Pengaruh Dana Perimbangan, Belanja Modal, dan Belanja Pegawai Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemerintah Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara (2010-2013)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Salah satu tujuan pemberlakuan otonomi daerah di Indonesia adalah untuk
tingkat kemandirian keuangan daerah. Berdasarkan Undang-undang No. 32 tahun
2004, otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Hal ini membuat topik tentang kemandirian keuangan daerah dalam era
otonomi semakin tertarik untuk dibahas, terlebih sejak di gulirkannya paket
perundang-undangan tentang otonomi daerah yaitu Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun
1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah yang kemudian kedua undang- undang tersebut diganti dengan UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah dimana Pemerintah Daerah berhak untuk mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut azas otonomi daerah dan
tugas pembantuan, di arahkan untuk mempercepat tercapainya kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta semua
masyarakat, serta meningkatkan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip
demokrasi, pemerataan, keadilan, dan kekhususan suatu daerah dalam sistem

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemberlakuan kedua undang-undang

1
Universitas Sumatera Utara

tersebut diikuti dengan berbagai tuntutan masyarakat untuk dilakukannya
reformasi di segala bidang, termasuk reformasi di bidang pemerintahan yang
bersih dari praktek KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme).
Menurut Halim (2008:232), Kemandirian

Keuangan Daerah adalah

kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan,
pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan
retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Halim (2007:232)
kemandirian keuangan daerah ditunjukkan oleh besar kecilnya pendapatan asli
daerah (PAD) dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber
lain seperti bantuan pemerintah pusat ataupun dari pinjaman, selain PAD
kemandirian keuangan daerah juga disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya
dana bagi hasil, dana alokasi umum, dana alokasi khusus, belanja modal dan

belanja pegawai.
Menurut Mulyanto (2007), belanja modal merupakan belanja daerah yang
dilakukan pemerintah daerah diantaranya pembangunan dan perbaikan sektor
pendidikan, kesehatan, transportasi sehingga masyarakat juga menikmati manfaat
dari pembangunan daerah. Sedangkan Menurut PP Nomor 71 Tahun 2010, belanja
modal merupakan pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset
lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal
meliputi belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan, peralatan
dan aset tak berwujud.
Belanja pegawai adalah semua pengeluaran negara yang digunakan untuk
membiayai kompensasi dalam bentuk uang atau barang yang diberikan kepada

2
Universitas Sumatera Utara

pegawai

pemerintah

pusat,


pensiunan,

anggota

Tentara

Nasional

Indonesia/Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan pejabat negara, baik yang
bertugas di dalam negeri maupun di luar negeri, sebagai imbalan atas pekerjaan
yang telah dilaksanakan, kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan
modal (UU Nomor 13 Tahun 2005 Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Tahun Anggaran 2006).
Penelitian mengenai tingkat kemandirian keuangan daerah telah banyak
dilakukan, dimana menunjukkan hasil temuan yang berbeda-beda. Penelitian yang
dilakukan oleh Nofiyanto (2005) menunjukkan bahwa struktur penerimaan
keuangan di kabupaten dan kota di Daerah Istimewa Yogyakarta masih
didominasi oleh sumbangan dan bantuan dari pusat. Kontribusi PAD dan DBH
seluruh kabupaten dan kota di Daerah Istimewa Yogyakarta terhadap total

penerimaan daerah masih rendah serta belum bisa mengoptimalkan pinjaman
daerah (pinjaman jangka panjang) sehingga daerah tergantung pada pemerintah
pusat dalam memperoleh dana pinjaman daerah.
Penelitian yang dilakukan Muliana (2009) menunjukkan bahwa PAD
mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap tingkat kemandirian keuangan
daerah, sedangkan DAU dan DAK mempunyai pengaruh signifikan negatif
terhadap tingkat kemandirian keuangan daerah kabupaten/kota di Sumatera Utara.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Ersyad (2011) menemukan bahwa
pada umumnya semua kabupaten dan kota di Sumatera Barat tahun 2006-2008
masih jauh dikatakan mandiri dari segi finansialnya, rata- rata rasio kemandirian
berkisar antara 3% sampai 10%. Hal ini berarti pemerintah kabupaten dan kota di

3
Universitas Sumatera Utara

Sumatera Barat masih bergantung dari pemerintah pusat untuk membiayai segala
aktifitas daerahnya.
Pada tahun 2006 - 2011 rata-rata rasio pendapatan asli daerah kabupaten dan
kota di Sumatera Barat berada dibawah 10%, dan hanya Kota Padang, Kota
Payakumbuh dan Kota Bukittinggi yang mempunyai rata-rata PAD di atas 10%,

yaitu masing-masing sebesar 12,40%, 10,17% dan 10,22%. Sementara itu ratarata rasio DBH di semua kabupaten dan kota di Sumatera Barat masih sangat
rendah dimana kontribusinya terhadap pendapatan di bawah 10%. Rata-rata rasio
DAU di semua kabupaten dan kota di Sumatera Barat masih tinggi yaitu di atas
50%, artinya tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan DAU masih tinggi,
sedangkan rata-rata rasio DAK kabupaten dan kota di Sumatera Barat masih
cukup rendah yaitu berkisar dibawah 12%, artinya tingkat ketergantungan daerah
terhadap bantuan DAK cukup rendah. Fenomena ini kemungkinan menyebabkan
rendahnya tingkat kemandirian keuangan daerah kabupaten dan kota di Sumatera
Barat.
Belanja pegawai untuk gaji dan honorarium Pemko Bukittinggi tahun
anggaran 2014 dialokasikan Rp 324 miliar lebih atau 63% dari total belanja
daerah. Sementara belanja modal yang bersentuhan dengan publik hanya
dialokasikan sebesar Rp 46 miliar atau 9,03%. Kecilnya alokasi belanja modal ini
jauh dari yang ditentukan Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang RPJMN 20102014 yang mengamanahkan belanja modal sekurang-kurangnya 30% dari belanja
daerah (Sumber : Harian Umum Independen Singgalang).

4
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

ini dengan judul “Pengaruh Dana Perimbangan, Belanja Modal, dan Belanja
Pegawai Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemerintah
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara)“.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :


Apakah Dana Perimbangan, Belanja Modal, Belanja Pegawai berpengaruh
secara parsial terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah ?



Apakah Dana Perimbangan, Belanja Modal, Belanja Pegawai berpengaruh
secara simultan terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah ?

1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka tujuan penelitian ini adalah untuk menguji

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Dana Perimbangan,
Belanja Modal, Belanja Pegawai terhadap tingkat kemandirian
keuangan daerah secara parsial.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Dana Perimbangan,
Belanja Modal, Belanja Pegawai terhadap tingkat kemandirian
keuangan daerah secara simultan.

5
Universitas Sumatera Utara

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademis
1) Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan memperluas
wawasan peneliti mengenai pengaruh Dana Perimbangan, Belanja Modal
dan Belanja Pegawai terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah
pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara.
2) Bagi Pemerintah daerah Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara, hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran mengenai
Dana


Perimbangan,

Belanja Modal

dan

Belanja Pegawai

serta

pengaruhnya terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah.
3) Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai salah satu referensi untuk penelitian yang lebih lanjut yang
berkaitan dengan Pengaruh Dana perimbangan, Belanja Modal dan
Belanja Pegawai terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah pada
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara.

6
Universitas Sumatera Utara


Dokumen yang terkait

Pengaruh Dana Perimbangan, Wealth, Belanja Modal dan Leverage Terhadap Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

0 3 109

Pengaruh Dana Perimbangan, Belanja Modal, dan Belanja Pegawai Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara (2010-2013)

1 12 77

Pengaruh Dana Perimbangan, Belanja Modal, dan Belanja Pegawai Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemerintah Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara (2010-2013)

0 1 10

Pengaruh Dana Perimbangan, Belanja Modal, dan Belanja Pegawai Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemerintah Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara (2010-2013)

0 1 14

Pengaruh Dana Perimbangan, Belanja Modal, dan Belanja Pegawai Terhadap Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemerintah Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara (2010-2013)

1 12 3

Pengaruh Dana Perimbangan, Wealth, Belanja Modal dan Leverage Terhadap Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Daerah Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara

0 0 10

Pengaruh Dana Perimbangan, Wealth, Belanja Modal dan Leverage Terhadap Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Daerah Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara

0 0 2

Pengaruh Dana Perimbangan, Wealth, Belanja Modal dan Leverage Terhadap Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Daerah Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara

0 0 14

Pengaruh Dana Perimbangan, Wealth, Belanja Modal dan Leverage Terhadap Kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Daerah Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara

0 0 27

PENGARUH BELANJA MODAL DAN BELANJA PEGAWAI TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH PADA KABUPATEN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

0 0 17