Penambahan Enzim Fitase di Dalam Pakan Konvensional Terhadap Performans,Pemanfaatan Fosfor dalam Pakandan IOFC Ayam Broiler

TINJAUAN PUSTAKA
Ayam broiler
Ayam broiler termasuk kedalam ordo Galliformes, famili Phasianidaedan
spesies Gallus domesticus.Ayam broiler merupakan ayam tipe berat pedaging
yang lebih muda dan berukuran lebih kecil.Ayam broiler ditujukan untuk
menghasilkan daging dan menguntungkan secara ekonomis.Ayam broiler tumbuh
sangat cepat sehingga dapat dipanen pada umur 6-7 minggu.Sifat pertumbuhan
yang sangat cepat ini dicerminkan dari tingkah laku makannya yang sangat
lahap.Nilai konversi makan ayam broiler sewaktu dipanen sekarang ini mencapai
nilai dibawah 2 (Amrullah, 2004). Dalam menentukan pakan yang berkualitas
baik salah satunya ditentukan oleh FCR yang rendah, dibawah ini data penurun
nilai FCR dari tahun ketahun.
Tabel 1. Konversi pakan ayam broiler
Tahun

Umur saat bobot
Badan 1.800 gram
84 hari
70 hari
59 hari
51 hari

43 hari
35 hari
32 hari

1950
1960
1970
1980
1990
2000
2010

FCR
3,25
2.50
2,20
2,10
1,95
1,65
1,50


Sumber: Tamaluddin, 2014

Ayam

pedaging

merupakan

jenis

ayam

yang

dipelihara

untuk

dimanfaatkan dagingnya (Tamalluddin, 2014) dengan ungkapan lain ayam ini

sering kali disebut ayam potong. Inilah yang membedakannya dengan ayam
kampung atau ayam ras petelur, karena ayam jenis lainnya (selain broiler)
diambil telur dan dagingnya (Mulyadi, 2014). Ayam yang dimaksud adalah ayam

Universitas Sumatera Utara

jantan dan betina muda yang berumur dibawah 8 minggu ketika di jual dengan
bobot tertentu mempunyai pertumbuhan yang cepat serta mempunyai dada yang
lebar dengan timbunan daging yang baik dan banyak (Rasyaf,2004).
Saat ini produksi daging ayam broiler menempati urutan pertama sebagai
penyumbang ketersediaan daging ternak asal unggas di Indonesia. Kontribusi
daging asal unggas mengalami peningkatan dari 20% pada tahun 1997 menjadi
65% pada tahun 2008 (Fadilah, 2013). Dari tahun ketahun perkembangan genetik
ayam broiler cukup pesat. Perkembangan tersebut ditujukan untuk menghasilkan
ayam dengan karakteristik unggul dalam upaya memenuhi kebutuhan akan protein
hewani yang harus didapat dengan biaya yang relatif lebih murah dan kecepatan
pemenuhannya yang tinggi dengan kualitas daging yang baik(Tamalluddin,2014).
Data pertambahan popolasi ayam broiler dari tahun 2007 hingga tahun 2011
ditunjukan pada Tabel 2 dibawah ini.
Tabel 2. Populasi ayam broiler

Tahun
2007
2008
2009
2010
2011

Jumlah populasi (000 ekor)
891.659
902.052
1.026.379
986.871
1.041.968

SumberTamaluddin, 2014

Berdasarkan jenisnya pakan ayam broiler dapat digolongkan menjadi
empat kelompok, yaitu prestarter, starter, grower dan finisher.Perbedaan dari
ketiga pakan tersebut adalah bentuk dan kandungan nutrisinya. Pakan starter
dengan kandungan protein 23- 24% (Tamalluddin,2014).

Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi ransum pada ayam broiler ialah
temperatur lingkungan, kesehatan ayam, tingkat energi ransum yang diberikan,

Universitas Sumatera Utara

sistem pemberian makanan kepada ayam, jenis kelamin ayam dan genetik ayam
(Mulyadi, 2014).
Pakan mengandung nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan ayam
broiler. Untuk bisa tumbuh dengan optimal, pakan harus mengandung unsur
nutrisi yang seimbang (Tamalluddin,2014). Nutrisi dilepaskan saat dicerna,
kemudian diserap masuk ke cairan dan jaringan tubuh.Nutrisi dalam pakan ayam
terdiri dari karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin dan air. Energi sering
kali dikelompokkan sebagian dari zat makanan karena dihasilkan dari proses
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein tubuh (Fadillah, 2013).
Performans Ayam Broiler
Konsumsi Ransum
Konsumsi ransum merupakan kegiatan masuknya sejumlah unsur nutrisi
yang ada dalam ransum tersebut. Secara biologis ayam mengkonsumsi makanan
untuk proses hidupnya. Kebutuhan energi untuk fungsi-fungsi tubuh dan
memperlancar reaksi-reaksi asam amino dari tubuh.Hal ini menunjukkan ternak

ayam dalam mengkonsumsi makanannya digunakan untuk kebutuhan ternak
tersebut (Wahju, 1985).
Pertumbuhan broiler yang cepat ada kalanya didukung oleh konsumsi
ransum yang lebih banyak pula.Masalah konsumsi ransum memang harus disadari
bahwa broiler ini senang makan. Bila ransum yang diberikan tidak terbatas atau
ad libitum, ayam akan makan sepuasnya hingga kenyang (Rasyaf, 1997).
Tingkat protein dan energi metabolisme yang berbeda berpengaruh
terhadap konsumsi pakan, selisih kandungan energi metabolisme pada setiap

Universitas Sumatera Utara

pakan perlakuan tidak jauh berbeda, sehingga ayam pada tiap perlakuan
cenderung mengkonsumsi pakan yang sama (Wahju,1988).
Pertambahan Bobot Badan
Pertumbuhan broiler biasanya dipengaruhi oleh ransum, bangsa dan
lingkungan. Pertumbuhan berlangsung pada waktu tertentu dan berjalan cepat
sampai ternak mencapai tingkat dewasa kelamin, setelah itu pertumbuhan
berangsur-angsur turun dan sampai periode tertentu akan terhenti. Pertumbuhan
ini adalah juga pertambahan dalam bentuk dan bobot jaringan-jaringan tubuh
seperti urat daging, tulang, jantung, otak dan semua jaringan lainnya

(Anggorodi,1995).
Pertambahan bobot badan merupakan salah satu parameter yang sering
diamati untuk menilai keberhasilan atau tingkat perkembangan produksi yang
diinginkan. Pertumbuhan merupakan proses peningkatan ukuran tulang, otot,
organ dalam dan jaringan bagian lainnya yang terjadi sebelum lahir (Prenatal)
sampai

sesudah

lahir

(Postnatal)

sampai

mencapai

dewasa

tubuh


(Ensmingeretal.,1990).
Feed Convertion Ratio (FCR)
Feed Convertion Ratio (FCR) merupakan perbandingan antara jumlah
pakan yang dikonsumsi dengan produksi yang dihasilkan. Konversi pakan pada
broiler termasuk jumlah pakan yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 pounds
atau 1 kg berat hidup (Anggorodi, 1985).
Nilai konversi pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain genetik,
tipe pakan yang digunakan, feed additive yang digunakan dalam pakan,
manajemen pemeliharaan dan suhu lingkungan (James, 2004). Jumlah pakan yang

Universitas Sumatera Utara

digunakan mempengaruhi perhitungan konversi ransum atau Feed Converstion
Ratio (FCR).Angka konversi ransum yang kecil berarti jumlah ransum yang
digunakan untuk menghasilkan satu kilogram daging semakin sedikit (Edjeng dan
Kartasudjana, 2006).Semakin tinggi konversi ransum berarti semakin boros
ransum yang digunakan (Fadilah et al., 2007).
Angka konversi ransum menunjukkan tingkat penggunaan ransum dimana
jika angka konversi semakin kecil maka penggunaan ransum semakin efisien dan

sebaliknya jika angka konversi besar maka penggunaan ransum tidak efisien
(Campbell,

1984).Lestari

(1992),

menyatakan

angka

konversi

ransum

menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan ransum.
Income Over Feed Cost (IOFC)
Income Over Feed Cost (IOFC) ini merupakan barometer untuk melihat
seberapa besar biaya ransum yang merupakan biaya terbesar dalam usaha
penggemukan ternak. IOFC diperoleh dengan menghitung selisih pendapatan

usaha peternakan dengan biaya pakan.Nilai yang diperoleh dibandingkan antara
pendapatan dengan biaya ransum tersebut (Siregar, 2002).
Zat-zat makanan unggas
Dalam menyusun ransum ayam broiler dari bahan- bahan terpilih mau
tidak mau kita harus mengetahui beberapa kebutuhan gizi unggas pada berbagai
spesies, aktivitas dan umur. Secara umum zat makanan tersebut di dalam tubuh
berfungsi sebagai berikut: a) Zat penyusun (zat pembangun) adalah materi
penyusun untuk membentuk dan memelihara struktur tubuh. Nutrisi yang
berperan sebagai zat pembangun adalah protein, mineral, lemak dan air, b) Zat
tenaga merupakan sumber energi untuk memproduksi panas, kerja dan atau

Universitas Sumatera Utara

penimbunan lemak. Karbohidrat, lemak dan protein termasuk dalam fungsi ini. c)
Zat pengatur yang mengotrol berbagai proses, fungsi dan kegiatan didalam tubuh
ternak. Zat makanan tersebut adalah vitamin, enzim, hormon, mineral, asam
amino tertentu dan asam lemak tertentu. d) Fungsi tambahan yaitu untuk
memproduksi sesuatu, misalnya telur dan susu (Santoso, 1987).
Protein
Protein merupakan komponen organik yang kompleks dengan bobot

molekul yang tinggi.Protein mengandung karbon, hidrogen dan oksigen, tetapi
ada pula yang mengandung nitorgen dan sulfur. Bahkan beberapa protein
mengandung elemen- elemen fosfor, besi, seng dan copper. Perbedaan kandungan
itu menyebabkan klasifikasi protein begitu banyak.
Kebutuhan protein dipengaruhi juga oleh umur ayam. Semakin tua umur
ayam, kebutuhan proteinya akan semakin bertambah. Sementara itu kebutuhan
protein berdasarkan bobot badan ayam akan berkurang sejalan dengan
bertambahnya umur (Fadillah, 2013)
Tabel 3. Protein yang dibutuhkan ayam broiler per hari
Umur Ayam
(minggu)
1
2
3
4
5
6
7

Protein yang dikonsumsi (gram)
per ekor
per kilogram berat
Per hari
badan per hari
4,1
27,3
10,0
21,2
13,6
19,6
18,9
18,0
24,1
16,5
29,0
15,4
31,4
13,4

Sumber: North & bell, commercial Chiken production Manual, New York (1990)

Molekul-molekul protein ini divisualisasikan sebagai suatu rangkaian yang
panjang atau merupakan rangkaian rantai asam-asam amino yang dikaitkan oleh

Universitas Sumatera Utara

cincin peptida.Tidak semua protein di dalam bahan makanan mengandung asam
amino yang dibutuhkan oleh ayam. Makin lengkap kandungan asam aminonya,
akan semakin baik bahan makanan itu dan makin dibutuhkan, sebaliknya bahan
makanan yang kandungan proteinnya tinggi belum tentu lengkap kandungan asam
aminonya (Rasyaf, 1997).

Energi
Hewan mempergunakan makanannya tidak lain untuk kebutuhan energi
yang dibutuhkan untuk fungsi-fungsi tubuh dan untuk melancarkan reaksi-reaksi
sintetis dari tubuh. Energi diukur dengan kalori. 1 gram kalori adalah panas yang
diperlukan untuk menaikkan panas 1 gram air dari 14,5 - 15,50 C. Satu kilokalori
(kkal) adalah panas yang diperlukan untuk menaikkan panas 1 kilogram air 10C
(14,5 – 15,50C). Satu megakalori (megakal) =1000 kkal (Wahju, 1988).
Tabel 4. Energi yang dibutuhkan ayam broiler per hari
Umur Ayam
(minggu)
1
2
3
4
5
6
7

ME yangdikonsumsi (kkal)
per ekor
per kilogram berat
/hari
badan/hari
52
348
128
328
207
297
288
273
367
253
464
246
564
242

Sumber: North & bell, commercial Chiken production Manual, New York (1990)

Sebagian besar pakan yang dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan
energi bagi pemeliharaan fungsi tubuh dan mengatur reaksi-reaksi sintetis di
dalam tubuh.Energi yang terkandung dalam pakan merupakan energi potensial
atau Gross Energy. Energi tersebut belum dapat dipergunakan oleh
ayam(Suprijatnaet al., 2005).

Universitas Sumatera Utara

Kebutuhan hidup pokok untuk energi termasuk didalamnya keperluan
untuk metabolisme basal dan aktivitas normal.Metabolisme basal adalah
penggunaan energi minimum atau produksi panas dalam kondisi bila pengaruh
ransum, suhu keliling dan aktivitas bebas diabaikan. Energi yang diperlukan untuk
aktivitas dapat bervariasi banyak sekali akan tetapi biasanya diperkirakan sebagai
sekitar 50% dari metabolisme basal (Anggorodi, 1985).
Menurut Suprijatnaet al. (2005), proses pembentukan energi dari bahan
pakan (Energi Potensial) menjadi energi tersedia bagi ternak (Energi Netto)
adalah sebagai berikut :

Gross Energy

Digestible Energy

Fecal Energy

Urinary Energy

Metabolizible Energy

Net Energy

Heat loses
duringmetabolis

m
- Maintenace

- Produksi
- Kerja
-Pertumbuhan

Universitas Sumatera Utara

Dalam nutrisi aneka ternak unggas, nilai energi bahan makanan dinyatakan
dalam kalori energi metabolis.Nilai enegi metabolis adalah lebih tepat dapat
ditentukan daripada nilai energi produksi dan telah digunakan dalam praktik
sebagai ukuran sah energi yang secara metabolik berguna dalam bahan makanan.
Energi bahan makanan umumnya dibagi kedalam empat bagian: Energi Bruto
`(EB), Energi Dicerna (ED), Energi Metabolis (EM) dan Energi Netto (EN)
(Anggorodi, 1995).
Pada ternak unggas, untuk menentukan kebutuhan energi digunakan nilai
energi metabolis.Nilai energi metabolis secara teoritis dapat memenuhi kebutuhan
energi bagi pertumbuhan dan produksi. Selain itu secara praktis, pengukuran
secara biologis energi metabolis lebih mudah dilaksanakan karena urin dan
ekskreta menjadi satu dalam feses (Suprijatnaet al., 2005).
Karbohidrat
Karbohidrat mengandung unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H) dan
oksigen (O) dengan rasio hidrogen dan oksigen yang sama seperti pada molekul
air. Secara kimia karbohidrat dapat didefinisikan sebagai derivat aldehida atau
keton dari alkohol polihidrik (lebih dari satu gugus OH) atau sebagai senyawasenyawa

yang

menghasilkan

derivat-derivat

tersebut

pada

hidrolisisnya(Harperetal., 1997).
Karbohidrat adalah zat organik utama yang terdapat dalam tumbuhtumbuhan dan biasannya mewakili 50 sampai 70% dari jumlah bahan kering
dalam bahan makanan ternak. Karbohidrat sebagian besar terdapat dalam biji,
buah dan akar tumbuh-tumbuhan. Zat tersebut terbentuk dari proses fotosintesis

Universitas Sumatera Utara

yang

melibatkan

kegiatan

sinar

matahari

terhadap

hijauan

daun

(Anggorodi,1985).
Unit dasar karbohidrat adalah gula sederhana, yaitu heksosa karena setiap
molekul mengandung enam atom karbon.Sedikit heksosa bebas dapat dijumpai
pada tanaman.Karbohidrat yang berguna bagi unggas adalah gula-gula heksosa,
sukrosa, maltosa dan pati.Laktosa tidak dapat digunakan oleh ayam karena sekresi
saluran pencernaan tidak mengandung enzim laktase untuk mencerna bahan
tersebut.Bahan pakan sebagai sumber energi yang baik bagi unggas mengandung
karbohidrat yang mudah dicerna (Suprijatna, 2005).
Vitamin
Vitamin merupakan komponen organik yang kompleks yang sebenarnya
dibutuhkan dalam jumlah yang kecil saja.Tetapi jumlah kecil itu tidak dapat
dipenuhi dari dalam tubuh ayam itu, ayam pada umumnya tidak dapat membuat
vitamin sekalipun jumlah yang dibutuhkan kecil. Sebab itulah vitamin-vitamin
yang dibutuhkan ayam ini harus diambil dari luar tubuhnya yaitu dari makanan
yang ia makan. Secara garis besar vitamin dibagi atas vitamin yang larut dalam
lemak dan vitamin yang larut dalam air. Vitamin-vitamin yang larut dalam lemak
adalah Vitamin A, D, Edan Vitamin K. Sedangkan kelompok Vitamin yang larut
dalam air adalah

Thiamin, riboflavin, asam nikotein, folasin, biotin, asam

panthotenat, pyridoxine, vitamin B12dan cholin. (Rasyaf, 1997). Fungsi vitamin
sebagai zat pengatur dalam tubuh antara lain untuk mempertahankan kesehatan
tubuh dan meningkatkan produksi (Sudaryani dan santoso,2005).

Universitas Sumatera Utara

Mineral
Mineral

juga

merupakan

zat

pembangun

pertumbuhan

dan

produksi.Walaupun kebutuhan beberapa jenis mineral relatif sedikit, tetapi
kekurangan salah satu jenis mineral memberikan efek yang tidak menguntungkan
(Sudaryani dan santoso, 2005).Mineral juga dibutuhkan oleh ayam seperti halnya
vitamin.Mineral ini menjadi penting karena ayam dan makhluk bergerak
umumnya tidak mampu membuat mineral sendiri. Mineral mempunyai banyak
fungsi, antara lain membentuk tulang-belulang, sebagai bagian dari komponen
hormon yang vital, sebagai aktivator enzim, menjaga keseimbangan tubuh ayam
dan sebagai bagian dari struktur protein seperti dalam Hemoglobin dan
Phospoprotein (Rasyaf,1997).
Air
Secara khemis, air terdiri dari dua atom hidrogen dan sebuah atom oksigen
(H2O).Air merupakan bagian terbanyak dan terpenting dari jaringan tumbuhtumbuhan dan hewan.Tumbuh-tumbuhan mengandung 70 sampai 80%air,
sedangkan hewan mengandung 40 sampai 70%. Air mempunyai fungsi sebagai
pengangkut zat- zat air, mengangkut zat- zat makanan dari suatu bagian tumbuhtumbuhan dan hewanke bagian lain (Anggorodi,1985).
Kebutuhan air bagi unggas dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
adalah a) Suhu tubuh, menghilangnya panas tubuh adalah melalui penguapan
hampir 40 % air yang menghilang dari tubuh unggas adalah melalui pernapasan,
b) suhu lingkungan unggas membutuhkan lebih banyak air di cuaca panas dari
pada di cuaca dingin, c) bentuk nitrogen yang dikeluarkan sebagian besar nitrogen
yang dikeluarkan tubuh unggas adalah dalam bentuk asam urat. Urine dikeluarkan

Universitas Sumatera Utara

dan mengalir ke dalam usus bagian bawah, d) sumber protein beberapa jenis
tepung ikan mempertinggi kebutuhan air karena kandungan garamnya tinggi, e)
Mineral banyak mineral mempengaruhi kebutuhan air. Terlalu banyak garam
menaikkan konsumsi air dan menaikkan pula kandungan air feses, f) unggas apa
saja yang dipelihara dalam kandang baterai akan mengkonsumsi air lebih bannyak
dibandingkan

unggas

yang

di

pelihara

dalam

kandang

berlantai

(Anggorodi, 1995).
BahanPakan
Jagung Kuning
Jagung kuning sebagai sumber energi dalam ransum unggas selain itu juga
jagung kuning merupakan sumber pigmen xanthophyl yang menimbulkan warna
kuning pada kaki, kulit dan kuning telur. Protein jagung dapat bervariasi mulai
dari 8-10% serta koefisien cerna protein, lemak dan serat kasar dari jagung yakni:
77%, 90% dan 57%sedangkan (Anggorodi, 1985).
Jagung kuning di samping mengandung karoten, juga menjadi sumber
energi dalam ransum, energi metabolismenya 3370 kkal/kg. Jagung mengandung
kadar triptophan yang rendah dan paling rendah adalah kadar methioninnya,
kemudian lisin (Wahju, 1992). Kandungan nutrisi jagung dapat dilihat pada Tabel
6 dibawah ini.
Tabel 5. Kandungan nutrisi jagung
Zat Nutrisi
Protein Kasar
Lemak Kasar
Serat Kasar
Energi Metabolisme
Kalsium
Phosfor

Kandungan Nutrisi
8
3,8
2,2
3350
0,02
0,28

Universitas Sumatera Utara

Sumber: National Research Council(1994)

Bungkil Kedelai
Bungkil kedelai adalah kedelai yang sudah diambil minyaknya.Kandungan
protein bungkil kedelai sekitar 48% dan merupakan sumber protein yang amat
bagus sebab keseimbangan asam amino yang terkandung didalamnya cukup
lengkap dan tinggi.Pada tabel 7.Dibawah ini dapat dilihat kandungan nutrisi
bungkil kedelai.
Tabel 6. Kandungan Nutrisi Bungkil Kedelai
Zat Nutrisi
Protein Kasar
Lemak Kasar
Serat Kasar
Energi Metabolisme
Kalsium
Phosfor

Kandungan Nutrisi
42
1,9
7
2290
0,27
0,56

Sumber: National Research Council (1994)

Tepung Ikan
Tepung ikan merupakan sumber protein utama bagi unggas karena bahan
makanan tersebut mengandung semua asam amino esensial yang dibutuhkan ayam
dalam jumlah yang cukup dan merupakan sumber lisin dan methionin yang baik.
Pemberian tepung ikan sering dibatasi untuk mencegah bau ikan yang dapat
meresap dalam daging dan telur (Anggorodi, 1985).
Tabel 7. Kandungan nutrisi tepung ikan
Zat Nutrisi
Protein Kasar
Lemak Kasar
Serat Kasar
Energi Metabolisme
Kalsium
Phosfor

Kandungan Nutrisi
55
7,52
0,7
2730
5
2,5

Sumber: National Research Council(1994)

Universitas Sumatera Utara

Berbagai macam minyak nabati yang sering digunakan untuk ransum lebih
dapat dicerna dari lemak hewan dan mempunyai nilai energi metabolis lebih
tinggi (Anggorodi, 1985).

Dedak Halus
Dedak merupakan hasil ikutan proses pemecahan kulit gabah yang terdiri
dari lapisan kutikula sebelah luar dan hancuran sekam serta sebagian kecil
lembaga yang masih tinggi kandungan protein, vitamin dan mineral. Menurut
(Schalbroeck, 2001), produksi dedak padi di Indonesia cukup tinggi per tahun
dapat mencapai 4 juta ton dan setiap kuintal padi dapat menghasilkan 18-20 gram
dedak. Dedak

mengandung protein 13,00%, lemak 13,00% dan serat

kasar

12,00% dapat dipakai sebagai bahan pakan ternak (Schalbroeck, 2001). Salah
satu keuntungan dari dedak padi adalah tidak bersaing dengan makanan manusia.
Pemanfaatan dedak padi sebagai bahan pakan ternak sudah umum dilakukan
dimana kandungan energi dan proteinnya cukup tinggi.Penggunaan dedak padi
dalam jumlah besar pada ransum tidak memungkinkan dan perlu dibatasi. Jumlah
dedak padi yang dapat digunakan dalam ransum unggas terbatas yaitu sebesar 1020%. Salah satu pertimbangan pembatasan jumlah penggunaan dedak padi adalah
asam fitat. Melaporkan bahwa dedak padi memiliki kandungan fitat yang cukup
tinggi yaitu sekitar 60-80% dari total fosfor. Pembatasan ini dilakukan karena
pemakaian dedak padi dalam jumlah besar dapat menyebabkan susahnya
pengosongan

saluran

pencernaan

karena

sifat

pencahar

pada

dedak

(Ravindran et al.,1995).

Universitas Sumatera Utara

Tabel 8. Kandungan nutrisi Dedak Halus
Zat Nutrisi
Protein Kasar
Lemak Kasar
Serat Kasar
Energi Metabolisme
Kalsium
Phosfor

Kandungan Nutrisi
11,32
8
13
3100
0,07
1,5

Sumber: National Research Council(1994)

Asam Fitat
Asam fitat adalah bentuk penyimpanan utama fosfor yang banyak terdapat
dalam sereal, kacang-kacangan, minyak sayur dan serbuk sari bunga. Nama kimia
untuk asam fitat adalah myo-inositol 1,2,3,4,5,6-hexakis phosphate. Formula dari
asam fitat yaitu C6H18O24P6. Garam dari asam fitat disebut sebagai phytates(Grafs
et al., 1987; Kerovuo, 2000). Phosphate yang berikatan pada asam fitat terdiri dari
dua posisi yaitu axial dan equatorial, terdapat lima gugus phosphate berada dalam
posisi equator dan satu gugus dengan posisi axial(Bohn et al., 2008).
Gambar 2.1Myo-inositol (1,2,3,4,5,6) hexakisphosphate

Sumber: Bohn et al.(2008)

Gambar 2.1 memperlihatkan bahwa terdapat lima gugus fosfat dalam
posisi ekuator dan satu gugus fosfat dalam posisi aksial yang berikatan dengan

Universitas Sumatera Utara

myo-inositol (1,2,3,4,5,6) hexakisphosphate. Warna merah pada gabar 2.1
menunjukkan oksigen, ungu adalah fosfat dan abu-abu merupakan atom hydrogen
dari kelompok fosfat pada setiap ikatan atom karbon yang diberi nomor
berdasarkan IUPAC-IUB (Bohn et al., 2008).
Tabel 9. Kandungan asam fitat bahan pakan
Bahan pakan
Jagung
Dedak padi
Bungkil Kedelai
Bungkil kacang tanah
Bungkil kelapa
Bungkil inti sawit
Biji kapas
Tepung Gandum
Biji bunga Matahari

Asam Fitat (%)
0.89*
6.90**
0.39 (0.28-0.44)***
0.42 (0.30- 0.48)***
0.27 (0.14- 0.33)***
0.39 (0.33-0.41)***
4.80*
0.83*
1.7*

Sumber : *) Cheryan 1980
**) Sumiati 2005
***)Ravindran 1999

Asam fitat merupakan zat anti gizi karena mempunyai kemampuan untuk
berikatan dengan mineral yang mengakibatkan kelarutan mineral tersebut
menurun, sehingga ketersediaan mineral menjadi rendah. Penambahan Enzim
Fitase merupakan salah satu cara untuk mengatasi tingginya asam fitat dalam
ransum, karena Enzim Fitase mempunyai kemampuan menghidrolisa Asam Fitat
yang terkandung pada bahan pakan menjadi senyawa inositol dan glukosa serta
senyawa fosfor organik. Senyawa-senyawa ini sangat berperan dalam proses
respirasi untuk pembentukan ATP. Tingginya asam fitat dalam jagung dan dedak
akan memyebabkan terganggu proses metabolisme zat makanan dalam organorgan pencernaan sehingga organ

pencernaan harus bekerja keras untuk

melaksanakan fungsinya dalam proses pencernaan dan metabolisme makanan
(West et al., 1966). Zat anti nutrisi termasuk asam fitat, akan menyebabkan organ-

Universitas Sumatera Utara

organ ini akan bekerja lebih lama dan akan menyebabkan gangguan fisiologi
termasuk berat dari organ pencernaan ini (Handayani, 2004).
Bagi hewan-hewan yang tergolong monogastrik (unggas dan ikan), fitat
merupakan senyawa fosfat-komplek yang sulit dicerna, karena tidak adanya
bakteri

penghasil fitase dalam saluran pencernaannya. Selain itu dengan

kemampuan sifat pengkelat dari fitat maka akan mengurangi ketersediaan
fosfat,mineral dan elemen-elemen serta protein penting dalam tubuh hewan
(Rimbach et al., 1994).
Adanya asam fitat menyebabkan beberapa mineral-mineral penting dan
protein menjadi tidak terlarut sehingga tidak dapat diserap oleh usus pada ternak
monogastrik khususnya unggas karena tidak adanya fitase yang dihasilkan (Angel
et al.,2002; Singh 2008). Dengan terbentuknya senyawa fitat-mineral atau fitatprotein yang tidak larut dapat menyebabkan penurunan ketersediaan mineral dan
nilai gizi protein (Kornegay, 2001). Tidak tersedianya fitase maka sebagian besar
P diekresikan bersama ekskreta ke lingkungan (Shin et al.,2001). Asam fitat juga
dapat mengikat beberapa enzim pencernaan seperti amilase, tripsin, pepsin dan βgalaktosida sehingga menurunkan aktivitasnya (Inagawa et al., 1987).
Asam fitat juga berpengaruh terhadap pemanfaatan kandungan nutrisi
pakan.Ikatan Chelat fitat meningkatkan kebutuhan mineral dalam pakan.
Mekanisme dari persaingan chelation dapat disebabkan oleh pengaruh chelators
dalammempengaruhi Bioavailability mineral. Bentuk chelat fitat mineral akan
menurunkan ketersediaan mineral karena terbentuknya fitat kompleks yang
tidaklarut. Kompleks mineral–chelate adalah merupakan bentuk yang larut dan

Universitas Sumatera Utara

kerap kali diabsorbsi secara utuh atau dapat melepaskan mineral dari ikatan fitat
di dalam brush border pada Epitel Usus (Makkar, 1994).
Pada beberapa serealia (biji-bijian), sekitar dua per-tiga dari total fosfor,
berada dalam bentuk phytin-fosfor. Seperti halnya fosfor, kation bervalensi 2
yanglain seperti Ca, Mg, Fe dan Zn serta protein/asam amino juga dapat diikat
oleh asam fitat (Basf, 2001). Asam fitat didalam pakan mempunyai kemampuan
untuk bergabung dengan mineral bervalensi dua membuat ion mineral secara
metaboliktidak tersedia untuk ternak dan menyebabkan terjadinya defisiensi, pada
ayam biasanya terjadi defisiensi Zn (Soetadiwiarna, 1991).
EnzimFitase
Fitase merupakan salah satu enzim yang tergolong dalam kelompok
Fosfatase yang mampu menghidrolisis senyawa fitat myo-Inositol (1,2,3,4,5,6)
hexakisfosfat. Enzim fitase dikelompokkan menjadi 2 yaitu: 3-fitase dan 6-fitase.
Pengelompokan ini didasarkan pada kemampuan enzim fitase untuk melepas
molekul posfor (H2PO4) pada atom C dari gugus benzena Inositol. Enzim 3-fitase
umumnya dijumpai pada mikrobia dan memulai menghidrolisis molekul posfor
pada atom C nomor 3 dari gugus benzena Inositol.Pada beberapa tahun terakhir,
enzim fitase sangat

intensif diteliti dan menjadi enzim yang mempunyai nilai

komersial tinggi.Hal ini disebabkan oleh kemampuan mereduksi senyawa fitat
dalam ransum makanan ternak.Fitase dapat dijumpai pada mikroorganisme seperti
jamur dan bakteria, baik fitase ekstraseluler maupun intraseluler. Sampai saat ini
aktifitas spesifik fitase tertinggi ditemukan dari isolasinativ protein bakteri E. coli
(Greiner et al, 1993). Fitase tersebar luas di alam karena bisa ditemukan pada
mikroorganisme (Shieh dan Ware, 1968; Hawson dan Davis, 1983), tanaman

Universitas Sumatera Utara

(Lolas dan Markakis, 1977) dan beberapa jaringan hewan (Sandberg dan
Anderson, 1988 cit;Konietzny dan Greiner, 2004).
Akhir-akhir ini enzim banyak digunakan pada makanan ternak.Enzim
umumnya mengkatalis suatu reaksi kimia yang mengarah pada penguraian suatu
bahan makanan pada saluran pencernaan. Nama dari suatu enzim biasanya terdiri
atas nama substrat yang dipengaruhi kemudian ditambah akhiran -ase, misalnya
fitase adalah enzim yang memecah ikatan fitat. Fitase terdapat pada bermacam
tanaman seperti barley, gandum dan rye, juga terdapat pada mikroorganisme
tertentu seperti pada mikroba rumen.Aktifitas enzim yang sangat rendah juga
dapat terlihat pada saluran pencernaan. Satu unit aktivitas fitase (FTU)
didefinisikan sebagai jumlah enzim yang mampu membebaskan fosfor inorganic
1μmol per menit dari larutan Na-fitat 0,0051 mol/l pada pH 5,5 dan suhu 37oC
(Basf, 2001).
Enzim fitase (myo-inositol hexsaphosphate phosphohydrolase) juga
tersebar luas pada tanaman, hewan dan fungi.Enzim fitase bekerja pada inositol
hexsaphosphate, kemudian memisahkan inositol dan ortho phosphate, melalui
inositol pentaphosphate sebagai produk antaranya. Temperatur optimum untuk
aktivitas enzim fitase adalah bervariasi tergantung sumber asalnya, tetapi biasanya
berkisar pada suhu 450-600C, pH optimum untuk aktivitas enzim fitase adalah
pada kisaran 4,0-7,5 (Reddy et al., 1982).
Menurut penelitian Ravindran et al. (2001), suplementasi fitase pada ayam
broiler masa pertumbuhan meningkatkan kecernaan protein kasar dan lisin. Pada
taraf pemberian 500 unit fitase/kg ransum meningkatkan kecernaan protein kasar
menjadi 81,2% dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu sebesar 78,1%.

Universitas Sumatera Utara

Penggunaan enzim fitase meningkatan kandungan AME (Apparent Metabolizable
Energy) dari 13,06 MJ/kg pada kelompok kontrol menjadi 13,35 MJ/kg pada
suplementasi fitase sebesar 500 unit/kg ransum ransum. Perbaikan optimal terjadi
pada tingkat suplementasi fitase sebesar 750 unit/kg ransum yaitu mencapai
13,51MJ/kg. Suplementasi enzim fitase sebesar 300 unit/kg ransum ayam petelur
dapat meningkatkan produksi telur, menurunkan rataan telur yang pecah serta
meningkatkan ketersedian P ( Limetal.,2003).

Universitas Sumatera Utara