Nama Desi Miawaty Kelas XII IPS 4 Warisa
Nama
: Desi Miawaty
Kelas
: XII IPS 4
Warisan Budaya Indonesia Bisa Dinikmati di
Google Arts & Culture
Google membawa warisan budaya Indonesia ke dunia digital melalui aplikasi Google Arts & Culture.
Liputan6.com/Andina Librianty
Liputan6.com, Jakarta Google kembali memperkuat pijakannya di Indonesia. Kali ini, raksasa
mesin pencari itu membawa warisan budaya Indonesia ke dunia digital melalui aplikasi Google Arts
& Culture.
Google Arts & Culture setahun lalu sebenarnya sudah bekerja sama dengan Taman Wisata Candi
Borobudur, Candi Prambanan, Candi Ratu Boko, dan Museum Nasional untuk membantu
melestarikan warisan Indonesia secara digital. Sukses dengan empat lokasi itu, kini Google
menggandeng deretan museum dan institusi lainnya di Indonesia untuk hadir di platform tersebut
melalui sebuah teknologi baru bernama Art Camera dan Google Cardboard.
Seluruh tempat berisi warisan budaya yang bisa dinikmati melalui Google Arts & Culture dengan
teknologi baru itu adalah Museum Tekstil, Museum Seni Rupa dan Keramik, Galeri Batik, Monumen
Nasional (Monas), Museum Purbakala Sangiran, Taman Wisata Candi Borobudur, Candi
Prambanan, Candi Ratu Boko, Yayasan Biennale Yogyakarta, dan Agung Rai Museum of Art
(ARMA).
Head of Public Policy and Government Relations at Google, Shinto Nugroho, menilai langkah ini
merupakan salah satu cara melestarikan warisan budaya bagi generasi mendatang dan
mempromosikannya ke kancah dunia. "Hal ini juga membuktikan bahwa teknologi digital makin
mempermudah akses untuk menikmati warisan budaya," tutur Shinto saat ditemui di Museum
Nasional, Jakarta, Kamis (27/10/2016).
Lebih lanjut, Google pun bekerja sama dengan Yayasan Batik Indonesia mencanangkan sebuah
inisiasi untuk membawa lebih dari 1.000 koleksi batik dan tekstil bersejarah ke ruang digital melalui
teknologi kamera resolusi Gigapixel, Art Camera. Kamera ini bisa menangkap goresan batik
Indonesia dengan detail tingkat tinggi.
Diungkapkan Shinto, dibutuhkan waktu cukup lama untuk mengabadikan detail batik, terutama yang
usianya lebih tua. "Satu gambar batik bisa butuh waktu beberapa hari dan kita mulai dari (batik)
yang usianya yang lebih tua, seperti yang warisan budaya," ujar Shinto.
Selain itu, para pelajar, peneliti dan penikmat seni juga bisa mendapatkan pengalaman seperti
sedang berada di museum berkat teknologi Virtual Reality (VR), Google Cardboard. Semuanya bisa
diakses melalui aplikasi Google Arts & Culture yang tersedia di Android dan iOS.
Direktur Pelestarian Cagar Budaya Permuseuman Dirjen Kemendikbud, Harry Widianto, menyambut
baik kesertaan Indonesia dalam Google Arts & Culture. Ia menilai hal tersebut akan membantu
mengabadikan beberapa budaya Indonesia dan mengenalkannya ke lebih banyak orang di dunia.
"Pengembangan teknologi semacam ini bukan hanya membantu mengenalkan budaya kita ke
dunia, tapi juga melestarikannya dalam digital. Warisan budaya kini menjadi lebih mudah diakses
dengan adanya internet," kata Harry.
: Desi Miawaty
Kelas
: XII IPS 4
Warisan Budaya Indonesia Bisa Dinikmati di
Google Arts & Culture
Google membawa warisan budaya Indonesia ke dunia digital melalui aplikasi Google Arts & Culture.
Liputan6.com/Andina Librianty
Liputan6.com, Jakarta Google kembali memperkuat pijakannya di Indonesia. Kali ini, raksasa
mesin pencari itu membawa warisan budaya Indonesia ke dunia digital melalui aplikasi Google Arts
& Culture.
Google Arts & Culture setahun lalu sebenarnya sudah bekerja sama dengan Taman Wisata Candi
Borobudur, Candi Prambanan, Candi Ratu Boko, dan Museum Nasional untuk membantu
melestarikan warisan Indonesia secara digital. Sukses dengan empat lokasi itu, kini Google
menggandeng deretan museum dan institusi lainnya di Indonesia untuk hadir di platform tersebut
melalui sebuah teknologi baru bernama Art Camera dan Google Cardboard.
Seluruh tempat berisi warisan budaya yang bisa dinikmati melalui Google Arts & Culture dengan
teknologi baru itu adalah Museum Tekstil, Museum Seni Rupa dan Keramik, Galeri Batik, Monumen
Nasional (Monas), Museum Purbakala Sangiran, Taman Wisata Candi Borobudur, Candi
Prambanan, Candi Ratu Boko, Yayasan Biennale Yogyakarta, dan Agung Rai Museum of Art
(ARMA).
Head of Public Policy and Government Relations at Google, Shinto Nugroho, menilai langkah ini
merupakan salah satu cara melestarikan warisan budaya bagi generasi mendatang dan
mempromosikannya ke kancah dunia. "Hal ini juga membuktikan bahwa teknologi digital makin
mempermudah akses untuk menikmati warisan budaya," tutur Shinto saat ditemui di Museum
Nasional, Jakarta, Kamis (27/10/2016).
Lebih lanjut, Google pun bekerja sama dengan Yayasan Batik Indonesia mencanangkan sebuah
inisiasi untuk membawa lebih dari 1.000 koleksi batik dan tekstil bersejarah ke ruang digital melalui
teknologi kamera resolusi Gigapixel, Art Camera. Kamera ini bisa menangkap goresan batik
Indonesia dengan detail tingkat tinggi.
Diungkapkan Shinto, dibutuhkan waktu cukup lama untuk mengabadikan detail batik, terutama yang
usianya lebih tua. "Satu gambar batik bisa butuh waktu beberapa hari dan kita mulai dari (batik)
yang usianya yang lebih tua, seperti yang warisan budaya," ujar Shinto.
Selain itu, para pelajar, peneliti dan penikmat seni juga bisa mendapatkan pengalaman seperti
sedang berada di museum berkat teknologi Virtual Reality (VR), Google Cardboard. Semuanya bisa
diakses melalui aplikasi Google Arts & Culture yang tersedia di Android dan iOS.
Direktur Pelestarian Cagar Budaya Permuseuman Dirjen Kemendikbud, Harry Widianto, menyambut
baik kesertaan Indonesia dalam Google Arts & Culture. Ia menilai hal tersebut akan membantu
mengabadikan beberapa budaya Indonesia dan mengenalkannya ke lebih banyak orang di dunia.
"Pengembangan teknologi semacam ini bukan hanya membantu mengenalkan budaya kita ke
dunia, tapi juga melestarikannya dalam digital. Warisan budaya kini menjadi lebih mudah diakses
dengan adanya internet," kata Harry.