Analisis Kebijakan Ekonomi Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla Dalam Prespektif Walfare State

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar belakang
Pembangunan ekonomi suatu Negara pada awalnya secara umum
merupakan perencanaan pembangunan ekonomi berorientasi pada masalah
pertumbuhan (growth). Hal ini bisa dimengerti mengingat penghalang utama bagi
pembangunan negara sedang berkembang adalah terjadinya kekurangan modal.
Kalau masalah kekurangan modal ini bisa teratasi, maka proses pembangunan di
negara-negara sedang berkembang akan lebih cepat mencapai sasaran. Namun
istilah

growth

tidak

bisa

disamakan

dengan


pengertian

development

(pembangunan). 1
Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai suatu proses perubahan
jangka panjang secara perlahan dan mantap yang terjadi melalui kenaikan dalam
tabungan, produksi dan modal untuk meningkatkan output tanpa melihat apakah
kenaikan output tersebut secara lebih besar atau lebih kecil dari tingkat
pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang
yang sangat penting dalam melakukan analisa tentang pembangunan ekonomi
yang terjadi pada suatu negara. Menurut Sirojuzilam dan Mahalli (2010)
pertumbuhan

ekonomi

merupakan

suatu


gambaran

mengenai

dampak

kebijaksanaan pemerintah yang dilaksanakan khususnya dalam bidang bidang
ekonomi.
Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila tingkat
kegiatan ekonomi yang dicapai sekarang lebih tinggi dari pada yang dicapai pada

1

Friedman, Essays in Positive Economics, Chicago: University of Chicago Press, 2004 Hal.45.

1

Universitas Sumatera Utara

masa sebelumnya. Pertumbuhan tercapai apabila jumlah fisik barang-barang dan

jasa-jasa yang dihasilkan dalam perekonomian tersebut bertambah besar dari
tahun-tahun

sebelumnya.Pembangunan

ekonomi

merupakan

proses

multidimensional yang melibatkan perobahan besar dalam struktur sosial, sikapsikap mental yang sudah terbiasa dan lembaga nasional termasuk pula percepatan
(akselerasi)

pertumbuhan

ekonomi,

pengurangan,


ketimpangan

dan

pemberantasan kemiskinan absolut.
Pembangunan

ekonomi

adalah

suatu

proses

yang

menyebabkan

pendapatan per kapita penduduk suatu negara meningkat dalam jangka panjang.

Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha dan kebijaksanaan yang
bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan
kerja, pemerataan pembagian pendapatan, meningkatkan hubungan ekonomi
regional dan mengusahakan pergesaran kegiatan ekonomi dari sektor pertanian ke
sektor sekunder dan tersier. Dengan kata lain arah dari pembangunan ekonomi
adalah mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik secara mantap dan tingkat
pemerataannya semakin membaik sesuai dengan yang digariskan dalam UUD
1945 yaitu mencapai masyarakat adil dan makmur. 2 Sebagai suatu proses,
pembangunan ekonomi berhubungan dengan perubahan dalam komposisi dari
input dan output dari ekonomi. Perubahan-perubahan ini akan menyebabkan
perubahan dalam segala perbaikan pada kondisi masyarakat. Tujuan utama dari
pembangunan adalah inkorporasi dalam produksi dan memuaskan segala aktifitas
dari masyarakat yang berpartisipasi. Kegiatan produktif ini memiliki bermacam

2

Hargo Utomo, ”Analisis Pergerakan Saham Sektoral Pasca Pengumuman Ivestment Grade”,
Jurnal Manajemen UGM, Vol. 1 (2), 2013, Hal. 45-61.

2


Universitas Sumatera Utara

fungsi seperti kegiatan menghasilkan pendapatan, merubah bahan mentah menjadi
barang dan jasa yang siap untuk dikonsumsi.
Pembangunan ekonomi yang berhasil harus memiliki empat dimensi
pokok, yaitu pertumbuhan ekonomi, pengurangan kemiskinan, perubahan atau
transformasi struktur ekonomi dan kesinambungan pembangunan itu sendiri.
Pembangunan ekonomi tidak dapat dicapai semata-mata dengan menyingkirkan
hambatan yang menghalangi kemajuan ekonomi. Syarat utama bagi pembangunan
ekonomi ialah proses pertumbuhannya harus bertumpu pada kemampuan
perekonomian di dalam negeri.
Analisis pembangunan ekonomi perlu dipandang sebagai suatu proses
yang saling berkaitan dan berhubungan serta saling mempengaruhi antara faktorfaktor

yang

menghasilkan

pertumbuhan


ekonomi.

Sasaran

utama

dari

pembangunan nasional adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta
pemerataan hasil-hasilnya demikian juga ditujukan bagi pemantapan stabilitas
nasional. Hal tersebut sangat ditentukan keadaan pembangunan secara
kedaerahan. Dengan demikian para perencana pembangunan nasional harus
mempertimbangkan aktifitas pembangunan dalam konteks kedaerahan tersebut
sebab masyarakat secara keseluruhan adalah bisnis dan bahkan merupakan faktor
yang sangat menentukan bagi keberhasilan pembangunan nasional. 3
Dalam sebuah negara, pertumbuhan merupakan sebuah ukuran yang cukup
penting dan menjadi primadona yang selalu ingin diraih oleh banyak negara
didunia . Pembangunan ekonomi erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi.
Tidak akan terjadi pertumbuhan ekonomi di suatu negara tanpa didahului dengan

3

Taklim Akbar, “Struktur Perekonomian Indonesia dan Elastisitas dalam Krisis Finansial 20042014”, Jurnal Manajemen UGM, Vol. 2 (1), 2011, Hal. 32-57

3

Universitas Sumatera Utara

pembangunan ekonomi. Banyak manfaat yang akan diperoleh suatu negara
dengan adanya pembangunan ekonomi. Pada 9 Juli 2014 yang lalu Indonesia telah
melaksanakan pemilihan presiden dan Jokowi Kalla terpilih menjadi presiden
Republik Indonesia 2014-2019, dimana tantangan dalam bidang perekonomian
yang diwarnai dengan persaingan global dan liberalisasi perdagangan. Tentu
bukan hal mudah untuk mengelola aspek ekonomi terutama kesejahteraan bagi
lebih dari 240 juta jiwa yang tersebar di 34 provinsi di seluruh Indonesia.
Pembangunan ekonomi sangat penting bagi kesejahteraan. Secara global
dan khususnya di negara-negara industri maju, pertumbuhan ekonomi telah
memperkuat integrasi dan solidaritas sosial, serta memperluas kemampuan dan
akses orang terhadap pelayanan kesehatan, pendidikan, tempat tinggal, dan
perlindungan sosial. Faktanya, dalam 30-40 tahun terakhir telah terjadi

peningkatan standar hidup manusia secara spektakuler: usia harapan hidup
semakin panjang, kematian ibu dan bayi semakin menurun, kemampuan membaca
dan angka partisipasi sekolah juga semakin membaik. Namun demikian, di
banyak negara berkembang, globalisasi dan ekonomi pasar bebas telah
memperlebar kesenjangan, menimbulkan kerusakan lingkungan, menggerus
budaya dan bahasa lokal, serta memperparah kemiskinan. Seperti dinyatakan
Haque : 4
“Compared to the socioeconomic situation under the statist governments
during the 1960a and 1970s, under the pro-market regimes of the 1980s and
1990s, the condition of poverty has worsened in many African and Latin
American Countries in terms of an increase in the number of people in
poverty, and a decline in economic growth rate, per capita income, and living
standards”

4

Olson, M. Power and Prosperity: Outgrowing Communist and Capitalist Dictatorships , New
York: Basic Books. 2000

4


Universitas Sumatera Utara

Kebijakan privatisasi, pasar bebas dan penyesuaian struktural (structural
adjustment) yang ditekankan lembaga-lembaga internasional telah mendorong
negara-negara berkembang ke dalam situasi dimana populasi miskin mereka hidup
tanpa perlindungan. Meskipun pertumbuhan ekonomi penting, tetapi ia tidak
secara otomatis melindungi rakyat dari berbagai resiko yang mengancamnya. Oleh
karena itu, beberapa negara berkembang mulai menerapkan kebijakan sosial yang
menyangkut pengorganisasian skema-skema jaminan sosial, meskipun masih
terbatas dan dikaitkan dengan status dan kategori pekerja di sektor formal.
Di beberapa negara, jaminan sosial masih menjangkau sedikit orang.
Tetapi, beberapa negara lainnya tengah menunjukkan perkembangan yang
menggembirakan.Kecenderungan ini setidaknya menggugurkan anggapan bahwa
hanya negara-negara yang memiliki kekuatan ekonomi yang tinggi saja yang
mampu melakukan pembangunan sosial. Dengan menghubungkan antara GDP dan
pengeluaran sosial (social expenditure) pemerintah di negara maju dan
berkembang menunjukkan bahwa negara yang memiliki GDP tinggi belum tentu
memiliki prosentase pengeluaran sosial yang tinggi pula.
Pemerintahan Jokowi-JK telah 3 kali menaikkan harga BBM dimana banyak

pakar ekonomi memprediksi dengan kenaikan harga BBM yang sangat tinggi
akan menimbulkan persolan ekonomi rakyat miskin karena kenaikan harga BBM
yang diikuti dengan kenaikan harga-harga lainnya, termasuk harga kebutuhan
pokok. Dengan tujuan agar tidak menambah miskin masyarakat yang sudah
miskin atau supaya jumlah masyatrakat miskin tidak bertambah karena
masyarakat yang tadinya miskin menjadi semakin miskin akibat kenaikan harga
BBM, pemerintah memberikan kompensasi atas kebijakan Program BLT yang di
5

Universitas Sumatera Utara

desain sebagai program kompensasi memiliki 3 hal ynag ingin dicapai
pemerintah. Pertama, membantu masyarakat miskin agar tetap memenuhi
kebutuhan dasarnya. Kedua, mencegah penurunan taraf kesejahteraan masyarakat
miskin akibat kesulitan ekonomi. dan Ketiga, Meningkatkan tanggung jawab
sosial bersama. 5
Pemberdayaan masyrakat miskin dapat dilakukan melalui 3 hal. Pertama,
menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat
berkembang (enabling) disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap
manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dimilinya serta berupaya untuk
mengembangkannya. Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh
masyarakat (awareness). Perkuat ini meliputi langkah-langkah nyatra dan
menyangkut penyediaan berbagai masukan (input) serta pembukaan akses kepada
berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi
semakin berdaya. Ketiga,memeberikan perlindungan atau proteksi dan pemihakan
kepada masyarakat miskin, baik secara peraturan perundang-undangan ataupun
kebijakan lainnya.
Sebagaimana dijelaskan di bagian awal tulisan, kerangka umum makro
ekonomi dan keuangan Indonesia telah meningkat secara Menurut data dari
Badan Pusat Statistik, krisis moneter tahun 1998 yaitu sebesar 77,63 persen
menjadi 8,38 persen pada tahun 2013 Dari
moneter,pertukaran

uang

yang

stabil

sisi

namun

kerangka

kebijakan

tetap instrumen lain harus

diikutsertakan dalam menopang alat kebijakan yang dimiliki oleh BI Dalam kasus
semakin meningkatnya intensitas persaingan global, yang tentunya diiringi dengan
5

Iwan Hermawan, Bantuan langsung Sementara masyarakat, Jurnal ekonomi dan kebijakan
Publik, Vol.V.13/1/P#IDI/juli/2013 Hal 13-16

6

Universitas Sumatera Utara

ketidakpastian internasional, strategi komunikasi BI seharusnya difokuskan pada
pencapaian nilai tukar mata uang.
Hargo (2014) menekankan bahwa investor dan pelaku usaha dalam negeri
selalu menginginkan kepastian akan nilai tukar rupiah yang relatif stabil. Indonesia
juga secara kontinyu berupaya untuk memperdalam pasar nilai tukar mata uang
dengan menyuplai deposito berjangka berupa dolar AS. Proporsi terbesar sektor
keuangan mikro bergerak di sektor formal sebagai bagian dari bank komersiil.
Namun banyak juga penyedia keuangan mikro yang bergerak di sektor informal
sebab mereka memiliki insentif yang kuat untuk beroperasi pada segmen yang
lebih luas.
Indonesia perlu mewaspadai kondisi kemiskinan yang terjadi saat ini.
Secara statistik tahun 2014 jumlah angka 28,59 juta orang atau 11,6 persen, secara
kualitas kemiskinan justru mengalami involusi dan cenderung semakin kronis
dimana ini menjadi permasalahan bangsa yang harus diselesaikan secara cepat.
Karena salah satu tujuan Indonesia dalam bernegara adalah mewujudkan negara
yang sejahtera, sesuai dengan amanat konstitusi UUD 1945 dimana Konsep
kesejahteraan negara tidak dapat dilepaskan dari substansi yang mengatakan
kesejahteraan negara mencakup sebuah model ideal pembangunan yang
difokuskan pada peningkatan kesejahteraan melalui pemberian peran yang lebih
penting kepada negara dalam memberikan pelayanan sosial secara universal dan
komprehensif kepada warganya. 6
Pelayanan sosial diberikan oleh negara secara merata kepada seluruh
penduduknya, baik kaya maupun miskin. jaminan sosial juga dilaksanakan secara
6

http://nasional.kompas.com/read/2013/01/03/16570788/Kemiskinan.Indonesia.Semakin.Kronis
diunduh tanggal 23 juli 2015 pukul 13.43 wib.

7

Universitas Sumatera Utara

melembaga dan luas, namun kontribusi terhadap berbagai skema jaminan sosial
berasal dari tiga pihak, yakni pemerintah, dunia usaha dan pekerja (buruh).
Pelayanan sosial yang diselenggarakan oleh negara diberikan terutama kepada
mereka yang bekerja atau mampu memberikan kontribusi melalui skema asuransi
sosial. Pelayanan sosial, khususnya kebutuhan dasar, diberikan terutama kepada
kelompok-kelompok yang kurang beruntung (disadvantaged groups), seperti
orang miskin, penganggur, penyandang cacat dan orang lanjut usia yang tidak
kaya.
Pelayanan yang hanya diberikan kepada orang miskin tidak akan dapat
mencegah kemiskinan. Karena orang harus miskin terlebih dahulu agar dapat
menerima program dan pelayanan ini. Sistem kesejahteraan negara tentunya harus
mampu membantu mencegah kemiskinan. Perlindungan sosial harus berarti bahwa
orang

secara

material

tidaklah

kekurangan

atau

mengalami

kelaparan.

Perlindungan sosial harus dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar. Welfare
state atau yang lazim di sebut sebagai Negara sejahtera merupakan gagasan ideal
bagaimana suatu Negara melaksanakan tugasnya dalam rangka untuk melayani
warga negara menuju tatanan kehidupan yang harmonis dan sejahtera. Dengan
demikian, pada dasarnya keberadaan konsep welfare state tidak akan dapat kita
pisahkan dari sistem politik-ekonomi yang berkembang. 7
Konsep kebijakan tidak sekonsep welfare state dimana pelayanan sosial
diberikan oleh negara secara merata kepada seluruh penduduknya, baik kaya
maupun miskin. artinya untuk mengatasi kemiskinan dalam sistem negara
kesejahteraan tidak hanya berupaya memberi bantuan pada orang miskin.

7

Ibid., Iwan Hermawan, Hal.60.

8

Universitas Sumatera Utara

Melainkan memberikan perlindungan sosial bagi semua orang agar terhindar dari
kemiskinan. Perspektif seperti inilah yang sesungguhnya ingin digelorakan oleh
sistem kesejahteraan negara dan ini sering kita lupakan pemerintah Indonesia
dalam mengimplementasikan kebijakan. Berdasarkan latar belakang diatas maka
penulis tertarik membahas tentang analisis kebijakan ekonomi pemerintahan
jokowi-jusuf kalla dalam presfektif welfare state
I.2. Perumusan masalah
Perumusan masalah dalam penelitian saya ini adalah “Bagaimana
kebijakan ekonomi pemerintahan jokowi-jusuf kalla dalam presfektif welfare state
? ”.

I.3. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah adalah usaha untuk menetapkan masalah dalam
batasan penelitian yang akan diteliti. Batasan masalah ini berguna untuk
mengidentifikasi faktor mana saja yang termasuk kedalam masalah penelitian dan
faktor mana saja yang tidak termasuk kedalam ruang penelitian tersebut. Maka
untuk memperjelas dan membatasi ruang lingkup penelitian dengan tujuan
menghasilkan uraisan yang sitematis diperlukan adanya batasan masalah. Adapun
pembatasan masalah yang akan diteliti oleh penulis yaitu :
1. Penelitian ini tentang bagaimana kondisi ekonomi di masa pemerintahan
Jokowi-Jusuf Kalla.
2. Penelitian ini hanya mengkaji tentang bagaimana konsep Walfare state.
3. Penelitian hanya ini mengkaji kebijakan pemerintahan jokowi-jusuf kalla
dalam presfektif welfare state.
9

Universitas Sumatera Utara

I.4.

Tujuan Penelitian
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Memahami bagaimana kondisi ekonomi di masa pemerintahan JokowiJusuf Kalla.
2. Memahami bagaimana konsep Walfare state
3. Memahami dan menganalisa bagaimana kebijakan ekonomi pemerintahan
jokowi-jusuf kalla dalam presfektif welfare state.

I.5.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai karya ilmiah dalam upaya
mengembangkan kompetensi penulis serta untuk memenuhi salah satu
syarat dalam menyelesaikan studi program sarjana strata satu (S1)
Departemen Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Secara teoritis, penelitian ini merupakan kajian ilmu politik yang
diharapkan mampu memberikan kontribusi pemikiran mengenai Walfare
state, ekonomi politik , strategi dan memberi solusi atas permasalahan
bangsa.
3. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau
sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah
khazanah ilmu pengetahuan dalam Ilmu Politik, khususnya dalam hal yang
berkaitan dengan kebijakan dan kesejahteraan di Indonesia.
10

Universitas Sumatera Utara

I.6.

Kerangka Teori
I.6.1. Teori Walfare State
Konsep kesejahteraan negara tidak hanya mencakup deskripsi mengenai

sebuah cara pengorganisasian kesejahteraan (welfare) atau pelayanan sosial (social
services). Melainkan juga sebuah konsep normatif atau sistem pendekatan ideal
yang menekankan bahwa setiap orang harus memperoleh pelayanan sosial sebagai
haknya. Kesejahteraan negara juga merupakan anak kandung pergumulan ideologi
dan teori, khususnya yang bermatra sayap kiri (left wing view), seperti Marxisme,
Sosialisme, dan Sosial Demokratik (Spicker, 1995).
Namun demikian, dan ini yang menarik, konsep kesejahteraan negara
justru tumbuh subur di negara-negara demokratis dan kapitalis, bukan di negaranegara sosialis. Di negara-negara Barat, kesejahteraan negara sering dipandang
sebagai strategi ‘penawar racun’ kapitalisme, yakni dampak negatif ekonomi pasar
bebas. Karenanya, welfare state sering disebut sebagai bentuk dari ‘kapitalisme
baik hati’.Meski dengan model yang berbeda, negara-negara kapitalis dan
demokratis seperti Eropa Barat, AS, Australia dan Selandia Baru adalah beberapa
contoh penganut welfare state. Sedangkan, negara-negara di bekas Uni Soviet dan
Blok Timur umumnya tidak menganut welfare state, karena mereka bukan negara
demokratis maupun kapitalis. 8
Menurut J.M. Keyness dan Smith, ide dasar negara kesejahteraan beranjak
dari abad ke-18 ketika Jeremy Bentham (1748-1832) mempromosikan gagasan

8

Suharto, Edi, “Peta dan Dinamika Welfare State di Beberapa Negara”, Makalah Seminar,
“Mengkaji Ulang Relevansi Welfare State dan Terobosan melalui DesentralisasiOtonomi di Indonesia”, IRE Yogyakarta dan Perhimpunan Prakarsa Jakarta, Yogyakarta,
25 Juli 2006

11

Universitas Sumatera Utara

bahwa pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menjamin the greatest
happiness (atau welfare) of the greatest number of their citizens. Bentham
menggunakan istilah ‘utility’ (kegunaan) untuk menjelaskan konsep kebahagiaan
atau kesejahteraan.
Berdasarkan prinsip utilitarianisme yang ia kembangkan, Bentham
berpendapat bahwa sesuatu yang dapat menimbulkan kebahagiaan ekstra adalah
Edi Suharto/Welfare State/2006 5 sesuatu yang baik. Sebaliknya, sesuatu yang
menimbulkan sakit adalah buruk. Menurutnya, aksi-aksi pemerintah harus selalu
diarahkan untuk meningkatkan kebahagian sebanyak mungkin orang. Gagasan
Bentham mengenai reformasi hukum, peranan konstitusi dan penelitian sosial bagi
pengembangan kebijakan sosial membuat ia dikenal sebagai “bapak kesejahteraan
negara” (father of welfare states).
Tokoh lain yang turut mempopulerkan sistem kesejahteraan negara adalah
Sir William Beveridge (1942) dan T.H. Marshall (1963). Di Inggris, dalam
laporannya mengenai Social Insurance and Allied Services, yang terkenal dengan
nama Beveridge Report, Beveridge menyebut want, squalor, ignorance, disease
dan idleness sebagai ‘the five giant evils’ yang harus diperangi (Spicker, 1995;
Bessant, et al, 2006).
Dalam laporan itu, Beveridge mengusulkan sebuah sistem asuransi sosial
komprehensif yang dipandangnya mampu melindungi orang dari buaian hingga
liang lahat (from cradle to grave). Pengaruh laporan Beveridge tidak hanya di
Inggris, melainkan juga menyebar ke negara-negara lain di Eropa dan bahkan
hingga ke AS dan kemudian menjadi dasar bagi pengembangan skema jaminan
sosial di negaranegara tersebut. Sayangnya, sistem ini memiliki kekurangan.
12

Universitas Sumatera Utara

Karena berpijak pada prinsip dan skema asuransi, ia tidak dapat mencakup resikoresiko yang dihadapi manusia terutama jika mereka tidak mampu membayar
kontribusi (premi). 9
Sosial gagal merespon kebutuhan kelompok-kelompok khusus, seperti
orang cacat, orang tua tunggal, serta mereka yang tidak dapat bekerja dan
memperoleh pendapatan dalam jangka waktu lama. Manfaat dan pertanggungan
asuransi sosial juga seringkali tidak adekuat, karena jumlahnya kecil dan hanya
mencakup kebutuhan dasar secara minimal.
Dalam konteks kapitalisme, Marshall berargumen bahwa warga negara
memiliki kewajiban kolektif untuk turut memperjuangkan kesejahteraan orang lain
melalui lembaga yang disebut negara (Harris, 1999). Ketidaksempurnaan pasar
dalam menyediakan pelayanan sosial yang menjadi hak warga negara telah
menimbulkan ketidakadilan. Ketidakadilan pasar harus dikurangi oleh negara
untuk menjamin stabilitas sosial dan mengurangi dampak-dampak negatif
kapitalisme. Marshall melihat sistem kesejahteraan negara sebagai kompensasi
yang harus dibayar oleh kelas penguasa dan pekerja untuk menciptakan stabilitas
sosial dan memelihara masyarakat kapitalis. Pelayanan sosial yang diberikan pada
dasarnya merupakan ekspresi material dari hak-hak warga negara dalam merespon
konsekuensi-konsuekensi kapitalisme.
Sebuah negara yang pemerintah mencurahkan proporsi yang sangat besar
dari kegiatan dan pengeluaran untuk penyediaan langsung dengan kepentingan
pribadi untuk dikonsumsi oleh kualifikasi individu atau keluarga.

9

Van Oorschot, Wim dan Ellen Finsveen, “Does the welfare state reduce inequalities in
people’s social capital?”, International Journal of Sociology and Social Policy, Vol. 30, No.
2010

13

Universitas Sumatera Utara

Kesejahteraan manfaat kepada individu dapat berupa salah satu dari
layanan profesional birokratis disediakan pegawai pemerintah atau dalam bentuk
tunjangan pemerintah yang diterbitkan atau tunjangan atau subsidi (pembayaran
transfer) untuk membantu kualifikasi rumah tangga membayar untuk subsisten
umum atau untuk kategori tertentu dari negara- Beban disukai (barang merit).
Contoh seperti program kesejahteraan sosial akan mencakup usia tua dan cacat
pensiun, tunjangan pengangguran, bantuan untuk keluarga dengan anak-anak
tergantung, pendapatan suplemen untuk perumahan, miskin publik dan voucher
perumahan, perawatan kesehatan yang disediakan di rumah sakit negara bagian
atau klinik dan penggantian untuk biaya swasta menyediakan perawatan
kesehatan, program rehabilitasi penyalahgunaan narkoba yang didanai pemerintah,
kupon makanan, pendidikan umum dan perawatan anak, dll Advokasi luas "negara
kesejahteraan" program pada awalnya terutama dikaitkan dengan gerakan sosialis,
tetapi di sebagian besar masyarakat industri Barat hari ini banyak program
kesejahteraan negara yang didukung juga oleh pihak non-sosialis yang tetap masih
terus menolak tuntutan tradisional kaum sosialis 'untuk jauh lebih luas
kepemilikan negara, perencanaan negara, dan administrasi negara industri dan
perdagangan
Pengertian tentang Welfare State (kesejahteraan negara) tidak dapat
dilepaskan dari empat definisi kesejahteraan di atas. Secara substansial,
kesejahteraan negara mencakup pengertian kesejahteraan yang pertama, kedua,
dan keempat, dan ingin menghapus citra negatif pada pengertian yang ketiga.
Dalam garis besar, kesejahteraan negara menunjuk pada sebuah model ideal
pembangunan yang difokuskan pada peningkatan kesejahteraan melalui pemberian
14

Universitas Sumatera Utara

peran yang lebih penting kepada negara dalam memberikan pelayanan sosial
secara universal dan komprehensif kepada warganya. 10
Spicker (1995:82), misalnya, menyatakan bahwa kesejahteraan negara
“…stands for a developed ideal in which welfare is provided comprehensively by
the state to the best possible standards.” Di Inggris, konsep welfare state difahami
sebagai alternatif terhadap the Poor Law yang kerap menimbulkan stigma, karena
hanya ditujukan untuk memberi bantuan bagi orang-orang miskin). Berbeda
dengan sistem dalam the Poor Law, kesejahteraan negara difokuskan pada
penyelenggaraan sistem perlindungan sosial yang melembaga bagi setiap orang
sebagai cerminan dari adanya hak kewarganegaraan (right of citizenship), di satu
pihak, dan kewajiban negara (state obligation), di pihak lain. Kesejahteraan
negara ditujukan untuk menyediakan pelayanan-pelayanan sosial bagi seluruh
penduduk – orang tua dan anak-anak, pria dan wanita, kaya dan miskin, sebaik
dan sedapat mungkin. Ia berupaya untuk mengintegrasikan sistem sumber dan
menyelenggarakan jaringan pelayanan yang dapat memelihara dan meningkatkan
kesejahteraan (well-being) warga negara secara adil dan berkelanjutan. Negara
kesejahteraan sangat erat kaitannya dengan kebijakan sosial (social policy) yang
di banyak negara mencakup strategi dan upaya-upaya pemerintah dalam
meningkatkan kesejahteraan warganya, terutama melalui perlindungan sosial
(social protection) yang mencakup jaminan sosial (baik berbentuk bantuan sosial
dan asuransi sosial), maupun jaring pengaman sosial (social safety nets). 11

10

http://insanakademis.blogspot.com/2011/10/teori-welfare-state-menurut-jm-keynes.html
diunduh tanggal 9 juni 2015, Pukul 13.52 Wib.
11
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan
Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial, Bandung: Refika Aditama,2005, Hal.44.

15

Universitas Sumatera Utara

Pembangunan ekonomi sangat penting bagi kesejahteraan. Secara global
dan khususnya di negara-negara industri maju, pertumbuhan ekonomi telah
memperkuat integrasi dan solidaritas sosial, serta memperluas kemampuan dan
akses orang terhadap pelayanan kesehatan, pendidikan, tempat tinggal, dan
perlindungan sosial. Faktanya, dalam 30-40 tahun terakhir telah terjadi
peningkatan standar hidup manusia secara spektakuler: usia harapan hidup
semakin panjang, kematian ibu dan bayi semakin menurun, kemampuan membaca
dan angka partisipasi sekolah juga semakin membaik. Namun demikian, di
banyak negara berkembang, globalisasi dan ekonomi pasar bebas telah
memperlebar kesenjangan, menimbulkan kerusakan lingkungan, menggerus
budaya dan bahasa lokal, serta memperparah kemiskinan. Seperti dinyatakan
Haque : 12
“Compared to the socioeconomic situation under the statist
governments during the 1960a and 1970s, under the pro-market regimes
of the 1980s and 1990s, the condition of poverty has worsened in many
African and Latin American Countries in terms of an increase in the
number of people in poverty, and a decline in economic growth rate, per
capita income, and living standards”
Kebijakan privatisasi, pasar bebas dan penyesuaian struktural (structural
adjustment) yang ditekankan lembaga-lembaga internasional telah mendorong
negara-negara berkembang ke dalam situasi dimana populasi miskin mereka
hidup tanpa perlindungan. Meskipun pertumbuhan ekonomi penting, tetapi ia
tidak secara otomatis melindungi rakyat dari berbagai resiko yang
mengancamnya. Oleh karena itu, beberapa negara berkembang mulai
menerapkan kebijakan sosial yang menyangkut pengorganisasian skemaskema jaminan sosial, meskipun masih terbatas dan dikaitkan dengan status

12

Ibid.,Edi Suharto, Hal.45.

16

Universitas Sumatera Utara

dan kategori pekerja di sektor formal. Di beberapa negara, jaminan sosial
masih menjangkau sedikit orang.
Tetapi, beberapa negara lainnya tengah menunjukkan perkembangan
yang

menggembirakan.Kecenderungan

ini

setidaknya

menggugurkan

anggapan bahwa hanya negara-negara yang memiliki kekuatan ekonomi yang
tinggi

saja

yang

mampu

melakukan

pembangunan

sosial.

Dengan

menghubungkan antara GDP dan pengeluaran sosial (social expenditure)
pemerintah di negara maju dan berkembang menunjukkan bahwa negara yang
memiliki GDP tinggi belum tentu memiliki prosentase pengeluaran sosial
yang tinggi pula.
I.6.2. Teori Kebijakan Publik
Pengertian publik dalam negara tidak lagi secara tradisional diartikan
semata-mata bersifat kelembagaan (negara) tetapi dalam hubungannya dengan
seberapa besar pengaruh/kaitan lembaga tersebut dengan kepentingan publik.
dalam keadaan ini publik dikatakan sangat erat kaitannya dengan pelayanan
kepada

msyarakat,

Dalam

keadaan

bagaimanapun,

organiasai

publik

(negara/pemerintah) harus tetap memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya
kepada publik. Mayer juga menjelaskan kebijakan adalah sebagi proses sosial
dimana pelaku-pelaku publik berasal dari kata public yang meberi pengetahuan
negara. Kebijakan publik yang dipandang sebagai wewenang pemerintah terhadap
masyarakat terlihat dari defenisi yang dikemukan oleh easton yaitu : Public Policy
is the authoritative allocation those policies developed by govermmental bodies

17

Universitas Sumatera Utara

and officials (Kebijakan publik adalah kebijakan yang dikembangkan oleh badanbadan dan pejabat-pejabat pemerintah). 13
Kata kebijakan (Policy) sering digunakan dan dipertukarkan maknanya
dengan tujuan, program, keputusan, hukum, patokan dan maksud besar tertentu.
Kebijakan merupakan suatu keputusan untuk bertindak bertindak yang dibuat atas
nama suatu kelompok sosial yang memiliki implikasi yang kompleks dan yang
bermaksud mempengaruhi anggota-anggota kelompok dengan penetapan sanksisanksi. Dalam kebijakan ini akhirnya akan melibatkan birokrasi dalam
pelaksanaannya.Sebelum membahas mengenai apa yang dimaksud kebijakan
publik ada baiknya terlebih dahulu mengulas mengenai defenisi kebijakan itu
terlebih dahulu. Suatu Istilah yang banyak dipergunakan dalam diskusi politik
administrasi negara dewasa ini adalah kebijakan pemerintah.
Menurut Mustopadidjaja kebijakan artinya sebagian dari upaya manusia
untuk mengetahui sesuatu untuk mengatasi sesuatu masalah atau untuk mencapai
sejumlah tujuan. Dengan adanya kebijakan berarti ada hal yang akan dicapi
dengan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan. Kebijakan merupakan gejala
sosial

yang

melibatkan

masyarakat

dan

aparatur

pemerintah

dalam

pelaksanaannya.
Kebijakan menurut meyer adalah sebagai proses sosial dimana pelakupelaku utama dibantu dengan informasi teknik, berinteraksi untuk merumuskan
kebijakan. Dalam buku mayer tersebut seperti yang diugkapkan oleh otoritas
pemerintah dengan maksud untuk mempengaruhi perilaku warga negara dengan
menggunakan sanksi-sanksi yang positif dan negatif. Dengan pengertian
13

Muchsin, dan Fadillah, Hukum dan Kebijakan Publik. Malang: Averroes Press, 2002, Hal.102.

18

Universitas Sumatera Utara

kebijakan tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa kebijakan adalah suatu
kegiatan yang telah direncanakan terlebih dahulu untuk kelak akan dilakukan
dalam program pemerintah. 14
Selanjutnya tentang kebijakan publik Dye mengemukakan : “Public
policy is what ever governments choose to do or not to do”, konsep ini
menjelaskan bahwa kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah
untuk dilakukan atau tidak dilakukan. Menurutnya bahwa apabila pemerintah
memilih untuk melakukan sesuatu maka harus ada tujuan dan kebijakan negara
tersebut harus meliputi semua tindakan pemerintah, bukan semata-mata
pernyataan keinginan pemerintah atau pejabatnya. Disamping itu sesuatu yang
tidak dilaksanakan oleh pemerintah pun termasuk kebijakan negara. Hal ini

฀ oleh pemerint

disebabkan sesuatu yang tidak dilakukan

฀sesuatu yang dila

pengaruh yang sama besarnya dengan

Dengan demikian kebijakan menurt Dye, adalah merupakan upaya untuk
memahami: 15
1.

Apa yang dilakukan dan atau tidak dilakukan oleh pemerintah,

2.

Apa penyebab atau yang mempengaruhinya, dan

3.

Apa dampak dari kebijakan tersebut jika dilaksanakan atau tidak
dilaksanakan.

Kalau konsep ini diikuti, maka dengan demikian perhatian kita dalam
mempelajari kebijakan seyogianya diarahkan pada apa yang nyata dilakukan oleh

14

Nugroho Riant, Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi dan Evaluasi. Jakarta:PT. Elex
Media Komputindo, 2004.Hal.13.
15
Subarsono, Analisis Kebijakan Publik (Konsep, Teori dan Aplikasi). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2005, Hal 10.

19

Universitas Sumatera Utara

pemerintah dan bukan sekedar apa yang ingin dilakukan. Dalam kaitan inilah
maka mudah dipahami jika kebijakan acap kali diberikan makna sebagai tindakan
politik. Sehubungan dengan hal tersebut Dunn mengemukakan bahwa proses
analisis kebijakan adalah serangkaian aktivitas
Menurut Dunn dalam tahapan-tahapan kebijakan publik terdiri dari : 16
1.

Tahap penyusunan agenda. Para pejabat yang dipilih dan diangkat
menempatkan masalah pada agenda publik. Sebelum masalahmasalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk dalam
agenda kebijakan. Pada, Akhirnya beberapa masalah masuk ke
agenda kebijakan para perumus kebijakan.

2.

Tahap Formulasi kebijakan. Masalah yang telah masuk ke agenda
kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Maslahmasalah tadi didefenisikan untuk kemudian dicari pemecahan
masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai
alternatif yang ada. pada tahap ini masing-masing alternatif
bersaing untuk dpat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk
memecahkan masalah.

3.

Tahap adopsi kebijakan. Dari bberapa alternatif kebijakan yang
ditawarkan oleh para perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu
alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan dari
mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau
keputusan peradilan.

16

Ibid., Subarsono.,Hal.23.

20

Universitas Sumatera Utara

4.

Tahap Implementasi kebijakan. Kebijakan yang telah diambil
dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasi
sumberdaya finansial dan manusia.

5.

Tahap penilaian kebijakan. Pada tahap ini kebijakan yang telah
dijalankan akan dinilai atau di evaluasi untuk melihat sejauh mana
kebijakn yang dibuat. ditentukan ukuran-ukuran atau kriteriakriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik
telah meraih dampak yang diinginkan.
Intelektual yang dilakukan di dalam proses kegiatan yang pada dasarnya

bersifat politis. Aktivitas politis tersebut dijelaskan sebagai proses pembuatan
kebijakan dan diaktualisasikan sebagai serangkaian tahap yang saling bergantung
yang diatur menurut urutan waktu penyusunan agenda, formulasi kebijakan,
adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian kebijakan. Setiap
peraturan daerah, undang-undang maupun kebijakan akan selalu terkait atau
dikaitkan atau bahkan dipengaruhi oleh sistem politik, sistem pemerintahan atau
suasana politik atau bahkan keinginan power elit pada suatu waktu. Senada
dengan hal tersebut mengemukakan bahwa kebijakan adalah suatu aturan yang
mengatur kehidupan bersama yang harus ditaati dan berlaku mengikat seluruh
warganya. Setiap pelanggaran akan diberi sanksi sesuai dengan bobot pelanggaran
yang dilakukan dan sanksi dijatuhkan di depan masyarakat oleh lembaga yang
mempunyai tugas menjatuhkan sanksi.
Dari berbagai pengertian yang dikemukakan oleh para pakar di atas,
penulis berpendapat bahwa kebijakan publik identik dengan regulasi atau aturan
atau dapat diartikan sebagai suatu produk hukum yang dikeluarkan oleh
21

Universitas Sumatera Utara

pemerintah yang harus dipahami secara utuh dan benar. Kebijakan publik diawali
dengan adanya isue yang menyangkut kepentingan bersama dimana dipandang
perlu untuk diatur melalui formulasi kebijakan dan disepakati oleh legislatif dan
eksekutif untuk ditetapkan menjadi suatu kebijakan publik, apakah menjadi
Undang-Undang, apakah menjadi Peraturan Pemerintah, atau Peraturan Presiden
termasuk Peraturan Daerah, maka kebijakan publik tersebut berubah menjadi
hukum yang harus ditaati. 17
I.7. Metodologi Penelitian
Berangkat dari uraian serta penjelasan tujuan penelitian maupun kerangka
dasar teori diatas, penelitian ini memiliki tujuan metodologis yaitu deskriptif
(melukiskan). Penelitian deskriptif adalah suatu cara yang digunakan untuk
memecahkan masalah yang ada pada masa sekarang berdasarkan fakta dan datadata yang ada. Penelitian ini untuk memberikan gambaran yang lebih detail
mengenai suatu gejala atau fenomena. 18
Tujuan dasar penelitian deskriptif ini adalah membuat deskripsi, gambaran,
atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat,
serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Jenis penelitian ini tidak sampai
mempersoalkan jalinan hubungan antar variabel yang ada, tidak dimaksudkan
untuk

menarik

generalisasi

yang

menjelaskan

variabel-variabel

yang

menyebabkan suatu gejala atau kenyataan sosial. Karenanya pada penelitian
deskriptif tidak menggunakan atau tidak melakukan pengujian hipotesa seperti

17

Budi Winarno, Kebijakan Publik: Teori dan Proses. Yogyakarta:Media Pressindo, 2007, Hal.19.

18

Bambang Prasetyo dkk. 2005. Metode Penelitian Kuantitaif : Teori dan Aplikasi. Jakarta: Raja
Grafindo Persada. Hal. 42.

22

Universitas Sumatera Utara

yang dilakukan pada penelitian ekspalanatif berarti tidak dimaksudkan untuk
membangun dan mengembangkan perbendaharaan teori. 19
7.1. Jenis Penelitian
Studi ini pada dasarnya bertumpu pada penelitian kualitatif. Aplikasi
penelitian kualitaif ini adalah konsekuensi metodologi dari penggunaan metode
deskriptif. Bogdan dan Taylor mengungkapkan bahwa ”metodologi kualitatif”
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. 20
Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses
penjaringan informasi dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu objek,
dihubungkan dengan pemecahan masalah, baik dari sudut pandang teoritis
maupun praktis.
I.7.2. Data dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, data yang dipergunakan adalah data primer dan data
sekunder. Dimana data primer adalah data yang diperoleh langsung melalui bukubuku dan Jurnal.
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui berbagai sumber seperti
dokumen lainnya
I.7.3. Teknik Analisis Data
Teknik data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif, dimana teknik ini
melakukan analisa atas masalah yang ada sehingga diperoleh gambaran jelas
tentang objek yang akan diteliti dan kemudian dilakukan penarikan kesimpulan.
19

Sanafiah Faisal. 1995. Format Penelitian Sosial Dasar-Dasar Aplikasi, Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada. Hal. 20.
20
Mohammad Natsir. 1983. Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia. Hal. 105.

23

Universitas Sumatera Utara

I.8. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas dan lebih terperinci serta
untuk mempermudah isi, maka penelitian ini terdiri kedalam 4 (empat)
bab, yakni:
BAB I

: PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan menguraikan dan menjelaskan mengenai latar
belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, kerangka teori, metodologi penelitian, dan sistematika
penelitian.

BAB II

: PROFIL JOKO WIDODO-JUSUF KALLA DAN WELFARE
STATE
Dalam bab ini akan menggambarkan segala sesuatu mengenai
objek penelitian yaitu profil tentang Jokowi-Jusuf Kalla dan
Kebijakan walfare state

BAB III

:ANALISIS KEBIJAKAN EKONOMI PEMERINTAHAN
JOKO WIDODO-JUSUF KALLA DALAM PRESFEKTIF
WELFARE STATE
Bab ini nantinya akan berisikan tentang penyajian data dan fakta
yang diperoleh dari buku-buku, jurnal, majalah, koran, serta
internet dan juga akan menyajikan pembahasan dan analisis data
dan fakta tersebut.

24

Universitas Sumatera Utara

BAB IV

: KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan yang
diperoleh dari hasil analisis data pada bab-bab sebelumnya serta
berisi kemungkinan adanya saran-saran yang peneliti peroleh
setelah melakukan penelitian.

25

Universitas Sumatera Utara