Perbandingan Percepatan Pembangunan Antara Kabupaten Induk Tapanuli Utara Dengan Kabupaten Pemekaran Toba Samosir

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah
Pemekaran dianggap sebagai salah satu strategi dari percepatan

pembangunan suatu wilayah. Dan sejak diberlakukannya Undang-Undang
No.32/2004 tentang otonomi daerah, banyak daerah di Indonesia yang
mengusulkan diri untuk menjadi daerah otonom baru dengan tujuan mendapatkan
kewenangan yang lebih besar dalam mengupayakan pembangunan dan
kesejahteraan bagi daerahnya namun tidak semua wilayah di Indonesia berhasil
melakukan dengan baik pemekaran wilayah tersebut. Pada dasarnya pemekaran
daerah bertujuan untuk memajukan suatu daerah dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakatnya dengan mendekatkan pelayanan publik kepada
masyarakat melalui otonomi daerah. Akan tetapi pada saat ini, masih banyak
daerah atau desa pemekaran belum meningkatkan kesejahteraan masyarakat atau
belum terwujudkan. Hal tersebut diungkapkan oleh Prof.Dr.Jhohermansyah
Djohan di dalam penelitiannya pada tahun 2007, beliau menyatakan dari 120
kabupaten dan kota hasil pemekaran yang mencapai kinerja baik hanya 5% dari

95% dari daerah (Kabupaten/Kota) baru hasil pemekaran gagal mengembangkan
diri menjadi otonomi dan tujuan untuk meningkatkan pelayanan bagi rakyat tidak
tercapai. Dari hasil penelitian ini juga akan diperoleh hasil apakah kabupaten
pemekaran Toba Samosir termasuk kedalam kelompok 5% ( mencapai kinerja
baik) atau kedalam kelompok 95% (gagal melakukan pemekaran dengan baik).

1

Universitas Sumatera Utara

Beberapa daerah mulai tertarik untuk mengajukan pembentukan daerah
otonom baru bagi wilayahnya. Studi yang dilakukan oleh Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional bekerja sama dengan United Nation Development
Programme (2008) menemukan bahwa terjadi peningkatan daerah otonom yang
cukup signifikan sejak tahun 1999. Pada tahun 2004, pemerintah provinsi telah
bertambah dari 26 menjadi 34 provinsi dan pemerintah kabupaten/kota meningkat
dari 303 menjadi 517 kabupaten/kota . Dalam rentang waktu 13 tahun, proses
pemekaran daerah terus berlangsung hampir setiap tahun dan menghasilkan 222
daerah otonom baru. Begitu juga hal nya di provinsi sumatera utara sudah terdapat
33 kabupaten/kota yang tersebar saat ini.

Salah satu kabupaten/kota di provinsi Sumatera Utara yang melakukan
otonomi daerah ialah Kabupaten Tapanuli Utara. Pada permulaan tahun 1950 di
Tapanuli di bentuk Kabupaten baru yaitu Kabupaten Tapanuli Utara (dulu
Kabupaten Batak), Kabupaten Tapanuli Selatan (dulu Kabupaten Padang
Sidempuan), Kabupaten Tapanuli Tengah (dulu Kabupaten Sibolga) dan
Kabupaten Nias. Dengan terbentuknya kabupaten ini, maka kabupaten-kabupaten
yang dibentuk pada tahun 1947 dibubarkan. Mengingat luasnya wilayah
Kabupaten Tapanuli Utara yang meliputi Dairi pada waktu itu, maka untuk
meningkatkan daya guna pemerintahan, pada tahun 1956 dibentuk Kabupaten
Dairi yang terpisah dari Kabupaten Tapanuli Utara. Kabupaten Tapanuli Utara
memiliki daerah yang begitu luas dengan kondisi daerah-daerah yang masih
banyak

membutuhkan

sentuhan

pembangunan

guna


meningkatkan

laju

pembangunan daerah tersebut membuat adanya aspirasi masyarakat untuk

2

Universitas Sumatera Utara

memekarkan diri dari kabupaten Tapanuli Utara, agar kiranya pembangunan yang
mereka inginkan dapat dirasakan oleh penduduk. Dengan aspirasi yang sangat
gencar diutarakan oleh masyarakat maka pemerintah pun setuju dan merespon
dengan mengadakan rencana pemekaran wilayah baru. Pemerintah kabupaten
Tapanuli Utara sangat mendukung diadakannya pemekaran, karena sudah
dirasakan sangat perlu untuk mendorong kemajuan setiap daerah.

Salah satu


upaya untuk mempercepat laju pembangunan ditinjau dari aspek pertumbuhan
ekonomi daerah, pemerataan hasil-hasil pembangunan dan stabilitas keamanan
adalah dengan jalan pemekaran wilayah. Pada tahun 1998 Kabupaten Tapanuli
Utara dimekarkan menjadi dua Kabupaten yaitu Kabupaten Tapanuli Utara dan
Kabupaten Toba Samosir sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 1998
tentang Pembentukan Kabupaten Toba Samosir dan Kabupaten Mandailing Natal.
Saat ini jumlah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara menjadi 15 kecamatan.
Kecamatan yang masih tetap dalam Kabupaten Tapanuli Utara yaitu Kecamatan
Parmonangan, Kecamatan Adiankoting, Kecamatan Sipoholon, Kecamatan
Tarutung, Kecamatan Siatas Barita, Kecamatan Pahae Jae, Kecamatan Purbatua,
Kecamatan Simangumban, Kecamatan Pahae Julu, Kecamatan Pangaribuan,
Kecamatan

Garoga,

Kecamatan

Sipahutar,

Kecamatan


Siborongborong,

Kecamatan Pagaran, Kecamatan Muara.
Salah satu kabupaten yang menjadi daerah pemekaran dari kabupaten
Tapanuli Utara adalah Kabupaten Toba Samosir. Sebagai daerah otonom yang
relatif baru dimana Kabupaten Toba Samosir dibentuk dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Kabupaten Toba

3

Universitas Sumatera Utara

Samosir dan Daerah Tingkat II Kabupaten Mandailing Natal, dan diresmikan oleh
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Syarwan Hamid pada Tanggal 9 Maret
1999 di Aula Matabe Kantor Gubernur Sumatera Utara-Medan sekaligus melantik
Drs. Sahala Tampubolon sebagai Penjabat Bupati Toba Samosir, dan selanjutnya
Bupati Toba Samosir mengangkat Drs. P. Simbolon sebagai Sekretaris Wilayah
Daerah Tingkat II Kabupaten Toba Samosir.
Kabupaten Toba Samosir dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Utara atas

permintaan dari masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara khususnya masyarakat di
eks wilayah Pembantu Bupati Wilayah IV Toba dan masyarakat di eks wilayah
Pembantu Bupati Wilayah V Samosir, yang kemudian kedua wilayah inilah yang
dijadikan sebagai wilayah Kabupaten Toba Samosir sesuai dengan Undangundang Nomor 12 Tahun 1999. Pada awal pembentukannya, kabupaten ini terdiri
atas 13 (tiga belas) kecamatan, 5 (lima) kecamatan pembantu, 281 desa dan 19
kelurahan. Seiring dengan perjalanan pemerintahan di kabupaten ini jumlah
kecamatan mengalami perubahan secara bertahap. Saat ini Tobasa terdiri dari atas
16 kecamatan. Keenam belas kecamatan tersebut adalah Kecamatan Ajibata,
Balige, Bor-bor, Habinsaran, Laguboti, Lumban Julu, Nassau, Pintu Pohan
Meranti, Porsea, Siantar Narumonda, Sigumpar, Silaen, Tampahan, Uluan,
Parmaksian, Bonatua Lunasi.
Dengan terbentuknya Kabupaten Toba Samosir saat itu diharapkan mampu
untuk lebih meningkatkan perekonomian masyarakat dengan cara menggali dan
mengembangkan segala aspek yang berpotensi guna menunjang laju pertumbuhan
ekonomi di daerahnya. Pemekaran yang dilakukan di kabupaten Toba Samosir

4

Universitas Sumatera Utara


membawa perubahan pada masyarakat kabupaten Toba Samosir , pelaksanaan
pembangunan di daerah kabupaten Toba Samosir meningkatkan taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakatnya. Perubahan langsung yang bisa dirasakan yakni
diihat dari perkembangan pada perekonomian, pendidikan dan kesehatan serta
sarana dan prasarana di kabupaten Toba Samosir sangat memberikan dampak
yang lebih baik. Kabupaten Toba Samosir dibentuk berdasarkan pertimbangan
pesatnya perkembangan dan kemajuan pembangunan di Kabupaten Tapanuli
Utara umumnya dan khususnya di Kabupaten Toba Samosir yang diperkuat
dengan aspirasi masyarakat untuk meningkatkan penyelenggaraan pemerintah,
pelaksanaan pembangunan dan pelayanan guna menjamin kesejahteraan
masyarakat.
Dengan demikian sekalipun di daerah-daerah pemekaran di Indonesia
terjadi berbagai masalah, ternyata di Sumatera Utara pemekaran daerah telah
berhasil dengan baik. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Bukit
Tambunan, Kabiro Otonomi Daerah Provinsi Sumatera Uatra, bahwa: Pemerintah
Provinsi Sumatera Utara mengklaim bahwa sampai saat ini belum satu pun daerah
pemekaran di provinsi ini yang gagal dan daerah pemekaran di Sumatera Utara
tidak termasuk 80% daerah pemekaran yang dianggap gagal. Dari sekian banyak
daerah pemekaran tersebut, maka pelaksanaan pemerintah daerah terganggu dan
minimal akan terjadi perubahan antara kabupaten induk dengan daerah yang

dimekarkan. Dengan demikian pemekaran daerah telah membawa implikasi
terhadap pelaksanaan otonomi daerah, karena dengan adanya pemekaran daerah di
sumatera utara telah menimbulkan berbagai perubahan, baik perubahan kearah

5

Universitas Sumatera Utara

positif maupun negatif, baik dalam pemerintahan maupun sosial masyrakat. Hal
ini lah yang merupakan titik kajian yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu
bagaimana “Perbandingan Percepatan Pembangunan antara Kabupaten Induk
Tapanuli Utara dengan Kabupaten Pemekaran Toba Samosir”.
1.2

Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang menjadi pokok dari penelitian saya ini

adalah:
1.


Bagaimana perbedaan (perbandingan) percepatan pembangunan di dua
kabupaten setelah dilakukannya pemekaran yaitu di Kabupaten Toba
Samosir setelah

dilakukannya pemekaran dengan Kabupaten Tapanuli

Utara sebagai Kabupaten Induk nya ?
1.3

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian masalah ini adalah :

1.

Untuk mengetahui perbedaan (perbandingan) percepatan pembangunan di
dua kabupaten setelah dilakukannya pemekaran di Kabupaten Toba Samosir
setelah dilakukannya pemekaran dengan Kabupaten Tapanuli Utara sebagai
Kabupaten Induk nya.

1.4


Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu:

1.

Sebagai bahan masukan atau kajian serta pertimbangan untuk melakukan
penelitian selanjutnya atau sebagai bahan perbandingan bagi pengambil
keputusan oleh pihak yang berwenang.

6

Universitas Sumatera Utara

2.

Sebagai informasi, referensi serta bahan studi ilmu pengetahuan bagi
kalangan akademis, para peneliti, juga bagi mahasiswa/i Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara, khususnya mahasiswa/i Departemen Ekonomi
Pembangunan.


3.

Sebagai masukan kepada pengambil kebijakan untuk mengevaluasi
kebijakan-kebijakan pemerintah daerah yang mendukung proses percepatan
pembangunan

ekonomi daerah kabupaten Tapanuli Utara dan kabupaten

Toba Samosir.

7

Universitas Sumatera Utara