Desain Riset revisi 3
Desain Riset:
PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ATAS KEJAHATAN YANG DILAKUKAN
OLEH ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA (ISIS) DALAM PERSPEKTIF
HUKUM INTERNASIONAL
Oleh:
Satriyani
NIM. 1408015019
Dibawah Bimbingan: Dr. Mahendra Putra Kurnia dan Rika Erawati, S.H., M.H.
A. Latar Belakang:
Setiap manusia berhak mendapatkan rasa aman dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara dari sesuatu hal yang dapat mengancam
perdamaian dan keamanan dunia.
Munculnya kelompok militan jihad Islamic State of Iraq and Syria
(ISIS) dengan mengancam perdamaian dan keamanan dunia atas tindak
kejahatan internasional yaitu kejahatan genosida (genoside), kejahatan
terhadap kemanusiaan (crimes against humanity), kejahatan terhadap
HAM berat (gross violation of human rights), kejahatan perang (war
crimes) dan kejahatan terorisme dengan tujuan untuk menjadikan semua
Negara di dunia menjadi Negara Islam. Berdasarkan berita media, ISIS
telah melakukan tindakan pembantaian di Mesjid Al-Rawda, Sinai Mesir
yang telah menewaskan 305 warga sipil peristiwa tersebut baru saja
terjadi, sebelum itu kelompok ISIS juga telah melakukan serangan
mematikan terhadap kelompok minoritas Kristen Koptik Mesir di Sinai dan
pemboman pesawat Rusia yang membawa wisatawan ke Sinai pada 2015
dan menewaskan 224 orang didalamnya. 1
1
Pembantaian di Masjid Sinai Mesir, 2017, sesuai berita di website www.bbc.com, diakses pada tanggal
28 November 2017 pk. 19.30 wita.
1
Berdasarkan Universal Declaration of Human Rights dan Konvensi
Internasional
tentang
Kejahatan
Internasional,
tindakan
ISIS
telah
melanggar hak atas kehidupan, kebebasan dan keselamatan warga Negara
dari berbagai Negara, sehingga tindakan tersebut perlu mendapat
perhatian atau tindakan dari Negara-negara dunia (PBB). Berdasarkan
perbuatan yang dilakukan, ISIS harus bertanggungjawab secara hukum
atas perbuatan yang telah dilakukan. Dan peran masyarakat internasional
untuk memberantas kelompok militan tersebut dapat terlaksana agar
tujuan menjaga keamanan dan perdamaian dunia melalui mekanisme dan
prinsip yang diakui oleh Hukum Internasional dapat tercapai.
B. Rumusan Masalah:
1. Bagaimana pertanggungjawaban hukum terhadap kejahatan yang
dilakukan oleh ISIS dalam perspektif Hukum Internasional?
2. Apa peran Dewan Keamanan PBB dalam menjaga perdamaian dan
keamanan internasional terhadap tindakan yang dilakukan oleh ISIS?
C. Tujuan Penelitian:
Tujuan penelitian ini diarahkan untuk menjawab dua hal, Pertama,
untuk dapat menentukan pertanggungjawaban hukum atas tindakan ISIS
berupa
kejahatan
perang,
kejahatan
kemanusiaan,
penculikan,
pemerkosaan, eksekusi masal, penghancuran atau penodaan tempat
ibadah, penolakan terhadap
kebebasan fundamental, dan pelanggaran
HAM yang akan ditelusuri berdasarkan perspektif Hukum Internasional.
Kedua, untuk mengetahui peran Dewan Keamanan PBB terhadap
penanganan konflik dalam hal ini melibatkan Masyarakat Internasional
untuk menjaga Perdamaian dan Keamanan Internasional terhadap konflik
yang diakibatkan oleh ISIS.
D. Landasan Teori:
2
1. Teori Subyek Hukum
Ian Brownlie mengemukakan, bahwa Subyek Hukum Internasional
merupakan entitas yang menyandang hak-hak dan kewajiban
internasional dan mempunyai kemampuan untuk mempertahankan
mengajukan
klaim-klaim
Internasional. 2
hak-haknya
dengan
Kemampuan
sebagai pemegang hak dan kewajiban tersebut,
menunjukkan adanya kemampuan untuk mengadakan hubungan
hukum yang melahirkan hak-hak dan kewajiban. Syarat sesuatu
dapat
dikatakan
sebagai
subyek
hukum
internasional
adalah
memiliki personalitas hukum internasional dengan kemampuan dan
kecakapan tertentu, diantaranya adalah:
a. Mampu
mendukung
hak
dan
kewajiban
internasional
(capable of possessing international rights and duties);
b. Mampu
melakukan
tindakan
tertentu
yang
bersifat
internasional (endowed with the capacity to take certain
types of action on international plane);
c. Mampu
menjadi
pihak
dalam
pembentukan
perjanjian
internasional (they have related to capacity to treaties and
agreement under international law);
d. Memiliki kemampuan untuk melakukan penuntutan terhadap
pihak yang melanggar kewajiban internasional (the capacity
to make claims for breaches of international law) ;
e. Memiliki
kekebalan
dari
pengaruh/penerapan
yurisdiksi
nasional suatu Negara (the enjoyment of privileges and
2
Ian Brownlie, 1977, Principles of Public International Law, The English Languange Book Society and
Oxford University Press, hal 60.
3
immunities from national jurisdiction);
f.
Dapat
menjadi
anggota
dan
berpartisipasi
dalam
keanggotaan suatu organisasi internasional (the question of
international legal personality may also arise in regard to
membership or participation in international bodies). 3
2. Teori Pertanggungjawaban
Menurut teori tradisional, terdapat dua macam pertanggungjawaban
yang dibedakan, yaitu pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan
(based
on
fault)
dan
pertanggungjawaban
mutlak
(absolut
responsibility).4 Konsep pertanggungjawaban berhubungan dengan
pertanggungjawaban secara hukum atas tindakan yang dilaku kan
oleh seseorang atau kelompok yang bertentangan dengan undangundang.
Terdapat
dua
istilah
yang
menunjuk
pada
pertanggungjawaban, yaitu liability dan responsibility. Liability
menunjuk pada pertanggungjawaban hukum, yaitu tanggung gugat
akibat kesalahan yang dilakukan oleh subyek hukum, sedangkan
responsibility
Seseorang
tertentu
menunjuk
pada
bertanggungjawab
atau
pertanggungjawaban
secara
bertanggungjawab
hukum
atas
atas
suatu
politik.
perbuatan
sanksi
bila
perbuatannya bertentangan. Melalui teori ini, kajian dan analisis
dilakukan terhadap pertanggungjawaban hukum kelompok militan
ISIS terhadap kejahatan yang dilakukan.
Tidak dapat dipungkiri saat ini telah terdapat subjek lain yang dapat
3
Status
Hukum,
Art
in
the
Science
of
Law,
http://statushukum.com/subjekhukuminternasional.html, diakses terakhir Tanggal 19 Mei 2017.
2013,
4
Jimly Asshiddiqie and Ali Safa’at, 2006, Teori Hans Kelsen tentang Hukum, Jakarta, Konstitusi Press, hlm
61.
4
dimintai pertanggungjawaban di tingkat internasional. Subjek lain
bagi pertanggungjawaban internasional. Selain Negara, diantaranya,
yang pada saat ini mulai meningkat popularitasnya dalam hukum
internasional adalah individu. Puncak dari pertanggungjawaban
internasional bagi individu terjadi ketika pembentukan peradilan
internasional pasca Perang Dunia II. Peradilan ini merupakan upaya
sekutu untuk memberikan keadilan terhadap para korban kekejaman
Perang Dunia II. Setelah usai Perang, kembali marak pembentukan
peradilan
internasional
yang
ditujukan
untuk
meminta
pertanggungjawaban individual.
Individu dapat diminta pertanggungjawabannya selama salah satu
hal terpenuhi, yaitu:
1. Dimana
pribadi
tersebut
melakukan,merencanakan,
membantu
secara
sengaja
atau
mendukung
perencanaan, persiapan tindak pidana kejahalan yang dinilai
sebagai pelaku tindak pidana kejahalan tersebut.
2. Pribadi
atau
individu
tersebut
bertanggung
jawab
atas
keikutsertaan dalam rencana bersama atau konspirasi untuk
memudahkan terjadinya tindak pidana kejahalan tersebut.
3. Pribadi atau individu biasa dianggap bertanggung jawab
sesuai dengan prinsip tanggung jawab individu. 5
3. Teori Keamanan
5
Individu: Subjek Hukum Internasional; 2012, http://www.negarahukum.com/hukum/individu-subjekhukum-internasional.html, diakses terakhir Tanggal 15 Desember 2017.
5
Viotti
dan
Kaupi
mendefinisikan
bahwa
keamanan
sebagai
pertahanan dan perlindungan dasar dari suatu negara dan konsep
keamanan ini berlaku untuk individu maupun kelompok. Landasan
utama dalam teori ini yaitu lensa keamanan (security) menurut Paul
D. Williams menyatakan keamanan merupakan hal penting di masa
kini karena tidak akan mungkin politik Internasional menanggalkan
keamanan
karena
ancaman-ancaman
seperti
pembunuhan,
penyiksaan, kelaparan, penolakan terhadap pendidikan, dan lainlain.6
E. Keaslian Penelitian:
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan penulis, guna menghindari
terjadinya duplikasi terhadap penelitian dalam masalah yang sama,
adapun penelitian yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh
penulis adalah:
1. Renova, El Ed Siregar, 2016, Kedudukan Islamic State of Iraq and
Syria
dalam
Universitas
Hukum
Internasional
Lampung.
Dalam
Skripsi
skripsi
Fakultas
ini
Hukum
membahas
perkembangan dan aktifitas kegiatan-kegiatan kelompok Islamic
State of Iraq and Syria (ISIS) yang dikaitkan dengan teori-teori
Hukum Internasional tentang kedudukan/status hukum.
Melihat penulisan penelitian terlebih dahulu terdapat kesamaan dari
segi objek penelitian yaitu Kedudukan Status dari gerakan Islamic State of
Iraq and Syria, namun dari subtansi pembahasan, sudut pandang dan
pokok pembahasan berbeda dengan yang dilakukan oleh penulis. Dalam
6
Paul D. Wiliams, 2013, Security Studies: An introduction, Oxon: Routledge, hal. 1
6
penulisan ini, penulis membahas dua hal, pertama: mengklasifikasikan
dalam
Subyek
Hukum
Internasional
untuk
dapat
menentukan
pertanggungjawaban hukum atas kejahatan yang dilakukan Islamic State
of Iraq and Syria menurut perspektif hukum internasional. Kedua, upaya
dunia
internasional
dalam
menjaga
perdamaian
dan
keamanan
internasional terhadap konflik yang diakibatkan oleh ISIS. Penelitian ini
adalah hasil karya sendiri tanpa melakukan plagiarisme terhadap hasil
penelitian orang lain.
F. Metode Penelitian:
1. Pendekatan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan
doctrinal, pendekatan doctrinal yang dimaksud adalah pendekatan yang
berbasiskan ketentuan perundang-undangan (Black Letter Law), sesuai
dengan perspektif hukum Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (United
Nation Charter), Draft Articles on the Origin of State Responsibility (1980),
Geneva Convention (1949), Statuta Mahkamah Internasional, Convention
on the Prevention and Punishment of the Crime of Genoside (1948),
Convention for The Suppression of Terrorist Bombing (1997), Convention
for the Supression of the Financing of Terrorism (1999) dan Putusan
Nuremberg 1946.
Pendekatan doctrinal memecahkan masalah penelitian dengan cara
menginventarisir bahan-bahan hukum yang ada dengan melihat persoalanpersoalan hukum yang muncul, kemudian penelitian dilakukan dengan
cara mengkonstruksikan dan menggabungkan antara Black Letter Law dan
teori-teori yang relevan termasuk asas-asas hukum pidana internasional,
7
prinsip
dan
doktrin
yang
digunakan
dalam
menentukan
pertanggungjawaban hukum atas kejahatan yang disebabkan oleh ISIS
serta upaya dunia internasional dalam menghadapi konflik tersebut. Asas
hukum, teori hukum internasional, prinsip dan doktrin tersebut antara lain:
a. Teori pertanggungjawaban; b. Teori Subyek Hukum; c. Teori Keamanan;
serta
dasar
hukum
lainnya
yang
digunakan
dalam
menjawab
permasalahan yang terjadi, serta dokumen yang kemudian dihubungkan
dengan permasalahan yang sedang diteliti.
2. Sumber Data
Penggunaan bahan hukum berupa bahan sekunder sangat diperlukan
dalam
desain
penelitian
ini,
seperti
bahan
kepustakaan
yang
dikelompokkan sebagai berikut: Pertama, bahan hukum berupa ketentuan
perundang-undangan, serta aturan lainnya di bawah Undang-Undang yang
relevan dan berkaitan dengan penelitian ini. Kedua, oleh karena riset ini
adalah sebuah riset hukum yang diarahkan menjawab isu hukum, maka
dukungan pustaka tentang teori hukum yang relevan termasuk asas-asas
hukum yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini. Studi ini juga
memerlukan bahan hukum tersier, berupa ensiklopedia dan kamus hukum
termasuk black law dictionary.
3. Analisis Data
Bahan hukum yang diperoleh selama penelitian akan dianalisis
secara
kualitatif
untuk
mendeskripsikan
jawaban
atas
pertanyaan
penelitian:
Rumusan masalah (R1)
8
Data
yang
diperoleh
selama
penelitian
diarahkan
untuk
menganalisis beberapa hal pokok diantaranya, penentuan ISIS
dalam klasifikasi subjek Hukum Internasional masuk dalam kategori
belligerent, organisasi internasional, terorisme atau ISIS dapat
dirumuskan sebagai subjek hukum internasional baru. Mengingat
pentingnya dalam perumusan
subjek hukum tersebut karena
gerakan ISIS merupakan salah satu gerakan yang aktif dalam
kegiatan lintas-batas Negara yang melakukan perbuatan melawan
hukum berupa kejahatan terhadap kemanusiaan, kejahatan perang,
eksekusi massal, kejahatan terorisme dan pelanggaran terhadap
Hak
Asasi
Manusia
pertanggungjawaban
pidana
sehingga
yang
lebih
mendorong
adanya
komprehensif
untuk
memberantas ISIS baik melalui Mahkamah Internasional atau Hukum
Nasional masing-masing Negara termasuk pengembalian kerugian
Negara dan pemulihan lingkungan yang dapat menimbulkan efek
jera.
Rumusan masalah (R2)
Terdapat dua variable utama dalam bagian ini, yaitu, Pertama,
kondisi peraturan saat ini, dan prinsip-prinsip internasional yang
belum tepat. Analisis pada bagian ini akan tergantung pada jawaban
RM (1) dalam melihat substansi hukum seperti apa yang digunakan
dalam pertanggungjawaban yang harus dilaksanakan oleh subyek
hukum,
dan
akibat
hukumnya.
internasional
dalam
menjaga
Kedua,
upaya
perdamaian
hukum
dan
dunia
keamanan
internasional dalam hal ini peran-peran dari Negara Internasional,
9
Organisasi Internasional yaitu PBB sebagai organisasi besar atau
organisasi
par
excellence
yang
dikenal
dunia,
PBB
memiliki
pengaruh dan peranan dalam mempertahankan kelangsungan hidup
umat manusia di dunia khususnya di bidang perdamaian dan
keamanan internasional.
4. Alokasi Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan selama 6 (enam) bulan terhitung dari
tanggal 20 November 2017 dan berakhir tanggal 20 Mei 2018 berdasarkan
Surat
Persetujuan
dan
Penunjukan
Pembimbing
Skripsi
Nomor
44325/UN.17.7/LL/2017.
G. Daftar Referensi
1. Adolf,
Huala.
2011.
Aspek-Aspek
Negara
Dalam
Hukum
Internasional. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
2. Atamsasmita, Romli. 2000. Pengantar Hukum Pidana Internasional.
Bandung: Refika Aditama.
3. Ian Brownlie. 1977. Principles of Public International Law, The
English Languange Book Society and Oxford University Press.
4. Kelsen, Hans. 2006. Teori Umum Hukum dan Negara. Cetakan
Pertama. Bandung: Nuansa dan Nusamedia.
5. Kusumaatmadja, Mochtar. 1981. Pengantar Hukum Internasional.
Bandung: Binacipta.
6. May Rudy, Teuku. 2002. Hukum Internasional 1. Bandung: Refika
Aditama.
7. May Rudy, Teuku. 2002. Hukum Internasional 2. Bandung: Refika
Aditama.
8. Parthiana, I Wayan. 1990. Pengantar Hukum Internasional. Bandung:
CV. Mandar Maju.
9. Parthiana, I Wayan. 2015. Hukum Pidana Internasional. Bandung: CV.
Yrama Widya.
10. Reno Muhammad. 2014. ISIS Mengungkap Fakta Terorisme Berlabel
Islam. Jakarta: Naura Books.
11. Starke, J.G. 2001. Pengantar Hukum Internasional Edisi Kesepuluh I.
10
Jakarta: Sinar Grafika.
Abdul
Muthalib.
12. Tahar,
2012.
Hukum
Internasional
dan
Perkembangannya. Lampung: Fakultas Hukum Universitas Lampung.
13. Thontowi, Jawahir dan Pranoto Iskandar. 2006. Hukum Internasional
Kontemporer. Bandung: PT. Refika Aditama.
14. Wahjoe, Oentoeng. 2011. Hukum Pidana Internasional. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
11
PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM ATAS KEJAHATAN YANG DILAKUKAN
OLEH ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA (ISIS) DALAM PERSPEKTIF
HUKUM INTERNASIONAL
Oleh:
Satriyani
NIM. 1408015019
Dibawah Bimbingan: Dr. Mahendra Putra Kurnia dan Rika Erawati, S.H., M.H.
A. Latar Belakang:
Setiap manusia berhak mendapatkan rasa aman dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara dari sesuatu hal yang dapat mengancam
perdamaian dan keamanan dunia.
Munculnya kelompok militan jihad Islamic State of Iraq and Syria
(ISIS) dengan mengancam perdamaian dan keamanan dunia atas tindak
kejahatan internasional yaitu kejahatan genosida (genoside), kejahatan
terhadap kemanusiaan (crimes against humanity), kejahatan terhadap
HAM berat (gross violation of human rights), kejahatan perang (war
crimes) dan kejahatan terorisme dengan tujuan untuk menjadikan semua
Negara di dunia menjadi Negara Islam. Berdasarkan berita media, ISIS
telah melakukan tindakan pembantaian di Mesjid Al-Rawda, Sinai Mesir
yang telah menewaskan 305 warga sipil peristiwa tersebut baru saja
terjadi, sebelum itu kelompok ISIS juga telah melakukan serangan
mematikan terhadap kelompok minoritas Kristen Koptik Mesir di Sinai dan
pemboman pesawat Rusia yang membawa wisatawan ke Sinai pada 2015
dan menewaskan 224 orang didalamnya. 1
1
Pembantaian di Masjid Sinai Mesir, 2017, sesuai berita di website www.bbc.com, diakses pada tanggal
28 November 2017 pk. 19.30 wita.
1
Berdasarkan Universal Declaration of Human Rights dan Konvensi
Internasional
tentang
Kejahatan
Internasional,
tindakan
ISIS
telah
melanggar hak atas kehidupan, kebebasan dan keselamatan warga Negara
dari berbagai Negara, sehingga tindakan tersebut perlu mendapat
perhatian atau tindakan dari Negara-negara dunia (PBB). Berdasarkan
perbuatan yang dilakukan, ISIS harus bertanggungjawab secara hukum
atas perbuatan yang telah dilakukan. Dan peran masyarakat internasional
untuk memberantas kelompok militan tersebut dapat terlaksana agar
tujuan menjaga keamanan dan perdamaian dunia melalui mekanisme dan
prinsip yang diakui oleh Hukum Internasional dapat tercapai.
B. Rumusan Masalah:
1. Bagaimana pertanggungjawaban hukum terhadap kejahatan yang
dilakukan oleh ISIS dalam perspektif Hukum Internasional?
2. Apa peran Dewan Keamanan PBB dalam menjaga perdamaian dan
keamanan internasional terhadap tindakan yang dilakukan oleh ISIS?
C. Tujuan Penelitian:
Tujuan penelitian ini diarahkan untuk menjawab dua hal, Pertama,
untuk dapat menentukan pertanggungjawaban hukum atas tindakan ISIS
berupa
kejahatan
perang,
kejahatan
kemanusiaan,
penculikan,
pemerkosaan, eksekusi masal, penghancuran atau penodaan tempat
ibadah, penolakan terhadap
kebebasan fundamental, dan pelanggaran
HAM yang akan ditelusuri berdasarkan perspektif Hukum Internasional.
Kedua, untuk mengetahui peran Dewan Keamanan PBB terhadap
penanganan konflik dalam hal ini melibatkan Masyarakat Internasional
untuk menjaga Perdamaian dan Keamanan Internasional terhadap konflik
yang diakibatkan oleh ISIS.
D. Landasan Teori:
2
1. Teori Subyek Hukum
Ian Brownlie mengemukakan, bahwa Subyek Hukum Internasional
merupakan entitas yang menyandang hak-hak dan kewajiban
internasional dan mempunyai kemampuan untuk mempertahankan
mengajukan
klaim-klaim
Internasional. 2
hak-haknya
dengan
Kemampuan
sebagai pemegang hak dan kewajiban tersebut,
menunjukkan adanya kemampuan untuk mengadakan hubungan
hukum yang melahirkan hak-hak dan kewajiban. Syarat sesuatu
dapat
dikatakan
sebagai
subyek
hukum
internasional
adalah
memiliki personalitas hukum internasional dengan kemampuan dan
kecakapan tertentu, diantaranya adalah:
a. Mampu
mendukung
hak
dan
kewajiban
internasional
(capable of possessing international rights and duties);
b. Mampu
melakukan
tindakan
tertentu
yang
bersifat
internasional (endowed with the capacity to take certain
types of action on international plane);
c. Mampu
menjadi
pihak
dalam
pembentukan
perjanjian
internasional (they have related to capacity to treaties and
agreement under international law);
d. Memiliki kemampuan untuk melakukan penuntutan terhadap
pihak yang melanggar kewajiban internasional (the capacity
to make claims for breaches of international law) ;
e. Memiliki
kekebalan
dari
pengaruh/penerapan
yurisdiksi
nasional suatu Negara (the enjoyment of privileges and
2
Ian Brownlie, 1977, Principles of Public International Law, The English Languange Book Society and
Oxford University Press, hal 60.
3
immunities from national jurisdiction);
f.
Dapat
menjadi
anggota
dan
berpartisipasi
dalam
keanggotaan suatu organisasi internasional (the question of
international legal personality may also arise in regard to
membership or participation in international bodies). 3
2. Teori Pertanggungjawaban
Menurut teori tradisional, terdapat dua macam pertanggungjawaban
yang dibedakan, yaitu pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan
(based
on
fault)
dan
pertanggungjawaban
mutlak
(absolut
responsibility).4 Konsep pertanggungjawaban berhubungan dengan
pertanggungjawaban secara hukum atas tindakan yang dilaku kan
oleh seseorang atau kelompok yang bertentangan dengan undangundang.
Terdapat
dua
istilah
yang
menunjuk
pada
pertanggungjawaban, yaitu liability dan responsibility. Liability
menunjuk pada pertanggungjawaban hukum, yaitu tanggung gugat
akibat kesalahan yang dilakukan oleh subyek hukum, sedangkan
responsibility
Seseorang
tertentu
menunjuk
pada
bertanggungjawab
atau
pertanggungjawaban
secara
bertanggungjawab
hukum
atas
atas
suatu
politik.
perbuatan
sanksi
bila
perbuatannya bertentangan. Melalui teori ini, kajian dan analisis
dilakukan terhadap pertanggungjawaban hukum kelompok militan
ISIS terhadap kejahatan yang dilakukan.
Tidak dapat dipungkiri saat ini telah terdapat subjek lain yang dapat
3
Status
Hukum,
Art
in
the
Science
of
Law,
http://statushukum.com/subjekhukuminternasional.html, diakses terakhir Tanggal 19 Mei 2017.
2013,
4
Jimly Asshiddiqie and Ali Safa’at, 2006, Teori Hans Kelsen tentang Hukum, Jakarta, Konstitusi Press, hlm
61.
4
dimintai pertanggungjawaban di tingkat internasional. Subjek lain
bagi pertanggungjawaban internasional. Selain Negara, diantaranya,
yang pada saat ini mulai meningkat popularitasnya dalam hukum
internasional adalah individu. Puncak dari pertanggungjawaban
internasional bagi individu terjadi ketika pembentukan peradilan
internasional pasca Perang Dunia II. Peradilan ini merupakan upaya
sekutu untuk memberikan keadilan terhadap para korban kekejaman
Perang Dunia II. Setelah usai Perang, kembali marak pembentukan
peradilan
internasional
yang
ditujukan
untuk
meminta
pertanggungjawaban individual.
Individu dapat diminta pertanggungjawabannya selama salah satu
hal terpenuhi, yaitu:
1. Dimana
pribadi
tersebut
melakukan,merencanakan,
membantu
secara
sengaja
atau
mendukung
perencanaan, persiapan tindak pidana kejahalan yang dinilai
sebagai pelaku tindak pidana kejahalan tersebut.
2. Pribadi
atau
individu
tersebut
bertanggung
jawab
atas
keikutsertaan dalam rencana bersama atau konspirasi untuk
memudahkan terjadinya tindak pidana kejahalan tersebut.
3. Pribadi atau individu biasa dianggap bertanggung jawab
sesuai dengan prinsip tanggung jawab individu. 5
3. Teori Keamanan
5
Individu: Subjek Hukum Internasional; 2012, http://www.negarahukum.com/hukum/individu-subjekhukum-internasional.html, diakses terakhir Tanggal 15 Desember 2017.
5
Viotti
dan
Kaupi
mendefinisikan
bahwa
keamanan
sebagai
pertahanan dan perlindungan dasar dari suatu negara dan konsep
keamanan ini berlaku untuk individu maupun kelompok. Landasan
utama dalam teori ini yaitu lensa keamanan (security) menurut Paul
D. Williams menyatakan keamanan merupakan hal penting di masa
kini karena tidak akan mungkin politik Internasional menanggalkan
keamanan
karena
ancaman-ancaman
seperti
pembunuhan,
penyiksaan, kelaparan, penolakan terhadap pendidikan, dan lainlain.6
E. Keaslian Penelitian:
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan penulis, guna menghindari
terjadinya duplikasi terhadap penelitian dalam masalah yang sama,
adapun penelitian yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh
penulis adalah:
1. Renova, El Ed Siregar, 2016, Kedudukan Islamic State of Iraq and
Syria
dalam
Universitas
Hukum
Internasional
Lampung.
Dalam
Skripsi
skripsi
Fakultas
ini
Hukum
membahas
perkembangan dan aktifitas kegiatan-kegiatan kelompok Islamic
State of Iraq and Syria (ISIS) yang dikaitkan dengan teori-teori
Hukum Internasional tentang kedudukan/status hukum.
Melihat penulisan penelitian terlebih dahulu terdapat kesamaan dari
segi objek penelitian yaitu Kedudukan Status dari gerakan Islamic State of
Iraq and Syria, namun dari subtansi pembahasan, sudut pandang dan
pokok pembahasan berbeda dengan yang dilakukan oleh penulis. Dalam
6
Paul D. Wiliams, 2013, Security Studies: An introduction, Oxon: Routledge, hal. 1
6
penulisan ini, penulis membahas dua hal, pertama: mengklasifikasikan
dalam
Subyek
Hukum
Internasional
untuk
dapat
menentukan
pertanggungjawaban hukum atas kejahatan yang dilakukan Islamic State
of Iraq and Syria menurut perspektif hukum internasional. Kedua, upaya
dunia
internasional
dalam
menjaga
perdamaian
dan
keamanan
internasional terhadap konflik yang diakibatkan oleh ISIS. Penelitian ini
adalah hasil karya sendiri tanpa melakukan plagiarisme terhadap hasil
penelitian orang lain.
F. Metode Penelitian:
1. Pendekatan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan
doctrinal, pendekatan doctrinal yang dimaksud adalah pendekatan yang
berbasiskan ketentuan perundang-undangan (Black Letter Law), sesuai
dengan perspektif hukum Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (United
Nation Charter), Draft Articles on the Origin of State Responsibility (1980),
Geneva Convention (1949), Statuta Mahkamah Internasional, Convention
on the Prevention and Punishment of the Crime of Genoside (1948),
Convention for The Suppression of Terrorist Bombing (1997), Convention
for the Supression of the Financing of Terrorism (1999) dan Putusan
Nuremberg 1946.
Pendekatan doctrinal memecahkan masalah penelitian dengan cara
menginventarisir bahan-bahan hukum yang ada dengan melihat persoalanpersoalan hukum yang muncul, kemudian penelitian dilakukan dengan
cara mengkonstruksikan dan menggabungkan antara Black Letter Law dan
teori-teori yang relevan termasuk asas-asas hukum pidana internasional,
7
prinsip
dan
doktrin
yang
digunakan
dalam
menentukan
pertanggungjawaban hukum atas kejahatan yang disebabkan oleh ISIS
serta upaya dunia internasional dalam menghadapi konflik tersebut. Asas
hukum, teori hukum internasional, prinsip dan doktrin tersebut antara lain:
a. Teori pertanggungjawaban; b. Teori Subyek Hukum; c. Teori Keamanan;
serta
dasar
hukum
lainnya
yang
digunakan
dalam
menjawab
permasalahan yang terjadi, serta dokumen yang kemudian dihubungkan
dengan permasalahan yang sedang diteliti.
2. Sumber Data
Penggunaan bahan hukum berupa bahan sekunder sangat diperlukan
dalam
desain
penelitian
ini,
seperti
bahan
kepustakaan
yang
dikelompokkan sebagai berikut: Pertama, bahan hukum berupa ketentuan
perundang-undangan, serta aturan lainnya di bawah Undang-Undang yang
relevan dan berkaitan dengan penelitian ini. Kedua, oleh karena riset ini
adalah sebuah riset hukum yang diarahkan menjawab isu hukum, maka
dukungan pustaka tentang teori hukum yang relevan termasuk asas-asas
hukum yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini. Studi ini juga
memerlukan bahan hukum tersier, berupa ensiklopedia dan kamus hukum
termasuk black law dictionary.
3. Analisis Data
Bahan hukum yang diperoleh selama penelitian akan dianalisis
secara
kualitatif
untuk
mendeskripsikan
jawaban
atas
pertanyaan
penelitian:
Rumusan masalah (R1)
8
Data
yang
diperoleh
selama
penelitian
diarahkan
untuk
menganalisis beberapa hal pokok diantaranya, penentuan ISIS
dalam klasifikasi subjek Hukum Internasional masuk dalam kategori
belligerent, organisasi internasional, terorisme atau ISIS dapat
dirumuskan sebagai subjek hukum internasional baru. Mengingat
pentingnya dalam perumusan
subjek hukum tersebut karena
gerakan ISIS merupakan salah satu gerakan yang aktif dalam
kegiatan lintas-batas Negara yang melakukan perbuatan melawan
hukum berupa kejahatan terhadap kemanusiaan, kejahatan perang,
eksekusi massal, kejahatan terorisme dan pelanggaran terhadap
Hak
Asasi
Manusia
pertanggungjawaban
pidana
sehingga
yang
lebih
mendorong
adanya
komprehensif
untuk
memberantas ISIS baik melalui Mahkamah Internasional atau Hukum
Nasional masing-masing Negara termasuk pengembalian kerugian
Negara dan pemulihan lingkungan yang dapat menimbulkan efek
jera.
Rumusan masalah (R2)
Terdapat dua variable utama dalam bagian ini, yaitu, Pertama,
kondisi peraturan saat ini, dan prinsip-prinsip internasional yang
belum tepat. Analisis pada bagian ini akan tergantung pada jawaban
RM (1) dalam melihat substansi hukum seperti apa yang digunakan
dalam pertanggungjawaban yang harus dilaksanakan oleh subyek
hukum,
dan
akibat
hukumnya.
internasional
dalam
menjaga
Kedua,
upaya
perdamaian
hukum
dan
dunia
keamanan
internasional dalam hal ini peran-peran dari Negara Internasional,
9
Organisasi Internasional yaitu PBB sebagai organisasi besar atau
organisasi
par
excellence
yang
dikenal
dunia,
PBB
memiliki
pengaruh dan peranan dalam mempertahankan kelangsungan hidup
umat manusia di dunia khususnya di bidang perdamaian dan
keamanan internasional.
4. Alokasi Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan selama 6 (enam) bulan terhitung dari
tanggal 20 November 2017 dan berakhir tanggal 20 Mei 2018 berdasarkan
Surat
Persetujuan
dan
Penunjukan
Pembimbing
Skripsi
Nomor
44325/UN.17.7/LL/2017.
G. Daftar Referensi
1. Adolf,
Huala.
2011.
Aspek-Aspek
Negara
Dalam
Hukum
Internasional. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
2. Atamsasmita, Romli. 2000. Pengantar Hukum Pidana Internasional.
Bandung: Refika Aditama.
3. Ian Brownlie. 1977. Principles of Public International Law, The
English Languange Book Society and Oxford University Press.
4. Kelsen, Hans. 2006. Teori Umum Hukum dan Negara. Cetakan
Pertama. Bandung: Nuansa dan Nusamedia.
5. Kusumaatmadja, Mochtar. 1981. Pengantar Hukum Internasional.
Bandung: Binacipta.
6. May Rudy, Teuku. 2002. Hukum Internasional 1. Bandung: Refika
Aditama.
7. May Rudy, Teuku. 2002. Hukum Internasional 2. Bandung: Refika
Aditama.
8. Parthiana, I Wayan. 1990. Pengantar Hukum Internasional. Bandung:
CV. Mandar Maju.
9. Parthiana, I Wayan. 2015. Hukum Pidana Internasional. Bandung: CV.
Yrama Widya.
10. Reno Muhammad. 2014. ISIS Mengungkap Fakta Terorisme Berlabel
Islam. Jakarta: Naura Books.
11. Starke, J.G. 2001. Pengantar Hukum Internasional Edisi Kesepuluh I.
10
Jakarta: Sinar Grafika.
Abdul
Muthalib.
12. Tahar,
2012.
Hukum
Internasional
dan
Perkembangannya. Lampung: Fakultas Hukum Universitas Lampung.
13. Thontowi, Jawahir dan Pranoto Iskandar. 2006. Hukum Internasional
Kontemporer. Bandung: PT. Refika Aditama.
14. Wahjoe, Oentoeng. 2011. Hukum Pidana Internasional. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
11