Analisis Faktor Risiko Kejadian Dermatitis Atopik pada Siswa Sekolah Dasar di Medan Chapter III V
24
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Desain penelitian
Penelitian ini merupakan suatu studi analitik dengan rancangan penelitian
potong lintang (case sectional study).
3.2. Waktu dan tempat penelitian
3.2.1. Waktu penelitian
Penelitian direncanakan dilakukan mulai bulan Februari 2015 sampai
dengan Maret 2016.
3.2.2 Tempat penelitian
Pengambilan sampel dilakukan di Sekolah Dasar Negeri No 060834 di
jalan Mistar, kecamatan Petisah dan Sekolah Dasar Swasta No 3
Muhammadiyah, Kecamatan Setia Budi, Medan.
3.3
Populasi dan sampel penelitian
3.3.1. Populasi target
Anak yang berusia 6-12 tahun dengan dermatitis atopik
Universitas Sumatera Utara
25
3.3.2. Populasi terjangkau
Anak yang berusia 6-12 tahun dengan dermatitis atopik yang
bersekolah di Sekolah Dasar Negeri No 060834 dan Sekolah Dasar
Swasta No 3 Muhammadiyah, Medan.
3.3.3. Sampel
Sampel penelitian terdiri dari bagian populasi terjangkau yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
3.4
Besar sampel
Penentuan besar sampel menggunakan perhitungan dengan rumus
Rumus :
2
Z α
n1꞊ n2=
:
2pq
+ Z β
P1 q 1 + P 2 q 2
P1–P2
p=P1+P2
2
Zα: deviat baku alfa
Zβ: deviat baku beta
P1-P2 : Selisih minimal yang dianggap bermakna
P2 = proporsi + FR pada kelompok kontrol
P1-P2 = 0,2
P1 = 0,58
q1 =1-p1= 1-0,58=0,42
p = P1 + P2 = 0,58 + 0,38 = 0,9 = 0,45
Universitas Sumatera Utara
26
2
2
2
q = 1 – p = 1 – 0,45 = 0,55
n1=n2≥
Z α
2
+ Z β
2pq
P1 q 1 + P 2 q 2
P1–P2
=
1,96
2. 0,45 . 0,55 + 0,842
2
0,58 . 0,42 + 0,38 . 0,62
0,2
=
1,37898 + 0,58286
0,2
=
96
Besar sampel minimal untuk masing-masing kelompok dermatitis atopik
dan kontrol adalah 96 orang
3.5 Cara pengambilan sampel penelitian
Cara pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan cara consecutive
sampling.
3.6 Identifikasi variabel
3.6.1 Variabel bebas : Berat badan lahir, riwayat mendapat ASI, paparan asap
rokok, jumlah anggota keluarga, paparan hewan peliharaan dan riwayat
keluarga menderita atopi.
3.6.2 Variabel terikat : dermatitis atopik
3.7
Kriteria inklusi dan eksklusi
3.7.1
Kelompok penderita dermatitis atopik
a. Kriteria inklusi
Universitas Sumatera Utara
27
1.
Anak dengan dermatitis atopi yang berusia 6 sampai 12
tahun.
2.
Bersedia ikut serta dalam penelitian dan orang tua
menandatangani informed consent.
b. Kriteria eksklusi
1. Anak yang tidak diasuh oleh orang tua kandungnya.
2.
Orang tua dari sampel buta aksara.
3.7.2 Kelompok kontrol
Kelompok kontrol adalah individu normal tanpa dermatitis atopik
yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi yang sama dengan
kelompok kasus dermatitis atopik.
3.8
3.8.1
Alat dan cara penelitian
Alat-alat penelitian
1. Kuesioner faktor risiko dari ISAAC.
2. Alat tulis.
3.8.2
Cara penelitian
1. Peneliti menjumpai pihak yang berwenang dari sekolah yang dipilih,
kemudian menjelaskan tentang penelitian yang akan dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
28
2. Diberikan surat pemberitahuan kepada orang tua siswa mengenai
penelitian yang akan dilakukan, dimana seluruh siswa akan dilakukan
pemeriksaan satu persatu.
3. Diagnosis dermatitis atopik ditegakkan oleh peneliti bersama dengan
pembimbing berdasarkan kriteria Hanifin Rajka. Pemeriksaan IgE dan
konsul ke bagian mata yang merupakan salah satu poin dalam menilai
kriteria minor Hanifin Rajka tidak dilakukan dalam penelitian ini.
4. Siswa yang didiagnosis
dermatitis atopik selanjutnya dilakukan
pencatatan dasar begitu pula siswa yang tidak menderita dermatitis
atopik .
5. Pencatatan data dasar dilakukan oleh peneliti di sekolah yang dipilih,
meliputi identitas penderita, anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan dermatologis.
6. Orang tua penderita dermatitis atopik yang bersedia dan sudah
menandatangani lembar kesediaan partisipasi dalam penelitian, diminta
untuk mengisi kuesioner faktor risiko dari ISAAC dengan dipandu
oleh peneliti.
7. Orang tua dari siswa yang tidak mengalami dermatitis atopik yang
bersedia dan sudah menandatangani lembar kesediaan partisipasi
dalam penelitian, akan diberikan kuisioner faktor risiko dari ISAAC
dengan dipandu oleh peneliti sebagai sampel kontrol sampai jumlah
mencukupi.
3.9
Definisi operasional
Universitas Sumatera Utara
29
3.9.1
Usia subjek saat pengambilan sampel dihitung dari tanggal lahir, bila lebih
dari 6 bulan, usia dibulatkan ke atas; bila kurang dari 6 bulan, usia
dibulatkan ke bawah.
Cara ukur: wawancara
Alat ukur: kuesioner
Skala ukur: skala rasio
3.9.2
Dermatitis atopik : Peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal,
peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau
penderita (rinitis alergik, asma bronkial). DA pada penelitian ini
ditegakkan berdasarkan kriteria Hanifin Rajka.
Cara ukur: observasional.
Alat ukur: kuesioner
Skala ukur: skala nominal.
3.9.3
Kontrol : Individu normal tanpa dermatitis atopik yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi yang sama dengan kelompok kasus dermatitis atopik
dan bersedia untuk ikut serta dalam penelitian dengan menandatangani
informed consent. Kontrol dipilih dari siswa di sekolah yang menjadi
tempat penelitian, diutamakan yang merupakan saudara kandung dari
sampel kelompok dermatitis atopik.
Cara ukur: observasional
Alat ukur: kuesioner
Skala ukur: skala nominal
Universitas Sumatera Utara
30
3.9.4
Kriteria Hanifin Rajka adalah suatu kriteria untuk mendiagnosis dermatitis
atopik, dimana bila terdapat 3 kriteria mayor dan 3 kriteria minor.
Cara ukur: observasional
Alat ukur: Formulir isian.
Skala ukur: skala nominal
3.9.5
Kuesioner faktor risiko dari ISAAC (International Study of asthma and
Allergy in Childhood) adalah kuesioner yang dirancang oleh ISAAC yang
berisi pertanyaan-pertanyaan standar mengenai faktor-faktor risiko yang
berpotensi untuk terjadinya asma dan penyakit alergi lainnya pada anak.
Cara ukur: wawancara
Alat ukur: Kuesioner
Skala ukur: skala nominal.
3.9.6
Berat badan lahir adalah berat badan bayi baru lahir yang ditimbang segera
setelah dilahirkan.
Cara ukur: Wawancara
Alat ukur: kuesioner
Skala ukur: skala numerik.
3.9.7
Air susu ibu adalah cairan susu yang disekresikan dari payudara setelah
ibu melahirkan.
Cara ukur: wawancara
Alat ukur: Kuesioner
Skala ukur: skala kategorik.
3.9.8
Paparan asap rokok adalah kontak dengan asap yang dihasilkan oleh
perokok yang berasal dari lingkungan rumah.
Universitas Sumatera Utara
31
Cara ukur: wawancara.
Alat ukur: Kuesioner
Skala ukur: skala kategorik
3.9.9
Jumlah anggota keluarga yaitu jumlah anak dalam suatu keluarga.
Cara ukur: wawancara
Alat ukur: Kuesioner
Skala ukur:skala kategorik
3.9.10 Paparan hewan peliharaan yaitu kontak dengan hewan seperti anjing,
kucing, binatang berbulu lainnya, burung atau lainnya dalam lingkungan
rumah.
Cara ukur: wawancara.
Alat ukur: Kuesioner
Skala ukur: skala kategorik
3.9.11 Riwayat atopi dalam keluarga adalah terdapatnya kondisi ayah atau ibu
mengalami penyakit atopi seperti asma, rhinitis alergi, maupun dermatitis
atopi.
Cara ukur: wawancara.
Alat ukur: Kuesioner
Skala ukur:skala nominal.
3.10 Kerangka operasional
Anak berusia 6 sampai 12 tahun
(siswa sekolah dasar)
Kriteria Hanifin Rajka
Universitas Sumatera Utara
32
Tidak
dermatitis
Dermatitis atopik
atopik
(kontrol)
Memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi
Kepada orang tuanya diberikan kuesioner faktor risiko
dari ISAAC
Kuesioner dikumpulkan
Analisis data
Gambar 3.1 Diagram kerangka operasional penelitian
3.11 Pengolahan dan analisis data
Data yang terkumpul kemudian diolah dengan menggunakan
program komputer dan selanjutnya dinyatakan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi. Analisis statistik yang digunakan untuk mengetahui hubungan
berbagai faktor risiko dengan dermatitis atopi yaitu dengan analisis bivariat,
Universitas Sumatera Utara
33
selanjutnya untuk menentukan faktor risiko yang paling dominan dilakukan
analisis multivariat dengan regresi logistik.
3.12
Ethical Clearance
Penelitian ini telah memperoleh ethical clearance dari Komite Etik
Penelitian bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara dengan nomor: 471/KOMET/FK USU/2015.
.
Universitas Sumatera Utara
34
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini telah dilakukan pengisian kuesioner faktor-faktor risiko
yang berhubungan dengan dermatitis atopik pada 200 orang subjek penelitian,
yang terdiri dari 100 orang subjek yang menderita dermatitis atopik dan 100 orang
subjek kontrol. Penelitian dimulai dari bulan Desember 2015 sampai dengan
Januari 2016. Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 060834 Medan
dengan jumlah keseluruhan siswa adalah 378 orang dan SD no 3 Muhammadiyah
Medan, dengan jumlah siswa 645 orang. Semua subjek penelitian telah menjalani
anamnesis, pemeriksaan fisik, pengisian kuesioner faktor risiko dan selanjutnya
telah dinilai hasilnya.
4.1 Prevalensi dermatitis atopik
Dari dua Sekolah Dasar yang menjadi tempat penelitian dengan total
keseluruhan siswa 1023 orang, didapatkan anak yang mengalami dermatitis atopik
yaitu 100 orang, sehingga prevalensi dermatitis atopik pada anak usia sekolah
dasar dalam penelitian ini yaitu 9,77%.
Secara global, penelitian ISAAC fase ketiga yang dilakukan Mallol et al,
pada tahun 2012 yang melibatkan sekitar 1.200.000 anak usia 6-7 tahun pada 233
senter dari 98 negara, didapatkan prevalensi dermatitis atopik yaitu 7,3%. Namun,
masih ada kemungkinan adanya prevalensi dermatitis atopik yang lebih tinggi dari
berbagai senter yang tidak berpartisipasi dalam penelitian ini.41
Universitas Sumatera Utara
35
Pada penelitian Civelek et al pada anak usia 10-11 tahun di Turki pada
tahun 2006 mendapatkan prevalensi dermatitis atopik yaitu 8,1%.11
Pada penelitian Rad pada anak sekolah yang berusia 6-7 tahun di Iran pada
tahun 2008 didapatkan prevalensi dermatitis atopik yaitu 2,7%.42
Pada penelitian Pyun di Korea, mendapatkan prevalensi dermatitis atopik
pada anak usia Sekolah Dasar mengalami peningkatan dari 19,7% pada tahun
1995 menjadi 35,6% pada tahun 2010.5
Pada penelitian Paramita dkk, yang meneliti 143 anak kelas 1 Sekolah
Dasar di Semarang pada tahun 2011, didapatkan anak yang menderita dermatitis
atopik yaitu sebanyak 7 anak (4,89%).37
4.2 Karakteristik Subjek Penelitian
Karakteristik subjek penelitian yang memiliki riwayat dermatitis atopik
berdasarkan jenis kelamin dan usia dapat dilihat pada tabel-tabel sebagai berikut
ini.
4.2.1 Karakteristik subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.1 Karakteristik subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin
DA
n (%)
Kontrol
n(%)
Laki –laki
Perempuan
53
47
55
45
Total
100
100
Universitas Sumatera Utara
36
Dari tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa sebanyak 100 orang penderita
dermatitis atopik terdiri dari 53 orang laki-laki dan 47 orang perempuan. Dalam
penelitian ini sampel penderita DA sedikit lebih banyak pada yang berjenis
kelamin laki-laki. Menurut Garrido et al di Spanyol pada tahun 2009 menemukan
penderita dermatitis atopik sedikit lebih didominasi jenis kelamin laki-laki yaitu
sebesar 52% dari sampel.8 Dalam penelitian E. Civelek et al di Turki pada tahun
2011 mendapatkan penderita dermatitis atopik lebih banyak pada laki-laki yaitu
sebesar 50,8%.11 Meskipun demikian, beberapa penelitian dalam kepustakaan
tidak menemukan hubungan jenis kelamin dengan DA.3
4.2.2 Karakteristik subjek penelitian berdasarkan usia
Tabel 4.2 Karakteristik subjek penelitian berdasarkan usia
Usia(tahun)
6
DA
n (%)
14
Kontrol
n (%)
17
7
14
19
8
17
22
9
21
17
10
10
7
11
17
11
12
7
7
Total
100
100
Universitas Sumatera Utara
37
Pada penelitian ini umur rata-rata dari sampel adalah 9 tahun. Menurut
kepustakaan DA lebih banyak dialami oleh anak-anak terutama pada 5 tahun
pertama kehidupan. Dalam penelitian Hua et al pada 1.404 anak DA dengan onset
penyakit dalam umur 2 tahun pertama, dilaporkan 48,7% durasi DA kurang dari 4
tahun, akan tetapi 30,2% tetap mengalami DA sampai saat anak berumur diatas 8
tahun.3
4.3 Faktor-faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya Dermatitis atopik
Faktor-faktor risiko yang dianalisis dalam penelitian ini yaitu berat badan
lahir, riwayat mendapat ASI, paparan asap rokok, jumlah anggota keluarga,
paparan hewan peliharaan dan riwayat keluarga menderita atopi.
Analisis bivariat masing-masing variabel faktor risiko tersebut akan
dibahas satu persatu, sebagai berikut:
4.3.1 Berat badan lahir
Tabel 4.3 Analisis bivariat berat badan lahir
Faktor Analisis
Kelompok
DA
Berat badan lahir
- 1500 – 1999
- 2000 – 2499
- 2500 – 3499
- > 3500
3.0%
13,0%
61,0%
23,0%
Nilai p
Kontrol
2.0 %
12.0%
65.0%
21.0%
0.744
0,983
0,659
0,763
Universitas Sumatera Utara
38
Berat badan lahir anak dengan DA umumnya adalah antara 2500-3499
gram yaitu sebesar 61%. Dari hasil uji chi square yang dapat dilihat pada tabel 4.3
didapatkan nilai p lebih besar dari 0,05, yaitu secara berurut p=0,744, 0,983, 0,659
dan 0,763 sedangkan hipotesis diterima apabila p6 bulan
16,0%
24,0%
33,0%
27,0%
25.0%
14.0%
22.0%
40.0%
0.847
0,031
0,038
Durasi riwayat mendapat ASI saja tanpa penambahan susu formula, jus,
ataupun makanan tambahan pada anak DA yang terbanyak adalah selama 2-4
bulan (33%). Dalam penelitian ini terdapat hubungan antara riwayat mendapat
ASI dengan kejadian dermatitis atopik. Dimana hasil analisis statistik didapat
durasi ASI 2-4 bulan menunjukkan hubungan dengan nilai p=0,031, dan durasi 56 bulan sampai lebih dari 6 bulan berhubungan dengan kejadian dermatitis atopik
dengan nilai p=0,038.
Hal ini sesuai dengan Garrido JB et al, pada tahun 2010 di Spanyol yang
meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan DA pada anak berusia 10-11
tahun mendapatkan adanya hubungan antara DA dan tidak adanya riwayat
mendapatkan ASI atau pemberian ASI namun kurang dari 6 bulan.8
Penelitian Wulandari yang membandingkan kejadian DA pada anak yang
diberikan ASI ekslusif dengan susu formula di poli Kulit dan Kelamin dan poli
Universitas Sumatera Utara
40
Anak di RS Salatiga didapatkan secara signifikan lebih banyak kejadian DA pada
anak dalam kelompok susu formula.44
Penelitian yang dilakukan oleh Yang YW, Tsai dan Lu yang
mengumpulkan 27 penelitian dimana hasil dari penelitian-penelitian tersebut
bervariasi, kemudian dilakukan penelitian secara meta analisis pada tahun 2009,
dan menunjukkan hasil tidak terdapat bukti yang kuat efek perlindungan ASI
ekslusif yang diberikan selama minimal 3 bulan.45
4.3.3 Paparan Asap Rokok
Tabel 4.5 Analisis bivariat paparan asap rokok
Faktor Analisis
Kelompok
DA
Nilai p
Kontrol
Riwayat paparan asap rokok
-
Ibu
Lingkungan
0,0%
68,0%
0.0%
51.0%
0.015
Riwayat merokok pada ibu tidak ditemukan pada anak DA, namun riwayat
merokok dari lingkungan didapatkan sebesar 68%. Dari analisis bivariat
didapatkan paparan asap rokok dari lingkungan berhubungan dengan kejadian
dermatitis atopik pada anak dengan nilai p=0,015.
Polusi lingkungan telah diketahui berperan dalam peningkatan penyakit
alergi khususnya asma pada daerah urban, namun penelitian yang mengkaitkan
dengan kejadian DA masih terbatas. 46
Universitas Sumatera Utara
41
Dalam penelitian ini baik pada kelompok penderita DA maupun kelompok
kontrol tidak terdapat riwayat merokok saat ibu sedang hamil. Namun terdapat
persentase riwayat paparan rokok dari lingkungan yang lebih tinggi pada
kelompok DA dibandingkan dengan kontrol. Dari perhitungan statistik didapatkan
nilai p=0,015.
Hasil ini sesuai dengan yang didapatkan oleh Saulite et al pada tahun 2011
yang mengumpulkan penelitian 91 penelitian tentang paparan rokok pasif
terhadap dermatitis atopik pada anak mendapatkan adanya hubungan antara
paparan rokok pasif terhadap kejadian DA pada anak.21
Begitu juga dengan penelitian Kramer et al pada tahun 2004 mendapatkan
anak beresiko tinggi mengalami DA apabila mengalami paparan asap rokok dari
lingkungan.47
4.3.4 Jumlah anggota keluarga
Tabel 4.6 Analisis bivariat jumlah anggota keluarga
Faktor Analisis
Kelompok
DA
Nilai p
Kontrol
Jumlah anggota keluarga
-
1
2
3
4
5
48,0%
40,0%
2,0%
0,0%
0,0%
51,0%
30.0%
5.0%
1.0%
1.0%
0,928
Universitas Sumatera Utara
42
Jumlah anggota keluarga anak DA yang paling umum adalah sebanyak 1
orang yaitu sebesar 48%. Pada penelitian ini jumlah anggota keluarga tidak
berhubungan dengan kejadian DA pada anak, dengan nilai p=0,928.
Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Garrido JB et all pada tahun 2009
yang meneliti faktor risiko DA pada anak 10-11 tahun di Spanyol, yang
menyatakan tidak adanya kaitan antara DA dengan jumlah anggota keluarga.8
Menurut Strachan DP et al pada tahun 2012 yang mengumpulkan
kuisioner ISAAC dari 210.200 anak yang berumur 6-7 tahun yang berasal dari 31
negara dan 33.226 anak yang berumur 13-14 tahun dari 52 negara, didapatkan
hasil kejadian dermatitis atopik dan rhinitis alergi lebih rendah pada keluarga yang
berukuran lebih besar. Hasil tersebut semakin signifikan pada negara yang lebih
maju.48
4.3.5 Paparan hewan peliharaan
Tabel 4.7 Analisis bivariat paparan hewan peliharaan
Faktor Analisis
Kelompok
DA
Nilai p
Kontrol
Paparan hewan peliharaan
-
saat
tahun
kelahiran
saat sekarang
pertama 10,0%
15,0%
0,285
41,0%
34,0%
0,307
Universitas Sumatera Utara
43
Riwayat paparan hewan peliharaan pada kelompok anak dermatitis atopik
saat tahun pertama kelahiran yaitu hanya 10%. Riwayat paparan hewan peliharaan
pada tahun pertama kelahiran maupun sekarang, tidak berhubungan dengan
kejadian dermatitis atopik pada anak dalam penelitian ini, dengan nilai p berturutturut yaitu p=0,285 dan p=0,307.
Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Pohlabeln et al pada tahun 2007 di
Jerman, tidak menemukan hubungan antara riwayat paparan hewan peliharaan
dengan perkembangan penyakit alergi.29
Berbeda dengan yang ditemukan oleh Roduit C et al, pada tahun 2010
yang menganalisis 1063 orang anak dalam penelitian Kohort, mendapatkan
kontak maternal dengan hewan ternak dan kucing selama masa kehamilan
menunjukkan efek protektif yang signifikan terhadap kejadian DA dalam 2 tahun
pertama kehidupan anak.49
Sampai saat ini penelitian epidemiologi yang mengaitkan paparan
hewan peliharaan sebagai faktor risiko DA masih belum konsisten.49
Universitas Sumatera Utara
44
4.3.6 Riwayat atopi pada keluarga
Tabel 4.8 Analisis bivariat riwayat atopi keluarga
Faktor Analisis
Kelompok
Nilai p
DA
Kontrol
Riwayat atopi
Ayah
-
Tidak
Ya:
Asma
RA
Eksim
0,005
68,0%
32,0%
4,0%
22,0%
6,0%
85.0%
24,0%
2.0%
12.0%
1.0%
Ibu
-
0,011
Tidak
Ya:
Asma
RA
Eksim
48,0%
52,0%
9,0%
26,0%
17,0%
66,0%
34,0%
7,0%
17,0%
10,0%
Pada kelompok anak dengan dermatitis atopik riwayat atopi pada ibu yaitu
sebesar 52%, sedangkan riwayat atopi ayah yaitu sebesar 34%. Pada analisis
bivariat didapatkan riwayat atopik ibu p=0,011, sedangkan atopi ayah didapatkan
p=0,005. Baik riwayat atopi ayah dan ibu berhubungan dengan kejadian dermatitis
atopik anak.
Hasil ini sesuai dengan yang didapatkan oleh Park et al, yang meneliti
faktor risiko pada anak sekolah di Korea pada tahun 2010, mendapatkan riwayat
atopi parental merupakan faktor risiko dermatitis pada anak.44 Begitu pula dengan
Civelek et al pada tahun 2006 di Turki, juga mendapatkan riwayat penyakit alergi
keluarga sebagai faktor risiko kejadian DA anak.11
Universitas Sumatera Utara
45
4.4 Analisis Multivariat
Dari enam variabel independen yang dianalisis. Variabel yang dapat
diambil sebagai kandidat untuk diuji multivariat (p< 0,25) yaitu atopi ayah, atopi
ibu, paparan rokok lingkungan, dan riwayat ASI. Hasil analisis multivariat
menunjukkan variabel yang berhubungan dengan kejadian dermatitis atopik,
paparan rokok dari lingkungan dan riwayat atopi keluarga baik ayah maupun ibu
Tabel 4.9 Analisis multivariat
Variabel
Sig (p)
Exp (OR)
Atopi Ibu
0,008
2,247
Atopi ayah
0,006
2,706
Paparan asap rokok
0,019
2,039
Riwayat pemberian ASI
0,078
0,775
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa riwayat atopi keluarga baik
ayah maupun ibu merupakan faktor yang paling dominan sebagai faktor risiko
kejadian dermatitis atopik anak. Atopi ibu dengan nilai OR=2,247 menunjukkan
bahwa anak dengan riwayat atopi ibu memiliki kemungkinan mengalami
dermatitis atopik sebesar 2,247 kali dibandingkan anak yang tidak memiliki
riwayat atopi ibu. Atopi ayah dengan nilai OR=2,706 menunjukkan bahwa anak
dengan riwayat atopi ayah memiliki kemungkinan mengalami dermatitis atopik
sebesar 2,706 kali dibandingkan anak yang tidak memiliki riwayat atopi ayah.
Universitas Sumatera Utara
46
Hal ini sesuai dengan penelitian Kim et al yang pada tahun 2016
mendapatkan riwayat atopi keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi
dermatitis atopik anak dengan nilai OR=2,21.50
Demikian pula dengan penelitian Schmitz et al pada tahun 2012 di Jerman,
menyatakan bahwa riwayat atopi dari salah satu saja dari orang tua dapat
meningkatkan risiko penyakit atopi pada anak dengan OR=2,6.51
Dari tabel diatas variabel riwayat atopi ayah sedikit lebih dominan
dibandingkan dengan atopi ibu. Hal ini berbeda dengan penelitian pada umumnya
dimana atopi ibu lebih dominan, dalam meningkatkan kejadian dermatitis atopik
dan penyakit alergi lainnya.1,3 Hasil dalam penelitian ini dapat dikarenakan
sampel lebih banyak memiliki riwayat atopi dari ayah.
Berdasarkan analisis multivariat diatas, anak yang berada dalam
lingkungan
dengan
paparan
asap
rokok
dari
lingkungan
mengalami
kecenderungan risiko terjadinya dermatitis atopik dengan OR=2,03. Hal ini berarti
anak yang mengalami paparan asap rokok dari lingkungan memiliki kemungkinan
mengalami dermatitis atopik sebesar 2,03 kali lebih besar daripada yang anak
yang tidak mengalami paparan asap rokok lingkungan.
Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Saulyte et al pada tahun 2013,
mendapatkan kejadian dermatitis atopik anak dipengaruhi oleh paparan asap
rokok dari lingkungan dengan OR=1,07.21Hal yang sama juga dikemukan oleh
Shirinde et al pada tahun 2014 yang menganalisis secara multivariat dengan
regresi logistik, mendapatkan paparan asap rokok dirumah meningkatkan risiko
dermatitis atopik anak di Afrika dengan OR=1,93.52
Universitas Sumatera Utara
47
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN:
1. Faktor risiko yang berhubungan pada kejadian dermatitis atopik pada anak
dalam penelitian ini yaitu riwayat mendapatkan ASI, paparan asap rokok
dari lingkungan dan riwayat atopi keluarga.
2. Tidak terdapat hubungan berat badan lahir dengan dermatitis atopik pada
anak
3. Terdapat hubungan riwayat pemberian air susu ibu (ASI) dengan
dermatitis atopik pada anak.
4. Terdapat hubungan paparan asap rokok lingkungan dengan dermatitis
atopik pada anak
5. Tidak terdapat hubungan paparan hewan peliharaan dengan dermatitis
atopik pada anak.
6. Tidak terdapat hubungan jumlah anggota keluarga dengan dermatitis
atopik pada anak.
7. Terdapat hubungan riwayat atopi keluarga dengan dermatitis atopik pada
anak.
8. Prevalensi dermatitis atopik pada anak usia sekolah dasar dalam penelitian
ini yaitu 9,77%
9. Berdasarkan analisis multivariat faktor risiko yang paling dominan adalah
riwayat atopi keluarga dan paparan asap rokok lingkungan.
SARAN:
1. Polusi lingkungan terutama dalam lingkungan keluarga dapat dikurangi
dengan peningkatan kesadaran akan bahayanya asap rokok bagi kesehatan
anggota keluarga.
2. Pemberian ASI ekslusif dapat mengurangi kejadian dermatitis atopik.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Desain penelitian
Penelitian ini merupakan suatu studi analitik dengan rancangan penelitian
potong lintang (case sectional study).
3.2. Waktu dan tempat penelitian
3.2.1. Waktu penelitian
Penelitian direncanakan dilakukan mulai bulan Februari 2015 sampai
dengan Maret 2016.
3.2.2 Tempat penelitian
Pengambilan sampel dilakukan di Sekolah Dasar Negeri No 060834 di
jalan Mistar, kecamatan Petisah dan Sekolah Dasar Swasta No 3
Muhammadiyah, Kecamatan Setia Budi, Medan.
3.3
Populasi dan sampel penelitian
3.3.1. Populasi target
Anak yang berusia 6-12 tahun dengan dermatitis atopik
Universitas Sumatera Utara
25
3.3.2. Populasi terjangkau
Anak yang berusia 6-12 tahun dengan dermatitis atopik yang
bersekolah di Sekolah Dasar Negeri No 060834 dan Sekolah Dasar
Swasta No 3 Muhammadiyah, Medan.
3.3.3. Sampel
Sampel penelitian terdiri dari bagian populasi terjangkau yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
3.4
Besar sampel
Penentuan besar sampel menggunakan perhitungan dengan rumus
Rumus :
2
Z α
n1꞊ n2=
:
2pq
+ Z β
P1 q 1 + P 2 q 2
P1–P2
p=P1+P2
2
Zα: deviat baku alfa
Zβ: deviat baku beta
P1-P2 : Selisih minimal yang dianggap bermakna
P2 = proporsi + FR pada kelompok kontrol
P1-P2 = 0,2
P1 = 0,58
q1 =1-p1= 1-0,58=0,42
p = P1 + P2 = 0,58 + 0,38 = 0,9 = 0,45
Universitas Sumatera Utara
26
2
2
2
q = 1 – p = 1 – 0,45 = 0,55
n1=n2≥
Z α
2
+ Z β
2pq
P1 q 1 + P 2 q 2
P1–P2
=
1,96
2. 0,45 . 0,55 + 0,842
2
0,58 . 0,42 + 0,38 . 0,62
0,2
=
1,37898 + 0,58286
0,2
=
96
Besar sampel minimal untuk masing-masing kelompok dermatitis atopik
dan kontrol adalah 96 orang
3.5 Cara pengambilan sampel penelitian
Cara pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan cara consecutive
sampling.
3.6 Identifikasi variabel
3.6.1 Variabel bebas : Berat badan lahir, riwayat mendapat ASI, paparan asap
rokok, jumlah anggota keluarga, paparan hewan peliharaan dan riwayat
keluarga menderita atopi.
3.6.2 Variabel terikat : dermatitis atopik
3.7
Kriteria inklusi dan eksklusi
3.7.1
Kelompok penderita dermatitis atopik
a. Kriteria inklusi
Universitas Sumatera Utara
27
1.
Anak dengan dermatitis atopi yang berusia 6 sampai 12
tahun.
2.
Bersedia ikut serta dalam penelitian dan orang tua
menandatangani informed consent.
b. Kriteria eksklusi
1. Anak yang tidak diasuh oleh orang tua kandungnya.
2.
Orang tua dari sampel buta aksara.
3.7.2 Kelompok kontrol
Kelompok kontrol adalah individu normal tanpa dermatitis atopik
yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi yang sama dengan
kelompok kasus dermatitis atopik.
3.8
3.8.1
Alat dan cara penelitian
Alat-alat penelitian
1. Kuesioner faktor risiko dari ISAAC.
2. Alat tulis.
3.8.2
Cara penelitian
1. Peneliti menjumpai pihak yang berwenang dari sekolah yang dipilih,
kemudian menjelaskan tentang penelitian yang akan dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
28
2. Diberikan surat pemberitahuan kepada orang tua siswa mengenai
penelitian yang akan dilakukan, dimana seluruh siswa akan dilakukan
pemeriksaan satu persatu.
3. Diagnosis dermatitis atopik ditegakkan oleh peneliti bersama dengan
pembimbing berdasarkan kriteria Hanifin Rajka. Pemeriksaan IgE dan
konsul ke bagian mata yang merupakan salah satu poin dalam menilai
kriteria minor Hanifin Rajka tidak dilakukan dalam penelitian ini.
4. Siswa yang didiagnosis
dermatitis atopik selanjutnya dilakukan
pencatatan dasar begitu pula siswa yang tidak menderita dermatitis
atopik .
5. Pencatatan data dasar dilakukan oleh peneliti di sekolah yang dipilih,
meliputi identitas penderita, anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan dermatologis.
6. Orang tua penderita dermatitis atopik yang bersedia dan sudah
menandatangani lembar kesediaan partisipasi dalam penelitian, diminta
untuk mengisi kuesioner faktor risiko dari ISAAC dengan dipandu
oleh peneliti.
7. Orang tua dari siswa yang tidak mengalami dermatitis atopik yang
bersedia dan sudah menandatangani lembar kesediaan partisipasi
dalam penelitian, akan diberikan kuisioner faktor risiko dari ISAAC
dengan dipandu oleh peneliti sebagai sampel kontrol sampai jumlah
mencukupi.
3.9
Definisi operasional
Universitas Sumatera Utara
29
3.9.1
Usia subjek saat pengambilan sampel dihitung dari tanggal lahir, bila lebih
dari 6 bulan, usia dibulatkan ke atas; bila kurang dari 6 bulan, usia
dibulatkan ke bawah.
Cara ukur: wawancara
Alat ukur: kuesioner
Skala ukur: skala rasio
3.9.2
Dermatitis atopik : Peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal,
peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau
penderita (rinitis alergik, asma bronkial). DA pada penelitian ini
ditegakkan berdasarkan kriteria Hanifin Rajka.
Cara ukur: observasional.
Alat ukur: kuesioner
Skala ukur: skala nominal.
3.9.3
Kontrol : Individu normal tanpa dermatitis atopik yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi yang sama dengan kelompok kasus dermatitis atopik
dan bersedia untuk ikut serta dalam penelitian dengan menandatangani
informed consent. Kontrol dipilih dari siswa di sekolah yang menjadi
tempat penelitian, diutamakan yang merupakan saudara kandung dari
sampel kelompok dermatitis atopik.
Cara ukur: observasional
Alat ukur: kuesioner
Skala ukur: skala nominal
Universitas Sumatera Utara
30
3.9.4
Kriteria Hanifin Rajka adalah suatu kriteria untuk mendiagnosis dermatitis
atopik, dimana bila terdapat 3 kriteria mayor dan 3 kriteria minor.
Cara ukur: observasional
Alat ukur: Formulir isian.
Skala ukur: skala nominal
3.9.5
Kuesioner faktor risiko dari ISAAC (International Study of asthma and
Allergy in Childhood) adalah kuesioner yang dirancang oleh ISAAC yang
berisi pertanyaan-pertanyaan standar mengenai faktor-faktor risiko yang
berpotensi untuk terjadinya asma dan penyakit alergi lainnya pada anak.
Cara ukur: wawancara
Alat ukur: Kuesioner
Skala ukur: skala nominal.
3.9.6
Berat badan lahir adalah berat badan bayi baru lahir yang ditimbang segera
setelah dilahirkan.
Cara ukur: Wawancara
Alat ukur: kuesioner
Skala ukur: skala numerik.
3.9.7
Air susu ibu adalah cairan susu yang disekresikan dari payudara setelah
ibu melahirkan.
Cara ukur: wawancara
Alat ukur: Kuesioner
Skala ukur: skala kategorik.
3.9.8
Paparan asap rokok adalah kontak dengan asap yang dihasilkan oleh
perokok yang berasal dari lingkungan rumah.
Universitas Sumatera Utara
31
Cara ukur: wawancara.
Alat ukur: Kuesioner
Skala ukur: skala kategorik
3.9.9
Jumlah anggota keluarga yaitu jumlah anak dalam suatu keluarga.
Cara ukur: wawancara
Alat ukur: Kuesioner
Skala ukur:skala kategorik
3.9.10 Paparan hewan peliharaan yaitu kontak dengan hewan seperti anjing,
kucing, binatang berbulu lainnya, burung atau lainnya dalam lingkungan
rumah.
Cara ukur: wawancara.
Alat ukur: Kuesioner
Skala ukur: skala kategorik
3.9.11 Riwayat atopi dalam keluarga adalah terdapatnya kondisi ayah atau ibu
mengalami penyakit atopi seperti asma, rhinitis alergi, maupun dermatitis
atopi.
Cara ukur: wawancara.
Alat ukur: Kuesioner
Skala ukur:skala nominal.
3.10 Kerangka operasional
Anak berusia 6 sampai 12 tahun
(siswa sekolah dasar)
Kriteria Hanifin Rajka
Universitas Sumatera Utara
32
Tidak
dermatitis
Dermatitis atopik
atopik
(kontrol)
Memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi
Kepada orang tuanya diberikan kuesioner faktor risiko
dari ISAAC
Kuesioner dikumpulkan
Analisis data
Gambar 3.1 Diagram kerangka operasional penelitian
3.11 Pengolahan dan analisis data
Data yang terkumpul kemudian diolah dengan menggunakan
program komputer dan selanjutnya dinyatakan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi. Analisis statistik yang digunakan untuk mengetahui hubungan
berbagai faktor risiko dengan dermatitis atopi yaitu dengan analisis bivariat,
Universitas Sumatera Utara
33
selanjutnya untuk menentukan faktor risiko yang paling dominan dilakukan
analisis multivariat dengan regresi logistik.
3.12
Ethical Clearance
Penelitian ini telah memperoleh ethical clearance dari Komite Etik
Penelitian bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara dengan nomor: 471/KOMET/FK USU/2015.
.
Universitas Sumatera Utara
34
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini telah dilakukan pengisian kuesioner faktor-faktor risiko
yang berhubungan dengan dermatitis atopik pada 200 orang subjek penelitian,
yang terdiri dari 100 orang subjek yang menderita dermatitis atopik dan 100 orang
subjek kontrol. Penelitian dimulai dari bulan Desember 2015 sampai dengan
Januari 2016. Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 060834 Medan
dengan jumlah keseluruhan siswa adalah 378 orang dan SD no 3 Muhammadiyah
Medan, dengan jumlah siswa 645 orang. Semua subjek penelitian telah menjalani
anamnesis, pemeriksaan fisik, pengisian kuesioner faktor risiko dan selanjutnya
telah dinilai hasilnya.
4.1 Prevalensi dermatitis atopik
Dari dua Sekolah Dasar yang menjadi tempat penelitian dengan total
keseluruhan siswa 1023 orang, didapatkan anak yang mengalami dermatitis atopik
yaitu 100 orang, sehingga prevalensi dermatitis atopik pada anak usia sekolah
dasar dalam penelitian ini yaitu 9,77%.
Secara global, penelitian ISAAC fase ketiga yang dilakukan Mallol et al,
pada tahun 2012 yang melibatkan sekitar 1.200.000 anak usia 6-7 tahun pada 233
senter dari 98 negara, didapatkan prevalensi dermatitis atopik yaitu 7,3%. Namun,
masih ada kemungkinan adanya prevalensi dermatitis atopik yang lebih tinggi dari
berbagai senter yang tidak berpartisipasi dalam penelitian ini.41
Universitas Sumatera Utara
35
Pada penelitian Civelek et al pada anak usia 10-11 tahun di Turki pada
tahun 2006 mendapatkan prevalensi dermatitis atopik yaitu 8,1%.11
Pada penelitian Rad pada anak sekolah yang berusia 6-7 tahun di Iran pada
tahun 2008 didapatkan prevalensi dermatitis atopik yaitu 2,7%.42
Pada penelitian Pyun di Korea, mendapatkan prevalensi dermatitis atopik
pada anak usia Sekolah Dasar mengalami peningkatan dari 19,7% pada tahun
1995 menjadi 35,6% pada tahun 2010.5
Pada penelitian Paramita dkk, yang meneliti 143 anak kelas 1 Sekolah
Dasar di Semarang pada tahun 2011, didapatkan anak yang menderita dermatitis
atopik yaitu sebanyak 7 anak (4,89%).37
4.2 Karakteristik Subjek Penelitian
Karakteristik subjek penelitian yang memiliki riwayat dermatitis atopik
berdasarkan jenis kelamin dan usia dapat dilihat pada tabel-tabel sebagai berikut
ini.
4.2.1 Karakteristik subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.1 Karakteristik subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin
DA
n (%)
Kontrol
n(%)
Laki –laki
Perempuan
53
47
55
45
Total
100
100
Universitas Sumatera Utara
36
Dari tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa sebanyak 100 orang penderita
dermatitis atopik terdiri dari 53 orang laki-laki dan 47 orang perempuan. Dalam
penelitian ini sampel penderita DA sedikit lebih banyak pada yang berjenis
kelamin laki-laki. Menurut Garrido et al di Spanyol pada tahun 2009 menemukan
penderita dermatitis atopik sedikit lebih didominasi jenis kelamin laki-laki yaitu
sebesar 52% dari sampel.8 Dalam penelitian E. Civelek et al di Turki pada tahun
2011 mendapatkan penderita dermatitis atopik lebih banyak pada laki-laki yaitu
sebesar 50,8%.11 Meskipun demikian, beberapa penelitian dalam kepustakaan
tidak menemukan hubungan jenis kelamin dengan DA.3
4.2.2 Karakteristik subjek penelitian berdasarkan usia
Tabel 4.2 Karakteristik subjek penelitian berdasarkan usia
Usia(tahun)
6
DA
n (%)
14
Kontrol
n (%)
17
7
14
19
8
17
22
9
21
17
10
10
7
11
17
11
12
7
7
Total
100
100
Universitas Sumatera Utara
37
Pada penelitian ini umur rata-rata dari sampel adalah 9 tahun. Menurut
kepustakaan DA lebih banyak dialami oleh anak-anak terutama pada 5 tahun
pertama kehidupan. Dalam penelitian Hua et al pada 1.404 anak DA dengan onset
penyakit dalam umur 2 tahun pertama, dilaporkan 48,7% durasi DA kurang dari 4
tahun, akan tetapi 30,2% tetap mengalami DA sampai saat anak berumur diatas 8
tahun.3
4.3 Faktor-faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya Dermatitis atopik
Faktor-faktor risiko yang dianalisis dalam penelitian ini yaitu berat badan
lahir, riwayat mendapat ASI, paparan asap rokok, jumlah anggota keluarga,
paparan hewan peliharaan dan riwayat keluarga menderita atopi.
Analisis bivariat masing-masing variabel faktor risiko tersebut akan
dibahas satu persatu, sebagai berikut:
4.3.1 Berat badan lahir
Tabel 4.3 Analisis bivariat berat badan lahir
Faktor Analisis
Kelompok
DA
Berat badan lahir
- 1500 – 1999
- 2000 – 2499
- 2500 – 3499
- > 3500
3.0%
13,0%
61,0%
23,0%
Nilai p
Kontrol
2.0 %
12.0%
65.0%
21.0%
0.744
0,983
0,659
0,763
Universitas Sumatera Utara
38
Berat badan lahir anak dengan DA umumnya adalah antara 2500-3499
gram yaitu sebesar 61%. Dari hasil uji chi square yang dapat dilihat pada tabel 4.3
didapatkan nilai p lebih besar dari 0,05, yaitu secara berurut p=0,744, 0,983, 0,659
dan 0,763 sedangkan hipotesis diterima apabila p6 bulan
16,0%
24,0%
33,0%
27,0%
25.0%
14.0%
22.0%
40.0%
0.847
0,031
0,038
Durasi riwayat mendapat ASI saja tanpa penambahan susu formula, jus,
ataupun makanan tambahan pada anak DA yang terbanyak adalah selama 2-4
bulan (33%). Dalam penelitian ini terdapat hubungan antara riwayat mendapat
ASI dengan kejadian dermatitis atopik. Dimana hasil analisis statistik didapat
durasi ASI 2-4 bulan menunjukkan hubungan dengan nilai p=0,031, dan durasi 56 bulan sampai lebih dari 6 bulan berhubungan dengan kejadian dermatitis atopik
dengan nilai p=0,038.
Hal ini sesuai dengan Garrido JB et al, pada tahun 2010 di Spanyol yang
meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan DA pada anak berusia 10-11
tahun mendapatkan adanya hubungan antara DA dan tidak adanya riwayat
mendapatkan ASI atau pemberian ASI namun kurang dari 6 bulan.8
Penelitian Wulandari yang membandingkan kejadian DA pada anak yang
diberikan ASI ekslusif dengan susu formula di poli Kulit dan Kelamin dan poli
Universitas Sumatera Utara
40
Anak di RS Salatiga didapatkan secara signifikan lebih banyak kejadian DA pada
anak dalam kelompok susu formula.44
Penelitian yang dilakukan oleh Yang YW, Tsai dan Lu yang
mengumpulkan 27 penelitian dimana hasil dari penelitian-penelitian tersebut
bervariasi, kemudian dilakukan penelitian secara meta analisis pada tahun 2009,
dan menunjukkan hasil tidak terdapat bukti yang kuat efek perlindungan ASI
ekslusif yang diberikan selama minimal 3 bulan.45
4.3.3 Paparan Asap Rokok
Tabel 4.5 Analisis bivariat paparan asap rokok
Faktor Analisis
Kelompok
DA
Nilai p
Kontrol
Riwayat paparan asap rokok
-
Ibu
Lingkungan
0,0%
68,0%
0.0%
51.0%
0.015
Riwayat merokok pada ibu tidak ditemukan pada anak DA, namun riwayat
merokok dari lingkungan didapatkan sebesar 68%. Dari analisis bivariat
didapatkan paparan asap rokok dari lingkungan berhubungan dengan kejadian
dermatitis atopik pada anak dengan nilai p=0,015.
Polusi lingkungan telah diketahui berperan dalam peningkatan penyakit
alergi khususnya asma pada daerah urban, namun penelitian yang mengkaitkan
dengan kejadian DA masih terbatas. 46
Universitas Sumatera Utara
41
Dalam penelitian ini baik pada kelompok penderita DA maupun kelompok
kontrol tidak terdapat riwayat merokok saat ibu sedang hamil. Namun terdapat
persentase riwayat paparan rokok dari lingkungan yang lebih tinggi pada
kelompok DA dibandingkan dengan kontrol. Dari perhitungan statistik didapatkan
nilai p=0,015.
Hasil ini sesuai dengan yang didapatkan oleh Saulite et al pada tahun 2011
yang mengumpulkan penelitian 91 penelitian tentang paparan rokok pasif
terhadap dermatitis atopik pada anak mendapatkan adanya hubungan antara
paparan rokok pasif terhadap kejadian DA pada anak.21
Begitu juga dengan penelitian Kramer et al pada tahun 2004 mendapatkan
anak beresiko tinggi mengalami DA apabila mengalami paparan asap rokok dari
lingkungan.47
4.3.4 Jumlah anggota keluarga
Tabel 4.6 Analisis bivariat jumlah anggota keluarga
Faktor Analisis
Kelompok
DA
Nilai p
Kontrol
Jumlah anggota keluarga
-
1
2
3
4
5
48,0%
40,0%
2,0%
0,0%
0,0%
51,0%
30.0%
5.0%
1.0%
1.0%
0,928
Universitas Sumatera Utara
42
Jumlah anggota keluarga anak DA yang paling umum adalah sebanyak 1
orang yaitu sebesar 48%. Pada penelitian ini jumlah anggota keluarga tidak
berhubungan dengan kejadian DA pada anak, dengan nilai p=0,928.
Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Garrido JB et all pada tahun 2009
yang meneliti faktor risiko DA pada anak 10-11 tahun di Spanyol, yang
menyatakan tidak adanya kaitan antara DA dengan jumlah anggota keluarga.8
Menurut Strachan DP et al pada tahun 2012 yang mengumpulkan
kuisioner ISAAC dari 210.200 anak yang berumur 6-7 tahun yang berasal dari 31
negara dan 33.226 anak yang berumur 13-14 tahun dari 52 negara, didapatkan
hasil kejadian dermatitis atopik dan rhinitis alergi lebih rendah pada keluarga yang
berukuran lebih besar. Hasil tersebut semakin signifikan pada negara yang lebih
maju.48
4.3.5 Paparan hewan peliharaan
Tabel 4.7 Analisis bivariat paparan hewan peliharaan
Faktor Analisis
Kelompok
DA
Nilai p
Kontrol
Paparan hewan peliharaan
-
saat
tahun
kelahiran
saat sekarang
pertama 10,0%
15,0%
0,285
41,0%
34,0%
0,307
Universitas Sumatera Utara
43
Riwayat paparan hewan peliharaan pada kelompok anak dermatitis atopik
saat tahun pertama kelahiran yaitu hanya 10%. Riwayat paparan hewan peliharaan
pada tahun pertama kelahiran maupun sekarang, tidak berhubungan dengan
kejadian dermatitis atopik pada anak dalam penelitian ini, dengan nilai p berturutturut yaitu p=0,285 dan p=0,307.
Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Pohlabeln et al pada tahun 2007 di
Jerman, tidak menemukan hubungan antara riwayat paparan hewan peliharaan
dengan perkembangan penyakit alergi.29
Berbeda dengan yang ditemukan oleh Roduit C et al, pada tahun 2010
yang menganalisis 1063 orang anak dalam penelitian Kohort, mendapatkan
kontak maternal dengan hewan ternak dan kucing selama masa kehamilan
menunjukkan efek protektif yang signifikan terhadap kejadian DA dalam 2 tahun
pertama kehidupan anak.49
Sampai saat ini penelitian epidemiologi yang mengaitkan paparan
hewan peliharaan sebagai faktor risiko DA masih belum konsisten.49
Universitas Sumatera Utara
44
4.3.6 Riwayat atopi pada keluarga
Tabel 4.8 Analisis bivariat riwayat atopi keluarga
Faktor Analisis
Kelompok
Nilai p
DA
Kontrol
Riwayat atopi
Ayah
-
Tidak
Ya:
Asma
RA
Eksim
0,005
68,0%
32,0%
4,0%
22,0%
6,0%
85.0%
24,0%
2.0%
12.0%
1.0%
Ibu
-
0,011
Tidak
Ya:
Asma
RA
Eksim
48,0%
52,0%
9,0%
26,0%
17,0%
66,0%
34,0%
7,0%
17,0%
10,0%
Pada kelompok anak dengan dermatitis atopik riwayat atopi pada ibu yaitu
sebesar 52%, sedangkan riwayat atopi ayah yaitu sebesar 34%. Pada analisis
bivariat didapatkan riwayat atopik ibu p=0,011, sedangkan atopi ayah didapatkan
p=0,005. Baik riwayat atopi ayah dan ibu berhubungan dengan kejadian dermatitis
atopik anak.
Hasil ini sesuai dengan yang didapatkan oleh Park et al, yang meneliti
faktor risiko pada anak sekolah di Korea pada tahun 2010, mendapatkan riwayat
atopi parental merupakan faktor risiko dermatitis pada anak.44 Begitu pula dengan
Civelek et al pada tahun 2006 di Turki, juga mendapatkan riwayat penyakit alergi
keluarga sebagai faktor risiko kejadian DA anak.11
Universitas Sumatera Utara
45
4.4 Analisis Multivariat
Dari enam variabel independen yang dianalisis. Variabel yang dapat
diambil sebagai kandidat untuk diuji multivariat (p< 0,25) yaitu atopi ayah, atopi
ibu, paparan rokok lingkungan, dan riwayat ASI. Hasil analisis multivariat
menunjukkan variabel yang berhubungan dengan kejadian dermatitis atopik,
paparan rokok dari lingkungan dan riwayat atopi keluarga baik ayah maupun ibu
Tabel 4.9 Analisis multivariat
Variabel
Sig (p)
Exp (OR)
Atopi Ibu
0,008
2,247
Atopi ayah
0,006
2,706
Paparan asap rokok
0,019
2,039
Riwayat pemberian ASI
0,078
0,775
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa riwayat atopi keluarga baik
ayah maupun ibu merupakan faktor yang paling dominan sebagai faktor risiko
kejadian dermatitis atopik anak. Atopi ibu dengan nilai OR=2,247 menunjukkan
bahwa anak dengan riwayat atopi ibu memiliki kemungkinan mengalami
dermatitis atopik sebesar 2,247 kali dibandingkan anak yang tidak memiliki
riwayat atopi ibu. Atopi ayah dengan nilai OR=2,706 menunjukkan bahwa anak
dengan riwayat atopi ayah memiliki kemungkinan mengalami dermatitis atopik
sebesar 2,706 kali dibandingkan anak yang tidak memiliki riwayat atopi ayah.
Universitas Sumatera Utara
46
Hal ini sesuai dengan penelitian Kim et al yang pada tahun 2016
mendapatkan riwayat atopi keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi
dermatitis atopik anak dengan nilai OR=2,21.50
Demikian pula dengan penelitian Schmitz et al pada tahun 2012 di Jerman,
menyatakan bahwa riwayat atopi dari salah satu saja dari orang tua dapat
meningkatkan risiko penyakit atopi pada anak dengan OR=2,6.51
Dari tabel diatas variabel riwayat atopi ayah sedikit lebih dominan
dibandingkan dengan atopi ibu. Hal ini berbeda dengan penelitian pada umumnya
dimana atopi ibu lebih dominan, dalam meningkatkan kejadian dermatitis atopik
dan penyakit alergi lainnya.1,3 Hasil dalam penelitian ini dapat dikarenakan
sampel lebih banyak memiliki riwayat atopi dari ayah.
Berdasarkan analisis multivariat diatas, anak yang berada dalam
lingkungan
dengan
paparan
asap
rokok
dari
lingkungan
mengalami
kecenderungan risiko terjadinya dermatitis atopik dengan OR=2,03. Hal ini berarti
anak yang mengalami paparan asap rokok dari lingkungan memiliki kemungkinan
mengalami dermatitis atopik sebesar 2,03 kali lebih besar daripada yang anak
yang tidak mengalami paparan asap rokok lingkungan.
Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Saulyte et al pada tahun 2013,
mendapatkan kejadian dermatitis atopik anak dipengaruhi oleh paparan asap
rokok dari lingkungan dengan OR=1,07.21Hal yang sama juga dikemukan oleh
Shirinde et al pada tahun 2014 yang menganalisis secara multivariat dengan
regresi logistik, mendapatkan paparan asap rokok dirumah meningkatkan risiko
dermatitis atopik anak di Afrika dengan OR=1,93.52
Universitas Sumatera Utara
47
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN:
1. Faktor risiko yang berhubungan pada kejadian dermatitis atopik pada anak
dalam penelitian ini yaitu riwayat mendapatkan ASI, paparan asap rokok
dari lingkungan dan riwayat atopi keluarga.
2. Tidak terdapat hubungan berat badan lahir dengan dermatitis atopik pada
anak
3. Terdapat hubungan riwayat pemberian air susu ibu (ASI) dengan
dermatitis atopik pada anak.
4. Terdapat hubungan paparan asap rokok lingkungan dengan dermatitis
atopik pada anak
5. Tidak terdapat hubungan paparan hewan peliharaan dengan dermatitis
atopik pada anak.
6. Tidak terdapat hubungan jumlah anggota keluarga dengan dermatitis
atopik pada anak.
7. Terdapat hubungan riwayat atopi keluarga dengan dermatitis atopik pada
anak.
8. Prevalensi dermatitis atopik pada anak usia sekolah dasar dalam penelitian
ini yaitu 9,77%
9. Berdasarkan analisis multivariat faktor risiko yang paling dominan adalah
riwayat atopi keluarga dan paparan asap rokok lingkungan.
SARAN:
1. Polusi lingkungan terutama dalam lingkungan keluarga dapat dikurangi
dengan peningkatan kesadaran akan bahayanya asap rokok bagi kesehatan
anggota keluarga.
2. Pemberian ASI ekslusif dapat mengurangi kejadian dermatitis atopik.
Universitas Sumatera Utara