Penerapan Teknologi Informasi Dalam Sistem

Teknologi Informasi
Dalam Sistem Informasi Manajemen (SIM)
Pendidikan Menengah Kejuruan
(Dedy Suryadi, M.Pd. / FPTK UPI)
ABSTRAK

Teknologi informasi dalam sistem informasi manajemen pendidikan, memegang
peran yang cukup penting dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan dan mutu lulusan
pendidikan. Bagi pendidikan kejuruan dalam hal ini sekolah menengah kejuruan, yang
berorientasi pada penyiapan lulusannya untuk memasuki lapangan kerja, peran teknologi
informasi ini amatlah penting. Hal ini dimaksudkan karena percepatan dalam perkembangan
IPTEK mengalami peningkatan yang cukup pesat. Dampaknya adalah terjadi perubahanperubahan signifikan dalam dunia usaha dan dunia industri yang menyangkut teknologi yang
digunakan, kemudian secara langsung berakibat bahwa diperlukan sumber daya manusia
yang mempunyai kualifikasi-kualifikasi unggul untuk mengisi jabatan-jabatan pekerjaan yang
ada. Untuk itu SMK harus mampu mengarahkan secara harmoni dinamika perkembangan
tersebut dengan peningkatan kualitas penyelenggaraan pendidikannya.
Penyelenggaraan pendidikan kejuruan yang berkualitas, menuntut adanya suatu
sistem atau pola yang mampu mendekatkan sekolah dan peserta didik pada suasana atau
iklim yang berkembang dan terjadi dalam dunia usaha dan dunia industri. Pola tersebut
dikembangkan dalam suatu sistem informasi manajemen (SIM) pendidikan kejuruan, dimana
peran teknologi informasi dalam operasional SIM ini amatlah penting. Diperlukan penguasaan

dan pemahaman yang mendalam bagi para praktisi pendidikan dalam pengoperasian SIM
yang berbasis komputer ini, khususnya dalam pemahaman perangkat lunak (soft ware) dan
perangkat kerasnya (hardware) dalam Lokal Area Networks (LAN).
Kemampuan dalam mengolah informasi dalam bentuk database dengan teknologi
berbasis komputer ini menuntun pada upaya meningkatkan efektivitas dan efisiensi
penyelenggaraan pendidikan kejuruan. Terdapat empat
layanan informasi yang bisa
dilakukan dalam prosesing dan analisis informasi, yakni: (1) analisis informasi terhadap
kecenderungan dan prestasi; (2) analisis informasi tentang fenomena yang terjadi; (3)
analisis informasi tentang sebab terjadinya fenomena; dan (4) analisis informasi yang bersifat
prediktif ke depan.

Kata kunci : teknologi informasi, sistem informasi manajemen

A. PENDAHULUAN
Menjelang akan diberlakukannya era pasar bebas tahun 2020, perekonomian
Indonesia akan mengalami perubahan yang signifikan kearah perekonomian global.
Perubahan tersebut akan membawa dunia usaha dan dunia industri ke arah
persaingan yang ketat dalam memenuhi pasar regional maupun global. Tuntutan
tersebut berdampak pada penyiapan sumber daya manusia (SDM) yang renewable

dan memiliki kualifikasi unggul dengan penguasaan kompetensi-kompetensi yang
dipersyaratkan. Wujud penyiapan SDM diletakkan pada aspek keterampilan, keahlian
dan kemauan yang kuat dari seluruh komponen bangsa, untuk bersama-sama

1

membangun sebuah landasan kuat sebagai bangsa yang maju dan sejajar dengan
bangsa-bangsa lain yang sudah terlebih dahulu merebut posisi-posisi terdepan dalam
kualitas SDM yang unggul dan kompetitif.
Kunci pengembangan kualitas SDM, adalah pada pembentukan suatu sistem
pendidikan kuat dan kokoh. Salah satunya adalah pendidikan kejuruan, dalam hal ini
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), yang menurut tujuan dan fungsinya adalah
menyiapkan para tamatannya untuk memasuki pasar kerja di dunia industri dengan
seperangkat kompetensi-kompetensi yang mutlak dikuasasi sesuai persyaratan yang
ada di dunia industri.
Menarik pelajaran dari

sistem pendidikan dan kurikulum yang digunakan

dalam pendidikan kejuruan semenjak diberdirikannya model pendidikan kejuruan

sampai sekarang ini, meskipun terdapat perbedaan mendasar, namun terdapat
benang merah yang secara konsisten dipelihara yakni peningkatan mutu SMK,
dengan menjadikan SMK sebagai satuan pendidikan yang diandalkan menghasilkan
tenaga terampil sesuai dengan keperluan pembangunan. Pada kurikulum 1964,
dimana program memperlihatkan tujuan pendidikan kejuruan tidak jelas dan
ambivalen, sarat teori, dan metode pengajaraan lebih bersifat satu arah, tidak
didukung oleh kualitas dan kuantitas guru serta fasilitas praktek yang tidak memadai.
Selanjutnya dilakukan penyempurnaan dengan kurikulum SMK 1976, dimana
ada tujuan pendidikan tidak ambivalen, bahwa lulusan SMK disiapkan untuk
memasuki lapangan kerja (terminal) dan kualifikasi tamatan dikaitkan dengan
tingkatan keahlian dunia kerja. Pada kurikulum 1984, dilakukan pengelompokkan
pendidikan kejuruan menjadi pertanian dan kehutanan, rekayasa, usaha dan
perkantoran, kesehatan dan kemasyarakatan, kerumahtanggaan dan budaya.
Kurikulum SMK 1984 tidak hanya bersifat terminal tetapi juga memberi peluang
siswanya untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi, dalam pembelajarannya
memadukan antara teori dan praktek kejuruan yang sebelumnya terpisah. Pada
perkembangan selanjutnya dilakukan penyempurnaan kurikulum, yakni dengan
diberlakukannya kurikulum SMK 1994 yang menegaskan tentang sistem pendidikan
menengah kejuruan, penataan manajemen sekolah dengan Pengembangan Sekolah
Seutuhnya (PSS), perintisan unit produksi, perintisan institusi pasangan dan

kebijakan link and match yang dioperasionalkan dengan Pendidikan Sistem Ganda
(PSG).

2

Pada kurikulum edisi 1999, Garis-garis Besar Program Pendidikan dan
Pelatihan (GBPP) dan Pedoman Pelaksanaan Kurikulum SMK, menganut prinsipprinsip sebagai berikut:









Kurikulum berbasis luas, kuat dan mendasar (broad based curriculum)
Kurikulum berbasis kompetensi (competency based curriculum)
Pembelajaran tuntas (mastery learning)
Pembelajaran berbasis ganda (dual based program) yang dilaksanakan di

sekolah dan di industri
Perkuatan kemampuan daya suai dan kemandirian pengembangan diri
tamatan

Pemberlakuan KBK tahun sekarang bagi kalangan pendidik pada lingkup
pendidikan menengah kejuruan, secara konseptual tidak menjadi persoalan karena
sudah mengenal lebih dekat dengan konsep kompetensi ini, hanya tetap merupakan
suatu hal yang harus diantisipasi oleh semua pihak yang terlibat dalam pendidikan
teknologi dan kejuruan, penekanan kompetensi dimaknai sebagai sebuah keharusan
dan merupakan suatu kelanjutan dari pengembangan program-program sebelumnya.
Penekanan sistem pembelajaran dengan sistem modul atau paket kompetensi
dan penilaian dengan sistem uji kompetensi, serta prinsip kurikulum dengan
pendekatan berbasis produksi (production based training)

merupakan suatu hal

yang harus dipahami. Untuk itu sejalan dengan nafas yang dibawa KBK, membawa
SMK pada upaya pencapaian standar-standar kompetensi yang perlu dikuasai oleh
para peserta didiknya atau lulusannya sehingga mampu menghasilkan suatu kinerja
yang sangat diperlukan oleh dunia usaha dan dunia industri.

Dilihat

pada

tataran

konseptual

maupun

praktik

pendidikan

yang

dikembangkan dalam sistem pendidikan kejuruan di Indonesia, seharusnya sistem ini
mampu untuk menjawab dan mengantisipasi tuntutan yang berkembang dalam
dunia usaha dan dunia industri. Fenomena yang berkembang adalah kenyataan
bahwa terjadi lonjakan yang tajam dari tamatan pendidikan kejuruan yang tidak

terserap dalam lapangan pekerjaan. Hal ini sejalan dengan beberapa isu-isu yang
dikemukakan oleh Abdulhak (2001), yakni berkenaan dengan kualitas lulusan,
rendahnya unjuk kerja dalam pekerjaan, besarnya angka pengangguran termasuk
pengangguran terdidik (educated employment).
Fenomena lain yang berkembang adalah terjadinya revolusi secara besarbesaran dalam bidang teknologi informasi dan secara langsung maupun tidak

3

langsung akan berdampak pada sistem pendidikan yang ada sekarang ini. Kaitan
dengan persoalan-persoalan dalam sistem pendidikan kejuruan dan fenomena
perkembangan dalam teknologi informasi yang sangat cepat, perlu dicari solusi yang
mampu menjawab atau memecahkan permasalahan yang melingkupi pendidikan
kejuruan dengan menggunakan teknologi informasi sebagai salah satu sumber daya
yang dapat diberdayakan untuk membantu dalam pemecahan masalah (problem

solving).
Solusi ini tentunya banyak berkaitan dengan bermacam aspek dalam
pengelolaan pendidikan yang berhubungan dengan sistem-sistem lainnya seperti
sistem sosial, ekonomi, politik, dan budaya yang berkembang di negara kita. Untuk
itu, pada tulisan ini lingkup bahasannya adalah pada pemahaman tentang

karakteristik pendidikan kejuruan, teknologi informasi, sistem informasi manajemen
pendidikan kejuruan dan struktur sistem informasi manajemen pendidikan kejuruan.
Mengingat bahwa SMK ini pada dasarnya berorientasi dengan lapangan kerja
(marketable), maka sistem manajemen yang digunakan dikaitkan juga pembahasan
ini dengan menghubungkannya dengan dunia usaha dan dunia industri.

B. KARAKTERISTIK PENDIDIKAN KEJURUAN
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 1990, pendidikan menengah
kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta
mengembangkan sikap profesional. Sedangkan Djojonegoro (1998) merumuskan
bahwa pendidikan kejuruan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan
tenaga kerja, meningkatkan pilihan pendidikan bagi setiap individu, dan mendorong
motivasi untuk belajar terus. Kedua rumusan di atas mengandung kesamaan yakni
mempersiapkan peserta didik sebagai calon tenaga kerja dan mengembangkan
eksistensi peserta didik, untuk kepentingan peserta didik, masyarakat bangsa dan
negara.
Selain itu beberapa karakteristik khusus yang membedakan antara pendidikan
umum dengan pendidikan kejuruan, adalah sebagai berikut:







Pendidikan kejuruan diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki
lapangan kerja
Pendidikan kejuruan didasarkan atas kebutuhan dunia kerja (demand driven)
Fokus isi pendidikan kejuruan ditekankan pada penguasaan pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang dibutuhkan dunia kerja

4







Penilaian sesungguhnya terhadap keberhasilan peserta didik adaalah pada
performa dalam dunia kerja

Hubungan yang erat dengan dunia kerja merupakan kunci sukses pendidikan
kejuruan
Pendidikan kejuruan yang baik adalah responsif dan antisipatif terhadap
kemajuan teknologi
Pendidikan kejuruan memerlukan fasilitas yang mutakhir untuk praktik
pendidikannya
Pendidikan kejuruan memerlukan biaya investasi daan operasional yang lebih
besar daripada pendidikan umum

Penyelenggaraan pendidikan kejuruan harus berorientasi kepada dunia kerja,
yakni dapat mengembangkan tenaga kerja yang marketable (orientasi pada pasar
kerja), dengan mengembangkan kemampuan untuk melakukan keterampilanketerampilan yang memberikan kemanfaatannya sebagai alat produksi.
Menurut Finch & Crunkilton (1993:12) pendidikan kejuruan memiliki
karakteristik khusus yang membedakan dari pendidikan pada umumnya. Karakteristik
direpresentasikan pada hubungannya dengan parameter potensial yang menjadi
kontrol terhadap tujuan penyiapan individu, yang berdaya guna dan memiliki
manfaat lebih sebagai tenaga kerja.
Dalam terminologi kurikulum, karakteristik dasar pendidikan kejuruan meliputi
beberapa hal berikut ini:
1. Orientasi

Orientasi pendidikan teknologi dan kejuruan pada dasarnya pada produk atau
lulusan untuk mencapai outcomes berupa kinerjanya dalam dunia kerja.
Arahannya pada proses, yakni pada pengalaman dan aktivitas ke dalam setting
sekolah. Juga pada produk, yakni pada efek dari pengalaman dan aktivitas siswa
ketika lulus.

2. Justifikasi
Kurikulumnya didasarkan pada identifikasi kebutuhan jabatan pekerjaan.
Justifikasi kurikulum adalah perluasan yang melampaui batasan lingkungan
sekolah dan kedalam dunia kerja. Kurikulumnya berorientasi pada siswa dengan
dukungan terhadap adanya peluang kerja untuk lulusannya

5

3. Fokus
Pengembangan pendidikan teknologi dan kejuruan secara langsung membantu
siswa mengembangkan dan mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, sikap
dan nilai, baik yang bersifat akademik maupun kejuruan, yang berkontribusi
terhadap kemampuannya di dunia kerja.

4. Standar keberhasilan
Keberhasilan siswa di sekolah ditandai dengan bentuk performansi yang
diharapkan dalam dunia kerja, sedangkan keberhasilannya di luar sekolah adalah
kemampuan mengaplikasikan performansi dalam dunia kerja sebagai outcomes
yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan

5. Hubungan sekolah dan masyarakat (DUDI)
Prinsip relationships dan partnerships merupakan suatu keharusan dan kekuatan
utama dari pendidikan teknologi dan kejuruan dalam hal kualitas dan proses
kurikulumnya,

dengan

mengedepankan

prinsip

kemitraan

yang

saling

menguntungkan

6. Kepekaan
Kepekaan diarahkan secara konstan pada terjadinya perubahan dan percepatan
dalam area teknologi, yang berpengaruh terhadap persyaratan kompetensi untuk
pekerjaan yang lebih tinggi, yang kemudian senantiasa disinkronkan dengan isi
kurikulum yang digunakan.

7. Logistik
Penyediaan fasilitas, peralatan, suplai dan sumber daya pengajaran menjadi
perhatian dalam implementasi kurikulum kejuruan. Logistik dihubungkan dengan
pengoperasian kurikulum kedalam kompleksitas yang diperlukan dalam proses
pembelajaran dan menjadi pertimbangan ketika kurikulum dibuat.

8. Pembiayaan
Sama seperti pada logistik, pembiayaan merupakan faktor yang cukup penting
dan menjadi karakteristik pendidikan teknologi dan kejuruan, meliputi dasar
pembiayaan

untuk

pengoperasian,

6

pemanasan,

listrik,

air,

pembelian,

pemeliharaan dan penempatan peralatan dan pembelian bahan praktikum serta
bea perjalanan kerja dari lokasi sekolah

9. Keterlibatan pemerintah
Pemerintah sebagai pemegang kebijakan, tentunya juga berkepentingan dengan
pendidikan ini, mengingat perlunya sumber daya manusia yang berkualitas dalam
pembangunan bangsa yang dilahirkan dari pendidikan teknologi dan kejuruan.
Namun perlu dibarengi dengan pemenuhan perlengkapan dan fasilitas yang
diperlukan, juga pendanaan dalam implementasi kurikulumnya. Selain dalam
penentuan standar-standar kemampuan yang harus dicapai para lulusan.

Pendidikan kejuruan di Indonesia, pada prinsipnya sebagaimana yang
dikembangkan oleh Finch dan Crunkilton telah menempatkan orientasi pada
penyiapan tenaga kerja yang mempunyai keunggulan kompetitif. Berikut ini adalah
gambar sistem pendidikan dan posisi pendidikan kejuruan di Indonesia.

Pre-S
TK

Prmr School
SD/MI/6 th

U-Secondary/3 th
(Academic/SMA)

PT(Universitas/
Politeknik)/
Employment

U-Secondary/3 th
(Vocational/SMK)

Employment/
PT(Politeknik/
Universitas)

L-Secondary
SMP/3 th

Gambar 1. Sistem Pendidikan di Indonesia
Berdasarkan laporan yang kemudian dikembangkan oleh Roth (1996:523),
diidentifikasikan keterampilan-keterampilan individu dalam pencapaian keberhasilan
sebagai tenaga kerja. Terdapat lima kompetensi dan tiga landasan dalam pencapaian
kualitas keterampilan dan personal yang dilihat pada performansinya. Kelima
kompetensi tersebut adalah sebagai berikut:
(a) resources: identifikasi, rencana dan alokasi sumber daya
(b) interpersonal: kemampuan bekerja sama dengan dengan yang lainnya
(c) informasi: perolehan dan penggunaan informasi
(d) sistem: memahami saling keterhubungan yang kompleks
(e) teknologi: kemampuan bekerja dengan bermacam teknologi

7

Sedangkan tiga landasan yang digunakan dalam pendidikan kejuruan, adalah
sebagai berikut :
(a) keterampilan dasar: membaca, menulis, penguasaan aritemetika dan
operasional matematik, mendengar dan vberbicara secara efektif
(b) keterampilan berpikir: berpikir kreatif, membuat keputusan, problem solving,
visualisasi, mengetahui bagaimana belajar dan mengajukan argumen
(c) kualitas personal: tanggung jawab, kepercayaan diri, sosialibilitas, selfmanagement, integritas dan kejujuran.

Kelima kompetensi dan tiga landasan ini yang mendasari sistem pendidikan kejuruan
baik yang digunakan di Indonesia maupun di negara-negara lainnya.

TEKNOLOGI INFORMASI
Belum ada kesepakatan yang bisa diterima oleh berbagai kalangan berkenaan
dengan konsep dan definisi teknologi informasi. Namun bilamana ditelusuri, teknologi
informasi pada awalnya adalah dilandasi oleh teori-teori yang berkembang dalam
ilmu komunikasi, dimana komunikasi adalah suatu proses dimana para partisipan
menciptakan dan membagi informasi pada orang lain untuk mencapai saling
pengertian (Rogers, 1986). Inti dari komunikasi adalah informasi, sedangkan alat
yang digunakan dalam menyampaikan informasi adalah teknologi. Dengan demikian,
maka teknologi informasi adalah suatu bentuk penyampaian informasi yang
menggunakan kaidah-kaidah bersifat teknologis, baik dengan bantuan alat maupun
program dari si pembawa pesan ke yang menjadi objek penerima pesan.
Perkembangan yang sangat cepat dalam teknologi informasi secara langsung
berimbas pada sistem pendidikan kejuruan. Proses komputerisasi yang digunakan
pada setiap level sistem pendidikan membuat teknologi informasi sebagai bagian
integral dari sistem manajemen pendidikan di berbagai negara termasuk di
Indonesia. Semisal dalam aktivitas hari ke hari dari sekolah berdampak kuat pada
setiap aspek proses manajemen. Sekolah menghimpun data, komputer mengolah
data dan memobilisasi data serta dapat mendukung para praktisi dalam aktivitas
keseharian, memperbaiki efektivitas dan efisiensi, serta membantu dalam pencapaian
tujuan pendidikan.
Penggunaan teknologi informasi dapat membantu praktisi pendidikan dalam
mempersiapkan diri untuk bekerja dengan lingkungan di dalam sekolah, antar

8

sekolah, maupun pada level daerah atau nasional secara berkelanjutan, aktual, tepat
waktu dan reliabel. Selain itu penggunaan teknologi informasi ini dapat membantu
dalam membuat dan mendistribusikan keputusan yang akan diambil dalam kerangka
kepentingan dan tujuan kelembagaan.
Teknologi informasi secara potensial, mampu menyediakan bagi para praktisi
sekolah pada setiap level sistem pendidikan dengan layanan informasi tentang apa
saja yang tidak tercapai untuk mendesain dan mengimplementasikan upaya
perbaikan dalam kualitas persekolahan, prestasi siswa dan kualitas tamatannya.
Selain itu kontribusi yang diberikan oleh penggunaan teknologi informasi adalah
pada

perbaikan

dan

penyempurnaan

sistem

pendidikan,

meningkatkan

profesionalisme praktisi pendidikan dan menguatkan kepemimpinan sekolah.

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN (SIM) PENDIDIKAN KEJURUAN
Dalam terminologi teknologi informasi, terdapat tiga komponen utama yang
melingkupinya, yakni : (1) management information system, atau sistem informasi
manajemen, (2) hardware (perangkat keras) ,dan

(3) faktor manusia. Sistem

Informasi Manajemen (SIM) didefinisikan sebagai keterpaduan antara pengguna
(user) dan sistem masinal dalam penyediaan informasi
pelaksanaan,

manajemen

dan

fungsi

pembuatan

untuk mendukung

keputusan

dalam

sebuah

organisasi.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) menurut Windham (1996:308) adalah
seperangkat struktur dan prosedur kerja meliputi pengumpulan, pemrosesan,
analisis, presentasi dan penggunaan informasi dalam sebuah organisasi. Sedangkan
dimensi dari SIM itu sendiri adalah teknologi, konteks manajemen, kerangka kerja
konseptual struktur informasi dan bentuk susunan data yang digunakan. Penjelasan
lain yang dikembangkan oleh Windham (1996:309), bahwa sebuah SIM akan
mencapai keberhasilan bilamana dalam pengoperasionalnya meliputi lima tahap,
yakni; identifikasi kebutuhan, pengumpulan data, prosesing dan analisis data, provisi
informasi dan utilisasi informasi.
Sistem Informasi Manajemen dalam pendidikan kejuruan adalah suatu desain
untuk me-link & match-kan struktur pendidikan dengan perkembangan di dunia
industri, tugas-tugas manajerial, proses pengajaran dan kebutuhan spesifik dari
sistem pendidikan kejuruan itu sendiri. Sebagai suatu sistem yang dinamis dalam
prosesing data dalam bentuk data base yang terpadu dan transformasi kedalam
produk atau output, perlu menggunakan model-model alternatif keputusan pada

9

setiap perencanaan strategik, kontrol manajemen, kontrol pelaksanaan pada setiap
level. Teknologi informasi ini juga didasarkan pada penggunaan perangkat komputer
yang mampu menyediakan dukungan dalam pengambilan keputusan yang berkenaan
dengan sistem pendidikan sebagai bagian yang teratur dalam manajemen organisasi.
Database yang integral dari SIM pendidikan kejuruan, meliputi data pada
iterminologi: siswa, guru, praktisi pendidikan, kelas, level/tingkatan, bahasan,
prestasi siswa dan perilakunya, konseling, bimbingan dan kesehatan, transportasi
dan aktivitas ekstrakurikuler lainnya. Selain itu adalah data base yang berhubungan
dengan industri-industri yang terlibat sebagai institusi pasangan maupun industri
yang menjadi stakeholder atau user bagi tamatan sekolah kejuruan, mengenai
kebutuhan (supply and demand) dan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan.
SIM pada pendidikan kejuruan meyediakan pada para administratur
pendidikan

suatu

bentuk

dukungan

dalam

pembuatan

keputusan,

fungsi

perencanaan dan pengawasan. SIM, menurut Telem (1996:591), adalah sebagai
analisis yang sangat kompleks dan pembuatan profil proses pendidikan dan
outcome-nya dan juga membantu dalam aktivitas lainnya. Sebagai contoh pada level
sekolah kejuruan, semua praktisi, termasuk administratur sekolah, guru, dan
instruktur seharusnya menerima dukungan dalam perbaikan pembuatan keputusan
pada bermacam permasalahan sebagaimana dalam penugasan dan penyebaran
sumberdaya, yakni dalam: keputusan staffing, admission, penjadwalan, catatan
perkembangan siswa dan perencanaan anggaran pendidikan dan akuntabilitasnya.
Pada level daerah dan nasional, SIM dapat diarahkan untuk membantu dalam
menentukan target dan standar kompetensi secara jelas, baik standar lokal maupun
nasional yang reliabel untuk memperbaiki proses pembelajaran dan pengajaran dan
pengalokasian waktu pembelajaran dan performan dari

fungsi-fungsi komponen

pendidikan (seperti keuangan sekolah, perpustakaan, kelas, penjadwalan sarana dan
prasarana lainnya, penempatan personil dan lain-lain), perangkat software yang
dikembangkan dan digunakan. Keseluruhannya dioperasionalkan sebagai bagian
yang integral dari SIM pendidikan kejuruan pada level sekolah, daerah maupun level
lnasional.
Implementasi teknologi informasi, wujudnya adalah dengan menggunakan
sistem komputerisasi sebagai alat sebagaimana penggunaan word-prossesing,
electronik mail, arsip elektronik, automatic dialing, electronic appointment books,
dekstop publishing, spreadsheets atau lembar kerja dan sebagainya. Namun perlu
diperhatikan adalah sistem dan teknologi informasi ini senantiasa mengalami

10

perubahan yang sangat cepat, ini bisa dilihat dalam deskripsi tentang referensi kerja
di dunia industri secara cepat berubah menjadi out-of-date atau sudah ketinggalan
(Brandhorst, 1996:330), sehingga penggunaan software dan hardware komputer pun
dalam operasional sistem informasi manajemen ini senantiasa mengalami perubahan.

STRUKTUR SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PENDIDIKAN KEJURUAN
Setiap level sistem pendidikan seharusnya mempunyai sistem informasi
manajemen pendidikan dan database yang terpadu, yang mampu melayani secara
komprehensif dan menyeluruh. Kolaborasi atau kerjasama antara semua praktisi
pendidikan pada setiap level dan diantara sekolah, antarsekolah, mutlak diperlukan,
sebagaimana dalam pengembangan kurikulum, evaluasi, supervisi, penentuan
formasi baru, pembuatan standar pendidikan yang seragam. SIM ini bisa diarahkan
untuk memfasilitasi efektivitas dan efisiensi yang lebih baik lagi dalam pengelolaan
sumber daya baik pada level daerah, propinsi, maupun nasional.
Sebagaimana yang digambarkan di bawah, bahwa dalam SIM pada
pendidikan kejuruan dikembangkan dengan mengelompokkan pada dua wilayah,
yakni internal (di dalam sekolah) dan eksternal (di luar sekolah). Pada kelompok di
dalam sekolah terdiri atas manajemen, pembelajaran dan pengajaran, dan sistem
asistensi. Sistem pengajaran dibagi kedalam pengelolaan pengajaran dengan
komputer seperti pengajaran bahasan akademik yang diajarkan dengan pengajaran
berbasis komputer. Sedangkan pengajaran tradisional, disediakan untuk prosesing
data yang bersifat konvensional pada subjek bahasan di mana pengajaran berbasis
komputer tidak dapat digunakan.
Pada kelompok eksternal, sistem informasi manajemen pendidikan kejuruan
ini harus mampu memfasilitasi pada dua kelompok, yakni berhubungan dengan
sekolah kejuruan lainnya dan dengan kelompok dunia usaha dan dunia industri.
Model yang dikembangkan adalah dengan melibatkan keduanya dalam sebuah
sistem penyelenggaraan pendidikan kejuruan. Sistem ini memungkinkan untuk
diperoleh keuntungan dengan prinsip mutual advantage, bagi sekolah, terbantu
dalam penyelenggaraan pendidikan yang betul-betul sesuai dengan situasi yang
berkembang pada dunia industri, sehingga siswa akan lebih mudah beradaptasi
dengan iklim dan kompetensi yang disyaratkan dunia industri setelah lepas dari
sekolah. Di pihak industri, setidaknya proses pendidikan ini memungkinkan
terpenuhinya kebutuhan akan tenaga kerja yang diperlukan oleh industri dengan

11

prinsip supply and demand. Sedangkan pemerintah daerah maupun pusat secara
bersama-sama dengan sekolah dan dunia industri, dalam sistem ini membangun
sebuah tatanan standar kompetensi keahlian yang perlu dikuasai peserta didik
selepas sekolah yang berlaku secara nasional dan internasional.

SIM PK
Pusat

SIM PK
Prop/Kot

SIM PK
Prop/Kot

SIM PK
Sekolah

SIM PK
Sekolah

Internal

Ensternal

Manajemen

Pengajaran

Asistensi

Sekolah lain

DUDI/KADIN

Personil
Keuangan
dan lain-lain

Peng. Berbasis
komputer
Pengajaran
tradisional

Konseling,
kesehatan
mental
Bim. Karir

Pm. Prop/kota
Standarisasi
pendidikan
dan sistem
pendidikan

Kualifikasi,
supply and
demand
pekerja,
ketrampilan/
kompetensi

Gambar 2. SIM Pendidikan Kejuruan

Ket :
SIM PK : Sistem Informasi Manajemen Pendidikan Kejuruan
DUDI
: Dunia Usaha dan Dunia Industri
Modifikasi model yang dikembangkan Telem (1990)

Struktur

SIM

pendidikan

kejuruan

adalah

fungsionalisasi efektivitas dan efisiensi pendidikan.

sangat

penting

dalam

Aliran informasi kedalam dan

diantara bermacam level dari sistem pendidikan kejuruan dan realisasinya seperti
yang dijelaskan berikut ini.

12

1. Tipe Layanan Informasi
Layanan informasi dapat dibagi kedalam empat jenis. Pertama, adalah
analisis dari informasi yang historikal diakumulasikan untuk mengidentifikasikan
kecenderungan atau pencapaian (seperti investigasi keberhasilan siswa dengan
bermacam teknik pengajaran, keberhasilan guru dengan perbedaan konfigurasi
kelas, perbandingan rasio keberhasilan siswa dalam sekolah berbeda pada satu
daerah).

Kedua, dapat dikembangkan dengan informasi ‘apa yang telah terjadi’,
menghubungkan dengan kasus individu (seperti siswa, guru, bahasan), pada
kelompok (kelas, level jenjang, sekolah, kelompok siswa, kelompok guru,
pengelompokkan subjek akademik). Ketiga, dikembangkan dalam terminologi
informasi

‘mengapa

itu

terjadi’

untuk

mengidentifikasi

faktor-faktor

yang

menyebabkan terjadinya fenomena, seperti apa yang menjadi penyebab kurikulum
baru berhasil dilaksanakan di satu tempat tapi gagal di tempat lainnya. Keempat,
informasi spekulatif apa yang akan terjadi, seperti kelas akan dirubah dari yang
heterogen menjadi homogen.

2. Model Formasi
Kerja sama dengan para ahli dari dalam dan atau dengan orang luar dari
sistem pendidikan, sebagai sebuah variasi aktivitas dapat dimodelkan. Sebagaimana
model, sebagai contoh, dapat menjadi sebuah konstruks, implementasi dan kontrol
anggaran sekolah, penempatan siswa ke dalam jurusan, kelas dan jalur, pada basis
prestasi secara yang secara sosiometrik dengan kriteria lainnya, realokasi anggaran
dan sumber daya dengan pemerintah pusat atau propinsi.

3. Sistem Ahli
Tim ahli dari sekolah, daerah dan atau ahli dari luar sistem pendidikan dapat
mengembangkan sistem ahli untuk bermacam area seperti: pasca seleksi studi,
identifikasi akademik siswa dan kesulitan perilaku, asistensi dalam penempatan
pendidikan khusus, alokasi guru di daerah, konstruksi anggaran dan alokasi
pendanaan. Pertimbangan pada level rendah dari tipe profesionalisasi dari praktisi
pendidikan, meskipun bermacam tantangan untuk mengembangkannya, dapat
memberi pengaruh pada manejemen pendidikan. Mereka dapat mengarahkan
pendidik bukan ahli dalam sekolah melalui

dialog terstruktur untuk memfasilitasi

pemecahan masalah dan pembuatan keputusan. Pada cara ini, sistem ahli dapat

13

secara signifikan menambah efisiensi dan mengarahkan pada perbaikan, lebih
konsisten dan pembuatan keputusan lebih cepat.

4. Layanan Potensial Lainnya
Berdasarkan tiga layanan informasi sebelumnya, seharusnya bisa diadopsi
dengan sistem informasi pendidikan. Pertama, manipulasi teks (konstruksi tes
membaca komprehension, data isu-isu sosial demokrasi, dan persamaan hak,
kemanusiaan, termasuk pembahasan literatur dan sejarah).
Layanan kedua, prosesing dokumen (penyimpanan dan prosesing data
masuk, sebagaimana evaluasi siswa dengan tim komisi pendidikan, penilaian perilaku
dan rekomendasi untuk perlakuan dengan bimbingan dari konselor.
Layanan ketiga, prosesing informasi yang biasa

seperti penggunaan

informasi nonfaktual, seperti opini yang ditunjukkan dalam menulis, opini guru
tentang siswa, ataupun penjelasaan siswa yang tidak hadir.

PIRANTI KERAS DAN FAKTOR MANUSIA
Piranti keras (hardware) berupa komputerisasi jaringan kerja dalam sekolah
dapat dikomposisikan pada sebuah variasi kombinasi diantara dua hal yang ekstrim:
pengolahan data secara terpusat untuk semua
berlawanan dengan

sekolah dalam propinsi, yang

pengolahan yang dilakukan di sekolah. Jaringan area lokal

sekolah secara cepat dapat dilakukan. Mereka membuat surat elektronik yang
memungkinkan, transmisi data secara cepat dan membagi database sekolah
keseluruhan secara integral dengan semua praktisi pendidikan. Keuntungannya
bahwa jaringan komunikasi eksternal muncul dengan cepat, dan mengaitkan (link)
SIM sekolah kejuruan dengan jaringan kerja dalam level lainnya pada sistem
pendidikan, dunia usaha dan dunia industri, ataupun dengan lembaga lainnya dan
pelayanan dalam lingkungan eksternal seperti perpustakaan umum, domisili orang
tua, database publik dan layanan surat elekktronik.
Selain SIM dan hardware, faktor manusia, memainkan peran sama
pentingnya sebagaimana hardware dan software. Sekolah secara tipikal adalah
organisasi kecil yang memiliki kekurangan tenaga profesional untuk memproses data
(analis sistem, programer). Kurangnya keahlian dalam bidang teknologi informasi
sering mengikis efektivitas penggunaan SIM sebagai alat dukungan untuk
manajemen sekolah. Untuk itu sangat penting untuk melatih personil dalam
operasional SIM, operasional hardware dan penggunaan paket software. Administrasi

14

sekolah dan daerah seharusnya dilatih untuk menjadi independen dibanding
tergantung pada orang lain. Mereka seharusnya belajar memahami keseluruhan area
layanan yang dihubungkan dengan SIM, untuk berpikir dalam terminologi informasi
dibanding data, dan untuk mengaplikasikan metode kuantitatif dan kualitatif.
Upaya pelatihan seharusnya ditujukan pada upaya mentransformasikan
informasi mutakhir untuk mensuplai situasi, dimana informasi disediakan untuk
praktisi pendidikan yang pasif, untuk sebuah kebutuhan situasi dimana

praktisii

bekerja secara aktif untuk melihat informasi, mengarahkan pada perbaikan
pembuatan keputusan pada level sekolah.

KESIMPULAN
Mempersatukan dan mengefisienkan penggunaan semua layanan SIM
pendidikan kejuruan merupakan sebuah tantangan yang signifikan dalam sistem
pendidikan.

SIM menjadi sebuah komponen reguler dalam aktivitas hari ke hari

sekolah dan sekolah di daerah, terutama setiap aspek dari tugas manajemen yang
akan secara kuat berpengaruh seperti pada perencanaan, pengorganisasian, staffing,
pengarahan, kordinasi, pelaporan, anggaran, dan evaluasi.
SIM pendidikan kejuruan adalah alat manajemen yang dibutuhkan untuk
menyediakan administratur pendidikan dengan sebuah kekuatan, sumber daya yang
canggih untuk memperbaiki persekolahan dan pencapaian prestasi siswa dan
penguatan kepemimpinan sekolah. Selain itu dengan senantiasa mensinkronkan
antara pendidikan kejuruan dan dunia usaha dan dunia industri, merupakan upaya
meningkatkan kualitas pendidikan kejuruan dan kualitas tamatannya sehingga
mereka bisa memasuki lapangan pekerjaan dengan kompetensi yang sesuai dengan
yang disyaratkan dunia industri. Perbaikan kualitas pendidikan kejuruan seharusnya
berakar dalam teknologi informasi dan sebuah landasan pengetahuan untuk
teknologi informasi dalam adiministrasi pendidikan seharusnya bisa diterapkan dan
dikembangkan.

DAFTAR PUSTAKA
Abdulhak, I. (2001) Komunikasi Pembelajaran : Pendekatan Konvergensi Dalam
Peningkatan Kualitas dan Efektivitas Pembelajaran. Pidato Pengukuhan Guru
Besar di UPI tanggal 18 Oktober 2001.

15

Boar, B.H. (1994). Practical Steps for Aligning Information Technology with Business
Strategies. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Brandhorst, T. (1996). Information Systems for Education. (International
Encyclopedia of Educational Technology). New York: Pergamon
Djojonegoro, W. (1998). Pengembangan Sumber Daya Manusia melalui Sekolah
Menengah Kejuruan. Jakarta: PT. Jayakarta Agung Offset.
Finch, C.R. & Crunkilton, J.R. (1993). Curriculum Development in Vocational and
Technical Education. Massachusetts: Allyn and Bacon
Geisert, P.G. & Futrell, M.K. (1995). Teachers, Computers and Curriculum.
Massachusetts: Allyn and Bacon
Green, T.D & Brown, A. (2002). Multimedia Projects in the Classroom. California:
Corwin Press, Inc.
McLeod, G. & Smith, D. (1996). Managing Information Technology Projects.
Cambridge: An International Thomson Publishing Company.
Rogers, E.M. (1986). Communication Technology. The New Media in Society.
London: Collier Macmillan Publishers.
Roth, G.L. (1996). Educational Technology in Vocational and Adult Education and
Training. (International Encyclopedia of Educational Technology). New York:
Pergamon
Salisbury, D.F. (2000) Five Technologies for Educational Change. New Jersey:
Educational Technology Publications.
Satgas Pengembangan Diklat Kejuruan Indonesia. (1995). Keterampilan Menjelang
2020 untuk Era Global. Jakarta: Dikmenjur Dirjen Dikdasmen Depdikbud
Somekh, B. & Davis, N. (1997). Using Information Technology: Effectively in
Teaching and Learning. London: Routledge.
Telem, M. (1996) Information Technology Use in Educational Management Systems.
(International Encyclopedia of Educational Technology). New York: Pergamon
etc. (1999). Information Technology for Management. Making
connections for strategic advantage. New York: Jhon Wiley & Sons. Inc.

Turban, E.

Walker, D.F. (1996). New Information Technology in the Curriculum. (International
Encyclopedia of Educational Technology). New York: Pergamon
Windham, D.M. (1996). Management Information Systems. (International
Encyclopedia of Educational Technology). New York: Pergamon

16

17