IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN METODOLOGI PEN. docx

BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan Agama Islam menjadi sebuah pembahasan tersendiri dalam dinamikanya
yang terus berkembang seiring terjadinya perkembangan dalam dunia pendidikan tanah air.
Kurikulum yang berlaku secara nasional telah berganti juga member dampak pada tiap-tiap mata
pelajarannya tidak terkecuali mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Sebagai sebuah
mata pelajaran, masyarakat memiliki ekspektasi lebih pada PAI sebagai benteng aqidah dan
moralitas peserta didik.
Besarnya ekspektasi ini harus direspon positif dan serius oleh para pendidik untuk
meningkatkan kapasitasnya sebagai guru profesional. Selain penguasaan materi, pendidik juga
perlu mengembangkan metode pembelajaran hingga metodologi berpikir. Jika pendidik
senantiasa mengembangkan dirinya maka, ia akan mampu memotivasi peserta didik untuk terus
mengembangkan potensinya.
Mengembangkan pola pikir harus dimiliki oleh pendidik dan diajarkan sesuai tingkat
psikologis peserta didik. Di Indonesia pendidikan formal dimulai dari Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD), SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA hingga perguruan tinggi menunjukkan adanya
penjenjangan. Akan sangat disayangkan jika metodologi berpikir bagi anak PAUD disamakan
dengan SMA. Jika semakin bertambah usia peserta didik maka pola pikirnya makin berkembang
maka kemampuan berpikir dari konkret menuju abstrak juga harus diterapkan.
Ketika pendidik memiliki kemampuan berpikir dialektik maka siswa juga akan
memiliki kemampuan yang sama. Setidaknya peserta didik mampu membuat pengertian atau

definisi sendiri dari pengalaman belajarnya. Bagi mahasiswa yang jenjang pendidikannya lebih
tinggi dan pemikirannya lebih ilmiah maka sikap ilmiah itu harus diaplikasikan. Salah satu
caranya dengan berpikir dialektik. Tidak terkecuali pada disiplin ilmu keislaman, pendekatan
dialektik dapat diaplikasikan.

1

BAB II
IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN METODOLOGI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PENDEKATAN DIALEKTIS
A. KONSEP PENGEMBANGAN METODOLOGI
Pengembangan memiliki makna perubahan. Ada situasi awal dan ada situasi setelah
perubahan. Jika kita melihat asal dari kata perkembangan yaitu kembang memiliki makna
mekarnya bunga. Perkembangan memiliki arti perihal berkembang. Ibarat bunga yang mekar
yang menebarkan aroma harum maka makna perkembangan seharusnya menebarkan
kemanfaatan yang lebih.
Dilihat dari sudut pandang bahasa, metode berasal dari dua perkataan, yaitu meta dan
hodos. Meta berarti “melalui” dan hodos berarti “jalan” atau “cara”. Metode juga dapat
berarti cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu
pendidikan dan sebagainya), atau bisa berarti cara kerja yang bersistem untuk memudahkan

pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Selain itu ada pula yang
mengartikan metode sebagai suatu sarana yang menemukan, menguji dan menyusun data,
yang diperlukan bagi pengembangan disiplin tersebut.1
Dengan penambahan imbuhan –logi pada kata “metode” menjadi metodologi maka ini
menjadi sebuah disiplin ilmu. Dalam kamus ilmiah populer, metodologi berarti ilmu metode;
ilmu cara-cara dan langkah-langkah yang tepat (untuk menganalisa sesuatu); penjelasan serta
penerapan cara.2 Munurut Muhbib Abdul Wahab sebagaimana dikutip Maksudin bahwa
metodologi terkait dengan berpikir ilmiah. Menurut Maksudin berpikir ilmiah merupakan
bagian dari proses saintifikasi. Metode adalah suatu rancangan secara menyeluruh yang
saling berkaitan sebagai cara mencapai suatu tujuan. Metodologi berarti ilmu yang yang
mengkaji suatu rancangan secara menyeluruh yang saling berkaitan masing-masing unsur
sebagai cara untuk mencapai tujuan. Unsur-unsur metode meliputi seleksi, gradasi, repetisi,
dan presentasi. Metodologi adalah ilmu tentang metode yang unsur-unsurnya adalah seleksi,
gradasi, repetisi dan presentasi.3

1Robingatul Mutmainnah, Metode Pendidikan Karakter Dalam Pendidikan Islam (Sebuah Aplikasi),
(Yogyakarta:Idea Press, 2013), hlm. 10.
2 Pius A Partantodan M Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah populer, (Surabaya:Arkola, 1994), hlm. 461.
3 Maksudin, Pengembangan Metodologi Pendidikan Agama Islam Pendekatan Dialektik, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2015), hlm. 205.


2

Maksudin mengemukakan bahwa keempat unsur metode pada intinya menjadi satu
kesatuan utuh dan saling berkaitan erat dan tidak terpisahkan unsur satu dengan lainnya.
Unsur seleksi, gradasi, repetasi, dan presentasi sebagai penjabaran metode tentang materi
pembelajaran PAI.
1. Seleksi, dalam seleksi dilakukan identifikasi menjadi empat materi yaitu: materi berupa
fakta empiris atau non empiris, berupa konsep atau definisi/takrif, berupa prinsip atau
dalil-dalil atau rumus-rumus dan berupa prosedur atau langkah-langkah.
2. Gradasi, dalam gradasi materi PAI diurutkan dan diklasifikasi unsur-unsur materi PAI
selanjutnya. Hasil klasifikasi ini menuntut dilakukan penggolongan sistemik yang
memerlukan pembahasan secara komprehensif atau interdisipliner antara PAI dengan
ulum al-din dan saintifik yang dijadikan pondisi berpikir agama dan sains
integrative/nondikotomik.
3. Repetasi, dilakukan pengulangan unsur-unsur materi PAI yang inti/pokok/ushuliyah
sebagai penguatan antara PAI yang bersifat ushuliyah dan dikuatkan materi yang bersifat
furu’iyah.
4. Presentasi, kesemua tahapan-tahapan itu perlu dipresentasikan ke dalam kesatuan utuh
sehingga dapat diketahui kelebihan dan kelemahan jika dikaji dalam perspektif

metodologis.4
B. TINGKAT PIKIRAN MANUSIA DENGAN POLA PIKIR DAN PETA KONSEP
Kegiatan berpikir adalah kegiatan yang pernah dilakukan oleh setiap manusia. Namun
berpikir bukanlah hal yang mudah. Mungkin orang bisa salah dalam berpikir, bukan karena
pengetahuannya yang salah, melainkan jalan pikirannya yang tidak lurus atau tidak sesuai
aturan.5 Plato dan Aristoteles mengungkapkan berpikir bicara dengan dirinya sendiri di dalam
batin. Dr. W. Poespoprodjo mengungkapkan bahwa berpikir ialah kegiatan akal manusia
untuk mengolah pengetahuan yang telah diterima melalui pancaindera, dan ditujukan untuk
mencapai suatu kebenaran. Kegiatan berpikir ialah mempertimbangkan, merenungkan,
menganalisa, membuktikan sesuatu, menunjukkan alasan-alasan, menarik kesimpulan,

4 Ibid., hlm. 206.
5 I. R. Poedjawijatna, Logika Filsafat berpikir, cet. ke-7 (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992), hlm. 13.

3

meneliti suatu jalan pikiran, mencari bagaimana berbagai hal berhubungan satu sama lain,
mengapa atau untuk apa sesuatu terjadi, membahasakan suara realitas.6
Tentunya dalam berpikir harus memiliki pola. Pola pikir adalah cara otak dan akal
menerima, memproses, menganalisis, mempersepsi, dan membuat kesimpulan terhadap

informasi yang masuk melalui indera.7Judika Malau mengemukakan bahwa pola pikir adalah
dasar segala bentuk tindakan seseorang sehari-hari.8Adi W Gunawan mengungkapkan bahwa
pola pikir adalah kumpulan kepercayaan (belief) atau cara berpikir yang mempengaruhi
perilaku dan sikap seseorang yang akhirnya akan menentukan level keberhasilan hidupnya.9
Tony Buzan menyatakan bahwa mindmap adalah alat paling hebat yang membantu otak
berpikir secara teratur. Mindmap akan mempermudah untuk memasukkan informasi ke
dalam otak ataupun untuk mengambil informasi dalam otak. Mindmap mengefektifkan dalam
membuat catatan sehingga benar-benar memetakan pikiran manusia.10
Maka berpikir ialah suatu pekerjaan batin untuk menganalisis sesuatu hal demi mencari
kebenaran dengan pola yang teratur atau terpetakan dari yang konkret/sederhana hingga yang
abstrak/rumit sehingga menimbulkan sebuah keyakinan akan kebenaran yang berdampak
pada sikap dan perilaku.
Menurut R. Paryana Suryadiputra dalam Maksudin 11 bahwa tingkat pikiran manusia
dapat dilihat pada tabel berikut ini.

TABEL 2.1
6 W. Poespoprodjo dan T. Gilarso, Logika Ilmu Menalar. Cet ke-4 (Bandung: CV Remadja Karya, 1989),
hlm. 4.
7 Rumah Kemuning, “Pengertian Pola Pikir” dalam http://rumahkemuning.com diakses tanggal 19 Oktober
2015.

8 Judika Malau, “Bagaimana Pola Pikir Terbentuk?” dalam www.putra-putri-indonesia.com diakses
tanggal 19 Oktober 2015.
9Rumah Kemuning, “Pengertian Pola Pikir” dalam http://rumahkemuning.com diakses tanggal 19 Oktober
2015.
10 Tony Buzan, Mindmap Untuk Meningkatkan Kreativitas, terj. Eric Suryaputra, cet. ke-2 (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2004), hlm. 6
11 Maksudin, Pengembangan Metodologi Pendidikan Agama Islam …, hlm. 207.

4

Tingkat Pikiran Manusia
Tingkat Pikiran Manusia
Pancaindera lahir Badan
pikir Pancaindera
(sensus exterior) (mental
batin
(sensus
dan akal
lichaam)
interior)

dan
budi
Bidang Pikiran
Alam lahir
Ilmu
Filsafat
pengetahuan
Bentuk Pikiran
Perkembangan
Pikiran ideatif Normative
akal
kreatif
(verstanddelijk
denken
Soal
Ada atau tidak Bagaimana?
Oleh sebab apa?
ada
Objek apa yang Benda nyata
Kewajaran

Latar belakang
dijumpai
wujud
wujud
(feitelijkheden
van de realiteit)
Wujud
Hakikat
yang Hal-hal
yang
relative, hukum- berlaku
hukum alam
(geldigheden),
Latar belakang
(achtergronden)
Alat-alat Pikir

Atman
rahmani)


(roh

Religi
Tauhid

Apa tujuannya?
Hakikat

Kepastiankepastian
(zekerheden)

Dari tabel diatas kita bisa memahami bahwa pikiran manusia dilihat dari alat pikir,
bidang pikir, bentuk pikiran dan objek yang dijumpai yang berawal dari konkret (sederhana)
berkembang menuju abstrak.
Dr. Maksudin, M. Ag12 menemukan relevansi tingkat pikiran manusia dengan pola pikir
(mindset) dan peta konsep (mindmap) dapat dilihat lebih jelas pada tabel berikut ini.

Tabel 2.2 Relevansi Tingkat Pikiran I dan Pola Pikir/ Peta Konsep
Tingkat Pikiran I


Pola Pikir (Mindset)

Peta

12 Maksudin, Pengembangan Metodologi Pendidikan Agama Islam …, hlm. 208.

5

Konsep

Alat-alat pikir

Bidang pikiran
Bentuk pikiran

Soal
Objek apa
dijumpai

Pancaindera

lahir
(sensus exterior) dan
akal
Alam lahir
Perkembangan
akal
(verstanddelijkdenken
)
Ada atau tidak ada?
yang Benda nyata
Wujud

Pengertian
pancaindera dan akal
Konkret dan riil
Macam-macam
benda

(Mindmap)
Unsur-unsur
pancaindera dan akal
Fakta-fakta riil
Fungsi-fungsi benda

Yang ada atau yang Penataan
tidak ada
ada/tidak ada
Segala yang ada
Benda-benda
ada
Al-Makhluq
Al-Khaliq

yang
yang

Tabel 2.3 Relevansi Tingkat Pikiran II dan Pola Pikir/ Peta Konsep
Pola Pikir (Mindset)

Tingkat Pikiran II
Alat-alat pikir

Badan

Bidang pikiran

(mentaal lichaam)
Ilmu pengetahuan

Bentuk pikiran

Pikiran

Soal

kreatif
Bagaimana?

Objek

apa

yang Kewajaran

dijumpai

(feitelijkheden

pikir Organ-organ pikir
Sains dan teknologi

ideatif Ide/gagasan/konsep/teor

Peta

Konsep

(Mindmap)
Unsur-unsur

organ

pikir
Agama

dan

sains

nondikotomik
Integrasi

non

i
dikotomik
Pengertian bahasa dan Induktif-deduktifkonsep
wujud Sains dan teknologi
van

validatif
Metodologi
dan

agama
sains

de Realiteit)
Hakikat yang relatif, Hukum-hukum alam

nondikotomik
Sifat Aqliyah dan

hukum-hukum alam

Naqliyah

Tabel 2.4 Relevansi Tingkat Pikiran III dan Pola Pikir/ Peta Konsep
Pola Pikir (Mindset)

Peta
Konsep
(Mindmap)
Pancaindera
batin Alat dan fungsi pikir, Fungsionalisasi
(sensus interior) dan hati dan fungsi rasa

Tingkat Pikiran III
Alat-alat pikir

6

Bidang pikiran

budi
Filsafat

Bentuk pikiran
Soal

Normative
Oleh sebab apa?

Objek apa
dijumpai

Ontologi,
Epistemologi,
aksiologi
Hikmah
Kausalitas

Tahapan
dan (pemikiran)

akliyah

Tahapan nilai
Hubungan
timbal
balik
yang Latar belakang wujud Al-Khaliq dan Al- Al-Makhluqat dalil
Makhluq
wujud al-Khaliq
Hal-hal yang berlaku Sebab-sebab terjadi/ Sejarah
dan
(geldigheden), latar qarinah
kontekstualisasi
belakang
(achtergronden)

Tabel 2.5 Relevansi Tingkat Pikiran IV dan Pola Pikir/ Peta Konsep
Pola Pikir (Mindset)

Tingkat Pikiran IV
Alat-alat pikir

Atman (roh rohmani)

Adanya roh

Bidang pikiran

Religi

Agama

Bentuk pikiran

Tauhid

Nondikotomik

Soal

Apa tujuannya?

Taat dan taslim

Objek apa
dijumpai

yang Hakikat

Kebenaran mutlak

Kepastian-kepastian
(zekerheden)

Iman

Peta
Konsep
(Mindmap)
Roh prerogratif alKhaliq
Ditemukan
dan
diperoleh
Ke-Esaan
dan
tahapan Naqliyah
Terhormat
dan
selamat
Universal
Ke-Imanan atas dalil
aqliyah dan naqliyah

Keempat tingkat pikiran manusia dapat diklasterkan menjadi dua klaster besar yaitu: (a)
klaster pendidikan dasar dan menengah (SD s/d SMA); dan (b) klaster pendidikan tinggi (S1,
S2, dan S3). Klaster inilah dapat dipergunakan oleh setiap pendidik untuk mengintegrasikan
dan menginterkoneksikan setiap materi PAI sesuai dengan tingkat pikiran peserta didik pada
penggolongan klaster tersebut. Oleh karena itu, setiap pendidik disamping memahami standar
nasional pendidikan juga memahami tingkat pikiran peserta didiknya. Jika pendidik memiliki
empat kompetensi (personal, sosial, professional, dan pedagogi), maka akan memudahkan
melakukan pengembangan metodologi PAI ini sesuai dengan klaster peserta didik.
7

C. KONSEP PENDIDKAN AGAMA ISLAM
Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses pengubahan sikap
dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan latihan. Pendidikan juga memiliki makna proses, perbuatan dan cara
mendidik.13 Pendidikan menurut Marimba dalam Ahmad Tafsir adalah bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmanidan ruhani anak didik
menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Park juga berpendapat bahwa pendidikan
adalah pembinaan keterampilan dan menggunakan pengetahuan.14 Maksudin mengemukakan
bahwa pendidikan pada hakikatnya suatu upaya yang dilakukan seseorang atau lembaga
secara sengaja untuk memanusiakan manusia sesuai dengan fitrahnya. 15 Banyak pakar
pendidikan yang mendefinisikan berbeda karena banyaknya kegiatan yang dinilai memiliki
unsur pendidikan, perbedaan perspektif setiap pakar dan luasnya cakupan pendidikan itu
sendiri. Bahkan pendidikan menjadi satu hal yang tidak ada habisnya untuk dibahas.
Agama adalah kepercayaan kepada Tuhan (dewa, dan sebagainya) dengan ajaran
kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.16 Arti menurut
kamus ini memiliki hubungan dengan asal kata agama itu sendiri yaitu berasal dari bahasa
sansekerta. Agama dalam bahasa sansekerta terdiri dari dua kata yaitu a (tidak) dan gama
(kacau). Maka agama artinya tidak kacau. Maka agama berisi ajaran atau aturan yang
mengatur kehidupan manusia dan menetapkan hukum-hukum yang ditaati dalam kehidupan
mereka.17
Pendidikan Agama sebagai sebuah mata pelajaran dimaksudkan untuk membentuk
peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha esa
serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti atau moral sebagai

13 Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hlm. 204.
14 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, cet. ke 2 (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 35.
15 Maksudin, Pengembangan Metodologi Pendidikan Agama Islam …, hlm. 212.
16 Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar …, hlm. 9.
17 Tim Penulis Dosen PAI, Pendidikan Agama Islam Membangun Kepribadian Generasi Islam,
(Samarinda:MPK Universitas Mulawarman Kalimantan Timur, 2010), hlm. 1.

8

perwujudan dari pendidikan agama. 18 Pendidikan Agama membutuhkan suatu warna sebagai
landasan ajaran dan aturan. Salah satu corak tersebut adalah Islam.
Ada beberapa pendapat tentang akar kata yang membentuk kata Islam. Islam terbentuk
dari tiga huruf yaitu sin, lam dan mim. Setidaknya ada empat akar kata yang berkaitan satu
sama lain dengan Islam.19 Yaitu :
1. Aslama. Artinya menyerahkan diri, Orang yang masuk Islam berarti menyerahkan diri
kepada Allah SWT. Ia siap mematuhi ajaran-Nya.
2. Salima. Artinya selamat. Orang yang memeluk Islam, hidupnya akan selamat.
3. Sallama. Artinya menyelamatkan orang lain. Seorang pemeluk Islam tidak hanya
menyelematkan diri sendiri, tetapi juga harus menyelamatkan orang lain (tugas dakwah
atau ‘amar ma’ruf nahyi munkar).
4. Salam. Salam. Aman, damai, sentosa. Kehidupan yang damai sentosa akan tercipta jika
pemeluk Islam melaksanakan asalama dan sallama.
Pendidikan Agama Islam menurut Zuhairani adalah usaha-usaha secara sistematis dan
pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam. 20
Syariat islam tidak akan dihayati dan diamalkan orang kalau hanya diajarkan saja, tetapi
harus dididik melalui proses pendidikan nabi sesuai ajaran Islam dengan berbagai metode
dan pendekatan dari satu segi kita lihat bahwa pendidikan islam itu lebih banyak ditujukan
kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan baik bagi
keperluan diri sendiri maupun orang lain. Dari segi lainnya, pendidikan islam tidak bersifat
teoritis saja, tetapi juga praktis. Ajaran islam tidak memisahkan antara iman dan amal shaleh.
Oleh karena itu, pendidikan islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal
dan juga karena ajaran islam berisi tentang ajaran sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat
menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama, maka pendidikan islam adalah
pendidikan individu dan pendidikan masyarakat. Semula yang bertugas mendidik adalah para
Nabi dan Rasul selanjutnya para ulama, dan cerdik pandailah sebagai penerus tugas, dan
kewajiban mereka.21

18 Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
19 Pusdai, “Arti Islam : Etimologis dan terminologis” dalam https://pusdai.wordpress.com diakses tanggal
5 Oktober 2015.
20 Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hlm. 27
21 Zakiah Drajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1992), hlm. 25-28.

9

Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan
membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran
agama Islam, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran pada semua
jenjang pendidikan.22 Maka Pendidikan Agama Islam merupakan sebuah konsep untuk
melakukan proses pembelajaran yang mencakup ilmu (pengetahuan), aqidah (keyakinan
keTuhan-an) dan menuntut suatu amal perbuatan sebagai implementasinya. Seyogyanya
seseorang yang telah mendapatkan pendidikan Agama Islam ia menjadi pribadi yang
memiliki aqidah yang kokoh, ibadah yang benar, dan akhlak yang mulia dan semua itu
berproses sesuai fitrah manusia.
D. KONSEP BERPIKIR PENDEKATAN DIALEKTIS
Embrio berpikir dialektis telah ada pada masa yunani kuno dimana tokoh-tokoh filsuf
yunani telah membuat definisi logika. Aristoteles telah membuat pola pikir menyelidiki
argumentasi-argumentasi yang bertitik tolak dari hipotesa atau putusan yang tidak pasti
kebenarannya.23 Hal ini dianggap sebagai awal mula konsep berpikir dialektik karena pada
masa itu telah berkembang metafisik. Abad ke 19, seorang filsuf Jerman yang bernama
George Wilhelm Friedrich Hegel mengemukakan metode berpikir dialektik

yaitu suatu

metode atau cara memahami dan memecahkan persoalan atau problem berdasarkan tiga
elemen yaitu tesis, antitesis dan sintesis.
Berpikir dengan pendekatan dialektis dapat dipergunakan untuk membahas suatu
persoalan. Menurut Hegel tidak ada satu kebenaran yang absolut karena berlaku hukum
dialektik, yang absolut hanyalah semangat revolusionernya (perubahan/pertentangan atas
tesis oleh anti-tesis menjadi sintesis).24 Cara berpikir dengan pendekatan dialektis dapat
dilakukan dengan memahami bagan berikut ini.25

PAHAMI ESENSI (HAKIKAT/INTI) KATA KUNCI
TESIS
22 Dirjen Pendis, Pengembangan Standar Nasional PAI, (Jakarta: Kementerian Agama RI, 2011), hlm. 13.
23 Cecep Sumarna, Filsafat Ilmu, (Bandung, CV. Mulia Press, 2008), hlm. 132.
24 Wikipedia, “Dialektik” dalam https://id.wikipedia.org diakses tanggal 19 Oktober 2015.
25 Maksudin, Pengembangan Metodologi Pendidikan Agama Islam …, hlm. 212.

10

ETIMOLOGI
Lihat kamus / Ensiklopedia

1.
2.
3.
4.
5.

TERMINOLOGI
Pendapat Ahli/Teori/Referensi

SOSIAL-HISTORIS
Sosial, Politik, Budaya

ANTI TESIS
Tulis Pengertian bahasa, terminologi dan sosial-historis
Identifikasi dan klasifikasi (penggolongan sistemik)
Bahas unsur yang sama dan unsur yang berbeda
Mengapa sama? Mengapa berbeda?
Temukan benang merah (titik temu)
SINTESIS-KREATIF
Pendapat / Sikap Ilmiah Penulis

PAHAMI SUBSTANSI (ISI/MATERI/BAHAN)
Perpaduan etimologi, terminologi, sosial-historis, unsur-unsur esensi /
hakikat / inti, disusun menjadi : Bab, subbab, subsub bab, dst. (Substansi)

Pertama natural science, humanities sciences dan social sciences pahami body of
knowledge-nya. Misalnya: PAI, Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Sosiologi, Psikologi,
Antropologi dan seterusnya. Kedua, pahami body of knowledge-nya menurut pengertian
etimologi (kamus/ensiklopedi) dan terminology (definisi/istilah)/teori atau pendapat para ahli
dalam bidangnya. Ketiga, pengertian istilah/definisi atau pendapat ahli (dicari dalam
referensi). Tahap ketiga ini disebut tahap tesis (konsep/ide/gagasan/pendapat), dilanjutkan
tahap berikutnya.
Keempat, pengertian istilah/definisi/teori atau pendapat ahli dianalisis dengan langkahlangkah berikut. (1) tulis istilah/definisi pendapat ahli/teori secara lengkap, (2) identifikasi
dan klasifikasi istilah/definisi atau pendapat ahli. Klasifikasi yang dimaksud di sini adalah
penggolongan sistemis berdasarkan unsur-unsur yang ada dalam makna bahasa dan konsep.
Ketika penulis

melakukan penggolongan sistemis berarti penulis harus mampu

mengembangkannya sesuai dengan inti dan isi yang digali dari pengertian tersebut, (3) bahas
unsur yang sama dan yang beda antara pengertian istilah/definisi atau pendapat ahli, (4)
mengapa ada unsur yang sama dan ada yang beda dari istilah/definisi atau pendapat ahli, dan
(5) penulis menemukan “benang merah” antara yang sama dan yang beda. Pada tahap ke
11

empat melalui proses point 1 sampai point 5 disebut proses anti tesis untuk mendapatkan
sintesis. Tahap kelima, adalah merumuskan hasil pembahasan istilah/definisi atau pendapat
ahli menjadi sikap ilmiah penulis. Jika penulis telah menemukan dan menentukan sikap
ilmiah berarti penulis telah memahami esensi body of knowledge yang dikaji. Oleh karena
itu, setiap penulis menemukan sintesis apa yang akan dibahas/dikaji.
E. CONTOH IMPLEMENTASI BERPIKIR PENDEKATAN DIALEKTIS
Penulis mencoba memaparkan untuk menjelaskan tentang alat peraga pendidikan
dengan menerapkan pendekatan dialektis.
Langkah 1 Tesis
1. Pengertian Alat Peraga Secara Etimologi
Alat peraga merupakan sebuah frasa yang berasal dari dua kata yaitu alat dan
peraga. Alat adalah benda yang dipakai untuk memudahkan pekerjaan.26 Sedangkan
peraga adalah alat untuk memperlihatkan; alat untuk memperagakan. 27 Jika dua kata
tersebut kita satukan maka alat peraga adalah benda yang dipakai untuk memudahkan
pekerjaan memperagakan. Menurut kamus, alat peraga ialah alat bantu untuk
menyampaikan pelajaran atau mendidik agar dimengerti siswa.28
Langkah 2 Antitesis
1. Jika masing-masing kata dari “alat” dan “peraga” di artikan menurut kamus lalu
digabungkan memiliki arti benda yang dipakai untuk memudahkan pekerjaan
memperagakan.
2. Menurut kamus yang lain yang menunjukkan sebagai sebuah frasa “alat peraga”
berarti alat bantu untuk menyampaikan pelajaran atau mendidik agar dimengerti
siswa.
Identifikasi dan Klasifikasi
Pada point 1 terdapat unsur benda, dipakai untuk memudahkan pekerjaan, memudahkan
untuk memberi keterangan atau penjelasan.
26 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ketiga, cet. ke-3
(Jakarta: Balai Pustaka, 2003), hlm. 40.
27 Prihadi, Kamus Pintar Bahasa Indonesia, (Surabaya:Alfa, tth), hlm. 263
28 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia… , hlm. 42.

12

Pada point 2 terdapat unsur benda, alat bantu, memudahkan dalam menyampaikan pelajaran
agar cepat dimengerti, umumnya dipakai dalam dunia pendidikan.
Langkah 3 Sintesis
Alat peraga adalah benda yang dipakai dalam dunia pendidikan sebagai alat bantu bagi guru
dalam menyampaikan dan menjelaskan materi pelajaran agar siswa lebih mudah dalam
memahami pelajaran.
2. Pengertian Alat Peraga secara Terminologi
Langkah 1 Tesis
Menurut para ahli tentang alat peraga adalah sebagai berikut:
a. Menurut Wijaya & Rusyan [1994] – yang dimaksud Alat Peraga Pendidikan adalah media
pendidikan berperan sebagai perangsang belajar & dapat menumbuhkan motivasi belajar
sehingga siswa tidak menjadi bosan dalam meraih tujuan – tujuan belajar.
b. Menurut Nasution [1985] – alat peraga pendidikan adalah alat pembantu dalam mengajar
agar efektif.
c. Menurut Sudjana [2009] – Pengertian Alat Peraga Pendidikan adalah suatu alat yang
dapat diserap oleh mata & telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar
mengajar siswa lebih efektif & efisien.
d. Menurut Faizal [2010] – Alat Peraga Pendidikan sebagai instrument audio maupun visual
yang digunakan untuk membantu proses pembelajaran menjadi lebih menarik &
membangkitkan minat siswa dalam mendalami suatu materi.29
e. Menurut Sumad (1972),

mengemukakan bahwa alat peraga adalah alat untuk

memberikan pelajaran atau yang dapat diamati melalui panca indera. Alat peraga
merupakan salah satu dari media pendidikan adalah alat untuk membantu proses belajar
mengajar agar proses komunikasi dapat berhasil dengan baik dan efektif.
f. Menurut Amir Hamzah, (1981) bahwa Alat Peraga Pendidikan adalah adalah alat-alat
yang dapat dilihat dan didengar untuk membuat cara berkomunikasi menjadi efektif”.30
Langkah 2 Antitesis
Identifikasi dan klasifikasi
29 Sora N, “Pengertian Alat Peraga menurut Para Ahli” dalam www.pengertianku.net diakses tanggal 19
Oktober 2015.
30
Panji
Amboro,
“Pengertian,
Tujuan,
dan
Manfaat
Alat
Peraga”
dalam
https://panjiamboro.wordpress.com diakses tanggal 19 Oktober 2015.

13

a. Terdapat unsur media pembelajaran, sebagai stimulus dan motivasi, agar tidak bosan
meraih tujuan belajar
b. Terdapat unsur alat bantu mengajar agar efektif
c. Terdapat unsur alat yang dapat dilihat dan didengar, tujuannya agar pembelajaran efektif
dan efisien
d. Terdapat unsur audio visual, menarik, meningkatkan minat siswa
e. Terdapat unsur dapat diamati oleh panca indera, komunikasi yang efektif
f. Terdapat unsur dapat dilihat dan didengar, komunikasi yang efektif.
Persamaannya semua menunjukkan alat peraga adalah sebuah benda untuk membantu
proses pembelajaran. Sudjana, Faisal dan Amir Hamzah membatasi alat peraga sebagai
alat yang dapat dilihat dan didengar saja sedangkan Sumad berpendapat alat peraga harus
dapat dijangkau oleh semua panca indera. Penulis berpendapat sama dengan Sumad
karena alat perga terkadang juga perlu sentuhan bahkan pengecapan seperti alat peraga
sains. Dalam PAI misalnya alat peraga penyelenggaraan jenazah juga tidak sebatas audio
visual saja. Tujuannya sama yaitu agar proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan
efisien dengan hasil yang sesuai target.
Langkah 3 Sintesis
Alat peraga adalah adalah benda yang dipergunakan sebagai alat bantu yang dapat diserap
oleh panca indera untuk mengefektifkan proses pembelajaran, membuat pembelajaran
menjadi lebih menarik, membuat peserta didik dapat termotivasi dan menjalin komunikasi
timbal balik sehingga peserta didik dapat memahami pelajaran dengan baik.

BAB III
PENUTUP

Metodologi berarti ilmu yang yang mengkaji suatu rancangan secara menyeluruh yang
saling berkaitan masing-masing unsur sebagai cara untuk mencapai tujuan. Unsur-unsur
metode meliputi seleksi, gradasi, repetisi, dan presentasi. Metodologi adalah ilmu tentang
14

metode yang unsur-unsurnya adalah seleksi, gradasi, repetisi dan presentasi. Pikiran manusia
dilihat dari alat pikir, bidang pikir, bentuk pikiran dan objek yang dijumpai yang berawal dari
konkret (sederhana) berkembang menuju abstrak.
Metode berpikir dialektik yaitu suatu metode atau cara memahami dan memecahkan
persoalan atau problem berdasarkan tiga elemen yaitu tesis, antitesis dan sintesis. Berpikir
dengan pendekatan dialektis dapat dipergunakan untuk membahas suatu persoalan. Menurut
Hegel tidak ada satu kebenaran yang absolut karena berlaku hukum dialektik, yang absolut
hanyalah semangat revolusionernya (perubahan/pertentangan atas tesis oleh anti-tesis
menjadi sintesis). Dengan berpikir dialektis hingga menemukan sintesis kreatif maka
seseorang tersebut telah memiliki sikap ilmiah.

DAFTAR PUSTAKA
Buzan, Tony, Mindmap Untuk Meningkatkan Kreativitas, terj. Eric Suryaputra, cet. ke-2, Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004
Dirjen Pendis, Pengembangan Standar Nasional PAI, Jakarta: Kementerian Agama RI, 2011.
Drajat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 1992.
15

Maksudin, Pengembangan Metodologi Pendidikan Agama Islam Pendekatan Dialektik,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.
Mutmainnah, Robingatul, Metode Pendidikan Karakter Dalam Pendidikan Islam (Sebuah
Aplikasi),Yogyakarta:Idea Press, 2013.
Partanto, Pius A dan Al Barry, M Dahlan, Kamus Ilmiah populer, Surabaya: Arkola, 1994
Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka, 1989.
Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
Poedjawijatna, I. R., Logika Filsafat berpikir, cet. ke-7, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1992
Poespoprodjo, W dan Gilarso, T., Logika Ilmu Menalar. Cet ke-4, Bandung: CV Remadja Karya,
1989
Prihadi, Kamus Pintar Bahasa Indonesia, Surabaya:Alfa, tth.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ketiga,
cet. ke-3, Jakarta: Balai Pustaka, 2003.
Sumarna, Cecep, Filsafat Ilmu, Bandung: CV. Mulia Press, 2008.
Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Islam, cet. ke 2, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013
Tim Penulis Dosen PAI, Pendidikan Agama Islam Membangun Kepribadian Generasi Islam,
Samarinda:MPK Universitas Mulawarman Kalimantan Timur, 2010.
Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya: Usaha Nasional, 1983.
Judika Malau, “Bagaimana Pola Pikir Terbentuk?” dalam www.putra-putri-indonesia.com
diakses tanggal 19 Oktober 2015.
Panji

Amboro,
“Pengertian,
Tujuan,
dan
Manfaat
Alat
Peraga”
https://panjiamboro.wordpress.com diakses tanggal 19 Oktober 2015.

dalam

Pusdai, “Arti Islam : Etimologis dan terminologis” dalam https://pusdai.wordpress.com diakses
tanggal 5 Oktober 2015.
Rumah Kemuning, “Pengertian Pola Pikir” dalam http://rumahkemuning.com diakses tanggal 19
Oktober 2015.

16

Sora N, “Pengertian Alat Peraga menurut Para Ahli” dalam www.pengertianku.net diakses
tanggal 19 Oktober 2015.
Wikipedia, “Dialektik” dalam https://id.wikipedia.org diakses tanggal 19 Oktober 2015.

17