ANALISIS KINERJA GURU DAN KEPUASAN MASYA

ANALISIS KINERJA GURU DAN KEPUASAN MASYARAKAT
DI SD NEGERI 05 BARENG DENGAN TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)
Fa’iz Nur Abdillah
S2 Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Malang
Jalan Semarang No.5 Kota Malang
e-mail: faiznur34@gmail.com
ABSTRAK
Permasalahan kinerja pegawai menjadi pandangan oleh banyak pihak, kinerja guru
akan dirasakan dan disoroti wali murid, serta masyarakat. Dari pandangan ini akan
berdampak pada persepsi tentang kepuasan masyarakat terhadap layanan jasa di sekolah,
termasuk di SD Negeri 05 Bareng Kota Malang. Sekolah ini kurang mendapat respons positif
berupa kepuasan dari masyarakat, dilihat dari sedikitnya orang tua di sekitar sekolah yang
menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut. Peneliti mencoba menganalisis kedua aspek
tersebut yaitu kinerja guru dan kepuasan masyarakat menggunkan tools Total Quality
Management (TQM) yang dari berbagai literatur mempunyai kelebihan dapat meningkatkan
kinerja pegawai/ guru sekaligus kepuasan masyarakat terhadap sekolah. hasil dari penelitian
ini adalah diperolehnya faktor-faktor yang menyebabkan kinerja guru dan kepuasan
masyarakat yang rendah, sekaligus beberapa aspek yang harus ditingkatkan oleh sekolah.
Saran yang diberikan kepada sekolah adalah menerapkan hasil analisis dalam program nyata
dan terkontrol dengan menerapkan prinsip-prinsip dari Total Quality Management (TQM).
Kata Kunci: Kinerja Guru, Kepuasan Masyarakat, Total Quality Management.

ABSTRACT
Performance issues are highlighted by various parties, teachers' performance will be felt
and highlighted by parents, students and communities. From this perspective will have an
impact on the perception of public satisfaction on services in schools, including in the State
Elementary School 05 Bareng Malang. This school received less positive response from the
satisfaction of the community, seen from parents in schools that send their children to school.
The researcher tries to analyze the two aspects: teacher performance and community
satisfaction using Total Quality Management (TQM) tool which from various literatures has
advantages can improve employee / teacher performance as well as community satisfaction
toward school. The results on this research are the acquisition of factors that lead to teacher

performance and low community satisfaction, as well as some aspects that must be improved
by the school. The advice given to schools is to apply the results of analysis in real and
controlled programs by applying the principles of Total Quality Management (TQM).
Keywords: Teacher Performance, Community Satisfaction, Total Quality Management.
Munculnya Manajemen Mutu Terpadu (MMT) atau dalam istilah lain disebut total
quality management (TQM) menjadi sorotan yang telah lazim digunakan dalam manajemen,
baik dalam industri hingga ke pendidikan. TQM mulanya dimunculkan di Amerika Serikat
pada sekitaran tahun 1980, hal ini sebagai jawaban atas tuntutan persaingan dari beberapa
perusahaan di dunia. TQM diakui sebagai strategi unggul dalam kompetisi akhirnya

disebarkan secara luas di Negara-negara lain, termasuk sampai di Indonesia, dan saat ini
sangat sedikit perusahaan mampu mengabaikan istilah TQM. Total Quality Management
digunakan untuk menerapkan tata kelola manajemen secara keseluruhan. Menurut Tjiptono
dan Dian (2001) manajemen merupakan sebuah sistam yang digunakan sebagai langkah jitu
untuk mendapatkan kualitas secara menyeluruh dengan ukuran yang digunakan untuk
mengambil kepastian sebuah produk yang disesuaikan dengan harapan dari pelangganpelanggannya. Kualitas dijadikan hal yang sangat penting dalam TQM. Dalam memastikan
kualitas tersebut, TQM menjadikan kontribusi yang banyak bagi organisasi, baik bisnis
maupun sekolah, dalam rangka mencapai tujuannya masing-masing.
Dikarenakan penerapan TQM berasal dari ekonomi dan industri, maka perlu adanya
penyesuaian ketika diterapkan di dunia pendidikan. Sistem pendidikan yang dalam beberapa
aspek berbeda dengan sistem perekonomian, salah satunya dalam konsep produk dan
pelanggan. Sallis (2011) menyatakan Total Quality Management adalah peningkatan filosofi,
yang dapat memberikan institusi pendidikan dengan seperangkat alat praktis dalam rangka
pemenuhan bahkan melebihi ekspektasi dari pengguna jasa dalam waktu sekarang hingga
kedepannya. Berarti bahwa TQM dicakupan pendidikan sering disebutkan sebagai sebuah
sarana bagi perbaikan sekolah secara berkelanjutan. Perbaikan ini dilaksanakan dengan
memberikan inovasi yang membangun organisasi dan terfokus pada hal yang terpenting
sehingga dapat merubah budaya organisasinya. Budaya organisasi inilah yang dapat menjadi
perantara sekolah dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Dalam peningkatan mutu, istilah total quality management (TQM) sudah lazim di

dengar dan digunkan oleh lembaga pendidikan. Dalam memberikan penjelasan konsep TQM,
secara epistimologi Nasution (2000) menyebutkan bahwa mutu adalah sebuah tingkatan,
derajat, atau mutu dari suatu hal, sedangkan dalam istilah bahasa Inggris asalnya adalah kata

quality yang dapat diartikan secabagi kualitas. Dalam rangka umum, mutu dapat diartikan
sebagai pentafsiran tingkat unggulnya suatu jasa atau barang. Pendapat lain disampaikan
Crosby (1979) yang menjelaskan kualitas yaitu kondisi yang tidak statis dan selalu berubahubah terkait proses, jasa, dan lingkungan sehingga dapat memenihi kebutuhan dan harapan.
Adaptasi dari TQM dari bidang industri ke dalam bidang pendidikan menimbulkan
munculnya istilah baru terkait peningkatan mutu. Aplikasi TQM pada sekolah sering disebut
dengan Total Quality School (TQS), menurut Nasution (2000) menyebutkan lima cakupan,
yaitu: (1) berfokus pada pengguna (Customer) baik internal dan eksternal, (2) keterlibatan
semua anggota dan warga sekolah (Total Involvement), (3) ditetapkannya ukuran yang tetap
(Standard) dari kualitas alumni, (4) terdapat komitmen dari semua pihak, dan (5) perbaikan
yang terus menerus dan berkesinambungan. Kelima cakupan dalam TQM inilah yang
menjadi perhatian untuk diterapkan dalam dunia pendidikan. Adanya penerapan kelima aspek
inilah yang nantinya meningkatkan daya jual sekolah dari segi peningkatan mutunya.
Mengingat sudah banyaknya lembaga pendidikan, dalam hal ini meningkatkan
persaingan antara sekolah satu dengan sekolah lain menjadi masalah yang sudah pasti terjadi.
Persaingan yang terjadi mengakibatkan sekolah harus mampu meningkatkan daya jualnya di
masyarakat. Tingkat kompetisi yang tinggi dan mendunia menuntut sekolah untuk terus

memperbaiki kualitas dan tingkat persaingan yang menurut Tjiptono dan Dian (2001)
dipengaruhi 4 faktor yaitu: (1) kualitas, (2) penyesuaian lingkungan, (3) waktu kerja, dan (4)
rendahnya pembiayaan. Salah satu faktor penentu dari unggulnya sekolah dalam persaingan
adalah mutu dari sekolah yang terpercaya dan menyeluruh (terpadu). Untuk itu, total quality
management dipandang perlu untuk dapat menjamin keseluruhan aspek dalam sekolah dapat
memenuhi kebutuhan pengguna jasa, dalam hal ini siswa beserta walinya.
Keberhasilan penerapan manajemen mutu secara terintegrasi di satuan pendidikan
diukur dari tingkat kepuasan pengguna jasa dalam sekolah maupun luar sekolah. Satuan
pendidikan sukses jika dapat memberikan layanan sesuai harapan pengguna jasa. Dengan
kata lain, keberhasilan satuan pendidikan sebagaimana menurut Sallis (2011) yang meliputi:
(1) kepuasan siswa, (2) kepuasan wali terhadap pelayanan anaknya, (3) pemakai atau
penerima lulusan puas karena menerima alumni berkualitas, dan (4) pendidik dan dan tenaga
pendidik puas terhadap pelayanan sekolah. Dengan tercapainya kepuasan seluruh pengguna
jasa internal dan eksternal, maka penerapan TQM dapat dinyatakan berhasil dalam suatu
lembaga pendidikan. Apabila satu aspek saja belum terpenuhi, maka dianggap organisasi
tersebut masih perlu untuk diperbaiki.

Aspek pelanggan internal dalam TQM di dunia pendidikan terkait dengan guru dan
warga sekolah lain. Kualitas guru adalah salah indikator dari mutu dari sebuah lembaga
pendidikan, seperti halnya studi yang dilakukan Supeni (2014) yang meneliti pengaruh antara

TQM dengan kinerja guru tingakt SMU di Kota Madiun. Beliau menemukan adanya
signifikansi pengaruh TQM yang diterapkan pada sekolah dengan kinerja guru yang
meningkat. Total quality management yaitu pendekatan kerja yang memaksimalkan tingkat
persaingan dengan jalan perbaikan yang berkelanjutan (continuous improvement) pada
proses, sistem, jasa, hingga lingkunganya.
Lembaga pendidikan yang telah menggunakan TQM sehingga sukses dalam
peningkatan kinerja guru dan pegawai sekolah lain, terutama guru yang berperan sebagai
orang yang bertanggung jawab utama pada pembelajaran di ruang kelas. Namun di beberapa
sekolah belum mampu menerapkan TQM secara maksimal, sekolah-sekolah tersebut masih
bisa membuat masyarakat yang berinteraksi dengan lembaga pendidikan tersebut. Salah
satunya adalah di SD Negeri 05 Bareng Kota Malang. Total jumlah siswa di SD Negeri
Bareng 05 Kota Malang sejumlah 89 murid dalam enam rombongan belajar di sekolah
tersebut. Pada tiga tahun terakhir, jumlah penerimaan siswa baru di sekolah tersebut tidak
mencapai 20 siswa. Menurut Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017 tentang penerimaan siswa
baru menyebutkan jumlah penerimaan siswa didik baru pada jenjang sekolah dasar di dalam
satu kelas jumlah peserta didik paling sedikit ialah 20 dan paling banyak ialah 28 peserta
didik. Hal tersebut berbanding terbalik dengan jumlah pennerimaan siswa baru di sekolah
dasar terdekat dengan SD Negeri Bareng 05, yaitu SD Negeri 02 dan SD Negeri 03 Kota
Malang. Menurut data Data Pokok Pendidikan Dasar dan Menengah tahun 2017, jumlah
siswa di SD Negeri Bareng 02 sebanyak 433 dengan 15 rombongan belajar dan 83 siswa

baru, sedangkan jumlah siswa di SD Negeri Bareng 03 sebanyak 502 dengan 18 rombongan
belajar dan 84 siswa baru. Perbedaan yang besar yang dapat dilihat dari data tersebut
mengindikasikan rendahnya minat masyarakat menyekolahkan anaknya di SD Negeri 05
Bareng Kota Malang.
Kepala SD Negeri 05 Bareng Kota Malang menyatakan sedikitnya masyarakat yang
menyekolahkan anaknya di sekolahnya adalah kinerja rendahnya minat orang tua untuk
menyekolahkan anaknya bersama dengan siswa yang kurang disiplin (nakal). Menurut
observasi peneliti, beberapa input siswa di sekolah tersebut dari siswa yang tidak diterima di
sekolah lain, ataupun siswa yang tidak naik kelas kemudian pindah di SD Negeri 05 Bareng.
Input siswa yang demikian ini menimbulkan budaya sekolah yang kurang disiplin dan dapat
mengganggu proses pembelajaran. Budaya sekolah yang kurang disiplin, ditunjukan dengan

masih banyaknya siswa yang terlambat masuk sekolah, seragam yang tidak rapi, dan halaman
masih belum bersih dari sampah, tidak membawa alat tulis secara lengkap. Input siswa yang
dimikian pula menyebabkan sulitnya guru untuk melakukan proses dan hasil pembelajaran,
terutama sebagai transfer ilmu. Guru perlu memfokuskan perhatian pada siswa yang kurang
memahami pembelajaran, disisi lain siswa lain juga membutuhkan perhatian yang sama.
Hasilnya banyak proses belajar yang menghasilkan kurang maksimalnya hasil belajar,
terutama membuat siswa cerdas dan paham tentang bidang ilmu yang disampaikan.
Rendahnya minat masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di SD Negeri 05 Bareng

Kota Malang utamanya ditimbulkan oleh tingkat kepuasan masyarakat tentang proses dan
hasil belajar masih rendah. Menurut salah WR dan K yang diwawancarai tanggal 23 Februari
2018 dan bertempat tinggal dekat dengan SD Negeri 05 Bareng, keduanya menyatakan alasan
yang serupa terkait alasannya tidak menyekolahkan anaknya di SD Negeri 05 Bareng. Kedua
orang tersebut menyebutkan bahwa banyak siswa yang tidak disiplin di SD Negeri 05
Bareng, guru dan Kepala Sekolah kurang tegas dalam membina peserta didiknya, dan mereka
khawatir anak mereka tidak dapat menjadi apa yang diharapkannya setelah sekolah di sekolah
tersebut.
Permasalahan utama yang diangkat oleh peneliti adalah rendahnya minat masyarakat
(pelanggan) untuk menyekolahkan anaknya di SD Negeri 05 Bareng. Salah satu fungsi dari
TQM adalah memfokuskan layanan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, maka dapat
disimpulkan sekolah belum mampu untuk menerapkan TQM secara maksimal. Oleh karena
itu, peneliti akan melakukan analisis terkait Kepuasan Masyarakat di SD Negeri 05 Bareng
sesuai dengan prinsip-prinsip dan langkah kerja TQM di SD Negeri 05 Bareng. Fokus
penelitian lain dari penelitian ini adalah berdasarkan prinsip TQM yang melibatkan secara
menyeluruh dan perbaikan berkelanjutan di internal sekolah, dalam hal ini guru. Dari fungsi
tersebut, maka peneliti mengangkat masalah lain yaitu terkait kinerja guru di SD Negeri 05
Masalah kinerja guru dan kepuasan masyarakat yang ditinjau dari prinsip-prinsip TQM yang
dibahas secara rinci dalam artikel ini.
METODE

Penelitian ini memakai pendekatan kualitatif yang mengacu pada kondisi normal dan
tidak ada pengaturan kondisi. Peneliti merupakan instrumen kunci, artinya peneliti berperan
sebagai pengumpul data sekaligus mengolah dan menganalisis data yang sudah diperoleh dari
SD Negeri 05 Bareng Kota Malang. Fokus penelitian yaitu mencari tahu seberapa besar
kinerja guru dan kepuasan masyarakat dilihat dari prinsip-prinsip TQM. Peneliti melakukan

benchmarking untuk menelusuri apa kelebihan sekolah lain terkait masalah kinerja guru dan
kepuasan masyarakat. Setelah membandingkan SD Negeri 05 Bareng kota Malang dengan
sekolah lain di sekitarnya (SD Negeri 02 dan SD Negeri 03 Bareng), peneliti melakukan
brainstorming untuk mengetahui apa penyebab masalah tersebut secara lebih luas. Langkah
selanjutnya adalah menganalisis medan dan analisis SWOT, yaitu mencari kekuatan
organisasi dan apa yang mengambatnya. Setelah mengetahui kondisi lingkungan sekolah,
peneliti melakukan proses chart untuk mengetahui kesiapan organisasi dalam menerapkan
perbaikan program. Secara lengkapnya disajikan dalam diagram alir sebagai ciri khas TQM
pada gambar 1 di bawah ini.

MULAI

MASALAH


BENCH
MARKI
NG

RANCANGA
N
PERBAIKAN

PERBANDINGAN
SEKOLAH

FORC
EFIEL
D

PROCE
SS
-CHART

KONDISI

LINGKUNGAN

SWOT

SELES
AI

Gambar 1. Diagram Alir Penerapan TQM di SD Negeri 05 Bareng
HASIL
Hasil pada penelitian ini diperoleh data dari setiap aktivitas TQM yang dilaksanakan
di SD Negeri 05 Bareng Kota Malang. Aktivitas yang dimaksud adalah dari aktivitas
Benchmarking, Force-Field Analysis, Analisis SWOT,dan Process-Chart. Setiap aktivitas

yang dilakukan pada kegiatan perbaikan mutu sekolah melalui tools TQM ini disajikan dalam
sub-bab berikut:
Benchmarking
Kegiatan benchmarking dilakukan untuk memberikan acuan awal sekolah yang
dianggap baik dalam menarik minat masyarakat dan dinilai baik dalam kinerja gurunya.
Aktivitas benchmarking dilaksanakan peneliti pada hari jum’at 02 Maret 2018 di SD Negeri
05 Bareng Kota Malang. Fungsi dari kegiatan ini adalah memiliki perbandingan apa yang

dimiliki oleh sekolah lain, dan apa saja yang tidak dimiliki oleh SD Negeri 05 Bareng.
Peneliti memilih SD Negeri 02 dan SD Negeri 03 Bareng Kota Malang sebagai patokan dari
kinerja dan minat masyarakat. Pemilihan ini didasarkan pada lokasi sekolah yang berdekatan
dan kondisi masyarakat sekitar sekolah yang kurang lebih serupa dikarenakan memang dalam
satu daerah kelurahan.
Aktivitas ini dilaksanakan bersama dengan satu orang guru, dan kepala sekolah.
Benchmarking dalam penelitian ini diperoleh data tentang bagaimana kinerja guru di kedua
sekolah tersebut sebagai pembanding SD Negeri 05 Bareng Kota Malang dan dikategorikan
kedalam prinsip TQM menurut Sallis (2011). Data tersebut ditampilkan dalam tabel di
bawah.
Tabel 1. Hasil Benchmarking Kinerja Guru
No.
1.

Aspek
Fokus pada pelanggan

SD Negeri 02
Guru menggunakan media
pembelajaran yang bervariasi, sesuai
kebutuhan siswanya.

2.

Obsesi terhadap
Kualitas

Siswa yang kurang mampu menguasai
pelajaran diberikan soal remidial.

3.

Pendekatan Ilmiah

4.

Komitmen Jangka
Panjang

Pembelajaran terbimbing oleh guru
yang menekankan pada proses
penemuan konsep mandiri.
Adanya kegiatan evaluasi rutin 2 kali
dalam seminggu.

5.

Kerja Sama Tim

6.

Perbaikan Sistem
Secara
Berkesinambungan

7.

Pendidikan dan
Pelatihan
Kebebasan yang
Terkendali

8.

Saling koordinasi terkait tema antara
guru kelas dengan guru mata pelajaran.
Dibentuknya grup whatapps antara
wali murid dan guru kelas untuk
perbaikan kualitas pembelajaran.
Mengikuti musyawarah gugus secara
rutin.
Guru diberikan kewenangan penuh
dalam memberikan pembelajaran di
kelas, namun dikontrol oleh kepala
sekolah.

SD Negeri 03
Sekolah mampu meningkatkan
minat dan keingintahuan murid
pada suatu hal dibahas melalui
apersepsi yang baik.
Ditambahnya materi dalam jam
belajar, melaksanakan ujian, dan
tersedianya waktu tambahan bagi
murid pada hari jumat.
Kegiatan terencana dan sistematis
melalui penerapan RPP.
Ekstrakulikuler dibina oleh guru
untuk menampung minat siswa
secara berkelanjutan.
Guru yang berhalangan hadir
digantikan oleh guru lain
Diperbaikinya pembelajaran
secara berkelanjutan pada bagian
yang masih kurang dan perlu
disempurnakan.
Guru dikirim untuk mengikuti
pelatihan-pelatihan.
Memberikan respon yang ramah
dan menyenangkan terhadap
kritikan.

9.

Kesatuan Tujuan

10.

Adanya Keterlibatan
dan Pemberdayaan.

Visi, misi, dan tujuan sekolah
dipaparkan jelas di sekolah agar guru
selalu mengingatnya.
Adanya musyawarah antar-guru
merancang program tahunan dan
program semester.

Visi, misi, dan tujuan sekolah
dipaparkan jelas di sekolah agar
guru selalu mengingatnya.
Mengadakan pertemuan komite
setiap akan ada event atau
keperluan lain.

Pada aktivitas benchmarking tersebut ditemukan bahwa kinerja guru di SD Negeri 02
Bareng dan SD Negeri 03 Bareng Kota Malang dilaksanakan memang sudah baik, namun
data tersebut dapat saja bias dikarenakan pada saat kegiatan benchmarking ini tidak diikuti
oleh stakeholder dari kedua sekolah tersebut. Data tersebut diperoleh dari informasi yang
diperoleh oleh kepala sekolah dan guru menurut pengamatan dan pengalaman guru selama
berinteraksi dengan kedua sekolah sasaran benchmark tersebut. Selanjutnya untuk
memperoleh data bagaimana kepuasan masyarakat terhadap SD Negeri 02 Bareng dan SD
Negeri 03 Bareng Kota Malang guna keperluan benchmarking, peneliti melakukan
wawancara kepada masyarakat sekitar, yaitu kelurahan Bareng Kota Malang. Hasil
Benchmarking dengan Guru dan Kepala Sekolah disajikan data dan dikategorikan sesuai
indikator kepuasan masyarakat Gaspersz (2000) yang ditampilkan pada tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Hasil Benchmarking Kepuasan Masyarakat
No.
1.
2.

Aspek
Tampilan fisik
(tangibles).
Keterandalan
(reliability).

3.

Kredibilitas
(credibility).

4.

Kompetensi
(competence).

5.

Pemahaman terhadap
kebutuhan konsumen
(understanding the
customer).
Komunikasi
(communication).

6.
7.

9.

Responsif
(responsiveness).
Kesopanan
(courtesy).
Keamanan (security).

10.

Akses (access).

8.

SD Negeri 02 Bareng
Tampilan fisik sekolah bagus dan
tertata rapih.
Pelaksanaan kedisiplinan di sekolah
baik, dengan adanya peraturan yang
ketat.
Masyarakat percayaan terhadap
pengelolaan sekolah dapat mendidik
siswa.
Masyarakat yakin terhadap kompetensi
guru yang dapat mencerdaskan siswa.
Di kegiatan pertemuan wali murid yang
berisi masukan-masukan untuk sekolah
terkait kebutuhan wali murid.
Dibentuknya grup whatapps antara
wali murid dan guru kelas untuk
perbaikan kualitas pembelajaran.
Mempersilahkan masyarakat untuk ikut
serta dalam event sekolah.
Terdapat tenaga kependidikan khusus
penjaga sekolah.
Dekat dengan jalan utama, tidak masuk
gang.

SD Negeri 03 Bareng
Tampilan fisik sekolah bagus dan
bersih.
Pelaksanaan kedisiplinan di
sekolah baik, dengan adanya
peraturan yang ketat.
Masyarakat percayaan terhadap
pengelolaan sekolah dapat
mendidik siswa.
Masyarakat yakin terhadap
kompetensi guru yang
mencerdaskan siswa.
Di kegiatan pertemuan wali
murid yang berisi masukanmasukan untuk sekolah terkait
kebutuhan wali murid.
Sering diadakan pertemuan
komite sekolah.

Sikap guru ramah terhadap
kritikan dari masyarakat.
Terdapat pagar yang memberi
batasan orang luar masuk.
Dekat dengan jalan utama, tidak
masuk gang.

Pada aktivitas benchmarking tersebut ditemukan bahwa kepuasan masyarakat di SD
Negeri 02 Bareng dan SD Negeri 03 Bareng Kota Malang dilaksanakan sudah baik, namun
data tersebut dapat saja bias dikarenakan pada saat kegiatan benchmarking ini tidak diikuti

oleh stakeholder dari kedua sekolah tersebut. Data tersebut diperoleh dari informasi yang
diperoleh oleh kepala sekolah dan guru menurut pengamatan dan pengalaman guru selama
berinteraksi dengan kedua sekolah sasaran benchmark tersebut.
Kesimpulan terhadap aktivitas benchmarking ini, kedua sekolah yang dapat dikatakan
sebagai kompetitor SD Negeri Bareng 05 Kota Malang dalam aspek kinerja guru dan
kepuasan masyarakat sudah cukup baik dalam menerapkan TQM dalam budaya sekolahnya.
Data tersebut diperoleh dari masukan-masukan selama diskusi membahas aspek kinerja guru
dan kepuasan masyarakat sebagai pembanding dan acuan dari pengembangan sekolah dalam
penerapan Total Quality Management.
Force-Field
Sebelum melaksanakan Force-field analysis, peneliti melakukan wawancara kepada
beberapa masyarakat di sekitar sekolah untuk mendapatkan gambaran lingkungan eksternal
sekolah. Menurut Sallis (2011) Force-field analysis merupakan pengumpulan gagasan yang
mendasari yaitu adanya dua kekuatan yang berlawanan untuk berubah. Satu set kekuatan
mendorong perubahan, sementara yang lain menolak. Analisis didasarkan pada proposisi
sederhana yang memperkuat kekuatan promosi dapat membawa perubahan atau menetralisir
kekuatan penolak kemudian diberikan skor sesuai hasil diskusi rentangan 1-5. Data yang
dicari yaitu pendapat masyarakat terkait kinerja guru di SD Negeri 05 Bareng Kota Malang,
dan mengapa SD Negeri 05 Bareng Kota Malang kurang diminati masyarakat. Force-field
analysis dilaksanakan pada hari kamis tanggal 08 Maret 2018 di kantor Kepala Sekolah SD
Negeri 05 Bareng. Aktivitas ini dilaksanakan bersama dengan satu orang guru, dan kepala
sekolah. Hasil dari aktivitas Force-field analysis yang masih dalam cakupan tools TQM yang
dipakai untuk peningkatan mutu sekolah ditampilkan pada tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3 Force-field Analysis SD Negeri 05 Bareng
No.

Kekuatan Pendorong

1.

Dukungan pemerintah daerah dan
Kementerian dalam melengkapi sarana dan
prasarana.
Tuntutan masyarakat terhadap lulusan yang
berkualitas.
Dukungan orang tua tinggi dibuktikan
dengan bantuan pembiayaan dan pemikiran.
Sekolah sudah cukup dikelola dengan baik,
ditunjukan dengan akreditasi terakhir A.
Wali murid cukup puas dengan pendidikan di
sekolah

2.
3.
4.
5.
6.

Sudah tersedia komputer, dan LCD di
sekolah yang dapat dimanfaatkan sebagai
media pembelajaran.

Sko
r
4
3
3
3
2
2

Kekuatan Penolak
Prosedur pengajuan bantuan yang terlalu
panjang dan rumit.
Sumber daya (SDM dan materil) yang
kurang memadai.
Masih banyak keperluan yang kurang
mencukupi untuk peningkatan kualitas.
Sekolah kompetitor lebih baik
pengelolaannya.
Promosi kurang gencar dilakukan
kepada masyarakat sekitar, hanya dari
mulut ke mulut
Beberapa guru terutama guru senior
belum bisa memanfaatkan teknologi
dengan maksimal.

Sko
r
3
5
3
5
4
3

7.

Fasilitas perpustakaan tersedia dengan cukup
banyak buku.

8.

Hampir semua guru berstatus PNS.

9.

Masyarakat menuntut budaya di sekolah
yang kondusif.

4
3
2

10.

Adanya kegiatan ekstrakulikuler di sekolah
dan difasilitasi oleh guru.
Total Pendorong

4
30

Guru kurang memanfaatkan dan
mendorong siswa untuk menambahkan
minatnya dalam membaca.
Guru kurang memanfaatkan gaji untuk
pemberdayaan pembelajaran.
Beberapa siswa yang belajar di sekolah
merupakan siswa yang tidak naik dari
sekolah lain
Hanya ada dua kegiatan ekstrakuler
yaitu sepak bola dan pramuka.
Total Penolak

5
3
5
2
38

Dari aktivitas ini ditemukan faktor pendorong dan penghambat mutu organisasi dalam
aspek kinerja guru dan kepuasan masyarakat. Faktor pendorong mendapatkan skor 30,
sedangkan faktor pengahmbat mendapatakan skor 38. Dari skor tersebut dapat terlihat bahwa
sekolah mendapatkan penghambat yang lebih besar dari faktor pendorongnya, hal ini sekolah
perlu melakukan tindakan untuk memperbaiki mutu sekolah. Faktor-faktor penghambat
tersebut perlu diperhatikan untuk dapat memperbaiki mutu sekolah. Seperti harapan
masyarakat terhadap sekolah untuk menciptakan budaya yang kondusif dan aman yang
namun dihambat oleh siswa yang kurang dikelola guru dengan baik dan input dari siswa yang
merupakan dari siswa yang tidak naik kelas ataupun yang tidak diterima di sekolah lain.
SWOT
Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui lingkungan dan kondisi sekolah, baik
lingkungan internal dalam organisasi sekolah, maupun lingkungan eksternal. Hasil analisis ini
menyajikan data internal organisasi berupa kekuatan (strenghs) dan kelemahan (weakness),
serta lingkungan ekternal organisasi berupa peluang (opportunities) dan ancaman (treats)
yang digunakan untuk menyusun strategi peningkatan mutu pendidikan. Berikut tabel 4 yang
menjabarkan hasil analisis lingkungan internal organisasi.
Tabel 4. Analisis Lingkungan Internal SD Negeri Bareng 05 (SW)
No.
1.

3.

Strenghs
Motivasi guru untuk mengajar tinggi,
dibuktikan dengan jarangnya ada kelas
kosong.
Siswa antusias dalam pembelajaran yang
melibatkan banyak aktivitas fisik
Hubungan baik antar guru.

4.

Hubungan baik siswa-guru.

2.

No.
1.
2.
3.
4.
5.

Weakness
Rekruitmen guru baru dari unsur keluargaan.
Penerimaan siswa baru tidak dilakukan dengan
tes, tanpa adanya seleksi.
Belum bisa mencukupi kebutuhan operasional
sekolah, seperti pembiayaan PTK.
Gedung sekolah perlu perbaikan, beberapa
bangunan sejak tahun 2001.
Beberapa siswa memiliki kemampuan belajar
yang rendah

Dari tabel 4 di atas, ditemukanlah faktor-faktor penguat dan pelemah di SD Negeri 05
Bareng. Data ini kemudian digunakan untuk perbaikan pada kelemahan, serta peningkatan

pada kekuatan. Selanjutnya untuk memperlengkap data analisis lingkungan, maka dianalisis
faktor peluang dan ancaman dari lingkungan ekstenal sekolah. Data tersebut diperoleh dari
wawancara dengan kepala sekolah dan guru kelas IV SD Negeri 05 Bareng. Untuk
memperjelas, disajikan dalam tabel 5 di bawah ini.
Tabel 5. Analisis Lingkungan Eksternal SD Negeri Bareng 05 (OT)
No.
1.
2.
3.
4.

Opportunity
Dukungan dari pemerintah pusat dan
daerah berupa BOS dan BOSDA.
Lokasi yang strategis di daerah padat
penduduk.

No.
1.

Dukungan berupa materil dari wali murid
cukup tinggi.
Memiliki teknologi untuk menunjang
pembelajaran.

3.

2.

4.

Treats
Masyarakat sekitar yang mempunyai pandangan
negatif terhadap karakter siswa.
Masyarakat sekitar menganggap kompetensi guru
untuk mengajar masih rendah, banyak siswa yang
tidak melanjutkan.
Kerja sama dengan lembaga eksternal masih
rendah.
Pergaulan siswa yang memberikan dampak
negatif bagi pembelajaran, (anjal, pengamen)

Dari data di atas diperoleh beberapa hal yang dapat berpengaruh pada kinerja guru dan
kepuasan masyarakat dilihat dari lingkungan eksternal sekolah. peluang-peluang tersebut
perlu untuk dimanfaatkan dengan maksimal oleh sekolah. Masalah-masalah yang timbul
akibat ancaman telah dapat dirasakan langsung oleh sekolah, seperti rendahnya minat
masyarakat untuk menyekolahkan putra putrinya di SD Negeri 05 Bareng Kota Malang. Dari
banyak yang ditunjukan dari lingkungan internal dan eksternal tersebut, perlu untuk
menyusun langkah perbaikan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pada aspek kinerja
guru dan kepuasan masyarakat.
PEMBAHASAN
Pembahasan pada artikel ini berisi perencanaan strategi yang akan dilakukan oleh SD
Negeri 05 Bareng Kota Malang. strategi tersebut disajikan dalam setiap aspek yaitu kinerja
guru dan kepuasan masayrakat. Agar lebih mencirikan proses Total Quality Management
(TQM) Strategi tersebut meggunakan tools Process-chart yaitu seperti gambar di bawah ini:

Gambar 1. Process-chart

Inti dari process-chart ini adalah memastikan bahwasanya lembaga pendidikan paham
terhadp lingkungan internalnya yang digunakan pada layanannya (Sallis:2011). Dalam artikel
ini, pelanggan dan sumber daya yang dimiliki akan dibahas pada dalam beberapa bagian
menurut fokus masalah dalam artikel ini. Lebih jelasnya disajikan dalam sub-bab di bawah
ini.
Kinerja Guru
Kinerja guru di SD Negeri bareng 05 berdasarkan pelanggan sekolah yaitu masyarakat
terutama orang tua/wali siswa. Berdasarkan analisis medan (force-field analysis) dan SWOT
dinyatakan beberapa hal yang perlu ditingkatkan dari segi kinerja guru, sekaligus menjawab
kebutuhan orang tua sebagai pelanggan sebagai supplier sekaligus costumer untuk lulusan
yang berkualitas secara akademik. Strategi yang dapat diterapkan: (1) pembelajaran berbasis
teknologi, (2) pembiasaan membaca pada siswa, (3) budaya sekolah yang kondusif, (4)
mendorong siswa untuk melanjutkan ke SMP, (5) penambahan kegiatan ekstra kurikuler, (6)
rekruitmen guru yang lebih terbuka, (7) pemberian layanan khusus bagi siswa dengan
kemampuan belajar kurang. Ketujuh masalah dan strateginya yang telah diidentifikasi dengan
Tools TQM ini merupakan masalah-masalah yang yang harus dihadapi dan ditingkatkan.
Aspek lain yang perlu diperhatikan adalah kelebihan-kelebihan di sekolah pesaing dan perlu
diterapkan di SD Negeri 05 Kota Malang yang diperoleh dari kegiatan Benchmarking.
Sumber daya yang dimiliki oleh sekolah tersaji pula dalam analisis tools sebelumnnya,
yaitu dirangkum sebagai berikut: (1) dukungan dari pemerintah pusat dan daerah berupa BOS
dan BOSDA, (2) memiliki teknologi untuk menunjang pembelajaran, (3) motivasi guru untuk
mengajar tinggi, (4) siswa antusias dalam pembelajaran terutama yang melibatkan banyak
aktivitas fisik, (5) hubungan baik siswa-guru, dan (6) fasilitas perpustakaan tersedia dengan
cukup banyak buku. Semua sumber daya ini perlu untuk dimanfaatkan dengan maksimal,
sehingga masalah-masalah yang telah terjadi dapat diatasi, serta mencegah masalah serupa
terjadi. Penyelesaian masalah-masalah ini dapat diatasi juga dengan menggunakan prinsipprinsip TQM. Prinsip TQM menurut Nasution (2000) menyebutkan lima cakupan, yaitu: (1)
fokus pada pelanggan (layanan siswa dan pemenuhan kepuasan orang tua), (2) adanya
keterlibatan total (dari guru dan kepala sekolah untuk menyelenggarakan kegiatan kurikuler),
(3) adanya ukuran baku mutu lulusan sekolah (misalnya kesiapan dan kemuan siswa untuk
melanjutkan ke SMP), (4) adanya komitmen dari semua pihak (semua guru dan Kepala untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran dan memanfaatkan teknologi dengan maksimal), dan (5)
adanya perbaikan (budaya belajar yang kondusif) secara berkelanjutan.

Komitmen manajemen oleh kepala sekolah dan melakukan perbandingan dengan
lembaga pendidikan yang lebih maju bisa jadi strategi untuk menerapkan TQM di SD Negeri
Bareng 05 Kota Malang. Menurut Retnaningrum dan Nasron (2013) Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa konstruk TQM dibentuk oleh lima dimensi yaitu: dimensi komitmen
manajemen puncak, benchmarking, fokus keryawan, pelatihan, dan fokus pelanggan. Dalam
artian dalam penerapan TQM bukan hanya pelanggan yang menjadi fokus program
perbaikan, akan tetapi guru yang kinerjanya berdampak langsung pada pembelajaranpun
perlu diperhatikan.
Beberpa sekolah telah menjadi bukti penerapan TQM dapat meningkatkan kinerja
sehingga berdampak pada kepuasan masyarakatnya. Menurut Eryılmaza, dkk. (2016) institusi
pendidikan tinggi Turki telah menunjukkan kemajuan besar selama ini dan beberapa tahun
terakhir, salah satunya dengan menggunakan berusaha untuk semaksimal mungkin dalam
mengajar dan berusaha tidak ada kesalahan pada setiap pembelajaran. prinsip ini diasumsikan
Eryilmaza sebagai kutipan dari prinsip Zero-defect yang merupakan prinsip TQM. Apabila
secara menyeluruh lembaga pendidikan, termasuk di SD Negeri Bareng 05 Kota Malang
dapat menerapkan prinsip ini, diyakini peneliti dapat meningkatkan kinerja pula.
Kepuasan Masyarakat
Dari sudut pandang kepuasan pelanggan, masalah yang ditemukan dengan Tools TQM
benchmarking, Force-field Analysis, dan SWOT. Ditemukan beberapa aspek yang perlu
diperbaiki untuk memenuhi kepuasan masyarakat sebagai supplier dan costumer di SD
Negeri Bareng 05 Kota Malang. menurut Sallis (2011) Tingkat kepuasan pelanggan adalah
ketidaksamaan antara kinerja yang dirasakan dan harapan. Dalam artian masalah-masalah
yang dikemukakan di atas merupakan perbedaan yang dirasakan sebagai efek dari
ketidakpuasan masyarkaat. Aspek-aspek yang perlu diperbaiki dalam pemenuhan kepuasan
masyrakat adalah dengan strategi berikut: (1) memahami prosedur yang berlaku untuk
perbaikan fisik sekolah, (2) mencari sokongan dana dari pihak selain pemerintah, (3)
mengimbangi bahkan melebihi layanan di sekolah kompetitor, (4) promosi lebih gencar
dilakukan kepada masyarakat sekitar, (5) pembinaan perilaku siswa dengan pendidikan
karakter maksimal, (6) penambahan ektrakurikuler sesuai peminatan siswa, (7) seleksi siswa
baru yang sistematis, (8) menambah kegiatan yang mengeksplor kreatifitas siswa di
masyarakat, (9) kerja sama dengan lembaga eksternal, (10) memantau dan membimbing
pergaulan siswa. Dari kesebelas masalah yang dipaparkan di atas, dapat digunakan untuk
penentuan strategi dalam menyelesaikan masalah tersebut, salah satu yang dapat menjadi

pilihan dalam menuntaskan masalah tersebut adalah dengan menggunakan prinsip-prinsip
total quality management.
Penggunaan TQM untuk meningkatkan kepuasan pelanggan sangat baik untuk dicoba
oleh sekolah, apalagi dengan persangan antar sekolah yang cukup menekan proses tersebut.
menurut Militaru, dkk (2013) TQM bisa memfasilitasi institusi pendidikan dalam mengontrol
perkembangan dan membangun inovasi dirinya

sendiri sehingga dapat menanggulangi

penekanan dari eksternal persaingan baru. Beliau menambahkan sekolah yang menerapkan
TQM mempunyai ciri-ciri: (1) optimaliasasi aktivitas PTK, (2) perataan vertikal (memahami
seluruh peraturan) dan horizontal (semua staf sampai kepala sekolah punya beban yang
sama), (3) perintah berpusat kepada kepala sekolah. Penerapan TQM memang membutuhkan
waktu yang lama dan tidak dapat seketika rampung, namun komitmen dari seluruh staf
sangatlah mempengaruhi keberhasilan penerapan TQM tersebut.
Kerjasama antar lembaga pendidikan sangat penting untuk meningkatkan daya saing di
masyarakat. Buktinya menurut penelitian Anastasiadou (2015) dalam penerapan TQM di
Yunani menunjukan adanya faktor kerja sama dan pemanfaatan sumber daya yang baik dapat
menjamin kepuasan masyarakat terhadap sistem di lembaga pendidikan. Maka dari itu,
sekolah perlu untuk menerapkan TQM dengan salah satu strateginya yaitu meningkatkan
kerja sama dengan sekolah lain, belajar dari sekolah lain yang dalam aspek kepuasan
pelanggan lebih baik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian terkait kinerja dan kepuasan masyarakat di SD Negeri 05
Bareng Kota Malang, dapat diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu: (1) Analisis kinerja dan
kepuasan pelanggan menggunakan tools TQM diagram alir yang berisikan aktivitas
benchmarking, force-field analysis, analisis SWOT, dan process-chart, (2) Kinerja SD Negeri
Bareng 05 Kota Malang belum maksimal, ditunjukan dengan beberapa masalah yaitu kurang
maksimalnya

penggunaan

teknologi

dalam

pembelajaran,

kurang

memanfaatkan

perpustakaan, kurang menumbuhkan semangat belajar pada siswanya, dan lain sebagainya (3)
tingkat kepuasan masyarakat terhadap SD Negeri 05 Bareng Kota Malang masih kurang
ditunjukan dengan bebapa gedung yang masih perlu perbaikan, promosi kurang digencarkan,
adanya sekolah disekitar yang lebih unggul dalam mutu, budaya sekolah yang kurang
disiplin, beberapa siswa membutuhkan bantuan belajar tambahan, dan sebagainya. (4) Tools

dalam Total quality managment dapat dijadikan alat untuk mengetahui permasalahan mutu
sekolah, sedangkan prinsipnya digunakan untuk perbaikan masalah tersebut
Saran
Berdasarkan simpulan yang dijelaskan di atas, maka disampaikan beberapa saran yaitu:
(1) Kepala lembaga sekolah perlu menerapkan program perbaikan kinerja guru dan kepuasan
masyarakat beserta guru dan stakeholder sekolah lainya, (2) Kepala sekolah, guru, dan
seluruh stakeholder sekolah hendaknya mempertimbangkan prinsip-prinsip TQM dan
menerapkannya di sekolah, (3) Sekolah perlu menentukan target-target pencapaian mutu yang
harus diperoleh melalui implementasi TQM di SD Negeri 05 Bareng.

DAFTAR RUJUKAN
Anastasiadou, S.D. 2015. Roadmaps of Total Quality Management in the Greek Education
System According to Deming, Juran, and Crosby in Light of the EFQM Model.
Procedia Economics and Finance (33) 562 – 572. (online) http://sciencedirect.com/.
Diunduh tanggal 16 Maret 2018.
Crosby, P.B. 1979. Quality Is Free. New York : New American Library. (online pdf)
http:freebook.com. diunduh tanggal 26 Februari 2018.
Eryilmaz, M. E. Dkk. 2016. Total Quality Management in the Turkish Higher Education
Institutions: Preliminary Findings. Procedia. Social and Behavioral Sciences (229) 60 –
69. (online) http://sciencedirect.com/. Diunduh tanggal 16 Maret 2018.
Gaspersz, Vincent, 2000, Penerapan Total Management In Education (TQME) Pada
Perguruan Tinggi Di Indonesia, Jurnal Pendidikan Jilid 6 (11) Hal 23-41 (online).
http://www.ut.ac.id. Diakses tanggal 26 Febuari 2018.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2017. Data Pokok Pendidikan
Dasar dan Menengah. (online) http://sekolah.data.kemdikbud.go.id/. Diunduh tanggal
03 Maret 2018.
Militaru, M. Ungureanu, G. Chenic, A.S. 2013. The prospects of implementing the principles
of Total Quality Management (TQM) in education. Procedia - Social and Behavioral
Sciences (93) 1138 – 1141. (online) http://sciencedirect.com/. Diunduh tanggal 16
Maret 2018.
Nasution, M. 2000. Manajemen Mutu Terpadu, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 17 Tahun 2017 tentang penerimaan
siswa baru. (online) http://kemdikbud.go.id/ diunduh tanggal 3 Februari 2018.
Retnaningrum. Nasron, M. 2013. Praktik TQM, Persepsi Kualitas Layanan dan Kepuasan
Pelanggan. BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis Volume 17(1) hlm. 18-26. .
(online) http://portalgaruda.org/archive. Diunduh tanggal 16 Maret 2018.

Sallis, E. 2011. Total Quality Management In Education. Terj. Ahmad Ali Riyadi, Cet. Ke-4.
Yogyakarta: Ircisod.
Supeni, B.S. 2014. Pengaruh Total Quality Management (TQM) dan Kedisiplinan Guru
terhadap Kinerja Guru SMA/SMK di Kota Madiun. ASSETS : Jurnal Akuntansi dan
Pendidikan, Vol.3 No.2, halaman 75-82. (online) http://portalgaruda.org/archive/...
Diunduh tanggal 03 Maret 2018.
Tjiptono, F. Dian, A. 2001. Total Quality Manajemen. Yogyakarta: Andi Press.