permasalahan gizi buruk di Indonesia

MAKALAH
PERMASALAHAN GIZI BURUK YANG MELANDA
INDONESIA
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian terintegrasi B
Dosen Pembimbing Raden Afnan Suhalya M.Anwar, S.T., M.M.

AVNI PRASETIA PUTRI
NPM. 1406619496

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
MARET, 2015

BAB 1
PENDAHULUAN
Mendapatkan penghidupan yang layak merupakan hak bagi setiap rakyat
dan kewajiban bagi negara. Salah satu tujuan dibentuknya negara Indonesia yang
terdapat dalam konstitusi negara yaitu mensejahterakan rakyat. Ironisnya adalah
diperkirakan masih terdapat sekitar 1,7 juta balita terancam gizi buruk yang

keberadaannya tersebar di pelosok-pelosok Indonesia. Jumlah balita di Indonesia
menurut data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun
2007 mencapai 17,2% dengan laju pertumbuhan penduduk 2,7% per tahun.
United Nations Children’s Fund (UNICEF) melaporkan Indonesia berada di
peringkat kelima dunia untuk negara dengan jumlah anak yang terhambat
pertumbuhannya karena kekurangan gizi paling besar dengan perkiraan sebanyak
7,7 juta balita (Depkes RI, 2007).
Lalu sebenarnya bagaimana keadaan gizi masyarakat di Indonesia, apakah
setiap tahun permasalahan gizi buruk ini semakin membaik atau memburuk,
bagaimana permasalah ini bisa ini terjadi, langkah apa yang sudah diambil
pemerintah, serta bagaimana cara mengatasinya.
Dengan adanya makalah ini diharapkan mampu untuk memberikan
gambaran Informasi dan pemahaman mengenai permasalahan gizi yang dialami
oleh masyarakat Indonesia, serta memberikan solusi yang tepat untuk
menuntaskan permasalahan ini.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis menggunakan metode kajian
pustaka, yaitu dengan mengambil beberapa informasi dan data statistik mengenai
topik terkait pada sumber-sumber informasi .
Secara jelasnya penulis akan membahas beberapa hal mengenai permasalah
gizi buruk di Indonesia yang terbagi kedalam subbab pembahasan yaitu

konseptualisasi mengenai apa itu gizi buruk, penyebabnya, peran pemerintah
sebagai pembuat kebijakan

serta solusi yang dapat dilakukan untuk

menyelesaikannya guna mencapai kesejahteraan masyarakat di Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Gizi Buruk
Gizi buruk adalah status gizi yang dialami seseorang dalam keadaan
kekurang gizi atau nutrisi secara terus menerus hingga mencapai tingkat berat
berdasarkan indeks umur, tinggi dan berat badan yang disebabkan oleh rendahnya
konsumsi nutrisi yang diperlukan oleh tubuh. Kebutuhan terhadap zat tersebut
terbagi dalam dua kategori utama yaitu makronutrien dan mikronutien.
Makronutrien adalah nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh kita dalam jumlah
banyak, meliputi lemak, karbohidrat, Protein dan Air. Zat-zat ini diperlukan
sebagai sumber utama proses metabolisme tubuh. Mikronutrien adalah nutrisi
yang yang diperlukan dalam jumlah yang sedikit spereti vitamin, mineral, kimia

nabati, dan antioksidan
2.2 Penyebab masalah Gizi buruk
Faktor mendasar yang menyebabkan seseorang tidak mendapatkan nutrisi
dengan baik sehingga terjadi gizi buruk adalah masalah ekonomi, pola pikir dan
perilaku kesehatan yang minim serta pelayanan kesehatan yang masih belum
merata dan maksimal.
Ketika seseorang hidup dengan masalah ekonomi seperti kemiskinan dan
pengangguran, mengingat kompetensi dalam mencari pekerjaan semakin sulit
karena pertumbuhan penduduk yang terus meningkat, sementara lapangan
pekerjaan yang sangat terbatas. Jika demikian, maka akan sulit seseorang untuk
memenuhi kebutuhan pokoknya seperti sandang (makanan), pangan dan papan
(rumah). Ketiga unsur ini mengambil bagian sebagi penyebab gizi buruk.
Gizi buruk bukan hanya disebabkan oleh karena memang pada awalnya
seseorang mengalami kekurangan gizi pada tahap berat seperti yang dikatakan
sebelumnya, tetapi juga bisa terjadi dari faktor rumah sebagai tempat tinggal dan
beraktivitas. Pedoman teknis ini disusun berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan Kesehatan
Perumahan, yang mengatur tentang kelompok bobot rumah, kelompok sarana
sanitasi dan kelompok perilaku. Ada beberapa indikator dari sarana sanitasi
lingkungan yaitu ketersediaan air bersih, jamban, sarana pembuangan air limbah

dan sarana pembuangan sampah, yang sudah memiliki ketentuan-ketentuan
pengaturan tata letak, pengolahan dan standar tersendiri yang telah ditetapkan .

Apabila Indikator tersebut tidak terpenuhi baik salah satuatau beberapa maka akan
menimbulkan lingkungan tidak sehat yang akan menimbulkan berbagai penyakit
yang memicu pengurangan penyerapan nutrisi kedalam tubuh seperti diare,
Infeksi dan ISPA. Seseorang yang mendapat makanan yang cukup baik, tetapi
sering diserang diare atau demam, dapat menderita kurang gizi. Demikian juga
pada anak yang mendapat makan tidak cukup baik maka daya tahan tubuhnya
menjadi rendah yang mengakibatkan mudah diserang penyakit infeksi sehingga
mengurangi nafsu makan dan akhirnya akan menderita kurang gizi bahkan gizi
buruk.
Faktor terakhir adalah layanan kesehatan dan pola asuh orang tua terhadap
anaknya. Pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas yang belum
merata mengingat luasnya negara Indonesia yang penduduknya tersebar hingga ke
pelosok-pelosok desa, padahal layanan kesehatan sangaat penting untuk
memantau perkembangan dan pertumbuhan masyarakat serta memberikan
sosialisasi mengenai pola hidup sehat seperti mencuci tangan, menjaga kebersihan
diri maupun lingkungan dan konsumsi gizi yang seimbang, karena tidak jarang
banyak orang tua yang tidak memahami dengan baik komposisi makanan apa saja

yang harus dikonsumsi oleh seorang anak.

2.3 Permasalahn Gizi Buruk di Indonesia
Seorang anak yang mengalami gizi buruk, maka dipastikan bahwa anak
tersebut dipastikan mengalami kekurangan gizi, namun jika seorang anak
mengalami kekurangan gizi, belum tentu mengalami gizi buruk. Berikut adalah
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas ) secara nasional dan Departemen
Kesehatan RI yang dilakukan selama beberapa periode yang berbeda mengenai
preverensi keadaan kekurangan gizi dan gizi buruk di Indonesia.

Tahun
Preverensi
Kekuranga
n gizi
Preverenzi

2005

2007


2008

2010

2013

28%

18,4%

13%

17,9%

19,6%

8,8%

5,4%


5,4%

5,9%

6,2%

gizi buruk
Dapat dilihat bahwa preverensi kekurangan gizi dan gizi buruk di indonesia
tidak dapat diprediksi seperti preverensi kekurangan gizi yang dari tahun
2005,2007, 2008 terus menurun, tetapi meningkat secaea drastis pada tahun 2010
hingga 2013. Sementara preverensi gizi buruk yang juga mengalami penurunan
dari tahun 2007 dibandingkan 2005, dan tetap bertahan pada angka yang sama
pada tahun 2008, selanjutnya mengalami peningkatan pada tahun 2010 dan 2013.
2.7 Peran pemerintah dalam mengatasi gizi buruk di Indonesia
Sebenarnya sudah banyak cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk
mengatasi masalah ini tentunya dengan bantuan unsur-unsur tekait seperti
Departemen kesehatan, Rumah sakit dan Bhakti Husada serta mengeluarkan
kebijakan yang mendukung kesejahteraan rakyat seperti

Pembinaan gizi


masyarakat oleh bakti husada, program pangan perbaikan gizi oleh bappenas,
Jaminan Kesehatan, Gerakan nasional percepatan perbaikan gizi sebagai butir
pertama dari Tujuan Pembangunan Milenium (MDGS) serta penggunaan
teknologi dan Informasi seperti Internet yang disebut e-health untuk menyebarkan
layanan kesehatan yang lebih merata dan memberikan wawasan yang lebih mudah
diakses oleh masyarakat.

BAB III
PENUTUP
Dari paparan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa masalah gizi buruk ini
adalah masalah yang sangat kompleks karena disebabkan oleh berbagai aspek
kehidupan seperti ekonomi, politik, sosial dan budaya yang semuanya saling
terkait dan saling mempengaruhi. Oleh karena itu memang bukanlah hal yang
mudah untuk menuntaskannya, hal ini ini terlihat jelas dari data yang telah
dutunjukkan untuk beberapa tahun mengenaik keadaan gizi buruk di Indonesia
yang preverensinya masih sangat tidak dapat diprediksi dan hanya sedikit

penurunan preverensinya itupun hanya di beberapa periode dan meningkat
kembali.

Solusi yang paling tepat untuk dilakukan dalam menangani masalah ini
adalah dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama pada sisi
finansial atau keuangan. Kendala keterbatasan finansial untuk memenuhi
kebutuhan hidup merupakan masalah utama dalam status gizi buruk yang dialami
masyarakat Pemerintah harus mengusahakan cara agar lapangan pekerjaan dapat
tersedia lebih banyak, disamping itu pemerintah jiga harus meningkatkan
pendidikan agar masyarakat manusia dapat bersaing dengan warga global
mengingat tantangan pasar terbuka yang sudah mulai terbuka dengan lebar, karena
apabila masyarakat tidak dapat bersaing maka akan meambah garis kemiskinan
dan Indonesia hanya menjadi pasar perdagangan dunia yang artinya negara dari
luar yang menguasai produksi dalam negeri.

Pemerintah bisa memberikan

pelayanan gratis terhadap masyarakat dengan tepat sasaran dan menyebarkan
secara luas hingga ke pelosok-pelosok tanah air guna memenuhi kebutuhan
pelayanan untuk masyarakat secara nyata, sungguh-sungguh dan maksimal karena
memang kenyataannya program tersebut belum sepenuhnya terlaksanakan secara
maksimal.


DAFTAR PUSTAKA
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Pertumbuhan
Penduduk Indonesia. Jakarta: BKKBN, 2008.
Departemen Kesehatan republik indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas ). Jakarta: DepKes,2014.
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 829/Menkes/SK/VII/1999
https://scele.ui.ac.id/berkas_kolaborasi/konten/mpktb_2014genap/087.pdf
2015)

(27

Maret.

https://scele.ui.ac.id/berkas_kolaborasi/konten/mpktb_2014genap/089.pdf
2015)

(27

Maret.


http://www.tempo.co/read/news/2015/01/25/174637469/Prevalensi-Gizi-BurukBalita-Meningkat-di-2013 (27 Maret.2015)
http://www.tempo.co/read/news/2012/01/18/173378104/RI-Negara-di-Urutan-ke5-yang-Warganya-Kurang-Gizi (27 Maret.2015)