MAKALAH KEBIJAKAN PENDIDIKAN ISLAM,HASLINDA

KEBIJAKAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA PADA MASA ORDE
LAMA,ORDE BARU, DAN ERA REFORMASI
(Pesantren, Madrasah, dan Pendidikan Agama di Sekolah)
A. Pendahuluan
Pendidikan Islam di Indonesia adalah sebuah kenyataan yang sudah
berlansung sangat panjang dan telah menyentuh masyarakat, bahkan sampai ke
pelosok Nusantara. Pada masa penjajahan Belanda dan pendudukan Jepang,
pendidikan diselenggarakan oleh masyarakat sendiri dengan mendirikan
pesantren, sekolah dan tempat latihan-latihan lainnya.
Perjalanan sejarah pendidikan Islam pada masa penjajahan Belanda dan
Jepang adalah sebuah proses yang diwarnai berbagai hambatan dan tantangan.
Belanda yang menduduki Indonesia selama tiga setengah abad, dan Jepang selama
tiga setengah tahun telah meninggalkan kesengsaraan, mental dan kondisi
psikologis yang lemah.
Dengan misi gold, glory dan gospolnya,mereka mempengaruhi pemikiran
dan ideologi melalui dokrin-dokrin Barat. Namun, bangsa Indonesia bangga
dengan perjuangan para tokoh Muslim pada masa itu, yang berupaya sekuat
tenaga untuk mengajarkan Islam dengan cara mendirikan lembaga-lembaga
pendidikan Islam,seperti madrasah, pesantren dan sebagainya.
Dari lembaga inilah kemudian lahir tokoh-tokoh muslim yang berperan
besar dalam mewujudkan kemerdekaan dan membela risalah Islam. Disamping

menuntut ilmu mereka juga harus berjuang melawan penjajah.
Pendidikan Islam merupakan pewarisan dan perkembangan budaya
manusia yang bersumber dan berpedoman pada ajaran dasar agama Islam yakni
al-Qur’an dan hadits. Sebagaimana dijelaskan bahwa “dasar pendidikan Islam
sudah jelas dan tegas, yaitu firman Allah dan sunah Rasulullah SAW., kalau
pendidikan diibaratkan bangunan, maka Al-Qur’an dan haditslah yang menjadi
fundamennya”.1
Keberadaan Belanda memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap
pola dan kebijakan pendidikan Islam di Indosesia. Hal ini tergambar pada
kebijakan pamerintah Belanda terhadap Indonesia, yang mengindikasikan bahwa
hubungan pertama antara pengembangan agama Islam dengan berbagai
kebudayaan merupakan akomodasi kultural yang harus ditemukan.

1Ahmad. D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. (Bandung: Al-Ma’arif, 1989),hal. 41.

1

Penyebaran Islam yang terjadi dalam suatu kontek intelektual ketika
ilmu-ilmu dipertentangkan atau dipertemukan, ketika kepercayaan pada dunia
lama mulai menurun. Oleh karena itu, ketika kolonial Belanda berhasil

menancapkan kukunya di bumi Nusantara dengan misinya yang ganda antara
imperialis dan kristenisasi, justru sangat merusak dan menjungkirbalikkan tatanan
yang sudah ada.
Belanda cukup banyak mewarnai perjalanan sejarah pendidikan di
Indonesia dengan peristiwa dan pengalaman yang tercatat sejak kedatangan
Belanda di Indonesia, baik perorangan dan kemudian diorganisasikan dalam
bentuk kongsi dagang yang bernama VOC, dan lain-lain.2
Dengan terjadinya revolusi nasional pada tanggal 17 Agustus 1945, maka
tercapailah kemerdekaan yang sangat diharapkan oleh seluruh rakyat Indonesia.
Proklamasi telah mematahkan belenggu penjajahan dan menciptakan hidup baru
di berbagai bidang,terutama bidang pendidikan. Dengan demikian maka dirasa
perlu untuk merubah sistem pendidikan yang sesuai dengan kondisi baru bangsa
Indonesia. Melalui berbagai kebijakan yang dituangkan dalam bentuk undangundang pendidikan di Indonesia, pendidikan Islam pun mendapat tempat yang
sangat strategis bagi perkembangannya, dari masa ke masa.
Kebijakan pendidikan Islam dalam makalah ini penulis bagi menjadi tiga
periode :
A. Kebijakan pendidikan Islam pada masa Orde Lama
B. Kebijakan pendidikan Islam pada masa Orde Baru
C. Kebijakan pendidikan Islam pada era Reformasi
Untuk lebih jelasnya, maka Penulis akan memaparkan pada pembahasan

berikut dengan judul ;Kebijakan pendidikan Islam di Indonesia, pada masa orde
lama, orde baru dan era reformasi.
B. Pendidikan Islam AwalKemerdekaan
Kemerdekaan Indonesiadiproklamirkanpadatanggal 17 Agustus 1945
oleh Sukarno- Hatta, bertepatan dengan hari Jumat pada bulan Ramadhan.
Keesokan harinya, tanggal 18 Agustus 1945 disahkan Undang-Undang Dasar
Negara, dan Sukarno- Hatta terpilih sebagai presiden dan wakil presiden.
Sebagaisebuah Negara yang baru berdiri, khususnya menyangkut
eksistensi Negara, berbagai ancaman datang baikdariluarmaupundaridalam,
anataralain :
1. Pada tanggal 25 Oktober 1945 tentara Inggris mendarat di Surabaya,
kemudian

menduduki

gedung-gedung

pemerintahan,

sehingga


2Zuhairini,dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta :Bumi Aksara,1997), hal.146

2

terjadilah pertempuran yang puncaknya pada tanggal 10 November
1945.
2. Tanggal 21 Juli 1947 terjadi agresi Belanda I dan tanggal 19
Desember agresi militer II
3. Tanggal 18 Oktober 1948, pemberontakan Partai Komunis Indonesia
(PKI)

di

Madiun,

yang

menyebabkanbanyaknyaulamadansantrimenjadikorbanpembunuhan.
4. Terror Westerling di Bandung bulanJanuari 1950,dll

Pemberontakan PKI di Madiun dan di Jakarta (1965), dengan tegas umat
Islam ikut serta menumpas pemberontakan tersebut. Berkat perjuangan umat
Islam pula, terutama diplomasi Haji Agus Salim, yang menjadikan Mesir sebagai
Negara yang pertama kali mengakui kemerdekaan Republik Indonesia tahun
1974.
Akhirnya pada tanggal 17 Desember 1949, Belanda mengakui
kemerdekaan Indonesia. Pengakuan ini dilakukan ketika soevereiniteitsoverdracht
(penyerahan kedaulatan) yang ditandatangani di Istana Dam, Amsterdam.
Dengan demikian, maka disusunlah bentuk sistem dan tata cara
pemerintahan atas dasar cita-cita dan kehendak bangsa Indonesia.Dasar Negara
yang telah disepakati bersama saat mendirikan Negara adalah Pancasila, yang
tertuang dalam pembukaan UUD 1945 dan merupakan kesatuan yang tak
terpisahkan dengan batang tubuh UUD 1945. Pancasila dan UUD 1945 inilah
yang kemudian dijadikan titik tolak pengelolaan Negara dalam membangun
bangsa Indonesia.3
Meskipun Indonesia baru memproklamirkan kemerdekaannya dan tengah
menghadapi revolusi visik,pemerintah Indonesia sudah berbenah terutama
memperhatikan masalah pendidikan yang dianggap cukup vital, dan untuk itu
dibentuklah Kementrian Pendidikan dan Pengajaran dan Kebudayaan (PP dan K).
Dengan terbentuknya Kementrian PP dan K tersebut, maka diadakanlah berbagai

usaha terutama system pendidikan dan menyelesaikannya dengan keadaan yang
baru.
Kementrian PP dan K pertama Ki Hajar Dewantara mengeluarkan
Instruksi Umum yang isinya memerintahkan pada semua kepala-kepala sekolah
dan guru-guru, yaitu:
1. Mengibarkan Sang Merah Putih di halaman sekolah
2. Melagukan lagu kebangsaan Indonesia Raya

3Mustafa dan Abdullah. ,Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. (CV .Pustaka
Setia,Bandung :1997),hal. 128-129

3

3. Menghentikan pengibaran bendera Jepang dan menghapuskan
nyanyian Kimigayo.
4. Menghapuskan pelajaran bahasa Jepang, serta segala ucapan yang
berasal dari pemerintah bala tentara Jepang.
5. Memberi semangat kebangsaan kepada semua murid-murid.
Tindakan pertama yang diambil pemerintah Indonesia


adalah

menyesuaikan pendidikan dengan tuntunan dan aspirasi rakyat, sebagaimana
tercantum dalam UUD 1945 pasal 31, yang berbunyi :
1. Tiap-tiapwarga Negara berhak mendapat pengajaran
2. Pemerintahmengusahakansuatu sistem pengajarannasional yang
diatur dengan undang-undang.4
Pada masa Orde Lama ini, berbagai peristiwa dialami oleh bangsa
Indonesia dalam dunia pendidikan, yaitu:
1. Tahun 1945 -1950, landasan idiil pendidikan ialah UUD 1945 dan
falsafah Pancasila.
2. Awal tahun 1949 dengan terbentuknya Negara Rapublik Indonesia
Serikat (RIS) di negara bagian timur dianut suatu sistem pendidikan
yang diwarisi dari zaman pemerintahan Belanda.
3. Pada tanggal 17Agustus 1950, terbentuknyakembali Negara Kesatuan
RI, Landasan Idiil UUDS RI.
4. Tahun 1959 Presiden mendekritkan RI kembali ke UUD 1945 dan
menetapkan manifesta politik RI menjadi Haluan Negara. Di bidang
pendidikan ditetapkan Sapta Usaha Tama dan Pancawhardana.
5. Pada tahun dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.5

Pendidikan Islam semakin mendapat kedudukan yang sangat penting
dalam sistem pendidikan nasional. Di Sumatera, Mahmud Yunus sebagai
pemeriksa agama pada kantor pengajaran mengusulkan kepada kepala pengajaran
agar pendidikan agama disekolah-sekolah pemerintah ditetapkan dengan resmi
dan guru-gurunya digaji seperti guru umum, dan usul pun diterima6.
Selain itu pendidikan agama disekolah juga mendapat tempat yang
teratur, seksama, dan penuh perhatian. Untuk itu, pada tanggal 13 Desember 1946,

4SamsulNizar, SejarahPendidikan Islam,(Kencana:Jakarta,2007),hal.346
5Ibid,hal. 347
6Muhammad Yunus, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, (Hidakarya Agung; Jakarta, 1985),
hal. 125

4

dibentuklah Departemen Agama yang bertugas mengurusi penyelenggaraan
pendidikan agama disekolah umum dan madrasah serta pesantren-pesantren.
Sekolah agama, termasuk madrasah, ditetapkan sebagai model dan
sumber pendidikan Nasional yang berdasarkan Undang-undang 1945. Ekstensi
pendidikan agama sebagai komponen pendidikan nasional dituangkan dalam

Undang-undang pokok pendidikan dan Pengajaran Nomor 4 Tahun 1950, bahwa
belajar disekolah-sekolah agama yang telah mendapat pengakuan dari Menteri
Agama dianggap telah memenuhi kewajiban belajar.7
C. Kebijakan Pendidikan Islam pada Masa Orde Lama
Tidak dapat dipungkiri bahwa penjajahan Belanda selama tiga abad
dengan misi kristenisasi dan westernisasi, dengan berbagai penindasan yang
dilakukan terhadap rakyat Indonesia

dan dengan berbagai kebijakan politik

sangat merugikan bangsa Indonesia.
Zainuddin Zuhri menggambarkan bahwa rakyat Indonesai yang
mayoritas Islam tidak memandang orang-orang barat yang menjajah Indonesai
sebagai pembawa kemajuan dan teknologi, melainkan sebagai penakhluk dan
penjajah yang imperialis. Dalam dada penjajah tersebut begitu kuatnya ajaran dari
politik, curang dan licik, Machiavelli antara lain mengajarkan :
a. Agama sangat diperlukan bagi penjajah
b. Agama dipakai untuk menjinakkan dan menakhlukkan rakyat
c. Setiap aliran agama yang dianggap palsu oleh pemeluk agama yang
bersangkutan digunakan untuk memecah belah dan mencari bantuan

kepada pemerintah.
d. Janji dengan rakyat tidak perlu ditepati,tujuan dapat menghalalkan
segala cara.8
PadazamanpenjajahanBelanda, pintu masuk pendidikan modern bagi
umat Islam sangat sempit. Dalam hal ini, ada duahal yang menjadipenyebabnya,
yaitu:
1. Sikap dan kebijakan pemerintah kolonial Belanda yang sangat
diskriminatif terhadap kaum muslimin.
2. Politik non kooperatif para ulama

terhadap

Belanda

yang

menfatwakan, bahwa ikut serta dalam budaya Belanda, termasuk
7Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: 1995), hal. 236
8Zaainuddin Zuhri, Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangan di Indonesia, (Bandung :
PT.Al-Ma’rif, 1978),hal.532.


5

pendidikan

modernnya,

adalah

suatu

bentuk

penyelewengan

agama.sebagaimana hadis Nabi Muhammad SAW, yang artinya,
“Barang siapa menyerupai suatu golongan, maka ia termasuk ke
dalam golongan itu.”Hadis tersebut melandasi sikap para ulama pada
waktu itu.9
Setelahsekian lama terpuruk di bawahkekuasaanpenjajah,kesadaran para
tokoh-tokoh Islam di Indonesia mulaimeningkat.Penyelenggarapendidikan agama
setelah Indonesia merdeka mendapat perhatian serius dari pemerintah, baik di
sekolah negeri maupun swasta. Dimulai dengan memberikan bantuan terhadap
lembaga sebagaimana yang dianjurkan oleh Badan PekerjaKomiteNasionalPusat
(BPKNP) 27 desember 1945 menyebutkanbahwa: “Madrasah danpesantren yang
padahakikatnyaadalahsatualatdanpencerdasanrakyatjelata yang sudah berurat
berakar dalam masyarakat Indonesia pada umumnya, hendaklah pula mendapat
perhatian dan bantuannya tatututan dan bantuan material dari pemerintah.”10
Pendidikan Agama Islam untuk sekolah umum mulai diatur secara resmi
oleh pemerintah pada bulan Desember tahun 1946. Sebelumnya, pendidikan
sebagai pengganti pendidikan budi pekerti yang sudah ada sejak zaman
Jepang,berjalan sendiri-sendiri di masing-masing daerah.
Khusus untuk mengelola pendidikan agama yang diberikan di sekolahsekolah umum,

maka pada tanggal 2 Desember 1946, diterbitkan Surat

Keputusan Bersama (SKB) antara Menteri PP dan K dengan Menteri Agama, yang
mengatur pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-sekolah umum (negeri dan
swasta), yang berada di bawah naungan kementerian PP dan K.
Sejak saat itu terjadi semacam dualisme pendidikan di Indonesia, yaitu
pendidikan Agama dan pendidikan Umum.Di satu pihak Departemen PP dan K
mengelola

pendidikan

agama

yang

mendapatkan

kepercayaan

untuk

melaksanakan sistem pendidikan nasional.Keadaan ini sempat dipertentangkan
oleh pihak-pihak tertentu yang tidak senang dengan adanya pendidikan agama,
terutama golongan komunis, sehingga ada kesan seakaan-akan pendidikan agama
khususnya Islam, terpisah dari pendidikan.
9http://makalah-ibnu.blogspot.com/2009/12/sistem-pendidikan-islam-pada-masa-orde.html
10Djaelani, A. Timur, Peningkatan Mutu Pendidikan dan Pembangunan Perguruan Agama,
(Jakarta; CV. Darmaga, 1980), hal.71

6

Dari kenyataan tersebut terlihat bahwa pemerintah dan bangsa Indonesia
mewarisi sistem pendidikan dan pengajaran yang dualistis, yaitu :
1. Sistem pendidikan dan pengajaran pada sekolah-sekolah umum yang
sekuler, tidak mengenal ajaran agama, yang merupakan warisan dari
pemerintah Belanda.
2. Sistem pendidikan dan pengajaran Islam yang tumbuh dan
berkembang di kalangan masyarakat sendiri, baik yang bercorak
isolatif-tradisional, maupun yang bercorak sintesis dengan berbagai
variasi pola pendidikan.
Kedua sistem pendidikan tersebut sering dianggap saling bertentangan
serta tumbuh dan berkembang secara terpisah satu sama lain. Sistem pendidikan
dan pengajaran yang pertama pada mulanya hanya menjangkau dan dinikmati
oleh sebagian masyarakat, terutama kalangan atas saja. Sedangkan yang kedua
sistem pendidikan dan pengajaran islam tumbuh dan berkembang di kalangan
rakyat dan berurat berakar dalam masyarakat. Hal ini diakui oleh badan komite
nasional Indonesia pusat (BP-KNIP) dalam usul rekomendasinya yang
disampaikan kepada pemerintah, tentang pokok-pokok pendidikan dan pengajaran
baru, pada tanggal 29 Desember 1945.11
Perkembangan pendidikan Islam pada masa orde lama sangat terkait pula
dengan peran Departemen Agama yang mulai resmi berdiri pada tanggal 3 Januari
1946. Departemen Agama sebagai suatu lembaga pada masa itu, secara intensif
memperjuangkan politik pendidikan Islam di Indonesia.
Pendidikan Islam pada masa itu ditangani oleh suatu bagian khusus yang
mengurus masalah pendidikan agama, yaitu Bagian Pendidikan Agama. Tugas
dari bagian tersebut sesuai dengan salah satu nota Islamic Education in Indonesia
yang disusun oleh Bagian Pendidikan Departemen Agama pada tanggal 1
September 1956, yaitu :
1. Memberikan pengajaran agama di sekolah negeri dan pertikuler
2. Memberikan pengetahuan umum di madrasah
3. Mengadakan Pendidikan Guru Agama dan Pendidikan Hakim Islam
Negeri
Padatahun 1950 di mana kedaulatan Indonesia telah pulih untuk seluruh
Indonesia, maka rencana pendidikan agama untuk seluruh wilayah Indonesia
11Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam,(Surabaya: Pustaka Pelajar, 2003), hal.
82.

7

makin disempurnakan dengan dibentuknya panitia bersama yang dipimpin Prof.
Mahmud Yunus dari Departemen Agama dan Mr. HadidariDepartemen P dan K,
hasil dari panitia itu adalah SKB yang dikeluarkanpadabulanJanuari 1951, Nomor:
1432/Kab. Tanggal 20 Januari 1951 (Pendidikan), Nomor K 1/652 tanggal 20
Januari 1951 (Agama), yang isinya adalah:
1. Pendidikan agama mulai diberikan di kelas IV Sekolah Rakyat.
2. Di daerah-daerah yang masyarakat agamanya kuat, maka pendidikan
agama mulai diberikan pada kelas I SR, dengan catatan bahwa
pengetahuan umumnya tidak berkurang dibandingkan dengan sekolah
lain yang pendidikan agamanya dimulai pada kelas IV SR.
3. Di sekolah lanjutan pertama atau tingkat atas, pendidikan agama
diberikan sebanyak dua jam dalam seminggu.
4. Pendidikan agama diberikan pada murid-murid sedikitnya 10 orang
dalam satu kelas dan mendapat izin dari orang tua atau wali.
5. Pengangkatan guru agama, biaya pendidikan agama, dan materi
pendidikan agama ditanggung oleh Departemen Agama.12
Secara khusus Pendidikan Agama diatur dalam UU No, 4 Tahun 1950
pada bab XII Pasal 20, yaitu :
1.

Di sekolah-sekolah negeri diadakan pelajaran agama, orang tua
murid menetapkan apakah anaknya akan mengikuti pelajaran
tersebut atau tidak.

2.

Cara penyelenggaraan pendidikan agama di sekolah negeri diatur
dalam peraturan yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan
PengajarandanKebudayaan, bersama-samadenganMenteri Agama.

Untuk menyempurnakan kurikulumnya, maka dibentuk panitia yang
dipimpin oleh KH.Imam Zarkasyi dari pondok Gontor Ponorogo, yang disahkan
oleh Menteri Agama pada tahun 1952.
Dalam siding pleno MPRS, pada bulan Desember 1960 diputuskan
sebagai

berikut:

“Melaksanakan

Manipol

Usdek

dibidang

mental/agama/kebudayaan dengan syarat spiritual dan material agar setiap warga
Negara dapat mengembangkan kepribadiannya dan kebangsaan Indonesia serta
menolak pengaruh-pengaruh buruk kebudayaan asing (Bab II Pasal 2 ayat 1)”.
Dalam ayat 3 dari pasal tersebut dinyatakan bahwa: “Pendidikan agama menjadi
12SamsulNizar, op.cit, hal. 349

8

mata pelajaran di sekolah-sekolah umum, mulai sekolah rendah (dasar) sampai
Universitas,” dengan pengertian bahwa murid berhak ikut serta dalam pendidikan
agama jika wali/ murid dewasa menyatakan keberatannya. Dengan demikian,
maka sejak tahun 1966 pendidikan agama menjadi hak wajib dari Sekolah Dasar
sampai Perguruan Tinggi Umum Negeri di seluruh Indonesia.
Beberapa hal yang berkaitan dengan kebijakan pendidikan Islam pada
masa orde lama, yaitu :
a. Perkembangandanpembinaanpesantren
Pesantren

merupakan

salah

satu

lembaga

pendidikan

tertua

di

Indonesia.Pesantren telah mengakar secara berabad-abad yang memiliki ciri dan
keunikan tersendiri.Pada zaman kemerdekaan, perkembangan pesantren belum
menggembirakan.Pada tahun 1949, setelah penyerahan kedaulatan pemerintah
Indonesia justru mendorong pembangunan sekolah umum seluas-luasnya dan
membuka secara luas jabatan dalam administrasi modern sehingga berdampak
terhadap penurunan minat untuk masuk pesantren.
Pada masa priode transisi antara tahun 1950 - 1965 Pondok Pesantren
mengalami fasestagnasi, dimana Kyai yang disimbolkan sebagai figur yang
ditokohkan

oleh

seluruh

elemen

masyarakat

Islam,

terjebak

padapercaturanpolitikpraktis,

yang

ditandaidenganbermunculannyapartaipolitikbernuansa
pertama

tahun

1955,

contohnya

mewalikiwargaNahdiyyin,

Islampeserta

denganlahirnyaPartaiPolitik

PEMILU
NU

PartaiPolitik

tersebutdapatdikatakanmerepresentasikanduniaPondokPesantren.
inidikarenakansebagianbesarpengurusdariparpoltersebutadalahKiyai

yang
NU
Hal
yang

mempunyaiPondokPesantren.
Hinggapadatahun 1978 ketikaMukti Ali menjabatmenteri Agama
terjadiwarnabaru

di

lingkunganpesantren

yang

membawaperjalananpolitikkaumsantri.KetikaituMukti Ali membuat kebijakan
untuk memasukkan sekitar 70 persen matapelajaranumumkedalamkurikulum
madrasah. Sehingga perkembangan pesantren dan santri semakin meningkat.
Dengan adanya kebijakan tersebut, pesantren berkembang menjadi
lembaga yang tidak hanya mencakup pendalaman masalah agama (tafaqquh
fiddin), tetapi juga pendidikan umum. Bahkan pesantren juga menjadi pusat
9

perkembangan masyarakat dalam berbagai bidang. Bukan hanya di pedesaan,
pasantren juga banyak bermunculan di perkotaan.
b. PerkembangandanPembinaan Madrasah
Di Indonesia, permulaan munculnya madrasah terjadi sekitar abad ke20,sebagai akibat dari kurang puasnya terhadap sistem pendidikan pesantren pada
waktu itu. Pendidikan di pesantren dianggap sempit dan terbatas pada pengajaran
ilmu fardhu ‘ain.13Meskipun demikian, latar belakang berdirinya madrasah tidak
terlepas dari dua faktor, yaitu :
a. Semangat pembaharuan Islam yang berasal dari Timur Tengah
b. Respon pendidikan terhadap kebijakan pemerintahan Hindia Belanda
yang mendirikan serta mengembangkan sekolah. Dan kekhawatiran
terhadap sekolah-sekolah tersebut yang tidak memasukkan pelajaran
agama.
Pendidikan dipandang sebagai aspek strategis dalam membentuk
pandangan

keislaman

masyarakat.

Realitanya,

pendidikan

yang

terlalu

berorientasi pada ilmu-ilmu agama ubudiyah, sebagaimana yang terjadi dalam
pendidikan di masjid, surau dan pesantren, kurang memberikan perhatian kepada
masalah-masalah sosial, politik, ekonomi dan budaya. Untuk melakukan
pembaharuan pandangan tersebut, maka langkah strategis yang harus ditempuh
adalah memperbaharui sistem pendidikan.
Oleh karena itu seiring dengan tuntutan kemajuan masyarakat setelah
proklamasi kemerdekaan 1945, Madrasah yang eksistensinya tetap dipertahankan
dalam masyarakat bangsa, diusahakan agar strategi pengelolaannya semakin
mendekati sistem pengelolaan sekolah umum; bahkan secara pragmatis semakin
terintegrasi dengan program kependidikan di sekolah umum. Sebaliknya, sekolah
umum harus semakin dekat kepada pendidikan agama.14
Perkembangan madrasah

tidak lepas dari peran Departemen Agama

sebagai lembaga yang secara politis telah mengangkat posisi madrasah sehingga
memperoleh perhatian yang terus menerus dari kalangan pengambil kebijakan.
Walautak lepas dari usaha keras yang sudah dirintis oleh sejumlahtokoh agama
13 Mas’ud Abdurrahman, Dinamika Pesantren dan Madrasah, ( Yokyakarta : Pustaka
Pelajar,2002), hal. 241
14 M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan : (Islam dan Umum) (Jakarta: Bumi Aksara, 1995),
hal.109.

10

seperti Ahmad Dahlan, HasyimAsy`aridan Mahmud Yunus.Dengan perkembangan
politis dan zaman, Departemen Agama secara bertahap terus menerus
mengembangkan program-program peningkatan dan perluasana serta peningkatan
mutu madrasah.
Madrasah bagailembagapenyelenggarapendidikandiakuiolehnegarasecara
formal pada tahun 1950. Undang-undang No. 4 tahun 1950 tentang dasar-dasar
pendidikan dan pengajaran di sekolah, pada pasal 10 menyatakan bahwa untuk
mendapatkan pengakuan Departemen Agama, madrasah harus memberikan
pelajaran agama sebagai mata pelajaran pokok paling sedikit 6 jam seminggu
secara teratur disamping pelajaran umum.15
Dengan persyaratan tersebut, diadakan pendaftaran madrasah yang
memenuhi syarat. Jenjang pendidikan sistem madrasah pada masa itu terdiri dari
tiga jenjang :
1. Pertama Madrasah Ibtidaiyahdengan lama pendidikan 6 tahun
2. Kedua Madrasah TsanawiyahPertamauntuk 4 tahun
3. Ketiga Madrasah TsanawiyahAtasuntuk 4 Tahun.
Sedangkan kurikulum madrasah terdiri dari sepertiga pelajaran agama
dan sisanya pelajaran umum. Perkembangan madrasah yang cukup penting pada
masa Orde Lama adalah berdirinya madrasah Pendidikan Guru Agama (PGA) dan
Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN).
Segala usaha yang dilakukan sebagai upaya untuk memperbaiki kualitas
hidup masyarakat Indonesia pada saat itu. Serta meningkatkan strategi
pengelolaan

madrasah

tersebut

dan

mendorong

ke

arah

posisi

yang

menguntungkan bagi masa depan perkembangannya.
c.

Pendidikan Agama Islam di SekolahUmum
Setelah Departemen Agama terbentuk pada tanggal 3 Januari 1946, umat

Islam yang duduk dalam BPKNIP , mengusulkan kepada kementerian pengajaran
agar pengarahan agama hendaklah mendapat tempat yang teratur, seksama dan
perhatian yang sama dalam dunia pendidikan. Usul ini ditanggapi oleh mentri
PKK (Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan). Ki Hajar Dewantara dengan
membentuk Panitia Penyelidikan Pengajaran pada tanggal 1 maret 1946.
Mengenai pendidikan Islam Panitia itu menegaskan:
15http://pendis.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id2=strategipendis

11

“Hendaknya pelajaran agama diberikan pada semua sekolah dalam jam
pelajaran di mulai dari sekolah rakyat kelas IV”.
Peraturanresmipertamatentang pendidikan agama di sekolah umum,
dicantumkan dalam Undang-Undang Pendidikan no.40 tahun 1950 dan UndangUndang Pendidikan no 20 tahun 1954.Sebelumnya ada ketetapan bersama
Departemen PKK dan Departemen Agama yang dikeluarkanpada 20 Januari.
Usul tersebut diterima setelah kemudian dilanjutkan dikeluarkan
peraturan bersama antara Menteri Agama, dan Menteri PP dan K mengenai teknis
pelaksanan pendidikan agama disekolah, sehingga dengan dikeluarkannya
peraturan itu, maka secara formal pendidikan agama telah memiliki landasan
juridis.
Selanjutnya pada tahun 1960 hasil sidang MPRS menyatakan bahwa
pendidikan agama menjadi pelajaran disekolah-sekolah umum dimulai dari
sekolah dasar sampai Universitas dengan ketentuan murid berhak tidak serta
dengan

pendidikan

agama

jika

wali

atau

orangtuanya

menyatakan

keberatan.Walaupun begitu perkembangan ini menunjukkan perhatian terhadap
pendidikan agama semakin meningkat, sekalipun masih ada pernyataan bahwa
ada kesempatan untuk tidak mengikutinya.
Meskipun sejumlah regulasi yang mengatur pelaksanaan pendidikan
agama telah di undangkan pemerintah, namun usaha-usaha positif pemerintah
masih menuai kritik dan menimbulkan kekurang puasan masyarakat.
Setelah gagal gerakan G 30 S PKI melakukan pemberontakan pada tahun
1965, pemerintah dan rakyat Indonesia semakin menunjukkan perhatian yang
besar terhadap pendidikan agama, sehingga kedudukan pendidikan agama
disekolah umum menjadi lebih baik dan menentukan pada tahun-tahun
berikutnya.
D. Kebijakan Pendidikan Islam Masa Orde Baru
Perkembangan pendidikan agama di Indonesia pada masa Orde Baru,
ditandai dengan selesainya bangsa Indonesia dalam menumpas G30 S/PKI (19651966). Sejak saat itu pula pemerintah Indonesia semakin menunjukkan
perhatiannya

terhadappendidikan

agama,

sebabdisadaridenganbermentalkan

agama yang kuatlahbangsa Indonesia akan terhindar dari paham komunisme.

12

Untuk merealisasikan cita-cita tersebut maka sidang umum MPRS tahun 1966
berhasilmenetapkan TAP MPRS No.XXVII/MPRS/1966.
Dalam

Pasal

4

TAP

MPRS

No.XXVII/MPRS/1966

tersebutselanjutnyadisebutkan tentang isi pendidikan, di mana untuk mencapai
dasar dan tujuan pendidikan, maka isi pendidikan adalah :
1.

Mempertinggi

mental,

moral,

budipekertidanmemperkuatkeyakinanberagama.
2. Mempertinggikecerdasandanketrampilan
3. Membina dan mengembangkan fisik yang kuat dan sehat.
Pada awal pemerintahan orde baru, pendekatan legal formal dijalankan
tidak memberikan dukungan pada madrasah. Tahun 1972 dikeluarkan Keputusan
Presiden (Keppres) No. 34 Tahun 1972 dan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 15
Tahun 1974 yang mengatur madrasah di bawah pengelolaan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan (Mendikbud) yang sebelumnya dikelola oleh Menteri Agama
secara murni.16
Perkembangan pendidikan pada orde baru selanjutnya dikuatkan dengan
UU No. 2 Tahun 1989 tentang pendidikan nasional. Pendidikan Nasional
bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
seutuhnya,
MahaEsa,

yaitumanusia

yang

berimandanbertakwaterhadapTuhan

danberbudipekertiluhur,

Yang

memilikiketrampilan,

kesehatanjasmanidanrohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Dengandemikiansasaranpembangunanjangkapanjangdibidang
ialahterbinanyaimanbangsa
MahaEsa,dalamkehidupannya
danserasiantaralahiriahdanrohaniah,

Indonesia

kepadaTuhan

yang

selaras,
mempunyaijiwa

dinamisdansemangatgotongroyongsehinggabangsa

agama
Yang
seimbang,
yang
Indonesia

sanggupmeneruskanperjuanganuntukmencapaicita-citatujuannasional.17
Ketetapan MPRS ini diikuti dengan peraturan bersama Menteri Agama
dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 23 Oktober 1967, dimana
ditetapkan bahwa Kelas I dan II SD diberikan mata pelajaran agama 2 jam per
minggu, kelas III 3 jam perminggu, kelas IV keatas, 4 jam perminggu.
16ibid
17SamsulNizar,op.cit, hal.351

13

Hal

ituberlakujugapada

SMP

danSMA.Ketetapan

MPRS

di

atasmenjadipijakanbagi penyusunan kurikulum SD, SMP, SMA, sekolah kejuruan
dan perguruan tinggi, terutama menyangkut tujuan dan landasan pendidikan di
masing-masing jenjang sekolah. Kurikulum SD, SMP dan SMA yang pertama di
zaman orde baru adalah kurikulum yang dikeluarkan pada tahun 1968 untuk SD,
1967 untuk SMP dan SMA tahun 1968. Dalam kurikulum ini, semua mata
pelajaran dibagi ke dalam tiga kelompok: Kelompok Pembinaan Jiwa Pancasila,
Kelompok Pembinaan Pengetahuan Dasar dan Kelompok Pembinaan Kecakapan
Khusus. Pendidikan agama untuk SD, SMP dan SMA masuk dalam Kelompok
Pembinaan Jiwa Pancasila.18
Kebijakan pendidikan Islam pada masa Orde Baru berkaitan dengan
kemajuan lembaga pendidikan Islam, diantara kebijakan tersebut ialah :
1. Perkembangan Pesantren
Sejak masa Orde Baru bermunculan banyak organisasi yang orientasi
kegiatannya berfokus pada bidang sosial dan keagamaan, seperti bidang
pendidikan. Pendirian lembaga pendidikan dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan manusia terhadap ilmu pengetahuan. Berbagai peran potensial yang
dimainkan oleh pesantren menjadikan pesantren memiliki tingkat integritas yang
tinggi dengan masyarakat di sekitarnya sekaligus menjadi rujukan moral
(reference of morality) bagi kehidupan masyarakat umum.
Sejak digulirkannya kebijakan oleh Mukti Ali yang menjabat sebagai
menteri Agama pada tahun 1978,untuk memasukkan sekitar 70 persen mata
pelajaran umum ke dalam kurikulum madrasah.pesantren berkembang menjadi
lembaga yang tidak saja mencakup dengan pendalaman masalah agama, tetapi
juga pendidikan umum.Bahkan pesantren juga menjadi pusat pengembangan
masyarakat dalam berbagai bidang.
Dua tahun setelah pemilu Orde Baru, komunitas politisi santri disibukkan
dengan kebijakan fusi partai. Ketika politisi santri (NU), tersisih dalam percaturan
politik PPP yang berlawanan dengan MI-nya H.J Naro, melalui Munas Ulama NU
di Situbondo pada tanggal 21 Desember 1983, memutuskan untuk kembali ke
khittah. Dan meniscayakan NU tidak berafiliasi kepada partai politik manapun.

18http://istanailmu.com/2011/04/08/pendidikan-islam-dalam-sistem-pendidikan-nasional/html

14

2. PerkembangandanPembinaan Madrasah
Padatahun

1967

swastauntuksemuatingkatan,

terbukakesempatanuntukmenegerikan

madrasah

Madrasah

Madrasah

IbtidayahNegeri

(MIN),

Tsanawiyah Islam Negeri (MTsIN) dan Madrasah Aliyah Agama Islam
Negeri(MAAIN).Dukungan pemerintah terus meningkat bagi keberadaan
madrasah, dengan adanya :
a. Lahirnya Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri No. 6 tahun
1975 dan No. 037/U/1975 antara Menteri Agama, Menteri
Pendidikan

dan

Kebudayaan,

dan

MenteriDalamNegeri,

tentangPeningkatanMutuPendidiikanpada Madrasah.
b. Kurikulum 1984" untuk madrasah, yang tertuang dalam Keputusan
Menteri Agama No. 99 tahun 1984 untuk Madrasah Ibtidaiyah, No.
100/1984 untuk Madrasah Tsanawiyahdan No. 101 Tahun 1984 untuk
Madrasah Aliyah.
c. Lahirnya UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
yang diundangkan dan berlaku sejak tanggal 27 Maret 1989.
d. Sejak diberlakukan UU No. 2 Tahun 1989 tesebutlembagalembagapendidikan Islam menjadibagian integral (sub-sistem) dari
sistem pendidikan nasional.
e. Pada tahun 1994, kebijakan kurikulum pendidikan agama juga
ditempatkan di seluruh jenjang pendidikan, menjadi mata pelajaran
wajib sejak SD sampai Perguruan Tinggi
Melalui

perjalananpanjang,

penyusunandanpengintekrasianpendidikan

Islam

proses

danumummengalamipasang

surut yang pada akhirnya menjadikan eksistensi pendidikan Islam semakin kuat.
Hal ini ditandai semakin banyak dan berkembangnya lembaga-lembaga
pendidikan

Islam,

baiknegerimaupunswasta,

baikberupapesantrenmaupun

madrasah.
E. Kebijakan Pendidikan Islam Era Reformasi
Program peningkatan mutu pendidikan yang ditargetkan oleh
pemerintah

OrdeBaruakanmulaiberlangsungpadaPelita

krisisekonomi yang berlangsung sejak

VII

ternyatagagal,

Juli 1997 telah mengubah konstelasi

politik maupun ekonomi nasional. Secara politik, Orde Baru berakhir dan
digantikan oleh rezim yang menamakan diri sebagai “Reformasi Pembangunan”
15

meskipun demikian sebagian besar roh Orde Reformasi masih tetap berasal dari
rezim Orde Baru, tapi adasedikitperubahan, berupaadanyakebebasanpersdan multi
partai.
Dalam bidang pendidikan kabinet reformasi hanya melanjutkan
program wajib belajar 9 tahun yang sudah dimulai sejak tahun 1994 serta
melakukan perbaikan sistem pendidikan agar lebih demokratis. Tugas jangka
pendek Kabinet Reformasi yang paling pokok adalah bagaimana menjaga agar
tingkat partisipasi pendidikan masyarakat tetap tinggi dan tidak banyak yang
mengalami putus sekolah.
Dalam bidang ekonomi, terjadi krisis yang berkepanjangan, beban
pemerintah menjadi sangat berat.Sehinggaterpaksaharusmemangkas program
termasukdidalamnya

program

penyetaraan

guru-guru

danmentolerirterjadinyakemunduran penyelesaian program wajib belajar 9 tahun.
Sekolah
sendirimengalamimasalahberatsehubungandengannaiknyabiayaoperasional

di

suatupihakdanmakinmenurunnyajumlahmasukandarisiswa.Pembangunan

di

bidangpendidikan pun mengalamikemunduran.Beberapahal yang menyebabkan
program pembangunan pemerintah dalam sektor pendidikan belum terpenuhi
secara maksimal.
1.
Distribusipembangunansektorpendidikankurangmenyentuhlapisansosialkel
asbawah.
2. Kecenderungan yang kuat pada wilayah pembangunan yang bersifat fisik
material, sedangkan masalah-masalah kognitif spiritual belum mendapatkan
pos yang strategis.
3. Munculnya sektor industri yang membengkak, cukup menjadikan agenda yang
serius bagi pendidikan Islam di Indonesia pada masa pembangunan ini.
4. Perubahan-perubahan sosial yang berjalan tidak berurutan secaratertib,
bahkanterkadangeksklusifdalamdialektikpembangunansebagaimanatersebut di
atas.
Pada tahun 1994, kebijakan kurikulum pendidikan agama juga
ditempatkan di seluruh jenjang pendidikan, menjadi mata pelajaran wajibsejak SD
sampaiPerguruanTinggi.Padajenjangpendidikan SD, terdapat 9 mata pelajaran,
termasuk

pendidikan

agama.

Di

SMP

strukturkurikulumnyajugasama,

dimanapendidikan agama masuk dalam kelompok program pendidikan umum.
Demikian halnya di tingkatan SMU, dimana pendidikan agama masuk
dalam kelompok program pengajaran umum bersama Pendidikan Pancasila dan
16

Kewarganegaraan,

Bahasa

dan

Sastra

SejarahNasionaldanSejarahUmum.BahasaInggris,

Indonesia,

PendidikanJasmanidan

Kesehatan, Matematika, IPA (Fisika, Biologi, Kimia), IPS (Ekonomi, Sosiologi,
Geografi) dan Pendidikan Seni.
Dari sudut pendidikan

agama,

Kurikulum

1994,

hanyalah

penyempurnaan dan perubahan-perubahan yang tidak mempengaruhi jumlah jam
pelajaran dan karakter pendidikan keagamaan siswa, sebagaimana tahun-tahun
sebelumnya. SampairezimOrdeSoehartotumbang di tahun 1998, pendidikan di
Indonesia, masih menggunakan UU Pendidikantahun 1989, dankuriklum
1994.Tumbangnya

reziminimenggulirkangagasanreformasi,

yang

salahsatuagendanyaadalahperubahandanpembaruandalambidangpendidikan,
sebagaimana yang menjadi tema kritik para pemerhati pendidikan dan diharapkan
oleh banyak pihak.
Selanjutnya pada tahun 2003 ditetapkan Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional yang selanjutnyadisebutdengan UUSisdiknas No. 20 tahun
2003.

Dalam

UU

Sisdiknas

No.

20

tahun

2003

inipasal

yang

diperdebatkandengantegangadalahpasal 12 yang menyebutkan bahwa pendidikan
agama adalah hak setiap peserta didik.”Setiap peserta didik pada setiap satuan
pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang
dianutnyadandiajarkanolehpendidikan yang seagama,” (Pasal 12 ayat a).Dalam
bagian penjelasan diterangkan pula bahwa pendidik atau guru agama yang
seagamadenganpesertadidik difasilitasi atau disediakan oleh pemerintah atau
pemerintah daerah sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan sebagaimana
diatur dalam pasal 41 ayat 3.
Perjalanan kebijakan pendidikan Indonesia belum berakhir, pada tahun
2004 pemerintah menetapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kehadiran
Kurikulum berbasis kompetensi pada mulanya menumbuhkan harapan akan
memberi keuntungan bagi peserta didik karena dianggap sebagai penyempurnaan
dari metode Cara belajar siswa Aktif (CBSA). Namundarisisi mental
maupunkapasistas

guru

tampaknyasangatberatuntukmemenuhituntutanini.Pemerintahjugasangatkewalaha
nsecarakonseptual,
ketikapemerintahbersikerasdenganpemberlakukanUjianNasional, sehingga KBK
segera diganti dan disempurnakan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP).
17

Reformasi telah melahirkan kebijakan yang tertuang dalam UU Sisdiknas
No 20 Tahun 2003, PP No 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan
Pendidikan Keagamaan, dan PP No 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan
Penyelenggaraan Pendidikan, yang memberikan dampak signifikan bagi
keberadaan serta perkembangan madrasah. Tetapi pada tataran implementatifnya
banyak terjadi diskriminatif terhadap keberadaan madrasah.
Terpinggirnya madrasah dari persaingan sesungguhnya juga dikarenakan
dua faktor, yaitu faktor internal:
- Pertama, meliputi manajemen madrasah yang pada umumnya belum
mampu menyelenggarakanpembelajaran dan pengelolaan pendidikan
-

yang efektif dan berkualitas.
Kedua, faktor kompensasi profesional guru yang masih sangat

-

rendah.
Ketiga, adalah faktor kepemimpinan, artinya tidak sedikit kepalakepalamadrasah yang tidak memiliki visi, dan misi.

Sedangkan faktor eksternal yang dihadapi madrasah adalah :
-

Pertama, adanya perlakuan diskriminatif pemerintah terhadap

-

madrasah.
Kedua, dapat dikatakanbahwa paradigma birokrasi tentang madrasah
selama ini lebih didominasi oleh pendekatan sektoral dan
bukanpendekatan fungsional. Madrasah tidak dianggap bagian dari

-

sektor pendidikan, lantaran urusannya tidak dibawah Kemendiknas.
Ketiga, adalah adanya diskriminasi masyarakat terhadap madrasah.
Ada sebagianmasyarakat selama ini memandang madrasah adalah
pendidikan nomor dua dan merupakan alternatif terakhirsetelah

lembaga pendidikan di lingkungan Diknas.
Di samping itu,Kebijakan otonomi daerah yang cenderung diskriminatif
terhadap madrasah disebabkan oleh beberapa faktor;
Pertama, karena aturan perundang-undangan otonomi daerah yang
dipahami secara sempit oleh pemerintah daerah Kabupaten/Kota.
Kedua, kurangnya koordinasi antar lembaga-lembaga pemerintah daerah
atau antarsatuan kerja pemerintah daerah (SKPD) baik koordinasi internal
maupun eksternal dengan KementerianAgama yang membawahi pendidikan
madrasah.
Ketiga, faktor dominasi politik praktis yang seringkalimempengaruhi
kebijakan daerah.
18

Terlepas dari pro dan kontra keberadaan dan pengelolaan pendidikan
Islam, sebenarnya tidak perlu terjadi kesenjangan dan diskriminatif. Hal yang
perlu menjadi perhatian penting adalah keadilan dalam semua aspek, termasuk
masalah pendanaan.
Meskipun pemerintah melalui Kementerian Agama dan Kementerian
Pendidikan Nasional telah melakukan perubahan kebijakan dalam berbagai segi
untuk memajukan madrasah, namun belum sebanding dengan kemajuan yang
dicapai oleh sekolah umum. Baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya.
Pemerhati Pendidikan,yang juga dosen di Institut Agama Islam Negeri
(IAIN)

Imam

Bonjol

Padang,Prof.

DR.Zulmuqim,MAmenyarankanagar

anggaran pendidikan untuk sekolah umum dan agama perlu pemerataan sehingga
tidak terjadi kesenjangan kualitas lulusan.selama ini masih terlihat kesenjangan
dalam anggaran pendidikan untuk sekolah umum dan agama, misalnya saja pada
segi fisik jauh perbedaannya.(Antara)19
Menurut Penulis, dalam konteks kekinian, image madrasah dan
pendidikan Islam lainnya mulai mengalami perubahan. Madrasah tidak lagi
menjadi sekolah Islam yang hanya diminati oleh kalangan menengah ke bawah.
Melainkan sudah banyak diminati oleh masyarakat golongan menengah ke atas.
Hal ini disebabkan munculnya madrasah elit dan modern yang sejajar dengan
sekolah-sekolah umum.
Diharapkan ke depan, perhatian pemerintah, baik pusat maupun daerah
lebih tercurah terhadap perkembangan dan kemajuan pendidikan Islam.
Pendidikan Islam seharusnya dijadikan sebagai core (inti) atau sebagai sumber
nilai dan pedoman bagipeserta didik untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia
dan akhirat, dan membantu peserta didik agarmampu mewujudkan nilai dasar
agama dalam menerapkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Pendidikan Islam dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi
manusia yang beriman danbertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi
pekerti luhur dan berakhlak mulia. Sejalan dengan maksudtersebut, Kondisi
batiniah dan mentalitas keagamaan tersebut merupakan basis bagi pembentukan
watak dankepribadian anak didik. Dengan demikian, pendidikan agama
memegang peran yang sangat berarti

dalampencapaian tujuan Pendidikan

Nasional

19http://beritasore.com/anggaran-sekolah-umum-dan-agama-perlu-pemerataan/

19

Pendidikan Islam darimasa ke masa terus membuktikan perannya secara
signifikan dalam membangun bangsa, hal ini terlihat dari :
1. Aspekpendidikan
(pedagogis).
Sebagai
bergerakdalamduniapendidikan

lembaga

,lembagapendidikan

berperanpentingdalampeningkatan

yang
Islam

SDM

yang

berkualitasdanmelahirkankader-kaderpemimpinbangsa

yang

memilikiwawasankeislamandannasionalisme yang tinggi.
2. Aspek Moral-Spiritual. Pendidikan Islam bertujuan membina peserta didik
menjadihamba yang sukaberibadahkepadaAllah.
3. Aspeksosiokultural,bahwatidakdapatdipungkirilembagapendidikan

Islam

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap corak dankaraktermasyarakat
Indonesia.
DemikianlahperjalanansingkatPendidikan
dankebijakanpemerintahterhadappendidikan

Islam

Islam
di

Indonesia,

mengalamipasangsurutmulaidarimasakemerdekaansampaimasareformasi

yang
.

TujuanpendidikanIslam
secaraumumdapatdigambarkanuntukmengembangkanintelektual,
spiritual.

Sehingga

mampu

mewujudkan

masyarakat

moral

Indonesia

dan
menuju

masyarakat Madani.

F. Kesimpulan
Pendidikan Indonesia lahir dan terus berkembang seiring hadirnya agama
Islam

di Indonesia.Terlepasdaribanyaknya

problem

danstereotyping yang

melekatpadalembagapendidikanberbasisIslam, peranannyatidakdapatdiabaikandan
dilihat sebelah mata.
Dalam
memberikan

perkembangannya
perhatian

tidak

serius,

terlepas

dari

pemerintah

sehinggapendidikan

yang
Islam

dapatterusmelebarkansayapnyadanmemberikankontribusi yang signifikan dalam
upaya meningkatkan SDM di Indonesia.
Jadi dapat disimpulkan kebijakan pemerintah terhadap pendidikan
Islam,mulai masa orde lama, orde baru dan era reformasi :
1. kebijakan pemerintah orde lama, dikeluarkannya peraturan bersama
dua menteri, yaitu Mneteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Pengajaran.
20

Menetapkan bahwa pendidikan agama diberikan mulai dari kelas IV SR (Sekolah
Rakyat) sampai kelas VI. Dan tahun 1947 pemerintah membentuk Majelis
Pertimbangan Pengajaran Agama Islam yang dipimpin oleh KI Hajar Dewantara
dari Departemen P danK, serta Prof.Drs.Abdullah Sigit dari Departemen Agama.
2. Kebijakan pemerintah orde baru mengenai pendidikan islam dalam
konteks madrasah di indonesia bersifat positif dan konstruktif, khususnya dalam
dua dekade terakhir 1980- an sampai dengan 1990-an. Pada pemerintahan orde
baru,lembaga pendidikan di kembangkan dalam rangka pemerataan kesempatan
peningkatan dan peningkatan mutu pendidikan.
3. Kebijakan pemerintah pada era reformasi, yaitu Tentang pendidikan
dan pengajaran agama, terdapat perbedaan yang sangat mendasar antara UUPP
No. 4 tahun 1950 dan UU No. 12/1954 dengan UU No. 2/1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Dalam UU Pendidikan tahun 1950 dan 1954 dinyatakan
bahwa ’dalam sekolah-sekolah negeri diadakan pelajaran agama, orang tua murid
menetapkan apakah anaknya akan mengikuti pelajaran tersebut’, (pasal 20 ayat 1).
Sementara dalam UU No. 2 th 1989, tidak lagi disebutkan ’dalam sekolah negeri’,
yang berarti tidak lagi membedakan sekolah negeri dan sekolah swasta dalam
memberlakukan pelajaran agama. Konsekuensi dari kebijakan ini pada dataran
operasional pendidikan telah dikeluarkan beberapa peraturan pemerintah, ditahun
berikutnya, yaitu PP (Peraturan Pemerintah) No. 27 tahun 1990 tentang
Pendidikan Prasekolah, PP No. 28 1990 tentang Pendidikan Dasar, PP No.
29/1990 tentang Pendidikan Menengah, dan PP No. 30/1990 tentang Pendidikan
Tinggi (dan telah disempurnakan PP No. 22/1999). Semua peraturan tersebut
mengatur pelaksanaan pendidikan agama di lembaga pendidikan umum.
Darimasakemerdekaanhingga
melewati

masa

fase

reformasi,

pendidikan

Islam

danperubahan-

perubahanuntukmencapaikesempurnaannyadanpembaharuan-pembaharuan.
Olehkarenaitu ,dengansemakinterbukanyadukunganpemerintah, maka program
pendidikan Islam harusberorientasipadapenguasaanilmudanteknologi. Lembagalembagapendidikan

Islam

harusmampumengembangkanataumelakukandepresivikasiprogram-program
bidangstudi yang sesuaidengankebutuhan.
21

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Marimba, Ahmad. D. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Al-Ma’arif,
1989
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Surabaya: Pustaka Pelajar,
2003
Mustafa dan Abdullah. ,Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. CV .Pustaka
Setia,Bandung :1997
Nizar, Samsul, SejarahPendidikan Islam, Kencana:Jakarta,2007
Yunus , Muhammad, Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia, Hidakarya Agung;
Jakarta, 1985
Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: 1995
Zuhairini,dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta :Bumi Aksara,1997
Zuhri, Zaainuddin, Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangan di Indonesia,
Bandung : PT.Al-Ma’rif, 1978
Timur A, Djaelani, Peningkatan Mutu Pendidikan dan Pembangunan Perguruan
Agama, Jakarta; CV. Darmaga, 1980
http://pendis.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id2=strategipendis
http://makalah-ibnu.blogspot.com/2009/12/sistem-pendidikan-islam-pada-masaorde.html

22