Skripsi Strategi Pengembangan Produk Kawasan Wisata Gunung Tidar

SKRIPSI
STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK
KAWASAN WISATA GUNUNG TIDAR
(Studi Kasus Terhadap Kawasan Wisata Spiritual Gunung Tidar,
Kecamatan Magelang Selatan, Kota Magelang, Provinsi Jawa Tengah)

Disusun Oleh :
Rendi Redona
NIM : 511100081

JURUSAN HOSPITALITY SEKOLAH
TINGGI PARIWISATA AMPTA
YOGYAKARTA
2015

i

HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK
KAWASAN WISATA GUNUNG TIDAR

(Studi Kasus Terhadap Kawasan Wisata Spiritual Gunung Tidar, Kecamatan
Magelang Selatan, Kota Magelang, Provinsi Jawa Tengah)

Disusun oleh
Rendi Redona
NIM : 511100081
Jurusan Hospitality

Telah Disetujui oleh :
Pembimbing I

Pembimbing II

(Arif Dwi Saputra, SS, M.MPar)
NIDN. 0525047001

(Angela Ariani, SH, M.MPar)
NIDN. 0530106001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Hospitality

(Arif Dwi Saputra, SS, M.MPar)
NIDN. 0525047001

ii

BERITA ACARA UJIAN
STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK
KAWASAN WISATA GUNUNG TIDAR
(Studi Kasus Terhadap Kawasan Wisata Spiritual Gunung Tidar, Kecamatan
Magelang Selatan, Kota Magelang, Provinsi Jawa Tengah)
Disusun oleh
Rendi Redona
NIM : 511100081
Jurusan Hospitality
Telah dipertahankan di depan penguji
Dan dinyatakan : Lulus
Pada tanggal 15 April 2015


Penguji

:

(Dra. Nuharani EK, M.Pd)
NIDN.0530046603

Pembimbing I

:

(Arif Dwi Saputra, SS, M.MPar
) NIDN. 0525047001

Pembimbing II

:

(Angela Ariani, SH, M.MPar )
NIDN. 0530106001


Mengetahui,
Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA

(Drs. H Santoso, MM)
NIDN. 0519045901

iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertandatangan di bawah ini,
Nama

: Rendi Redona

NIM

: 511100081

Program Studi


: Sarjana/ S1 Pariwisata

Judul Skripsi

: STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUK KAWASAN
WISATA GUNUNG TIDAR
(Studi Kasus Terhadap Kawasan Wisata Spiritual Gunung
Tidar, Kecamatan Magelang Selatan, Kota Magelang,
Provinsi Jawa Tengah).

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 15 April 2015
Penulis,


Rendi Redona
NIM. 511100081

iv

MOTTO:

Datanglah kepada
rakyat, Hiduplah
bersama mereka,
Belajarlah dari mereka,
Cintailah mereka,
Mulailah dari apa yang mereka tahu,
Bangunlah dari apa yang mereka
punya; Tetapi pendamping yang
baik adalah,
Ketika pekerjaan selesai dan tugas dirampungkan rakyat
berkata: “kami sendirilah yang
mengerjakan”. (Lao Tse , 700
SM)

“Seorang Pendaki Kehidupan Merasa Yakin pada Sesuatu yang
Lebih Besar Daripada Dalam Dirinya. Dia Berkeyakinan bahwa
Segala Hal Bisa dan Akan Terlaksana, Kendati Orang Lain Lebih
Banyak Memilih Berhenti dari jalur Pendakian atau Berkemah.”
(Paul G. Stoltz, Psikolog)

v

HALAMAN
PERSEMBAHAN

Allah, Gusti kang Maha
Kuasa
Tuhan seluruh makhlukyang Maha Penyayang lagi Maha
Pengasih.
Karena atas kuasa-Mu hingga kini anugrah dan
karunia masih dapat kunikmati, sehat lahir
maupun batin.

Kupersembahkan karya ku ini

untuk:
Bapak dan Ibuku, Budi Utomo dan Sumaeni, sembah
sungkem rasa hormat baktiku, terimakasih doa dan
restunya.
Mbak Heni Idayati, dan Mas Hobby Haryoko
yang selalu menyayangiku, terimakasih nasehat
dan dukungannya.
Keluarga besar eyang Soemowardoyo sekalian.
Dewi Astuti yang sudah tiada namun semangat
darimu tetap mengalir dalam jiwaku, terimakasih
semuanya.
Keluarga Kadang Kadeyan Sabdalangit (KKS),
terutama Bapak Sabda, Mami Untari, Pak Pur, Mas
Parjo dan para kadang para pinesepuh sekalian di
ndalem Wijilan, Yogyakarta, yang banyak memberikan
tauladan akan budaya adi luhung Nusantara,
Sahabat – sahabat seperjuangan angkatan 2011 dan
teman – teman di Himpunan Mahasiswa Hospitality
Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA.


Dan teman – teman di “KAPALA AMPTA” .

vi

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Gusti Kang Maha Kuasa, Tuhan seluruh
Makhluk yang Maha Penyayang, atas segala limpahan rahmat, hidayah dan karuniaNya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “STRATEGI
PENGEMBANGAN PRODUK KAWASAN WISATA GUNUNG TIDAR, Studi
Kasus Terhadap Kawasan Wisata Spiritual Gunung Tidar, Kecamatan Magelang
Selatan, Kota Magelang, Provinsi Jawa Tengah”. Skripsi ini disusun untuk
memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Pariwisata dalam Program Studi
Pariwisata Jurusan Hospitality Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakarta.
Dalam proses penyelesaian studi sarjana ini tidak lepas dari bimbingan, arahan,
dan dukungan penuh semangat dari semua pihak internal civitas lembaga Sekolah
Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakarta dan pihak- pihak eksternal, dalam keluarga,
masyarakat maupun komunitas organisasi yang penulis ikuti. Karenanya pada
kesempatan ini dengan rasa syukur yang mendalam dari penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar- besarnya dan apresiasi yang setinggi – tingginya kepada
pihak yang berpartisipasi dalam penyususnan skripsi sebagai berikut:
1. Bapak Arif Dwi Saputra, SS, M.MParselaku Pembimbing Utama sekaligus

menjabat Ketua Jurusan Hospitality yang telah membimbing materi maupun
penulisan skripsi.
2. Ibu Angela Ariani, SH, M.MPar selaku Dosen Pembimbing Kedua yang telah
banyak membimbing materi maupun penulisan skripsi.
3. Ibu Dra. Nuharani EK, M.Pd Selaku Penguji yang telah memberikan kritik dan
sarannya.

vii

4. Bapak Drs. H Santoso, MM selaku Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA
Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian.
5. Ibu Dra. Heni Susilowati, MM selaku Sekretaris Jurusan Hospitality yang telah
membantu keperluan administrasi surat – menyuratdalam penelitian.
6. Para dosen pengampu mata kuliah yang tidak dapat saya sebutkan satu – persatu,
yang telah memberikan bimbingannya dalam belajar dasar – dasar teori,
memperkaya wawasan dan cara berpikir ilmiah yang kritis selama menempuh
pendidikan di Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakarta.
7. Kabid Kesbang Badan Kesbanglinmas Daerah Istimewa Yogyakarta Dra.
Amiarsi Harwani, SH, MS yang telah memberikan rekomendasi penelitian lintas
provinsi.

8. Kepala Badan Penanaman Modal Provinsi Jawa Tengah Ir. Sujarwanto
Dwiatmoko, MSi yang telah memberikan rekomendasi izin penelitian.
9. Kepala Badan Kesbangpol dan Linmas Kota Magelang, Ir. Eri Widyo Saptoko,
M.Si yang telah memberikan rekomendasi penelitian.
10. Bapak Drs. Hartoko selaku Kepala Dinas Pemuda, Olah Raga, Budaya, dan
Pariwisata, yang telah memberikan kesempatan berharga melakukan penelitian
pariwisata Gunung Tidar maupun berkenan sedia diwawancarai sebagai
responden.
11. Ibu Sri Subekti,SE. selaku Kabid Pariwisata Disporabudpar,

Bapak Susilo

Handoyo, S.Sen selaku Ketua Dewan Seni Kota Magelang, Bapak Sus Anggoro,
SE. selalu Kabid Budaya Disporabudpar, dan Bapak Iwan Triteny Setyadi, ST.
MT., selaku Ka. Sub Bid Pendidikan, Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan

viii

pariwisata Bappeda Kota Magelang yang telah menyempatkan waktunya kepada
penulis untuk memberikan informasi.
12. Ibu Sutijah selaku Juru Kunci Makam Gunung Tidar dan Bapak Widodo, SE
Kepala UPT Kawasan Gunung Tidar, dan Bapak Supardiselaku Koordinator
Petugas Jagawana Kawasan Gunung Tidar yang telah memberikan izin dan
menjadi informan penulis melakukan penelitian.
13. Bapak Sabdalangit Ae Banyusegoro, SIP,MM yang merupakan Pimpinan
komunitas budaya Kadang Kadeyan Sabdalangit (KKS) selaku informan
budayawan maupun praktisi spiritual, yang telah berkenan memberikan
informasi mengenai Gunung Tidar dari sudut pandang spiritualitas budaya jawa.
14. Dr. Suparjo Sujadi, S.H., M.H., atau yang lebih akrab dipangil Mas Parjo yang
saat ini menjadi pengamat Hukum Agraria dari Universitas Indonesia selaku
inspirator yang telah memberikan ide – ide dan masukan bagi penulis.
15. Ryanto Dhamar Widyaraja yang telah membantu penulis dalam pengambilan
dokumentasi photo penelitian.
16. Seluruh pihak yang tidak dapat satu persatu penulis sebutkan, terimakasih atas
bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.
Pada akhirnya penulis bersyukur dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
kesadaran penuh bahwasannya skripsi ini belum sempurna dan tidak luput dari
kekurangan. Semoga karya ilmiah ini dapat memberi secercah manfaat dan harapan
kepada para pembaca dalam perkembangan ilmu.
Yogyakarta, 10 April 2015
Penulis,
Rendi Redona

ix

DAFTAR ISI
Hal.
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………....... I
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii
BERITA ACARA UJIAN ………………………………………………………iii
HALAMAN PERNYATAAN ……………………………………………......

iv

MOTTO ………………………………………………………………………… v
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………......... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii
ABSTRAKSI …………………………………………………………………... xviii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 6
C. Batasan Masalah ………………………………………………..

6

D. Tujuan Penelitian …...................................................................... 7
E. Manfaat Penelitian ........................................................................ 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Teorisasi .......................................................................................

x

10

1. Pariwisata …………………………………………………… 10
2. Strategi ………………………………………………………. 12
3. Pengembangan Produk ……………………………………… 14
4. Kawasan Wisata ……………………………………………… 15
5. Wisata Spiritual ........................................................................ 17
6. Pengembangan Produk Pariwisata ........................................... 20
7. Faktor Internal dan Eksternal .................................................. 28
B. Kerangka Pemikiran .................................................................... 32
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 35
1. Lokasi………………………................................................... 35
2. Waktu ………………………………………………............... 35
B. Populasi dan Sampel ...................................................................

36

1. Populasi .................................................................................... 36
2. Sampel ..................................................................................... 36
C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 39
D. Variabel Penelitian dan Indikator ................................................. 40
1. Variabel Produk Utama (Core Procuct)................................... 41
2. Variabel Produk Tambahan (Augmented Product)…………… 42
3. Variabel Pariwisata Berkelanjutan ……………………….….. 44
E. Definisi Konseptual ……………................................................... 46
F. Teknik Analisis Data ……............................................................. 46
1. Analisis Deskriptif Kuantitatif ………………………….….... 47

xi

2. Analisis Deskriptif Kualitatif ……………………….……….. 47
3. Analisis Matriks IFAS dan EFAS ………………………….. 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kawasan Wisata Spiritual Gunung Tidar .....

53

1. Sejarah Perkembangan Kawasan Gunung Tidar, Legenda,
Dan Mitologi …………………………………..….………..

53

2. Kondisi Lingkungan Fisik ……………………………..…..

58

3. Kondisi Kependudukan Kelurahan Magersari ……………… 61
4. Kondisi Kelembagaan …………….……………………..….. 63
5. Kondisi Infrastruktur…………….……………………..…..

65

6. Profil UPT Kawasan Wisata Spiritual Gunung Tidar ……...

67

B. Identifikasi Potensi Pariwisata Spiritual di Gunung Tidar ……..

70

1. Potensi Wisata Spiritual Berbasis Alam (Area Ring 1,2,3) ..

70

2. Potensi Wisata Spiritual Berbasis Spiritual dan Religi …….

71

C. Analisis Faktor Lingkungan Internal dan Eksternal ……..……..

74

1. Analisis Lingkungan Internal ……………………………….. 74
2. Analisis Lingkungan Eksternal ……………………………... 86
D. Strategi Pengembangan Produk Kawasan Wisata
Gunung Tidar ……………………………………………………. 97
1. Strategi Umum (Grand Strategy) ………................................ 97
2. Strategi Program ……………………………………………

100

3. Strategi Khusus ……………………………………………… 104

xii

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan ……………………………………………............. 108
B. Rekomendasi ……………………………………..……..……..

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiii

111

DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 2.1 Dimensi Ekonomi, Ekologi, Sosial, dan Budaya Dalam Pariwisata
Berkelanjutan ................................................................................... 27
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian …………………………………………………. 36
Tabel 3.2 Jumlah Sampel dan Informan …………………………………… 39
Tabel 3.3 Indikator Wisata Spiritual ............................................................... 41
Tabel 3.4 Indikator Produk Tambahan dan Kelembagaan ………………….. 43
Tabel 3.5 Indukator Pariwisata Berkelanjutan …..……………………………44
Tabel 3.6 Matriks IFAS (Internal Factors Analysis Summary) ...................... 49
Tabel 3.7 Matriks EFAS (External Factors Analysis Summary)………….... 51
Tabel 3.8 Matriks Internal - Ekternal …..…………………………………… 52
Tabel 3.9 Matriks SWOT ................................................................................ 52
Tabel 4.1 Hasil Identifikasi Produk Kawasan Wisata Spiritual Berdasarkan
Berdasarkan Pembagian Ruang Wisata Kawasan Gunung Tidar … 73
Tabel 4.2 Potensi Tempat (Places) Kawasan Gunung Tidar Dilihat dari
Kepuasan Wisatawan terhadap Kualitas Produk Wisata Spiritual… 76
Tabel 4.3 Ketersediaan Daya Tarik (Attraction) Spiritual Kawasan Gunung
Tidar ……………………………………………………………… 77
Tabel 4.4 Potensi Motivasi (Motives) Wisatawan Berkunjung ke Kawasan
Gunung Tidar dilihat Berdasarkan Sikap ………………………… 78
Tabel 4.5 Identifikasi Hipotesis Kelemahan dan Kekuatan …………….…… 84
Tabel 4.6 Konfirmasi Temuan Kelemahan dan Kekuatan Internal ……..…… 85
Tabel 4.7 Matriks Internal Factors Summary (IFAS) ……………………… 85

xiv

Hal
Tabel 4.8 Hasil Penilaian Terhadap Pengaruh Lingkungan Eksternal ……… 87
Tabel 4.9 Matriks Eksternal Factors Summary ……………………………… 96
Tabel 4.10 Matriks Internal - Eksternal………………………………………. 98
Tabel 4.11 Analisis SWOT Pengembangan Produk Kawasan Wisata Gunung
Tidar ................................................................................................ 103

xv

DAFTAR GAMBAR
Hal.
Gambar 2.1

Elemen Wisata Spiritual ……………………………………… 19

Gambar 2.2

Konsep Pendekatan Kesesuaian Penawaran dan Permintaan .... 22

Gambar 2.3

Elemen Dasar Destinasi Pariwisata …………………………… 24

Gambar 2.4

Kerangka Pemikiran Penelitian ……………………….............. 33

Gambar 4.1

Lokasi Area Makam Kiai Semar …………………………….… 55

Gambar 4.2

Gambar Foto Satelite Kawasan Gunung Tidar ………………. 59

Gambar 4.3

Ifrastruktur Jalan Inspeksi Menuju Puncak Gunung Tidar …..... 66

Gambar 4.4

Struktur Kedudukan UPT Kawasan Gunung Tidar dalam Dinas
Pertanian, Peternakan, dan Perikanan …………………………. 67

Gambar 4.5

Area Berbasis Spiritual makam Kiai Semar, dan Tugu Pancang. 71

Gambar 4.6

Area Berbasis religi Makam Syekh Subakir dan Kiai Sepanjang.72

Gambar 4.7

Fasilitas Shelter Pedagang Kaki Lima (PKL) ………………..... 89

Gambar 4.8

Fasilitas Kebersihan di Area Parkir Komunal Bus....................... 90

Gambar 4.9

Kondisi Visual Suasana Lingkungan Kampong Tejosari Desa
Magersari ……………………………………………………… 91

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.

Hasil Rekomendasi Izin Penelitian

Lampiran 2.

Kuisioner Rating Terhadap Elemen Wisata Spiritual

Lampiran 3.

Daftar Jawaban Responden Wisatawan Penilaian Terhadap
Elemen Wisata Spiritual

Lampiran 4.

Kuisioner Lingkungan Internal Kawasan Pariwisata Spiritual
Gunung Tidar

Lampiran 5.

Kuisioner Lingkungan Eksternal Kawasan Pariwisata Spiritual
Gunung Tidar

Lampiran 6.

Hasil dan Pembahasan Perhitungan Faktor Eksternal

Lampiran 7.

Daftar Informan/ Responden Stakeholders

Lampiran 8

Daftar Responden Wisatawan Penilaian Persepsi Terhadap Elemen Wisata
Spiritual

Lampiran 9

Ringkasan Hasil Observasi dan Wawancara

Lampiran 10. Dokumentasi Foto
Lampiran 11. Daftar Riwayat Hidup

xvii

ABSTRAKSI
Trend wisata spiritual atau yang juga biasa dikenal dengan ziarah adalah
salah satu fenomena yang cukup menarik untuk dikembangkan menjadi potensi
pariwisata. Upaya eksploratif perlu dilakukan sehingga juga dapat mengetahui
dampak negatif untuk dicarikan upaya mencegah supaya langkah pengembangan ke
dapannya tidak menjadi ekploitatif. Salah satu tempat tujuan wisata spiritual yang
ada di destinasi Kota Magelang adalah Kawasan Gunung Tidar.
Pengembangan produk merupakan salah satu strategi dalam dunia
manajemen. Untuk menentukan langkah strategis dalam perkembangan isu – isu
terkini secara efektif dan tepat. Oleh karenanya judul penelitian ini adalah “Strategi
Pengembangan Produk Kawasan Wisata Gunung Tidar” studi kasus terhadap
kawasan wisata spiritual Gunung Tidar.
Penelitian menggunakan pendekatan fenomenologis, bertujuan untuk
mengidentifikasi katagori pariwisata spiritual yang ada di Kawasan Gunung Tidar,
menganalisis lingkungan internal dan eksternal dan mendeskripsikan strategi
pengembangan produk kawasan wisata spiritual Gunung Tidar. Penelitian ini
bersifat eksploratif mendeskripsikan data yang diperoleh melalui pengamatan visual,
penyebaran kuesioner, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Data dianalisis
dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif, kuantitatif dengan analisis IFAS,
EFAS yang menghasilkan strategi umum dan analisis SWOT menghasilkan strategi
khusus.
Hasil penelitian menunjukan bahwa, ditemukan klasifikasi pariwisata
spiritual yang berbasis alam dan pariwisata spiritual berbasis spiritual yang terdiri
wisata berbasis spiritual dan wisata berbasis religi. Namun untuk wisata spiritual
yang berbasis konseling, alunan musik, kreativitas, spiritual berbasis fisik
berdasarkan penelitian ini mayoritas wisatawan memberi keterangan tidak
melakukan aktifitas spiritual tersebut.
Hasil analisis faktor internal dan eksternal pengambangan di Kawasan
Wisata Spiritual Gunung Tidar berada pada posisi pertumbuhan. Hasil analisis
lingkungan internal manajemen pengembangan produk memperoleh nilai 2,7923
yang berarti pada posisi sedang dan analisis lingkungan eksternal yang meliputi
kondisi daya dukung ekonomi, sosial, budaya dan ekologi memperoleh nilai 2,5210
yang juga berarti sedang.
Berdasarkan matriks Internal Eksternal diketahui berada pada posisi kuadran
V. Hal ini berarti bahwa strategi yang harus diterapkan yaitu pertahankan dan
pelihara (strategi tidak berubah). Strategi umum yang diterapkan yaitu strategi
pengembangan produk tambahan maupun market share. Berdasarkan analisis
SWOT diketahui bahwa empat strategi alternatif yang relevan diterapkan adalah
strategi pengembangan produk, strategi pengembangan promosi, strategi pariwisata
berkelanjutan dan pengembangan kelembagaan dan SDM.
Kata kunci : Pariwisata, Strategi Pengembangan Produk, Kawasan Wisata,
Wisata Spiritual, Faktor Internal dan Eksternal

xviii

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi tujuan
wisata di dunia. Indonesia juga memiliki potensi alam dan keragaman budaya
yang sangat kaya. Namun berdasar World Economic Forum, WEF (2013),
destinasi Indonesia saat ini hanya menempati peringkat ke-70 dari 140 negara
di dunia dan peringkat ke-4 di Negara-negara ASEAN setelah Singapore,
Malaysia dan Thailand. Daya saing Indonesia masih kalah dengan negara
tetangga kita Singapore, Malaysia dan Thailand (http://www.weforum.org
diakses 30 Januari 2015). Hal ini kontradiktif dengan pengakuan dunia
internasional atas kekayaan sumber daya pariwisata Indonesia. Diduga bahwa
salah satu faktor yang berperan disini adalah strategi pengembangan sumber
daya pariwisata baik dari tingkat lokal sampai internasional yang berbeda jauh
dari negara – negara pesaing kita di pasar Internasional.
Saat ini juga tengah dihadapi persiapan dalam rangka program
Masyarakat Ekonomi ASEAN yang jika benar, mekanismenya akan ditetapkan
akhir tahun 2015. Seperti dinyatakan oleh Direktur Jenderal Kerjasama
ASEAN, I Gusti Agung Waseka Puja bahwa, “MEA sudah semakin dekat.
Indonesia harus mampu memanfaatkan integrasi negara – negara anggota
ASEAN yang akan dimulai tanggal 31 Desember 2015” (www.pikiranrakyat.com di akses 30 Januari 2015). Istilah Masyarakat Ekonomi ASEAN
disingkat MEA merupakan salah satu dari capaian 10 visi ASEAN yang tidak

1

2

lain adalah outward looking, economic integration, harmonious environment,
prosperity, caring societies, common regional identity, living in peace, stability
,democratic, dan shared cultural heritage. (http://economy.okezone.com di
akses 30 Januari 2015). Hal ini merupakan peluang untuk mendongkrak sektor
pariwisata sebagai kontribusi devisa negara.
Selain gambaran dinamika tingkat global dan regional tersebut industri
pariwisata daerah dihadapkan tantangan nasional terutama bila dikaitkan
dengan era otonomi daerah. Era otonomi daerah yang ditandai dengan lahirnya
Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian diubah dengan
Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah
memberikan keleluasaan kepada daerah kabupaten/ kota untuk mengurus
rumah

tangganya

sendiri

dalam

rangka

meningkatkan

kesejahteraan

masyarakat secara mandiri. Kemandirian tersebut, diharap dapat menciptakan
pertumbuhan ekonomi lebih baik, termasuk pengelolaan sektor pariwisata
daerah yang lebih profesional.
Di sisi lain, seringkali kegiatan pariwisata lebih mengutamakan pada
upaya untuk meningkatkan kunjungan wisatawan yang berorientasi pada
pendapatan tanpa memikirkan dampaknya terhadap lingkungan, sosial dan
budaya masyarakat. Oleh karena itu, pengembangan produk wisata yang
ditawarkan pengelola cenderung mengarah pada pengembangan pariwisata
masal (mass tourism). Tentunya, apabila hal ini dibiarkan maka pengembangan
wisata, cenderung berefek negatif yaitu kurang memperhatikan aspek ekologi
sosial dan budaya bahkan dapat menjadi eksploitatif terhadap sumber dayanya.

Sementara itu berdasarkan studi terbaru, Damanik dan Cemporaningsih (dalam
Damanik dan Frans Teguh, 2013:13) wisatawan Lokal maupun Nusantara
semakin kritis memilih destinasi pariwisata yang mampu menawarkan nilai
kepuasan optimal walaupun dengan biaya yang relatif mahal. Hal ini dapat
diasumusikan bahwa wisatawan saat ini lebih cenderung mencari kualitas
daerah tujuan wisata yang akan dikunjunginya.
Alternatif konsep menyikapi dampak negatif pariwisata massal adalah
konsep pariwisata yang tidak massal. Konsep pengembangan yang dapat
dinikmati sekarang dan masa depan oleh anak cucu kita adalah konsep
pengembangan pariwisata yang berkelanjutan. Pengembangan pariwisata
berkelanjutan sangat diperlukan dalam mengahadapi tuntutan pergerakan
manusia yang semakin meningkat dalam melakukan kegiatan wisata terlebih
lagi dalam dunia global dan aktifnya Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi
ASEAN. Pembangunan pariwisata berkelanjutan berarti pembangunan yang
berorientasi pada peningkatan keuntungan dari sumber daya pariwisata bagi
masyarakat setempat sambil tetap mempertahankan integrasi masyarakat
tersebut secara kultural dan ekologis serta meningkatkan perlindungan kawasan
dan warisan alam yang sensitif secara ekologis (Neto, 2013:7).
Salah satu jenis wisata yang sesuai dengan konsep pariwisata
berkelanjutan adalah wisata spiritual. Jenis wisata ini mulai berkembang
dikarenakan sifatnya yang eco-friendly dan juga atas dasar tekanan hidup yang
luar biasa membuat orang cenderung mencari aktifitas yang dapat memberikan
keheningan dan ketenangan batin. Wisata spiritual dapat dilakukan tanpa harus

mencari tempat yang berada dalam kawasan taman nasional, hutan maupun
lokasi yang menyatu dengan alam, tetapi cukup suasana historis atau
ketenangan meskipun dalam suatu desa dan tengah kota. Di Bali wisata jenis
ini tergolong menjadi trend dengan konsep Tri Hita Karana yaitu hubungan
antara manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, dan
hubungan manusia dengan alam. Sedangkan di Yogyakarta pariwisata jenis ini
dapat dijumpai di Kawasan Wisata Spiritual Imogiri dan Makam Kota Gede,
tepatnya di kompleks makam Raja – raja Mataram. Di Eropa, kaitannya dengan
fenomena wisata spiritual, banyak kasus unik, seperti dalam hal agama atau
sejarahnya, bangunan sakral yang berusia berabad-abad, tradisi perjalanan
ziarah, berkunjung ke kuil-kuil lokal merupakan aset tak terbantahkan yang
membentuk ruang wisata daerah (Duda, 2012:36).
Selaras dengan isu – isu pariwisata, secara mikro dapat dilihat di Kota
Magelang. Kota Magelang adalah daerah otonom bagian dari Provinsi Jawa
Tengah, memiliki kondisi strategis sebagai daerah transit transportasi lintas
kota dan provinsi yaitu di jalur raya Semarang – Yogyakarta, Purworejo –
Semarang, Yogyakarta, Temanggung – Wonosobo. Daerah ini sedang
berbenah dalam sektor pariwisata karena terlihat dari langkah Pemerintah Kota
(Pemkot) Magelang dalam upaya promosi pariwisata melalui program di tahun
2015 bertema “Ayo Ke Magelang 2015”. Program tersebut sangat didukung
dengan selesainya proyek pelebaran Jalan Raya Jogja – Magelang – Semarang.
Terlebih lagi Kota ini memiliki daya tarik yaitu Gunung Tidar.

Gunung Tidar merupakan salah satu aset milik Pemerintah Kota
Magelang sebagai kawasan hutan lindung hasil reboisasi tahun 60-an sehingga
saat ini menjadi paru – paru kota yang sejuk. Di Gunung ini juga dipercaya
merupakan tempat bersemayamnya leluhur yang diagungkan Kiai Semar,
Syekh Subakir, Kiai Sepanjang (http://berita.suaramerdeka.com diakses 30
Januari 2015) dan sudah lama menjadi tujuan orang berziarah atau melakukan
kegiatan spiritual keyakinannya. Pemerintah Kota mulai meningkatkan
pengelolaannya dengan mendirikan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kawasan
Gunung Tidar di bawah Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perikanan
(Dispeterikan). UPT tersebut resmi ditetapkan awal tahun 2015 berdasarkan
Perwal No 47 Tahun 2014. Ditunjang dengan perbaikan sarana maupun
penambahan fasilitas-fasilitas baru seperti monumen “Pakuning Tanah Jawa”
berbentuk paku raksasa di pintu masuk kawasan dan rencana kebijakan
penghargaan bagi para pendaki yang sampai ke puncak akan diberi sertifikat.
Hal ini ditempuh atas dasar trend pengunjung Kawasan Wisata Gunung Tidar
makin hari kian bertambah. (http://berita.suaramerdeka.com di akses 30 Januari
2015).
Terkait dengan isu – isu di atas untuk menentukan arahan pengembangan
produk pariwisata secara tepat sesuai karakteristik kawasan, pihak manajemen
juga harus menerapkan strategi yang efektif yang dapat beradaptasi seiring
dengan tuntutan perkembangan dan menyikapi perubahan – perubahan baik
secara internal maupun eksternal. Oleh karenanya judul penelitian ini adalah
“Strategi Pengembangan Produk Kawasan Wisata Gunung Tidar”, studi

kasus terhadap Kawasan Wisata Spiritual Gunung Tidar, Kecamatan Magelang
Selatan, Kota Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Lokasi penelitian ini dipilih
karena Gunung Tidar saat ini baru saja ditetapkan sebagai UPT. Akan tetapi,
pihak

pengelola

belum

mengidentifikasi

potensi

pariwisata

spiritual,

menganalisis pengaruh internal maupun eksternal dan mendeskripsikan strategi
pengembangan produk kawasan wisata spiritual yang tepat bagi perkembangan
pariwisata Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
dapat dikemukakan pokok permasalahan yaitu:
1. Produk pariwisata spiritual apa sajakah yang ada di Kawasan Wisata
Gunung Tidar?
2. Bagaimana kondisi lingkungan internal dan faktor eksternal yang
berpengaruh terhadap pengembangan wisata spiritual di Kawasan Wisata
Spiritual Gunung Tidar?
3. Bagaimana strategi pengembangan produk Kawasan Wisata Gunung Tidar?

C. Batasan Masalah
Untuk menjawab dan memecahkan permasalahan dalam rumusan
masalah diatas, maka batasan masalah penelitian Strategi Pengembangan
Produk Kawasan Wisata Gunung Tidar ini adalah :
1. Dalam mengidentifikasi produk pariwisata Kawasan Gunung Tidar batasan
masalah penelitian ini secara substansi memfokuskan pada kajian

identifikasi produk utama yaitu produk wisata spiritual yang berada dalam
ruang lingkup spasial di kawasan zona ring 1, ring 2, dan ring 3 Kawasan
Gunung Tidar.
2. Dalam menentukan kondisi lingkungan internal, peneliti membatasi pada
masalah aspek produk utama dan aspek lain yang diduga berpengaruh
terhadap performance kondisi internal yang meliputi aspek produk
tambahan dan kondisi manajemen organisasi kelembagaan pariwisata dalam
proses pengembangan

pariwisata Gunung Tidar. Sedangkan untuk

menentukan kondisi lingkungan eksternal, penelitian membatasi masalah
pada aspek secara langsung atau dekat menimbulkan dampak baik negatif
maupun positif. Pengaruh ekternal tersebut

antara lain aspek ekonomi,

sosial, budaya dan lingkungan.
3. Secara substansi dalam batasan mengenai Strategi Pengembangan Produk
Kawasan Wisata Spiritual masalah yang dikaji merupakan upaya
memonitor, mengevaluasi masalah lingkungan internal dan eksternal yang
dikenali bagi keberlanjutan pariwisata Kawasan Wisata Gunung Tidar
melalui analisis data kemudian merumuskan program pengembangan secara
umum dan khusus.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan batasan di atas, tujuan penelitian ini
adalah:
1. Mengidentifikasi produk wisata spiritual di Kawasan Wisata Gunung Tidar.

2. Menganalisis lingkungan internal dan eksternal potensi Kawasan Wisata
Spiritual Gunung Tidar.
3. Mendeskripsikan strategi pengembangan produk di Kawasan Wisata
Gunung Tidar.

E. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap Kawasan Wisata Gunung
Tidar diharapkan dapat mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Pemerintah Kota Magelang
a.

Penelititan ini mendeskripsikan strategi bagi pengembangan produk
pariwisata spiritual di Kawasan Wisata Gunung Tidar.

b. Penelitian ini juga diharapkan menjadi bahan masukan bagi instansi
terkait, dalam menentukan kebijakan pengembangan kawasan wisata
minat khusus yaitu mengenai wisata spiritual yang ada di Gunung
Tidar.
2. Bagi Lembaga STP AMPTA Yogyakarta
a. Sebagai ukuran keberhasilan mahasiswa dalam menyerap ilmu dan
menerapkan di dunia kerja.
b. Sebagai masukan atau referensi mengenai kajian pengembangan
produk kawasan wisata khusunya wisata spiritual.
c. Sebagai masukan atau umpan balik yang berguna untuk bahan
penyempurnaan kurikulumsesuai dengan perkembangan.

3. Bagi Mahasiswa
a.

Memperdalam teori – teori yang ada untuk ditingkatkan wawasan
kemampuan berpikir mahasiswa sehingga mampu menerapkan ilmu
pengetahuan dalam bidang pariwisata

b.

Memperdalam pengertian dan penghayataan tentang kemanfataan
ilmu yang telah dipelajarinya secara langsung dalam.

c.

Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa lain dalam kajian
pengembangan produk kawasan wisata spiritual.

10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teorisasi
Dalam teorisasi ini berisikan teori – teori yang digunakan untuk
menentukan variable sebagai alat analisa penelitian. Teori – teori dan
kebijakan menurut para pakar yang akan diuraikan meliputi teori mengenai
pariwisata, strategi, pengembangan produk, kawasan wisata, wisata spiritual,
pengembangan produk pariwisata, faktor internal dan faktor eksternal. Adapun
uraian sebagai berikut:
1. Pariwisata
a. Definisi Wisata
Istilah wisata berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya
perjalanan atau bepergian.

Kata wisata (tour) secara harfiah dalam

kamus berarti: Perjalanan dimana si pelaku kembali ke tempat awalnya;
perjalanan sirkuler yang dilakukan untuk tujuan bisnis, bersenang –
senang, atau pendidikan, pada berbagai tempat dikunjungi dan biasanya
menggunakan jadwal perjalanan terencana (Murphy, 1985 dalam
Sedarmayanti, 2014:3). Sedangkan definisi lain wisata adalah kegiatan
yang berhubungan dengan masuk, tinggal dan bergeraknya penduduk
asing di dalam atau luar suatu negara atau wilayah (Norval dalam Kesrul,
2003: 3).

10

11

b. Definisi Pariwisata
Dari definisi wisata juga terdapat istilah pariwisata dengan
penambahan kata pari (bahasa sangsekerta) yang berarti berulang-ulang.
Menurut Sedarmayanti (2014:3), “meskipun pariwisata telah lama
menjadi perhatian, baik dari segi ekonomi, politik, administrasi
kenegaraan, maupun sosiologi, sampai saat ini belum ada kesepakatan
mengenai apa itu wisatawan dan pariwisata”.

Macintosh (1980 dalam

Sedarmayanti, 2014: 3) menyebut pariwisata adalah “The sum of the
phenomena and relationships arising from the interaction of tourist,
businesses, hostgoverment, and comunities, in the process of attracting
and hosting these tourist and other visitors”. Undang- Undang Nomor 10
tahun 2009, yang dimaksud Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan
wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh
masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah (UU
Kepariwisataan No. 10 Tahun 2009).
Spillane (1989, dalam Maulana, 2014:129), menerangkan bahwa
jenis – jenis pariwisata yang terdapat di daerah tujuan wisata yang
menarik wisatawan untuk mengunjunginya sehingga dapat pula diketahui
jenis pariwisata yang mungkin layak untuk dikembangkan dan
mengembangkan jenis sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan
pariwisata tersebut.

c. Jenis Pariwisata
Pendit (2006:38) merinci penggolongan pariwisata menjadi
beberapa 13 jenis wisata antara lain wisata budaya, wisata kesehatan,
wisata olah raga, wisata komersil, wisata industri, wisata politik, wisata
konvensi, wisata sosial, wisata pertanian, wisata maritim (marina) atau
bahari, wisata cagar alam, wisata buru, wisata pilgrim, wisata bulan
madu.

2. Strategi
a. Definisi Strategi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga menyebutkan
strategi sebagai rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai
sasaran khusus. Pengertian strategi menurut Rangkuti (2005: 3) dijelaskan
seperti berikut ini:
“Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam
kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut
serta prioritas alokasi sumber daya. Dalam hubungannya dengan
perencanaan strategis mempunyai tujuan agar perusahaan dapat
melihat secara objektif kondisi internal dan eksternal, sehingga
perusahaan dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal.”
Sedangkan kata “strategi”sendiri merupakan bahasa yunani kuno
“Strategeos” yang berarti seni berperang. Istilah tersebut berkembang
hingga saat ini dan digunakan oleh suatu organisasi dalam prosesnya
mencapai tujuan dari organiasi.

b. Penentuan Strategi Melalui Matrik SWOT
Menurut Utama dan Mahadewi (2012:150), Analisis SWOT atau
Tows adalah alat analisis yang umumnya digunakan untuk merumuskan
strategi atau identifikasi berbagai faktor secara strategis berdasarkan intuisi
(pemahaman dan pengetahuan) expert terhadap objek.
Analisis SWOT (singkatan bahasa Inggris dari "kekuatan"/
strengths, "kelemahan"/ weaknesses, "kesempatan"/ opportunities, dan
"ancaman"/ threats) adalah metode perencanaan strategis yang digunakan
untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam
suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Proses ini melibatkan penentuan
tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi
faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam
mencapai tujuan tersebut (Wikipedia Indonesia, 2009).
Tahap penentuan strategi yang dibangun untuk suatu perusahaan
melalui matrik SWOT menurut (Utama dan Ni Made E.M, 2012:150)
sebagai berikut:
1) Buat daftar peluang eksternal perusahaan (atau objek wisata)
2) Buat daftar ancaman ekternal perusahaan (atau objek wisata)
3) Buat kekuatan internal perusahaan (atau objek wisata)
4) Buat kelemahan internal perusahaan (atau objek wisata)
5) Buat analisis matriks IFAS
6) Buat analisis matriks EFAS
7) Buat Matriks Internal Eksternal IE

8) Buat strategi alternatif (Alternative Strategy) melalui matriks SWOT.
3. Pengembangan Produk
Pengembangan produk terdiri dari dua suku kata yaitu pengembangan
dan

produk.

Purwadarminta,

(2005:538)

mendefinisikan

bahwa,

“Pengembangan sebagai suatu proses, cara, perbuatan mengembangkan
sesuatu menjadi lebih baik, maju sempurna dan berguna”. Jadi
pengembangan merupakan suatu proses atau aktifitas untuk memajukan
yang ditata sedemikian rupa dengan memajukan atau memelihara yang
sudah ada agar menjadi menarik dan lebih berkembang.
Sementara itu pengertian produk adalah segala sesuatu yang dapat
ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan, atau
dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk
mencakup objek fisik, jasa, orang, tempat, organisasi, dan gagasan (Kotler,
2001 dalam Ridwan 2012: 48).
Dari definisi pengembangan dan produk di atas, Kotler (1997: 273)
memberikan pengertian pengembangan produk seberti berikut:
“Pengembangan produk merupakan pengembangan dari produk yang
sudah ada atau menciptakan produk yang sama sekali baru melalui
riset dan penelitian yang dilakukan oleh para manajer pemasaran
maupun melalui departemen penelitian dan pengembangan.”
Sedangkan menurut Yoeti (1996:53) pengembangan suatu produk
pada dasarnya adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan berencana
untuk memperbaiki produk yang sedang berjalan dan menambah jenis
produk yang dihasilkan ataupun yang akan dipasarkan.

4. Kawasan Wisata
a. Pengertian Kawasan Wisata
Pengertian kawasan berasal dari bahasa Sansekerta, kawaśan
yang berarti daerah. Sedangkan waśa artinya wewenang, kuasa. Di
dalam wikipedia dijelaskan daerah yang memiliki ciri khas tertentu atau
berdasarkan

pengelompokan

fungsional

kegiatan

tertentu

(http://id.wikipedia.org).
Berdasarkan Undang- Undang Republik Indonesia No. 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang, kawasan adalah wilayah yang memiliki
fungsi utama lindung atau budi daya. Undang- Undang No. 10 tahun
2009 disebutkan dengan istilah Kawasan Strategis Pariwisata, terdapat
dalam pasal 1 menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan Kawasan
Strategis Pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama
pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang
mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti
pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya
alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan.
Menurut

Ismayanti

(2010:144),

Usaha

Kawasan

Wisata

merupakan usaha yang kegiatannya membangun dan mengelola
kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk
kepentingan

dan

memenuhi

kebutuhan

pariwisata.

Kemudian

disebutkan lagi bahwa hal – hal yang harus diperhatikan sebagai
berikut:

1) “Kemampuan untuk mendorong peningkatan perkembangan
kehidupan ekonomi dan sosial budaya
2) Nilai – nilai agama, adat istiadat, pandangan serta nilai – nilai
yang hidup dalam masyarakat.
3) Kelestarian budaya dan lingkungan hidup
4) Kelangsungan usaha pariwisata.
5) Tata ruang
6) Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah”.
b. Konsep Dasar Kawasan Pariwisata
Konsep dasar kawasan pariwisata dibagi dua macam yaitu kawasan
pariwisata murni dan kawasan pariwisata terbuka.
1) Kawasan

pariwisata murni adalah kawasan yang seluruh lahan

diperuntukkan bagi pengembangan dan pembangunan sarana dan
prasarana pariwisata.
2) Kawasan pariwisata terbuka adalah kawasan yang bobot utamanya
untuk pengembangan pariwisata, yang dapat pula digunakan untuk
kegiatan lain, seperti pemukiman, hutan, perkebunan, pertanian,
perindustrian (Ismayanti, 2010: 145).
Berdasarkan pengertian dan konsep kawasan pariwisata di atas
dapat ditarik kesimpulan bahwa Kawasan Pariwisata yang ada di
Gunung Tidar dapat digolongkan kawasan pariwisata terbuka, karena
terdapat kegiatan lain, khususnya pemukiman penduduk yang
berbatasan langsung dengan wilayah hutan lindung atau Ruang Terbuka
Hijau yang dikelola pemerintah kota Magelang.

5. Wisata Spiritual
a. Definisi Wisata Spiritual
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi III (2001:1087) yang
dimaksud spiritual adalah berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan
(rohani dan bathin).
Pengertian wisata spiritual hampir sama dengan wisata religi
maupun ziarah meskipun sejauh ini juga masih banyak berdebatan
mengenai istilah tersebut. Pemahaman wisata spiritual dan wisata religi
menurut kesimpulan Sutama (2013:11- 12), Wisata Spiritual adalah jenis
wisata atau perjalanan wisata yang dilakukan oleh seseorang ke tempat
manapun dengan tujuan untuk mencari ketenangan kedamaian dan
keharmonisan dengan alam atau dengan Sang Maha Pencipta namun
kegiatan wisata tidak terkait sama sekali dengan agama atau unsure –
unsur yang berkaitan dengan agama. Tempat – tempat tersebut bisa
tempat suci agama tertentu sepanjang dimungkinkan, gunung, pantai,
monument atau tempat lain yang dirasa memancarkan vibrasi
spiritualitas. Sedangkan wisata religi adalah jenis wisata yang terkait
dengan perintah agamadan wajib pula mengikuti aturan – aturan yang
ditetapkan oleh agama.
Berdasar perspektif pariwisata secara universal, Dalam World
Tourism Organisation (WTO) yang menyatakan Pariwisata adalah “The
activities of persons traveling to, and staying in, palces outside their
usual environment for not more than one consecutive year for leisure,

business or other purposes” (WTO 2004, dalam Pitana dan Diarta,
2009:45). Aktifitas perjalanan ziarah dan wisata religi atau spiritual dapat
masukkan ke dalam definisi pariwisata karena baik peziarah, perjalanan
spiritual, maupun perjalanan religi melibatkan keputusan untuk
melakukan perjalanan dari tempat tinggalnya dengan niat bukan untuk
tinggal menetap.
Berkemenn 2006 (dalam Sutama, 2013) menyatakan bahwa secara
umum pariwisata spiritual berarti segala bentuk perjalanan wisata yang
menyangkut perjalanan fisik dan spiritual, interaksi antara tubuh (body)
dan pikiran (mind).
Pendapat lain adalah Smith & Kelly (2006 dalam Maulana, 2014:
132) yang memberikan penjelasan mengenai wisata spiritual sebagai
berikut: “spiritual tourism as one that provides the visitor with activities
and/ or treatment aimed at developing, maintaining and improving the
body, mind and spirit”. Pengertian tersebut dapat diterangkan bahwa
wisata spiritual adalah segala jenis aktivitas dan atau perlakuan yang
bertujuan untuk mengembangkan merawat, dan meningkatkan badan,
pikiran dan jiwa.
Pendapat pendit (2006:41) mengenai pengertian wisata spiritual
yang dinyatakan dengan wisata pilgrim, sebagai berikut:
“Jenis wisata ini dikaitkan dengan agama, sejarah, adat – istiadat
dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. Ini
Banyak dilakukan oleh rombongan atau perorangan ke tempat –
tempat suci, ke makam – makam orang besar, bukit atau gunung
yang dianggap keramat, tempat pemakaman tokoh atau pemimpin
yang di anggap legenda. Contoh makam Bung Karno di Blitar,

Makam Wali Songo, tempat ibadah seperti Candi Borobudur,
Pura Besakih di Bali, Sendang Sono di Jawa Tengah dan
sebagainya.”
b. Elemen Wisata Spiritual
Pechlaner dalam Maulana (2014: 132) memberikan gambaran
mengenai elemen – elemen dalam melakukan perjalanan spiritual seperti
gambar berikut (dalam Gambar 2.1):
Gambar 2.1
Elemen Wisata Spiritual

Sumber: Pechlaner dalam Maulana (2014:132)
Elemen – elemen dari wisata spiritual terbagi menjadi 3 elemen besar
yaitu Atraksi, Tempat, dan Motivasi.

c. Karakter Wisata Spiritual
1) Karakter Tempat Tujuan Wisata Spiritual
Shackley dalam Blackwell (2007: 35-47) menetapkan klasifikasi
berdasarkan tempat yang menjadi tujuan pariwisata spiritual sebagai
berikut:

a) “Natural phenomena (lakes, mountains, islands, gardens,
etc.);
b) Buildings and places that are originally made for religious
purposes;
c) Buildings with religious contents;
d) Special events of religious importance that are held in nonreligious places ;
e) Places built on secular thoughts that are relevant with tragic
stories or those events that are particularly political. For
example, Nelson Mandela’s prison on Robin island”
Mencermati cakupan tersebut di atas klasifikasi tersebut mengarah
pada elemen tempat yang menjadi kriteria atraksi wisata spiritual.
2) Karakteristik Kegiatan Wisata Spiritual
Aktifitas wisata spiritual dijelasakan oleh ahli Conrady R., &
Martin Buck (2011:204) berdasarkan trend dan isu pariwisata global
tahun 2011, Wisata spiritual dikatagorikan sebagai berikut:
a) “Interaction with nature & exercise: pilgrimages, meditative
hiking, meditative walking.
b) With counseling: talk with pastoral worker; talk with shaman;
talk with spiritual coach.
c) With music: singing mantras, chanting, tones.
d) With creativity: meditative painting, ikebana.
e) With physical exercises: yoga, tai chi, meditative dances, circle
dances.
f) With spiritual exercises: spiritual exercises (in silince),
contemplation, meditation, trips to shamans.”
6. Pengembangan Produk Pariwisata
a. Kebijakan Pariwisata Sebagai Industri
Dalam perspektif industri pariwisata, menurut Soetomo WE
(2011:

20),

“sektor

kepariwisataan

tingkat

keberhasilan

pembangunannya banyak bergantung pada komponen dan variabel yang
lain dari pada pembangunan pada umumnya”. Artinya, tingkat

keberhasilan pembangunan kepariwisataan banyak bergantung pada
partisipasi sektor yang lain, misalnya sektor perhubungan, sektor
lingkungan, sektor pendidikan, sektor sosial, sektor ekonomi, hankam,
agama dan sektor – sektor yang yang lainnya, baik formal maupun non
formal. Sehingga dalam industri pariwisata dihindari egoisme sektoral.
Pendapat

Soetomo

WE

(2011:15),

tentang

pembangunan

kepariwisataan mendasarkan pemahaman tidak boleh digarap secara
partial, akan tetapi harus integral, menghindari egoisme sektoral, dan
arogansi institusional serta perlunya sinkronisasi dan koordinasi
menjadi pemikiran baru pada pembangunan kepariwisataan.
Ridwan (2012:47) menyatakan pendapatnya tentang kebijakan
perencanaan pengembangan pariwisata seperti berikut:
“Perencanaan pengembangan pariwisata pada dasarnya adalah
untuk mencari titik temu antara penawaran dengan permintaan.
Oleh karena itu, dalam melakukan perencanaan pengembangan
pariwisata seharusnya terlebih dahulu mengidentifikasi produk
wisatanya (Penawaran) yang ada di daerah tujuan wisata dan
pasar wisatawan (Permintaan), baik aktual maupun potensial
kemudian dilakukan suatu analisis terhadap kedua aspek tersebut
tercapai”
Konsep pendekatan kesesuaian antara permintaan dapat dilihat pada
Gambar 2.2 halaman 22.

Gambar 2.2
Konsep Pendekatan Kesesuaian Penawaran dan Permintaan
PENAWARAN
PRODUK WISATA

1. Atraksi
2. Aksesbilitas
3. Amenitas

PERMINTAAN
Kepuasan
Kualitas
Nilai Jual

WISATAWAN

1. Motivasi
2. Keinginan
3. Kebutuhan

KONSEP STRATEGIS
PERENCANAAN PENGEMBANGAN PARIWISATA

Sumber: Data Sekunder (Ridwan, 2012: 47)
1) Permintaan Wisatawan
Seperti Gambar 2.2 di atas, Permintaan wisatawan timbul
oleh berbagai macam motivasi, kebutuhan, dan keinginan.
Penelitian ini yang menjadi latar belakang dalam kajian
pengembangan produk adalah motivasi spiritual wisatawan.
Ilmu Psikologi mengenal pembagian aspek intrinsik dan
ekstrinsik. Sementara itu faktor intrinsik manusia atas tiga
katagori yaitu: aspek kognitif yang mencakup pengetahuan dan
pemahaman, aspek afektif yang mencakup perasaan, minat,
motivasi, sikap dan nilai – nilai, yang ketiga adalah aspek
psikomotorik yang mencakup pengamatan dan gerak – gerakan
motorik (Sumarmi,2012:138).
Menurut Ridwan (2012:51), Motivasi adalah faktor – faktor
yang mempengaruhi dan pendorong meningkatnya permintaan
wisata. Menurut Soekadijo (2000: 38- 47) motif wisata menjadi

10 kelompok, yaitu : motif bersenang-senang atau tamasya, motif
rekreasi, motif kebudayaan, wisata olah raga, wisata bisnis, wisata
konvensi, motif spiritual, motif interpersonal, motif kesehatan dan
wisata sosial.
Sedangkan sumber lain menyatakan kegiatan perjalanan
wisata dipengaruhi oleh ketersediaan uang/ distribusi dan
peningkatan pendapatan wisatawan, pengurangan jam kerja, iklim
dan lingkungan hidup, pendidikan masyarakat (Freyer, 1993: 30;
Mundt, 1998: 79-86), kebijakan penetapan jumlah jam kerja,
teknologi transportasi, pendidikan yang semakin meningkat,
pengaruh kondisi iklim daerah asal panas, polusi air, tanah, udara
cenderung mencari dae