyimpanan
sampel yang diambil di lapangan, kertas label untuk melabeli setiap sampel yang
diampil pada setiap plot, oven untuk mengovenkan sampel, kamera untuk
dokumentasi kegiatan, alat tulis untuk mencatat data dilapangan, kalkulator untuk
menghitung data. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tumbuhan
bawah di bawah tegakan karet.
Metode Penelitian
Penentuan Daerah Penelitian
Penentuan lokasi penelitian dilakukan terhadap tegakan agroforestri
kompleks dan monokultur karet dimana masing - masing tegakan dibuat 3 plot
berukuran 40x60 m2 secara purpose sampling with random start artinya dengan
penentuan daerah dilakukan secara sengaja dan dimulai dengan acak. Adapun


Universitas Sumatera Utara

13

daerah penelitian ini dilaksanakan di kawasan Desa Marjanji Asih yang terletak di
Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara.
Desain plot penelitian
Penelitian dilakukan pada 6 plot pada 2 tempat yang berbeda, yaitu pada
agroforestri karet dan lahan monokultur karet, masing-masing 3 plot .Plot yang
digunakan berukuran 40×60 m2. Pada setiap plot dibuat 3 petak contoh berukuran
1×1 m2, sehingga jumlah petak contoh yang dibuat sebanyak 18 petak contoh.
Peneliti membuat 18 petak contoh dianggap sudah dapat mewakili luasan yang
diteliti.Dari 20.000 m2 luasan areal hutan yang diteliti diperoleh Intensitas
Sampling sebesar 40%, berdasarkan (P.103/Menhut-II/2014) intensitas sampling
sekurang-kurangnya 10% (sepuluh persen). Petak contoh pengamatan dilakukan
secara systematic sampling. Desain plot pengamatan dapat dilihat pada gambar 1.
60 m

40 m


Gambar 1. Desain plot penelitian

Universitas Sumatera Utara

14

Prosedur Penelitian
A. Stratifikasi dan komposisi tumbuhan bawah
Identifikasi jenis tumbuhan bawah
Identifikasi jenis tumbuhan bawah dilakukan dengan mengacu pada buku
Taksonomi Tumbuhan (Citrosupomo, 1991). Identifikasi jenis yang dilakukan
dengan mengamati bunga, bentuk daun, komposisi daun dan batang tumbuhan
bawah. Identifikasi jenis tumbuhan bawah dilakukan sampai pada tingkat genus.
Analisis vegetasi tumbuhan bawah
Data vegetasi yang dikumpulkan dianalisis untuk mendapatkan nilai
Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR), Dominansi Relatif (DR), dan
Indeks Nilai Penting (INP) pada tumbuhan bawah dan pohon. Rumus yang
digunakan mengacu kepada buku acuan Ekologi Hutan (Indriyanto, 2006).
a. Kerapatan
kerapatan =


Jumlah individu suatu jenis
Luas plot contoh

kerapatan suatu jenis
× 100%
Kerapatan total seluruh jenis

Kerapatan Relatif =
b. Frekuensi
Frekuensi =

Jumlah plot yng ditempati suatu jenis
Jumlah seluruh plot pengamatan

Frekuensi relatif =

Frekuensi suatu jenis
× 100%
Frekuensi total seluruh jenis


c. Indeks Nilai Penting (INP)
INP = KR + FR
Dimana:
INP = Indeks Nilai Penting (%)

Universitas Sumatera Utara

15

KR = Kerapatan Relatif (%)
FR = Frekuensi Relatif (%)
d. Indeks Keanekaragaman dan Indeks Keseragaman
n


H = − � pi ln pi
i=1

Dimana:

H′= Indeks Keanekaragaman
ni = Jumlah individu suatu jenis.
N = Jumlah total individu seluruh jenis.
Pi = Ratio jumlah species dengan jumlah total individu dari seluruh spesies (ni/N).
E=

H′
H maks

Dimana:
E

= Indeks Keseragaman

H′

= Indeks Keanekaragaman

S


= Jumlah Spesies

H maks = Indeks Keanekaragaman Maksimum (Lns)
B. Pengukuran biomassa
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sampling
dengan pemanenan (destructive sampling). Pemanenan dilakukan dengan
mengambil seluruh tumbuhan bawah yang terdapat pada setiap petak contoh.
Penentuan sample plot dilakukan dengan menggunakan metode sistematis dengan
menggunakan petak contoh dengan ukuran 1x1 m2 (Hairiah, 2011).
1. Pengumpulan data di lapangan
Pengumpulan data tumbuhan bawah di lapangan dilakukan dengan
pemanenan seluruh tumbuhan bawah pada petak contoh yang berukuran 1x1 m

Universitas Sumatera Utara

16

sebanyak 18 petak contoh. Model plot yang digunakan adalah persegi. Peletakan
petak contoh pada penelitian ini adalah secara sistematis (Systematic sampling).
Semua sampel tumbuhan bawah tersebut kemudian ditimbang, sehingga diketahui

berat basah setiap plotnya. Berat basah tumbuhan bawah adalah hasil penjumlahan
semua berat basah semua plot tumbuhan bawah (Hairiah, 2011).
Tahapan kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Penempatan petak contoh pada tumbuhan bawah dibawahtegakan yang
berbeda yang terletak di kawasan Desa Marjanji Asih, Kabupaten Simalungun,
Provinsi Sumatera Utara.
2. Pemanenan semua tumbuhan bawah yang terdapat dalam petak contoh dan
kemudian contoh uji sebanyak 300 gram dimasukkan ke dalam kantong
plastik dan diberi label sesuai kode titik contohnya.
3. Penimbangan berat basah tumbuhan bawah yaitu daun dan batang lalu dicatat
dalam tally sheet.
4. Penyimpanan semua sampel tumbuhan bawah ke dalam kantong plastik untuk
mempermudah pengangkutan ke laboratorium.
2. Analisis di laboratorium
Kadar air
Cara pengukuran kadar air contoh uji adalah sebagai berikut :
1. Contoh uji dikeringkan dalam tanur suhu 103 ± 2oC sampai tercapai berat
konstan, kemudian dimasukkan ke dalam eksikator dan ditimbang berat
keringnya.
2. Penurunan berat contoh uji yang dinyatakan dalam persen terhadap berat

kering tanur ialah kadar air contoh.

Universitas Sumatera Utara

17

Pengukuran Kadar Karbon
Kadar karbon diukur di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Institut
Pertanian Bogor dengan tahapan sebagai berikut :
1. Kadar zat terbang
Prosedur penentuan kadar zat terbang menggunakan American society for
Testing Material (ASTM) D 5832-98. Prosedurnya adalah sebagai berikut :
a. Sampel dari tumbuhan bawah dicincang.
b. Sampel kemudian dioven pada suhu 80oC selama 48 jam.
c. Sampel kering digiling menjadi serbuk dengan mesin penggiling
(willeymill).
d. Serbuk hasil gilingan disaring dengan alat penyaring (meshscreen)
berukuran 40-60 mesh.
e. Serbuk dengan ukuran 40-60 mesh dari contoh uji sebanyak ±2 gr,
dimasukkan kedalam cawan porselin, kemudian cawan ditutup rapat dengan

penutupnya dan ditimbang dengan timbang Sartorius.
f. Contoh uji dimasukkan kedalam tanur listrik bersuhu 950oC selama 2
menit. Kemudian didinginkan dalam eksikator dan selanjutnya ditimbang.
g. Selisih berat awal dan beratakhir yang dinyatakan dalam persen terhadap
berat kering contoh uji merupakan kadar zat terbang. Pengukuran persen zat
terbang terhadap sampel dari tumbuhan bawah dilakukan sebanyak tiga kali
ulangan (ASTM, 1990a)

Universitas Sumatera Utara

18

2. Kadar abu
Prosedur penentuan kadar abu menggunakan American Society for Testing
Material (ASTM) D2866-94. Prosedurnya adalah sebagai berikut:
a. Sisa contoh uji dari penentuan kadar zat terbang dimasukkan kedalam tanur
listrik bersuhu 900oC selama 6 jam.
b. Selanjutnya didinginkan di dalam eksikator dan kemudian ditimbang untuk
mencari berat akhirnya.
c. Berat akhir (abu) yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanur

contoh uji merupakan kadar abu contoh uji (ASTM, 1990b).
Pengukuran kadar abu terhadap sampel dari tiap bagian pohon dilakukan sebanyak
tiga kali ulangan.
3. Kadar karbon
Penentuan kadar karbon contoh uji dari tumbuhan bawah menggunakan
Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-3730-1995, dimana kadar karbon contoh uji
merupakan hasil pengurangan 100% terhadap kadar zat terbang dan kadar abu.
Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan untuk memperoleh data kadar air (KA),
biomassa, dan juga kadar karbon yang terdapat pada tumbuhan bawah. Analisis
kadar air, biomassa dan kadar karbon diukur di Laboratorium Kimia Hasil Hutan,
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Rumus perhitungan kadar air,
biomassa dan kadar karbon mengacu pada buku pendugaan cadangan karbon
tersimpan (Hairiah dan Rahayu, 2007).

Universitas Sumatera Utara

19

1. Perhitungan Kadar Air
Perhitungan persentase kadar air dihitung dengan rumus:
% KA =

BB − BKT
× 100%
BKT

Dimana :
% KA = Persentase Kadar Air (%)
BB

= Berat Basah contoh sampel (gram)

BKT

= Berat Kering Tanur (gram)

2. Perhitungan Biomassa
Biomassa tumbuhan bawah dihitung dengan rumus:
B=

BB tot × BKc
BBc × A

Dimana :
B

= Biomassa

BB tot = Berat basah total (kg)
A

= Area Contoh (m2)

BK c = Berat kering contoh uji (gr)
BB c = Berat basah contoh uji (gr)
3. Perhitungan Karbon
Kadar Zat Terbang
Kadar zat yang mudah menguap dinyatakan dalam persen berat dengan
rumus sebagai berikut :
Kadar zat terbang =

A−B
× 100%
A

Dimana :
A = Berat kering tanur pada suhu 105oC

Universitas Sumatera Utara

20

B = Berat contoh uji dikurangi berat cawan dan sisa contoh uji berat cawan dan
sisa contoh uji pada suhu 950oC
Kadar Abu
Besarnya kadar abu dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Kadar abu =

Berat abu
× 100%
Berat contoh uji kering oven

Kadar Karbon
Penentuan kadar karbon terikat (fied carbon) ditentukan berdasarkan
rumus berikut ini :
Kadar karbon terikat arang = 100% − kadar zat terbang arang − kadar abu

Analisis Data

Analisis data ini adalah untuk melihat perbedaan potensi karbon tumbuhan
bawah pada agroforestri karet dan monokultur karet. Maka perlu dilakukan uji t
dengan menggunakan software SPSS. Uji t yang digunakan adalah uji
Independent Sample t-Test.

Universitas Sumatera Utara

21

Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, Kab.
Simalungun, Kec. Hotunduhan, Kampung Saribu Asih desa Marjanji Asih.
Kabupaten Simalungun ini memiliki luas 1450 ha dengan batas wilayah sebelah
tara dengan Desa Maligas Tonga, batas sebelah selatan dengan Desa Bt. Turunan,
sebelah barat dengan Desa T. Batu dan sebelah timur dengan Desa Jawa Tengah,
jarak dari kota Medan sekitar 152 km terletak antara 2,36° – 3,18° LU dan 98,32°
– 99,35° BT, berada pada ketinggian 20 – 1.400 m diatas permukaan laut. Sebelah
barat berbatasan dengan Kabupaten Karo, sebelah timur dengan Kabupaten
Asahan, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai dan sebelah
selatan dengan Kabupaten Toba Samosir.
Keadaan iklim Kabupaten Simalungun bertempratur sedang, suhu tertinggi
terdapat pada bulan juli dengan rata-rata 26,4°C. Rata – rata suhu udara tertinggi
pertahun adalah 29,3°C dan terendah 20,6°C. Kelembapan udara rata-rata
perbulan 84,2 % dengan kelembapan tertinggi terjadi pada bulan Desember
87,42% dengan penguapan rata-rata 3,35 mm/hari. Kabupaten Simalungun dengan
luas 4.386,60 Km² atau 6,12% dari luas wilayah Propinsi Sumatera Utara terdiri
dari 31 Kecamatan, 343 desa /nagori dan 24 Kelurahan dengan jarak rata-rata
ibukota kecamatan ke ibukota kabupaten antara 13 km s/d 97 km.
Hutan Desa Marjanji Asih ini terdiri dari 124 kepala keluarga, dengan
jumlah laki-laki 375 orang dan perempuan 355 orang. Berbagai macam vegetasi
yang dapat dijumpai antara lain karet, durian, jengkol, petai, kakao, pisang,
pinang, singkong, aren, kelapa sawit, dan bambu.

Universitas Sumatera Utara

22

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jenis Tumbuhan Bawah
Hasil pengamatan jenis-jenis tumbuhan bawah yang dilakukan di Hutan
Desa Marjanji Asih Kabupaten simalungun, di peroleh 20 jenis tumbuhan bawah.
Jenis

tumbuhan

bawah

yang

di

temukan

yaitu

Rumput

Setawar

(Borreria latifolia), Andor Kobun (Micania miranatha), Appang – appang
(Cyperus

globulus),

Antalobung

(Digitaria

sp),

Simarbulu-bulu

(Brachiaria mutica), Ombung-ombung (Blumea balsamifera), Rumput italia
(Paspalum distichum), Rumput pahit (Paspalum conyugatum), Meniran
(Phylanthus ninuri), Pteris (Pteris quadriaunita), Apus tutung (Clidemia hirta),
Sanggar (Pennisetum purpureum), Putri malu (Mimusa pudica), Gadung Duri
(Smilax

zeylanica),

Pakis

payung

(Portula

quadrifolia),

Halosi

(Galinsoga quadriradiata), Kacang asu (Colopogonium mucunoides), Alangalang

(Imperata

cylindrical), Rumput kerisan (Scleria sp ), Belimbing-

belimbing(Oxaclis barrelier).
Hasil inventarisasi tumbuhan bawah pada agroforestri Karet ditemukan 12
jenis dan monokultur karet di temukan 16 jenis. Namun terdapat beberapa jenis
tumbuhan bawah yang berbeda yang terdapat pada kedua lokasi. Total jumlah
jenis yang ditemukan pada kedua lokasi sebanyak 20 jenis. Terdapat beberapa
jenis tumbuhan bawah yang sama pada kedua lokasi dan tumbuhan bawah yang
beebeda jenis pada kedua lokasi. Hal tersebut dikarenakan faktor tutupan lahan
dan pengelolahan lahan yang berbeda pada agroforestri karet dan monokultur
karet. Jenis-jenis tumbuhan bawah pada agroforestri karet dan monokultur karet
yang terdapat pada kedua lokasi dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.

Universitas Sumatera Utara

23

Tabel 1. Jenis Tumbuhan Bawah pada Agroforestri Karet.
No
(1)

Nama Lokal
(2)

Nama Ilmiah
(3)

Jumlah
(4)

1

Rumput setawar

Borreria latifolia

81

2

Andor kobun

Micania miranatha

37

3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Appang-apang

Cyperus globulus

54

Antalobung

Digitaria sp

57

Simarbulu-bulu

Brachiaria mutica

25

Ombung-ombung
Rumput italia
Rumput pahit
Meniran

Blumea balsamifera
Paspalum distichum
Paspalum conyugatum
Phylanthus ninuri

47
6
12
2

Pteris
Apus tutung

Pteris quadriaunita
Clidemia hirta

7
4

Sanggar

Pennisetum purpureum

1

Jumlah tumbuhan bawah yang terdapat pada monokultur karet sebanyak
16 jenis, dengan beberapa jenis yang sama di temui pada agroforestri karet. Hasil
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jenis Tumbuhan Bawah pada Monokultur Karet.
No
(1)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Nama Lokal
(2)
Rumput setawar

Nama Ilmiah
(3)
Borreria latifolia

Jumlah
(4)
97

Antalobung

Digitaria sp

53

Simarbulu-bulu

Brachiaria mutica

16

Rumput italia

Paspalum distichum

6

Putri malu

Mimusa pudica

2

Rumput kerisan

Scleria sp

5

Gadung duri

Smilax zeylanica

8

Ombung-ombung

Blumea balsamifera

11

Pteris

Pteris quadriaunita

34

Apus tutung

Clidemia hirta

4

Pakis payung

Nephrolepis exaltata

4

Rumput pahit

Paspalum conyugatum

49

Kacang asu

Colopogonium mucunoides

8

Alang-alang

Imperata cylindrical

14

Halosi

Galinsoga quadriradiata

6

Belimbing-belimbing

Oxaclis barrelier

4

Universitas Sumatera Utara

24

Berdasarkan jumlah dari 20 jenis tumbuhan bawah, sebanyak 8 jenis
selalu di jumpai pada kedua lokasi. Adanya jenis-jenis yang sama pada kedua
lokasi menunjukkan bahwa jenis-jenis ini kemungkinan memiliki batas toleransi
yang cukup luas terhadap intensitas cahaya dan zat allelopati yang dianggap
sebagai beberapa faktor yang sangat penting dalam pertumbuhan tumbuhan
dibawah tegakan. Sehingga adanya perbedaan intensitas cahaya dan zat allelopati
seperti pada agroforestri karet dan monokultur karet, menyebabkan jenis-jenis
tersebut tetap dijumpai pada kedua lokasi. Perbedaan intensitas cahaya dan zat
allelopati ini juga dapat menyebabkan adanya jenis-jenis tertentu yang hanya
dijumpai pada salah satu lokasi.
Pada agroforestri karet, jenis tumbuhan bawah yang mendominasiyaitu
Rumput Setawar (Borreria latifolia) dengan jumlah 81, Antalobung (Digitaria sp)
dengan jumlah 57, Appang-appang (Cyperus globulus) dengan jumlah 54,
sedangkan pada monokultur karet jenis tumbuhan bawah yang mendominasi yaitu
Rumput setawar (Borreiria latifolia) dengan jumlah 97, Antalobung (Digitaria sp)
dengan jumlah 53, Rumput pahit (Paspalum conyugatum) sebanyak 49.

a
keterangan:

b

c

a. Rumput setawar (Borreiria latifolia)
b. Antalobung (Digitaria sp)
c. Appang-appang (Cyperus globulus)

Universitas Sumatera Utara

25

Indeks Nilai Penting (INP)
Berdasarkan hasil analisis jenis umbuhan bawah pada agroforestri karet
dan monokultur karet diperoleh data Indeks Nilai Penting (INP) tumbuhan bawah
yang dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4.
Tabel 3. Indeks Nilai Penting Tumbuhan Bawah pada Agroforestri Karet
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Nama Lokal
Rumput setawar
Andor kobun
Appang-appang
Antalobung
Simarbulu-bulu
Ombung-ombung
Rumput italia
Rumput pahit
Meniran
Pteris
Apus tutung
Sanggar

Ket

Nama Ilmiah
Borreria latifolia
Micania miranatha
Cyperus globullus
Digitaria sp
Brachiaria mutica
Blumea balsamifera
Paspalum distichum
Paspalum conyugatum
Phylanthus ninuri
Pteris quadriaunita
Clidemia hirta
Pennisetum purpureum
Total

KR (%)
24,32
11,11
16,21
17,11
7,50
14,11
1,8
3,6
0,60
2,1
1,2
0,3
100

FR (%)
22,80
9,64
3,21
16,08
9,64
12,86
6,43
3,21
3,21
3,21
6,43
3,21
100

INP (%)
47,12
20,75
19,42
33,19
17,14
26,97
8,23
6,81
3,81
5,81
7,36
3,51
200

: K = Kerapatan; KR = Kerapatan Relatif; F = Frekuensi; FR = Frekuensi Relatif;
INP = Indeks Nilai Penting

Berdasarkan data jumlah tumbuhan bawah pada monokultur karet, maka
indeks nilai penting dapat dihitung. Data indeks nilai penting dapat dilihat sebagai
berikut pada tabel 4.
Tabel 4 . Indeks Nilai Penting Tumbuhan Bawah pada Monokultur Karet
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Nama Lokal
Rumput setawar
Antalobung
Simarbulu-bulu
Rumput italia
Putri malu
Rumput kerisan
Gadung duri
Ombung-ombung
Pteris
Apus tutung
Pakis payung
Rumput pahit
Kacang asu
Alang-alang
Halosi
Belimbing-belimbing

Ket

Nama Ilmiah
Borreria latifolia
Digitaria sp
Brachiaria mutica
Paspalum distichum
Mimusa pudica
Scleria sp
Smilax zeylanica
Blumea balsamifera
Pteris quadriaunita
Clidemia hirta
Nephrolepis exaltata
Paspalum conyugatum
Colopogonium mucunoides
Imperata cylindrical
Galinsoga quadriradiata
Oxaclis barrelier
Total

KR (%)
30,21
16,51
4,98
1,86
0,62
1,55
2,49
3,42
10,59
1,24
1,24
15,24
2,49
4,36
1,86
1,24
100

FR (%) INP (%)
22,12
52,33
17,03
33,54
7,30
12,28
2,43
4,29
2,43
3,05
4.,86
6,41
4,86
7,35
7,30
10,72
9,73
20,32
2,43
3,67
2,43
3,67
4,86
20,12
4,86
7,35
2,43
6,79
2,43
4,29
2,43
3,67
100
200

: K = Kerapatan; KR = Kerapatan Relatif; F = Frekuensi; FR = Frekuensi Relatif;
INP = Indeks Nilai Penting

Universitas Sumatera Utara

26

Berdasarkan Tabel 3 dan 4, jenis tumbuhan bawah yang memiliki
kerapatan relatif paling rendah pada agroforestri Karet yaitu Sanggar
(Penissetum pupereum) sebesar 0,3% dan pada monokultur karet yaitu Putri
malu (Mimosa pudica) sebesar 0,62%. Kerapatan relatif yang tertinggi pada
agroforestriKaret adalah Rumput setawar (Borreria latifolia) dengan jumlah
24,32% dan pada tanaman monokultur karet adalah Rumput setawar
(Borreria latifolia) yakni sebesar 30,21%.
Jenis tumbuhan bawah yang mendominasi pada agroforestri Karet adalah
Rumput setawar dengan indeks nilai penting (INP) sebesar 47,12% dan pada
monokultur karet adalah Rumput setawar (Borreria latifolia) dengan Indeks Nilai
Penting (INP) sebesar 52,33%. Hal ini menunjukkan bahwa jenis tumbuhan
bawah ini lebih banyak ditemukan dan sering ditemukan pada kedua petak contoh.
Menurut Pananjung (2013) jenis dominan pada suatu komunitas adalah jenis yang
dapat beradaptasi dan memanfaatkan lingkungan yang ditempatinya secara efisien
daripada jenis-jenis lainnya. Untuk mengetahui jenis-jenis dominan digunakan
parameter indeks nilai penting (INP) dimana jenis yang memiliki INP paling
tinggi merupakan jenis yang paling dominan dalam suatu komunitas.
Indeks Keanekaragaman dan Indeks Keseragaman
Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh Indeks Keanekaragaman (H’)
sebesar 2,0271 pada tegakan Agroforestri karet dan pada Monokultur Karet
sebesar 3,0059. Hal ini menunjukkan jumlah jenis diantara jumlah total individu
seluruh jenis yang ada termasuk dalam kategori sedang. Menurut Mason (1980),
jika nilai Indeks keanekaragaman lebih kecil dari 1 berarti keanekaragaman jenis
rendah, jika diantara 1-3 berarti keanekaragaman jenis sedang, jika lebih besar

Universitas Sumatera Utara

27

dari 3 berarti keanekaragaman jenistinggi.
Indeks Keseragaman (E) tumbuhan bawah pada tegakan agroforestri karet
diperoleh 0,3989 dan pada monokultur karet sebesar 0,5208. Nilai tersebut
menunjukkan nilai keseragaman tumbuhan bawah termasuk dalam kategori tinggi.
Krebs (1985) menyatakan bahwa Indeks Keseragaman rendah 0