PERTUMBUHAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONO

PERTUMBUHAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI
Dalam GBHN, pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari
pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada
umumnya, indikator untuk mengukur kesejahteraan masyarakat adalah Pendapatan
Nasional/National Income.
Pertumbuhan PDB
Peningkatan National Income
Peningkatan Kesejahteraan rakyat

Namun dalam faktanya, indikator tersebut tidak dapat menunjukkan kondisi
kesejahteraan yang sebenarnya. Bisa saja tingkat pendapatan di suatu negara tinggi, namun
sebagian besar (misalnya lebih dari 50%) dari PN Negara tersebut hanya dinikmati oleh
sebagian kecil (kurang dari 50%) dari penduduknya. Maka dari itu, selain indikator harus
juga dilihat bagaimana distribusi pendapatan di negara tersebut. Semakin pincang
distribusinya, semakin tidak berarti tingkat pendapatan rata-rata perkapita yang tinggi bagi
peningkatan kesejahteraan (Tambunan,2006b).
Jadi, prioritas awal pembangunan ekonomi suatu Negara adalah :
- Pertumbuhan ekonomi
- Distribusi pendapatan
Selain pertumbuhan, proses pembangunan ekonomi juga akan membawa perubahan
struktur ekonomi secara mendasar:

a) Sisi permintaan agregat, pendalaman struktur ekonomi didorong oleh peningkatan
pendapatan yang berpengaruh terhadap selera masyarakat yang terefleksi dalam pola
konsumsinya.
b) Sisi penawaran agregat, faktor pendorong utamanya adalah perubahan/kemajuan
teknologi, peningkatan kualitas SDM, dan penemuan material baru untuk produksi.
1.

Pertumbuhan Ekonomi.
1.

Konsep dan Cara Perhitungan
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi utama atau
suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan
kesejahteraan.

Pertumbuhan ekonomi merupakan penambahan PDB, sehingga terjadi peningkatan
national income.
Peningkatan Jumlah Penduduk
Peningkatan Kebutuhan Konsumsi
Peningkatan Pendapatan


Dari sisi penawaran, peningkatan jumlah penduduk juga membutuhkan peningkatan
kesempatan kerja (sumber pendapatan). Pertumbuhan ekonomi tanpa disertai dengan
peningkatan kesempatan kerja akan mengakibatkan ketimpangan dalam pembagian
dari penambahan pendapatan tersebut, yang selanjutnya akan menciptakan suatu
kondisi pertumbuhan ekonomi dengan peningkatan kemiskinan. Dalam pemahaman
ekonomi makro, pertumbuhan ekonomi adalah penambahan PDB, yang berarti
peningkatan PN.
Pendapatan nasional dapat merujuk pada PDB, PNB atau PNN.
PNB = PDB + F, dimana F = pendapatan netto atas faktor luar negeri
PNN = PNB – D, dimana D = depresiasi
PN = PNN – Ttl, dimana Ttl = pajak tidak langsung neto.
PDB = PN + Ttl + D – F
PN = PDB + F - D - Ttl
Pendekatan dalam pengukuran PDB :
1) Pendekatan Sisi Penawaran Agregat
(1) Pendekatan Produksi
Menurut pendekatan produksi, PDB adalah jumlah nilai output (NO) dari semua
sektor ekonomi atau lapangan usaha.
Biro Pusat Statistik (BPS) membagi ekonomi nasional dalam 9 sektor, yaitu:

 Pertanian
 Pertambangan dan penggalian
 Industri manufaktur

 Listrik, gas, dan air bersih
 Bangunan
 Perdagangan, hotel dan restoran
 Pengangkutan dan komunikasi
 Keuangan, sewa dan jasa perusahaan
 Jasa-jasa

PDB =

∑ NO i

i = 1, 2 ... 9

¿
¿
NO

i
i=1 ,2 ,… 9



(2) Pendekatan Pendapatan
Menurut pendekatan pendapatan, PDB adalah jumlah pendapatan yang diterima
oleh faktor-faktor produksi untuk proses produksi disetiap sektor yg mencakup
gaji untuk tenaga kerja, bunga untuk pemilik modal, sewa untuk pemilik tanah,
dan profit untuk pengusaha. Semua pendapatan ini dihitung sebelum dipotong
pajak dan mencakup penyusutan.

PDB = NTB1 + NTB2 + … + NTB9
NTB= nilai tambah bruto 9 sektor
2) Pendekatan Sisi Permintaan Agregat
Pendekatan Pengeluaran
Menurut pendekatan pengeluaran, PDB adalah jumlah semua komponen dari
permintaan akhir, yaitu pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta
yang tidak berorientasi pada profit atau laba (C), pembentukan modal tetap
domestik bruto, termasuk perubahan stok (I), pengeluaran konsumsi pemerintah

(G), ekspor (X), dan impor (M).

PDB=C + I + G + X – M
2. Sumber Pertumbuhan
1) Permintaan agregat

Dari sisi permintaan agregat, peningkatannya di dalam ekonomi bisa terjadi karena
PN, yang terdiri atas permintaan masyarakat (konsumen), perusahaan, dan
pemerintah meningkat. Sisi permintaan agregat (penggunaan PDB) terdiri dari 4
komponen, yaitu :
- konsumsi rumah tangga
- investasi
- konsumsi/pengeluaran pemerintah
- ekspor netto (ekspor b/j dikurangi impor b/j)

Y =C + I + G + X - M
C = cY + Ca
I = -ir + Ia
G = Ga, Pengeluaran pemerintah berifat otonom, besar kecilnya tidak ditentukan oleh
faktor dalam model, tapi oleh factor lain spt politik.

X = Xa, pertumbuhan ekspor ditentukan oleh faktor eksternal
M = mY +Ma
2) Penawaran agregat
Dari sisi penawaran agregat, pertumbuhan output bisa disebabkan oleh peningkatan
volume dari faktor-faktor produksi yang digunakan, seperti tenaga kerja, modal,tanah
dan energi. Pertumbuhan output juga bisa didorong oleh peningkatan produktivitas
dari faktor-faktor tersebut.

Q = f (X1, X2, .. Xn), dimana X = FP
3. Teori dan Model Pertumbuhan
1) Teori Klasik
Dasar pemikiran dari teori klasik adalah pembangunan ekonomi dilandasi oleh
sistem liberal,yang mana pertumbuhan ekonomi dipacu oleh semangat untuk
mendapatkan keuntungan maksimal. Jika keuntungan meningkat, tabungan akan
meningkat,dan investasi juga akan bertambah. Hal ini akan meningkatkan stok modal
modal yang ada. Skala produksi meningkat dan meningkatkkan permintaan terhadap
tenaga kerja sehingga tingkat upah juga meningkat.

Menurut pemikiran klasik,pada kondisi seperti ini perekonomian mengalami
tingkat kejenuhan atau keadaan stasioner. Beberapa teori klasik tersebut antara lain

sebagai berikut:
a) Teori Pertumbuhan Adam Smith
Di dalam teori ini,ada tiga faktor penentu proses produksi /pertumbuhan yaitu
SDA,SDM,dan barang modal.
b) Teori Pertumbuhan David Ricardo
Menurut teori ini,pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh SDA (dalam arti
tanah) yang terbatas jumlahnya, dan jumlah penduduk yang menghasilkan jumlah
tenga kerja yang menyesuaikan diri dengan tingkat upah,di atas atau di bawah
tingkat upah alamiah (atau minimal).
Adanya perubahan teknologi yang selalu terjadi,yang membuat meningkatnya
produktivitas tenaga kerja dan memperlambat proses dimishing return
kemerosotan tingkat upah dan keuntungan kearah tingkat minimumnya. Dan juga
melihat pertanian sebagai sektor utama sebagai motor penggerak pertumbuhan
ekonomi.
c) Teori Pertumbuhan dari Thomas Robert Malthus
Menurut teori ini ,ukuran keberhasilan pembangunan suatu perekonomian
adalah kesejahteraan Negara,yaitu jika PNB potensialnya meningkat. Memiliki
sektor yang dominan adalah pertanian dan industri dan juga memiiki dua
kelompok faktor sangat menentukan pertumbuhan,yaitu faktor-faktor ekonomi
seperti tanah,tenaga kerja,modal,dan organisasi;dan faktor-faktor non ekonomi

seperti keamanan atas kekayaan,konstitusi dan hokum yang pasti,etos kerja dan
disiplin pekerja yang tinggi.
d) Teori Marx
Marx membuat lima tahapan perkembangan sebuah perekonomian yaitu;
 Perekonomian komunal primitive
 Perekonomian perbudakan
 Perekonomian feudal
 Perekonomian kapitalis
 Perekonomian sosialis

Jika dirangkum teori-teori klasik ini,maka ada dua hal penting yang membedakannya
dengan teori-teori lainnya yang muncul setelah itu,yaitu:
a. Faktor-faktor produksi utama adalah tenaga kerja,tanah,dan modal.
b. Peran teknologi dan ilmu pengetahuan serta peningkatan kualitas dari tenga kerja
dan dari input-input produksi lainnya terhadap pertumbuhan output tidak mendapat
perhatian secara ekplisit,atau dianggap kontan.
2) Teori neo – Keynesian
Model pertumbuhan yang masuk di dalam kelompok teori neo-Keynesian adalah
model dari Harrod dan Domar yang mencoba memperluas teori Keynes,mengenai
keseimbangan pertumbuhan ekonomi dalam perspektif jangka panjang dengan

melihat pengaruh dari investasi, baik pada permintaan agregat maupun pada
perluasan kapasitas produksi atau penawaran agregat ,yang pada akhirnya akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Model dari Domar ebih memfokuskan pada
laju pertumbuhan investasi (∆I/I).
Sedangkan penekanan dari model Harrod lebih pada pertumbuhan Y jangka
panjang. Di dalam modelnya,laju pertumbuhan keseimbangan (disebut:warranted
growth) yang membuat besarnya S yang direncanakan ditetapkan selalu sama dengan
besarnya I yang direncanakan.
·
3) Teori Neo-Klasik
Pemikiran dari teori neo–kasik didasarkan pada kritik atas kelemahan –
kelemahan atau penyempurnaan terhadap pandangan /asumsi dari teori klasik.
Beberapa model neo-klasik antara lain sebagai berikut:
a) Model Pertumbuhan A. Lewis
Model ini dikenal dengan sebutan suplai tenaga kerja yang tidak terbatas
Dalam model ini, pertumbuhan ekonomi terjadi karena pertumbuhan industri
dengan proses akumulasi modal yang pesat,

sedangkan di pertanian


pertumbuhannya relatif rendah dengan akumulasi kapital yang rendah sekali.
Keunggulan komparatif di sektor industri adalah upah buruh yang murah
dikarenakan suplai tenaga kerja yang berlimpah dari pertanian. Akibat terlalu
banyaknya tenaga kerja dipertanian membuat rendah marginal produktivitas tenga

kerja di sektor tersebut, sehingga perpindahan tenaga kerja dari pertanian ke
industri tidak sampai mangakibatkan turunnya produksi di pertanian.
b) Model Pertumbuhan Paul A. Baran
Model ini dikenal sebagai teori pertumbuhan dan stagnasi ekonomi.
Pemikirannya sering disebut sebagai tesis neo-Marxis, karena ia menolak
pemikiran Marxis yang menyatakan bahwa NB akan maju seperti di Eropa karena
sentuhannya dengan negara-negar maju (NM) atau negara-negara kapitas.
Sedangkan Baran berpendapat bahwa akibat pengaruh dari NM,ekonomi NB akan
menjadi buruk. Menurut Baran, proses kapitaisme di NB berbeda dengan yang
terjadi di NM.
c) Model Ketergantungan Neo-Kolonial
Dasar dari pemikiran model ini adalah pembangunan ekonomi di NB sangat
tergantung pada NM,terutama dalam investasi langsung (PMA) dan impor
barang-barang industri . Pekerja-pekerja di negara berkembang dipekerjakan
sebagai buruh di perusahaan-perusahaan asing yang berlokasi di negara

berkembang disektor pertanian dan pertambangan ,sementara semua kebutuhan
produk-produk manufaktur ,mulai dari barang-barang konsumsi hingga peralatan
dan mesin industri diimpor di negara maju. Ini membuat negara berkembang
hanya bisa berspesialisasi di produk-produk primer yang nilai tambahnya rendah,
sedangkan

negara

maju

berspesialisasi

dalam

produksi

industri

yang

menghasilkan nilai tambah besar.
d) Model Pertumbuhan W.W Rostow
Menurut Rostow,pembangunan ekonomi dimanapun juga merupakan proses
yang bergerak dalam sebuah garis lurus,yaitu dari masyarakat terbelaka ke
masyarakat maju.
e) Model Pertumbuhan Solow
Model pertumbuhan Solow adalah penyempurnaan model pertumbuhan
Harrod-Domar. Dalam model Solow,proporsi faktor produksi diasumsikan dapat
berubah (jumlah kapital dan tenaga kerja atau rasio dari kedua faktor ini dalam
sebuah proses produksi /produk tidak harus konstan, atau bisa saling
mensubsitusi) dan tingkat upah tenaga kerja dan suku bunga juga bisa berubah.

4) Teori Modern
Dalam teori modern ini, faktor-faktor produksi yang krusial tidak hanya
banyaknya tenaga kerja dan modal, tetapi juga kualitas SDM dan kemajuan teknologi
(yang terkandung di dalam barang modal atau mesin), energi, kewirausahaan, bahan
baku, dan material. Bahkan,dalam era globalisasi dan perdagangan bebas dunia saat
ini, kualitas SDM dan teknologi merupakan dua faktor dalam satu paket yang
menjadi penentu utama keberhasilan suatu bangsa dan negara. Selain itu, faktorfaktor lain yang oleh teori modern juga dianggap sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi adalah ketersedian dan kondisi infrastruktur, hukum, serta
peraturan, stabilias politik, kebijakan pemerintah, birokrasi, dan dasar tukar
internasional.
Salah satu asumsi penting dari teori modern ini adalah sifat keberadaan teknologi
yang tidak lagi eksogen, tetapi merupakan salah satu faktor produksi yang dinamis.
Demikian juga faktor manusia tenaga kerja di dalam fungsi faktor produksi tidak lagi
merupakan suatu faktor yang eksogen, tetapi bisa ‘berkembang’mengikuti
perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan . Kemajuan iptek serta SDM menjadi
sumber-sumber penting pertumbuhan, yang efeknya lewat peningkatan produktivitas
dari input-input yang digunakan dalam proses produksi.

4. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Sejak Orde Baru hingga Pasca Krisis
Melihat kondisi pembangunan ekonomi Indonesia selama pemerintahan orde
baru (sebelum krisis ekonomi 1997/98) dapat dikatakan bahwa indonesia telah
mengalami suatu proses pembangunan ekonomi yang spektakuler, paling tidak pada
tingkat makro (agregat). Keberhasilan ini dianggap banyak kalangan sebagai prestasi
paling besar dari pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden
Soeharto. Bahkan, pencapaian yang cemerlang ini membuat Bank Dunia menobatkan
Indonesia sebagai “Macan Asia” baru.
Keberhasilan ini dapat diukur dengan sejumlah indikator ekonomi makro.
Pada tahun 1968 PN perkapital masih sangat rendah, hanya sekitar US $60. Tingkat
ini jauh lebih rendah dibandingkan PN dari NSB lain pada saat itu, seperti India, Sri
Langka, dan Pakistan. Namun sejak Pelita 1 dimulai PN Indonesia per kapital
mengalami peningkatan yang relatif tinggi setiap tahun dan pada akhir dekade 1980-

an telah mendekati US $500 dan mendekati US $800 pada tahun 1993. Hal ini
disebabkan oleh pertumbuhan PDB rata-rata per tahun juga tinggi sekitar 7%-8%
selama 1970-an dan turun ke 3%-4% pertahun selama 1980-an.
Resesi ekonomi dunia (penurunan aktivitas ekonomi dunia/penurunan PDB)
yang terutama disebabkan oleh rendahnya laju pertumbuhan PDB atau PN di NM,
yang secara bersamaan mendominasi perdagangan dunia, mengakibatkan lemahnya
permintaan dunia terhadap barang-barang ekspor dari Indonesia, yang selanjutnya
dapat menyebabkan defisit saldo neraca perdagangan. Dampak negatif dari resesi
ekonomi dunia tahun 1982 terhadap perekonomian indonesia terutama terasa dalam
laju pertumbuhan ekonomi yang selama 1982-1988 jauh lebih rendah dibandingkan
periode sebelumnya
Selama pertengahan pertama 1990-an, rata-rata pertumbuhan pertahun antara
7,3% hingga 8,2% membuat Indonesia termasuk negara ASEAN dengan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang
tinggi tersebut, rata-rata pendapatan (diukur dengan PNB) per kapita di indonesia
naik pesat setiap tahun, yang pada tahun 1993 dalam dollar AS sudah melewati angka
800. Namun akibat krisis, pendapatan perkapital indonesia menurun drastis. Antara
tahun 1990 hingga setahun menjelang kerisis ekonomi, ekonomi Indonesia tumbuh
rata-rata pertahun di atas 8%. Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin
membaik setelah 1998 juga tercermin pada peningkatan PDB per kapita. Pada saat
krisis ekonomi mencapai klimaksnya, PDB perkapita atas dasar harga berlaku
tercatat sekitar 4,8 juta rupiah. Tahun 1999 PDB perkapita naik menjadi 5,4 juta dan
terus berlangsung hingga mencapai sekitar 10,6 juta rupiah tahun 2004.
Pengaruh Resesi Dunia terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia
Resesi Ekonomi Dunia Permintaan Ekspor Dunia dari Indonesia
(Turun)

Saldo Neraca perdagangan
(negative)
Saldo BOP
(negative)

Cadangan Devisa
(negative)

Volume Produksi DN
(Turun)

Pertumbuhan GDP
(Turun)

Kapasitas Produksi DN Pendapatan Perkapita
(Turun)
(Turun)

Volume Impor
(Turun)

Dari uraian diatas, dapat disipulkan bahwa faktor penentu pertumbuhan ekonomi
yaitu:
(1) Faktor internal terdiri dari faktor ekonomi (pengendalian terhadap inflasi,
cadangan devisa, rasio utang LN terhadap PDB, dan kondisi perbankan, serta
kesiapan dunia usaha) dan non ekonomi (politik, social dan keamanan).
(2) Faktor eksternal adalah faktor-faktor ekonomi yang mencakup perdagangan
internasional dan pertumbuhan ekonomi dunia.

B. Perubahan Struktur Ekonomi
Pembangunan ekonomi jangka panjang (PDB/PN) akan merubah struktur ekonomi
dari ekonomi tradisional (pertanian) menuju ekonomi modern (non-primer/industri)
terutama industri manufaktur dengan increasing return to scale, yaitu relasi positif
antara pertumbuhan output dan pertumbuhan produktivitas.
Semakin cepat pertumbuhan ekonomi, semakin meningkat pendapatan perkapita,
semakin cepat perubahan struktur ekonomi. Perubahan struktur ekonomi/transformasi
struktural merupakan serangkaian perubahan yang saling terkait satu dengan lainnya
dalam permintaan, penawaran dan perdagangan LN untuk mendukung pembangunan
dan pertumbuhan ekonomi.

1. Teori Perubahan Struktur Ekonomi
a. Teori Arthur Lewis (Teori migrasi)
Teori ini membahas pembangunan di pedesaan (perekonomian tradisional dengan
pertanian sebagai sektor utama) dan perkotaan (perekonomian modern dengan
industri sebagai sektor utama).
Di pedesaan tingkat pertumbuhan penduduk sangat tinggi, sehingga kelebihan
supply TK dan tingkat hidup yang subsisten, sehingga produk marjinalnya yang
bernilai nol dengan upah yang rendah. Produk marjinal = 0 berarti fungsi produksi
sektor pertanian telah optimal. Dan jika jumlah TK > dari titik optimal, maka
produktivitas menurun dan upah menurun. Dalam kondisi seperti ini, mengurangi
jumlah TK yang terlalu banyak dibandingkan tanah dan kapital tidak merubah jumlah
outputnya.

Diperkotaan, sektor industri kekurangan TK, sehingga produktivitas TK menjadi
tinggi dan nilai produk marjinalnya positif yang menunjukkan fungsi produksinya
belum mencapai titik optimal, sehingga upahnya juga tinggi.
Perbedaan upah ini menyebabkan migrasi/urbanisasi TK dari desa ke kota,
sehingga upah TK meningkat dan akhirnya pendapatan Negara meningkat.
Pendapatan yang meningkat akan meningkatkan permintaan makanan (output
meningkat) dan dalam jangka panjang perekonomian pedesaan tumbuh dan
permintaan produk industri dan jasa meningkat yang menjadi motor utama
pertumbuhan output dan diversifikasi produk non pertanian.
b. Teori Hollis Chenery (Teori Pola Pembangunan)
Teori ini memfokuskan pada perubahan struktur ekonomi di Negara Berkembang
yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional ke sektor industri sebagai
penggerak utama pertumbuhan ekonomi.
Penelitian Chenery menunjukkan peningkatan pendapatan perkapita merubah:
 pola konsumsi makanan dan kebutuhan pokok ke produk manufaktur dan jasa,
 akumulasi modal secara fisik dan SDM,
 perkembangan kota dan industri
 penurunan laju pertumbuhan penduduk
 ukuran keluarga yang kecil
 sektor ekonomi didominasi oleh sektor non primer terutama industri.
Chenery menyatakan bahwa proses transformasi struktural dapat dipercepat jika
pergeseran pola permintaan domestic kearah produk manufaktur dan diperkuat
dengan ekspor.

Yi = Di + (Xi-Mi) +
Dimana

∑Y

ij

Yi= output bruto industri manufaktur
Di= permintaan domestik untuk konsumsi
X-M = perdagangan netto (ekspor-impor)
Yij= penggunaan produk perusahaan menufaktur sebagai input

Kenaikan produksi sektor manufaktur merupakan kontribusi 4 faktor:
 Kenaikan permintaan domestik
 Peningkatan ekspor
 Substitusi impor
 Perubahan teknologi
Kelompok Negara Berkembang mengalami proses transisi ekonomi yang pesat
dengan pola dan proses yang berbeda-beda sebagai akibat dari perbedaan antar
negara:
(1) Kondisi dan struktur awal ekonomi DN (memiliki industri dasar atau tidak)
(2) Besar pasar DN (tergantung pada pertumbuhan penduduk)
(3) Pola distribusi pendapatan (merata atau tidak)
(4) Karakteristik industrialisasi (strategi pembangunan industri apakah ada industri
yang diunggulkan)
(5) Keberadaan SDA (keberadaan kualitas dan kuantitas SDA)
(6) Kebijakan perdagangan LN (kebijakan tertutup/protektif indystri DN atau
terbuka/promosi ekspor).

2. Perubahan Struktur Ekonomi Indonesia
Sejak awal pemerintahan Orde Baru hingga sekarang, proses perubahan
struktur ekonomi Indonesia cukup pesat. Pada tahun 1970, Nilai Tambah Bruto dari
sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan menyumbang sekitar 45%
pada pembentukan PDB, pada dekade 1990-an hanya sekitar 16%-20%, dan tahun
2006 hanya sekitar 12,9%. Sedangkan sumbangan output dari industri pengolahan
(menufaktur) terhadap pembentukan PDB pada tahun 2006 sekotar 28%. Hal ini jelas
mencerminkan bahwa ekonomi nasional telah mengalami suatu perubahan secara
struktural dalam 3 dekade belakangan ini. Data terakhir pada triwulan II 2010,
struktur PDB Indonesia masih didominasi oleh sektor industri manufaktur, sektor
pertanian, dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran.

Distribusi PDB atas Harga Berlaku menurut Sektor, 2003-2010 (%)

Triwulan II

Sektor

2010

Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan

15,3

Pertambangan dan penggalian

11,4

Industri pengolahan

26,4

Listrik, air dan gas

0,1

Konstruksi

9,9

Perdagangan, hotel dan restoran

13,4

Transportasi dan komunikasi

6,3

Keuangan, penyewaan dan jasa-jasa bisnis

7,0

Jasa lainnya

10,2

PDB

100,0

PDB non migas

91,9

Semakin kecil pangsa PDB dari sektor pertanian, bukan berarti volume
produksi di sektor pertanian berkurang setiap tahun. Penurunan tersebut disebabkan
oleh laju pertumbuhan output di sektor pertanian relatif lebih rendah dibandingkan
dengan laju pertumbuhan output di sektor industri. Untuk lebih jelasnya, perhatikan
grafik Laju Pertumbuhan Output Pertanian dan Industri, 2003 - 2006 berikut.
10
8
6

Industri
Pertanian

4
2
0
2003

2004

2005

2006

Dalam grafik diatas, tingkat pertumbuhan output di sektor pertanian setiap
tahunnya lebih rendah dibandingkan dengan industri manufaktur. Hal ini disebabkan
karna barang-barang manufaktur memiliki elastisitas pendapatan dari permintaan
positif dan lebih besar dari 1, sedangkan komoditas pertanian memiliki elastisitas
dengan nilai kurang dari 1 atau bahkan mendekati 0. Ini artinya, jika seseorang
semakin kaya ia akan membeli lebih banyak barang-barang mewah seperti mobil,

rumah atau barang-barang elektronik dari pada menambah pembelian beras, daging,
atau sayuran.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan ada beberapa faktor yang menentukan
terjadinya perubahan struktur ekonomi antara lain :
(1) Produktivitas tenaga kerja per sektor secara keseluruhan
(2) Adanya modernisasi dalam proses peningkatan nilai tambah dari bahan baku,
barang setengah jadi dan barang jadi
(3) Kreativitas dan penerapan teknologi yang disertai kemampuan untuk memperluas
pasar produk/jasa yang dihasilkannya
(4) Kebijakan pemerintah yang mendorong pertumbuhan dan pengembangan sektor
dan komoditi unggulan
(5) Ketersediaan infrastruktur yang menentukan kelancaran aliran distribusi barang
dan jasa serta mendukung proses produksi
(6) Semangat masyarakat untuk berwirausaha dan melakukan investasi secara terusmenerus
(7) Adanya pusat-pusat pertumbuhan baru yang muncul dalam wilayah daerah
(8) Terbukanya perdagangan luar daerah dan luar negeri melalui ekspor-impor

Sumber :
Prof. Dr. Tulus T.H. Tambunan (2011), “Perekonomian Indonesia”, Ghalia Indonesia
http://syariah99.blogspot.com/2013/06/pertumbuhan-ekonomi-perubahan-struktur.html