Perbandingan Percepatan Pembangunan Antara Kabupaten Induk Tapanuli Utara Dengan Kabupaten Pemekaran Toba Samosir

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Otonomi Daerah
Pengertian Otonomi daerah di Indonesia berdasarkan Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah adalah hak, wewenang dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Dengan kata lain otonomi daerah dapat diartikan sebagai
kewenangan daerah untuk membuat aturan guna mengurus rumah tangganya
sendiri.
Substansi penting dari otonomi daerah adalah pelimpahan kewenangan dari
pusat ke daerah secara politik dan ekonomi agar pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi dapat berlangsung secara adil dan merata. Misi yang diemban oleh
sistem pemerintahan desentralisasi bukan hanya semata pelimpahan kewenangan
dan pembiayaan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sebagai daerah
otonom. Tetapi esensi yang lebih penting adalah keinginan untuk meningkatkan
efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya keuangan, kesejahteraan dan

pelayanan kepada masyarakat.
Tujuan utama otonomi daerah antara lain adalah sebagai berikut:
a.

Meningkatkan kualitas pelayanan dan kesejahteraan masyarakat di daerah

b.

Memberikan kesempatan yang lebih luas kepada daerah mengurus dan
mengatur daerah masing-masing

8

Universitas Sumatera Utara

c.

Meringankan beban pemerintah (pusat) agar jalannya roda pemerintahan
dan proses pelaksanaan pembangunan terutama di daerah berlangsung lebih
efektif dan efisien


d.

Mewujudkan kemandirian daerah dalam pembangunan didaerah masingmasing

e.

Mengembangkan iklim kehidupan berdemokrasi , keadilan dan pemerataan

f.

Mempertahankan dan memelihara hubungan yang harmonis antar
pemerintah pusat dengan daerah dalam rangka menjaga keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

g.

Mendorong pemberdayaan masyarakat daerah

h.


Menumbuhkembangkan prakarsa dan kreativitas daerah
Salah satu hal yang menyebabkan terjadinya otonomi daerah ialah

dikarenakan oleh luas wilayah kabupaten/kota antara satu dengan yang lainnya
tidak sama. Bagi kabupaten/kota yang terlalu luas, maka pemerintah daerah
otonom sulit untuk memberikan pelayanan yang mampu menjangkau semua
wilayah. Berdasarkan kondisi ini, maka banyak daerah-daerah yang berusaha
memekarkan diri terpisah dengan daerah otonom yang menjadi induknya. Daerah
yang ingin menjadi daerah otonom sendiri umumnya adalah daerah memiliki
kekayaan sumber daya alam. Pertimbangannya, dengan menjadi daerah otonom
sendiri, maka daerah bersangkutan akan memiliki infrastruktur kepemerintahan,
sarana dan prasarana, dana dan kebijakan sendiri sehingga kekayaan sumber daya
alam di daerahnya dapat diolah untuk lebih memakmurkan masyarakat di
daerahnya. Apalagi melihat luasnya wilayah Indonesia dengan kondisi hutan dan

9

Universitas Sumatera Utara


laut, maka pemekaran dapat dipandang sebagai upaya untuk mempercepat
pemeratan pembangunan. UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
menyampaikan pesan perlunya mendekatkan penyelenggaraan pemerintahan
kepada masyarakat di daerah-daerah. Karena itu, banyak urusan pemerintahan
yang kemudian diserahkan kepada daerah-daerah melalui sistem desentralisasi
yang ditekankan di tingkat kabupaten/kota. Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 juga mendefenisikan daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang
berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Agusniar (2006) dalam Malia (2009:14) mengatakan otonomi daerah di
Indonesia bukan merupakan konsep baru, karena sejak republik ini berdiri,
otonomi daerah sudah menjadi bahan pemikiran para founding fathers kita. Hal ini
terbukti dengan dituangkannya masalah otonomi daerah dalam UUD 1945, yang
ditindaklanjuti dengan berbagai UU sejak tahun 1958 hingga tahun 1999 dengan
UU No. 22 tentang Pemerintah Daerah secara nyata direvisi menjadi UU No.32
Tahun 2004. Namun dalam implementasinya selama ini kita tidak pernah mampu
melaksanakan otonomi daerah secara nyata, lebih lanjut diterangkan bahwa ada
beberapa permasalahan yang perlu dipahami dalam penerapan otonomi, yaitu :

1.

Kita harus memahami bahwa otonomi daerah adalah suatu sistem
pemerintahan dalam sistem ketatanegaraan secara utuh. Ini berarti bahwa
otonomi adalah subsistem dalam sistem ketatanegaraan dan merupakan

10

Universitas Sumatera Utara

sistem yang utuh dalam pemerintahan. Artinya, seluas apapun otonomi
daerah diterapkan tidak akan pernah lepas dari kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
2.

Perlu dipahami pula bahwa untuk dapat melaksanakan otonomi secara baik
dan benar diperlukan adanya political will (kemauan politik) dari semua
pihak, baik pemerintah pusat, masyarakat maupun pemerintah daerah.
Kemauan politik ini sangat penting, karena diyakini dapat mempersatukan
berbagai kepentingan yang berbeda kedalam suatu wadah pemahaman yang

berorientasi pada satu tujuan. Dengan kemauan politik ini pula diharapkan
pemikiran-pemikiran parsial, primordial, rasial (etnosentris) dan separatism
dapat terbendung, bahkan dapat diakomodasikan secara optimal menjadi
suatu kekuatan yang besar bagi proses pembangunan.

3.

Perlu adanya komitmen bersama untuk melaksanakan otonomi daerah
sesuai dengan aturan yang berlaku guna mencapai tujuan yang diharapkan.
Banyak kesalahan interpretasi terhadap pengertian otonomi daerah. Dengan

otonomi daerah, dikira daerah merdeka dan bahkan melepaskan diri dari Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Timbul juga pemikiran ekstrim, bahwa dengan
otonomi daerah, masing-masing daerah akan menutup diri. Orang yang berasal
dari luar daerah tertentu tidak akan diperkenankan untuk mendapatkan pekerjaan
atau sumber penghidupan di daerah tersebut, hanya orang asli daerah tersebut saja
yang boleh mendapatkan sumber kehidupan di daerah tersebut. Ini semua adalah
keliru. Justru dengan otonomi daerah, hubungan daerah yang satu dengan yang
lain harus semakin erat untuk saling mengisi dan saling tolong-menolong.


11

Universitas Sumatera Utara

Dalam kehidupan modern, tidak mungkin suatu daerah menutup diri dan
dapat memenuhi semua kebutuhan daerahnya sendiri. Perekonomian daerah itu
bersifat terbuka, sehingga hubungan perdagangan dan komunikasi akan
memenuhi kebutuhan penduduknya baik barang maupun jasa.
Menurut Suparmoko (2002:19), ada beberapa keuntungan dan kerugian
dalam penerapan otonomi daerah di Indonesia. Keuntungan dari sistem otonomi
daerah adalah :
1.

Pemerintah daerah akan bekerja lebih efisien daripada pemerintah pusat.
Namun harus hati-hati dalam menentukan kegiatan apa yang harus dikelola
pemerintah pusat dan kegiatan yang seyogyanya diserahkan pada
pemerintah daerah.

2.


Pemerintah daerah akan lebih mampu menyediakan jasa pelayanan publik
yang bervariasi sesuai dengan preferensi (keinginan) masing-masing
masyarakat.

3.

Penduduk akan bebas berpindah tempat tinggal ke daerah yang sesuai
dengan keinginannya.

4.

Proses politik akan cepat, sederhana dan efisien.

5.

Dapat lebih banyak eksperimen dan inovasi dalam bidang administrasi dan
ekonomi.
Lebih lanjut, Suparmoko juga menguraikan beberapa kerugian otonomi

daerah, yaitu :

1.

Tidak semua penyediaan jasa publik disediakan secara efisien oleh
pemerintah daerah. Misalnya dalam hal pertahanan dan keamanan, apabila

12

Universitas Sumatera Utara

diserahkan kepada pemerintah daerah, maka setiap daerah akan bertanggung
jawab terhadap daerahnya masing-masing dalam menghadapi serangan dari
luar. Tentunya seluruh masyarakat Indonesia sebagai suatu bangsa yang
harus mempertahankan kesatuannya menghadapi serangan luar.
2.

Dalam hal redistribusi pendapatan, pemerintah daerah juga tidak efisien
dalam mengusahakannya.

3.


Dalam kaitannya dengan tujuan ekonomi makro, jelas pemerintah daerah
tidak akan dapat melaksanakannya, khususnya yang berkaitan dengan
kebijakan moneter.
Pemerintahan yang modern sesungguhnya bukan sekedar rmencapai

efisiensi, tetapi juga hubungan akuntabilitas antara negara dan pemerintah dengan
warganya. Warga tidak sekedar diperlakukan sebagai pelanggan dan konsumen
(customer and consumer) tetapi lebih sebagai warga negara (as citizen) yang
memiliki hak untuk menuntut pemerintah agar bertanggung jawab atas tindakan
yang diambilnya, atau atas kegagalan dalam melaksanakan kewajibannya. Warga
negara juga memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan akan hak-haknya,
didengar suaranya, sekaligus dihargai nilai dan preferensinya. Dengan demikian,
warga negara memiliki hak untuk menilai, menolak dan menuntut siapapun yang
secara politis bertanggung jawab atas penyediaan pelayanan publik. Nilai
fundamental pemerintahan yang demokratis telah membawa konsekuensi bahwa
pemerintahan harus dibangun berlandaskan prinsip pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat dan untuk rakyat.

13


Universitas Sumatera Utara

Implikasi dari pemekaran wilayah juga bisa menimbulkan seperti hal nya
dimana bisa menimbulkan konsekuensi negatif, yaitu terjadinya inefisiensi
administrasi karena biaya penyelenggaraan pemerintahan meningkat luar biasa,
kemerosotan kapasitas penyelenggaraan fungsi-fungsi dasar yang menjadi
kewajiban semua kabupaten/kota, peningkatan parokialisme dan potensi konflik
antar kelompok (etnik agama) yang dimanipulasi oleh elit tradisional lokal.
Berdasarkan Informasi yang dihimpun oleh Departemen Dalam Negeri,
animo masyarakat (kelompok tertentu) untuk membentuk daerah otonom baru
relatif tinggi. Hal ini dapat dilihat dari data usulan pembentukan daerah otonom
hingga saat ini (Januari 2007) sebanyak 21 usulan pembentukan Provinsi dan 110
usulan pembentukan Kabupaten/ Kota. Dari jumlah tersebut terdapat 16 calon
Kabupaten/ Kota yang sudah dibahas dalam sidang DPOD, dan selebihnya
ditunda pembahasannya menunggu penyelesaian PP Pengganti PP 129 tahun 2000
tentang Persyaratan pembentukan dan kriteria pemekaran, Penghapusan dan
Penggabungan daerah. Hal tersebut juga terjadi pada daerah-daerah di sumatera
utara yakni membentuk daerah otonom baru seperti hal nya daerah otonom baru
Toba Samosir yang berawal dari kabupaten induk Tapanuli Utara.
2.2. Konsep Desentralisasi
Semangat desentralisasi dalam bentuk perundang-undangan yang mengatur
tentang otonomi daerah, yakni UU No.22/1999 tentang Pemerintah Daerah dan
UU No. 25/1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah yang
selanjutnya direvisi dengan Undang- Undang No.32/2004 tentang “Pemerintahan
Daerah” dan UU No. 32/2004 tentang Perimbangan Keuangan anatar Pusat dan

14

Universitas Sumatera Utara

Daerah. Dalam hal ini desentralisasi dimaknai sebagai penyerahan, pendelegasian,
dan pembagian kewenangan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
dalam hal yang berhubungan dengan sistem pemerintahan, pengambilan
keputusan, pembiayaan serta pengaturan daerah berskala kabupaten/kota,
diantaranya:
a.

Perencanaan dan pengendalian pembangunan

b.

Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang

c.

Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat

d.

Penyediaan sarana dan prasarana umum

e.

Penanganan bidang kesehatan

f.

Penyelenggaraan pendidikan

g.

Penanggulangan masalah sosial

h.

Pelayanan bidang ketenagakerjaan

i.

Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah

j.

Pengendalian lingkungan hiduo

k.

Pelayanan pertanahan

l.

Pelayanan kependudukan dan catatan sipil

m.

Pelayanan administrasi umum pemerintahan

n.

Pelayanan administrasi penanaman modal

o.

Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya dan urusan wajib lainnya yang
diamanatkan oleh perundang-undangan.
Dalam Andi (2007) pemaknaan desentralisasi dapat diklasifikasikan

menjadi beberapa hal diantaranya: (1) desentralisasi sebagai penyerahan

15

Universitas Sumatera Utara

wewenang dan kekuasaan; (2) desentralisasi sebagai pelimpahan kekuasaan dan
kewenangan; (3) desentralisasi sebagai pembagian, penyebaran, pemencaran dan
pemberian kekuasaan dan kewenangan; serta (4) desentralisasi sebagai sarana
dalam pembagian dan pembentukan daerah pemerintahan.
Desentralisasi bertujuan agar hasil pembangunan bisa dirasakan secara
menyebar dan merata diseluruh kawasan melalui peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan pengurangan jumlah penduduk miskin. Desentralisasi juga
merupakan usaha memandirikan daerah untuk mengelola rumah-tangganya
sendiri. Desentralisasi memberi ruang yang seluas-luasnya kepada daerah untuk
mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam memajukan daerah sesuai
kebutuhan dan kondisi sosialnya. Singkatnya tujuan dari desentralisasi ialah
hendak memangkas hambatan-hambatan pembangunan daerah yang disebabkan
birokrasi pemerintahan yang berwajah sentralitas.
Otonomi daerah dan desentralisasi adalah dua hal yang berbeda maknanya.
Desentralisasi bersentuhan langsung dengan proses yang mencakup pembentukan
daerah otonom, penyerahan kekuasaan dan urusan pemerintahan. Sementara
otonomi daerah bersentuhan dengan isi, akibat dan hasil dari proses pembentukan
daerah otonom. Jadi kata desentralisasi dan otonomi daerah memiliki pengertian
yang berbeda.
Ada dua hal utama yang menjadi perhatian jika membahas mengenai
pembagian kekuasaan antara pusat dan daerah, yaitu dekonsentrasi dan
desentralisasi.
diselenggarakan

Dekonsentrasi
untuk

(sebagai

mewakili

penghalusan

kepentingan

dari

nasional.

sentralisasi)
Desentralisasi

16

Universitas Sumatera Utara

diselenggarakan untuk mewakili kepentingan masyarakat setempat (lokal) di
daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mengingat
masyarakat tiap masyarakat lokal memiliki keunikan masing-masing, dengan
demikian hanya cocok jika instrumen desentralisasi diterapkan(Sulisih, 2002).
Pada sisi lain, jika dikaitkan dengan pembagian wilayah negara Republik
Indonesia berdasarkan asas desentralisasi, maka akan melahirkan Daerah Otonom
yaitu kesatuan masyarakat yang mempunyai wewenang mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU No 22/1999).
Di Indonesia berdasarkan UU No 5/1974 dikenal dua tingkatan daerah otonom,
yaitu Daerah Tingkat I (Dati I) dan daerah Tingkat II (Dati II).
Namun menurut UU No 22/1999 tidak dikenal sebutan/nomenklatur daerah
Tingkat I dan Daerah Tingkat II lagi mengingat Indonesia menganut integrated
prefectoral system, maka batas-batas wilayah administrasi berhimpit dengan
wilayah dari daerah otonomi (Fused Model menurut A.F. Leemans). Demikian
juga elemen jabatan diintegrasikan di tangan pejabat dari orang yang sama.
Seorang Kepalan Wilayah juga merangkap sebagai Kepala Daerah, dalam hal ini
seorang kepala Wilayah lebih mengutamakan kepentingan pemerintahan pusat
dari pada kepentingan masyarakat daerah.
Dari uraian tersebut, jika dekonsentrasi dan desentralisasi diperbandingkan
maka terlihat masih kuatnya dominasi dekonsentrasi dari pada desentralisasi.
Struktur hirarkhi wilayah administrasi yang lebih banyak dibandingkan dengan
susunan daerah otonom. Akan menimbulkan birokratisasi yang melemahkan

17

Universitas Sumatera Utara

sendi-sendi demokrasi (Hoessein, 2000) yang hendak dikembangkan dalam
penyelenggaraan desentralisasi.
2.3

Pemekaran Wilayah
Pemekaran adalah sesuatu bagian yang utuh atau suatu kesatuan yang dibagi

atau dipisahkan menjadi beberapa bagian yang berdiri sendiri. (Poerwadarminta,
2005).

Jadi dengan demikian daerah/wilayah pemekaran adalah suatu

daerah/wilayah yang sebelumnya satu kesatuan yang utuh yang kemudian di bagi
atau dimekarkan menjadi beberapa bagian untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahannya sendiri.
Menurut syarif, “pemekaran wilayah adalah tuntutan masyarakat untuk
membentuk daerah yang baru, dengan cara memisahkan diri dari kesatuan wilayah
pemerintahan daeerah tertentu dengan tujuan untuk memperoleh kesejahteraan
yang lebih baik”. (Syarif, 2004 : 7 ).
Gie (2002) menyebutkan lima faktor yang harus diperhatikan dalam
pembentukan / pemekaran suatu wilayah yaitu :
1.

Luas daerah suatu wilayah sedapat mungkin merupakan suatu kesatuan
dalam perhubungan, pengairan dan dari segi perekonomian dan juga harus
diperhatikan keinginan penduduk setempat, persamaan adat istiadat serta
kebiasaan hidupnya.

2.

Pembagian

kekuasaan

pemerintahan

dalam

pembentukan/pemekaran

hendaknya diusahakan agar tidak ada tugas dan pertanggungjawaban
kembar dan harus ada keseimbangan antara beratnya kewajiban yang
diserahkan dengan struktur di daerah.

18

Universitas Sumatera Utara

3.

Jumlah penduduk tidak boleh terlampau kecil.

4.

Pegawai daerah sebaiknya mempunyai tenaga-tenaga professional dan ahli.

5.

Keuangan daerah yang berarti terdapat sumber-sumber kemakmuran yang
dimiliki oleh daerah itu sendiri.
Sejak tahun 1998, perkembangan otonomi daerah maju sangat pesat.

Dimulai dengan pembentukan UU No. 22/1999 tentang pemerintahan daerah
sebagai pengganti UU No 5/1974, isu otonomi daerah terus bergulir tidak saja hal
nya isu seperti pemekaran wilayah, pemilihan kepala daerah serta pembagian
keuangan antara pusat dan daerah. Dinamika otonomi daerah terus berlanjut pada
gilirannya membutuhkan sebuah aturan yang mampu menampung berbagai
tuntutan masyarakat tersebut. Oleh karena itu kemudian lahirlah UU No.32/2004
tentang pemerintahan daerah yang memuat berbagai hal mulai dari pembentukan
daerah dan kawasan khusus, pembagian urusan pemerintahan, pemerintahan
daerah, perangkat daerah, keuangan daerah, peraturan daerah dan peraturan kepala
daerah, kepegawaian daerah, pembinaan dan pengawasan desa serta masalah
pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah (Rachmad, 2007).
Pembentukan daerah baru telah diatur dalam Undang-Undang Nomor
32/2004 tentang pemerintahan daerah. Pembentukan daerah baru pada dasarnya
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melalui pelayanan yang
lebih baik, kehidupan demokratis yang semakin berkembang, pertumbuhan
ekonomi yang semakin cepat, keamanan dan tatanan yang semakin bagus serta
hubungan yang selaras antar daerah (USAID, 2006). Namun terdapat hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam pemekaran wilayah, seperti hal nya untuk mendorong

19

Universitas Sumatera Utara

daerah induk dan DOB (Daerah Otonom Baru) dapat melaksanakan otonomi
daerah secara maksimal. Dalam hal ini masing-masing pemerintah daerah,
termasuk daerah pemekaran baru berhak mendapatkan alokasi dana perimbangan,
baik dalam bentuk Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Dana Alokasi Khusus (DAK). Sedangakan aspek politis yang sering muncul
adalah dalam bentuk beberapa tokoh politik untuk mendapatkan jabatan baru, baik
sebagai kepala dan wakil kepala daerah maupun anggota DPRD pada daerah
pemekaran. Pada tataran normatif, kebijakan pemekaran wilayah seharusnya
ditujukan untuk meningkatkan pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat.
Menurut Sihotang (1997) dalam Malik (2006) tujuan wilayah yakni sebagai
suatu usaha untuk menentukan batas-batas daerah yang biasanya lebih besar
daripada daerah struktur pemerintahan lokal, dengan maksudlebih mengefektifkan
dan mengefisienkan pemerintah beserta perencanaan lokal dan nasionalnya dan
secara umum pemekaran wilayah merupakan suatu proses pembagian wilayah
menjadi lebih dari satu wilayah, dengan tujuan meningkatkan pelayanan dan
mempercepat pembangunan.
Upaya pemekaran wilayah dipandang sebagai sebuah terobosan untuk
mempercepat pembangunan melalui peningkatan kualitas dan kemudahan
memperoleh pelayanan bagi masyarakat. Pemekaran wilayah juga merupakan
bagian dari upaya untuk meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam
memperpendek rentang kendali pemerintah sehingga meningkatkan efektifitas
penyelenggaraan pemerintah dan pengelolaan pembangunan. Dengan pemberian

20

Universitas Sumatera Utara

pemekaran wilayah tersebut diharapkan pemerintah daerah akan dapat lebih
memanfaatkan dan mengelola peluang dan potensi yang dimiliki daerah untuk
kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan daerah dengan melibatkan
aspirasi dan partisipasi rakyat daerah. Begitu juga hal nya dengan Kabupaten yang
ada di provinsi Sumatera Utara yakni terkhususnya kabupaten Tapanuli Utara dan
kabupaten Toba Samosir dapat melaksanakan pemekaran wilayah dengan
semaksimal mungkin agar terciptanya kesejahteraan dan pemerataan serta dapat
mengurangi tingkat pengangguran di kabupaten tersebut.
2.4

Percepatan Pembangunan Ekonomi Daerah

2.4.1 Pembangunan Ekonomi Daerah
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan
pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk
dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara
dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara.
Todaro (2003) mendefinisikan pembangunan ekonomi adalah suatu proses
yang bersifat multidimensional yang melibatkan kepada perubahan besar baik
terhadap perubahan struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi atau
menghapuskan kemiskinan, mengurangi ketimpangan, dan pengangguran dalam
konteks pertumbuhan ekonomi.

21

Universitas Sumatera Utara

Dapat di tarik kesimpulan bahwa pembangunan ekonomi memiliki 4 sifat
penting yaitu:
1.

Suatu proses, pembangunan ekonomi merupakan suatu proses, artinya
pembangunan ekonomi itu berlangsung secara terus-menerus bukan
merupakan kegiatan yang sifatnya insidental (tidak sengaja).

2.

Usaha

untuk

meningkatkan

pendapatan

perkapita

Dikatakan terjadi pembangunan ekonomi jika terjadi kenaikan dalam hal
pendapatan per kapita, karena kenaikan pendapatan kenaikan per kapita itu
merupakan cerminan terjadinya kesejahteraan ekonomi masyarakat.
3.

Kenaikan pendapatan per kapita berlangsung dalam jangka panjang
Pendapatan per kapita secara rata-rata meningkat dari tahun ke tahun.
Namun, hal tersebut bukan berarti bahwa pendaptan per kapita harus
mengalami kenaikan secara terus-menerus, tetapi pada suatu waktu tertentu
dapat turun, namun turunnya tidak terlalu besar.

4.

Kenaikan pendapatan per kapita diikuti dengan terjadinya perubahan
teknologi atau kelembagaan.
Maksudnya, dikatakan terjadi pembangunan ekonomi bukan saja berarti

peningkatan pendapatan per kapita, namun kenaikan pendapatan per kapita juga
harus diikuti dengan terjadinya perubahan teknologi. Misalnya di sektor pertanian,
yang dulunya pengolahan lahan dengan menggunakan tenaga hewan, sekarang
berganti meggunkana traktor.
Pembangunan ekonomi daerah yaitu suatu proses dimana proses yang
mencakup pembentukan-pembentukan institusi baru, pembangunan industri-

22

Universitas Sumatera Utara

industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan
produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu
pemngetahuan, dan pengembangan perusahaan-perusahan baru.
Pembangunan ekonomi daerah juga merupakan suatu proses dimana
pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya yang ada dan
membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta
untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan
kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. (Lincolin
Arsyad, 2003).
Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk
meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam
upaya untuk mencapai tujuan tesebut, pemerintah daerah dan masyarakat harus
secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu,
pemerintah daerah beserta daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan
dengan menggunakan sumberdaya yang ada harus menafsir potensi sumberdaya
yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah.
Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan
terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang berdasarkan pada kekhasan
daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan
potensi sumberdaya manusia, kelembagaan, dan sumberdaya fisik secara lokal
(daerah). Orientasi ini mengarahkan kita kepada pengambilan inisiatif-inisiatif
yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan
kesempatan kerja baru dan merangsang kegiatan ekonomi.

23

Universitas Sumatera Utara

Jhingan (2002), menjelaskan syarat utama bagi pembangunan ekonomi
adalah bahwa proses bertumbuhnya harus bertumpu pada kemampuan
perekonomian di dalam negeri. Hasrat untuk memperbaiki nasib dan prakarsa
untuk menciptakan kemajuan material harus muncul dari warga masyarakatya
sendiri dan tidak dapat dipengaruhi atau diintimidasi oleh daerah luar. Ada
sejumlah teori yang menerangkan mengapa ada perbedaan dalam tingkat
pembangunan ekonomi antar daerah. Teori yang umum yang digunakan adalah
teori basis, teori lokasi, dan teori daya tarik industri (Tambunan, 2001).
a.

Teori Basis Ekonomi
Teori ini menjelaskan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi
suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan
jasa dari luar daerah. Proses produksi sektor industri di suatu daerah yang
menggunakan sumber daya produksi lokal, temasuk tenaga kerja dan bahan
baku, dan outputnya yang diekspor akan menghasilkan pertumbuhan
ekonomi, peningkatan pendapatan per kapita, dan penciptaan lapangan kerja
di daerah tersebut.

b.

Teori Lokasi
Teori ini sering digunakan untuk penentuan atau pengembangan kawasan
industri di suatu daerah. Lokasi usaha ditentukan berdasarkan tujuan
perusahaan, untuk mendekati bahan baku atau mendekati pasar. Inti dari
pemikiran ini didasarkan sifat rasional manusia yang cenderung mencari
keuntungan yang setinggi-tingginya dengan biaya serendah mungkin. Oleh

24

Universitas Sumatera Utara

karena itu, pengusaha akan memilih lokasi usaha yang memaksimumkan
keuntungan dan meminimalkan biaya produksinya.
c.

Teori Daya Tarik Industri
Upaya pengembangan ekonomi daerah di Indonesia sering dipertanyakan
industri-industri apa yang tepat untuk dikembangkan, ini adalah masalah
membangun portofolio industri di suatu daerah. Faktor-faktor daya tarik
lainnya adalah produktifitas, industri-industri kaitan, daya saing di masa
depan, spesialisasi industri, potensi ekspor, dan prospek bagi permintaan
domestik.
Haeruman dalam Soegijoko (1997), menyatakan bahwa pembangunan

ekonomi biasanya miliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kelestarian
fungsi ekologis alam untuk menghasilkan jasa lingkungan. Intinya bahwa tujuan
pembangunan ekonomi selain menghasilkan output juga memperhatikan
keberlangsungan sumber daya alam untuk pemanfaatan pada waktu mendatang
atau lebih dikenal dengan istilah pembangunan berkelanjutan. Pembangunan
berkelanjutan adalah suatu tujuan yang dilatarbelakangi dengan suatu visi dimana
terdapat keseimbangan dalam keterkaitan antara ekonomi, sosial, dan lingkungan
guna membangun suatu masyarakat yang stabil,makmur dan berkualitas.
Pengembangan metode untuk menganalisis perekonomian suatu daerah sangat
penting guna memperoleh informasi tentang perkembangan dan pertumbuhan
ekonomi daerah yang bersangkutan. Informasi yang diperoleh sangat berguna
untuk menentukan arah kebijakan yang diambil oleh pemerintah daerah dalam
rangka peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah.

25

Universitas Sumatera Utara

2.4.2 Percepatan Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi
Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) adalah
sebuah program uji coba inovatif yang dirintis oleh Pemerintah Indonesiasejak
tahun 2005 dan dirancang untuk mengatasi permasalahan

pemerintahan dan

kebijakan di 51 kabupaten termiskin di seluruh Indonesia. P2DTK didasarkan
pada sejumlah proyek pengembangan masyarakat lain yang telah sukses, seperti
Program Pengembangan Kecamatan (PPK/KDP), untuk menyelaraskan prosedur
perencanaan secara bottom-up dengan pemerintah kabupaten yang baru saja
diberdayakan.
Pada umumnya pembangunan nasional banyak terjadi pada negara-negara
sedang berkembang dipusatkan pada pembangunan ekonomi melalui usaha
pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, paradigma tradisional mengenai
pembangunan cenderung mengidentikkan pembangunan dengan pertumbuhan
ekonomi. Suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola
sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara
pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja
baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi)
dalam wilayah tersebut. Saat ini pembangunan ekonomi yang paling banyak
diterima adalah suatu proses peningkatan output dalam Jangka panjang. Maksud
dari Pada proses adalah berlangsungnya kekuatan-kekuatan tertentu yang saling
berkaitan dan mempengaruhi. Dengan kata lain, pembangunan ekonomi lebih dari
sekedar pertumbuhan ekonomi. Proses pembangunan menghendaki adanya
pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan perubahan (growth plus change)

26

Universitas Sumatera Utara

dalam: pertama, perubahan struktur ekonomi; dari pertanian ke industri atau jasa.
Kedua, perubahan kelembagaan, baik lewat regulasi maupun reformasi
kelembagaan itu sendiri.
Pertumbuhan

ekonomi

merupakan

suatu

ukuran

kuantitatif

yang

menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu
apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Beberapa hasil pemikiran para
ekonom dunia terdahulu tentang teori pertumbuhan ekonomi, diketahui tingkat
dan laju pertumbuhan suatu perekonomian ditentukan oleh 4 hal: luas
tanah(termasuk kekayaan alam yang dikandung di dalamnya), jumlah dan
perkembangan penduduk, jumlah stok modal dan perkembangannya dari tahun ke
tahun, tingkat teknologi guna perbaikan dari tahun ke tahun (Sukirno, 2007).
Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak
kebijaksanaan pemerintah yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai
sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan
ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk mengetahui
keberhasilan pembangunan di masa yang akan datang. Pertumbuhan juga
merupakan ukuran utama keberhasilan pembangunan, dan hasil pertumbuhan
ekonomi akan dapat pula dinikmati masyarakat sampai dilapisan paling bawah,
baik dengan sendirinya maupun dengan campur tangan pemerintah.
Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi jika
jumlah produksi barang dan jasanya meningkat. Dalam dunia nyata, amat sulit
untuk mencatat jumlah unit barang dan jasa yang dihasilkan selama periode

27

Universitas Sumatera Utara

tertentu. Kesulitan itu muncul bukan saja karena jenis barang dan jasa yang
dihasilkan sangat beragam, tetapi satuan ukurannya pun berbeda. Karena itu
angka yang digunakan untuk menaksir perubahan output adalah nilai moneternya
(uang) yang tercermin dalam nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Untuk
mengukur pertumbuhan ekonomi, nilai PDB yang digunakan adalah PDB
berdasarkan harga konstan. Sebab, dengan menggunakan harga konstan, pengaruh
perubahan harga telah dihilangkan, sehingga sekalipun angka yang muncul adalah
nilai uang dari total output barang dan jasa, perubahan nilai PDB sekaligus
menunjukkan perubahan jumlah kuantitas barang dan jasa yang dihasilkan selama
periode pengamatan (Prathama Rahardja, 2008)
Cara Mengukur Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan

ekonomi

suatu

negara

dapat

diukur

dengan

cara

membandingkan, misalnya untuk ukuran nasional, Gross National Product
(GNP), tahun yang sedang berjalan dengan tahun sebelumnya.
Laju

pertumbuhan

ekonomi

suatu

bangsa

dapat

diukur

dengan

menggunakan laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas
Dasar Harga Konstan (ADHK).Berikut ini adalah rumus untuk menghitung
tingkat pertumbuhan ekonomi :

28

Universitas Sumatera Utara

Dimana :
G

: Laju Pertumbuhan Ekonomi

PDRB 1: PDRB ADHK pada suatu tahun
PDRB0 : PDRB ADHK pada tahun sebelumnya
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah:


Faktor Sumber Daya Manusia
Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga

dipengaruhi oleh SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam
proses pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan tergantung kepada
sejauhmana sumber daya manusianya selaku subjek pembangunan memiliki
kompetensi yang memadai untuk melaksanakan proses pembangunan.


Faktor Sumber Daya Alam
Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam

dalam melaksanakan proses pembangunannya. Namun demikian, sumber daya
alam saja tidak menjamin keberhasilan proses pembanguan ekonomi, apabila
tidak didukung oleh kemampaun sumber daya manusianya dalam mengelola
sumber daya alam yang tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud dinataranya
kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang, kekayaan hasil hutan dan kekayaan
laut.


Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat

mendorong adanya percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja yang
semula menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih

29

Universitas Sumatera Utara

berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas
pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada
percepatan laju pertumbuhan perekonomian.


Faktor Budaya
Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan

ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau
pendorong proses pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat
pembangunan. Budaya yang dapat mendorong pembangunan diantaranya sikap
kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan sebagainya. Adapun budaya yang
dapat menghambat proses pembangunan diantaranya sikap anarkis, egois, boros,
KKN, dan sebagainya.


Sumber Daya Modal
Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan

meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang modal
sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena
barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.
Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi Daerah menganalisis
perekonomian suatu daerah sangat sulit karena :
1.

Data tentang daerah sangat terbatas terutama kalau daerah dibedakan
berdasarkan pengertian daerah modal. Dengan data yang sangat terbatas
sangat sukar untuk menggunakan metode yang telah dikembangkan dalam
memberikan gambaran mengenai perekonomian suatu daerah.

30

Universitas Sumatera Utara

2.

Data yang tersedia umumnya tidak sesuai dengan data yang dibutuhkan
untuk analisis daerah, karena data yang terkumpul biasanya ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan analisis perekonomian secara nasional.

3.

Data tentang perekonomian daerah sangat sukar dikumpulkan, sebab
perekonomian daerah lebih terbuka dibandingkan dengan perekonomian
nasional. Hal tersebut menyebabkan data tentang aliran-aliran yang masuk
dan kaeluar dan suatu daerah sukar diperoleh.

4.

Bagi negara yang sedang berkembang, disamping kekurangan data sebagai
kenyataan yang umum. Data yang ada terbatas itupun banyak yang sulit
untuk dipercaya, sehingga menimbulkan kesulitan untuk melakukan analisis
yang memadai tentang keadaan perekonomian suatu daerah
Tabel 2.1
Perbedaan Pertumbuhan Ekonomi dengan Pembangunan Ekonomi
No Pertumbuhan Ekonomi
Pembangunan Ekonomi
1

Peningkatan jumlah produksi dari Peningkatan
jumlah
dan
tahun ke tahun dalam satu tahun kualitas produksi dalm jangka
(jangka pendek)
panjang

2

Kenaikan pendapatan nasional Kenaikan pendapatan per
(tidak melihat naik atau turunnya kapita (dengan melihat faktor
jumlah penduduk )
penduduk)

3

Kenaikan pendapatan nasional
tidak disertai dengan perubahan
struktur
ekonomi
dan
kesejahteraan masyarakat

Kenaikan pendapatan per
kapita dari tahun ke tahun
yang
disertai
dengan
perubahan struktur ekonomi
dan kesejahteran masyarakat

31

Universitas Sumatera Utara

2.4.3 Indikator Kinerja Ekonomi Daerah
Percepatan pembangunan merupakan salah satu tujuan dari pemekaran
wilayah. Percepatan pembangunan dapat dicapai melalui peningkatan kinerja
perekonomian daerah. Untuk mencapai keberhasilan pembangunan daerah
diperlukan perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi. Dalam perencanaan dan
evaluasi tersebut diperlukan data/indikator statistik yang mendukung sebagai
acuan tolak ukur keberhasilan. Indikator kinerja dari tujuan/sasaran pembangunan
daerah merupakan indikator dampak (impact) yang pencapaiannya indikator hasil
(outcome). Salah satu indikator yang terkait dalam kinerja pembangunan daerah
yaitu indikator ekonomi. Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa dalam
indikator ekonomi terdapat beberapa hal yang terkait dalam evaluasi kinerja
pembangunan daerah antara lain:
1.

Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Todaro (1998) pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai suatu

proses dimana kapasitas produksi dari suatu perekonomian meningkat sepanjang
waktu untuk menghasilkan tingkat pendapatan yang semakin besar. Menurut
salvatore dalam yunitasari (2007) petumbuhan ekonomi adalah suatu proses
dimana PDB riil per kapita meningkat secara terus menerus mealui kenaikan
produksi per kapita. Saran beberapa kenaikan produksi riil per kapita dan taraf
hidup (pendapatan riil per kapita) merupakan tujuan utama yang perlu dicapai
melalui penyediaan dan pengarahan sumber-sumber produksi.
Kuznets dalam jinghan (2003) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi
sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk

32

Universitas Sumatera Utara

menyediakan semakin banyak barang-barang ekonomi kepada penduduknya.
Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian
kelembagaan dan ideologis negara yang bersangkutan.
Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang dapat digunakan untuk
melihat perkembangan dan kondisi pembangunan perekonomian suatu daerah.
Pertumbuhan ekonomi meliputi laju pertumbuhan dari berbagai sektor ekonomi
dan menggambarkan berbagai tingkat perubahan ekonomi yang terjadi.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan suatu keharusan
bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan.
2. PDRB Per Kapita
Pemekaran wilayah merupakan salah satu jalan keluar dari permasalahan
pembangunan ekonomi. Tambunan (2003) menyebutkan indikator pembangunan
ekonomi diantaranya PDRB per Kapita. PDRB per Kapita menggambarkan
tingkat

kesejahteraan

yang

terjadi

disuatu

masyarakat,

sejauh

tingkat

pemeratannya cukup merata. Semakin tinggi nilai PDRB per Kapita maka dapat
dikatakan masyarakat semakin sejahtera. Angka PDRB Per Kapita diperoleh
dengan cara membagi PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. PDRB
terbagi atas dua yaitu PDRB atas harga berlaku dan PDRB atas harga konstan.
3. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33/2004, PAD adalah pendapatan yang
diperoleh daerah, yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. PAD merupakan sumber pembiayaan yang

33

Universitas Sumatera Utara

berasal dari pajak daerah, retribusi daerah, keuntungan bersih perusahaan daerah,
dan sumber PAD lainnya yang sah.
Sesuai tujuan awal pelaksanaan otonomi daerah , yaitu untuk meningkatkan
kemandirian daerah , maka PAD diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan
utama dari suatu wilayah. Untuk itu, pemerintah daerah diberikan kewenangan
untuk meningkatkan PAD setiap daerah yang dipimpinnya. Kewenangan tersebut
berupa kebebasan pemungutan pajak/retribusi , sistem transfer dan pemberian
kewenangan untuk melakukan pinjaman (Sinaga dan Siregar, 2005).Namun dalam
upaya peningkatan PAD tersebut, setiap daerah dilarang untuk: (1) menetapkan
peraturan daerah tentang pendapatan yang dapat menyebabkan biaya ekonomi
menjadi tinggi; dan (2) menetapkan peraturan daerah tentang pendapatan yang
menghambat mobilitas penduduk , lalu lintas barang dan jasa antar daerah dan
kegiatan ekspor/impor.
4. Angka Kemiskinan
Pengukuran kemiskinan yang digunakan oleh BPS menggunakan konsep
kemampuan memenuhi kebutuhan dasar. Melalui pendekatan ini , kemiskinan
dipandang sebagai ketidakmampuan (dari sisi ekonomi) untuk memenuhi
kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.
Dengan pendekatan ini dapat dihitung

Headcount Index , yaitu persentase

penduduk miskin terhadap total penduduk. Kemiskinan sering dianggap sebagai
musuh utama pembangunan dan kemiskinan ini terjadi salah satunya disebabkan
tingkat pengangguran yang tinggi di tengah masyarakat. Penanganan masalah ini
diupayakan oleh pemerintah dengan menyalurkan berbagai bantuan dan subsidi

34

Universitas Sumatera Utara

serta membuka lapangan kerja dengan meningkatkan inisiatif dan kreatifitas
masyarakat di samping memperluas kesempatan investasi langsung bagi semua
pihak. Upaya menurunkan jumlah penduduk miskin secara berencana dilakukan
baik melalui subsidi-subsidi di bidang sosial.
Tujuan utama dari pembangunan ekonomi adalah penghapusan kemiskinan
sehingga tingkat kemiskinan secara langsung mempengaruhi hasil evaluasi kinerja
pembangunan. Kemiskinan memiliki banyak definisi, dan sebagian besar sering
mengaitkan konsep kemiskinan dengan aspek ekonomi. Berbagai upaya untuk
mendefinisikan kemiskinan dan mengidentifikasikan kemiskinan sebenarnya
menghasilkan konsep pemikiran yang dapat disederhanakan. Pertama, dari sudut
pandang pengukuran, kemiskinan dibedakan menjadi dua yaitu kemiskinan
absolut dan kemiskinan relatif. Kedua, dari sudut pandang penyebab, kemiskinan
dapat dikelompokkan menjadi kemiskinan alamiah dan struktural. Salah satu
syarat penting agar suatu kebijakan pengentasan kemiskinan dapat tercapai maka
harus ada kejelasan mengenai kriteria tentang siapa atau kelompok masyarakat
mana yang masuk dalam kategori miskin dan menjadi sasaran program. Selain itu
ada syarat juga yang harus dipenuhi yaitu harus dipahami secara tepat mengenai
penyebab

kemiskinan

itu

sendiri

di

masing-masing

komunitas

dan

daerah/wilayah. Karena penyebab ini tidak lepas dari adanya pengaruh nilai-nilai
lokal yang melingkupi kehidupan masyarakatnya (Nunung Nurwati, 2008).

35

Universitas Sumatera Utara

5. Pengangguran
Definisi pengangguran dalam arti luas adalah penduduk yang tidak berkerja
tetapi sedang mencari perkerjaan atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru
atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja tetapi
mulai bekerja.
Pengangguran adalah masalah makro ekonomi yang mempengaruhi manusia
secara langsung dan merupakan yang paling berat. Kebanyakan orang kehilangaan
pekerjaan berarti penurunan standar kehidupan dan rekanan psikologis. Jadi
tidaklah mengejutkan jika pengangguran menjadi topik yang sering dibicarakan
dalam perdebatan politik dan para politis sering mengklaim bahwa kebijakan yang
mereka tawarkan akan membantu menciptakan lapangan kerja (Mankiw, 2006).
Dalam pembangunan ekonomi di negara berkembang pengangguran yang
semakin bertambah jumlahnya merupakan masalah yang lebih rumit dan lebih
serius dari masalah perubahan dalam distribusi pendapatan yang kurang
menguntungkan penduduk yang berpendapatan terendah. Menganggur tidak sama
dengan tidak bekerja atau tidak mau bekerja. Orang yang tidak mau bekerja, tidak
dapat dikatakan sebagai pengangguran. Sebab jika dia mencari pekerjaan (ingin
bekerja), mungkin dengan segera mendapatkannya. Definisi ekonomi tentang
pengangguran tidak identik dengan tidak mau bekerja. Seseorang baru dikatakan
menganggur bila dia ingin bekerja dan telah berusaha mencari kerja, namun tidak
mendapatkannya (Prathama Rahardja, 2008).

36

Universitas Sumatera Utara

2.5

Penelitian Tedahulu
Penelitian Pertama dilakukan oleh Ratri Furry Pustika Rachim (2013)

dalam penelitiannya yang berjudul “Evaluasi Pemekaran Wilayah Kota Serang
Ditinjau Dari Kinerja Ekonomi Dan Kinerja Publik Daerah”. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis dampak pemekaran daerah terhadap kinerja
ekonomi dan kinerja pelayanan publik di Kota Serang serta membandingkan kota
Serang pada periode sesudah pemekaran (2009-2011) dengan kabupaten Serang
yang merupakan kabupaten induknya. Metode analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode indeksasi. Metode indeksasi digunakan untuk
membandingkan kinerja daerah otonom baru denga daerah induk pada periode
sesudah pemekaran. Hasil analisis dengan menggunakan metode indeksasi
menunjukkan bahwa kinerja ekonomi dan kinerja pelayanan publik di Kota
Serang ternyata mampu mengimbangi bahkan sedikit lebih baik dibandingkan
kinerja ekonomi dan kinerja pelayanan publik Kabupaten Serang merupakan
daerah induknya. Rata- rata nilai indeks kinerja ekonomi Kota Serang pada tahun
2009-2011 sebesar 25,40 sedangkan rata-rata nilai indeks kinerja ekonomi
Kabupaten Serang pada tahun yang sama sebesar 25,36. Sementara untuk indeks
kinerja pelayanan publik, Kota Serang memimpin dengan rata-rata nilai indeks
sebesar 34,24 melebihi rata-rata nilai indeks kabupaten induknya sebesar 34,21.
Penelitian kedua dilakukan oleh Ade Ahmad Faruk Syahputra (2007) dalam
penelitiannya yang berjudul “Dampak Pemekaran Wilayah Kabupaten Serdang
Bedagai Terhadap Kesejahteraan Masyarakat”. Penelitian ini bertujuan untuk
untuk mengetahui adanya perbedaan nyata pada kesejahteraan masyarakat

37

Universitas Sumatera Utara

sebelum dan sesudah pemekaran wilayah. Sedangkan Motode yang digunakan
yaitu analisis compare means uji t-statistik (paired sample t-test), yang digunakan
untuk membandingkan rata-rata dua variabel dalam satu group. Artinya, analisis
ini berguna untuk melakukan pengujian terhadap dua sampel yang berhubungan
atau dua sampel berpasangan. Hasil dari penelitian ini adalah: (1) Terdapat
perbedaan pada tingkat kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Serdang Bedagai
sesudah adanya pemekaran wilayah atau dengan kata lain mengalami
peningkatan. Hal ini dapat kita lihat dari kenaikan pendapatan perkapita dari tahun
ke tahun yang menunjukkan kenaikan signifikan; (2) Sejalan dengan
perkembangan komponen pembentuk Indeks Pembangunan Manusia yaitu
pendidikan, kesehatan dan pengeluaran perkapita yang mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun, IPM kabupaten Serdang Bedagai juga mengalami
peningkatan. Sehingga komponen pembentuk Indeks Pembangunan manusia
tersebut, telah menunjukkan dampak yang signifikan terhadap tingkat
kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Serdang Bedagai.
Penelitian Ketiga dilakukan oleh Anna Yulianita (2011) dengan judul
“Analisis kinerja ekonomi dan kesejahteraan masyarakat kabupaten muara enim
(induk) dengan kota Prabumulih (baru). Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis kinerja ekonomi yang terjadi di Kota Prabumulih sesudah
pemekaran dan untuk menganalisis perbandingan kinerja ekonomi Kota
Prabumulih setelah dilakukan pemekaran dengan Kabupaten Muara Enim sebagai
Kabupaten Induk. Sedangkan metode yang digunakan yaitu untuk mengukur
pembangunan ekonomi diukur menggunakan head-count index, yaitu persentase

38

Universitas Sumatera Utara

jumlah orang miskin terhadap total penduduk. Untuk mengetahui secara umum
perkembangan ekonomi daerah maka dibuat Indeks Kinerja Ekonomi Daerah
(IKE) yang pada prinsipnya adalah rata-rata dari keempat indikator di atas. Hasil
dari penelitian ini adalah menyatakan banhwa

Kota Prabumulih telah

menunjukkan perubahan bila dilihat dari analisis menggunakan Indek Ekonomi
Daerah memang masih belum sebaik daerah induk (Kabupaten Muara Enim).
Namun bila dilihat dengan menggunakan indikator Indeks Pembangunan Manusia
ternyata Kota Prabumulih mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada daerah
induk.
Penelitian keempat

dilakukan oleh Yuliati (2011)

yang berjudul

“Evaluasi Hasil Pemekaran : Studi Kasus Pemekaran Kabupaten”, ditujukan
untuk mengetahui apakah pembentukan daerah otonomi baru terjadi peningkatkan
kesejahteraan masyarakat daerah tersebut melalui peningkatan pelayanan kepada
masyarakat dan percepatan pembangunan ekonomi. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode treatment-control. Dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa rata-rata pertumbuhan PDRB DOB lebih tinggi dari daerah induk dan
daerah kontrol, rata-rata Indeks Kemampuan Ekonomi DOB lebih tinggi dari
daerah kontrol dan lebih rendah dari daerah induk. Hasil untuk evaluasi pelayanan
bagi masyarakat baik secara rasio maupun pertumbuhan jumlah guru per siswa
SLTA pada DOB masih berada di bawah daerah induk maupun daerah kontrol. Di
sisi lain DOB memiliki trend positif untuk pertumbuhan jumlah guru per siswa.
Selanjutnya, rata-rata pertumbuhan jumlah fasilitas kesehatan DOB lebih rendah
dibandingkan dengan daerah induk dan daerah kontrol. Pertumbuhan jumlah

39

Universitas Sumatera Utara

tenaga kesehatan pada daerah induk meningkat (positif) dibandingkan daerah
kontrol (positif di bawah daerah induk) dan trend DOB yang menurun (negatif).
Tapi jika dilihat dari ratarata pertumbuhan jumlah tenaga kesehatan DOB
mempunyai rata-rata yang paling tinggi disusul daerah induk dan daerah kontrol.
Rata-rata prosentase jalan kondisi baik di DOB paling rendah setelah daerah
kontrol dan daerah induk, tapi jika dianalisa pertumbuhannya, DOB mempunyai
rata-rata pertumbuhan tertinggi setelah daerah induk dan daerah kontrol.

40

Universitas Sumatera Utara

2.6

Kerangka Konseptual
Adapun gambaran secara ringkas dari penelitian ini dapat dijelaskan melalui

kerangka konseptual di bawah ini adalah:

Tingkat Perbandingan Percepatan
Pembangunan

Indikator Kinerja Ekonomi Daerah

1.
2.
3.
4.
5.

Pertumbuhan Ekonomi
PDRB per kapita
PAD
Angka Kemiskinan
Pengangguran

Setelah
Pemekaran di Kabupaten
Induk Tapanuli Utara

Setelah
Pemekaran di Kabupaten
Pemekaran Toba Samosir

Metode Indeksasi

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

41

Universitas Sumatera Utara

2.7

Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian

yang kebenarannya masih harus di uji secara empiris. Berdasarkan masalah diatas,
maka penulis membuat hipotesis, yaitu :
Terdapat perbedaan (perbandingan) percepatan pembangunan di dua kabupaten
setelah dilakukannya pemekaran yaitu di kabupaten Toba Samosir dengan
Kabupaten Tapanuli Utara sebagai Kabupaten Induknya.

42

Universitas Sumatera Utara