2 HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN PRESTAS

2
HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA
PADA SISWA STM
Risa Paskahandriati dan Istiana Kuswardani
Universitas Setia Budi Surakarta

ABSTRAK
Mata pelajaran fisika merupakan mata pelajaran wajib yang diajarkan mulai tingkat
Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA), maupun sekolah
kejuruan, terutama Sekolah Teknik Menengah (STM). Pada kenyataannya, pelajaran yang
merupakan materi wajib bagi siswa ini seringkali dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit
untuk dipahami dan kurang menarik. Sebagai bukti bahwa pelajaran ini dianggap sulit, tampak
pada hasil evaluasi belajar pada nilai rapor untuk pelajaran fisika menunjukkan nilai yang
terendah dibanding dengan pelajaran lain. Selain belajar, ada banyak hal yang juga turut andil
dalam keberhasilan proses pendidikan, salah satu diantaranya adalah dengan menumbuhkan
harga diri individu, yaitu penilaian atau evaluasi seseorang terhadap dirinya sendiri. Harga diri
yang positif merupakan faktor pendukung agar kemampuan individu yang dimiliki dapat
berfungsi secara optimal. Harga diri dibutuhkan untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik.
Prestasi belajar fisika bagi pelajar STM adalah salah satu faktor penting dalam keberhasilan
studinya. Prestasi belajar yang baik, ditunjang oleh harga diri seseorang.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: “Ada hubungan positif antara harga

diri dan prestasi belajar Fisika siswa STM”. Semakin tinggi harga diri, maka semakin tinggi pula
prestasi belajar Fisika. Demikian pula sebaliknya.
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Harga Diri yang terdiri atas
54 butir, prestasi belajar Fisika yang diperoleh dari nilai rapor subjek, dan hasil tes SPM berupa
skor mentah jumlah jawaban benar. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan program
SPS-2000 dengan analisis regresi.
Uji hipotesis dengan menggunakan analisis regresi diperoleh r = -0,069 dengan p0,05 (normal)
2
Prestasi Belajar Fisika
0,7114
(λ) = 5,975
P>0,05 (normal)
Inteligensi
4,7959
(λ)2 = 11,361
P>0,05 (normal)
Sedangkan hasil uji linearitas menunjukkan :
Variabel
F
Harga diri dan prestasi belajar fisika

Fbeda = 1,310
Inteligensi dengan prestasi belajar fisika
Fbeda = 0,765

P
P>0,05 (linier)
P>0,05 (linier)

Uji hipotesis dengan menggunakan analisis regresi diperoleh r = -0,069 dengan p 175,5
148,5 < X < 175,5
121,5 < X < 148,5
94,5 < X < 121,5
X < 94,5

Prestasi belajar Fisika
Kategori
Nilai
Sangat tinggi
X > 10,83
Tinggi

9,16 < X < 10,83
Sedang
7,49< X < 9,16
Rendah
5,82< X < 7,49
Sangat Rendah
X < 5,82
Total

Jumlah Subjek
9
35
18
62

Persentase
14,52 %
56,45 %
29,03 %
0%

0%
100 %

Jumlah Subjek
7
53
2
62

Persentase
0%
0%
11,29 %
85,48 %
3,23 %
100 %

10
Inteligensi
Kategori

Sangat tinggi
Tinggi
Rata-rata
Rendah
Sangat Rendah
Total

Nilai
X > 57,5
51,335 < X < 57,5
42,005 < X < 51,335
35,84 < X < 42,005
X < 35,84

Hasil analisis regresi harga diri dan
prestasi
belajar
fisika
siswa
STM

menunjukkan r = -0,069 dengan p < 0,01.
Artinya, tidak ada hubungan antara harga
diri dengan prestasi belajar fisika. Harga diri
tidak terbukti berkorelasi positif dengan
prestasi belajar fisika. Dengan demikian
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
tidak terbukti.
Dalam suatu penelitian, suatu
hipotesis dapat tidak terbukti dengan
beberapa kemungkinan penyebab, yaitu: 1)
subjek yang tidak sesuai dengan kriteria
penelitian atau jumlah yang terlalu minim
dan tidak ada pembandingnya, 2) alat ukur
yang digunakan kurang dapat mengukur
kriteria yang hendak diukur, 3) faktor
budaya menyebabkan suatu alat ukur yang
diadaptasi dari budaya yang lain tidak
sesuai bagi budaya yang lainnya, atau 4)
variabel lain yang mungkin menjadi
penyebab lain tidak dikontrol dalam

pengambilan data. Dalam penelitian ini, alat
ukur yang digunakan untuk mengukur
prestasi belajar hanya diambil prestasi
belajar fisika, tidak ada pembandingnya
dengan mata pelajaran yang lain. Selain itu,
terdapat beberapa variabel yang diduga ikut
berpengaruh terhadap prestasi belajar fisika
selain harga diri, tetapi tidak dikontrol.
Variabel tersebut seperti: stimulasi yang
diberikan oleh lingkungan atau keluarga,
keadaan sekolah, pergaulan di sekolah
yang homogen, prestasi belajar fisika di
tingkat sebelumnya (SMP), dan tingkat
pendidikan orangtua.
Dalam penelitian menggunakan
analisis regresi, tidak signifikannya suatu
garis regresi dapat disebabkan karena: 1)
secara teoritis antara kriterium dan
prediktornya tidak terdapat korelasi yang
signifikan atau 2) secara teoritis antara

kriterium dan prediktornya terdapat korelasi
yang signifikan, tetapi jumlah kasus yang
diselidiki tidak cukup banyak sehingga tidak
ditemukan korelasi (Hadi, 1982).
Pelajaran
fisika
merupakan
pelajaran yang tidak mudah untuk dipahami,

Jumlah Subjek
1
9
40
12
62

Persentase
1,62 %
14,51 %
64,51 %

19,36 %
0%
100 %

ada kecenderungan nilai rata-rata untuk
pelajaran ini terendah dibandingkan dengan
mata pelajaran yang lain (Nurina, 2004).
Dengan
demikian,
untuk
memberi
pemahaman terhadap siswa didik mengenai
pelajaran ini, peran guru sangat penting.
Dalam memahami suatu pelajaran,
motivasi sangatlah penting. Motivasi untuk
memahami dan menguasai suatu pelajaran
dapat ditingkatkan dengan mengerti tujuan
dan manfaat mengenai apa yang sedang
dipelajari
(DePorter,

2002).
Dengan
mengetahui tujuan dan manfaat belajar
fisika untuk kehidupannya, diharapkan
siswa akan lebih termotivasi belajar dan
meraih prestasi yang lebih baik.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Tidak ada hubungan antara harga
diri dan prestasi belajar Fisika pada siswa
STM. Hipotesis penelitian ini ditolak. Harga
diri subjek penelitian tergolong tinggi,
prestasi belajar fisika rendah, dan
inteligensi rata-rata.
Saran
Untuk meningkatkan prestasi belajar
fisika, dibutuhkan dukungan dari faktor luar
maupun dari dalam. Dukungan dari luar
dapat diberikan dengan peran serta guru

yang secara aktif, kreatif, dan inovatif
mencari metode-metode yang tepat dalam
mengajar fisika. Sedangkan dari dalam,
dibutuhkan motivasi yang kuat pada diri
siswa dalam mempelajari fisika. Motivasi
dapat ditingkatkan dengan mengetahui
tujuan dan manfaat belajar fisika.
Untuk
peneliti
selanjutnya,
diharapkan dapat meneliti dengan subjek
yang lebih banyak dan menghubungkan
antara prestasi belajar fisika dengan
variabel lain yang pengaruhnya lebih kuat
atau lebih besar.

11
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. & Supriyono, W. 2004. Psikologi
Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Ainur, R. 1997. Pengaruh Pelatihan Harga
Diri terhadap Penyesuaian Diri pada
Pemaja. Skripsi. Fakultas Psikologi.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Azwar, S. 1996. Tes Prestasi. Yogyakarta:
Penerbit Liberty.
Berne, P. H. & Savary, L. M. 1998.
Membangun
Harga
Diri
Anak.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Coopersmith, S. 1967. The Antecedents of
Self Esteem. San Fransisco: W. H.
Freeman and Company.
DePorter, B. 2002. Quantum Learning:
Unleashing the Genius in You.
Terjemahan. Bandung: Penerbit Kaifa.
Hadi,

S.
1982.
Analisis
Yogyakarta: Penerbit Andi.

SMU
Phronesis.
Jurnal
Ilmiah
Psikologi Terapan. Vol. 4. No. 7.
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas
Tarumanegara.
Nurina. B. 2004. Sistem Pembelajaran KBK
terhadap Motivasi Belajar para
Peserta Didik pada Bidang Studi
Fisika.
Artikel
(www.pendidikan
network.com).
Pasaribu, I & Simanjuntak, B. 1983. Proses
Belajar Mengajar. Ed. 2. Bandung:
Tarsito.
Purwanto, N. 1987. Psikologi Pendidikan.
Bandung: Tarsito.
Santrock, J. W. 1998. Adolescence. Ed 7.
Boston: McGraw Hill, Inc.
Suryabrata, S. 2002. Psikologi Pendidikan.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Syah, M. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.

Regresi.

Kesler, J. 1997. Tolong! Aku Punya Anak
Remaja. Cet. 3. Jakarta: Gunung
Mulia.

Walgito, B. 1991. Hubungan antara
Persepsi Mengenai Sikap Orangtua
dengan Harga Diri pada Siswa SMU di
Propinsi Jawa Tengah. Disertasi.
Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.

Ling, Y. & Dariyo, A. 2002. Interaksi Sosial
di Sekolah dan Harga Diri Pelajar

Winkel, W. S. 1987. Psikologi Pengajaran.
Jakarta:
PT
Gramedia.