Kebijakan Pemerintahan Joko Widodo Jusuf Kalla dalam Mewujudkan Kedaulatan Pangan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Ketersediaan pangan dalam masyarakat merupakan bagian penting dalam

keberlangsungan hidup masyarakat. Pangan yang menjadi sumber hidup semua
umat manusia adalah sesuatu yang harus terpenuhi adanya. Karena dengan pangan
manusia mampu memperoleh energi atau kondisi tubuh yang fit untuk bisa
melakukan berbagai aktivitas. Sebaliknya, apabila kondisi pangan sudah tidak
mampu memenuhi kebutuhan hidup setiap manusia maka hanya akan ada busung
lapar dan kematian. Dilihat sejak akhir abad ke-20 kondisi pangan dunia justru
memprihatinkan. Hal ini dilihat dari tingginya dominasi negara-negara maju akan
produksi pangan yang

menyebabkan produksi pangan tidak merata dan

meningkatnya kelaparan dan malgizi di negara-negara berkembang dan miskin.
Kekurangan pangan yang menimbulkan kelaparan dan nutrisi sangat berbahaya di
negara sedang berkembang tentu tidak akan mampu memacu pertumbuhan

produksi pangan , hal ini juga sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang begitu
cepat. Sama halnya dengan di Indonesia, lajunya pertumbuhan penduduk di
Indonesia membuat semakin besar jumlah permintaan pangan. Sementara
kapasitas produksi pangan nasional pertumbuhannya lambat bahkan stagnan yang
disebabkan adanya tantangan dalam bidang perubahan iklim global, kompetisi
pemanfaatan sumber daya lahan dan air untuk kegiatan pertanian dan non
pertanian , serta degradasi lingkungan yang menurunkan kapasitas produksi

1
Universitas Sumatera Utara

pangan nasional dan tenaga kerja pertanian. Akibatnya , untuk mencukupi
ketersediaan pangan nasional yang meningkat tersebut, Indonesia terpaksa
melakukan impor. Ketergantungan terhadap pangan impor sangat mempengaruhi
upaya mewujudkan stabilitas penyediaan pangan nasional sehingga masalah
pangan tidak berbicara sebatas ketahanan pangan lagi tapi lebih ke arah
kedaulatan pangan.
Dalam upaya mengatasi kelaparan, World Food Summit ( WFS ) 1 1996
mengeluarkan


berbagai

pandangan

dan

rencana

kerja

yang

harus

diimplementasikan seluruh negara-negara yang menjadi anggotanya. Di antara
program tersebut adalah dikeluarkannya resolusi nomor 176 Tahun 1996 yang
isinya menjadikan hari kelahiran PBB FAO pada tanggal 16 Oktober sebagai hari
Pangan Sedunia, dan dijalankannya suatu konsep Ketahanan Pangan ( Food
Security ) sebagai suatu upaya untuk mengatasi bencana kelaparan yang menimpa
dunia. World Food Summit yang diselenggarakan oleh Food and Agriculture

Organization ( FAO ) 2 bulan November 1996 di Roma. Deklarasi Roma pada
tahun 2002 dilakukan untuk upaya berbagai pernyataan sikap, kesepakatan,
komitmen bersama dari para kepala negara dan pemerintahan dalam
memperbaharui, menegaskan, dan mengupayakan pencapaian sasaran yang telah
1

Word Food Summit: Aliansi Internasionl Mengikis Kelaparan yang dilangsungkan dalam pertemuan puncak
Pangan Dunia di Italia. Achmad Suryana, Kepala Badan Bimas Ketahanan Pangan
World%20Food%Sumit_%20%Aliansi%20%intrnasional%20mengikis%kelaparan.htlm diakses pada 17 feb
2017 pukul 14.19 wib.
2
FAO /Organisasi Pangan dan Pertanian atau Food and Agriculture Organization berada di bawah naungan
Perserikatan Bangsa-Bangsa ( PBB). Bermarkas di Roma,Italia. FAO bertujuan untuk menaikkan tingkat
nutrisi dan taraf hidup; meningkatkan produksi, proses,pemasaran dan penyaluran produk pangan dan
pertanian; mempromosikan pembangunan di pedesaan;melenyapkan kelaparan.
https://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_Pangan_dan_Pertanian di akses pada 17 Februari pukul 14.40 WIB.

2
Universitas Sumatera Utara


ditetapkan dalam Deklarasi Roma 1996 dalam mewujudkan ketahanan pangan
dan mengurangi kemiskinan serta kelaparan. Para pemimpin negara/pemerintah
telah mengikrarkan kemauan politik dan komitmennya untuk mencapai ketahanan
pangan serta melanjutkan upaya menghapuskan kelaparan disemua negara
anggota dengan mengurangi separuhnya jumlah penderita kekurangan pangan
pada tahun 2015. 3.

Komitmen

politik

dalam

Deklarasi

2002

tersebut

menegaskan pentingnya pembangunan pertanian dan pedesaan dalam mengikis

kelaparan dan kemiskinan. Para deklarator menyadari pembangunan pertanian dan
pedesaan mempunyai peran kunci dalam pemantapan ketahanan pangan, karena
70 persen penduduk miskin dunia hidup di pedesaan dan mengandalkan sumber
penghidupannya dari sektor pertanian. Karena itu upaya pencapaian sasaran
mengatasi kelaparan dan kemiskinan harus berlandaskan pula pada upaya
peningkatan produktifitas pertanian dan perbaikan

produksi serta distribusi

pangan. 4 Setidaknya ada tiga faktor yang menyebabkan persoalan pangan dunia
semakin rumit, yaitu pertumbuhan penduduk yang pesat, kegagalan produksi
pangan karena dampak perubahan iklim global maupun alih fungsi lahan, dan
terpinggirkannya kebijakan investasi pertanian. Terkait pembangunan pertanian
nasional, khususnya produksi pertanian, selama ini perhatian lebih banyak
diberikan pada proses dibagian hulu, seperti akses sumber daya lahan, penyediaan
berbagai sarana produksi, dan tekhnik produksi. Memang pembangunan sektor
3

Tantangan Kedaulatan Pangan dalamHenry Bernstein;Dianto Bachriadi.Pdf diakses
http://arc.or.id/wp-content/uploads/2015/02/Tantangan/Kedaulatan/Pangan 17 Februari pukul

15.00WIB.

4

Ahmad Suryana.Kapita Selekta evolusi pemikiran kebijakan Ketahanan Pangan. 2003. BPFE.Yogyakarta.
hal 137.

3
Universitas Sumatera Utara

hulu sangat penting dan tidak bisa diabaikan. Namun itu saja tidak akan cukup
untuk menjawab isu kedaulatan pangan dan kemakmuran petani. Kepemilikan
lahan di Indonesia juga sangat kecil. Bahkan jutaan petani sebenarnya hanya jadi
buruh tani tanpa kepemilikan lahan. Dari kepemilikan lahan yang rata-rata 0,4 Ha
yang sangat kecil, peningkatan produksi saja tidak akan berdampak nyata bagi
peningkatan pendapatan yang diterima petani, apalagi kalau harga jual yang
diterima oleh petani tidak juga meningkat secara nyata. 5
Secara formal pengertian ketahanan pangan dan upaya-upaya untuk
menerapkannya diperluas tidak hanya pada tingkat negara-bangsa atau tataran
nasional,tetapi hingga pada tataran rumah tangga dan indivdu. Ringkasnya dalam

WorldFood Summit 1996 tersebut dinyatakan ketahanan pangan adalah kondisi
manakala semua orang, setiap saat , memiliki akses ekonomi dan fisik terhadap
pangan dan nutrisi yang memadai dan aman untuk memenuhi kebutuhan fisiknya
maupun pilihannya terhadap makanan yang hendak dikonsumsinya agar dapat
melakukan kehidupan secara aktif dan sehat.
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk
pertanian , perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik
yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau
minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambaha pangan, bahan baku
pangan , dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan,

5

Subejo.5 Pilar Kedaulatan Pangan Nusantara.2016. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

4
Universitas Sumatera Utara

dan/atau pembuatan makanan. 6 Dalam Undang-Undang Tentang Pangan Nomor
18 Tahun 2012 bahwa pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling

utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin
di dalam Undng-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai
komponen dasar untuk mewujudkan daya manusia yang berkualitas. Negara
berkewajiban mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan , dan pemenuhan
konsumsi pangan yang cukup aman, bermutu, dan bergizi seimbang, baik pada
tingkat nasional maupun daerah hingga perorangan secara merata seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia sepanjang waktu dengan memanfaatkan
sumber daya, kelembagaan, dan budaya lokal.
Kedaulatan pangan adalah hak negara bangsa yang secara mandiri
menentukan kebijakan pangan yang menjamin hak atas pangan bagi rakyat dan
yang memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem pangan yang
sesuai dengan poensi sumber daya lokal. Mengingat Indonesia sebagai negara
dengan jumlah penduduk yang besar dan disisi lain memiliki sumber daya alam
dan sumber pangan yang beragam, Indonesia mampu memenuhi kebutuhan
pangannya scara berdaulat dan mandiri. 7 Untuk menjamin ketersediaan pangan
tersebut dibutuhkan kinerja pemerintah melalui kebijakan-kebijakan yang real dan
kompeten untuk memenuhi ketersediaan pangan tersebut. Maka diharapkan
bahwa dengan kinerja pemerintah melalui berbagai kebijakan mampu
6


UU_Nomor_18_Tahun_2012 Tentang Pangan dalam bentuk pdf diakses
darihttp://pelayann.jakarta.go.id/undang-undang-nomor-18-tahun-2012-tentang-pangan.

7

Ibid.

5
Universitas Sumatera Utara

memberikanhak warga negaranya yaitu memiliki ketersediaan pangan sampai
pada tiap individu. Jelas bahwa kedaulatan pangan tersebut adalah hak negara dan
bangsa yang secara mandiri yang menentukan kebijakan pangan dan hak atas
pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat menentukan
sistem pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal.
Berbicara kedaulatan pangan sebetulnya telah ditegaskan oleh Presiden
pertama Indonesi Ir. Soekarno seperti tertulis dalam prasasti peresmian gedung
IPB ( 1952 ) bahwa ‘pangan merupakan soal mati-hidupnya suatu bangsa;
apabila kebutuhan pangan rakyat tidak dipenuhi maka ‘malapetaka’;oleh karena
itu perlu usaha besar-besaran , radikal, dan revolusioner.’ 8Oleh karena itu usahausaha untuk mencapai swasembada pangan dan kemandirian pangan dilakukan

pemerintah secara terus-menerus dan konsisten. Dimulai dibentuknya Yayasan
Bahan Makanan (Yabama ) tahun 1951 , Yayasan Badan Pembelian Padi
selanjutnya akan disingkat ( YBPP ) tahun 1958 dan membentuk padi sentra.
Selanjutnya membentuk rencana Swa Sembada Beras selnjutnya akan disingkat (
SSB ) dengan program Panca Usaha Tani tahun 1959. Pada tahun 1964/1965
dilakukan DEMAS ( Demonstrasi Massal ) yang disempurnakan menjadi program
BIMAS ( Bimbingan Massal ).
Sampai saat ini usaha-usaha untuk meningkatkan produksi pertanian
khususnya pangan terus dilakukan sebagai upaya menegakkan kedaulatan pangan.
Pada tahun 2005 , Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Depertemen
8

http//:arisyaoran.wordpress.com./2012/05/01/kedaulatan-pangan-sebagai-penentu-hidup-mati-bangsa-2/
diakses pada 26-02-2017 pukul 14 WIB.

6
Universitas Sumatera Utara

Pertanian mempromosikan manajemen pertanian untuk meningkatkan produksi
beras nasional guna mencapai kedaulatan pangan beras tahun 2005 , 2010, dan

2025. Strategi manajemen pertanian yang ditawarkan ini adalah : 1)Mendorong
sinergi antar subsistem agribisnis, 2)Meningkatkan akses petani terhadap
sumberdaya,

modal,

teknologi,

dan

pasar,

3)Mendorong

peningkatan

produktivitas melalui inovasi baru , 4)Memberikan insentif berusaha ,
5)Mendorong diversifikasi produksi , 6)Mendorong partisipasi aktif seluruh
stakeholder

,

7)Pemberdayaan

petani

dan

masyarakat

Pengembangan

kelembagaan. Kebijakan yang menelan biaya sekitar 85, 4 triliun, pemerintah
optimis mampu meningkatkan produktivitas beras 1,5 persen per tahun dengan
indeks panen 1,52. Peningkatan produksi seperti ini, maka pemerintah yakin
bahwa Indonesia akan mencapai kedaulatan pangan jangka menengah pada 2010
dan jangka panjang pada tahun 2025. 9Ketahanan pangan pokok beras akan tetap
menjadi isu utama dalam perekonomian nasional, meningat posisi strategis
komoditas beras dalam kebiasaan makan masyarakat Indonesia. Memasuki abad
ke -21 ketahanan pangan pokok beras mempunyai prospek yang baik setelah
mengkaji dengan seksama arah perkembangan kemampuan produksi domestik
dan dinamika permintaan atas komoditas ini. Pengembangan sistem usaha
pertanian padi yang efisien dengan dayasaing tinggi dan sekaligus dapat
meningkatkan pendapatan petani mutlak diperhatikan. 10 Dalam kerangka
pembangunan nasional, mandat utama sektor pertanian adalah sebagai penyedia
9

http//:indoprogress.com/2016/03-kedaulatan-pangan-beras-dan-kebijakan-reforma-agraria-indonesia/ diakses
26-02-2017 pukul 15.00 WIB.
10
Ahmad Suryana. Op.Cit. hal 273

7
Universitas Sumatera Utara

pangan yang cukup bagi penduduknya dan pendukung perkembangan sektorsektor lainnya. Pada masa mendatang mandat tersebut akan semakin berat karena
laju permintaan terhadap hasil-hasil pertanian terus meningkat sejalan dengan laju
pertambahan penduduk.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional ( RPJMN ) Tahun
2015-2019 adalah termasuk tahapan ketiga dari rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional ( RPJPN ) 2005-2025 yang telah ditetapkan melalui UndangUndang Nomor 17 Tahun 2007 dengan berpayung pada UUD 1945 dan UU No.
17 Tahun 2007 tentang RPJP, RPJMN. RPJMN yang merupakan agenda lima
tahun (2015-2019) diharapkan mampu memberikan peningkatan kesejahteraan
berkelanjutan, warganya berkepribadian dan berjiwa gotong-royong, dan
masyarakatnya memiliki keharmonisan antar kelompok sosial RPJMN 2015-2019,
disusun sebagai penjabaran dari Visi, Misi, dan Agenda (Nawa Cita)
Presiden/Wakil Presiden, Joko Widodo dan Muhammad Jusuf Kalla, dengan
menggunakan Rancangan Teknokratik yang telah disusun Bappenas dan
berpedoman pada RPJPN 2005-2025. RPJMN 2015-2019 adalah pedoman untuk
menjamin pencapaian visi dan misi Presiden, RPJMN sekaligus untuk menjaga
konsistensi arah pembangunan nasional dengan tujuan di dalam Konstitusi
Undang Undang Dasar 1945 dan RPJPN 2005–2025.
Kementerian

Perencanaan

Pembangunan

Nasional/

Dalam RKP 2017
Badan

Perencanaan

Pembangunan Nasional atau BAPPENAS dijelaskan bahwa prioritas dan sasaran
pembanguan nasional tahun 2017 yang menjadi sektor

unggulan adalah

8
Universitas Sumatera Utara

pembangunan kedaulatan pangan, yang kemudian ini dimasukkan kedalam
RPJMN 2015-2019. Untuk mencapai sasaran prioritas nasional kedaulatan
pangan, perlu koordinasi dari beberapa kementerian, yaitu Kementerian Pertanian,
Kementerian Agraria dan Tata Ruang , Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, Kementerian Perdagangan serta Pemerintah Daerah. Pencapaian
kedaulatan pangan perlu dilakukan secara terintegrasi melalui reforma agraria,
pengendalian harga dan impor pangan, peningkatan pertanian organik, menyetop
konversi lahan yang produktif dan ini merupakan kombinasi dari setiap program
dari kementerian yang berhubungan.

Hal ini juga disandarkan pada visi

pembanguan nasional 2015-2019 “ terwujudnya Indonesia yang Berdaulat,
Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-Royong”.
Usaha menuju sasaran jangka panjang dan tujuan hakiki dalam
membangun, pembangunan nasional Indonesia lima tahun ke depan perlu
memprioritaskan pada upaya mencapai kedaulatan pangan. 11Kementan dalam hal
perwujudan kedaulatan pangan mengeluarkan beberapa kebijakan-kebijakan yang
akan mendukung penguatan pangan Nasional. Dikeluarkannya Peraturan Menteri
Pertanian Republik Indonesia Nomor : 16/Permetan/HK.140/4/2015 tentang
Pedoman Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat oleh Amran
Sulaiman merupakan salah satu bentuk kebijakan untuk mewujudkan stabilisasi
harga pangan di tingkat petani dan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga
petani: a) pengembangan unit-unit usaha ( unit usaha distribusi atau pemasaran
11

Lampiran Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Rencana Pembangnan
Jangka Menengah Nasional2015-2019 dalam bentuk pdf.

9
Universitas Sumatera Utara

atau pengolahan dan pengelolaan cadangan pangan ; dan b) pembangunan sarana
penyimpanan milik Gapoktan atau Gabungan Kelompok Tani agar dapat
meingkatkan posisi tawar petani, meningkatkan nilai tambah produksi petani dan
mendapatkan akses masyarakat terhadap sumber pangan. 12 Untuk mewujudkan
target pencapaian swasembada pangan misalnya, di tahun 2015 Mentan, Amran
Sulaiman mengeluarkan kebijakan pembangunan pertanian sehingga mampu
melakukan perubahan secara fundamental. Kebijakan tersebut diantaranya
merevisi Peraturan Presiden ( Perpres ) 172/2014 tentang tender ke Penunjukan
Langsung ( PL) refocusing anggaran 2015 sebesar Rp 4,1T dan 2016 sebesar Rp
4,3T , bantuan benih tidak di lahan exiting , dan membentuk tim program Upaya
Khusus ( Upsus). Kementan juga melakukan perbaikan sistem tata niaga pangan,
yakni pertama , pengendalian rekomendasi impor komoditi pangan seperti beras,
cabai, bawang merah, jagung, dan gula. Kedua, merealisasikan ekspor jagung
sebanyak 400 ribu ton, bawang merah sebanyak 5.834 ton, kacang hijau sebanyak
60.000 ton dan lainnya. Ketiga, Kementan juga melakukan perbaikan sistem tata
niaga pangan dengan mengeluarkan kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (
HPP) untuk gabah atau beras, jagung dan kedelai sehingga memberikan jaminan
harga bagi petani. Keempat, memperpendek rantasi pasokan dengan membangun
Toko Tani Indoneia ( TTI) sebanyak 38 unit dan di tahun 2016 ditargetkan 1.000
TTI. Kelima, telah membangun sinergitas dengan Kemendag dan Perum Bulog.
Keenam, berhasil mendorong penyerapan beras petani oleh Bulog dan ketujuh,
12

Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor : 16/Permetan/HK.140/4/2015 tentang Pedoman
Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat.pdf diakses dari www.deptan.go.id.html 21-03-2017
pukul 22.00 WIB

10
Universitas Sumatera Utara

Kementan gencar melakukan operasi pasar pangan murah untuk menstabilkan
gejolak harga pangan. 13
Kementerian

pertanian

bertugas

dan

berkordinasi

juga

dengan

Kementerian Agraria dan Tata Ruang untuk memastikan petani kecil, masyarakat
adat dan kelompok terpinggir lainnya dapat memproduktifkan tanah-tanah yang
diredistribusi melalui reforma agraria. Memastikan juga setiap petani tersebut
mendapatkan hak atas tanahnya sesuai dengan yang telah diatur dalam UUPA
No.5 Tahun 1960. Dalam undang-undang pokok agraria no.5 tahun 1960 (UU PA
No.5 Tahun 1960) dikatakan bahwa pembangunan agraria berkaitan dengan
kekuasaan negara yang mengelola sumber daya alam yang meliputi bumi/tanah,
air, udara, dan kekayaaan alam yang terkandung didalamnya untuk kemakmuran
rakyat dalam arti kesejahterahan, kebahagian, dan kemerdekaan. 14 Untuk itu
diharapkan pemerintah melalui kebijakan yang dibuat mampu memenuhi
keinginan masyarakat petani Indonesia terkhususnya. Selain produktifitas
kementerian ini memastikan tanah-tanah tersebut berfungsi secara ekonomi dan
mendorong pemulihan ekologis dan keberlanjutan layanan alam. Tentu sangat
erat kaitannya Kementan dan Kementerian Agraria sebagai salah satu perwujudan
kedaulatan pangan. Kementerian pertanian inilah yang secara teknis dibidang
produksi pangan dapat memastikan tercapainya kedaulatan pangan yang sinergis
dengan kesejahteraan petani dan masyarakat desa. Kementan mencakup pertanian,
perkebunan,

perikanan,

peternakan

dan

pangan.

Kementerian

ini

13

http://www.kompasiana.com/abiyadun/inilah-kebijakan-mewujudkan-swasembadapangan_56df136b569373071a11f96e diakses pada 11-03-2017 pukul 23.00 WIB.
14
UU PA No.5 Tahun 1960 pasal 2 tentang pokok-pokok agraria

11
Universitas Sumatera Utara

bertanggungjawab untuk menurunkan laju impor pangan, menghentikan konversi
lahan pangan, mengutamakan petani dan nelayan mengembangkan dan berdaulat
atas benih, pupuk dan pestisida. Untuk itu Kementerian Pertanian beserta staf ahli
dan badan yang membidangi memiliki peran strategis dalam mewujudkan salah
satu sasaran pokok nasional yaitu peningkatan kedaulatan pangan yang ditempuh
melalui kegiatan melakukan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian berbagai
kebijakan di bidang pangan dan pertanian. Badan Ketahanan Pangan Kementerian
Pertanian Indonesia terdiri dari:
1. Kuasa Pengguna Anggaran ( KPA ) : Kepala Badan Ketahanan
Pangan;
2. Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar ( PPSPM ) : Kepala
Bagian Keuangan

dan Perlengkapn Kepala Bagian Umum, atau

Pejabat Struktural yang membidangi urusan keuangan;
3. Bendahara Pengeluaran: staf senior yang di anggap mmpu dan
memenuhi syarat dan tidak menduduki jabatan bendahara lebih dari 5
tahun berturut-turut
4. Pejabat

Pembuat

Komitmen

(

PPK

):

Staf

Senior

BKP,

Penanggungjawab Sekretariat DKP,
5. Pemegang Uang Muka ( PUM ): Staf Senior yang dianggap mampu
oleh Kepala Unit Kerja Eselon II lingkup BKP Pusat;
6. Pelaksana Utama ( Pelma ): Eselon III di lingkup Badan Ketahanan
Pangan Pusat;

12
Universitas Sumatera Utara

7. Pelaksana Kegiatan: Eselon IV atau staf senior di lingkup Badan
Ketahanan Pangan
8. Pejabat/Pengadaan

Barang dan Jasa/Staf yang memiliki sertifikat

keahlian;
9. Pejabat Penerima dan Pemeriksa Barang/Staf Senior di lingkungan
Badan Ketahan Pangan. Butir ( 1 ) diangkat oleh Menteri Pertanian
selaku Pengguna Anggran ( PA) , butir ( 2 ) sampai ( 9) diangkat oleh
KPA, Bagan Organisasi Satuan Kerja BKP Kementerian Pertanian
yang terdiri dari KPA, Bendahar Pengeluaran, PPSPM dan PPK.
Peraturan

Menteri

Pertanian

Republik

Indonesia

Nomor:

23

/

Permentan/OT.040/5/2016 Tentang Uraian Tugas Pekerjaan Unit Eselon IV
Lingkup Badan Ketahanan Pangan akan menjadi acuan Pelaksana Tugas
Kementerian Pertanian. Peraturan ini yang akan membawa lembaga tani untuk
bergerak dalam perwujudan kedaulatan pangan. Peraturan Menteri Pertanian
Republik Indonesia Nomor : 16/Permetan/HK.140/4/2015 tentang Pedoman
Penguatan Lembaga Distribusi Pangan akan berkaitan langsung dengan Tentang
Uraian Tugas Pekerjaan Unit Eselon IV sebagai pelaksana tugas maka akan ada
sinkronisasi dari kedua peraturan ini untuk meninjau lebih dalam tugas dan
tanggungjawab kementerian Pertanian dalam proses mewujudkan kedaulatan
pangan.
Melihat kondisi Indonesia yang memiliki potensi sumberdaya yang sangat
besar dan sangat penting dalam pembangunan pertanian , tidak sewajarnya

13
Universitas Sumatera Utara

Indonesia mengalami krisis pangan sampai-sampai banyak warga Indonesia yang
belum mampu mengakses kebutuhan hidup layak. Indonesia memiliki
ketersediaan lahan yang cukup besar , dari aspek tenaga kerja, tingginya jumlah
penduduk yang sebagian besar berada di pedesaan merupakan potensi tenaga kerja
untuk membangun pertanian. Akan tetapi tidak hanya karena ketersediaan lahan
dan sumber daya yang mendukung akan udah menjadikan Indonesia berdaulat
atas pangan. Dalam hal mewujudkan kedaulatan pangan juga masih memiliki
permasalahan yang kompleks.
Dari tahun 2007-2013 politik anggaran yang diterapkan pemerintah belum
sepenuhnya berpihak pada sektor pertanian. Anggaran sektor agro masih sangat
rendah bila dibandingkan dengan sektor lainnya. Idealnya dibutuhkan minimal
10%

Anggaran Perbelanjaan Nebara ( APBN ) untuk mencapai kedaulatan

pertanian. Pemerintah mencanangkan program menuuju swasebada pangan akan
tetapi pemerintah tidak menunjukkan keseriusannya dari APBN tersebut.
Kenaikkan APBN dalam jumlah rupiah ternyata juga masih belum mampu
mendongkrak produktifitas pertanian, apabila tidak dikelola dengan baik . Akan
tetapi apabila dikelola secara benar, sektor pertanian mampu mendongkrak
indoesia menjaidi negara yang maju dan berdaya saing, hal ini karena pada
hakikatnya Indonesia merupakan negara agraris yang mampu pemasok komoditas
ungguan utama di dunia. 15

15

Subejo.Op.Cit. hal 7-8.

14
Universitas Sumatera Utara

Kepemilikan lahan juga yang dijadikan untuk lahan pertanian tidak seperti
yang kita harapkan, daratan Indonesia lebih digunakan untuk perkebunan atau
tanaman keras dan ini akan mengakibatkan cepat sekali merusak unsur hara
tanah. Pengalih fungsian tanah juga menjadi masalah besar dalam pengembangan
pertanian. Banyak tanah yang dulunya persawahan, telah dijadikan gedunggedung bertingkat. Tingkat pendidikan Sumber Daya Manusia ( SDM ) pertanian
yang semakin rendah, sarana produksi pertanian yang belum memadai ditambah
juga minat orang pedesaan semakin berkurang untuk bertani. Tidak lupa juga
bahwa redistribusi tanah sesuai amanat UUPA No.5 tahun 1960 belum berjalan
sepenuhnya. Data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah petani
di Indonesia pada tahun 2015 sebanyak 37,75 juta dari 128,3 juta penduduk yang
bekerja. 16 Jumlah petani tersebut juga memiliki persoalan terhadap kepemilikan
tanah dimana menurut data Konsorsium Pembaharuan Agraria (KPA) ada sekitar
28 juta petani tidak memiliki tanah 17 dengan kepemilikan tanah yang sedemikian
sedikitnya, bagaimana mungkin masyarakat Indonesia mampu bertani untuk
mencukupi pangan Indonesia. Ini merupakan suatu masalah dalam mewujudkan
kedulatan pangan bagi Indonesia. Sejak pemerintahan Soeharto hingga
pemerintahan Jokowi JK belum ada yang mampu mewujudkan kedaulatan pangan
sebagaimana maksud dari kedaulatan pangan tersebut di atur dalam undangundang. Lalu kemudian Presiden Jokowi menaruh harapan besar pada

16

http://setkab.go.id/bps-penduduk-bekerja-bertambah-62-juta-orang-pengangguran-terbuka-turun581.diakses pada tanggal 19 November 2016 pada pukul 01.22 Wib
17
http://nasional.kompas.com/read/2016/09/24/15264391/kpa.28.juta.petani.tidak.punya.tanah.produksi.perta
nian diakses pada tanggal 19 November 2016 pada pukul 01.27 Wib

15
Universitas Sumatera Utara

Kementerian Pertanian Amran Sulaiman untuk mampu mewujudkan kedaulatan
pangan tersebut. Kementerian pertanian mencakup pertanian, perkebunan,
perikanan, peternakan dan pangan. Kedaulatan pangan yang akan dimaskudkan
dalam kajian ini adalah bagaimana terpenuhinya setiap cakupan Kementerian
Pertanian tersebut dalam masyarakat hingga per orangan. Akan tetapi pada
kesempatan kali ini, yang akan dibahas lebih dalam tentang kedaulatan pangan
adalah cakupan pertanian dan pangan saja. Terkhusus tanaman padi dan tanaman
pangan lainnya (jagung, ubi-ubian dan kacangkacangan) dan hortikultura (buahbuahan dan sayuran). Hal itu dikarenakan di Indonesia memakan nasi terkait erat
dengan budaya makan dan citra status sosial. Pada saat ini, masyarakat luas masih
berpendapat bahwa memakan pangan pokok yang bahannya dibuat dari jagung,
ubi-ubian atau sagu dianggap sebgi orang miskin atau orang tidak mampu.
Dengan demikian, jika harga beras meningkat sedemikian rupa sehingga
kebanyakan orang tidak mampu lagi membeli beras dan beralih ke konsumsi
jagung dan ubi-ubian, maka kenaikan harga eras dianggap memiskinkan rakyat,
dan bahkan dapat dianggap menurunkan martabat bangsa. Bukti otentik dan
empirik masih strategisnya beras sebagai komoditas pangan pokok adalah adanya
reaksi masyarakat ( yang diwkili media massa) yang gencar atas kenaikan harga
beras di Jakarta yang abnormal sejak awal Desember 2001 sampai dengan minggu
pertama Januari 2002, yag mencapai sekitar sampai 24 persen dalam waktu dua
minggu. Atas fenomena itu, pemerintah dengan segera melaksanakan kebijakn
untuk melakukan Operasi Pasar Murni ( OPM ) untuk meredam kenaikan harga

16
Universitas Sumatera Utara

yang tajam. 18 Untuk itu peneliti pada kesempatan kali ini meneliti bagaimana
peran beras atau pangan lainnya mampu diakses di masyarakat Indonesia , supaya
pembahasan dalam penelitian init dapat terfokuskan.
Jumlah penduduk Indonesia yang pada tahun 2020 diproyeksikan akan
mencapai 271,1 juta jiwa, membutuhkan jumlah penyediaan pangan yang cukup
besar dengan kualitas yang lebih baik. Jumlah konsumsi beras agregat nasional
akan meningkat sebagai akibat dari peningkatan jumlah penduduk tersebut. Di
dalam kurun waktu lima tahun ke depan (2015-2019), jumlah konsumsi beras
nasional masih akan meningkat rata-rata 0,35 persen per tahun. Jumlah
permintaan pangan selain beras yaitu buah-buahan dan sayuran segar juga akan
semakin meningkat.
Melihat latar belakang tersebut, peneliti tertarik membahas bagaimana
Kabinet Kerja Jokowidodo –Jusuf Kalla yang melalui Kementerian Pertanian dan
kebijakannya mampu mewujudkan kedaulatan pangan di Indonesia. Sehingga
Indonesia tidak hanya berbicara tentang ketahanan pangan yang memacu produksi
untuk ketersediaan pangan nasional sehingga tidak akan terjadi krisis pangan,
namun Indonesia akan berbicara kedaulatan pangan yang akan memberikan
keleluasaan kepada petani selaku produsen untuk menentukan pilihan secara
mandiri dan tanpa paksaan dalam mengembangkan ketahanan dan kemandirian
pangan sesuai dengan kapasitas dan potensi sumber daya pertanian lokal yang
dimilikinya,

18

sehingga

petani

mampu

meningkatkan

produksi

dan

Ahmad Suryana.Op.Cit. hal 278-279

17
Universitas Sumatera Utara

kesejahteraannya, maka peneliti mengangkat judul KebijakanPemerintahan
Jokowi- JK dalam Mewujudkan Kedaulatan Pangan di Indonesia .

1.2.

Rumusan Masalah
Terpenuhinya konsumsi pangan hingga per individu masyarakat Indonesia

merupakan satu tanggungjawab besar dari pemerintah. Bagaimana pemerintah
mengelola APBN untuk memberdayakan pertanian sehingga mampu mewujudkan
kedaulatan pertanianterkhusus sektor desa. Bagaimana keseriusan negara melalui
APBN menjamini akan terlaksananya program-program yang akan dilaksanakan
oleh Kementerian Pertanian mampu mewujudkan kedaulatan pangan.Sehingga
nantinya Kementerian Pertanian akan semakin mudah menjalankan program
tersebut dan mampu mengelola pertanian Indonesia.Adapun yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu

1. Bagaimana Kerangka Acuan Kegiatan(KAK), Rencana Anggaran Biaya
(RAB),

dan

Rencana

Operasional

Kegiatan

(ROK)

kebijakan

KementerianPertanian Indonesia dalam Mewujudkan Kedaulatan Pangan
di Indonesia yang mengacu padaPeraturan Menteri Pertanian Republik
Indonesia

Nomor

19/Permentan/HK.140/4/2015

tentang

Rencana

Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019.?

18
Universitas Sumatera Utara

1.3.

Batasan Masalah
Dalam melakukan penelitian perlu adanya sebuah batasan masalah supaya

penelitian memiliki fokus kajian dan menghindari penelitian tidak melebar.
Adapun yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana Kerangka Acuan Kegiatan(KAK), Rencana Anggaran Biaya
(RAB), dan Rencana Operasional Kegiatan (ROK) untuk

perwujudan

kedaulatan pangan dalam hal ini, kedaulatan pangan dalam pertanian
terkhusus tanaman padi dan tanaman pangan lainnya (jagung, ubi-ubian
dan kacangkacangan) berdasarkan kebiijakan Kementerian Pertanian yang
mengacu pada (Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
19/Permentan/HK.140/4/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian
Pertanian Tahun 2015-2019) Mengingat mayoritas dari masyarakat
Indonesia masih mengkonsumsi beras dan tanaman pangan lainnya.

1.4

Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui Kerangka Acuan Kegiatan(KAK), Rencana Anggaran
Biaya (RAB), dan Rencana Operasional Kegiatan (ROK)perwujudan
kedaulatan pangan berdasarkan pemerintahan Joko Widodo- Jusuf Kalla
melalui kebijakan Kementerian Pertanian

19
Universitas Sumatera Utara

2. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan Pemerintahan Joko Widodo
Jusuf Kalla dalam mewujudkan kedaulatan pangan berdasarkan kebijakan
Kementerian Pertanian di Indonesia .

1.5 .

Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu menerapkan beberapa
teori yang digunakan penulis sebagai pisau analisisnya, diantaranya
teoripolitik agraria, konsep politik pangan, dan kebijakan publik.
2. Secara kelembagaan, penelitian ini diharapkan dapat menambah
perbendaharaan referensi penelitian sosial bagi Departemen Ilmu Politik,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, serta Universitas Sumatera Utara.
3. Secara masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah
pengetahuan

masyarakat

luas

tentang

Kedaulatan

Pangan

di

Indonesia.Tidak hanya sekedar menambah pengetahuan masyarakat,
namun dapat mengambil tindakan yang lebih lanjut untuk mengantisipasi
terjadinya krisis pangan tersebut.

20
Universitas Sumatera Utara

1.6 .

Kerangka Teori

1.6.1

Politik Agraria
Kata agraria mempunyai arti yang sangat berbeda antara bahasa yang satu

dengan bahasa lainnya. Istilah agraria berasal dari kata akker (Bahasa
Belanda), agros (Bahasa Yunani) berarti tanah pertanian, agger (Bahasa Latin)
berarti tanah atau sebidang tanah, agraria (Bahasa Inggris) berarti tanah untuk
pertanian. Dalam terminologi bahasa Indonesia, agraria berarti 1) urusan
pertanian atau tanah pertanian, 2) urusan pemilikan tanah 19. Menurut Andi
Hamzah, agraria adalah masalah tanah dan semua yang ada di dalam dan di
atasnya. Menurut Subekti dan R. Tjitrosoedibio, agraria adalah urusan tanah
dan segala apa yang ada di dalam dan di atasnya. Apa yang ada di dalam tanah
misalnya batu, kerikil, tambang, sedangkan yang ada di atas tanah dapat
berupa tanaman, bangunan 20.Selain pengertian agraria dilihat dari segi
terminologi bahasa sebagaimana di atas, pengertian agraria dapat pula
diketemukan dalam Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA). Hal ini dapat
ditemukan jika membaca konsiderans dan pasal- pasal yang terdapat dalam
ketentuan UUPA itu sendiri. Oleh karena itu, pengertian agraria dan hukum
agraria mempunyai arti atau makna yang sangat luas. Pengertian agraria
meliputi bumi, air dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya (Pasal 1 ayat (2).

19

Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline 1.3, http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id/kbbi
Urip Santoso, Hukum Agraria dan Hak-hak Atas Tanah, Cet. V (Jakarta: Kencana, 2009). Hal. 12

20

21
Universitas Sumatera Utara

Pengertian agraria juga sering dikaitkan dengan corak kehidupan suatu
masyarakat atau bangsa, misalnya Indonesia sebagai negara agraris, yaitu
suatu bangsa yang sebagian besar masyarakatnya hidup dari bercocok tanam
(bertani) atau kehidupan masyarakatnya bertumpu pada sektor pertanian.
Agraris sebagai kata sifat dipergunakan untuk membedakan corak kehidupan
masyarakat pedesaan yang bertumpu pada sektor pertanian dengan corak
kehidupan masyarakat perkotaan yang bertumpu pada sektor non-pertanian
(perdagangan, industri, birokrasi) 21.Selain itu, ada beberapa dimensi yang bisa
dilihat dalam mempelajari politik agraria. Menurut Sitorus, dua dimensi
tersebut yaitu dimensi subjek dan objek. Dimensi objek didefinisikan sebagai
sumber daya alam (sumber agraria) yang terdapat di tanah, air, dan lain
sebagainya. Di sisi lain, dimensi subjek terdiri dari komunitas, swasta, dan
pemerintah (berupa aktor). Dari beberapa subjek tersebut terdapat istilah
komunitas. Istilah tersebut muncul bukan tanpa alasan.
Kata tersebut bisa muncul karena pada awalnya (sebelum agraria dikuasai
negara), agraria dimiliki oleh komunitas-komunitas yang tinggal di beberapa
wilayah tertentu yang saat ini sering disebut sebagai tanah ulayat atau tanah
adat.

Menariknya,

subjek-subjek

tersebut

bisa

saling

berkontestasi,

bekerjasama, bahkan saling konflik karena ada ketimpangan (kepemilikan
sumber daya yang berbeda-beda). Selain itu, berangkat dari aktor-aktor yang
ada, Sitorus juga membagi tiga tipe struktur agraria. Ketiga tipe tersebut

21

Ibid.Hal. 14

22
Universitas Sumatera Utara

terdiri dari tipe kapitalis (sumber agraria dikuasai oleh non penggarap alias
perusahaan), sosialis (sumber agraria dikuasai oleh negara atau kelompok
pekerja), dan populis atau neo-populis (sumber agraria dikuasai oleh keluarga
atau rumah tangga pengguna) 22.

1.6.2

Teori Kebijakan Publik

1.6.2.1 Pengertian Kebijakan Publik
Kebijakan publik adalah keputusan yang dibuat oleh negara, khususnya
pemerintah,

sebagai

strategi

untuk

merealisasikan

tujuan

negara

yang

bersangkutan. Kebijakan publik adalah strategi untuk mengantarkan masyarakat
pada masa awal, memasuki masyarakat pada masa transisi, untuk menuju pada
masyarakat yang dicita – citakan. 23
Carl Frederich memandang kebijakan publik adalah suatu arah tindakan
yang diusulkan oleh seseorang kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan
tertentu, yang memberikan hambatan – hambatan dan kesempatan – kesempatan
terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dalam rangka mencapai
suatu tujuan atau merealisasikan atau suatu maksud tertentu. 24Secara umum, saat
ini kebijakan lebih dikenal sebagai keputusan yang dibuat oleh lembaga
pemerintah, yang bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan – permasalahan
yang terjadi di masyarakat dalam sebuah negara.

22

http://www. kompasiana.com/bastianwidyatama/politik-agraria-dalam-berbagai perspektif. Di unduh pada
20 februari 2017. Jam 02:30 wib.
23
Riant Nugroho. 2008. Public Policy. Jakarta: Elex Media Komputindo. Hal 55.
24
Budi Winarno. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Jogjakarta: Media Presindo. Hal 16.

23
Universitas Sumatera Utara

Maka dalam kaitannya, istilah kebijakan atau policydipergunakan untuk
menunjuk perilaku seorang aktor (misalnya seorang pejabat, suatu kelompok,
maupun suatu lembaga pemerintah) atau sejumlah aktor dalam suatu bidang
kegiatan tertentu, keterlibatan aktor-aktor dalam perumusan kebijakan kemudian
inilah menjadi ciri khusus dari kebijakan publik dalam suatu sistem politik.
Namun demikian, satu hal yang harus diingat dalam mendefenisikan
kebijakan adalah bahwa pendefenisian kebijakan tetap harus mempunyai
pengertian mengenai apa yang sebenarnya dilakukan dari pada apa yang diusulkan
dalam tindakan mengenai suatu persoalan tertentu, dan mencakup pula arah atau
apa yang dilakukan dan tidak semata-mata menyangkut usulan tindakan, hal ini
dilakukan karena kebijakan merupakan suatu proses yang mencakup pula tahap
implementasi dan evaluasi. 25
1.6.2.2. Tahapan Pembuatan Kebijakan
Proses pembuatan kebijakan merupakan proses yang kompleks karena
melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Kebijakan publik
merupakan suatu kesatuan sistem yang bergerak dari satu bagian kebagian lain
secara sinambungan, saling menentukan dan saling membentuk. Kebijakan publik
tidak terlepas dari sebuah proses kegiatan yang melibatkan aktor – aktor yang
akan bermain dalam proses pembuat kebijakan.
Charles

Lindblom

mengutarakan bahwa

untuk

memahami

siapa

sebenarnya yang merumuskan kebijakan, lebih dahulu harus dipahami sifat – sifat

25

Ibid. Hal. 20.

24
Universitas Sumatera Utara

semua pameran serta bagian atau peran apa yang mereka lakukan, wewenang atau
bentuk kekuasaan yang mereka miliki dan bagaimana mereka saling berhubungan
serta saling mengawasi.
Proses perumusan kebijakan merupakan inti dari kebijakan publik, karena
dari sinilah akan dirumuskan batas – batas kebijakan itu sendiri.

26

Tidak semua

isu yang dianggap masalah oleh masyarakat perlu dipecahkan oleh pemerintah
sebagai pembuat kebijakan, yang akan memasukkannya kedalam agenda
pemerintah yang kemudian diproses menjadi sebuah kebijakan setelah melalui
berbagai

tahapan.

Perumusan

kebijakan

meliputi

empat

tahapan

yang

dilaksanakan secara sistematis, yaitu 27 :
Tahap pertama, perumusan masalah. Mengenali dan merumuskan masalah
merupakan langkah yang paling fundamental dalam perumusan kebijakan. Untuk
dapat merumuskan kebijakan dengan baik, maka masalah – masalah publik harus
dikenali dan didefenisikan dengan baik.Tahap kedua, agenda kebijakan. Tidak
semua masalah publik akan masuk kedalam agenda kebijakan. Masalah – masalah
tersebut akan berkompetisi antara satu dengan yang lain. Hanya masalah –
masalah tertentu yang pada akhirnya akan masuk kedalam agenda kebijakan
masalah publik yang masuk kedalam agenda kebijakan akan dibahas oleh para
perumus kebijakan. Masalah – masalah tersebut dibahas berdasarkan tingkat
urgensinya untuk dilaksanakan.
Tahap ketiga, pemilihan alternatif kebijakan untuk memecahkan masalah.
26
27

Riant Nogroho. Op.Cit. Hal. 355.
Budi Winarno. Op.Cit. Hal.82 .

25
Universitas Sumatera Utara

Pada tahap ini, para perumus kebijakan akan berhadapan dengan berbagai
alternatif pilihan kebijakan yang akan diambil untuk memecahkan masalah. Para
perumus kebijakan akan dihadapkan pada pertarungan kepentingan antar berbagai
aktor yang terlibat dalam perumusan kebijakan. Pada kondisi ini, maka pilihan –
pilihan kebijakan akan didasarkan pada kompromi dan negoisasi yang terjadi
antar aktor yang berkepentingan dalam pembuatan kebijakan tersebut.
Tahap keempat, penetapan kebijakan setelah salah satu dari kebijakan
alternatif diputuskan untuk diambil sebagai cara pemecahan masalah, maka tahap
terakhir dalam pembuat kebijakan adalah menetapkan kebijakan yang dipilih
tersebut sehingga memiliki kekuatan hukum yang mengikat. Alternatif kebijakan
yang diambil pada dasarnya merupakan kompromi dari berbagai kelompok
kepentingan yang terlibat dalam pembuatan kebijakan tersebut.

1.6.3

Konsep Politik Pangan
Politik berasal dari bahasa Latin “Polis” yang berarti kota. Politik

memiliki arti suatu kegiatan berkaitan dengan Negara, kekuasaan, kebijakan, serta
pembagian kekuasaan. 28 Sedangkan pangan adalahsegala sesuatu yang berasal
dari sumber hayati produk pertanian , perkebunan, kehutanan, perikanan,
peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk
bahan tambaha pangan, bahan baku pangan , dan bahan lainnya yang digunakan
28

Miriam.Budiarjo.Dasar Dasar Ilmu Politik. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2008),hal 16

26
Universitas Sumatera Utara

dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan. 29 Masalah
pangan merupakan hal yang sangat fundamental dalam Negara karena berkaitan
dengan kelangsungan hidup rakyat. Perlu adanya kebijakan yang mampu
membawa pangan tersebut berjalan sesuai dengan amanat undang-undang.
Politik pangan adalah kebijakan politik yang diarahkan guna terciptanya
pemenuhan pangan bagi masyarakat dalam konteks Negara. Pangan merupakan
kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh pemerintah dan masyarakat secara
bersama-sama seperti yang diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun
2002 tetang ketahanan pangan. Dalam Undang-Undang tersebut pemerintah
menyelenggarakan pengaturan, pembinaan, pengendalian, dan pengawasan.
Sementara masyarakat menyelenggarakan proses produksi atau penyediaan,
perdagangan, distribusi serta berperan sebagai konsumen yang berhak
memperoleh pangan yang cukup dalam jumlah dan mutu, aman, bergizi, beragam,
terjangkau oleh daya beli masyarakat.
Pangan merupakan hal pokok bagi kelangsungan hidup masyarakat.
Pemenuhan ketersediaan pangan harus terus digalakan agar tidak terjadi
kerawanan pangan. Kerawanan pangan merupakan suatu kondisi ketidakmampuan
untuk memperoleh pangan yang cukup dan sesuai untuk hidup sehat dan aktif.
Pada dasarnya terjadinya kerawanan pangan dan kelaparan disebabkan masalah
kekurangan pangan akibat antara lain:

29

Undang-Undang No 18 Tahun 2012 Tentang Pangan . pdf

27
Universitas Sumatera Utara

1. Rendahnya ketersediaan pangan dari produksi setempat maupun pasokan
dari luar.
2. Gangguan distribusi karena kerusakan sarana dan prasarana serta
keamanan distribusi.
3. Terjadinya bencana alam menyebabkan suatu wilayah/daerah terisolasi.
4. kegagalan produksi pangan
5. Gangguan kondisi sosial.
Keterbatasan pemenuhan sumber pangan akan mengakibatkan situasi rawan
pangan, untuk itu harus dibuat suatu mekanisme ketahanan pangan. Menurut
Kurniawan ketahanan pangan dapat diartikan sebagai suatu kondisi ketersediaan
pangan

yang

cukup

bagi

setiap

orang

dan

setiap

individu

mampu

memperolehnya. 30

1.6.3.1 Kedaulatan Pangan
Banyak pengertian tentang kedaulatan pangan yang diungkapkan oleh
berbagai lembaga pemerintahan yang berkaitan dengan pertanian, organisasiorganisasi pangan juga menyatakan sikap mereka tentang pengertian kedaulatan
pangan.

Organisasi

tani

internasional

La

Via

Campesina

juga

turut

mendefenisikan kedaulatan pangan. Menurut organisasi tani ini kedaulatan
30

Susan. George. Pangan “ dari penindasan sampai ketahanan pangan”. (Yogyakarta:INSIST.2007)

28
Universitas Sumatera Utara

pangan adalah sebagai hak seluruh rakyat, bangsa dan negaranya untuk
menentukan kebijakan pertanian dan pangannya sendiri tanpa campur tangan
negeri

lain. 31

Pemenuhan

pangan

pada

masyarakat

tanggungjawab dari kedaulatan pangan tersebut.

merupakan

suatu

Kedaulatan pangan menurut

Ketua Harian Himpunan Kerukunan Tani Indonesia ( HKTI ), Sutrisno Iwantono,
adalah tersedianya pangan bagi masyarakat dalam jumlah cukup, harga yang
terjangkau , waktu yang tepat, di lokasi yang mudah di akses ( terdistribusi
dengan merata ), dan harus dipenuhi dari dalam negeri ( mandiri ). 32 Dalam
Undang-Undang nomor 18 tahun 2012 Tentang Pangan juga terdapat defenisi
kedaulatan pangan dan menjadi satu kebijakan pemerintah untuk mengelola
pangan dan pertanian Indonesia. Kedaulatan pangan’ kemudian menjadi konsep
sentral gerakan yang secara sistematik menantang Rezim pangan yang dikuasai
korporasi dan menyodorkan alternatif Rezim pangan yang berbasis pada hak-hak
petani, otonomi masyarakat dan keadilan agraria 33 La Via Campesina memberi
penekanan bahwa pangan bukan lah komoditas tetapi hak asasi manusia, sehingga
masalah produksi dan distribusi pangan adalah persoalan keberlanjutan hidup
orang yang menjadi persoalan publik dan kedaulatan nasional. “Kedaulatan berarti
Sebagai sebuah konsep yang dibuat oleh kelompok gerakan sosial, prinsip
‘kedaulatan pangan’ berseberangan dengan politik neo-liberal dan sistem pangan
berbasis korporasi. Sebagai konsep alternatif, konsep ini menawarkan strategi

31

www.archive.food.sov.org.resources/article_bi_000007.pdf.
http://stat.ks.kidsklik.com/.diakses 2 Maret pukul 19.00 WIB.
33
DalamWittman.H.A.A.Desmarais.N.Wiebe.2010.The Origins and potential of food
Schanbacher 2010: 55-120.

32

sovereighty

29
Universitas Sumatera Utara

untuk melawan dan membongkar sistem pangan yang tidak adil dan tidak
berkelanjutan yang dampaknya terutama adalah kekuranan gizi kronis dan
meningkatnya obesitas dengan pesat (Forum for Food Sovereignty 2007a).
Kedaulatan pangan menekankan pada hak dan otonomi warga untuk
mengembangkan sistem pangannya sendiri dan menolak gagasan “pangan dapat
berasal dari mana saja” (“food from somewhere”) 34Gagasan ‘kedaulatan pangan’
(food sovereignty) menegaskan kembali hak-hak masyarakat atas otonominya
dalam memutuskan apa yang hendak mereka produksi dan konsumsi

35

karena itu,

produksi pertanian lokal, pemeliharaan hak petani untuk menghasilkan pangan
dan jaminan hak-hak masyarakat untuk membuat pilihan terhadap kebijakan
pertaniannya sangat diutamakan. 36 Termasuk juga hak atas perlindungan dan
pengaturan produksi pertanian nasional dan untuk melindungi pasar domestik dari
aksi dumping akibat kelebihan produk pertanian dan harga produk impor yang
rendah dari luar negeri. Gerakan kedaulatan pangan akan merebut dan
mengembalikan sistem pangan lokal yang demokratik. 37
Kedaulatan pangan’ muncul pada saat Konferensi Internasional ke-2 dari
Via Campesinatahun 1996 di Tlaxcala, Meksiko. Salah satu Kelompok Kerja
(pokja) dalam konferensi ini adalah pokja yang merumuskan gagasan ‘kedaulatan
pangan’ (food sovereignty). Pokja ini menyimpulkan bahwa model ekonomi

34

Ibid hal 90.
Ibid hal 30.
36
Baumuller & Tansey Corporate power in global agrifood governance 2008 hal 176 diedit oleh Jeniffer
Clapp Doris.pdf.
37
Windfuhr.Michael and Jennie Jonsen ( 2005 ) Food Sovereighty : Toward Democracy in Localized Food
System.IntermediatenTechnologynDevelopent Group ( ITDG ) Working Paper, Rugby.
35

30
Universitas Sumatera Utara

neoliberal telah menyingkirkan petani-petani kecil dan menengah atas kontrol
terhadap tanah, air, bibit, dan sumberdaya alam dan menggantinya dengan kontrol
oleh korporasi. Untuk itu kemudian pokja ini menyimpulkan bahwa “kedaulatan
pangan secara sederhana diartikan sebagai menjamin tanah, air, bibit dan
sumberdaya alam dikontrol oleh petani-petani kecil dan menengah; di mana hal
ini terkait langsung dengan demokrasi dan keadilan”. 38 Selanjutnya dalam
konferensi ini ditegaskan juga beberapa prinsip dari kedaulatan pangan; beberapa
di antaranya adalah:(1) pangan adalah hak asasi manusia yang mendasar;(2)
pangan adalah sumber nutrisi dan hanya untuk tujuan berikutnya menjadi barang
perdagangan;(3) perempuan memainkan peran sentral dalam kedaulatan
pangan;(4) setiap orang memiliki hak untuk memperoleh informasi yang akurat
dan sebenarnya terkait dengan pangan serta terlibat dalam proses pembentukan
kebijakan pangan dan pertanian yang demokratis;(5) menjauhkan kegiatan
produksi pertanian dari kecenderungan hanya untuk ekspor;(6) setiap petani
memiliki hak untuk menghasilkan pangan secara berkelanjutan yang diawali
dengan adanya jaminan tenurial, ketersediaan tanah yang baik, dan pengurangan
bahan kimia;(7) kontrol yang demokratis atas sistem pangan adalah hal yang
esensial; (8) perdamaian adalah pra kondisi yang diperlukan untuk kedaulatan
pangan;(9) pemerintah harus mengalokasi anggaran yang cukup untuk
mendukung kegiatan pertanian yang seharusnya menjadi sektor utama. 39

38

http//:1073zb3xfs20yv98x228do7r.wpengine.netdna-cdn.com/wp-content/uploads/2016/03/S37_skripsiakhir-karina-bontens-forward.pdfLa Via Campesina di Indonesia : petani kecil, kedaulatan pangan dan
kestaraan gender di Jawa Tengah 2013 hal 21 .
39
Ibid hal 22.

31
Universitas Sumatera Utara

Meskipun sejak tahun 1996 berkembang banyak pengertian dan definisi
‘kedaulatan pangan’, hingga saat ini inti dari definisi tersebut masih sama

40

Arti

‘kedaulatan pangan’ yang sering digunakan saat ini, sebagaimana yang dimaksud
oleh kelompok-kelompok gerakan sosial telah dirumuskan kembali pada tahun
2007 dalam Forum Kedaulatan pangan (Forum for Food Sovereignty) yang
diselenggarakan di tepi Danau Sélingué, Mali di Afrika Utara. Lebih dari 500-an
delegasi mewakili kelompok masyarakat pedesaan, kelompok-kelompok gerakan
sosial pedesaan dan pro petani, serta organisasi non pemerintah (NGO) dari 98
negara menghadiri forum ini. 41 Rumusannya adalah sebagai berikut:
Kedaulatan pangan adalah hak rakyat untuk sehat dan secara budaya
mendapatkan pangan yang cocok melalui metode yang ramah lingkungan dan
berkelanjutan, dan hak mereka juga untuk menentukan makanan dan sistem
pertaniannya. Ini menempatkan siapa saja yang berproduksi, mendistribusikan
dan mengkonsumsi pangan sebagai jantung dari sistem pangan dan kebijakan,
ketimbang tuntutan pasar dan korporasi. Termasuk untuk membela kepentingan
pergantian generasi selanjutnya.
Konsep ini juga menawarkan strategi melawan dan membongkar rezim
korporasi perdagangaan dan rezim pangan saat ini, dan arahnya ke sistem pangan,
pertanian, peternakan (pastoral) dan perikanan ditentukan oleh produser lokal.
Kedaulatan pangan memprioritaskan kepentingan ekonomi dan pasar lokal dan
40

Henry Bernste