Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Akibat Perbedaan Harga Antara di Rak Dengan di Kasir Ditinjau dari UU Perlindungan Konsumen No.8 Tahun 1999 (Studi pada PT. Inti Cakrawala Citra, Medan)

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan pasar modern di era global saat ini sudah tidak dapat
dibendung lagi. Kebutuhan masyarakat akan barang dan jasa yang tidak akan
pernah ada habisnya bahkan selalu meningkat. Hal ini memberikan peluang usaha
atau bisnis bagi pelaku usaha dalam membuka dan mengembangkan bisnisnya
yang baru, yakni salah satunya dengan mendirikan pasar modern, dimana seperti
diketahui perkembangan pasar modern saat ini sangat pesat mulai dari daerah
perkotaan sampai ke daerah pedesaan yang dengan sangat mudah untuk
menjumpai pasar-pasar modern ini. Hal ini disebabkan tingginya sifat konsumtif
masyarakat dan ditambah dengan kebutuhan masyarakat yang selalu ada sehingga
lahirnya pasar modern.
Di samping itu, globalisasi dan perdagangan bebas yang didukung oleh
kemajuan teknologi telekomunikasi dan informatika telah memperluas ruang
gerak arus transaksi barang dan/atau jasa melintasi batas-batas wilayah suatu
negara, sehingga barang dan/atau jasa yang ditawarkan bervariasi baik produksi
luar negeri maupun produksi dalam negeri.1 Konsumen Indonesia merupakan
bagian dari konsumen global, sehingga gerakan konsumen di dunia internasional

mau tidak mau menembus batas-batas negara, dan mempengaruhi kesadaran
konsumen lokal untuk berbuat hal yang sama. Persaingan antar pelaku usaha saat
ini semakin kuat, dan hal ini berarti konsumen mempunyai banyak pilihan
1

Adrian Sutedi, Tanggung Jawab Produk Dalam Hukum Perlindungan Konsumen ,
(Jakarta: Ghalia Indonesia, 2006), hal. 1.

1
Universitas Sumatera Utara

2

terhadap produk barang dan/atau jasa yang dikonsumsinya.2 Jika tidak berhati-hati
dalam memilih produk barang yang diinginkan konsumen hanya akan menjadi
objek eksploitasi dari pelaku usaha yang tidak bertanggung jawab.
Tanpa disadari konsumen menerima begitu saja barang dan/atau jasa yang
dikonsumsinya.3 Realitas tersebut menjadi tantangan positif dan sekaligus negatif.
Dikatakan positif karena kondisi tersebut bisa memberikan manfaat bagi
konsumen untuk memilih secara bebas barang dan/atau jasa yang diinginkannya.

Konsumen memiliki kebebasan menentukan jenis dan kualitas barang dan/atau
jasa sesuai dengan kebutuhannya dan dikatakan negatif karena kondisi tersebut
menyebabkan posisi konsumen menjadi lemah daripada pelaku usaha.4 Dalam hal
ini konsumen menjadi objek aktivitas bisnis untuk meraup keuntungan yang
sebesar-besarnya oleh pelaku usaha melalui kiat promosi, cara penjualan, serta
penerapan perjanjian standar yang merugikan konsumen. Faktor utama yang
menjadi kelemahan konsumen adalah tingkat kesadaran konsumen akan haknya
masih rendah. Hal ini terutama disebabkan oleh rendahnya pendidikan konsumen.
Konsumen adalah pihak yang memakai dan menikmati barang dan jasa yang
dihasilkan oleh produsen dengan mengorbankan sejumlah uang untuk
menikmatinya. Barang yang dihasilkan (diproduksi) oleh pelaku usaha dapat
berbentuk fisik atau nonfisik.5

2

Dikutip dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36041/4/Chapter%20II.pdf,
Perlindungan Konsumen di Indonesia , [Diakses Pada 27 Juli 2016 Pukul 19.31 WIB].
3
Happy Susanto, Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan, (Jakarta: Transmedia Pustaka,
2008), hal. 2.

4
Ibid., hal. 3.
5
Intan Nur Rahmawanti, dan Rukiyah Lubis, Win-Win Solution Sengketa Konsumen , Cet.
ke-1, (Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2014), hal. 7.

Universitas Sumatera Utara

3

Perkembangan yang ada di masyarakat memunculkan adanya pasar
modern. Pasar modern tidak jauh berbeda dari pasar tradisional, namun dalam
jenis pasar ini penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara langsung melainkan
pembeli melihat label harga yang tercantum pada barang (barcode), berada dalam
bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri atau dilayani oleh
pramuniaga. Barang-barang yang dijual sangatlah beragam mulai dari bahan
makanan, seperti; buah, sayuran, daging, serta sebagian besar barang lainnya yang
dijual adalah barang yang dapat bertahan lama. Contoh dari pasar modern adalah
pasar swalayan (supermarket), dan minimarket. Pasar dapat dikategorikan dalam
beberapa hal, yaitu menurut jenisnya, jenis barang yang dijual, lokasi pasar, hari,

luas jangkauan dan wujud.6

Pasar modern banyak disukai oleh konsumen

sekarang ini karena lokasinya yang strategis, dan gedung pasar modern yang
nyaman dan bersih sehingga menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk berbelanja
di pasar modern dan ditambah lagi di beberapa pasar modern membuka toko 24
jam.
Efisiensi dan eksistensi berbelanja di pasar modern membuat perkembangan
pasarnya semakin meluas. Perkembangan dan pertambahan pasar modern ini tidak
selalu diikuti dengan peningkatan mutu dan kualitas proses penjualannya.
Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam berbelanja di pasar modern konsumen
mengambil sendiri barang belanjanya di tempat-tempat atau rak-rak yang telah
disediakan, dimana setiap barang dalam pasar modern telah tertera label harga
(price tag) yang harus dibayar oleh konsumen, kemudian konsumen melakukan
6

Dikutip dari https://id.wikipedia.org/wiki/Pasar, Pengertian Pasar , [Diakses Pada 27
Juli 2016 Pukul 20.31 WIB].


Universitas Sumatera Utara

4

pembayaran di kasir. Label dalam Bahasa Belanda dikenal dengan label, dan
memiliki pengertian sebagai secarik kertas atau kain, logam, kayu dan sebagainya
yang memiliki bentuk sedemikian rupa yang ditempelkan pada barang-barang
yang akan dijual.7 Maka harga yang tercantum di rak barang-barang pada pasar
modern menunjukkan keterangan barang dan harga atas barang tersebut. Tetapi
dalam prakteknya banyak dijumpai perbedaan harga yang tercantum di rak barang
pasar modern dengan harga yang harus dibayarkan pada kasir. Hal semacam ini
sering terjadi pada pasar modern dimana, perbedaan atau selisih harga yang
tercantum di rak dan yang harus dibayarkan ke kasir dapat sangat besar atau kecil,
dan hal ini sangat merugikan konsumen.
Adanya pemberian diskon kepada konsumen merupakan salah satu faktor
penyebab adanya perbedaan harga yang terdapat antara di rak dengan di kasir.
Berbagai istilah diperkenalkan pelaku usaha untuk menginformasikan penurunan
harga, seperti; diskon 50 persen, cuci gudang, off 50 persen dan lain-lain. Bagi
konsumen pemberian diskon dan sejenisnya hanya efektif untuk produk baik
berupa barang dan jasa yang ada standar pentarifan. Artinya, dengan adanya

standar tarif maka konsumen punya akses untuk mengetahui harga/tarif dasar dari
suatu produk/jasa. Jadi jika ada diskon maka konsumen dapat menilai adanya
potongan harga atau tidak. Seperti tarif jasa penerbangan, tarif hotel dan lain-lain.
Untuk produk dengan harga yang bebas tidak ada standarisasi harga. Harga
sepenuhnya diserahkan kepada mekanisme pasar. Di sini sulit bagi konsumen
untuk menguji adanya penurunan harga atau tidak. Boleh jadi, maraknya
7

M. Marwan, dan Jimmy P., Kamus Hukum (Dictionary Of Law Complete Edition),
(Surabaya: Reality Publisher, 2009), hal. 395.

Universitas Sumatera Utara

5

pemberian diskon akhir-akhir ini tidak lebih dari marketing gimmick untuk
meraup konsumen.8 Marketing gimmick dapat diartikan sebagai sebuah tipuan
pemasaran yang dipakai dalam salah satu strategi pemasaran suatu produk
barang/jasa


dengan

menggunakan

cara-cara

yang

tidak

biasa

atau

kontroversional.9
Perbedaan harga ini menimbulkan kebingungan pada konsumen. Apabila
konsumen tidak membawa uang lebih, maka selisih perbedaan harga yang ada di
rak dengan yang sebenarnya dapat membuat konsumen tidak jadi membeli barang.
Apabila konsumen bertanya kepada pihak kasir atau pramuniaga pasar modern
mengenai perbedaan harga di rak dengan yang sebenarnya, maka pada umumnya

pihak kasir atau pramuniaga dengan mudahnya mengatakan bahwa harga di rak
adalah harga lama dan belum diperbaharui, padahal seharusnya dalam pasar
modern perubahan harga juga harus diikuti perubahan harga yang sebenarnya
yang tercantum di rak sehingga, konsumen dapat mengetahui harga yang
sebenarnya. Perbedaan harga di rak dan yang sebenarnya dapat dikatakan bahwa
pelaku usaha memberikan informasi yang menyesatkan akibatnya konsumenlah
yang dirugikan.
Perlindungan konsumen adalah perangkat hukum yang diciptakan untuk
melindungi dan terpenuhinya hak konsumen. Sebagai contoh, para penjual
diwajibkan menunjukkan tanda atau label harga sebagai tanda pemberitahuan

8

Sudaryatmo, Hukum & Advokasi Konsumen , Cet. ke-2, (Bandung: PT.Citra Aditya
Bakti, 1999), hal. 6.
9
Dikutip dari https://dewo.wordpress.com/2005/11/17/marketing-gimmick-yamaha/,
Pengertian marketing gimmick, [Diakses Pada 28 Juli 2016 Pukul 05.00 WIB].

Universitas Sumatera Utara


6

kepada konsumen.10 Salah satu hak konsumen yang berkaitan dengan harga ini
adalah hak konsumen untuk mendapatkan ganti rugi karena menderita kerugian
ekonomis (economic loss). Artinya, konsumen berhak untuk tidak dirugikan dan
berhak mendapatkan produk dengan harga yang wajar. Hal ini seharusnya
mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari pelaku usaha bagaimanapun juga
eksistensi konsumen sangat penting bagi pelaku usaha. Pelaku usaha dan
konsumen pada dasarnya adalah saling membutuhkan yang mempunyai hubungan
simbolis mutualistis. Sehingga konsumen perlu dibina, diperlihara, dan dijaga
keberadaannya.11
Harga merupakan variable penting kedua yang sangat penting dalam
manajemen pemasaran setelah produk. Dari segi manajemen persoalan ini
memerlukan suatu strategi yang tersendiri pula. Komponen-komponen pembentuk
harga antara lain; cost, dan benefit. Yang penting diperhatikan di sini adalah
bahwa harga harus wajar bagi semua pihak yaitu bagi produsen atau pelaku usaha,
konsumen, dan produsen pesaingnya.12
Bagi pelaku usaha sendiri mestinya harga yang ditetapkan haruslah wajar.
Artinya melalui perhitungan yang matang dan benar atas seluruh biaya yang

dikeluarkan untuk menghasilkan produk ditambah dengan sejumlah keuntungan
yang wajar, sehingga diharapkan akan diperoleh harga yang wajar. Karena
kedudukan sebagai satu-satunya pelaku usaha (monopolist) tidak dapat dijadikan
sebagai alasan untuk menetapkan harga setinggi mungkin. Bagi pelaku usaha
10

Dikutip dari https://id.wikipedia.org/wiki/Perlindungan_konsumen, Perlindungan
Konsumen, [Diakses Pada 28 Juli 2016 Pukul 07.00 WIB].
11
Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia , Cet. Ke-3, (Bandung:
PT Citra Aditya Bakti, 2014), hal. 222-223.
12
Ibid., hal. 224.

Universitas Sumatera Utara

7

lainnya (pesaing) harga yang ditetapkan itu pun haruslah wajar sehingga tidak ada
perasaan sengaja dipinggirkan karena harga yang terlalu rendah. Kedudukan

sebagai pelaku usaha yang besar dan kuat tidak boleh dipakai untuk memerangi
pelaku usaha pesaingnya melalui perang harga.
Sebagai negara penyelenggara kesejahteraan, negara boleh campur tangan
untuk mengintervensi harga melalui tindakan melakukan operasi pasar dan
menetapkan harga eceran tertinggi (het). Kedua tindakan negara ini harus
dipandang sebagai kebijakan negara dalam rangka menjaga dan mengusahakan
setinggi-tingginya kemakmuran rakyat bukan karena kekuasaan semata-mata.
Inilah yang harus dipahami dan dicermati oleh pelaku usaha bahwa campur tangan
negara atau pemerintah dibidang harga menunjukkan bahwa ekonomi negara ini
belum mapan, dewasa, ataupun berdiri sendiri. Tentu saja negara mencampuri
kebijakan harga karena ada sesuatu yang belum terlindungi oleh pasar.
Dalam menghadapi berbagai hal di atas, maka sangatlah penting
perlindungan hukum terhadap konsumen. Perlindungan hukum bagi konsumen
dipandang secara material maupun formal semakin terasa sangat penting
mengingat semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan
motor penggerak bagi produktivitas dan efisiensi produsen atas barang atau jasa
yang dihasilkannya dalam rangka mencapai sasaran usaha. Dalam rangka
mengejar dan mencapai kedua hal tersebut akhirnya baik langsung atau tidak
langsung konsumenlah yang pada umumnya akan merasakan dampak paling
banyak. Dengan demikan upaya untuk memberikan perlindungan yang memadai
terhadap kepentingan konsumen merupakan suatu hal yang penting dan mendesak

Universitas Sumatera Utara

8

untuk segera dicari solusinya, terutama di Indonesia mengingat sedemikian
kompleksnya permasalahan yang menyangkut perlindungan konsumen.13
Menimbang berbagai hal di atas pada tanggal 20 April 1999. Pemerintah
Republik Indonesia telah mengeluarkan suatu kebijakan baru mengenai
perlindungan konsumen dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen yang dimuat dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42 dan Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3821 (selanjutnya disebut UU No. 8 Tahun
1999). UU No. 8 Tahun 1999 ini berlaku efektif pada tanggal 20 April 2000, hal
ini menjadi kekuatan hukum bagi konsumen dan juga pelaku usaha.
Sebenarnya masalah konsumen tentang perbedaan harga ini sering dialami
oleh para konsumen ketika berbelanja di pasar modern dan biasanya para
konsumen hanya akan memakluminya dengan harapan akan adanya perubahan.
Namun, ternyata pemakluman yang diberikan pada kenyataannya tidak
memberikan perubahan malah terkadang semakin merugikan konsumen, seperti
yang dialami oleh beberapa konsumen yang kemudian menuangkan kekecewaan
mereka dan kerugian yang mereka alami melalui media massa baik media cetak,
maupun media elektronik salah satunya melalui internet. Selain itu ada juga
beberapa konsumen yang telah melaporkan atas kerugian yang mereka alami
kepada pihak yang berwajib seperti salah satu kasus yang terjadi di
gerai Indomaret di Jalan Salak Raya, Kota Bengkulu yang dilaporkan ke Polisi
oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Pusat Kajian Anti Korupsi (Puskaki),
13

Celina Tri Siwi Kristyanti, Hukum Perlindungan Konsumen , (Jakarta: Sinar Grafika,
2008), hal. 5.

Universitas Sumatera Utara

9

hal ini terjadi pada tanggal 9 Februari 2016. Alasannya, karena mereka merasa
bahwa pihak Indomaret telah menjual barang dengan harga berbeda antara yang
tercantum di rak dan di kasir. Adapun barang yang memiliki selisih harga di rak
dan kasir itu meliputi air mineral, susu, minuman kemasan, snack, dan beberapa
produk lainnya dengan selisih harganya berkisar Rp 200,00 per item. Indomaret
diduga telah melanggar Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen.14
Kerugian yang dialami oleh konsumen akibat perbedaan harga antara di
rak dengan di kasir juga pernah dialami oleh konsumen ketika berbelanja satu
kotak susu bendera putih full cream di Alfamart Jatiasih, Bekasi. Dimana pada
saat itu harga di rak adalah Rp12.900. 00, tetapi setelah sampai di kasir harganya
menjadi Rp13.500, 00. Ini adalah sebuah penipuan yang sangat nyata. Konsumen
juga pernah membeli susu bendera coklat botol plastik di Alfamart Komsen
Jatiasih, Bekasi juga yang saat itu di rak barang tercantum harga Rp4.500,00
untuk pembelian dua botol. Akhirnya konsumen tersebut membeli dua agar bisa
mendapat harga sesuai yang ditulis di rak tersebut. Setelah sampai di kasir,
ternyata harganya berubah menjadi Rp. 6.500. Konsumen bertanya kepada pihak
kasir, “Kenapa harganya berbeda"? Dengan santai pihak kasir menjawab, "Harga
yang tertera itu mulai berlaku besok pak". Sungguh hal ini adalah sebuah

14

Dikutip dari, http://www.tribunnews.com/bisnis/2016/02/11/barang-beda-harga-di-rakdan-kasir-indomaret-dilaporkan-ke-polisi, Barang Beda Harga di Rak dan di Kasir, [Diakses
Pada 28 Juli 2016 Pukul 07.15 WIB].

Universitas Sumatera Utara

10

penipuan secara tidak langsung dan sangat merugikan konsumen, sehingga pada
akhirnya konsumen sama sekali tidak jadi membeli apapun.15
Selain itu, ada juga kasus kerugian yang dialami oleh salah satu konsumen
yang terjadi di Kota Pekanbaru, dan hal ini mendapat tanggapan dari anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Pekanbaru. Hal ini terjadi di
salah satu waralaba Alfamart di Kabupaten Pelalawan, Riau. Dimana pada saat itu
terjadi sidak yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar
(Disperindagsar), dari hasil temuan Disperindagsar saat melakukan sidak
ditemukan untuk produk Nata de Coco pada label tertera harga Rp12.900. Akan
tetapi, harga itu berubah menjadi Rp16.000 ketika melakukan pembayaran di
kasir. Karena ritel waralaba Alfamart ini ada dimana-mana dan manajemennya
sama, maka Anggota DPRD Kota Pekanbaru turut mengomentari. Seperti
dikatakan anggota Komisi II DPRD Kota Pekanbaru Roem Diani Dewi, atas
kejadian ini ia mengimbau kepada masyarakat Pekanbaru agar lebih teliti dalam
berbelanja di swalayan terutama pada saat melakukan pembayaran dan cek
kembali apakah harga yang ada di label sebuah produk persis sama harganya pada
struk belanja.16
Ketiga contoh kasus dari kerugian yang dialami oleh konsumen akibat
perbedaan harga antara di rak dengan di kasir hanyalah sebagian kecil dari
banyaknya kasus yang ada. Perbedaan harga yang dialami dapat terjadi beberapa
15

Dikutip dari http://kafetips.blogspot.co.id/2013/08/alfamart-minimarket-penipukonsumen.html, Contoh kasus perbedaan harga di rak dengan di kasir, [Diakses pada 28 Juli
2016, Pukul 10.00 WIB].
16
Dikutip dari http://datariau.com/legislatif/harga-di-alfamart-menipu-warga-diimbaulebih-teliti, , Harga menipu Alfamart, warga dihimbau lebih teliti lagi, [Diakses pada 28 Juli 2016,
Pukul 10.00 WIB].

Universitas Sumatera Utara

11

kali. Perbedaan selisih harga yang terjadi memang masih dalam jumlah yang
kecil, tetapi bagaimana apabila selisih perbedaan harga tersebut terjadi kepada
beberapa konsumen di waktu yang sama dalam jumlah yang banyak. Tentu saja
ini akan menimbulkan kerugian bagi konsumen itu sendiri. Namun, tidak semua
konsumen sadar akan kerugian yang ia alami, karena sering menganggap bahwa
perbedaan harga tersebut terjadi dalam jumlah yang kecil dan penyelesaian
masalah tersebut langsung diselesaikan di kasir dengan cara penggantian barang
dan dengan memberikan harga yang paling murah. Dalam hal ini dimanakah letak
kesalahan tersebut, apakah perbedaan harga ini terjadi karena kesalahan di pihak
pelaku usaha ataupun kepada

pihak pramuniaga yang tidak teliti dalam

memeriksa label harga di rak-rak barang yang telah disediakan, karena pada
dasarnya untuk melakukan perubahan dan penyesuaian harga tidak membutuhkan
waktu yang terlalu lama.
Akibatnya, timbul banyak pertanyaan dari masyarakat mengenai
bagaimana perlindungan hukum yang diberikan oleh pelaku usaha kepada para
konsumen menyangkut harga. Timbulnya pertanyaan tersebut dikarenakan
masyarakat sangat mengharapkan adanya suatu perlindungan hukum untuk
melindungi hak-hak mereka sebagai konsumen dan mendapatkan kepastian
hukum atas barang-barang yang telah dibeli yang terkait dengan harga agar
mereka tidak selalu dibingungkan dan dirugikan oleh pihak produsen-pelaku
usaha.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan ini diteliti
lebih lanjut melalui skripsi yang berjudul “Perlindungan Hukum Bagi

Universitas Sumatera Utara

12

Konsumen Akibat Perbedaan Harga Antara Di Rak Dengan Di Kasir
Ditinjau Dari UU Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 (Studi: PT.
Inti Cakrawala Citra Medan)”.

B.

Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dalam penulisan ini

permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peran PT. Inti Cakrawala Citra dalam melakukan pencegahan
dan pengawasan terhadap penyesuaian dan penetapan harga?
2. Bagaimana tanggung jawab PT. Inti Cakrawala Citra terhadap konsumen
yang menjadi korban akibat perbedaan harga antara di rak dengan di kasir?
3. Bagaimana bentuk penyelesaian sengketa konsumen akibat

perbedaan

harga antara di rak dengan di kasir pada PT. Inti Cakrawala Citra Medan?

C.

Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui peran PT. Inti Cakrawala Citra dalam melakukan
pencegahan dan pengawasan terhadap penyesuaian dan penetapan harga.
2. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang bagaimana tanggung jawab PT. Inti
Cakrawala Citra terhadap konsumen yang menjadi korban akibat
perbedaan harga antara di rak dengan di kasir.

Universitas Sumatera Utara

13

3. Untuk mengetahui bentuk penyelesaian sengketa konsumen akibat
perbedaan harga antara di rak dengan di kasir pada PT. Inti Cakrawala
Citra Medan.

D.

Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan ini tidak hanya ditujukan bagi penulis sendiri, namun

juga bagi masyarakat luas serta bagi aparat penegak hukum dalam praktek
penegakan hukum. Oleh karena itu, manfaat penelitian ini dikelompokkan
menjadi 2 (dua), yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan
pemikiran bagi penyempurnaan peraturan di bidang perlindungan konsumen,
khususnya berkaitan dengan perbedaan harga antara di rak dengan di kasir
yang merugikan konsumen. Selain itu, hasil penelitian ini juga akan dapat
menambah khasanah kepustakaan di bidang perlindungan konsumen pada
umumnya, serta dapat dijadikan sebagai bahan informasi yang memuat data
empiris sebagai dasar penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi
Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen (selanjutnya disingkat YLKI),
Badan Legislatif, dan Pemerintah dalam menata Peraturan Perlindungan
Konsumen serta peraturan yang berkaitan dengan perbedaan harga antara di
rak dengan di kasir yang merugikan konsumen di Indonesia, juga bagi pelaku

Universitas Sumatera Utara

14

usaha dan masyarakat umum mengenai berbagai problema yang dihadapi
tentang perlindungan konsumen.

E.

Metode Penelitian
Adapun metode penelitian hukum yang digunakan dalam mengerjakan

skripsi ini meliputi:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah kombinasi
penelitian yuridis normatif dan yuridis empiris. Penelitian yuridis normatif
yaitu mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan
perundang-undangan dan norma-norma hukum yang ada dalam masyarakat.
Penelitian yuridis normatif dilakukan dengan cara penelusuran terhadap
norma-norma hukum yang terdapat di dalam peraturan perundang-undangan
yang mengatur topik yang penulis angkat, serta memperoleh data maupun
keterangan yang terdapat dalam berbagai literatur di perpustakaan, jurnal
hasil penelitian, majalah, situs internet, dan sebagainya. Sementara penelitian
yuridis empiris adalah penelitian permasalahan mengenai hal-hal yang
bersifat yuridis dan didasarkan atas fakta-fakta yang diperoleh dari hasil
penelitian dengan mengacu kepada pola-pola perilaku masyarakat yang nyata
di lapangan.17
Soerjono Soekanto, berpendapat bahwa penelitian hukum normatif
meliputi, penelitian terhadap asas-asas hukum, penelitian terdahap sistematika

17

Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal. 105.

Universitas Sumatera Utara

15

hukum, penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum, penelitian sejarah
hukum, dan penelitian perbandingan hukum.18 Sementara penelitian hukum
empiris dilakukan melalui prosedur dan teknik wawancara kepada informan
atau responden yang terkait dengan penelitian ini.
2. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif
dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia,
keadaan, atau gejala-gejala lainnya. Maksudnya adalah terutama untuk
mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu di dalam memperkuat
teori-teori lama, atau didalam kerangka menyusun teori. 19
3. Sumber Data
Data yang digunakan dalam skripsi ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung ke
lapangan melalui wawancara yang dilakukan penulis dengan Manajer
Administrasi Toko (Store Administration Manager ) sebagai narasumber yang
berhubungan dengan masalah konsumen di PT. Inti Cakrawala Citra Medan.
Sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi
kepustakaan, meliputi peraturan perundang-undangan, buku-buku, artikel
hukum dari internet, media massa dan kamus serta data yang terdiri atas:
a.

Bahan hukum primer, yaitu peraturan perundang-undangan yang
berlaku yang berkaitan dengan judul skripsi antara lain Undang-

18

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2007), hal. 41.
19
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia
Press, 2007), hal. 41.

Universitas Sumatera Utara

16

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, UndangUndang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen,
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik
Monopoli dan Persaingan Usaha-Usaha Tidak Sehat, Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa, Surat Edaran Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Nomor:
235/DJPDN/VII/2001 Tentang Penanganan Pengaduan Konsumen
Yang Ditujukan Kepada Seluruh Dinas Indag Prov./Kab./Kota, dan
sebagainya.
b.

Bahan hukum sekunder, yaitu buku-buku yang berkaitan dengan judul
skripsi yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer
seperti artikel-artikel, hasil penelitian, laporan-laporan dan sebagainya
yang diperoleh baik melalui media cetak maupun media elektronik.

c.

Bahan hukum tersier, yaitu kamus, ensiklopedia, artikel hukum dari
internet dan lain-lain yang merupakan bahan hukum yang memberikan
penjelasan tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

4. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain menggunakan metode-metode sebagai berikut:
a.

Studi Kepustakaan (Data Sekunder)
Dilakukan dengan mempelajari berbagai sumber bacaan yang
berhubungan dengan masalah yang penulis teliti seperti buku-buku

Universitas Sumatera Utara

17

hukum, makalah hukum, surat kabar, artikel hukum dari internet,
pendapat para sarjana hukum dan bahan-bahan lainnya.
b.

Studi Lapangan (Data Primer)
Penelitian dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan pihak
yang terkait dalam hal ini adalah Manajer Administrasi Toko (Store
Administration Manager ) sebagai informan serta pihak yang

berhubungan dengan masalah konsumen di PT. Inti Cakrawala Citra
Medan.
5. Analisa Data
Pada umumnya, dalam penelitian-penelitian sosial dikenal dua macam
analisis data, yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Dalam skripsi
ini, riset yang dilakukan bersifat deskriptif dan tidak menggunakan data
dalam bentuk angka-angka, dengan kata lain penelitian ini bersifat kualitatif.
Oleh karena itu, terhadap data-data yang telah terkumpul, digunakan analisis
data kualitatif yaitu pengumpulan data-data primer melalui pengamatan dan
wawancara, untuk kemudian dikaitkan dengan data sekunder maupun data
lainnya yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.

F. Keaslian Penulisan
Keaslian penulisan merupakan suatu tanda bagi penulis bahwa apa yang
dibuat dan dijelaskannya pada tugas akhir ini merupakan suatu hasil karya dan
buah pikirannnya sendiri. Dimana penulis tidak melihat ataupun mencontoh hasil

Universitas Sumatera Utara

18

skripsi orang lain untuk menjadi sebuah karya yang diakui sebagai hasil karyanya
sendiri.
Setelah menelusuri seluruh daftar skripsi di perpustakaan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara dan arsip yang ada di Departemen Hukum Perdata,
akan tetapi penulis tidak menemukan adanya kesamaan judul ataupun
permasalaha dengan judul dan permasalahan yang penulis angkat yaitu tentang
“Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Akibat Perbedaan Harga Antara Di
Rak Dengan Di Kasir Ditinjau Dari UU Perlindungan Konsumen Nomor 8
Tahun 1999 (Studi: PT. Inti Cakrawala Citra Medan)”. Oleh karena itu,
tulisan ini merupakan buah karya asli penulis yang disusun berdasarkan dengan
asas -asas keilmuan yang jujur, rasional dan ilmiah.

G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini akan mempermudah penulisan dan penjabaran
penulisan skripsi dengan memberikan gambaran yang lebih jelas. Penelitian ini
dibagi menjadi lima bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I

Pendahuluan
Bab ini menguraikan latar belakang, yaitu apa yang melatar belakangi
penulis mengangkat judul ini. Permasalahan, yaitu hal-hal yang menjadi
permasalahan dalam skripsi ini. Tujuan penulisan, yaitu maksud dari
penulis menulis skripsi. Manfaat penelitian, yaitu apa yang menjadi
manfaatnya bagi penulis dan setiap pembaca. Metode penelitian, yaitu
metode yang penulis gunakan dalam mengkaji setiap permasalahan.

Universitas Sumatera Utara

19

Keaslian penulisan, yaitu penegasan bahwa skripsi ini dapat dijamin
keasliannya dan bukan merupakan bentuk plagiat dari penulisan lain.
Sistematika penulisan, yaitu uraian ringkas dari skripsi ini.
Bab II Tinjauan Umum Tentang Hukum Perlindungan Konsumen
Bab ini menguraikan tentang sejarah dan pengertian hukum perlindungan
konsumen, peraturan tentang hukum perlindungan konsumen, asas dan
tujuan

hukum perlindungan konsumen,

pihak-pihak

terkait dalam

hukum perlindungan konsumen, hak dan kewajiban konsumen serta
pelaku usaha, bentuk pelanggaran hak konsumen dan tata cara pengaduan
konsumen, dan profil PT.Inti Cakrawala Citra Medan.
Bab III Tinjauan Umum Tentang Penetapan Harga Sebagai Bentuk
Perlindungan Kepada Konsumen
Bab ini membahas dan menguraikan tentang pengertian dari harga dan
penetapan harga, peraturan tentang penetapan harga, tujuan dan sasaran
penetapan harga.
Bab IV Bentuk Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Akibat Perbedaan
Harga Antara Di Rak Dengan Di Kasir Pada PT. Inti Cakrawala
Citra Medan
Bab ini berisi mengenai peran dari PT. Inti Cakrawala Citra Medan
dalam melakukan pencegahan dan pengawasan terhadap penyesuaian dan
penetapan harga, tanggung jawab PT. Inti Cakrawala Citra Medan
terhadap konsumen yang menjadi korban akibat perbedaan harga antara
di rak dengan di kasir, dan bentuk penyelesaian sengketa konsumen

Universitas Sumatera Utara

20

akibat perbedaan harga antara di rak dengan di kasir pada PT. Inti
Cakrawala Citra Medan.
Bab V Kesimpulan Dan Saran
Bab ini memuat kesimpulan dan saran atas hal yang dibahas dan
diuraikan dalam bab-bab sebelumnya sebagai hasil analisis penulisan atas
permasalahan dalam skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara