PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN JASMAN ID

PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI DAN
OLAHRAGA DI SEKOLAH
ARTIKEL
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Olahraga
yang dibina oleh Dr. Wasis D. Dwiyogo, M.Pd

Oleh
Chrysmada Dewa Kusuma
160614801100 / MPOR 104025

UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA
PEBRUARI 2017

PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN JASMANI DAN
OLAHRAGA DI SEKOLAH
Chrysmada Dewa Kusuma
Pendidikan Olahraga
Pascasarjana

Universitas Negeri Malang
Email: chyzmad@yahoo.co.id
Abstrak: Rendahnya mutu kebugaran yang dialami para siswa
akhir-akhir ini menjadi topik pembicaraan disemua kalangan.
Ditambah lagi dengan semakin tersingkirnya bidang studi
pendidikan jasmani dalam struktur kurikulum pendidikan, dimana
pendidikan jasmani adalah salah satu mata pelajaran yang dapat
menanggulangi hal tersebut. Kurikulum pendidikan harus
memberikan pengalaman seluas-luasnya kepada siswa untuk
belajar dan bereksplorasi serta diberikan secara seimbang antara
otak kanan dan otak kiri. Muatan kurikulum pendidikan jasmani
tidak hanya ditekankan pada penguasaan motorik, tetapi juga
pengembangan nilai-nilai kepribadian agar mampu mendorong
terjadinya proses pembelajaran yang dapat menumbuhkembangkan
pribadi siswa secara utuh yang mencakup ranah intelektual, fisikal,
emosional, spriritual, dan sosial. Oleh karena itu, diperlukan
pengembangan kurikulum yang dapat meningkatkan tingkat
kebugaran siswa dan memproporsikan alokasi waktu pendidikan
jasmani sebagaimana yang disampaikan oleh UNESCO.
Kata kunci: Kurikulum, Pendidikan Jasmani

Pendahuluan

umum hanya mampu memberikan

Rendahnya mutu kebugaran

efek terhadap kebugaran jasmani

jasmani siswa sekolah dari seluruh

kurang

jenjang di Indonesia dapat dijadikan

keseluruhan

satu petunjuk umum bahwa mutu

Sedangkan


program

di

sederhana lewat test Sport Search

Indonesia masih sangatlah rendah.

dalam aspek yang berkaitan dengan

Dari survey yang dilakukan oleh

kebugaran

Pusat Kesegaran Jasmani Depdiknas

siswa

terdahulu,


informasi

mencapai kategori “rendah” (Ditjora,

pembelajaran

2002). Kemudian di tahun 2005

pendidikan jasmani di sekolah secara

Pusat Kesegaran Jasmani Depdiknas

bahwa

pendidikan

diperoleh
hasil

jasmani


lebih

15

persen

populasi
dalam

jasmani

Indonesia

dari
siswa.

penelusuran

siswa


SMU,

rata-rata

hanya

melakukan survey tentang tingkat

menjaga agar tubuh peserta didik

kebugaran

sehat

jasmani

pelajar

yang


dan

bugar,

sekaligus

menunjukkan 10,7% masuk kategori

mengembangkan aspek kognitif dan

kurang sekali, 45,9% masuk kategori

aspek

kurang, 37,66% masuk kategori

jasmani/kebugaran

sedang, dan 5,66% masuk kategori


dimiliki setiap siswa karena sebagai

baik, sementara yang masuk kategori

bekal dalam menjalani kehidupan

baik sekali 0%. Dari data tersebut

sehari-hari dan masa selanjutnya.

dapat

dilihat

Kesegaran

jasmani

perlu


kebugaran

Namun dikenyataannya peran

jasmani masih kurang sekali dan

dari pendidikan jasmani dengan

dapat menyebabkan berbagai macam

melihat hal di atas kiranya belum

penyakit, (Toho, 2011:8). Sedangkan

terlaksana sebagaimana mestinya.

dari

Oleh


data

tingkat

afektif/social.

kemenpora

(2007:25)

sebab

menyatakan secara nasional, angka

pengembangan

kesakitan di daerah perdesaan lebih

dapat


tinggi dibandingkan perkotaan.

kebugaran

Sebagai salah satu komponen

itu,

diperlukan

kurikulum

yang

meningkatkan

tingkat

siswa

dan

memproporsikan

alokasi

pendidikan yang wajib diajarkan di

pendidikan

sekolah,

jasmani

yang disampaikan oleh UNESCO

memiliki peran yang sangat strategis

yang menyatakan dalam sekolah

dalam

dasar, rata-ratanya adalah 103 menit

pendidikan
pembentukan

manusia

jasmani

waktu

seutuhnya. Pendidikan jasmani tidak

setiap

hanya

menengah rata-ratanya adalah 100

berdampak

positif

pada

pertumbuhan fisik anak, melainkan
juga

perkembangan

minggu

(Ayi Suherman, 2009). Di dalam

Potret

kurikulum pembelajaran pendidikan

Indonesia

kebugaran

jasmani,

dalamnya

mencakup

sekolah

mental,
Pembahasan

terdapat

di

menit.

intelektual, emosional, dan sosialnya

jasmani

dan

sebagaimana

pembelajaran
yang

di

pengertian

bagaimana cara mendapatkan dan

Pendidikan
Toho

(1996)

dan

menyatakan

Cholik

Jasmani

Muntohir,

Mendikbud,
bahwa

di

(1996),

pelaksanaan

pendidikan jasmani di sekolah masih

kurang menggembirakan. Dengan

Dan yang mereka prioritasnya adalah

hasil temuan tersebut menyebabkan

prestasi.

adanya

kecenderungan

menurunnya

Dengan

paradigma

yang

kebugaran

salah tersebut, program olahraga

jasmani dan rendahnya partisipasi

dalam pelajaran pendidikan jasmani

siswa dalam kegiatan pendidikan

lebih menekankan pada harapan agar

jasmani di sekolahan. Hal tersebut

program

bisa terjadi mungkin dari gurunya

terpetiknya manfaat pembibitan usia

sendiri, yang kurang inovatif dalam

dini. Dengan kata lain, penggunaan

mengajar. Khususnya di sekolah

olahraga

dasar masih ada guru pendidikan

dipandang sebagai alat pedagogis,

jasmani yang tidak berasal dari

melainkan lebih dihargai sebagai alat

lulusan sarjana pendidikan jasmani

sosialisasi olahraga kepada siswa.

dan olahraga seperti yang tercantum

Sebagai

dalam Permen tahun 2014 bagian

lingkup pendidikan jasmani menjadi

keenam tentang standar dosen dan

menyempit pada pengenalan cabang-

tenaga kependidikan pasal 25 yang

cabang

berisi standar dosen dan tenaga

(2000) Guru lebih berkonsentrasi

kependidikan

pada pengajaran teknik dasar dari

minimal

tingkat

semakin

merupakan

tentang

kriteria

di

berakhir

sekolah

bukanlah

konsekuensinya,

olahraga.

pada

Ricard

ruang

Light,

dan

cabang olahraga yang diajarkan, dan

tenaga

melupakan pentingnya mengangkat

untuk

suasana bermain yang bisa menarik

menyelenggarakan pendidikan dalam

minat mayoritas anak. Wajar jika

rangka

guru

kompetensi

kualifikasi

tersebut

dosen

dan

kependidikan
pemenuhan

capaian

melupakan

premis

pembelajaran lulusan. Padahal yang

pendidikan

dari

pendidikan jasmani adalah untuk

lulusan

sarjana

pendidikan

jasmani pun bahkan ada yang belum
paham apa arti dari pendidikan

jasmani

dasar
bahwa

semua anak (Dauer, dkk, 2003).
Berangkat

dari

kenyataan

jasmani itu sendiri. Masih banyak

tersebut, pemerintah, dalam hal ini

dari mereka yang menyama artikan

Departemen

pendidikan jasmani dengan olahraga.

mengambil

model

pembelajaran

pendidikan

jasmani

di

Pendidikan,

telah
sekolah.

Upaya tersebut ditempuh antara lain

bagaimana meningkatkan kebugaran

dengan

mereka?. Robert Wood Johnson

mengintroduksi

pendekatan

sebuah

pembelajaran

disebut

modifikasi

Gerakan

ini

yang

olahraga.

(2009)

berpendapat

bahwa mengalokasikan waktu untuk

pada

pendidikan jasmani harian tidak

pengembangan model pembelajaran

merugikan kinerja akademik malah

pendidikan jasmani yang sesuai bagi

dengan

siswa

meningkatkan konsentrasi siswa.

di

mengarah

Foundation,

sekolah.

Dari

hasil

olahraga

teratur

dapat

modifikasi ini, Toho Cholik Mutohir,
dkk (1996) dan Maksum A. (1998)
menunjukkan

bahwa

pembelajaran

pendidikan

Kurikulum Pendidikan Jasmani

model
jasmani

Kurikulum
pengertiannya

dalam

dapat

dilihat

dari

dengan pendekatan ini, partisipasi

pengertian secara luas dan sempit

siswa lebih tinggi dibandingkan

tergantung

pengajaran tradisional.

menggunakan. Secara luas Jewet

Meskipun dengan modifikasi

sudut

pandang

yang

A.E, (1994), mengartikan kurikulum

olahraga bisa meningkatkan minat

sebagai

siswa, tapi jika menilik dari segi

siswa yang ditemui di lingkungan

alokasi waktu dirasa kurang dari

persekolahan,

yang

dari

berlangsung formal di kelas hingga

jadwal pelajaran di sekolahan, sangat

kegiatan ekstra di lapangan sekolah.

memprihatikan karena pendidikan

Sedangkan

jasmani

kurikulum diartikan sebagai suatu

seharusnya.

hanya

Melihat

sekali

dalam

keseluruhan
dari

mulai

secara

yang

sempitnya,

seminggu sedangkan matematika,

rangkaian

bahasa, IPA, IPS bisa mencapai dua

pengalaman-pengalaman pengajaran

bahkan tiga kali dalam seminggu.

formal yang disajikan guru di dalam

Itupun pendidikan jasmani cuma

kelas.

mendapatkan 2x45 menit dan ada

mendefinisikan kurikulum sebagai

yang 3x45 menit, yang dirasa sangat

suatu

kurang,

dipilih secara bertujuan. Artinya,

mengganti

karena

mereka

pakaian

menghabiskan

15

yang
menit.

perlu
bisa
Terus

D.

yang

pengalaman

Macdonald

lingkungan

kurikulum

terencana

adalah

budaya
sebuah

dari

(2003)
yang
studi

tentang “ apa yang harus ada dalam

dunia belajar dan bagaimana caranya

merupakan

bagian

membuat dunia itu”.

pendidikan

secara

Krisis

dari

keseluruhan.

jasmani

Pendidikan jasmani adalah wahana

yang terjadi hingga saat ini tidak bisa

untuk menumbuhkembangkan anak

dilepaskan dari pemahaman terhadap

secara wajar dan efektif. Oleh karena

peran pendidikan jasmani sebagai

itu,

salah satu komponen penting dalam

pendidikan

kurikulum. Misi pokok pendidikan

perhatian

jasmani

dapat

dilaksanakan secara efisien, efektif

orang,

serta sesuai dengan kondisi fisik dan

dipahami

pendidikan

integral

seringkali
oleh

belum
banyak

sekalipun itu pendidik. Salah satu

sudah

selayaknya
jasmani

yang

bila

diberikan

proposional

dan

psikis anak.

fakta yang tidak bisa dipungkiri

Kurikulum

pendidikan

adalah bahwa pendidikan jasmani

jasmani yang seimbang mencirikan

sering dianggap sebagai bidang studi

bahwa muatan pendidikan jasmani

pelengkap dan dalam posisi yang

tidak

kurang menguntungkan. Pertama,

penguasaan keterampilan motorik,

pendidikan jasmani adalah program

tetapi juga pengembangan nilai-nilai

yang

kepribadian

relatif

dilaksanakan
banyak

mahal

karena

untuk

memerlukan

hanya

peserta

pada

didik.

Kurikulum yang seimbang adalah

Kedua,

bersifat tidak menekankan pada satu

bahwa

model tertentu. Seperti diketahui

pendidikan jasmani kurang penting

terdapat beberapa model pendekatan

dibandingkan pelajaran lain seperti

dalam

matematika, bahasa dan sebagainya.

jasmani.

banyak

perlengkapan.

ditekankan

orang

menilai

Kita semua menyadari bahwa
perkembangan

dan

pertumbuhan

tersebut

kurikulum

pendidikan

Pendekatan-pendekatan
adalah;

(1)

Pendekatan

Eklektif, yaitu menekankan pada

anak baik secara fisik maupun

penyediaan

kesempatan

intelektual akan berlangsung normal

siswa

apabila diciptakan suatu kondisi

berpartisipasi aktif dalam setiap

yang memungkinkan aspek-aspek

aktifitas sesuai dengan minat dan

tersebut tumbuh dan berkembang

kebutuhannya.

secara wajar. Pendidikan jasmani

“Pendidikan Gerak”, yaitu pada

seluas-luasnya

(2)

kepada
untuk

Pendekatan

pemahaman

pengembangan

mandiri (learning to be), dan belajar

konsep gerak serta bagaimana gerak

untuk bersama (learning to live

tersebut dilakukan. (3) Pendekatan

together).

“Pendidikan
konteks

dan

Olahraga”,

pendidikan

yaitu

semata-mata

hanya digunakan sebagai media

Pengembangan

Kurikulum

Pendidikan Jasmani

sosialisasi nilai-nilai pendidikan. (4)

Rencana

pengembangan

Pendekatan “Pendidikan Rekreasi”,

kurikulum

yaitu pada unsur kesenangan dan

sebagaimana layaknya kurikulum di

kegembiraan siswa. (5) Pendekatan

bidang lain biasanya didasarkan pada

“Pendidikan Kesegaran Jasmani”,

hasil akhir yang hendak dicapai

yaitu lebih didasarkan pada upaya

(desired

pengembangan budaya hidup sehat

didik. Jadi sebelum merancang suatu

kepada para siswa melalui kegiatan

kurikulum, langkah pertama adalah

jasmani.

mengidentifikasi hasil keluaran (exit

Kurikulum
Indonesia
menekankan

pendidikan

di

masih

cenderung

pada

kemampuan

pendidikan

outcomes)

jasmani

oleh

peserta

outcomes) yang diharapkan dari
peserta

didik

setelah

mengikuti

program. Hasil keluaran tersebut

intelektual (verbal skill, logical,

merupakan

analytical) dan belum memberikan

prestasi

perhatian yang proporsional pada

kompetensi

nonverbal skill, gerak dan emosi.

Setelah itu baru disusun hasil antara

Jadi kurikulum diharapkan tidak

(intermediate outcomes) yang harus

hanya memprioritaskan salah satu

dicapai siswa setiap tingkat dan

aspek, yaitu harus seimbang antara

setiap unit pelajaran.

otak kanan dan otak kiri. Kurikulum

tingkat

sesuai

dengan

yang

Standar

pencapaian
standar

dikehendaki.

kompetensi

untuk

juga harus mendorong terjadinya

pendidikan jasmani pada tingkat

proses

nasional perlu dikembangkan dan

pembelajaran

yang

memberikan peluang bagi peserta

disepakati

didik belajar untuk tahu (learning to

kurikulum. Standar nasional tersebut

know),

dapat

belajar

untuk

bekerja

(learning to do), belajar untuk

sebelum

digunakan

merancang

merancang
sebagai

kurikulum.

kita

Standar

nasional tersebut dapat digunakan

keluaran

sebagai acuan untuk menentukan

dengan

tingkat prestasi yang diharapkan

Disamping itu beberapa prinsip dasar

setelah

juga

peserta

mengikuti

didik

program

selesai

dna

kurikulum

perkembangan
perlu

sesuai
anak.

diperhatikan

dalam

pendidikan

merancang kurikulum pendidikan

jasmani yang di berlakukan di

jasmani, yaitu: (1) Perhatian selalu

Amerika

dipusatkan pada hasil keluaran setiap

Serikat

(AAPHERD,

1999).

tingkat
Ada 7 standar nasional dalam

kelas,

untuk

jasmani;

(1)

termasuk

competency

in

many

Rencanakan

berbagai peluang bagi peserta didik

m erancang kurikulum pendidikan
Demonstrates

(2)

menguasai

kempotensi

pengetahuan

dan

movement

keterampilan yang dipersyaratkan

forms and proficiency in a few

sebelum maju ke tingkat yang lebih

movement

Applied

tinggi, (3) Rencanakan bagaiamana

movement concept and principles to

setiap peserta didik memperoleh

the learning and development of

dukungan

motor

and

kebutuhannya sehingga termotivasi

maintains a health enhancing level

untuk mencapai tujuan program, dan

of physical fitness. (4) Exhibits a

(4) Buat rancangan secara mundur

physical

(5)

dari hasil keluaran - hasil program –

Demonstrate responsible personal

hasil mata pelajaran – hasil unit

and social behavior in physical

sampai dengan hasil pembelajaran.

forms.

skill.

(3)

active

(2)

Achieves

lifestyle.

activity settings. (6) Demonstrate
understanding

and

respect

for

disampaikan di atas, ada beberapa
catatan

activity

perhatian.

dan

(7)

dengan

Selain hal-hal yang telah

differences among people in physical
settings.

sesuai

yang

perlu

(1)

mendapat

Tujuan

bersifat

Understands that physical activity

oriented dengan pengabdian pada

provides

opportunities

for

tujuan-tujuan non-fisik, (2) Pola

challenge,

self-

pengembangan materi yang bersifat

enjoyment,

expression, and social interaction.
Standar
membantu

seperti
menentukan

di

atas
hasil

kecabangan,
diberikan

(3)

Guru

keleluasaan

mengembangkan

perlu
untuk
pola

pengajarannya,
waktu

dan

pendidikan

(4)

Alokasi

atau

bentuk

Ericsson, 2014; Anmol, 2015). Guru
harus

mampu

memanfaatkan

kegiatan olahraga di sekolah perlu

lingkungan yang ada secara optimal

ditingkatkan.

sehingga

Disini

saya

dapat

menumbuhkan

mengusulkan untuk menambahkan

situasi dan kondisi dimana anak

jam pelajaran pendidikan jasmani

terangsang untuk senang belajar.

dari yang selama ini 2 atau 3 jam
saja perminggu menjadi 4 jam dua

Kesimpulan

kali perminggu.

Terbukti

Faktor
hendaknya

penting

juga

adalah

pembelajaran

yang

dengan

yang

pengembangan kurikulum yang tepat

fokus

dapat

model

positif pada peserta didik. Banyak

menjadi

perhatian

bahwa

dalam

hal

ini

peneliti telah menerapkannya dan

diterapkan oleh guru pendidikan

berhasil. Emily Clapham dan Eileen

jasmani

C. S, (2015); Dwayne, dkk, (2015)

di

selama

meningkatkan

sekolah

tergolong

monoton dan itu menjadikan siswa

mengembangkan

bosan sehingga tidak tertarik untuk

pendidikan

matapelajaran pendidikan jasmani.

teknologi

juga

mengalami

Terkait dengan masalah ini, perlu

peningkatan

aktivitas

fisik

ditekankan

kembali

tentang

peserta didiknya.

pendekatan

modifikasi

olahraga

guna

untuk

mengganti

model

jasmani

Upaya
pendidikan

kurikulum
di

untuk

jasmani

dalam
dari

memajukan
harus

tetap

pengajaran tradisional yang selama

didorong melalui penciptaan situasi

ini diterapkan dan tujuan utamanya

dan

yaitu untuk menarik minat siswa

Pendidikan

untuk aktif bergerak. Pendekatan ini

ditempatkan

telah berhasil diterapkan dibeberapa

dalam struktur kurikulum, sehingga

negara seperti Amerika dan Australia

didapatkan

(Siedentop, 1994; Tinning, Kirk dan

tercermin

Evans,

peningkatan

1993;

Australia

Sport

kondisi

secara

pada

Flaviu

didik.

Ingegerd

R.

harus

proporsional

keseimbangan

meningkatkan

2012;

menunjang.

jasmani

Commision, 1994; Barrie G., Liz T.,
H.,

yang

alokasi

kualitas

yang
waktu,

guru

kebugaran

dan

peserta

Keseimbangan

kurikulum

Daryl,

Siedentop.

1994.

Sport

perlu dibarengi dengan keefektifan

Education, Quality Physical

pelaksanaanya di lapangan melalui

Education Through Positive

model

Sport Experience.

pembelajaran

yang

memungkinkan siswa bereksplorasi,
mendapatkan

pengalaman

gerak

Dauer, dkk. 2003. Dynamic Physical
Education

For

Elementary

guna untuk meningkatkan kebugaran

School Childern. 12th Ed. New

mereka.

York: Macmillan Publishing
Company.
Depdikdas. 2003. Survey Nasional

Daftar Rujukan
AAPHERD.
Education

1999.

Physical

Kebugaran

for

Lifelong

Sekolah Menengah. Jakarta:

Fitness. The Physical Best
Teacher’s Guide. IL: Human

Jasmani

Siswa

Depdikdas.
Ericsson, Ingegerd R. 2014. Effects
of Motor Skills Training and

Kinetics.
Anmol. 2015. Future Trends and

Daily Physical Education;

Physical

Research result in the Swedish

Education and Physical Sports

Bunkeflo Poject. International

Sciences.

Journal of Physical Education,

Chellenges

in

International

Journal of Physical Education,

(online),

Sports and Health. 1(3): 59-60.

(https://www.researchgate.net/

Australian Sports Comission. 1994.
Sport

It!

Towards

Developmental
Program.

2000,

Sports

South

Skill

Australia:

Clapham, Emily dkk. 2015. Effects
a

diakses pada 12 Pebruari 2017.
Gordon,

Barrie,

National

dkk.
of

2012. A
Newzaeland

Secondary Schools Physical

ASC.
of

publication/306263752),

Physical

Education

Education
Implementarion

Programs
of

The

and

Teaching Personal and Social

Technologi Device on Physical

esponsibility (TPSR) Model.

Activity.

Agora For PE and Sport.

Supportive

Curriculum
The

Physical

Education. 72(1): 102-116.

14(2): 197-212.

Jewet, A.E.

(1994).

Curriculum

Berolahraga

Theory and Research in Sport

dengan

Pedagogy.

Sport Media.

Sport

Scient

Review. 3(1): 11-18.

Berolahraga

Karakter.

Jakarta:

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Light, Richard. (2000). Taking A

Republik

Indonesia.

2014.

Tactical Approach, (online),

Standar Nasional Pendidikan

(http://www.theage.com.au),

Tinggi. Indonesia: Mendikbud.

Diakses

pada

12

Pebruari

2017.

Robert, Wood Johnson Foundation.
2009.

Macdonald, D. 2003. Curriculum

Active

Physical Education, Physical

Change and the Postmodern

Activity

World:

Performance.

The

School

Curriculum-reform Project an
Anachronism?.
Curriculum

Journal

Studies.

of

35(2):

139-149.
Mahendra,

and

Kurikulum

Menggagas

Penjas

Masa

Academic
San

Diego:

Active Living Research.
Sheehan, Dwayne P., dkk. 2015.
Exergaming
Education:

Agus.

Education

and
A

Physical
Qualitative

Examination

from

the

Teachers’

Perspectives.

Depan. Bandung: Universitas

Journal of Case Studies in

Pendidikan Indonesia.

Education. 4(1): 1-14.

Maksum,

A,

dkk.

Pengembangan

1996.
Model

Suherman,

Ayi.

Pengembangan

2009.
Kurikulum

Pembelajaran Bagi Siswa di

Pendidikan

Tingkat

https://www.google.com/url?

Pendidikan

Dasar.

Jasmani.

Surabaya: IKIP Surabaya.

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&sou

Mutohir, Toho Cholik, dkk. 1996.

rce=web&cd=2&cad=rja&ua

Pengembangan
Pengajaran

Model
Pendidikan

ct=8&ved=0ahUKEwjz67kt4vSAhXGPY8KHXKIDd0

Jasmani di SD. Surabaya: IKIP

QFggjMAE&url=http%3A

Surabaya.

%2F%2Ffile.upi.edu

Mutohir,

Toho

Berkarakter

Cholik.

2011.
dengan

%2FDirektori%2FDUALMODES

%2FINOVASI_PENDIDIKAN
%2FModul_4Inovasi_Kurikulum.pdf&usg=
AFQjCNFqBEHCLXma4MLK
2nvxhe4wTvnTOQ&sig2=hsvz
jevuxoOl_XScfTDMtw&bvm=
bv.146786187,d.c2I,
(download pada 12 Pebruari
2017).
Tinning, R., dkk. 1993. Learning to
Teach

Physical

Education.

Australia: Prentice Hall
UNESCO. 2014. World-wide Survey
of School Physical Education.
Prancis: UNESCO.