PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM
POSSING DENGAN METODE SNOWBALL DRILLING
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
MATEMATIKA SISWA KELAS VSD NEGERI DEMPET 01

PROPOSAL PENELITIAN
Disajikan untuk memenuhi syarat
Mata kuliah metodologi peneletian pendidikan
Program studi pendidikan Guru sekolah dasar

Oleh:
Rizki Iswari
34301300396

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
2015

A. Judul Proposal
PENERAPAN

DENGAN

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSSING
METODE

SNOWBALL

DRILLING

UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS
V SD NEGERI DEMPET 01

B. Pendahuluan
1.

Latar Belakang
Pendidikan adalah aspek universal yang selalu dan harus ada dalam


kehidupan manusia.Tanpa pendidikan, ia tidak akan pernah berkembang dan
berkebudayaan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual

keagamaan,pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
Negara.
Fungsi pendidikanya itu mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi pesertadidik agar
menja di manusia yang beriman dan bertaqwa kepadaTuhan Yang MahaEsa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, dan kreatif.
Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan ilmuilmu pengetahuan lainnya dan mempunyai peran penting dalam memajukan

1

daya pikir manusia. Oleh karena itu, pelajaran matematika perlu diberikan

kepada siswa mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi untuk
membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis,
dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan
agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan
memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu
berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Membuat pelajaran matematika disukai siswa bukan hal yang mudah,
tapi juga bukan hal yang tidak mungkin. Semua tergantung bagaimana seorang
guru menyampaikan materi kepada siswa.Untuk itu maka di perlukan berbagai
kreativitas mengajar dengan metode dan model pembelajaran yang tepat dan
menarik.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Eka Setyaningrum selaku
guru kelas V terdapat fakta di lapangan bahwa pembelajaran matematika yang
terjadi di SD Negeri Dempet 01belum mencapai hasil yang memuaskan. Hal
ini ditunjukkan dengan rata-rata kelas kurang dari 6,0 serta keaktifan siswanya
hanya mencapai 60%, terutama pemahaman siswa terhadap materi pecahan.
Pandangan

siswa


terhadap

pelajaran

matematika

sebagai

momok

mengakibatkan siswa kurang aktif pada saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung. Setiap diberikan soal-soal latihan oleh guru siswa sering malas
untuk mengerjakan. Padahal siswa diharapkan dapat menyelesaikan dengan
jawaban yang variatif dari soal yang diberikan. Minat siswa terhadap pelajaran
matematika tersebut merupakan alasan dasar bagi siswa kurang bisa

2

memahami materi. Selain itu kegiatan belajar yang bersifat umum dan bersifat
tradisional dengan sistem pembelajaran klasikal dan metode ceramah dapat

menyebabkan siswa pasif menerima informasi dari guru, dimana guru tidak
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan gagasan dan
ide-idenya.Proses belajar mengajar seperti ini jelas tidak mendorong siswa
untuk menjadi aktif dan kreatif. Oleh karena itu, guru memerlukan model
pembelajaran yang mampu mendorong siswa untuk bertanya dan mengajukan
permasalahan serta memecahkan masalah yang ada.
Salah satu cara untuk memaksimalkan pencapaian hasil belajar di atas
adalah menerapkan model pembelajaran Problem Possing dengan metode
Snowbal

Drilling. Problem

Possing merupakan salah satu model

pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk aktif. Pada prinsipnya, model
pembelajaran Problem Possing adalah suatu model pembelajaran yang
mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal
(berlatih soal) secara mandiri. Dalam metode Snowball Drilling, peran guru
menggelindingkan bola salju berupa soal latihan dengan cara menunjuk/
mengundi untuk mendapatkan seorang peserta didik yang akan menjawab

soal.
Dari uraian di atas peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian
tindakan kelas (PTK) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Problem
Possing dengan Metode Snowball Drilling untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Siswa kelas V SD Negeri Dempet 01”

3

4

2.

Identifikasi Masalah
Dari permasalahan yang dikemukakan dalam latar belakang diatas, dapat

di identifikasi masalah sebagai berikut: hasil belajar matematika siswa belum
memuaskan dan dapat dikategorikan rendah, minat siswa dalam pembelajaran
matematika siswa rendah karena anggapan mempelajari matematika sulit,
guru masih menggunakan metode ceramah konvesional dalam menanamkan
konsep matematika dan siswa pasif dalam kegiatan pembelajaran yang hanya

menerima informasi dari guru.

3.

Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, perumusan masalah dalam

Penelitian ini adalah sebagai berikut :
“Apakah dengan Penerapan Model Pembelajaran Problem Possing dengan
Metode Snowball Drilling dapat Meningkatkan Hasil Belajar Matematika
Siswa kelas V SD Negeri Gajah 01 kabupaten Demak?”

4.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini, sebagai berikut:Untuk mengetahui penerapan
model pembelajaran Problem Possing dengan Metode Snowball Drilling
dapat meningkatkan hasil belajar matematika.


5.

Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoretis

5

Secara umum manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan yang terkait digunakannya penerapan model pembelajaran
Problem Possing dengan Metode Snowball Drilling terhadap hasil belajar
matematika.
b. Manfaat Praktis
Secara khusus manfaat dari penelitian ini adalah bermanfaat bagi
siswa, guru, dan penelitilainnya.
a) Bagi Siswa
1) Siswa lebih aktif mengikuti pelajaran matematika.
2) Siswa tidak lagi menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit.
3) Hasil belajar siswa meningkat.
b) Bagi Guru
Guru memperoleh suatu variasi metode pembelajaran yang lebih variatif

terhadap matematika yaitu dengan menggunakan model pembelajaran
Problem Possing dengan metode Snowball Drilling.
c) Bagi peneliti lain
1) Dapat menguji hasil belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Possing dengan metode Snowball Drilling.
2) Sebagai latihan sebelum menghadapi proses pembelajaran yang
sesungguhnya.

6

C. Landasan Teori
1. Kajian Teori
a. Pengertian belajar
Menurut Slameto (2010: 2) belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam dalam
interaksi dengan lingkungannya.
Beberapa ahli pendidikan telah mendefinisikan pengertian belajar yang
dikutp dari Max Darsono (2001: 3-4) “Belajar dan Pembelajaran” antara lain :
1) Morris L. Bigge

Belajar adalah perubahan yang menetap dalam kehidupan seseorang yang
tidak diwariskan secara genetis.
2) Marle J. Moskowitz dan Arthur R. Orgel
Pada dasarnya belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil langsung
dari pengalaman dan bukan akibat hubungan-hubungan dalam sistem saraf
yang dibawa sejak lahir .
3) James O. Whittaker
Belajar dapat didefinisikan sebagai proses yang menimbulkan atau
merubah perilaku malalui latihan atau pengalaman.
4) Aaron Quinn Sartain dkk
Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan perilaku sebagai hasil
pengalaman.
5) W.S Winkel

7

Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkunganan, yang menghasilkn perubahan dalam
pengetahuan-pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap.
Dari definisi-definisi belajar diatas dapat diketahui bahwa belajar secara

umum adalah terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar karena
pengalaman.

b. Ciri - ciri belajar
Menurut Max Darsono dkk (2001 : 30-31) ciri - ciri belajar adalah sifat
atau keadaan yang khas dimiliki oleh perbuatan belajar. Ciri-ciri belajar ini
akan membedakannya dengan perbuatan yang bukan belajar. Beberapa ciri ciri belajar :
1)

Belajar dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan. Tujuan dipakai
sebagai arah kegiatan dan sekaligus sebagai tolok ukur keberhasilan
belajar.

2)

Belajar merupakan pengalaman sendiri tidak dapat diwakilkan pada
orang lain atau bersifat individual.

3)

Belajar merupakan proses interaksi antara individu dan lingkungan.
Berarti individu harus aktif bila dihadapkan pada suatu lingkungan
tertentu. Keaktifan ini dapat terwujud karena individu memiliki berbagai
potensi untuk belajar misalnya perhatian, minat, pkiran, emosi, motivasi,
dan lain-lain.

8

4)

Belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri orang yang
belajar. Perubahan tersebut bersifat integral artinya perubahan dalam aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor yang terpisahkan dengan yang lain.

c. Tujuan Belajar
Tujuan dari interaksi antara pendidik dan peserta didik yang dilakukan
secara sadar, terencana baik didalam maupun di luar ruangan untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik baik perubahan kemampuan
intelektual (kognitif), kemampuan minat atau emosi (afektif) dan kemampuan
motorik haluas dan kasar (psikomotor) pada peserta didik sebagaimana yang
di kemukakan oleh Usman (2006: 34) bahwa hasil belajar yang dicapai oleh
siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan instruksional yang di
rencanakan guru sebelumnya.

d. Pengertianhasil belajar
Hasil Belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan
hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran
yangdikategorisasi oleh pakar pendidikan sebagaimana tersebut diatas tidak
dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif (Suprijono,
2012: 7).Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan
tindak mengajar (DimyatidanMudjiono, 2009: 3). Menurut Sudjana (2008:
45) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
ia menerima pengalaman belajarnya.

9

Jadi hasil belajar adala hakibat dari proses belajar dengan kemampuan
yang dimiliki yang diterima siswa.Dari berbagai pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah proses akhir yang dilakukan oleh
guru dan siswa setelah melaksanakan serangkaian kegiatan pembelajaran atau
aktifitas belajar dengan harapan terjadi perubahan perilaku secara kompleks.

e.

Pengertian matematika
Menurut Russefendi (Suwangsih dan Tiurlina, 2006: 3) kata

matematika berasal dari perkataan Yunani mathematike yang berarti
mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti
pengetahuan atau ilmu (knowledge science). Jadi matematika lebih
menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran) bukan menekankann dari
hasil ekperimen atau hasil observasi. Definisi matematika menurut Kline
(Suwangsih dan Tiurlina, 2006: 4) bahwa natematika itu bukan pengetahuan
menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya
matematika itu terutama untuk membantu dalam memakai dan menguasai
permasalahan sosial, ekonomi dan alam.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat di simpulkan nahwa
matematika adalah ilmu yang berkaitan dengan logika yang terbagi dalam
empat bagian yaitu aljabar, geometri, aritmatika dan analisis.
Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan untuk memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan
antar konsep dan mengaplikasikn konsep atau logaritma, secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah, menggunakan penalaran pada
10

pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat
generalisasai, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika, memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah,

merancang

model

matematika,

menyelesaikan

model

dan

menafsirkan solusi yang diperoleh, mengomunikasikan gagasan dengan
simbol, tabel, diagram, atau media lain lain untuk memperjelas keadaan atau
masalah, memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam memecahkan
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah
(BSNP, 2006: 135).

f.

Model Pembelajaran Problem Possing dengan Metode Snowball
Drilling

1.

Model Pembelajaran Problem Possing
Pada prinsipnya, model pembelajaran Problem Possing adalah suatu

model pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal
sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri (Suyitno, 2004: 30).
Dengan demikian, langkah-langkah penerapan model ProblemPossing
(Suyitno, 2004: 30), sebagai berikut:
a) Guru menjelaskan materi pelajaran kepada siswa. Penggunaan alat peraga
dianjurkan untuk memperjelas penyampaian konsep.
b) Guru memberikan latihan soal secukupnya.
c) Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 soal yang menantang, dan siswa yang
Bersangkutan harus mampu untuk menyelesaikan. Hal ini dapat

11

Dilakukan secara berkelompok.
d) Pada pertemuan berikutnya, secara acak guru menyuruh siswa untuk
menyampaikan soal yang telah dibuat di depan kelas.
e) Guru memberikan tugas rumah secara individu.
Pada tahap awal, guru cukup atau dapat memberikan tugas kepada siswa
dalam model pembelajaran Problem Possing dengan memilih salah satu
cara berikut (Suyitno, 2004: 30) :
a) Siswa membuat pertanyaan berdasarkan pernyataan yang dibuat oleh guru
(pre solution possing).
b) Siswa memecah pertanyaan tunggal dari guru menjadi sub- sub pertanyaan
yang relevan dengan pertanyaan guru (within solution possing).
c) Siswa membuat soal yang sejenis, seperti yang dibuat oleh guru (post
solution possing).
Model pembelajaran dengan pendekatan Problem Possing mempunyai
beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari model pembelajaran ini
antara lain:
a) Siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.
b) Mendidik siswa berfikir sistematis.
c) Mendidik siswa agar tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesulitan.
d) Siswa mampu mencari berbagai jalan dari kesulitan yang dihadapi.
e) Mendatangkan kepuasan tersendiri bagi siswa jika soal yang di buat tidak
mampu diselesaikan oleh kelompok lain.
f)

Siswa akan terampil menyelesaikan soal tentang materi yang diajarkan.

12

Siswa berkesempatan menunjukkan kemampuannya kepada kelompok
lain.
g) Siswa mencari dan menemukan sendiri informasi atau data untuk diolah
menjadi konsep, prinsip, teori, atau kesimpulan.
Selain mempunyai beberapa kelebihan, model pembelajaran Problem
Possing ini juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:
a) Pembelajaran model Problem Possing membutuhkan waktu yang lama.
b) Membutuhkan buku penunjang yang berkualitas untuk dijadikan
referensi pembelajaran terutama dalam pembuatan soal.
c) Pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran suasana kelas cenderung gaduh
karena siswa diberi kebebasan oleh pengajar.
2.

Metode Snowball Drilling
Metode Snowball drilling dikembangkan untuk menguatkan pengetahuan

yang diperoleh peserta didik dari membaca bahan-bahan bacaan. Dalam
penerapan model snowball drilling, peran guru adalah mempersiapkan paket
soal-soal dan menggelindingkan bola salju berupa soal latihan dengan cara
menunjuk/ mengundi untuk mendapatkan seorang peserta didik yang akan
menjawab soal nomor 1. Jika peserta didik yang mendapat giliran pertama
menjawab soal nomor tersebut langsung menjawab benar, maka peserta didik
itu diberi kesempatan menunjuk salah satu temannya menjawab soal nomor
berikutnya yaitu soal nomor 2. Seandainya,peserta didik yang pertama
mendapat kesempatan menjawab soal nomor satu gagal, maka peserta didik
itu diharuskan menjawab soal berikutnya dan seterusnya hingga peserta didik

13

tersebut berhasil menjawab benar item soal pada suatu nomor soal tertentu
(Suprijono, 2010: 105).
Jika pada penggelindingan pertama (putaran) bola salju masih terdapat
item-item soal yang belum terjawab, maka soal-soal itu dijawab oleh peserta
didik yang mendapat giliran. Mekanisme giliran menjawab sama seperti yang
telah diuraikan tersebut di atas. Di akhir pelajaran guru memberikan ulasan
terhadap hal yang telah dipelajari peserta didik (Suprijono, 2010: 105).
Jadi model pembelajaran Problem Possing dengan metode Snowball
Drilling dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran Problem
Possing dengan metode Snowball Drilling.Adapun langkah-langkahnya
sebagai berikut:
a) Melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran
Problem Possing dengan metode Snowball Drilling.
b) Membuka pembelajaran dengan salam pembuka kemudian dilanjutkan
dengan melakukan absensi.
c) Mengkomunikasikan tujuan belajar dan menginformasikan kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan.
d) Menyampaikan materi pokok bahasan pecahan.
e) Memberikan contoh soal materi pokok bahasan limit.
f)

Membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 5 siswa.

g) Meminta setiap kelompok mengajukan soal beserta penyelesaiannya dari
materi yang dipelajari.
h) Mengundi salah satu kelompok untuk mengajukan soal.

14

i) Menunjuk kelompok lain untuk menjawab soal tersebut, jika kelompok
tersebut mampu menjawab soal dengan benar maka kelompok tersebut
boleh mengajukan soal kepada kelompok lain.
j) Kegiatan pada point h dilakukan sampai setiap kelompok mendapat
kesempatan mengajukan pertanyaan.
k) Memberi ulasan mengenai materi yang telah dipelajari.
l) Siswa dengan bimbingan guru menarik kesimpulan dari apa yang telah
dipelajari.
m)Memberikan tugas rumah sebagai tindak lanjut.
n) Memberikan soal tes sebagai evaluasi.

2. Penelitian Relevan
a. Jurnal Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
Kelas V, Oleh Gd. Gunantara. Menurut peneliti, model pembelajaran
problem bases learning (pbl) dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah siswa kelas V sebesar 70 % dari 38 siswa di SD
negeri 2 sepang.
b. Proposal penelitian Penerapan Model Pembelajaran Problem Possing
Tipe Pre – Solution Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika
Pada Siswa Kelas V SDN Cepokosawit II Tahun Pelajaran 2011/2012,
Oleh

Yoga

Setyagama.

Menurut

Peneliti,

Penerapan

model

pembelajaran problem possing Tipe Pre – Solution dapat meningkatkan

15

hasil belajar matematika pada siswa kelas V sebesar 81,25 % di SDN
SDN Cepokosawit II

3. Kerangka Berfikir
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses
belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik. Model pembelajaran
Problem Possing dengan metode Snowbal Drilling diharapkan mampu
menumbuh kembangkan kemampuan siswa. Siswa yang mendapatkan model
pembelajaranProblem Possing dengan metode Snowbal Drilling akan lebih
aktif dalam pembelajaran. Dengan demikian hasil belajar siswa pun menjadi
lebih baik tanpa adanya pemaksaan/penekanan.

Penggunaan model

pembelajaran Problem Possing dengan metode Snowbal Drilling menuntut
siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Siswa diarahkan pada aktivitasaktivitas yang mendorong siswa untuk berfikir aktif. Selain itu siswa
diarahkan untuk dapat belajar secara individu maupun kelompok. Sehingga
output berupa hasil belajar baik penguasaan materi maupun ketuntasan materi
dapat ditingkatkan.

16

Keaktifansiswadanhasilbelajarrenda
KondisiAwal

Tindakan

Guru
menggunakanpembel
ajarankonvensional

Pembelajarandenga
n modelProblem
Possing
denganmetode
Snowbal Drilling



Siklus I
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Pertemuan 3



Siklus II
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Peretemuan 3

Kondisiakhir

Kualitaspembelajaran
meningkat



Siklus III



Pertemuan 1

D. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Karena Peningkatan
hasil belajar matematika. Peneliti meneliti apakah di SD tersebut Matematika
dikelas V dapat diterapkan menggunakan model pembelajaran problem
possing dengan metode snowball drilling.

2. Jadwal Penelitian Setting (waktu, tempat, tanggal)

17

Penelitian ini dilakukan di salah satu SD di Kota Demak pada tanggal
Jumat, 11 Desember 2015. Peneliti memilih SD Negeri Dempet 01
Kecamatan Dempet Kabupaten Demak untuk menjadi tempat penelitian. Hal
ini dikarenakan, peneliti menemukan permasalahan yang timbul dalam
pelaksanaan pembelajaran Matematika di kelas V SD, siswa tidak minat
mempelajari matematika.

Oktober
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Kegiatan
Studi penelitian
Pra penelitian
Proposal
Penyusunan isntrumen
Pengujian skala 1 dan 2
Pengumpulan data
Analisis data
Pembuatan draf laporan
Seminar laporan
Penyempurnaan laporan

Bulan
Novembe

Desember












3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
a. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Bermacam-macam teknik pengumpulan data antara lain observasi,

18

wawancara, dokumentasi, dan gabungan / triangulasi.

Adapun secara

teknis dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1. Teknik Tes
Teknik tes ini dilakukan melalui tes pada tiap akhir pembelajaran dan
tes formatif pada setiap akhir siklus. Pelaksanaan tes bertujuan untuk
mengetahui hasil belajar siswa
2. Teknik Nontes
Teknik non tes ini dilakukan melalui wawancara, dokumentasi, dan
pengamatan. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas siswa dan
performansi guru.
1) Observasi
Observasi

dilakukan

terhadap

perilaku

siswa pada

saat

proses

pembelajaran berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.
Observasi berlangsung selama proses pembelajaran berlangsung yaitu dari
awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Pada kegiatan observasi
ini, peneliti dibantu oleh guru kelas dengan menggunakan lembar
observasi .
2) Tes
Tes dilakukan pada siklus I dan siklus II dengan menggunakan Lembar
Kerja Siswa (LKS). Hasil tes pada siklus I dianalisis, dan dari hasil
analisis tersebut dapat diketahui kelemahan siswa dalam kegiatan
pembelajaran

yang

selanjutnya kelemahan itu menjadi dasar untuk

mengadapi tes pada siklus II. Setelah tes pada siklus II dianalisis dapat

19

diketahui peningkatan kemampuan siswadalam membaca mealui media
kartu gmbar yang akan di nilai dengan aspek yaitu kemampuan siswa
dalam ketepatan intonasi dalam membaca lancar.
3) Dokumentasi

Pengambilan data melalui dokumentasi foto yang dilakukan pada saat
pembelajaran berlangsung. Selain itu juga dilakukan pengambilan data
dokumentasi yaitu hasil kinerja siswa dalam mempelajari matematika.
b. Instrumen Penelitian
1. Sumber data
Dalam penelitian tindakan kelas ini sumber datanya yaitu siswa, guru
dan peneliti itu sendiri.
2. Jenis data
1) Data Kuantitatif: hasil tes untuk mengetahui dan mengukur
seberapa besar hasil belajar siswa.
2) Data Kualitatif
a) Hasil observasi terhadap keaktifan siswa
b) Hasil observasi terhadap kinerja guru.
c) Hasil angket sikap siswa terhadap model pembelajaran Problem
Possing dkengan metode Snowball Drilling.
3) Cara pengambilan data:
a) Data kemampuan kognitif siswa dalam memecahkan masalah
diambil dari hasil evaluasi siswa.
b) Data keaktifan siswa dimbil dari hasil observasi.
Data tentang refleksi serta perubahan-perubahan yang terjadi di
kelas diambil dari pengamatan hasil evaluasi dan diskusi antara
guru dan peneliti.

4. Teknik Analisis Data

20

a. Analisis data kuantitatif
Analisis data kuantitatif dilakukan untuk mengetahui hasil belajar,
dalam hal ini kemampuan kognitif siswa dalam menyelesaiakan soal.
Data mengenai hasil belajar dianalisis dengan cara menghitung rata-rata
nilai dan ketuntasan belajarbaik secara individual maupunklasikal.
Adapun rumus yang digunakan adalah:
1) Menghitung nilai rata-rata
Untuk menghitung nilai rata-rata hasil evaluasi digunakan rumus:

x=

∑x
N

keterangan:

x

= Rata-rata nilai

∑x

= Jumah seluruh nilai

N

= Jumlah siswa

(Arikunto, 2008: 264)
2) Menghitung ketuntasan belajar
a)

Ketuntasan belajar individual
Data

yang

diperoleh

dari

kemampuan

siswa

menyelesaikan masalah dapat ditentukan ketuntasan belajar
individu dengan menggunakan analisis deskriptif presentase
dengan perhitungan:

jumlah nilai yang diperoleh tiap siswa
x 100%
jumlah nilai maksimum

21

b)

Ketuntasan belajar klasikal
Data yang diperoleh dari hasil belajar dapat ditentukan
ketuntasan belajar klasikal menggunakan prosentase perhitungan:

jumlah nilai yang diperoleh tiap siswa
x 100%
jumlah seluruh siswa
Keberhasilan kelas dilihat dari jumlah siswa yang mampu
menyelesaikan atau mencapai minimal 65%, sekurang-kurangnya
85% dari jumlah peserta didik yang ada di kelas tersebut.
(Mulyasa, 2004:99)
b. Analisis data kualitatif
Analisis data kualitatif dilakukan untuk mengetahui keaktifan
siswa dalam pembelajaran matematika, kinerja guru dalam melakukan
kegiatan belajar mengajar, serta sikap siswa dalam proses pembelajaran.
1) Keaktifan siswa
Analisis data terhadap keaktifan siswa dilakukan pada
instrumen penelitian lembar observasi. Kriteria penilaian untuk
keaktifan siswa terbagi dalam 3 skala yaitu baik, cukup, kurang.
Perhitungan prosentase keaktifan siswa adalah :

Prosentase ( )=

n
x 100%
N

Keterangan :
n = skor yang diperoleh tiap siswa
N = jumlah seluruh sekor
% = tingkat prosentase yang ingin dicapai
Kriteria penilaian :
< 60%

= keaktifan siswa kurang

60% - 70%

= keaktifan siswa cukup

70% - 80%

= keaktifan siswa baik

> 80%

= keaktifan siswa sangat baik

22

2) Kinerja guru
Analisis data terhadap aktivitas guru dilakukan pada instrumen
penelitian lembar observasi. Kriteria penilaian untuk aktivitas guru
terbagi dalam 3 skala yaitu baik, cukup, kurang. Perhitungan
prosentase aktivitas guru adalah :

Prosentase kualitas belajar mengajar =
Kriteria penilaian :
< 60%

= aktivitas guru kurang

60% − 70%

= aktivitas guru cukup

70% − 80%

= aktivitas guru baik

> 80%

= aktivitas guru sangat baik

∑ skor yang diperoleh
∑ skor maksimal

3) Sikap siswa
Analisis data sikap siswa dilakukan pada instrument angket
dengan menggunakan teknik deskriptif melalui persentase. Adapun
perhitungan persentase sikap siswa adalah sebagai berikut:

n
prosentase ( )= ×100
N
Keterangan:
n

= skor yang diperoleh

N

= jumlahskormaksimal

Kriteria penafsiran:
> 75 %

: pembelajaran sangat menyenangkan

65 % - 75 %

: pembelajaran cukup menyenangkan

< 65%

: pembelajaran kurang menyenangkan

d. Uji Instrumen
Instrumen dalam penelitian ini berupa soal tes berbentuk uraian.
Soal tes tersebut adalah tes yang diberikan setelah dilakukan penerapan
tindakan (siklus) dengan menggunakan instrumen. Sebelumnya akan
dihitung validitas atau reliabilitas tes, tingkat kesukaran dan daya pembeda
soal.

23

x 100%

a.

Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat validitas
suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas yang
tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti mempunyai
validitas rendah. Validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilai
(instrumen) terhadap aspek yang dinilai sehingga benar-benar menilai
apa yang seharusnya dinilai.
Validitas empiris dari tes ini dicari validitasnya butir soal dengan
menggunakan korelasi antara skor butir soal tersebut dengan skor total.
Untuk menghitung validitas butir soal digunakan rumus korelasi
product moment angkakasar (Arikunto, 2008: 72), yaitu:

r XY =

N ∑ XY − ( ∑ X )( ∑ Y )

√{N ∑ X

2

− ( ∑ X )2 }{ N ∑ Y 2 − ( ∑ Y )2 }

Keterangan :

r XY

: Koefisien korelasi antara X dan Y

N

: Jumlah subjek atau siswa yang diteliti

ΣX

: Skor tiap butir soal

ΣY

: Skor total

∑ X2
∑Y2

: Jumlah kuadrat skor butir soal
: Jumlah kuadrat skor total
Harga

r xy

kemudian dikonsultasikan dengan r kritik product

moment dengan ketentuan apabila

r xy >r tabel

maka soal dikatakan

valid dengan taraf signifikan 5%.
b.

Reliabilitas
Reliabilitas artinya dapat dipercaya atau diandalkan. Menurut
Suharsimi (Arikunto, 2008: 109), suatutes dapat dikatakan mempunyai
taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil
yang tetap. Untuk keperluan mencari reliabilitas butir soal uraian, maka

24

rumus yang digunakan adalah rumus alpha, rumus tersebut sebagai
berikut :

∑ σi
n
r 11 =
1− 2
n−1
σt

2

( )(

)

dimana :

σ 2i =

∑ X 2i −

(∑ X i )

2

2

N

N

dan

σ 2t =

Keterangan:

r 11

= reliabilitas item yang dicari

∑ σ 2i

= jumlah varians skortiap butir soal

σ2
i

σ2
t

= varians skortiap item
= varians total

∑ Xi

= jumlah skor tiap item

∑Y

= jumlah skor total

Xi

= skor tiap item

n

Y

= skor total

N

= jumlah siswa
= jumlah butir soal

Kriteria reliabilitas sebagai berikut:
Antara 0,800 – 1,000

= sangattinggi

Antara 0,600 – 0,800

= tinggi

Antara 0,400 – 0,600

= cukup

Antara 0,200 – 0,400

= rendah

25

∑ Y 2−

(∑ Y )

N

N

Antara 0,000 – 0,200
c.

= sangatrendah

Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu sukar dan tidak
terlalu mudah. Untuk menghitung tingkat kesukaran soal uraian yang
digunakan rumus :

Banyaknya testi yang gagal
100%
Banyaknya seluruh siswa
Untuk menginterprestasikan nilai tingkat kesukaran itemnya dapat
P

digunakan tolak ukur sebagai berikut :
2)

Jika jumlah testi yang gagal mencapai 27 % termasuk mudah

3)

Jika jumlah testi yang gagal antara 27 %-71 % termasuk sedang

4)

Jika jumlah testi yang gagal mencapai 72 % ke atas termasuk
sukar.(Arifin, 1991:135 )

d.

Daya Pembeda Soal
Analisis daya pembeda yang digunakan untuk mengetahui
kemampuan soal tersebut dalam membedakan siswa yang pandai
dengan siswa yang kurang pandai. Menurut Arifin (1991: 141), rumus
yang digunakan untuk menghitung daya pembeda soal berbentuk uraian
adalah sebagai berikut.
t=

dimana:

( MH−ML )

√(

∑ x 1 2 + ∑ x 22
n i ( ni −1 )

MH

= rata-rata kelompok atas

ML

= rata-rata kelompok bawah

)

∑ x 12

= jumlah kuadrat deviasi individual kelompok atas

∑ x22

= jumlah kuadrat deviasi individual kelompok

bawah

ni

=

27 ×N , dimana N adalah jumlah peserta tes

26

Nilai t yang diperoleh dikonsultasikan dengan

t tabel

dengan dk

= (n1 - 1) + (n2 - 1) dan = 5%. Soal memiliki daya pembeda yang
signifikan jika

thitung

>

t tabel .

27

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, Muhammad.(2013). Evaluasi Pembelajaran Sekolah Dasar, Semarang
:Unissula Press
Himit Suqalbu (2014). Definisi Hasil Belajar
Sumber:(https://himitsuqalbu.wordpress.com/2014/03/21/definisi-hasilbelajar-menurut-para-ahli/)diunduhtanggal 4 Desember 2015 jam 19.50
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta :
Rineka Cipta.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung :Penerbit Alfa beta
Suyitno, Amin. 2004. Dasar - dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I.
Semarang: FPMIPA Universitas Semarang Press.

28

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN SHAPE AND SPACE BERDASARKAN MODEL RASCH

69 778 11

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PENGARUH METODE THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) DAN GENDER TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIKA SISWA

34 139 204

KEGIATAN HUMAS PT POS INDONESIA DALAM MEMPROMOSIKAN "AMPLOP FLAT RATE" KEPADA PELANGGANNYA

0 35 1

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

EVALUASI ATAS PENERAPAN APLIKASI e-REGISTRASION DALAM RANGKA PEMBUATAN NPWP DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA TANJUNG KARANG TAHUN 2012-2013

9 73 45

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62