Penentuan Kadar Karoten dan Bilangan DOBI Pada CPO Limbah Buah Kelapa Sawit Dengan Alat Spektro- Fotometer Uv-Visible Di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelapa Sawit
Kelapa sawit, didasarkan atas bukti – bukti fosil, Sejarah, dan Linguistik
yang ada diyakini berasal dari Afrika Barat. Di tempat asalnya ini, Kelapa
sawit (yang pada saat lalu dibiarkan tumbuh liar di hutan – hutan) sejak
awal telah dikenal sebagai tanaman pangan yang penting. Oleh penduduk
setempat kelapa sawit telah diproses secara amat sederhana menjadi minyak
dan tuak sawit. Di luar benua Afrika, Kelapa sawit mulai diperhitungkan
sebagai tanaman komoditas (penghasil produk dagangan) Sejak Revolusi
Industri bersaing keras di Eropa. Saat itu, di Eropa mulai bermunculan
Industri atau pabrik (antara lain industry sabun dan margarin) yang
membutuhkan bahan mentah / baku untuk operasionalnya. Minyak sawit,
dan minyak inti sawit yang muncul kemudian adalah dua produk yang
anatara lain dibutuhkan untuk bahan mentah / baku tersebut. Maka jadilah
minyak ( dan minyak inti sawit ) dibutuhkan oleh pasar Eropa (Tim Penulis
PS, 1992).

2.1.2. Pengertian Kelapa Sawit
Kelapa sawit ( Elaeis guinensis JAQC ) adalah tanaman berkeping satu

yang termasuk dalam familia palmae. Nama genus Elaeis berasal dari
bahasa yunani yaitu Elaeis atau minyak, sedangkan nama species Guinensis
berasal dari kata guinea, yaitu tempat dimana seorang ahli bernama

Universitas Sumatera Utara

Jaqcuin menemukan tanaman kelapa sawit pertama kali dipantai Guinea.
Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah beriklim tropis dengan
curah hujan 2000 mm / tahun dan kisaran suhu 22 – 32 o C. Dimana daerah
penanaman kelapa sawit di Indonesia adalah daerah Jawa Barat (Lebak dan
Tangerang), Lampung, Riau, Sumatera Utara, dan Aceh. Negara penghasil
kelapa sawit selain di Indonesia adalah Malasyia, Amerika Tengah dan
Nigeria (Ketaren, 2005).

2.1.3. Varietas Kelapa Sawit
Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, dikenal lima
varietas kelapa sawit, yaitu :
1. Dura
Tempurung cukup tebal antara 2 – 8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut
pada bagian luar tempurung dan daging buah relative tipis dengan

persentase daging buah terhadap buah bervariasi anatara 35 – 50 %. Kernel (
daging biji ) biasanya besar dengan kandungan minyak yang rendah. Dalam
persilangan varietas Dura dipakai sebagai pohon induk betina.
2. Psifera
Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging
buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi,
sedangkan daging biji sangat tipis. Jenis Psifera tidak dapat diperbanyak
tanpa menyilangkan dengan jenis yang lain. Oleh sebab itu, dalam
persilangan dipakai pohon induk jantan. Penyerbukan silang antara Psifera
dengan Dura akan menghasilkan Varietas Tenera.

Universitas Sumatera Utara

3. Tenera
Varietas ini mempunyai sifat – sifat yang bersal dari kedua induknya, yaitu
Dura dan Psifera. Varietas inilah yang banyak ditanam diperkebunan saat
ini. Tempurung sudah menipis, ketebalanya berkisar anatara 0,5 – 4 mm,
dan terdapat lingkaran serabut disekelilingnya. Persentase daging buah
terhadap buah tinggi, antara 60 –96%. Tandan buah yang dihasilkan oleh
Tenera lebih banyak daripada Dura tetapi ukuran tandannya relative lebih

kecil.
4. Macro Carya
Tempurung sangat tebal, sekitar 5 mm, sedang daging buahnya tipis
sekali.
5. Diwikka – wakka
Varietas ini mempunyai ciri khas dengan adanya dua lapisan daging buah.
Diwikka – wakka dapat dibedakan menjadi Diwikka – wakkadura, Diwikka
– wakkapsifera dan Diwikka – wakkatenera. Perbedaan ketebalan daging
buah kelapa sawit menyebabkan perbedaan persentase atau rendemen
minyak yang dikandungnya. Rendemen minyak tertinggi terdapat pada
varietas Tenera yaitu sekitar 22 – 24 % sedangkan pada varietas Dura antara
16 – 18 %. Sehingga tidak heran jika lebih banyak perkebunan yang
menanam kelapa sawit dari varietas Tenera (Tim Penulis, 1997).

Universitas Sumatera Utara

2.1.4. Minyak Kelapa Sawit
Buah kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak. Minyak yang
berasal dari daging buah ( mesokarp ) berwarna merah. Jenis minyak ini
dikenal sebagai minyak kelapa sawit kasar atau Crude Palm Olein ( CPO ).

Sedangkan minyak yang kedua adalah berasal dari inti kelapa sawit, tidak
berwarna, dikenal sebagai minyak inti kelapa sawit atau Palm Kernel Oil (
PKO ). Minyak sawit kasar

(Crude Palm Oil) mengandung sekitar 500

– 700 ppm -caroten dan merupakan bahan pangan sumber karoten alami
terbesar. Oleh karena

itu CPO berwarna merah jingga. Disamping itu

jumlahnya juga cukup tinggi. Minyak sawit ini diperoleh dari mesokarp buah
kelapa sawit melalui ekstraksi dan mengandung sedikit air serta serat halus,
yang berwarna kuning sampai merah dan berbentuk semi solid pada suhu
ruang. Adanya serat halus dan air pada sawit kasar tersebut menyebabkan
minyak sawit kasar tidak dapat dikonsumsi langsung sebagai bahan pangan
maupun non pangan (Ketaren, 2005 ).

2.1.5. Komposisi Kimia Minyak Kelapa Sawit
Kelapa sawit mengandung lebih kurang 80 persen pericarp dan

20 persen buah yang dilapisi kulit yang tipis kadar minyak dalam
pericarp sekitar 34-40 persen. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi
padat yang mempunyai komposisi yang tepat.

Rata-rata komposisi asam lemak minyak kelapa sawit dapat dilihat pada table

Universitas Sumatera Utara

:
Tabel 2.1. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak
Inti
Kelapa Sawit
Asam Lemak

Minyak Kelapa

Minyak Inti

Sawit (Persen)


Sawit (Persen)

Asam Kaprilat

-

3–4

Asam Kaproat

-

3–7

Asam LAurat

-

46 – 52


Asam Miristat

1,1 – 2,5

14 – 17

Asam Palmitat

40 – 46

6,5 – 9

Asam Stearat

3,6 – 4,7

1 – 2,5

Asam Oleat


39 -45

13 -19

Asam Linoleat

7 – 11

0,5 – 2

Sumber : Eckey, S.W. (1955).
Kandungan Karoten dapat mencapai 1000 ppm atau lebih, tetapi dalam minyak dari
jenis tenera kurang lebih 500 – 700 ppm ; kandungan tokoferol bervariasi dan
dipengaruhi oleh penanganan selama produksi (Ketaren, 2005).

2.1.6. Sifat Fisiko – Kimia Minyak Kelapa Sawit
Sifat fisiko - kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau dan flavor,
kelarutan, titik cair dan polymorphism, titik didih ( boiling point ), titik
pelunakan, slipping point, shot melting point, bobot jenis, indeks bias, titik
kekeruhan ( turbidity point ), titik asap, titik nyala dan titik api.

Beberapa sifat fisiko - kimia dari kelapa sawit nilainya dapat dilihat pada tabel

Universitas Sumatera Utara

berikut ini :

Tabel 2.2 : Nilai Sifat Fisiko – Kimia Minyak Sawit dan Minyak Inti
Sawit
Sifat
Bobot jenis pada

Minyak Sawit
0,900

Minyak Inti Sawit
0,900 – 0,913

suhu kamar
Indeks bias D 40 oC


1,4565–1,4585

1,495 – 1,415

Bilangan Iod

48 – 56

14 – 20

Bilangan Penyabunan

196 – 205

244 – 254

Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah
proses pemucatan, karena asam –asam lemak dan gliserida tidak bewarna.
Warna orange atau kuning disebabkan adanya pigmen karotene yang larut
dalam minyak.

Bau dan flavor dalam minyak terdapat secara alami, juga terjadi akibat
adanya asam-asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak.
Sedangkan bau khas minyak kelapa sawit ditimbulkan oleh persenyawaan
beta ionone.
Titik cair minyak sawit berada dalam nilai kisaran suhu, karena minyak
kelapa sawit mengandung beberapa macam asam lemak yang mempunyai
titik cair yang berbeda-beda (Ketaren, S. 1998).

Universitas Sumatera Utara

2.1.7. Standar Mutu Minyak Kelapa Sawit
Standar mutu merupakan hal yang paling penting untuk menentukan
minyak yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standar
mutu yaitu : kandungan air dan kotoran dalam minyak, kandungan asam
lemak bebas, warna dan bilangan peroksida.
Tabel 2.3. Spesifikasi Mutu SPB (Special prime bleach) dan Ordinary
Kandungan

SPB

Ordinary

Asam lemak bebas

1-2 %

3-5 %

Kadar air

0,1 %

0,1 %

Pengotor

0,002 %

0,01 %

Besi (ppm)

10 ppm

10 ppm

Tembaga

0,5 ppm

0,5 ppm

Bilangan iod

53±1,5 meq/L

45-56 meq/L

Karoten

500 ppm

500-700 ppm

Tokoferol

800 ppm

400-600 ppm

(Ketaren, 1986)
Mutu minyak sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1 %

dan

kadar kotoran lebih kecil dari 0,01 %. Kandungan asam lemak bebas
serendah mungkin (± 2% atau kurang), bilangan peroksida dibawah 2, bebas
dari warna merah dan kuning (harus berwarna pucat) tidak berwarna hijau,
jernih dan kandungan logam berat serendah mungkin atau bebas dari ion
logam (Ketaren, 1986).
Kadar ALB yang tinggi akan membutuhkan biaya yang lebih tinggi dalam
proses pemucatan. Dalam perdagangan internasional, kadar ALB di atas 5%

Universitas Sumatera Utara

diberi denda, sementara itu jika kadarnya di bawah 5% akan mendapat premi.
Meski dari kebun, tandan yang dipanen bermutu baik tetapi transportasi yang
kurang baik sehingga terlalu lama di perjalanan dan lama tertumpuk di pabrik
otomatis akan menaikkan kadar ALB. Bahan logam seperti besi atau
perunggu yang terdapat dalam minyak sawit dapat mendorong terjadinya
oksidasi.
Pada minyak sawit terdapat antioksidan alami (tokoferol), namun jika
kadar logam terlalu tinggi tidak akan mampu menahan oksidasi sehingga
mutu minyak akan cepat menurun dalam penyimpanan. Upaya mengurangi
kadar logam ini terutama dilakukan dengan menggunakan sebanyak mungkin
alat pemroses yang terbuat dari bahan anti karat (stainless steel), pelapisan
dinding tangki dengan bahan anti karat seperti epoksi.
Standar mutu di pabrik harus sesuai dengan standar perdagangan
internasional karena pemeriksaan dilakukan di pelabuhan pembeli, sehingga
makin baik mutu yang dihasilkan di pabrik akan memberi kemungkinan lebih
baik pula ketika tiba di tempat tujuan (Sibuea, 2014).

2.2. Limbah
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat
tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai
ekonomi.Limbah mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan
bahaya. Limbah ini dikenal dengan limbah B3 (bahan beracun dan
berbahaya). Bahan ini dirumuskan sebagai bahan dalam jumlah relatif sedikit
tapi mempunyai potensi mencemarkan/merusakkan lingkungan kehidupan

Universitas Sumatera Utara

dan sumber daya.Sebagai limbah, kehadirannya cukup mengkhawatirkan
terutama yang bersumber dari pabrik industri.

Adanya batasan kadar dan jumlah bahan beracun dan berbahaya pada
suatu ruang dan waktu tertentu dikenal dengan istilah nilai ambang batas,
yang artinya dalam jumlah demikian masih dapat ditoleransi oleh lingkungan
sehingga tidak membahayakan lingkungan ataupun pemakai. Karena itu
untuk tiap jenis bahan beracun dan berbahaya telah ditetapkan nilai ambang
batasnya.

Tingkat bahaya keracunan yang disebabkan limbah tergantung pada jenis
dan

karakteristiknya

baik

dalam

jangka

pendek

maupun

jangka

panjang.Dalam jangka waktu relatif singkat tidak memberikan pengaruh yang
berarti, tapi dalam jangka panjang cukup fatal bagi lingkungan.Oleh sebab itu
pencegahan dan penanggulangan haruslah merumuskan akibat – akibat pada
suatu jangka waktu yang cukup jauh.
Melihat pada sifat – sifat limbah, karakteristik dan akibat yang
ditimbulkan pada masa sekarang maupun pada masa yang akan datang
diperlukan langkah pencegahan, penanggulangan dan pengelolaan (Perdana
Gintings, 1992).
Kadar air sampah adalah sangat tinggi, yaitu 99,9% atau lebih. Benda –
benda padat dalam sampah dapat berbentuk organik maupun anorganik. Zat
organik dalam sampah terdiri dari bahan – bahan nitrogen, karbohidrat,
lemak dan sabun.Mereka bersifat tidak tetap dan menjadi busuk,

Universitas Sumatera Utara

mengeluarkan bau – bauan yang tidak sedap.Sifat – sifat khas sampah inilah
yang membuat perlunya pembenahan sampah dan menyebabkan kesulitan –
kesulitan yang maha besar dalam pembuangannya. Benda–benda padat
anorganik biasanya tidak merugikan (Mahida, 1984).

2.2.1 Jenis Limbah Industri Kelapa Sawit

Limbah industri kelapa sawit adalah limbah yang dihasilkan pada saat
proses pengolahan kelapa sawit. Limbah jenis ini digolongkan dalam tiga
jenis yaitu limbah padat, limbah cair, dan limbah gas.

2.2.1.1 Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan oleh pabrik pengolah kelapa sawit
ialah tandan kosong, serat dan tempurung.

Tabel 2.4 : Rendemen Limbah Padat

Jenis

Persentase

Hasil Press

Basah

Kering

Tandan Kosong

21 – 23

10 – 12

Bantingan

Serat

8 – 12

5–8

Screw Press

Tempurung

5

4

Sheel Separator

Limbah padat tandan kosong kadang – kadang mengandung buah
tidak lepas di antara celah – celah ulir dibagian dalam. Kejadian ini timbul,

Universitas Sumatera Utara

bila perebusan dan bantingan yang tidak sempurna sehingga pelepasan
buah sangat sulit.

Serat yang merupakan hasil pemisahan dari fibre cyclone
mempunyai kandungan cangkang, minyak dan inti. Kandungan tersebut
tergantung pada proses ekstraksi di screw press dan pemisahan pada fibre
cyclone. Tempurung yang dihasilkan dari kernel plant yaitu shell separator
masih mengandung biji bulat dan inti sawit (Ponten M. Naibaho, 1996).

2.2.1.2. Limbah Cair
Limbah cair juga dihasilkan pada proses pengolahan kelapa sawit.
Limbah ini berasal dari kondensat, stasiun klarifikasi, dan dari hidrosiklon.
Limbah kelapa sawit memiliki kadar bahan organik yang tinggi. Tingginya
kadar tersebut menimbulkan beban pencemaran yang besar, karena
diperlukan degradasi bahan organik yang lebih besar pula.

Lumpur (sludge) disebut juga lumpur primer yang berasal dari
proses klarifikasi merupakan salah satu limbah cair yang dihasilkan dalam
proses pengolahan kelapa sawit, sedangkan lumpur yang telah mengalami
proses sedimentasi disebut lumpur sekunder. Kandungan bahan organik
lumpur juga tinggi yaitu pH berkisar 3 – 5 (Tobing, 1989).

Universitas Sumatera Utara

2.2.1.3. Limbah Gas

Selain limbah padat dan cair, industri pengolahan kelapa sawit juga
menghasilkan limbah bahan gas. Limbah gas ini antara lain gas cerobong
dan uap air buangan pabrik kelapa sawit (Yan Fauzi, 2002).

2.3. Peranan DOBI (Deteration Of Bleachability Index) Dalam
Penentuan Harga Minyak Sawit

DOBI ( Deteration Of Bleachability Index ) merupakan index derajat
kepucatan minyak sawit mentah. Apabila angka DOBI dalam CPO
sebanyak 3,24

Terbaik

menghindari kehilangan celah, Keck Seng mengambil garis petunjuk berikut
ini:
Tabel 2.7. : Petunjuk Keck Seng untuk DOBI dan tingkat Refinabilitas
DOBI
DOBI

Kualitas

< 1,56

Minyak sawit endapan atau
equvalennya

1,68 - 2,30

Kurang

Universitas Sumatera Utara

2,31 - 2,30

Cukup

2,93 - 3,24

Baik

> 3,24

Terbaik

2.3.2. Penyebab - Penyebab DOBI (Deteration Of Bleachability
Index)
Yang Rendah
DOBI ( Deteration Of Bleachability Index ) itu sendiri merupakan angka
perbandingan angka serapan adsorben terhadap asam lemak bebas. Apabila
dihubungkan dengan aspek kulaitas berdasarkan DOBI, ada 5 kelas
minyak sawit mentah ( CPO ). CPO dengan angka DOBI < 1,68 termasuk
kedalam CPO yang memiliki kualitas yang buruk. Sementara itu CPO
dengan angka DOBI antara 1,78 - 2,30 memiliki mutu yang kurang baik.
Kemudian CPO dengan angka DOBI 2,30 - 2,92 mengindikasikan bahwa
CPO ini memiliki mutu cukup baik. Angka DOBI 2,93 - 3,23
memperlihatkan indikasi CPO dengan mutu baik.

Salah satu penyebab rendahnya angka DOBI adalah adanya perbedaan
persyaratan mutu antara SNI CPO dengan persyaratan mutu yang dituntut oleh
konsumen. Konsumen mensyaratkan angka DOBI minimal sementara

persyaratan mutu SNI menurut angka asam lemak bebas max 5%.

Universitas Sumatera Utara

Adapun penyebab DOBI ( Deteration Of Bleachability Index ) yang rendah
anatara lain adalah sebagai berikut :

- Persentase yang tinggi dari tandan buah yang bewarna hitam ( belum
masak)
- Penundaan Pengolahan terutama pada musim hujan
- Kontaminasi dari CPO dengan kondensasi Sterizer
- Kontaminasi dari dengan minyak sawit oksidasi endapan
- Sterilisasi yang lama dari tandan buah
- Pemanasan ( > 55 oC ) dari CPO dalam tangki penyimpanan
Ada beberapa penyebab lain, tetapi hal ini kurang mendukung dari
penyebab diatas. Misalnya perhatian (erasi) minyak panas, Penundaan
dalam pemrosesan hingga pada bagian mesin sementara suhu tinggi pada
tingkat suhu yang lain.
Tandan buah segar ( TBS ) yang menunjukkan dua kategori dari
kematangan. Tandan bewarna hitam yang mengandung minyak dengan
DOBI yang lebih rendah dan tandan bewarna kuning dengan DOBI yang
lebih tinggi. Ekstraksi minyak dari tandan yang lebih hitam memiliki DOBI
< 1,5 dan dari tandan yang bewarna kuning memiliki DOBI >3,5
(www.deptan.go.id/buletin /infomutu/mei ).

Universitas Sumatera Utara

2.3.3 Tindakan - Tindakan Yang Dilakukan Untuk Memastikan DOBI
Mempunyai Kualitas Yang Tinggi
Keck Seng dapat melakukan tindakan untuk meningkatkan CPO dalam
perkebunan kelapa sawit pada saat penggilingan dan pembersihan minyak
sawit.
Tindakan yang dilakukan Keck Seng untuk menghasilkan DOBI minyak
sawit yang lebih tinggi yaitu :
- Memberikan peringatan kepada perkebunan agar memanen buah pada
keadaan sudah benar - benar masak.
- Sterilisasi kondensasi dengan endapan yang buruk tidak diizinkan untuk
dihubungkan dengan CPO. Karena kondensasi sterilizer dan minyak dapat
menghasilkan besi dan tembaga yang berkadar tinggi.
- Keck Seng menggunakan kondisi sterilisasi yang lemah. Dalam hal ini
dilakukan untuk mengecilkan tandan buah setelah pengupasan dan
menggunakan penghancuran tandan yang tinggi.

2.4. Karotenoid
Karoten atau dikenal juga sebagai pigmen warna jingga, menyebabkan
warna minyak sawit menjadi kuning jingga. Warna minyak sawit yang
demikian ini

kurang disukai konsumen, sehingga dalam proses di pabrik,

karoten ini biasanya dibuang. Padahal sebenarnya karoten menyimpan
potensi yang cukup berharga karena para peneliti berhasil membuktikan
bahan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai obat kanker paru-paru dan
payudara. Kandungan karoten dalam minyak sawit mencapai 0,05 – 0,18%.

Universitas Sumatera Utara

(Tim Penulis PS, 1992).
Adanya karotenoid menyebabkan warna kuning kemerahan. Karotenoid
sangat larut dalam minyak dan merupakan hidrokarbon dengan banyak ikatan
tidak jenuh. Bila minyak dihidrogenasi maka akan terjadi hidrogenasi
karotenoid dan warna merah akan berkurang. Selain itu, perlakuan
pemanasan juga akan mengurangi warna pigmen, karena karotenoid tidak
stabil pada suhu tinggi. Pigmen ini mudah teroksidasi sehingga minyak akan
mudah tengik. Cara menghilangkan pigmen biasanya dilakukan dengan
adsorben seperti arang aktif dan bleaching earth. Pada minyak kelapa sawit,
kandungan karotenoid jarang dihilangkan sepenuhnya karena merupakan
provitamin A (Winarno, 1992).
Karetonoid merupakan tetraterpenoid. Kerangka dasar terpenoid terdiri
dari unit isoprenoid yang dibentuk lewat biosintesis kepala ke ekor, atau ekor
ke ekor. Struktur karotenoid adalah asiklik, monosiklik, atau bisiklik. Sebagai
contoh,

-karoten adalah karotenoid bisiklik. Ikatan rangkap pada

karotenoid adalah dalam bentuk terkonjugasi dan semuanya dalam bentuk
trans (Sibuea, 2014).
Karotenoid merupakan senyawa yang mempunyai rumus kimia sesuai atau
mirip dengan karoten. Karoten merupakan hidrokarbon atau turunannya yang
terdiri dari beberapa unit isoprena (suatu diena).(Winarno, 1992).

2.4.1. Manfaat Karoten
Karotenoid adalah suatu pigmen alami berupa zat warna kuning sampai
merah yang terbagi ke dalma dua golongan, yaitu karotenoid pro-vitamin A

Universitas Sumatera Utara

(berfungsi sebagai zat nutrisi aktif seperti beta karoten, alfa karoten, dan
gama karoten) dan karotenoid non-pro-vitamin A yaitu non-nutrisi aktif
seperti fucoxanthin, neoxanthin, dan violaxanthin.
Karoten berupa karotenoid pro-vitamin A yang terdapat dalam minyak
sawit merupakan anugerah alam yang dikenal sebagai komponen aktif.
Karoten terdiri dari tiga jenis yaitu alfa, beta, dan gama karoten. Yang paling
dominan dan banyak jumlahnya dalam minyak sawit adalah beta karoten.
Beta karoten adalah pro-vitamin A, yang kegunaanya dalam tubuh untuk
berbagai keperluan. Beta karoten baik bagi pertumbuhan, mencegah
kebutaan, untuk reproduksi pemeliharaan sel epitel dan meningkatkan daya
tahan tubuh terhadap berbagai macam penyakit. Selain itu, karoten juga
sangat baik untuk kesehatan kulit. Karotenoid non-provitamin A maupun
karotenoid provitamin A berfungsi sebagai antioksidan, yang berperan dalam
mencegah timbulnya penyakit kanker, mencegah proses penuaan terlalu dini,
dan mengurangi terjadinya penyakit degeneratif lainya.
Salah satu dasar teori penyebab kanker adalah terjadinya mutasi sifat sel
yang diduga disebabkan oleh adanya radikal bebas. Karotenoid provitamin A
dan karotenoid non-provitamin A sudah dilaporkan mampu bertindak sebagai
pemusnan radikal bebas yang dihasilkan pada proses metabolisme dalam
tubuh. Sudah terbukti bahwa karotenoid sangat efisien dalam menetralisir
radikal oksigen dan efek peroksida lain serta mengurangi peluang
terbentuknya sel kanker.
Aktivitas antioksidan -karoten sudah lama diketahui sangat efektif untuk
menangkap radikal bebas. Di samping itu, bersama dengan α-karoten dan

Universitas Sumatera Utara

likopen,

-karoten juga merupakan singlet oxygen quencher (pengikat

oksigen singlet) yang efisien. Studi epidemiologi menunjukkan hubungan
yang erat antara

-karoten dengan pencegahan beberapa jenis penyakit

kanker seperti kanker mulut, tenggorokan, paru-paru, kolon, dan lambung.
Dengan demikian

-karoten dikelompokkan sebagai salah satu dari 10

senyawa antikanker utama. Di samping itu, -karoten juga memiliki sifat anti
aterosklerotik dengan mereduksi plak aterosklerotik pada pembuluh darah
arteri (Sibuea, 2014).
Beta karoten sebagai salah satu zat gizi mikro didalam minyak sawit
mempunyai beberapa aktivitas biologis yang bermanfaat bagi tubuh, antara
lain untuk menanggulangi kebutuhan karena xeroftalmia, mencegah
timbulnya penyakit kanker, mencegah proses penuaan dini, meningkatkan
imunisasi tubuh dan mengurangi terjadinya penyakit degeneratif. Selain itu
ada korelasi negatif antara konsumsi karoten dengan gejala penyakit kanker
paru-paru. Beta karoten juga berperan aktif sebagai pemusnahan radikal
bebas (Seto, 2001).

2.4.2. Peranan Karetenoid Sebagai provitamin A
Karetenoid merupakan kelompok yang sangat menarik untuk campuran campuran yang terjadi dalam tumbuh - tumbuhan. Warna mereka biasanya
kuning, oranye, atau merah tergantung rantainya, yang terkonjugasi oleh
system polyene. Lycopene ditemukan dalam tomat dan paprika yang
matang. - karoten ditemukan dalam wortel.
Unit isoprene dalam campuran tersebut merupakan indikasi garis yang

Universitas Sumatera Utara

terputus- putus.Dalam hewan mamalia dan juga manusia, - karoten dipecah
dengan menggunakan reaksi oksidasi enzymatic untuk memberikan dua
moleku retinal. Retinal ini merupakan reduksi enzymatic untuk alcohol l
yang disebut vitamin A.
Karotenoid adalah nutrisi yang penting untuk melindungi anak dari
terjadinya infeksi, menjaga pertumbuhan yang normal dan meningkatkan
ketajaman penglihatan karena merupakan bahan baku pembentuk Vitamin
A. Karotenoid alami terdapat dalam bentuk beta karoten, lutein dan lainnya.
( Jack,E.F. 1982 ).

2.5. Spektofotometri UV-Visible
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari
spectrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum
dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur
intensitas cahaya yang di transmisikan atau yang di absorpsi.
Filter Sinar λ (nm) 750. warna UV Violet, Biru, Hijau, Kuning, Jingga. Merah, Infra
Merah.
Skema spektrofotometer ;
Sumber
Detektor

Cahaya Monokromator
Amplifier

Sampel
Recorder/Pembaca

Penyerapan sinar uv dan sinar tampak o/ molekul, melalui 3 proses yaitu
:
1. Penyerapan oleh transisi electron ikatan dan electron anti ikatan.

Universitas Sumatera Utara

2. Penyerapan oleh transisi electron d dan f dari molekul kompleks
3. Penyerapan oleh perpindahan muatan.
Komponen dari suatu spektrofotometer berkas tunggal :
1. Suatu sumber energi cahaya yang berkesinambungan yang meliputi
daerah spektrum dimana instrument itu dirancang untuk beroperasi.
2. Suatu monokromator, yakni suatu piranti untuk mengecilkan pita sempit
panjang- panjang gelombang dari spektrum lebar yang dipancarkan oleh
sumber cahaya.
3. Suatu wadah sampel (kuvet)
4.

Suatu detektor, yang berupa transduser yang mengubah energi cahaya
menjadi suatu isyarat listrik.

5.

Suatu pengganda (amplifier), dan rangkaian yang berkaitan membuat
isyarat listrik itu memadai untuk di baca.

6. Suatu sistem baca (piranti pembaca) yang memperagakan besarnya
isyarat listrik, menyatakan dalam bentuk % Transmitan (% T) maupun
Adsorbansi (A).
Panjang gelombang cahaya UV atau cahaya tampak bergantung pada
mudahnya promosi elektron. Molekul-molekul yang memerlukan lebih
banyak energi untuk promosi elektron, akan menyerap pada panjang
gelombang yang lebih pendek. Molekul yang memerlukan energi lebih
sedikit akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih panjang.

Universitas Sumatera Utara

Senyawa akan menyerap cahaya dalam daerah tampak yakni (senyawa
bewarna) mempunyai elektron yang lebih mudah dipromosikan daripada
senyawa yang meyerap pada panjang gelombang UV yang lebih pendek.
(Fessenden, 1986).
Pada kenyatannya, spektrum UV-Visible yang merupakan korelasi antara
absorbansi ( sebagai ordinat ) dan panjang gelombang ( sebagai absis) bukan
merupakan suatu pita spektrum. Terbentuknya pita spektrum UV-Vis
tersebut disebabkan oleh terjadinya ekesitasi elektronik lebih dari satu
macam pada gugus molekul yang sangat kompleks (Ibnu ghalib gandjar dan
Abdul, R. 2007).

Universitas Sumatera Utara