MEKANISME DAN HUBUNGAN HUKUM ANTARA PIHA

MEKANISME DAN HUBUNGAN HUKUM ANTARA PIHAKPIHAK YANG TERLIBAT DALAM L/C (LETTER OF
CREDIT)
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas pra-uts dari mata kuliah
Perdagangan Internasional.

Nama: Resti Ayu Wulandari
NPM: 13.100.113
Kelas: DDT-1/13

POLITEKNIK PIKSI GANESHA BANDUNG
Th. 2015-2016

PENDAHULUAN

I.

Judul :
“MEKANISME DARI PIHAK-PIHAK YANG TERLIBAT DALAM L/C
(LETTER OF CREDIT)”

II.


Pokok Masalah :
1. Penjelasan mengenai hubungan hukum antara para pihak dengan transaksi
L/C.
2. Mengetahui pihak-pihak yang berperan.
3. Alasan pihak-pihak L/C dapat berperan penting.
4. Mekanisme dalam penerbitan L/C.

III.

Identifikasi Masalah :
1. Apa saja hubungan hukum antara para pihak dengan Transaksi L/C?
2. Siapa saja yang terlibat di L/C dalam transaksi Perdagangan Internasional?
3. Mengapa pihak-pihak L/C dapat berperan penting?
4. Bagaimana mekanisme penerbitan L/C?

2

MEKANISME DARI PIHAK-PIHAK YANG TERLIBAT
DALAM L/C (LETTER OF CREDIT)


I.

Pengertian Letter of Credit (L/C)
Letter of credit adalah suatu surat pernyataan yang dikeluarkan oleh issuing
bank

atas

permintaan

pembeli/importer

yang

ditunjukkan

kepada

penjual/eksportir/beneficiary melalui advising/conforming bank dengan menyatakan

bahwa issuing bank akan membayar sejumlah uang tertentu apabila syarat-syarat yang
ditetapkan dalam L/C tersebut dipenuhi.
Letter of credit merupakan jasa bank yang diberikan kepada masyarakat untuk
memperlancar atau mempermudah pelayanan arus barang. Baik arus barang dalam
negeri (antarpulau) maupun arus barang antarnegara (eskpor-impor).
Pada prinsipnya, Letter of credit merupakan suatu pernyataan dari bank atas
permintaan nasabah yaitu importir untuk menyediakan dan membayar sejumlah uang
tertentu untuk kepentingan pihak ketiga yaitu penerima L/C atau eksportir. Letter of
credit biasa juga disebut dengan kredit berdokumen atau documentary credit.
Fungsi dari Letter of credit ini adalah untuk menampung dan menyelesaikan
kesulitan atau kendala dari pihak importir sebagai pembeli maupun pihak eksportir
sebagai penjual. Dengan demikian, Letter of credit menjadi jaminan atau kepastian
atas kelancaran pembayaran dan pengriman barang yang sesuai dengan kesepakatan
yang telah dibuat oleh eksportir dan importir.
Metoda ini memberikan keuntungan, baik kepada eksportir maupun importir.
Eksportir dijamin akan menerima pembayaran, jika mampu menunjukkan dokumen
pengiriman barang yang sesuai dengan tertera dalam L/C. Bank berkewajiban
memeriksa kelengkapan dokumen yang tercatat dalam L/C, tetapi tidak bertanggung
jawab terhadap kondisi fisik barang.
Dokumen L/C tidak menjamin importir menerima barang sesuai dengan yang

dipesan. Bank hanya bertanggung jawab dalam pemrosesan dan penelitian dokumen
3

barang. Jika eksportir telah menyerahkan dokumen kepada bank dan cocok dengan isi
dokumen L/C, maka bank akan membayar eksportir sebesar nilai faktur atau invoicenya

II.

Pihak-pihak yang terlibat di dalam L/C
Pihak-pihak yang terlibat dalam L/C secara langsung:

1. Pembeli
Pembeli disini dapat disebut sebagai Importir/Applicant/Account party,
Accountee /Buyer. Pihak pembeli ini juga adalah pihak yang
melakukan

pembukaan

L/C


dari

bank.

Kredibilitasnya

harus

memuaskan dalam pertimbangan-pertimbangan bank.
2. Penjual
Penjual disebut juga beneficiary/party to be paid/ exporter/seller/shipper. Pihak ini
adalah pihak yang menujukan kepada siapa L/C diterbitkan/diperuntukkan. Pihak
yang memenuhi syarat L/C yang diterima dan menyerahkan dokumen-dokumen
kepada bank pembayar.
3. Bank Pembuka (Penerbit) L/C / Issuing Bank
Bank Pembuka (Penerbit) L/C disebut juga opening bank/issuing bank/importer’s
bank. Bank pembeli yang membuka atau menerbitkan L/C kepada beneficiary,
biasanya melalui perantaraan bank di negara beneficiary. Fungsi Bank Pembuka L/C,
antara lain:
a. Yang memeriksa dokumen-dokumen untuk memastikan kecocokannya dengan syaratsyarat L/C.

b. Yang mengatur pembiayaan transaksi bilamana diminta.
c. Yang melepaskan dokumen L/C kepada pembeli dan meminta pembayaran dari
rekening pembeli.
Berikut ini adalah langkah langkah cara pembukaan L/C:
1) Ketentuan legalitas
Untuk dapat membuka L/C, applicant (importir) harus memiliki :


Angka Pengenal Impor (API) ==> Boleh berupa: API definitif, API Sementara
(APIS) yang berlaku selama 2 tahun, API Terbatas (APIT) untuk PMDN atau
4

PMA, APIS/ API Umum untuk kegiatan usaha perdagangan impor yang bertujuan
untuk dijual kembali, APIS/ API Produsen untuk kegiatan usaha industri atau
produksi yang memerlukan bahan baku dari luar negeri;


Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP);




Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);



Tanda Daftar Perusahaan (TDP);



Legalitas perusahaan lainnya;



Mempunyai hubungan dagang atau kontrak dengan pihak di luar negeri. Dalam hal
ini, importir telah membuat sales contract dengan eksportir

2) Jaminan (Collateral)
Pembukaan L/C akan menimbulkan kewajiban bagi issuing bank untuk
melakukan pembayaran kepada eksportir (beneficiary), karena issuing bank
mengambil alih kewajiban importir untuk membayar barang yang dikirim

eksportir.
Untuk itu issuing bank akan meminta jaminan pembukaan L/C dari importir
yang berupa setoran “Marginal Deposit/ MD”. Besarnya setoran MD yang harus
disetor importir dibedakan berdasarkan ada atau tidaknya fasilitas impor yang
didapat importir dari banknya.
-

Tanpa fasilitas : Importir diwajibkan menyetorkan MD sebesar 100% (full cover)
dari nilai L/C yang akan dibuka dalam mata uang yang sama dengan L/C. Setoran
MD boleh berupa setoran efektif, saldo diblokir di rekening giro, atau deposito
yang diblokir.

-

Dengan fasilitas : Dengan mendapat fasilitas impor dari banknya, importir
dimungkinkan berkewajiban menyetorkan MD tidak secara full cover, melainkan
hanya 10 atau 20 persen, tergantung dari klausul perjanjian kredit yang diberikan.
5

Di sini, risiko atas importir diambil alih bank setelah –tentu saja- melalui tahapan

analisis kredit.

3) Aplikasi L/C
Aplikasi merupakan perintah dari importir kepada bank untuk membuka
L/C berdasarkan kesepakatan dengan eksportir yang dituangkan dalam kontrak
(sales contract). Aplikasi pembukaan L/C mempunyai fungsi sebagai:


Instruksi

untuk

melaksanakan

sales

contract.

Karenanya,


aplikasi

L/C

mencerminkan isi sales contract, namun tidak berkaitan dengan kontrak.


Permintaan dan instruksi applicant kepada banknya (issuing bank) untuk
menerbitkan L/C dengan syarat dan ketentuan yang dimintanya.



Kontrak antara applicant dengan issuing bank.



Permintaan kepada issuing bank untuk bertindak mewakili kewajiban membayar
kepada eksportir (beneficiary). Dalam hal ini yang dibayar adalah dokumen, bukan
barang.




Sepanjang L/C telah diterbitkan atas dasar aplikasi L/C, maka aplikasi L/C
dimaksud tidak dapat dibatalkan secara sepihak oleh applicant.



Data pada formulir aplikasi pembukaan L/C
Aplikasi L/C berisi item dan klausul yang diadopsi dari sales contract. Pada
gilirannya, data pada aplikasi itu akan dituangkan dalam klausul-klausul L/C. Data
pada aplikasi umumnya mencakup item-item sebagai berikut:

1. Bentuk L/C (harus ‘irrevocable’ atau tidak dapat dibatalkan sepihak);
6

2. Nama dan alamat eksportir (beneficiary atau penerima jaminan);
3. Nilai dan jenis valuta dalam L/C;
4. Cara pembayaran L/C (by payment, negotiation, acceptance, atau deferred
payment);
5. Tenor (at sight atau usance) dan atas nama siapa wesel (draft) akan ditarik;
6. Deskripsi barang, perincian jumlah/ unit, dan harga per unit;
7. Syarat penyerahan barang (terms of delivery) => FOB, CFR, CIF, dll;
8. Dokumen yang diminta beserta rincian rangkapnya (asli dan copy);
9. Nama pelabuhan muat dan pelabuhan tujuan;
10. Pengiriman barang sebagian (partial shipment) dan pindah kapal (transhipment)
diperbolehkan atau tidak;
11. Tanggal terakhir pengiriman;
12. Tanggal dan tempat jatuh tempo L/C;
13. Tanggal terakhir penyerahan dokumen kepada bank yang dikuasakan untuk
memperoleh kepastian pembayaran (latest presentation document);
14. Apakah L/C dapat dialihkan (transferable);
15. Jenis sarana komunikasi yang digunakan untuk mengadviskan L/C yang akan
dibuka (by mail, telex, atau SWIFT);
16. Lain-lain yang bersifat khusus.
4) Issuing Bank
Issuing bank (Opening Bank) adalah bank pembuka (penerbit) L/C.
Sebelum L/C dibuka, hal-hal yang harus dipastikan oleh issuing bank adalah:

7



Importir telah mendapatkan fasilitas impor, bila tidak harus menyetorkan MD
sebesar 100% dari nilai L/C yang dibuka (full cover).



Barang yang diimpor applicant tidak termasuk barang yang dilarang



Aplikasi telah ditandatangani oleh pejabat perusahaan yang berwenang (authorized
person) dengan tanda tangan yang cocok dengan specimen pada issuing bank.



Izin impor applicant masih berlaku (valid)
Jika hal-hal di atas telah dipenuhi applicant, maka issuing bank siap
menerbitkan L/C yang dimaksud. Dengan begitu, issuing bank telah berkomitmen
untuk:

 Mengambil alih kewajiban membayar dari applicant. Beneficiary atau kuasanya
hanya dapat meminta pembayaran kepada issuing bank, bukan kepada applicant.
 Melakukan pembayaran dengan bilamana dokumen yang diterima dari beneficiary
memenuhi syarat dan ketentuan L/C, atau atas dasar persetujuan applicant.
L/C dapat dibuka menggunakan berbagai sarana, antara lain surat (mail),
telex, maupun SOCIETY OF WORLDWIDE INTERBANK FINANCIAL
TELECOMMUNICATION (SWIFT). Namun SWIFT yang paling banyak
digunakan karena praktis dan memiliki tingkat keamanan yang relatif lebih
terjamin dan pelaksanaannya biasa memakai Message Type (MT).700 (Issue of a
Documentary Credit).
4. Bank Penerus L/C
Bank penerus (Advising bank/seller’s bank/correspondent bank). Bank ini melakukan
penegasan (confirming), terhadap keaslian dan kelengkapan dokumen letter of credit.
Bank ini secara umum bertugas menginformasikan kepada pihak penjual bahwa ada
letter of credit yang ditunjukkan pada pihak penjual, dan telah diperiksa keasliannya.
5. Bank menegaskan penjamin pembayaran atas L/C (Confirming Bank)
Bank yang memberikan konfirmasi atau jaminan kepada Beneficiary apabila Issuing
Bank tidak melakukan pembayaran sebagaimana yang diperjanjikan dalam L/C.

8

6. Bank Pembayar (Paying Bank)
Bank ini terdapat di negara eksportir, di mana disebutkan dalam letter of credit
sebagai pihak yang akan melakukan pembayaran kepada pihak eksportir (sering
disebut “beneficiary”), jika persyaratannya telah dipenuhi seluruhnya.
7. Bank Negosiasi (Negotiating Bank)
Bank menegoisasi atau disebut juga negotiating bank adalah bank yang menyetujui
untuk membeli wesel (draft) dari beneficiary/eksportir.
8. Bank Pengganti (Reimbursing Bank)
Bank yang diminta mengganti pembayaran (me-reimburse) atau disebut juga
Reimbursing Bank . Bilamana antarabank eksportir dan bank importir tidak ada
hubungan rekening, maka untuk penyelesaian pembayarannya biasanya ditunjuk bank
ketiga.
Pihak-Pihak yang terlibat dalam L/C secara tidak langsung:
1. Carrier
Carrier

adalah

pengangkut

barang

yang

dikirim

(Perusahaan

Pelayaran/Penerbangan) untuk dibeberapa negara dengan perbatasan darat bisa juga
perusahaan angkutan darat seperti truk, kereta dan lainnya).
Perusahaan pelayaran/pengapalan. Perusahaan ini menerima barang-barang
dagang dari shipper/eksportir/freight forwarder dan mengatur pengangkutan barangbarang tersebut dan menerbitkan Bill of Lading (B/L) atau surat bukti muat kapal.

2. Bea dan Cukai (Pabean)
Bagi importir, instansi ini bertindak sebagai agen dan akan memberikan izin
untuk pelepasan barang-barang bilamana dokumen B/L menunjukkan telah dilakukan
pembayaran.
Bagi eksportir, instansi ini akan meneliti dokumen serta pembayaran pajak dan
memberikan izin barang untuk dimuat di kapal.
Bea ini dibagi jadi dua yaitu:
9

a.

Bea masuk pungutan negara berdasarkan undang-undang pabean yang dikenakan
terhadap barang yang diimpor. jadi setiap barang yang diimpor dari luar negeri
itu selain kita mbayar harga barang sama ongkos kirimnya kita juga harus mbayar
ke negara, berupa bea masuk itu untuk besarnya bea masuk sendiri beda beda tiap
barang;

b.

Bea keluar pungutan negara yang dikenakan terhadap barang yang diekspor tapi
buat barang ekspor ini, hanya beberapa aja yang kena bea keluar/bea ekspor.
Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang

tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik yang ditetapkan dalam undang-undang
cukai.
Karakteristik yang dimaksud adalah:
a.

Konsumsinya perlu dikendalikan;

b.

Peredarannya perlu diawasi;

c.

Pemakaiannya dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat atau
lingkungan hidup; atau

d.

Pemakaiannya perlu pembebanan pungutan negara demi keadilan dan
keseimbangan
Jadi intinya cukai itu pajak yang ditarik buat barang barang yang punya empat

karakter diatas. Di Indonesia pungutan Cukai ditarik untuk tiga barang, yaitu:
1. Rokok;
2. Minuman beralkohol;
3. Etil alkohol.
Tujuan dari Bea adalah, antara lain:
1. Mengurangi Tingkat Impor
Otomatis jika harga suatu barang itu mahal, orang-orang akan mengurangi
daya beli terhadap barang itu, apalagi jika ada padanan barangnya di dalam negeri.
Namun sayangnya, banyak barang luar negeri yang kita itu butuh kemudian tidak
ada produksinya di dalam negeri, contohnya ponsel (handphone), mobil, dan
barang barang teknologi tinggi lainnya, jadinya terpaksa kita harus tetep impor
buat barang barang tersebut. Dan untuk bea keluar, itu cuma beberapa barang yang
dipungut, yang termasuk barang barang yang jadi kebutuhan dalam negeri kayak
CPO (minyak sawit), pasir besi, dll.
2. Sebagai Pemasukan Negara

10

Bea masuk sendiri itu termasuk pajak tidak langsung, yang namanya pajak
pasti itu pungutan yang masuk ke negara. Dan pungutan berupa bea masuk ini
nantinya juga untuk membangun Indonesia tidak main-main pemasukkan dari
sektor bea masuk tiap tahunnya.
Tujuan Cukai adalah, antara lain:
1. Mengurangi Konsumsi
Diharapkan pungutan cukai ini tiap tahun bakal terus naik, jadi harapannya
di masa mendatang nanti bisa sampe seratus ribu per bungkus jika sudah mahal
seperti itu juga dipikirkan kembali juga mau beli bungkusan. Tidak hanya rokok
saja, miras juga terus melonjak harganya agar konsumsinya bisa ditekan. Lalu
aturan untuk produsen dan konsumen barang barang kena cukai ini juga akan
diketatkan;
2. Sebagai Pemasukan Negara
Karena Bea dan Cukai ini termasuk dalam pajak tidak langsung, ini berarti
hasil dari Bea dan Cukai nantinya akan disetorkan ke negara, dan nantinya akan
menjadi pemasukan pajak dan pemasukan negara lainnya digunakan untuk
membangun negara.
Jadi dapat disimpulkan, jika transaksi Eksport-Import itu adalah Bea
sedangkan Cukai itu pajak untuk rokok, miras, sama etil alkohol.
3. Asuransi
Perusahaan Asuransi, adalah pihak yang mengasuransikan barang-barang yang
dikapalkan sesuai nilai yang disyaratkan dengan menerbitkan polis asuransi untuk
menutup risiko yang dikehendaki dan menyelesaikan tagihan/ tuntutan kerugiankerugian bila ada.
Asuransi dalam bentuk asuransi atas risiko kegagalan ekspor, risiko kegagalan
bayar, investasi yang dilakukan oleh perusahaan Indonesia di luar negeri, dan/atau
risiko politik di suatu negara yang menjadi tujuan ekspor. Salah satu jasa yang
menyediakan Jasa Asuransi di Indonesia adalah Eximbank.
Produk ini memberikan perlindungan bagi eksportir Indonesia ataupun investor
Indonesia di luar negeri dari kemungkinan kerugian yang disebabkan oleh risiko
komersial maupun risiko politik.
Perlindungan asuransi yang diselenggarakan oleh Indonesia Eximbank meliputi:

11

 Asuransi atas risiko kegagalan ekspor;
 Asuransi atas risiko kegagalan bayar;
 Asuransi atas investasi yang dilakukan oleh perusahaan Indonesia di luar negeri;
dan/atau
 Asuransi atas risiko politik di suatu negara yang menjadi tujuan eksport.
Manfaat proteksi Asuransi dari Indonesia Eximbank, antara lain:
-

Membantu meningkatkan kepercayaan diri eksportir dalam transaksi open
account;

-

Membantu peningkatan penjualan dan ekspansi;

-

Memperkuat daya saing ;

-

Meningkatkan loyalitas pembeli;

-

Memberikan kepastian ganti rugi;

-

Melindungi perusahaan dari kebangkrutan;

-

Memperbaiki necara perusahaan;

-

Membantu meningkatkan kepercayaan kreditur untuk membuka akses Trade
Financing, baik dari Indonesia Eximbank maupun dari Lembaga Keuangan
lainnya.
Penjamin atau Garansi ini akan memberikan penjaminan / garansi kepada pihak

ketiga (Project Owner/Bouwheer/Penerima Jaminan) atas kewajiban pemenuhan prestasi
pihak yang dijamin (Principal/Kontraktor/ Terjamin). Penjaminan / Garansi yang dapat
diterbitkan oleh Indonesia Eximbank meliputi Penjaminan / Garansi untuk Jasa
Konstruksi dan/atau Pengadaan Barang dan Penjaminan yang berkaitan dengan
Penangguhan/Pembebasan Fasilitas Kepabeanan:
Penjaminan / Garansi Jasa Konstruksi dan/atau Jasa Pengadaan Barang :


Garansi Penawaran (Bid / Tender Guarantee);



Garansi Pelaksanaan (Performance Guarantee);



Garansi Pembayaran Uang Muka (Advance Payment Guarantee);



Garansi Pemeliharaan (Maintenance Guarantee);

12



Garansi Pembayaran (Payment Guarantee);
Penjaminan untuk Penangguhan / Pembebasan Fasilitas Kepabeanan adalah untuk

kemudahan Impor untuk Tujuan Ekspor (KITE). Penjaminan Kredit Bank akan memberikan
penjaminan atas kemungkinan kegagalan pengembalian fasilitas pembiayaan yang telah
diberikan oleh Bank / Lembaga Pembiayaan kepada debiturnya. Produk ini banyak
digunakan oleh Lembaga Keuangan / Bank untuk memelihara hubungan baik dan
meningkatkan loyalitas nasabahnya karena melalui penjaminan dari Indonesia Eximbank,
bank akan lebih percaya diri untuk tetap memberikan fasilitas pembiayaan kepada debiturdebiturnya yang memiliki prospek kelayakan usaha namun kurang bankable.
4. Badan – badan pemeriksaan atau SGS/Perwakilan Sucofindo (khusus Indonesia)
Badan-badan Pemeriksa (di Indonesia adalah Sucofindo), adalah badan yang
ditunjuk pemerintah, yang berwenang dalam pemeriksaan mutu, jenis, jumlah barang
dan sebagainya.
PT Superintending Company of Indonesia (Persero), atau lebih populer
disingkat SUCOFINDO, adalah sebuah BUMN Indonesia yang bergerak dalam bidang
pemeriksaan, pengawasan, pengujian, dan pengkajian. Saat ini, 95% saham Sucofindo
dimiliki Pemerintah Republik Indonesia, dan 5% oleh SGS. Pemerintah merencanakan
privatisasi SUCOFINDO pada tahun 2008.
Keanekaragaman jasa-jasa SUCOFINDO dikemas secara terpadu, jaringan kerja
Laboratorium, cabang dan titik layanan di berbagai Kota di Indonesia serta didukung
oleh 2.646 Tenaga Profesional yang ahli di bidangnya.
SUCOFINDO didirikan pada tanggal 22 Oktober 1956 sebagai perusahaan inspeksi
pertama di Indonesia yang 95% sahamnya dikuasai oleh Negara Republik Indonesia
dan 5% dikuasai oleh Societe Generale de Surveillance (SGS) Holding, SA.
Berawal dari perkembangan kegiatan perdagangan terutama terhadap komoditi
pertanian, kelancaran arus barang dan pengamanan devisa Negara dalam perdagangan
ekspor-impor, kemudian melalui kreatifitas, SUCOFINDO melakukan inovasi jasa-jasa
baru pada basis kompetensinya seiring dengan perkembangan kebutuhan dunia usaha.

13

Bisnis Jasa pertama yang dimiliki SUCOFINDO adalah cargo superintendence
& inspection, kemudian melalui analysis study dan inovasi SUCOFINDO melakukan
diversifikasi jasa, sehingga selanjutnya lahirlah jasa-jasa warehousing & forwarding,
analytical laboratories, industrial & marine engineering, fumigation & industrial
hygiene.

5. Badan Peneliti lainnya
Badan-badan

Penelitian

lainnya

yang

ditunjukan

pemerintah

untuk

mengeluarkan surat-surat keterangan / sertifikat lainnya bagi barang-barang yang
diperdagangkan.

III.

Hubungan Hukum antara para pihak dengan Transaksi L/C
Pada umumnya, para pihak yang terlibat dalam pembukaan transaksi L/C adalah:

1) Applicant (buyer atau pembeli): adalah pihak yang meminta kepada sebuah bank
untuk membuka L/C atas namanya (sebagai pembeli).
2) Penerima (Beneficiary) adalah pihak yang disebutkan dalam L/C (sebagai penjual).
3) Bank penerbit (Opening Bank atau issuing bank) adalah bank yang membuka atau
menerbitkan L/C (Bank pembeli).
4) Bank penerus atau Advising Bank adalah Bank yang meneruskan L/C yang diterima
dari opening bank kepada beneficiary (bisa Bank penjual).
Di antara para pihak tersebut di atas, hubungan hukum yang timbul adalah sebagai
berikut:
(1) Nasabah dengan Bank
Nasabah

atau

disebut

juga

pemohon

dengan

banknya

biasanya

menandantangani kesepakatan atau perjanjian tentang permintaan penerbitan L/C.
14

Kesepakatan ini sudah barang tentu tunduk pada syarat yang ditetapkan oleh pihak
bank. Dalam hal ini biasanya bank mensyaratkan adanya jaminan dari nasabahnya.
Misalnya, bank mensyaratkan dokumen-dokumen pengapalan (bill of lading atau
konosemen). Bank, jika menurutnya diperlukan, menahan dokumen- dokumen ini
sampai klien telah membayar.

(2) Bank Penerbit dan Penerima
Bank penerbit menandatangani L/C untuk kepentingan penjual. L/C di
dalamnya mengandung persyaratan dari Bank untuk membayar atau menerima atau
menegosiasikan suatu bill of exchange segera setelah dokumen yang dipersyaratkan
dalam kontrak dasar diperlihatkan. L/C menetapkan tanggal jatuh tempo dan tempat
untuk mengajukan dokumen untuk pembayaran.
Dalam hal ini, hukum nasional negara-negara berbeda mengenai hubungan
hukum antara bank penerbit dan penerima ini. Misalnya, menurut negara-negara
Common Law (misalnya hukum Inggris dan Amerika Serikat), hubungan hukum
antara bank penerbit dan penerima termuat dalam kontrak (kontraktual).
Sedangkan menurut negara dengan sistem hukum Civil, misalnya hukum
Belgia dan Belanda, hubungan hukum tersebut tampak pada kehendak tegas dari para
pihak. Perbedaan dalam sistem hukum ini menjadi penting dalam praktek.
Jika prestasi bank bersifat kontraktual, maka dalam hal demikian itu prestasi tersebut
harus diperlihatkan bahwa penerima telah menerima usulan tersebut. Eksportir atau
penjual dapat mengajukan gugatan terhadap bank penerbit berasarkan L/C. Dalam hal
ini ia berhak atas pembayaran jika ia telah memenuhi syarat- syarat dalam L/C.

(3) Bank Penerbit dan Bank Penerus

15

Hubungan hukum antara bank penerbit dan bank penerus seperti halnya antara
seorang prinsipal dan agen. Dalam hal ini bank penerbit bertindak atas nama dan
untuk bank penerbit. Jika bank penerbit telah membayar sejumlah uang kepada
penerima sesuai dengan mandatnya, atau telah menerima suatu bill of exchange
(wesel) yang ditarik oleh penerima, maka ia berhak atas pembayaran dari bank
penerbit.

(4) Penerima dan Bank Penerus
Terhadap penerima, bank penerus seolah-olah bertindak sebagai agen dari
bank penerbit. Karenanya, penerima tidak berhak untuk menggugat bank penerbit.

(5) Bank Penerbit dan Bank Pengkonfirmasi
Jika bank lain menjadi Confirming Bank (Bank Pengkonfirmasi), yakni bank
yang turut menjamin pembayaran L/C, maka ia bersama-sama dengan bank penerbit
bertanggung jawab untuk membayar suatu bill of exchange.
IV.

Contoh Kasus dalam L/C
Kasus:
Terdapat dua perusahaan yang menjalin hubungan dagang internasional: PT A,

berpusat di Indonesia, dan B LLC, berpusat di Inggris (selanjutnya disebut A dan B).
Keduanya akan melakukan proses jual beli suatu barang X dengan nilai US$1 juta (one
million dollars).
Cara Penyelesaian:
PROSES PERJANJIAN JUAL BELI
Dengan kesepakatan bahwa pembayaran akan dilakukan melalui
Tahap 1

letter of credit, maka PT A, di sini sebagai pembeli, membuat suatu
surat permohonan penerbitan letter of credit (application) dari
bank penerbit di Indonesia.
16

PIHAK PEMBELI/IMPORTIR MENGAJUKAN APLIKASI
PENERBITAN LETTER OF CREDIT DI BANK PENERBIT
Tahap 2

Setelah letter of credit diterbitkan oleh bank penerbit, letter of credit
akan dikirimkan kepada beneficiary (pihak eksportir), melalui
bank penerus (advising/corresponding bank).
BANK PENERBIT AKAN MENGIRIMKAN LETTER OF
CREDIT KEPADA PIHAK EKSPORTIR, MELALUI BANK

Tahap 3

PENERUS
Setelah letter of credit diterima secara lengkap dan diakui keasliannya
oleh pihak beneficiary, maka B akan mengirimkan barang yang
dipesan tersebut dari Inggris kepada A di Indonesia.
SETELAH LETTER OF CREDIT DITERIMA, BARANG
DIKIRIMKAN KEPADA PEMBELI

Tahap 4

Untuk mengklaim pembayaran, B harus mengirimkan seluruh
dokumen perdagangan internasional kepada bank penerus, dengan
demikian bank penerus akan memberikan pembayaran sesuai
jumlahnya kepada B.
DOKUMEN DIBERIKAN KEPADA BANK PENERUS, BANK
PENERUS MEMBAYARKAN SEJUMLAH UANG KEPADA
PENJUAL
Salinan dokumen perdagagan internasional juga dikirimkan kepada A

Tahap 5

sebagai pembeli. Sementara itu, dokumen yang diterima bank
penerus akan diberikan kepada bank penerbit. Setelah memeriksa
keasliannya, bank penerbit akan membayarkan sejumlah uang kepada
bank penerus.
BANK PENERBIT MEMBAYARKAN SEJUMLAH UANG
KEPADA BANK PENERUS
A sebagai eksportir menyelesaikan seluruh kewajiban pembayaran

Tahap 6

kepada bank penerbit, setelah dokumen aslinya tiba di bank penerbit.
Setelah

pembayaran

tersebut

diterima,

bank

penerbit

akan

memberikan seluruh dokumen asli kepada A untuk mengambil
barang-barang tersebut.
Tahap 7

TAHAP AKHIR
17

Importir membayarkan kewajibannya kepada bank penerbit, bank
penerbit memberikan dokumen asli pada importir untuk pengambilan
barang

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan:
Dalam transaksi Perdagangan Internasional, banyak pihak yang terlibat di
dalamnya. L/C merupakan suatu surat perjanjian pembayaran (promise of pay) dari
suatu pihak kepada pihak lainnya ketika suatu kejadian terjadi (when a certain event
happens). Umumnya, transaksi menggunakan letter of credit menggunakan pihak
pembeli dan penjual, dengan diperantarakan oleh bank (dalam praktek pembayaran).
L/C ini berisi hal-hal terkait mengenai barang serta cara pembayaran barang
tersebut. Semua transaksi atau kegiatan yang dilakukan oleh para pihak sepenuhnya,
tergantung dengan isi di dalam L/C. Apabila ada salah satu pihak (importir atau
eksportir) yang melanggar isi L/C tersebut, maka pihak yang dirugikan mempunyai
hak untuk menuntut.
Apabila pihak importir tidak dapat melunasi barang tersebut, maka pihak bank
penerbit L/C harus bertanggungjawab atas kerugian yang ditimbulkan oleh client

18

(nasabah). Tentunya pihak bank penerbit L/C akan memberikan option (pilihan)
kepada importir untuk melunasi barang tersebut.
Banyak resiko yang dapat ditimbulkan dari Perdagangan Internasional apalagi
menyangkut L/C. Maka dari itu apabila kita melakukan transaksi Perdagangan
Internasional, sebaiknya kita membuat perjanjian L/C dengan sebaik mungkin. Dan
pihak-pihak yang akan terlibat dalam transaksi Perdagangan Internasional haruslah
pihak yang memang terpercaya.
Semua pihak saling berhubungan satu sama lain. Maka dari itu, tiap-tiap pihak
mempunyai perannya masing-masing. Perdagangan Internasional akan berjalan baik
apabila semua pihak dapat melaksanakan tugasnya masing-masing dengan baik.
Saran :
Sebaiknya penerbitan L/C ini dilakukan atas kesepakatan bersama antara
pihak Importir dengan Eksportir. Dan sebelum pihak importir menyepakati isi L/C,
sebaiknya pihak Importir melakukan konsultasi kepada pihak Bank Penerbit L/C.
Karena Bank Penerbit L/C tentunya memiliki pengalaman yang cukup dalam hal
Perdagangan Internasional dan penerbitan L/C.

19